Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya, sudah kita ketahui bahwa formalin merupakan pengawet
bahan makanan serta dapat berfungsi berbagai macam lagi seperti pembasmi
serangga, tetapi yang sering digunakan adalah sebagai bahan pengawet, dimana
pengawet merupakan bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasam atau penguraian terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme.
Formaldehid merupakan senyawa organik dengan struktur CH 2O, dihasilkan
dari pembakaran tak sempurna dari sejumlah senyawa organik. Terdapat dalam
asap batu bara dan kayu, terutama asap yang dihasilkan untuk mengasapi ikan.
Formaldehid terdapat dalam bentuk gas, dengan rumus molekul CH2O.
Formaldehid yang dilarutkan dalam air (v/v, b/v) disebut formalin. Formalin yang
diperdagangkan adalah dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 37%. Dahulu
formaldehid digunakan sebagai bahan pangan namun sekarang sudah dilarang.
Oleh karena itu dilakukan percobaan analisa formalin pada bahan makanan
dengan metode destilasi, tes warna asam kromatopat untuk mengetahui lebih
banyak lagi tentang formalin. Untuk mengetahui cara menganalisa formalin pada
bahan makanan dimana pada percobaan ini menggunakan sampel tahu, pentol,
mie kuning dan ikan asin yang diuji kandungan formalinnya dengan penambahan
larutan H2SO4(p) sebagai katalis dan juga asam kromatopat sebagai pereaksi
spesifik untuk formalin dengan menunjukkan warna positif yaitu warna violet
(ungu) dan mengetahui prinsip dari percobaan ini serta dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan


- Mengetahui hasil uji formalin pada sampel tahu
- Mengetahui hasil uji formalin pada sampel pentol
- Mengetahui hasil uji formalin pada sampel ikan asin
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Formaldehid (CH2O) merupakan suatu campuran organik yang dikenal
dengan nama aldehid, membeku pada suhu < 92 oC dan mendidih pada suhu 300
o
C. Formaldehid awalnya disintesa kimiawan asal Rusia Alexander Butlerov pada
tahun 1859 tetapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehid dihasilkan
dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain
yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat dalam bentuk gas, larutan dan
padatan. Formaldehid yang digunakan dalam proses pembuatan peralatan makan
melamin adalah formaldehid dalam bentuk larutan yang dikenal dengan nama
formalin (Windholz, 1976).
Larutan formaldehid adalah larutan tidak berwarna dengan bau yang
menyengat dan rasa terbakar, mudah larut dalam air dan alkohol, tidak larut dalam
kloroform dan eter. Formaldehid mudah larut dalam air sampai kadar 55%, sangat
efektif dalam suasana alkalis, serta bersifat reduktor kuat dan mudah menguap di
udara membentuk gas yang tidak berwarna dengan bau yang tajam (Winarno,
1995).
Formaldehid merupakan gas yang larut dalam air dengan konsentrasi 37%
dan dikenal sebagai formalin. Sudah sejak lama dipakai untuk mempersiapkan
vaksin-vaksin melalui mensterilkan bakteri atau menginaktifkan bakteri atau
toksin maupun virus tanpa merusak antigenitasnya, untuk keperluan ini
dibutuhkan konsentrasi sampai 0,1%. Formaldehid dapat juga digunakan sebagai
gas dalam mensterilkan permukaan-permukaan yang kering, misalnya di dalam
kamar dimana pasien mengalami infeksi yang serius atau jika hendak
mempersiapkan penjualan/pemakaian alat-alat plastic dalam laboratorum
bakteriologis (Kusnawidjaja, 1993).
Akan tetapi reaksi yang terjadi pada permukaan itu hanya berdasarkan
adsorpsi dan menghasilkan sebuah polimer (paraformaldehid) yang reversible.
Proses adsorpsi yang tidak diinginkan, formaldehid dapat tidak menembus
(penetrasi) substansi-substansi yang poreus (berlubang), sehingga menghasilkan
sisa-sisa (residu) yang sukar diuraikan atau dikeluarkan, karena sifatnya yang
sukar memproses dipolimerisasi deposit dari paraformaldehid tersebut akhirnya.
Akibatnya terbentuklah kelembaban yang tinggi pada permukaan bakteri
(Kusnawidjaja, 1993).
Formaldehid dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,
sehingga sering digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan pengawet.
Sebagai desinfektan, formaldehid dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal,
gudang dan pakaian. Formaldehid dipakai sebagai pengawet dan dalam vaksinasi.
Dalam bidang medis, larutan formaldehid dipakai untuk mengeringkan kulit,
misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehid sering dipakai dalam
membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan
bangkai (Windholz, 1976).
Formaldehid yang terhirup lewat pernafasan (inhalasi) akan segera
diabsorpsi ke paru dn menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis,
rasa terbakar dan lakrimasi (keluar air mata dan pada dosis yang lebih tinggi bisa
buta), bronchitis, edema pulmonary atau pneumonia karena dapat mengecilkan
bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitive
dapat menyebabkan alergi dan asma serta dermatitis. Jika masuk lewat penelanan
(ingestion) sebanyak 30 mL (2 sendok makan) dari larutan formaldehid dapat
menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sifat korosif suatu larutan formaldehid
terhadap mukosa saaluran cerna lambung, disertai mual, muntah nyeri,
pendarahan dan perforasi secara langsung (Widyaningsih, 2006).
Bahan pengawet makanan merupakan salah satu bahan tambahan pangan
(BTP). Menurut Food Agriculture Organization (FAO) di dalam Furia, BTP
adalah senyawa yang sengaja ditmbahkan ke dalam makanan dalam jumlah dan
ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan atau
penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa
dan tekstur, serta memperbaiki masa simpan dan bukan merupakan bahan utama
(Wijaya, 2011).
Reaksi asam kromatopat, pereaksi yang digunakan adalah larutan jenuh
sam 1,8-dihidroksinaftalen-3,6-disulfonat (0,5% b/v) dalam asam sulfat 72%. 5,0
mLlarutan formalehid yang dipipet ke dalam labu ukur 10,0 mL dicukupkn
volumenya dengan pereaksi tersebut. Dikocok lalu dipanaskan di atas penagas air
(100oC) selama 15 menit. Jika bereaksi dengan formaldehid akan terjadi
perubahan warna dar tidak berwarna menjadi ungu kemudian diukur serapannya
pada panjang gelomang maksimumnya (580 nm) (Swastiniar, 2011).
Formaldehda dipasaran sering dikenal dengan banyak nama yaitu formol,
Morbicid, methanol, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methyl
aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, oxomethane, karsan, methylene
glycols, paraforin, polyoxymethylene glycols, superlysoform, tetraoxymethylene,
dan trioxane. Dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tapi bisa
larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk
dagang formalin atau formol). Fotrmalin adalah larutan yang tidak berwarnna dan
baunya sangat menusuk. Di dalam larutan formalin tekandung 30-50% gas
formaldehida dan ditambahkn methanol sebanyak 10-15% untuk mencegah
terjadinya polimerisasi formaldehida pada salah satu makanan (Achmad, 1983).
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan tidak
berwarna dan berbau mnusuk, upaya merangsang selaput landir hidung dan
tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap mL adalah 1,08 gram. dapat
bercampur dengan chloroform dan eter. Sifatnya yang larut dalam air dikarenakan
adanya elektron sunyi pada oksigen sehingga dapat mengadakan ikatan hydrogen
dalam molekul air (Fessenden, 1986).
Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air.
Biasanya ditambahkan methanol hingga 10-15% sebagai pengawet. Formalin
dikenal luas sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan
dalam industry. Methanol tersebut sangat toksik dan dapat menyebabkan kematian
pada orang apabila tertahan 30 mL (Lehninger, 1982).
Formalin merupakan bahan kimia yang biasanya dipakai untuk membasmi
bakteri atau berfungsi sebagai desinfektan. Zat ini termasuk dalam olongan
kelompok desinfektan kuat dapat membasmi berbagai jenis bakteri pembusuk,
penyakit, cendana atau kapang, disamping itu juga dapat mengeraskan jaringan
tubuh setiap hari. Kita menghirup formalin dari lingkunan sekitar. Skala kecil,
formaldehida sebutan lain untuk formalin secara alami ada di alam (Winarno,
2004)
Contohnya gass penyebab bau kentut atau telur busuk. Formalin di udara
berbentuk dari pembakaran gas metana dan oksigen yang ada di atmosfer, dengan
bantuan sinar matahari. Formalin mudah larut dalam air sampai kadar 55%, sangat
reaktif dalam suasana alkalis serta bersifat sebagai zat pereduksi yang kuat,
mudah menguap karena titik didihnya rendah yaitu -21oC (Winarno, 2004).
Macam-macam metodologi uji formalin dengan asam kromatopat.
Mencampurkan 10 gr sampel dengan 50 mL air dengn cara menggerusnya dalam
lumpang. Campuran dipindahkan dalam labu destilat dan diasamkan dengan
H3PO4 labu destilat dihubungkan dengan pendingin dari destilasi hasil destilasi
disamping (Cahyadi, 2008).
Larutan pereaksi asam kromatopat 0,5% dalam H2SO4 60% (asam 1,8
dihidroksinaftalen 3,6-desulfonat) sebanyak 5 mL dimasukkan dalam tabung
reaksi, ditambahkan 1 mL larutan hasil destilasi sambal diaduk. Tabung reaksi
dimasukkan dalam penangas air yang mendidih selama 15 menit dan amati
perubahan arna yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan dengan warna ungu
terang sampai ungu tua (Cahyadi, 2008).
Larutan formaldehid efektif melawan bakteri negatif, jamur atau virus ttapi
kurang efektif melawan spora bakteri. Formalin bereaksi dengan protein dan hal
tersebut mengurangi efektifitas mikroorganisme. Efek sporositnya yang
meningkat tajam denan adaya kenaikan suhu. Larutan 0,5% formaldehid dalam
waktu 6-12 jam dapat membunuh bakteri dan dalam 2-4 hari dapat membunuh
spora. Sedangkan pada 8% dapat membunuh spora dalam waktu 18 jam.
Mekanisme formaldehid sebagai pengawet diduga bergabung dengan asam amino
bebas dari protoplasma sel atau mengkoagulasi protein (Cahyadi, 2008).
Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi
dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang
berdekatan akibat dari reaksi tersebut protein mengeras dan tidak dapat larut. Sifat
pendeteksi protein cukup baik pada formain tetapi gerakan penitrasinya lambat
sehingga walaupun formaldehid digunkan untuk mengawetkan sel-sel tetap tidak
dapat melinungi secara sempurna, kecuali jika diberikan dalam waktu lama
sehingga jaringan menjadi keras (Herdiantini, 2003).
Berat molekul formalin adalah 30,03 gr/mol dengan rumus molekul
HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke
dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimiliki sngat aktif dapat bereaksi degan
gugus NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang
mengendap (Harmita, 2006).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Hot plate
 Erlenmeyer
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Neraca analitik
 Spatula
 Lumping
 Alu
 Gelas ukur
 Selang
 Penjepit tabung
 Lemari asam
 Beaker glass
 Bunsen
 Pipet tetes
 Corong kaca
 Tiang statif
 Klem
 Sikat tabung
 Gelas kimia
 Botol reagen
 Botol semprot
 Korek api

3.1.2 Bahan
 Sunlight
 Larutan formaldehid
 Tahu
 Mie kuning
 Pentol
 Ikan asin
 Asam kromatopat
 Larutan H2SO4 (P)
 Aquades
 Kertas label
 Tissue

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Ekstraksi Formalin Dalam Sampel
3.2.1.1 Ekstraksi Formalin Dalam Sampel Tahu
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 50 gr sampel yang telah digerus halus
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 40 mL aquades, digoyangkan
- Dinyalakan hot plate
- Dipanaskan sampai didapatkan uap yang diduga formalin
- Dilakukan identifikasi terhadap formalin
3.2.1.2 Ekstraksi Formalin Dalam Sampel Mie kuning
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 50 gr sampel yang telah digerus halus
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 40 mL aquades, digoyangkan
- Dinyalakan hot plate
- Dipanaskan sampai didapatkan uap yang diduga formalin
- Dilakukan identifikasi terhadap formalin
3.2.1.3 Ekstraksi Formalin Dalam Sampel Pentol
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 50 gr sampel yang telah digerus halus
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 40 mL aquades, digoyangkan
- Dinyalakan hot plate
- Dipanaskan sampai didapatkan uap yang diduga formalin
- Dilakukan identifikasi terhadap formalin
3.2.1.4 Ekstraksi Formalin Dalam Sampel Ikan Asin
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 50 gr sampel yang telah digerus halus
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 40 mL aquades, digoyangkan
- Dinyalakan hot plate
- Dipanaskan sampai didapatkan uap yang diduga formalin
- Dilakukan identifikasi terhadap formalin

3.2.2 Identifikasi Terhadap Formalin


3.2.2.1 Identifikasi Terhadap Formalin Pada Blanko
- Sampel hasil ekstraksi ditambahkan 2 mL H2SO4 (P)
- Ditambah sedikit serbuk asam kromatopat
- Dipanaskan jika perlu
- Diamati
3.2.2.2 Identifikasi Terhadap Formalin Pada Tahu
- Sampel hasil ekstraksi ditambahkan 2 mL H2SO4 (P)
- Ditambah sedikit serbuk asam kromatopat
- Dipanaskan jika perlu
- Diamati
3.2.2.3 Identifikasi Terhadap Formalin Pada Mie Kuning
- Sampel hasil ekstraksi ditambahkan 2 mL H2SO4 (P)
- Ditambah sedikit serbuk asam kromatopat
- Dipanaskan jika perlu
- Diamati
3.2.2.4 Identifikasi Terhadap Formalin Pada Pentol
- Sampel hasil ekstraksi ditambahkan 2 mL H2SO4 (P)
- Ditambah sedikit serbuk asam kromatopat
- Dipanaskan jika perlu
- Diamati
3.2.2.5 Identifikasi Terhadap Formalin Pada Ikan Asin
- Sampel hasil ekstraksi ditambahkan 2 mL H2SO4 (P)
- Ditambah sedikit serbuk asam kromatopat
- Dipanaskan jika perlu
- Diamati

3.3 Flowsheet
3.3.1 Ekstraksi Formalin Dengan Sampel
3.3.1.1 Sampel Tahu
Tahu berwarna kuning
Digerus
Tahu menjadi halus berwarna putih kuning
Ditimbang dengan neraca analitik
Berupa gumpalan putih 50 gr
Dimasukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 40 mL aquades
Sampel terendam, larutan keruh
Digoyangkan
Larutan tetap keruh
Dinyalakan hotplate
Dipanaskan hingga didapatkan
uap yang diduga formalin

Filtrat (uap) Residu


larutan bening

Dibuang
Diidentifikasi

3.3.1.2 Sampel Mie Kuning

Mie kuning berwarna kuning


Digerus
Mie kuning menjadi halus berwarna kuning
Ditimbang dengan neraca analitik
50 gr mie kuning berupa gumpalan kuning
Dimasukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 40 mL aquades
Sampel terendam, larutan berwarna kekuningan
Digoyangkan
Larutan tetap berwarna kekuningan
Dinyalakan hotplate
Dipanaskan hingga didapatkan
uap yang diduga formalin

Filtrat (uap) Residu


larutan bening

Dibuang
Diidentifikasi

3.3.1.3 Sampel Pentol


Pentol berwarna abu-abu
Digerus
Pentol menjadi halus berwarna abu-abu
Ditimbang dengan neraca analitik
50 gr pentol berwarna abu-abu
Dimasukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 40 mL aquades
Air menyerap dan larutan abu-abu
Dinyalakan hotplate
Dipanaskan hingga didapatkan
uap yang diduga formalin

Filtrat (uap) Residu


larutan bening

Dibuang
Diidentifikasi

3.3.1.4 Sampel ikan asin

Ikan asin berwarna abu-abu


Digerus
Serbuk kasar berwarna abu-abu
Ditimbang dengan neraca analitik
50 gr ikan asin berupa serbuk kasar
Dimasukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 40 mL aquades
Sampel terendam dan tidak menyatu
Digoyangkan
Tidak menyatu
Dinyalakan hotplate
Dipanaskan hingga didapatkan
uap yang diduga formalin

Filtrat (uap) Residu


larutan bening

Dibuang
Diidentifikasi
3.3.2 Identifikasi Terhadap Formalin
3.3.2.1 Sampel blanko

Larutan Formaldehid
Ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 (p)
Larutan tetap bening
Ditambahkan sedikit serbuk asam kromatopat
Digoyang
Diamati
Larutan menjadi berwarna ungu

3.3.2.2 Sampel tahu

5 tetes destilat pada


sampel tahu (bening)
Ditambahkan 2 mL H2SO4 (p)
Ditambahkan sedikit serbuk asam kromatopat
Larutan tetap bening
Dipanaskan
Diamati
Larutan tetap bening (-)

3.3.2.3 Sampel Mie kuning


5 tetes destilat pada
mie kuning bening
Ditambahkan 2 mL H2SO4 (p)
Ditambahkan sedikit serbuk asam kromatopat
Larutan berwarna sedikit keunguan
Dipanaskan
Diamati
Larutan berwarna ungu kehitaman
3.3.2.4 Sampel Pentol

5 tetes destilat pada


sampel pentol (bening)
Ditambahkan 2 mL H2SO4 (p)
Ditambahkan sedikit serbuk asam kromatopat
Larutan berwarna bening
Dipanaskan
Diamati
Larutan berwarna ungu muda (+)

3.3.2.5 Sampel ikan asin


5 tetes destilat pada
sampel ikan asin (bening)
Ditambahkan 2 mL H2SO4 (p)
Ditambahkan sedikit serbuk asam kromatopat
Larutan berwarna bening
Dipanaskan
Diamati
Larutan berwarna pink keunguan (+)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengmatan
No Perlakuan Pengamatan
1 Ekstraksi Formalin Dalam Sampel
a. Sampel Ikan Asin
- Disiapkan alat dan bahan
- Sampel berwarna putih
- Ditimbang 50 gr sampel setelah
digerus
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 40 mL aquades
- Larutan putih kehitaman
- Digoyangkan
- Dinyalakan hot plate
- Diperoleh uap yang diduga
- Dipanaskan sampai didapatkan uap
formalin
yang diduga formalin
- Dilakukan identifikasi formalin
b. Sampel Tahu Kuning
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 50 gr sampel setelah
- Sampel berwarna putih
digerus
kekuningan
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 40 mL aquades
- Digoyangkan
- Larutan berwarna putih
- Dinyalakan hot plate
- Dipanaskan sampai didapatkan uap
- Diperoleh uap yang diduga
yang diduga formalin
formalin
- Dilakukan identifikasi formalin
c. Sampel Mie Kuning
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 50 gr sampel setelah
digerus - Sampel berwarna kuning
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 40 mL aquades
- Digoyangkan
- Dinyalakan hot plate
- Larutan bening kekuningan
- Dipanaskan sampai didapatkan uap
yang diduga formalin - Diperoleh uap yang diduga
- Dilakukan identifikasi formalin
formalin
d. Sampel Pentol
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 50 gr sampel setelah
digerus
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer - Sampel berwarna putih
- Ditambahkan 40 mL aquades
- Digoyangkan
- Dinyalakan hot plate - Larutan berwarna putih keruh
- Dipanaskan sampai didapatkan uap
- Diperoleh uap yang diduga
yang diduga formalin
- Dilakukan identifikasi formalin formalin
2 Identifikasi Terhadap Formalin
a. Sampel Blanko
- Dipipet 2 mL larutan formalin
- Larutan formalin bening
- Ditambah 2 mL larutan H2SO4 (P)
- Larutan tetap bening
- Ditambah sedikit serbuk asam
- Larutan bening
kromatopat
- Dipanaskan jika perlu
- Diamati

- Larutan menjadi berwarna


b. Sampel Ikan Asin
- Ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 (P) ungu
- Ditambahkan sedikit serbuk asam
kromatopat
- Larutan bening
- Dipanaskan jika perlu
- Larutan tetap bening
- Diamati

c. Sampel Tahu Kuning


- Larutan menjadi bening
- Ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 (P)
- Ditambahkan sedikit serbuk asam keunguan, (+) formalin
kromatopat
- Dipanaskan jika perlu
- Larutan bening
- Diamati
- Larutan tetap bening

d. Sampel Mie Kuning


- Ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 (P)
- Larutan sampel tetap bening,
- Ditambahkan sedikit serbuk asam
(-) formalin
kromatopat
- Dipanaskan jika perlu
- Diamati
- Larutan bening
- Larutan tetap bening
e. Sampel Pentol
- Ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 (P)
- Ditambahkan sedikit serbuk asam
- Larutan menjadi berwarna
kromatopat
- Dipanaskan jika perlu ungu gelap, (+) formalin
- Diamati

- Larutan bening
- Larutan tetap bening

- Larutan menjadi berwarna


ungu bening, (+) formalin
4.2 Reaksi Formalin dengan Asam Kromatopat

-
O3S SO3-
O

2 + C

H H
OH OH

(Asam Kromatopat) (Formaldehida)

-
O3S OH HO SO3-

O
+

O
H

SO3- -
O3S

H
O O OH

HO OH

SO3- -
O3S
3,4,5,6-dibenzoxanthylium
(Warna Violet)
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan dua tahapan yaitu ekstraksi formalin dalam
sampel dan identifikasi terhadap formalin, dimana digunakan empat sampel yaitu
ikan asin,tahu kuning, mie kuning dan pentol.
Pada ekstraksi formalin dalam sampel, mula-mula disiapk alat dan bahan, lalu
ditimbang 50 gr sampel yang telah digerus halus. Sampel digerus halus untuk
memperbesar luas permuannya, sehingga lebih mudah untuk dilakukan analisa.
Kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Lalu ditambah 40 mL aquades.
Aquades berfungsi sebagai pelarut sampel. Kemudian digoyangkan, perlakuan ini
berfungsi untuk mempercepat pengomogenan. Lalu dinyalakan hot plate dan
dianaskan sampai didapatkan uap yang diduga formalin. Dilakukan prosedur yang
sama terhadap keempat smpel, dimana pada ikan asin, tahu kuning, mie kuning
dan pentol didapatkan hasil yang sama yaitu diperoleh uap yang diduga formalin.
Kemudian dilakukan identifikasi fomalin, untuk memastikan adanya formalin
dalam ikan asin, tahu kuning, mie kuning dan pentol.
Pada identifikasi terhadap formalin, mula-mula dibuat sampai blanko sebagai
pembaning hasil uji positif dengan sampel lainnya. Dan didapatkan sampel blanko
berwarna ungu, dimana ini merupakan warna hasil reaksi asam kromatopat
dengan larutan formain. Pada percobaan ini, sampel hasil ekstraksi ditambah 2 mL
larutan H2SO4(p), larutan ini berfungsi sebagai katalis atau mempercepat reaksi.
Kemudian ditambah sedikit serbukk asam kromatopat. Asam kromatopat
berfungsi sebagai pereaksi khas untuk mendeteksi adanya formalin krena asam
kromatopat jika direaksikan dengan formalin (formaldehid) maka akan
membentuk kompleks berwarna ungu. Selanjutnya dipanaskan jika perlu.
Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi asam kromatopat dengan
formalin, dimana akan dihasilkan warna ungu yang menandakan positif formalin.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dari keempat sampel yaitu ikan asin, tahu
kuning, mie kuning dan pentol, yang negatif mengandung formalin hanya tahu
uning karena pada tahu kuning tidak mengalami perubahan warna, sedangkan
pada ikan asin, mie kuning dan pentol mengalami perubahan warna menjadi ungu
menandakan pada ikan asin, mie kuning dan pentol positif mengandung formalin.
Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini adalah
- Kelebihan saat menambahkan larutan sehingga hasil yang didapat kurang
sesuai
- Ketidak telitian saat melakukan pengamatan sehingga hasil yang didapat
kurang akurat
- Waktu pemanasan yang kurang lama sehingga hasil yang didapat kurang
akurat
Pada prinsipnya, senyawa formalin yang biasanya digunakan sebagai bahan
pengawet mayat dapat bereaksi dengan asam amino yang menyebabkan protein
terdenaturasi, sehingga formalin akan bereaksi cepat dengan lapisan lender
saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Dari segi fisiknya, uap formalin yang
terkontak secara langsung akan mengakibatkan iritai mata, hidung ascophagus dan
saluran pernafasan. Dalam konsentrasi yang tinggi akan mengakibatkan kejang-
kejang di sekitar pangkal tenggorokan. Yang menjadi maalah adalah kandungan
pengawet formalin akan bereaksi dengan cepat dalam saluran dan ogan
pencernaan apabila kondisi perut dalam keadaan kosong. Selain itu, pemakaian
formalin dalam makanan dapat menyebabkan keracunan pada organ fungsional
tubuh manusia.. hal tersebut ditandai dengan gejala sukar menelan, nafsu makan
berkurang, mual sebagai reaksi penolakan dari lambung, sakit perut yangakut
sebgai reaksi penolakan dari hati, lambung dan usus besr.
Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa
digunakan untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat.
Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang banyak
digunakan untuk mengawetkan makanan. Formalin adalah nama dagang dari
campuran formaldehid, methanol dan air.
Adapun manfaat formalin yaitu:
- Sebagai bahan pengawet mayat
- Sebagai bahan perekat kayu
- Sebagai desinfektan
- Sebagai pengawet sel tumbuhan
- Sebagai pembasmi lalat/serangga
Macam-macam analisa untuk menentukan adanya formalin yaitu
1. Uji kualitatif (dengan tes warna)
-
Tes resorsinol
Formaldehid dikondensasi dengan resorsinol dalam larutan asam sulfat
pekat dan membentuk cincin merah sampai ungu.
-
Tes fenilhidrozin hidroksida
Formaldehid direaksikan denga fenilhidrozin hidroksida dan kalium
ferisianida akan membentuk warna ungu.
2. Uji kuantitatif
-
Metode aside alkalimetri
Formaldehid (hasil destilat) direaksikan dengan hydrogen peroksida,
kemudian dipanaskan di atas penangas di atas penangas air dan dititrasi
dengan HCl dengan menambhkan indicator.
-
Larutan Schiff
Destilat ditambahkan H2SO4(p) dan larutan Schiff kemudian diukur dengan
spektrofotometri. Dengan dicari panjang gelombang optimum, lama waktu
kestabilan pada spektrofotometri.
Destilasi sederhana adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua
atau lebih komponen yang memilii perbedaan titik didih yang jauh atau perbedaan
penguapan. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasanya untuk
memperoleh senyawa murninya. Pada destilasi sederhana ini adalah penguapan
yang berkesinambungan yang mana larutan yang akan dipisahkan diuapkan
terlebih dahulu kemudian uap tersebut diuapkan menjadi caira kembali melalui
pemanasan. Pada proses destilasi sederhana ini digunakan pmansan dengan hot
plate, dimana sampel yag diduga formalin ditambahkan dengan aquades untuk
menarik seyawa formalin di dalam Erlenmeyer. Kemudian Erlenmeyer ditutup
dengan corong kaca lalu ujung corong kaca diberi selang kecil yang dihubungkan
ke tabung reaksi, dimana selang ini teppat mengalirnya uap dan sampel yang
dipanaska yang diduga mengandung formalin menuju tabung reaksi sebagai
tempat penampung destilat.

Sifat fisik formaldehid


-
BM = 30,03
-
Titik leleh = -118-92oC
-
Titik didih = -21-19 oC
-
Densitas = 1,13 x 103 kg/m3
-
Berbau tajam
-
Warna bening
Sifat kimia formaldehid
- Mudah menguap
- Beracun
- Mudah terbakar
- Larut dalam air, aseton, benzene kloroform
- Mudah terdekomposisi
- Mudah dioksidasi oleh oksigen
Prinsip percobaan analisa formalin pada bahan makanan dengan metode
destilasi, tes warna asam kromatopat yaitu dimana sampel diberi aquades yang
bertujuan untuk melarutka formalin, dimana formalin dapat terlarut dalam air.
Destilasi dilakukan agar uap air yang telah mengikat formalin terpisahkan dan
dengan pemberian H2SO4(p) sebagai katalis agar reaksi berjalan lebih cepat. Asam
kromatopat berfungsi sebagai pereaksi khas untuk formalin dimana asam
kromatopat akan bereaksi dengan formalin membentuk kompleks berwarna violet
yang merupakan uji (+) positif adanya formalin dalam sampel yang diuji.
Formalin merupakan bahan pengawet, dalam kesehatan formalin digunakan
untuk mengawetkan mayat tetapi banyak penyalahgunaan formalin ini sebagai
pengawet makanan. Penggunaan formalin pada makanan dilarang oleh BPOM
karena formalin sangat berbahaya. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka
bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker
pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tiggi, akan bereaksi secara kimia
dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Hasil uji formalin pada sampel tahu yaitu larutan tetap bening
menunjukkan bahwa (-) mengandung formalin
- Hasil uji formalin pada sampel pentol yaitu larutan berwarna ungu bening
menunjukkan bahwa (+) mengandung formalin
- Hasil uji formalin pada sampel ikan asin yaitu larutan berwarna ungu
bening menunjukkan bahwa (+) mengandung formalin

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dilakukan analisa formalin pada
lontong dan makanan kaleng agar diketahui ada atau tidaknya kandungan formalin
pada bahan makanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 1983. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.


Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Fessenden, R.J. dan Fessenden J.S. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Harmita. 2006. Analisis Fisikokimia. Depok: Farmasi FMIPA Universitas
Indonesia.
Herdiantini, E. 2003. Analisis Bahan Tambahan Kimia yang Dilarang dalam
Makanan. Bandung: Universitas Pasundan.
Lehringer, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Swastiniar, Annisrakhma. 2011. Optimasi Pereaksi Schryver dan Penerapannya
Pada Analisis Formaldehid dalam Sampel Usus dan Hati Ayam Secara
Spektrofotometri. Jakarta: UI.
Widyaningsih, T.D. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan.
Surabaya: Erlangga.
Wijaya, C. 2012. Bahan Tambahan Pangan Pengawet. Bogor: IPB.
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Windholz. 1976. Merck Index Sebuah Ensiklopedia Zat Kimia dan Obat Edisi
Kesembilan. USA: Merck & CO Inc.

Anda mungkin juga menyukai