Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Sampah dapat didefinisikan sebagai limbah padat yang terdiri dari zat organik
dan zat anorganik, dan dapat membahayakan lingkungan jika tidak dikelola
dengan baik. Bonggol pisang adalah salah satu contoh sampah organik atau
limbah yang belum dikelola dengan baik. Kulit pisang dan bonggol pisang
berpotensi dimanfaatkan sebagai pupuk organik padat maupun cair karena
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, kalium dan
fosfor. Pemanfaatan sampah organik selama ini lebih banyak digunakan sebagai
pupuk organik dalam bentuk padat, masyarakat jarang memanfaatkan sampah
organik menjadi pupuk organik. Pupuk organik dalam bentuk cair memiliki
kelebihan dari pupuk organik dalam bentuk padat seperti lebih mudah diserap oleh
tanaman karena unsur-unsur yang terdapat di dalamnya sudah terurai dan
pengaplikasiannya lebih mudah. Bonggol dan gedebog pisang kaya akan
kandungan nitrogen, sehingga limbah yang satu ini patut mendapatkan perhatian
oleh petani untuk di manfaatkan sebagai bahan pupuk cair hayati. Ketersediaan
bonggol pisang sangat melimpah, ini karena petani pisang pada umumnya hanya
membiarkan bonggol-bonggol dan batang pisang tersebut hingga membusuk begitu
saja setelah memanen buahnya dan menimbulkan limbah.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas


Mulawarman didirikan sebagai upaya untuk mempersiapkan
generasi muda untuk menguasai dan mengembangkan IPTEK
bagi kepentingan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
bagi kesejahteraan masyarakat. Di FMIPA sendiri memiliki beberapa
program studi, diantaranya ialah program studi Biologi. Program Studi Biologi
mendukung visi universitas dan fakultas menjadi program studi yang unggul di
tingkat nasional dalam bidang biologi dan mampu berkompetisi dalam skala
internasional serta bermakna bagi masyarakat dengan mengembangkan subjek-
2

subjek perkuliahan ilmu biologi (botani, zoologi, mikrobiologi, bioteknologi,


ekologi, dan lingkungan) berkarakter konservasi, membekali mahasiswa agar
mampu meneliti khususnya bidang penelitian biologi, dan bioenterpreneurship.
Persyaratan lulus pada program studi 1 (S1) bila mahahasiswa telah
menyelesaikan mata kuliah minimal 144 SKS, salah satu mata kuliah yang di
wajibkan ialah melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di instansi
pemerintahan, perusahaan atau lingkungan industri yang sesuai dengan jurusasn
yang sedang diikuti di Perguruan tinggi tersebut. Salah satu instansi yang
dijadikan sebagai tempat PKL adalah Unit Pelaksana Teknik Dinas Sekolah
Pembangunan Pertanian (UPTD SPP) Negeri Samarinda Provinsi Kalimantan
Timur di bawah naungan Dinas Pertanian Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.

Tugas pokok Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) SPP Negeri Samarinda
adalah melaksanakan pendidikan formal kejuruan pertanian tingkat menengah atas
untuk menunjang pembangunan pertanian. UPTD SPP Negeri Samarinda
mempunyai fungsi memberikan pelajaran pendidikan dan pelatihan siswa di
bidang keterampilan pertanian sesuai dengan kurikulum dan program studi,
melaksanakan kegiatan latihan untuk masyarakat pertanian yang membutuhkan.
Salah satu yang menjadi bahan pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar
adalah pembuatan pupuk organik cair (POC) yang berasal dari limbah bahan-
bahan organik yang didapatkan disekitar sekolah untuk nantinya di terapkan pada
tanaman dan tumbuhan yang berada di lingkungan UPTD SPPP-SPMA. Maka
dari itu diangkat topik Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari Bonggol
Pisang (Musa paradisiaca) dan Air Kelapa (Cocos nucifera) di UPTD. SPP-
SPMA Samarinda.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Tujuan yang ingin dicapai melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah
sebagai berikut:
Untuk mengetahui penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
mengikuti perkuliahan sesuai dengan bidang ilmu yang berkaitan pada
3

UPTD SPP Negeri Samarinda, khususnya dalam pengolahan limbah dari


bahan organik bonggol pisang dan air kelapa sebagai pupuk organik cair.
kandungan POC dari bonggol pisang dan air kelapa sehingga dapat di
aplikasikan pada tanaman oleh masyarakat.
Untuk mengetahui keunggulan pemberian pupuk organik cair bagi tanaman.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalahh sebagai berikut:
Dapat mengaplikasikan llmu yang di dapat di perkuliahan ke lapangan
pekerjaan sebenarnya khususnya UPTD SPP Negeri Samarinda Provinsi
Kalimantan Timur.
Dapat mengenal dan mengetahui profil dan gambaran umum kegiatan di
UPTD SPP Negeri Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.
Dapat mengetahui kandungan POC dari bonggol pisang dan air kelapa
sehingga dapat di aplikasikan pada tanaman oleh masyarakat.
Dapat mengetahui keunggulan dari penggunaan pupuk organik cair bagi
tanaman sehingga dapat di jadikan alternativ penggunaan pupuk kimia.

1.4 Tempat dan Topik Praktik Kerja Lapangan (PKL)


1.4.1 Tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertempat di UPTD SPP
Negeri Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.

1.4.2 Topik Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari Bonggol Pisang (Musa
paradisiaca) dan Air Kelapa (Cocos nucifera) di UPTD. SPP-SPMA Samarinda.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Instansi UPTD SPP Negeri Samarinda


2.1.1 Pembentukan UPTD SPP Negeri Samarinda
Unit pelaksanaan teknis Dinas (UPTD) SPP Negeri Samarinda merupakan
unsur pelaksanaan operasional Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Kalimantan Timur yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Dinas Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur.
Dasar Pembentukan UPTD SPP adalah peraturan Gubernur Kalimantan
Timur Nomor: 19 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja UPTD pada Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur.
2.1.2 Tugas Pokok
Tugas pokok Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) SPP Negeri Samarinda
adalah melaksanakan pendidikan formal kejuruan pertanian tingkat menengah atas
untuk menunjang pembangunan pertanian.
2.1.3 Fungsi
UPTD SPP Negeri Samarinda mempunyai fungsi:
a. Memberikan pelajaran pendidikan dan pelatihan siswa di bidang keterampilan
pertanian sesuai dengan kurikulum dan program studi
b. Melaksanakan kegiatan kokurikuler dan ekstrakulikuler
c. Melaksanakan bimbingan konseling
d. Melaksanakan kegiatan latihan untuk masyarakat pertanian yang
membutuhkan
e. Melaksanakan kegiatan PPU (Program Pemantapan Pengalaman Belajar di
Unit Usaha) tingkat II (Dua) dan III (Tiga)
f. Melaksanakan urusan ketatatusahaan
Sejak berdirinya UPTD SPPP-SPMA pada tahun 1964 sampai dengan Tahun
Ajaran 2011/2012 telah menghasilkan lulusan siswa dan siswi yang saat ini para
alumni telah tersebar bekerja mengabdikan dirinya pada berbagai bidang
pekerjaan seperti instansi pemerintah, perkebunan swasta dan wiraswasta. Baik
yang ada di propinsi Kalimantan Timur maupun di luar Propinsi Kalimantan
Timur.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya UPTD SPP Negeri
Samarinda mendapatkan pembiayaan dan APBD Propinsi Kalimantan Timur
dengan program Pelayanan Administrasi Perkantoran dan Program Peningkatan
5

Pembinaan Pendidikan SPP Negeri Samarinda melalui DPA-SKPD No. 2. 01. 01


tanggal 3 Desember 2014 Provinsi Kalimantan Timur. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015 dapat dikelompokkan ke dalam 6
program yaitu:
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Berisi kegiatan-kegiatan yang beerhubungan dengan opresional kantor
seperti: jasa surat menyurat, komunikasi, air, listrik alat tulis kantor, bahan
bacaan dan peralatan kantor lainnya dan lain-lain.
2. Program Peningkatan Saran dan Prasarana Aparatur yang meliputi pengadaan
perlengkapan gedung kantor, pemeliharaan rutin/ berkala gedung kantor.
3. Program peningkatan disiplin aparatur meliputi pengadaan pakaian dinas
berserta perlengkapannnya.
4. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur yang meliputi
pendidikan dan pelatihan formal.
5. Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang
meliputi peningkatan manajemen pengelolaan keuangan daerah.
6. Program peningkatan pembinaan pendidikan SPP Negeri Samarinda.

2.1.4 Organisasi UPTD SPP NEGERI Samarinda


Sekolah pertanian pembangunan (SPP ) Negeri Samarinda berdiri pada
tahun 1964 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Propinsi Daerah
tingkat I Kalimantan Timur No. 127/B-77/Kesedj-KDH/1964, tanggal 24 Oktober
1964 dengan nama Sekolah Pertanian Pembangunan Menengah Atas (SPMA).
Pada tahun 1970 SPP Samarinda mendapatkan status TERDAFTAR melalui SK
Direktur Djenderal Pertanian Nomor 61/DRH. Selanjutnya secara berturut turut
pada tahun 1986 melalui SK Kepala Badan Pendidikan, Latihan, dan Penyuluhan
Pertanian Nomor. 151/DRH/1986 mendapatkan peningkatan status yaitu DIAKUI,
pada tahun 1994 program studi tanaman pangan dan Holtikultural mendapatkan
status DISAMAKAN dengan SK nomor. 174/SK/DL.120/VII/1994 dan program
studi perkebunan mendapatkan status DISAMAKAN pada tahun 1998 dengan SK
Nomor. 226/Kep/DL.120/9/1998.
Pada tahun 2001 melalui SK Gubernur Kalimantan Timur Nomor 16 tahun
2001 kelembagaan SPP diperkuat menjadai UPTD yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pertanian Tanaman Pangan propinsi
6

Kalimantan Timur. Selanjutnya sesuai dengan SK Kepala Badan Perkembangan


Sumber Daya Manusia Pertanian Nomor: 114/Kep/DL.210/10/2002 tanggal 9
oktober 2002 SPP SPMA Negeri Samarinda ditetapkan menjadi SPP koordinator
bagi SPP-SPMA yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Di Kabupaten
malinau terdapat SPP-SPMA Negeri yang dikelola oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten Malinau dan dalam pembinaan fungsional oleh Badan
Pengembangan SDM Pertanian pelaksanaannya dikoordinasikan oleh SPP-SPMA
Negeri Samarinda.

A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dan Manajemen mengacu kepada peraturan Daerah
Provinsi kalimantan Timur Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata kerja
Dinas UPTD SPP Negeri Samarinda.
Struktur Organisasi SPP Negeri Samarinda disajikan pada skema sebagai
berikut:
KEPALA UPTD-SPP

KEPALA SUB.BAG.TU

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KESISWAAN


PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

B. Visi Misi
Gambar 1. Struktur Organisasi UPTD SPP Negeri Samarinda
(Sumber: Buku Tahunan UPTD SPP Negeri Samarinda 2015)
Sebagai acuan dalam mengembankan SPP Negeri Samarinda, pemangku
kepentingan merumuskan dan menyepakati Visi dan Misi berikut:
1. Visi
Terwujudnya lembaga pendidikan tingkat menengah yang menghasilkan
sumber daya manusia pertanian yang Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Profesional, berjiwa entrepreneurship dan berwawasan global.
2. Misi
7

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan.


b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan
c. Mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran
d. Mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha, dunia industri dan
perguruan di dalam dan luar negeri
e. Meningkatkan amino calon peserta didik
f. Meningkatkan integrasi dan partisipasi terhadap masyarakat dan
lingkungan.
C. Status dan Akreditasi
Berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Provinsi Sekolah Madrasah
Provinsi Kalimantan Timur Nomor: 195/BAP-S/M/O/T/XU/2011. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsi UPTD SPP Negeri Samarinda pada tahun 2011
ditetapkan terakreditasi A, sedangkan dalam melaksanakan standar manajemen
mutu UPTD SPP Negeri Samarinda juga menerima sertifikat ISO 9001:2008 with
certification Number: 43487/A/0001/UK/En dari United Registrar OF System 05
Desember 2011. Pada tanggal 05 Desember 2014 UPTD SPP Negeri Samarinda
masih berhak menyandang sertifikat ISO 9001:2008.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Mikro Organisme Lokal (MOL)
Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) terbuat dari bahan-bahan alami,
sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk
mempercepat penghancuran bahan organik. MOL dapat juga disebut sebagai
bioaktivator yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme lokal dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam setempat. MOL dapat berfungsi sebagai
perombak bahan organik dan sebagai pupuk cair melalui proses fermentasi. Faktor
utama penyebab maraknya penggunaan pupuk kimia yaitu mudah ditemui, cepat
respon dan unsur hara lengkap. Mikroorganisme Lokal dapat bersumber dari
bermacam-macam bahan lokal, antara lain urin sapi, batang pisang, daun gamal,
buah-buahan, nasi basi, sampah rumah tangga, rebung bambu, serta rumput gajah
dan dapat berperan dalam proses pengelolaan limbah ternak, baik limbah padat
untuk dijadikan kompos, serta limbah cair ternak untuk dijadikan bio-urine
(Budiyani, 2016).
8

2.2.2 Pengertian Pupuk Organik


Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan
pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi,
bentuk dan kandungan unsur haranya. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik
dibedakan menjadi dua, yakni pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair adalah
larutan yang berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman yang
mudah larut. Kelebihan pupuk cair adalah mampu memberikan hara sesuai
kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat lebih merata dan
kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dapat dibedakan menjadi
pupuk anorganik yang berasal dari bahan mineral dan telah diubah melalui proses
produksi di pabrik sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman.
Sementara itu, pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau
makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan
oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk
organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih
dari satu unsur dan mengandung unsur mikro. Jika dilihat dari bentuknya, pupuk
organik dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik padat
(Hadisuwito, 2012).
2.2.2.1 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini
adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam
pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika
dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain
itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang
diberikan ke permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman.
(Hadisuwito, 2012).
9

Pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya rendah
maksimal 5%, dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
pada tanah, karena bentuknya yang cair. Maka jika terjadi kelebihan kapasitas
pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur
penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan. Pupuk organik cair dalam
pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk
di satu tempat, hal ini disebabkan pupuk organik cair 100 persen larut. Pupuk
organik cair ini mempunyai kelebihan dapat secara cepat mengatasi defesiensi
hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga mampu menyediakan hara
secara cepat (Musnamar, 2006).

2.2.3 Deskripsi Tanaman Pisang (Musa paradisiaca)


Pisang telah ada sejak manusia ada. Memang, saat itu pisang masih
merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan manusia adalah sebagai
pengumpul. Mereka hanya mengumpulkan makanan dari tumbuhan yang ada
disekitar mereka tanpa menanamnya. Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga
pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat berkebudayaan
pengumpul (food gathering), telah menggunakan tunas dan pelepah pisang
sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah
dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai,
pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara (Satuhu, 1996).
10

Gambar 2. Tanaman Pisang (Musa paradisiaca)


(Sumber: Koleksi Pribadi)
Dalam ilmu tumbuhan, pisang dikenal dari Bahasa Arab maus dan menurut
Linneus termasuk keluarga Musaceae. Beberapa ahli menyebutkan, Linneus
memberikan penghargaan kepada Antonius Musa (dokter pribadi kaisar Romawi
Octaviani Agustinus yang menganjurkan memakan pisang) dengan memberikan
nama musa pada tanaman pisang. Dalam Bahasa Sansekerta, musa berarti merah
kecoklatan. Pisang sebagai salah satu di antara tanaman buah-buahan yang
memang asli Indonesia. Hampir disetiap pekarangan dan tegalan banyak dijumpai
tanaman ini. Ada yang ditanam rapih dan dirawat dengan baik. Ada pula yang
hanya di tanam asal hidup saja sehingga tidak bisa mendapatkan hasil yang baik.
(Satuhu, 1996).
2.2.3.1 Klasifikasi Tanaman Pisang (Musa paradisiaca)

Pisang merupakan tumbuhan terna raksasa, batang merupakan batang


semu, permukaan batang terihat bekas pelepah daun. tumbuhan ini tidak
bercabang, batangnya basah dan tidak mengandung lignin. pelepah daun pada
tumbuhan ini menyelubungi batang. Tumbuhan pisang memiliki ujung daun yang
berbentuk rompang dan daging daun yang sangat tipis. Pertulangan daun
berbentuk menyirip serta permukaan baik atas maupun bawah daun licin berlapis
lilin. Daun pisang ini berbentuk memanjang namun juga agak melebar berwarna
hijau tua saat dewasa dan hijau muda saat masih muda. Tanaman ini berakar
serabut dan tidak memiliki akar tunggang. Pertumbuhan akar pada umumnya
berkumpul dan bergerak menyamping sepanjang 4-5 meter. Walaupun dengan
kepanjangan tersebut, akar tanaman ini tidak dapat meraih lebih dalam dari 2
meter di bawah permukaan tanah.Sedangkan untuk batangnya dibedakan menjadi
2 macam, yaitu batang asli dan batang semu. Batang asli berada di pangkal batang
semu yang tenggelam di bawah permukaan tanah. Batang asli memiliki banyak
mata tunas yang akhirnya dapat menghasilkan akar. Batang semu terdiri dari
pelepah-pelepah daun, tegak, dan berdiri kokoh di atas permukaan tanah.

Klasifikasi pisang sebagai berikut:


11

kingdom : Plantae

divisi : Magnoliophyta

kelas : Liliopsida

ordo : Musales

famili : Musaceae

genus : Musa

spesies : Musa paradisiaca

(Harti, 2012)
2.2.3.2 Manfaat Bonggol Pisang untuk Pertanian
Manfaat bonggol dan gedebog pisang untuk pertanian: Bonggol dan gedebog
pisang kaya akan kandungan nitrogen, sehingga limbah yang satu ini patut
mendapatkan perhatian oleh petani untuk di manfaatkan sebagai bahan pupuk cair
hayati. Ketersediaan bonggol pisang sangat melimpah, ini karena petani pisang
pada umumnya hanya membiarkan bonggol-bonggol dan batang pisang tersebut
hingga membusuk begitu saja, setelah memanen buahnya. Bagi petani di Indonesia
sejak mengenal dan menggunakan pupuk kimia pada umumnya demi mengejar
swasembada pangan, tetapi efek buruk yang diperoleh dari menggunakan pupuk
anorganik sangatlah komplek. Dari semakin rusaknya tanah pertanian hingga
bermunculan berbagai macam hama pengganggu tanaman sebab akibat dari
aplikasi pupuk non organik. Jika pada peternakan atau budidaya belut dan cacing
sudah sangat familier dengan limbah perkebunan pisang, manfaat bonggol dan
gedebog pisang untuk pertanian juga sektor peternakan mempunyai peran penting,
seperti dalam budidaya belut & cacing. Kini saatnya budidaya di pertanian secara
keseluruhan mendapat manfaat dari bagian pisang yang terbuang ini. Kebutuhan
akan pupuk kimia yang semakin meningkat serta mahal harganya dalam usaha
pertanian, ada alternatif yang murah dari alam.

2.2.4 Deskripsi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera)


12

Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia


dan Pasifik. Kelapa di samping dapat memberikan devisa bagi negara juga
merupakan mata pencaharian jutaan petani, yang mampu memberikan
penghidupan puluhan juta keluarganya. Kelapa adalah tanaman serba guna.
Seluruh bagian tanamn ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Itulah sebabnya
tanaman ini telah sejak ratusan tahun dikenal di seluruh kepulauan Nusantara.
Tentang nama Cocos mungkin berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata gauzos
indi yang berarti biji dari Indonesia. Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk
family Palmae, dari genus Cocos (Setyamidjaja, D. 1984).

Gambar 3. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera)


(Sumber: Koleksi Pribadi)
2.2.4.1 Klasifikasi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera)
Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil).
Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon
kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal,
misalnya akibat serangan hama tanaman.
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman
kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
Klasifikasi:
kingdom : Plantae
divisio : Spermatophyta
sub-Divisi : Angiospermae
kelas : Monocotyledonae
ordo : Palmales
familia : Palmae
genus : Cocos
spesies : Cocos nucifera L.
13

(Setyamidjaja, D. 1984).
Penggolongan varieties kelapa pada umunya didasarkan pada perbedaan
umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah, serta sifat-sifat
khusus yang lain. Kelapa memiliki berbagai nama daerah. Secara umum, buah
kelapa dikenal sebagai coconut, orang Belanda menyebutnya kokosnoot atau
klapper, sedangkan orang Prancis menyebutnya cocotier. Di Indonesia kelapa
biasa disebut krambil atau klapa (Jawa) (Warisno, 2003).
2.2.4.2 Air Kelapa (Cocos nucifera)
Air kelapa merupakan salah satu produk dari tanaman kelapa yang belum
banyak dimanfaatkan. Air kelapa muda merupakan minuman yang sangat popular
dan air kelapa dari buah yang tua telah dikembangkan sebagai produk industri,
namun pemasarannya masih terbatas, bahkan terbuang begitu saja. Menurut B.C
Sison (1997) komposisi air kelapa sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi kimia air kelapa (%):
Komposisi %
Specific gravity 1.02
Bahan padat 4.71
Gula 2.56
Abu 0.46
Minyak 0.74
Protein 0.55
Senyawa chloride 0.17
(Sumber: Suhardiyono, 1998)
Jumlah air yang terdapat pada kelapa rata-rata 300 ml (kelapa dalam) dan
rata-rata 230 cc (kelapa hibrida). Karena pemanfaatannya masih terbatas maka
sering kali air kelapa ini dibuang begitu saja, baik ke sungai atau ke parit
pembuangan. Sebagai akibat pembuangan ini dapat terbentuk endapan berwarna
hitam dan berbau tajam yang tidak sedap. Apabila air kelapa dalam jumlah besar
masuk sawah, dapat mengakibatkan pertumbuhan yang tidak normal pada
tanaman padi yaitu tanaman padi tumbuh tinggi dan bulir padinya sedikit. Oleh
karena itu, dalam pemanfaatan lain, air kelapa dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan pupuk organik cair (Suhardiyono, 1988).
14

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 13
September 2016 sampai dengan tanggal 07 November 2016, pukul 07.00-16.00
WITA, bertempat di Unit Pelaksana Teknik Dinas Sekolah Pembangunan
Pertanian Negeri Samarinda (UPTD SPP Negeri Samarinda), Jl. Thoyib
Hadiwijaya Sempaja Samarinda Kalimantan Timur.

Gambar 4. Lokasi PKL


(Sumber: Koleksi Pribadi)

3.2 Kegiatan Praktikum Kerja Lapangan


Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPTD SPP-SPMA,
banyak kegiatan yang dilakukan, antara lain penyemaian dan penanaman tanaman
contohnya saja pada tanaman serai, tebu, kopi, kangkung, bayam sawi, tomat,
cabai dan lain-lain, lalu kegiatan pasca panen yang meliputi pengolahan hasil
panen berupa pembuatan minuman atau sirup dari aloe vera, rosela, nanas, susu
kedelai serta dari buaha-buahan lain, lalu pembuatan kerupuk dan keripik dari
nanas, pembuatan selai dan pasta. Identifikasi karakteristik dan struktur tanah
tanah, melakukan pengenalan alat dan mesin pertanian. Mengikuti kegiatan
sanitasi dan pemberian pupuk pada tanaman serai di lahan holtikultura dan lahan
perkebunan. Perbanyakan tanaman (Budidaya) melalui perbanyakan vegetatif
antara lain okulasi dan penyambungan (grafting) karet, durian, elay dan tanaman
hias, mengikuti pembuatan dan aplikasi pestisida nabati dari beberapa bagian
15

tanaman (sirih, daun pepaya, pacar cina, gamal, cengkeh, lamtoro, sirsak dll) dan
perlakuan serta pengendalian hama dengan menggunakan metil eugenol serta
pembuatan pupuk organik cair dari bahan-bahan organik.
Berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Lapangan tersebut, pada laporan ini
penyusun hanya memfokuskan pembahasan pada kegiatan Pembuatan Pupuk
Organik Cair (POC) dari Bonggol Pisang (Musa paradisiaca) dan Air Kelapa
(Cocos nucifera) di UPTD. SPP-SPMA Samarinda.

3.3 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) antara
lain: Gunting, ember, kayu pengaduk, botol air mineral ukuran besar, penutup,
kamera. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan
(PKL) antara lain: Bonggol pisang (Musa paradisiaca) sebanyak 1 buah, air
kelapa (Cocos nucifera) sebanyak 1 Liter, air bersih 20 Liter dan gula merah 100
gr.

3.4 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam pembuatan pupuk organik cair ini
antara lain: Disiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan, diambil
bonggol pisang, lalu dipotong kecil-kecil menjadi banyak bagian. Lalu bonggol
pisang yang telah dipotong-potong dimasukkan ke dalam ember yang berisi air
bersih. Dimasukkan air kelapa ke dalam air bersih yang telah berisi bonggol
pisang. Dilarutkan gula merah ke dalam ember tersebut. Diaduk hingga merata.
Larutan yang telah dicampurkan difermentasikan selama dua minggu. Hasil MOL
yang telah difermentasikan, untuk diaplikasikan ke tanaman yaitu dengan cara
mencampurkan larutan MOL yang telah difermentasi sebanyak 1 gelas kecil atau
ukuran 100 ml kedalam 5 liter air. Lalu larutan yang telah dicampurkan
disemprotkan ke bagian akar dan batang tanaman.
16

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakukan,
didapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 5. Perbedaan POCa antara sebelum dan sesudah fermentasi.


Gambar Gambar b a. POC sebelum
fermentasi b. POC sesudah fermentasi
Larutan POC bonggol pisang yang telah dibuat difermentasikan selama 2
minggu, dapat dilihat perbedaan POC yang telah dibuat sebelum difermentasikan
dan sesudah difermentasikan. POC yang telah difermentasikan berubah warna
menjadi coklat lebih muda dibandingkan sebelum difermentasi yang berwana
coklat tua, nampak busa atau gelembung diatas permukaan larutan yang telah
dibuat, hal itu menandakan bahwa larutan telah berubah menjadi masam.
POC yang telah dibuat sebagai pupuk organik cair dapat diaplikasikan
ditanaman hortik siswa-siswi SPP-SPMA, seperti tanaman cabe, tomat, dan
timun. Cara pemberian POC sebagai pupuk organik cair ini dengan
mencampurkan larutan POC yang telah difermentasi sebanyak 1 gelas kecil atau
ukuran 100 ml kedalam 5 liter air. Lalu larutan yang telah dicampurkan
disemprotkan ke bagian akar dan batang tanaman. Pupuk organik cair dari
bonggol pisang akan menambah ketersediaan hara di dalam tanah. Selain
ketersediaan hara di dalam tanah struktur udara dan tata udara tanah sangat

Dipotong kecil-kecil bonggol pisang


17

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Perkembangan


sistem perakaran tanaman yang baik sangat menentukan pertumbuhan vegetatif
tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produksi tanaman hortik di lahan
SPP-SPMA. Ketersediaan hara melalui pemberian pupuk organik cair mampu
menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman secara optimal. Sehingga penggunaan
POC bonggol pisang sebagai pupuk organik cair dapat dijadikan alternatif pengganti
pupuk kimia yang baik untuk digunakan dilahan tanaman hortik oleh siswa-siswi
SPP-SPMA.

4.2 Pembahasan
Jenis mikroorganisme yang telah diidentifikasi pada POC bonggol pisang
antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus nigger, Azospirillium,
Azotobacter. dan mikroba selulolitik. Mikroba inilah yang biasa menguraikan
bahan organik. Mikroba pada POC bonggol pisang akan bertindak sebagai
dekomposer bahan organik. Penelitian POC bonggol pisang menggunakan air
kelapa sebagai media pertumbuhan mikroorganisme. Air kelapa merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme selama proses fermentasi
karena air kelapa mengandung 7,27% karbohidrat; 0,29% protein; beberapa
mineral antara lain 312 mg L-1 kalium; 30 mg L-1 magnesium; 0,1 mg L-1 besi; 37
mg L-1 fosfor; 24 mg L-1 belerang; dan 183 mg L-1 klor (Budiyanto, 2002 dalam
Budiyani, 2016).
Menurut Hanolo. (1997), penggunaan pupuk organik cair harus dengan
konsentrasi yang tepat. Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan
konsentrasi yang diaplikasikan terhadap tanaman yang dibudidaya. Dari beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada melalui
tanah. Penggunaan konsentrasi pupuk organik cair yang tepat dapat memperbaiki
pertumbuhan, mempercepat panen, memperpanjang masa atau umur produksi dan
dapat meningkatkan hasil tanaman. Konsentrasi anjuran pupuk organik cair
Enviro Plus adalah 1,5 ml L-1 air, dengan pemberian 10-15 HST.
18

Ada banyak faktor yang mempengaruhi bakteri tumbuh pada fermentasi


yaitu substrat, suhu, pH, oksigen, dan mikroba yang digunakan. Substrat sebagai
sumber karbohidrat merupakan bahan baku fermentasi yang mengandung nutrisi-
nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuhan. Sumber utama
dalam pembuatan larutan POC yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
mikroorganisme itu sendiri. Sumber karbohidrat pembuatan POC pada penelitian
ini yaitu menggunakan, Bonggol pisang mengandung gizi yang cukup tinggi
dengan komposisi yang lengkap, mengandung karbohidrat (66%), mempunyai
kandungan kadar protein 4,35%, sumber mikroorganisme pengurai bahan organik
atau dekomposer (Budiyani, 2016).

4.2 Kandungan Batang/ Bonggol Pohon Pisang


Batang/ Bonggol pohon pisang adalah batang semu yang bagian bawahnya
merupakan umbi batang, dan bagian atas yang berupa batang, dibentuk oleh upih
daunya yang memanjang dan saling menutupi.Batang pohon pisang cukup banyak
mengandung zat-zat mineral. Kadar airnya cukup tinggi sedangkan kadar zat
karbohidratnya sedikit. Susunan kimiawi dari batang pisang sebagai berikut:
Tabel 2. Susunan kimiawi batang pisang
Kandungan Jumlah
Air 92,5%
Protein 0,35%
Karbohidrat 4,4%
Zat Fosfor 135 mgr per 100 gr batang
Zat Kalium 213 mgr per 100 gr batang
Zat Kalsium 122 mgr per 100 gr batang
(Sumber: Suprihatin, 2011/ www.googlescholar.com)
Selain itu ekstrak bonggol pisang diketahui mempunyai kandungan
kimiawi antar lain : Tannin , Saponin dan flavonoid. Unsur atau zat Saponin
termasuk glikosida terdistribusi di hampir keseluruhan tumbuh-tumbuhan dan
biasanya saponin memiliki sifat sangat iritan bagi mukosa tubuh. Berdasarkan
penelitian telah di ketahui juga Saponin memiliki aktivitas antiseptik juga mampu
19

meningkatkan kekebalan tubuh ternak. Sehingga bonggol pisang juga sangat sesuai
untuk di olah menjadi pakan ternak (Suprihatin, 2011).

4.3 Kandungan Air Kelapa

Air kelapa secara khusus, sangat kaya akan kandungan kalium (K)/
potassium. Selain mempunyai berbagai macam mineral, kandungan air kelapa juga
terdapat gula yang sangat bervariasi antara 1,7 % hingga 2,6 % juga terdapat
Protein antara 0,07 % hingga 0,55 %. Karena air kelapa memiliki komposisi nutrisi
yang begitu bagus, maka cairan ini sudah tentu sangat baik di manfaatkan sebagai
bahan baku makanan. Beberapa jenis kandungan kimiawi air kelapa antara lain:
Kalium (K) atau potassium, Vitamin C (asam askorbat), protein, lemak, hidrat
arang. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi (Fe), fosfor (P) dan
gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air berkisar 95,5 gram
dari setiap 100 gram buah kelapa (Warisno, 2003).

Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam


vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin,
riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin
sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa. Kandungan nutrisi pada air
kelapa muda dan air kelapa tua mempunyai perbedaan, volume air kelapa dapat
megalami perubahan pada waktu proses pemasakan buah. Kadar air kelapa pada
buah juga mempunyai volume tergantung pada ukuran buah, jenis kelapa, tempat
pertumbuhan, umur buah dan juga faktor kesegaran. Kandungan dan volume air
kelapa yang maksimal adalah rata-rata saat buah berusia 7 bulan (Warisno, 2003).

4.4 Keunggulan Penggunaan Pupuk Organik

Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi


aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik
yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan
20

terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase,
meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air,
mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk
organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation,
meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan
mineral. Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi
mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme
menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat. Pupuk
organik disamping dapat menyuplai hara NPK, juga dapat menyediakan unsur
hara mikro sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau
tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang
seimbang. Semakin tingginya aplikasi pupuk anorganik tanpa pengembalian
bahan organik ke tanah mengakibatkan keseimbangan dan ketersediaan hara tanah
terganggu. Tingginya harga pupuk dengan ketersediaan yang terbatas dan efisiensi
pemupukan yang rendah mengakibatkan pemupukan tidak lagi nyata
meningkatkan hasil. Pupuk organik cair merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi serapan hara bagi tanaman.
(Hadisuwito, 2008).
21

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan, maka
diperoleh kesimpulan bahwa mahasiswa dapat mengetahui dan menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan sesuai dengan bidang
ilmu yang berkaitan pada UPTD SPP Negeri Samarinda, khususnya dalam
pengolahan limbah dari bahan organik bonggol pisang dan air kelapa sebagai
pupuk organik cair. Air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme selama proses fermentasi. Keunggulan dari penggunaan pupuk
cair antara lain perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah,
memperbaiki aerasi dan drainase. Terhadap sifat kimia yaitu, meningkatkan
ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.
Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi
mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme
menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat

5.2 Saran
Sebaiknya perlakuan yang dapat dilakukan dalam pembuatan Pupuk Organik
Cair selanjutnya, dapat digunakan dari bahan-bahan organik lainnya yang lebih
bervariasi lagi, seperti dari daun pisang maupun kulit pisang sehingga dapat
mengurangi limbah dan dapat diaplikasikan ke tanaman hortik yang ditanam oleh
siswa-siswi SPMA.
22

DAFTAR PUSTAKA

Budiyani, N.K., Soniari N. N., dan Sutarisri N.W., 2016. Analisis Kualitas Larutan
Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. Vol. 5 (1): Hal. (63-72).
www.googlescholar.com
Budiyanto, M. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: PT. Agro Media
Pustaka.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: PT. Agro Media
Pustaka.
Hanolo, W. 1997. Tanggapan Tanaman Selada dan Sawi Terhadap Dosis dan Cara
Pemberian Pupuk Cair Stimulan. Jurnal Agrotropika. Vol I (1): Hal 25-29.
www.googlescholar.com
Harti, Heri, 2012. Teknologi Sehat Budidaya Pisang. Bogor: Pusat Kajian
Holtikultura
Musnamar, I.E. 2003. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Satuhu, S dan Ahmad S, 1996. Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar Pisang.
Yogyakarta: Kanisius
Setyamidjaja, D. 1984. Bertanam Kelapa. Yogyakarta: Kanisius
Suhardiyono, L. 1988. Tanaman Kelapa. Yogyakarta: Kanisius

Suprihatin, 2011. Production Process Of Liquid Fertilizer from Banana Trunk.


Jurnal Teknik Kimia. Vol.5 (2): Hal 429-433. www.googlescholar.com
Tim Penyusun. 2015. Buku Tahunan SPP Negeri Samarinda. Dinas Pertanian.
Samarinda.
Warisno, 2003. Budi Daya Kelapa Genjah. Yogyakarta: Kanisius
23

Anda mungkin juga menyukai