Anda di halaman 1dari 5

USHUL 'ISYRIN ( 20 PRINSIP) UNTUK

KESATUAN UMMAT
2 October 2013 at 15:06
Muqaddimah
Usul Isyrin adalah salah satu tulisan yang ditulis oleh Ustadz Hasan Al-Bana,
& merupakan buah tangan  yang sangat penting, karena risalah ini
mengandung beberapa perkara yang wajib dipercayai & diketahui oleh setiap
Muslim & wajib diikuti dlm prilaku & tindak-tanduknya; baik utk menjalin
hubungan yang erat kepada Khaliqnya & utk menjalin hubungan  yang erat
terhadap sesama manusia.
 
Bahwa dlm Usul Isyrin ini, imam Hasan Al-Banna menerangkan berbagai
perkara yang tak sepatutnya terjadi perselisihan pendapat (pertikaian) di
dalamnya, terutama dlm hal-hal yang berkenaan dgn aqidah, karena aqidah
harus difahami sebagaimana yang terdapat di dlm Al-Quran Al-Karim &
Sunnah An-Nabawiyah. Semoga dgn penjelasan ini setiap Muslim dapat
memahami Islam sebagaimana yang patut difahami tanpa menambah atau
menguranginya sedikitpun dari apa yang telah diturunkan oleh Allah &
disampaikan oleh Rasul-Nya saw.
 
Demikian juga dlm Usul Isyrin ini imam Hassan Al-Banna, Pendiri & Al-Mursyid
Pertama jamaah Ikhwanul Muslimin, menerangkan bahwa di dlm Islam
terdapat hal-hal yang dibenarkan utk berbeda pendapat di samping perkara-
perkara yang tak boleh berbeda pendapat tadi. Semoga dgn ini setiap  Muslim
itu mengetahui  di mana tempat-tempat yang boleh berbeda & tak merasa
ganjil bila berhadapan dgn perbedaan pendapat seperti itu.
Kepada para Ikhwan hendaknya membaca & mengulang-ulang buku ini
sehingga dapat memberikan pencerahan, mehamami terhadap ajaran Islam &
mempererat ukhuwah terhadap sesama. Kemudian hal-hal yang telah
diketahui & difahami dari ajaran-ajaran Islam tersebut hendaklah diamalkan.
Dan setiap amalan tersebut hendaklah dapat membentuk jiwa & membina diri
dlm suasana Islami; karena beramal dlm usaha pembentukan peribadi adalah
cara yang dapat membentuk jiwa. Inilah jalan yang dilalui oleh para sahabat
nabi yang mulia karena mereka beramal dgn apa yang diketahui.
 
Semoga Allah swt. memberikan hidayah-Nya, meridhai & memberikan
pertolongan-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat  tetap teguh &
berkhidmat utk agama Allah, & semoga pula Allah mencurahkan rahmat-Nya
kepada Al-Mursyid dgn petunjuk & kebaikan & menumbuhkan kepada ktia
cinta pada  pengorbanan & jihad.
 
20 Prinsip Agama Islam yang harus DIFAHAMI oleh seorang muslim adalah :
 
1. Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh), mencakup seluruh aspek
kehidupan. Maka ia adalah negara dan tanah air atau pemerintahan dan umat,
moral dan kekuatan atau kasih sayang dan keadilan, wawasan dan undang-
undang atau ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam atau
penghasilan dan kekayaan, serta perjuangan dan dakwah atau pasukan dan
pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah akidah yang murni dan ibadah yang
benar, tidak kurang tidak lebih.
 
 
2. Al Qur'an dan Sunnah yang suci adalah rujukan setiap muslim dalam
mengenali hukum-hukum Islam. Al Qur'an harus dipahami sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaknakan suatu ayat hingga
melampaui arti yang sewajarnya) dan ta'assuf (serampangan). Sedangkan as
Sunnah yang suci harus dipahami melalui para ahli hadis yang terpercaya.
 
 
3. Keimanan yang murni, ibadah yang benar, dan mujahadah (bersungguh-
sungguh dalam beribadah) adalah cahaya dan kelezatan yang Allah curahkan
pada hati hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sementara ilham, lintasan
pikiran, penemuan-penemuan ghaib (al kasyf), dan mimpi, itu semua bukan
termasuk sumber hukum syariat Islam. Maka semua itu tidak perlu
diperhatikan kecuali bila tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama
dan teks-teksnya.
 
 
4. Jimat, jampi (ruqyah), wada' (semacam keong yang dikalungkan di leher
anak kecil sebagai jimat), ramal (meramal nasib dengan membuat garis di
pasir), perdukunan, mengaku tahu akan hal-hal ghaib, dan semisalnya adalah
kemungkaran yang wajib diberantas. Kecuali jimat yang berasal dari ayat-
ayat al Qur'an atau jampi yang diriwayatkan dari Rasulullah saw.
 
 
5. Pendapat imam (pimpinan) dan wakilnya tentang hal-hal yang tidak ada
teks hukumnya, hal-hal yang mengandung beragam interpretasi, dan hal-hal
yang membawa kemaslahatan umum (al maslahah al mursalah), harus
diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat.
Pendapat tersebut mungkin akan berubah sejalan dengan situasi, adat, atau
tradisi.
Pada dasarnya ibadah adalah kepatuhan total, tanpa mempertimbangkan
makna-maknanya. Sedangkan adat istiadat (urusan selain ibadah ritual) harus
mempertimbangkan rahasia-rahasianya, hikmah, maksud, dan tujuannya.
 
 
6. Setiap orang dapat ditolak ucapannya, kecuali al Ma'shum (Rasulullah
saw). Segala hal yang datang dari para pendahulu -semoga mereka diridhai
Allah- yang sesuai dengan al Qur'an dan as Sunah kita terima. Bila tidak,
maka al Qur'an dan as Sunah lebih utama untuk diikuti. Namun demikian, kita
tidak boleh mencaci maki dan menjelek-jelekkan pribadi mereka dalam
masalah-masalah yang masih diperselisihkan, serahkan saja kepada niat
mereka masing-masing. Sebab mereka telah mendapatkan apa yang telah
mereka kerjakan.
 
 
7. Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan telaah terhadap dalil-dalil
hukum furu' (cabang), hendaklah mengikuti salah satu imam (pemimpin
agama).
Namun lebih baik lagi kalau sikap mengikuti tersebut diiringi dengan upaya
semampunya dalam memahami dalil-dalil yang dipergunakan oleh imamnya,
dan hendaklah ia mau menerima setiap masukan yang disertai dalil, bila ia
percaya pada keshalihan dan kapasitas orang yang memberi masukan
tersebut. Bila ia termasuk ahli ilmu, maka hendaklah selalu berusaha
menyempurnakan kekurangannya dalam keilmuan, sehingga dapat mencapai
derajat penelaah (mujtahid).
 
 
8. Perbedaan paham dalam masalah-masalah furu' (cabang). hendaklah tidak
menjadi faktor perpecahan dalam agama, tidak menyebabkan permusuhan,
dan tidak juga kebencian, setiap mujtahid akan mendapatkan pahala masing-
masing. Tidak ada larangan melakukan studi ilmiah yang jujur dalam
persoalan-persoalan khilafiyah (masalah-masalah fiqh yang masih
diperselisihkan oleh para ulama), dalam suasana saling mencintai karena
Allah dan tolong menolong untuk mencapai kebernaran yang sebenarnya.
Studi tersebut tidak boleh menyeret pada debat yang tercela dan fanatik buta.
 
 
9. Memperdalam pembahasan tentang masalah-masalah yang amal tidak
dibangun di atasnya (tidak menghasilkan amal nyata) adalah sikap takalluf
(memaksakan diri) yang dilarang Islam.  Misalnya memperluas pembahasan
tentang berbagai hukum bagi masalah-masalah yang tidak benar-benar
terjadi, memperbincangkan makna ayat-ayat al Qur'an yang belum dijangkau
oleh ilmu pengetahuan, perdebatan dalam membandingkan keutamaan
sahabat ra, atau memperbincangkan perselisihan yang terjadi di antara
mereka. Masing-masing memiliki keutamaan sebagai sahabat Nabi saw, dan
pahala dari niat mereka. Sedangkan mentakwil perselisihan mereka dapat
menghindarkan diri dari dosa.
 
 
10. Ma'rifah (mengenal) Allah tabaraka wa ta'ala, meng-Esakan-Nya, dan me-
Mahasucikan Dia adalah setinggi-tingginya tingkatan akidah Islam.
Sedangkan ayat-ayat dan hadis-hadis shahih tentang sifat-sifat Allah adalah
termasuk mutasyabihat. Kita wajib mengimaninya sebagaimana adanya,
tanpa menta'wilkan dan tanpa pengingkaran (ta'thil) serta tidak perlu
memperuncing perbedaan pendapat di antara para ulama tentang hal
tersebut. Kita mencukupkan diri seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah
saw dan para wahabatnya, "Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata,
'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi
Rabb kami,'" (Ali Imran: 7)
 
 
11. Segala bentuk bid'ah dalam agama yang tidak mempunyai dasar pijakan,
tetapi dianggap bagus oleh hawa nafsu menusia, baik berupa penambahan
maupun pengurangan, adalah kesesatan yang wajib diperangi dan diberantas
dengan menggunakan cara yang sebaik-baiknya, yang tidak menimbulkan
kejelekkan yang lebih parah.
 
 
12. Bid'ah idhafiyah (amalan yang disyariatkan, tanpa ada keterangan tentang
tata caranya, lalu dilakukan dengan cara-cara tertentu), bid'ah tarkiyah
(meninggalkan hal-hal yang di halalkan oleh syariat untuk mendekatkan diri
kepada Allah), dan iltizam (menentukan waktu, tempat, dan jumlah bilangan)
terhadap ibadah-ibadah yang muthlaqah (ibadah yang tidak ditentukan waktu,
tempat, dan bilangannya) adalah masalah khilafiyah dalam bab fiqh. Masing-
masing orang mempunyai pendapat dalam masalah tersebut. Namun tidak
mengapa jika dilakukan penelitian untuk sampai pada hakikatnya dengan dalil
dan argumentasi.
 
 
13. Mencintai orang-orang shalih, menghormati mereka, dan memuji mereka
karena amal-amal baik mereka yang tampak adalah bagian dari taqarrub
kepada Allah swt. Sedangkan para wali adalah orang-orang yang disebut
dalam firman Allah swt, "Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka itu
bertakwa." Karamah yang sesuai dengan syarat-syarat syariat itu benar
adanya. Namun harus diyakini bahwa mereka (para wali) -semoga Allah ridha
pada mereka- tidak memiliki mudharat maupun manfaat bagi diri mereka
sendiri, baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal dunia, apalagi
bagi orang lain.
 
 
14. Ziarah kubur -kubur siapa saja- adalah sunah yang disyariatkan dengan
cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Akan tetapi, meminta
pertolongan kepada penghuni kubur, -siapapun mereka- berdoa kepadanya,
memohon pemenuhan hajat dari dekat maupun dari jauh, bernazar untuknya,
membangun kuburnya, menghiasinya, memberinya penerangan, dan
mengusapnya (untuk mengalap berkah), juga bersumpah dengan selain Allah
swt dan segala bid'ah yang serupa dengannya adalah dosa besar yang wajib
diperangi. Kitda tidak akan mencari-cari pembenaran terhadap amalan-
amalan tersebut, demi menutup pintu fitnah yang lebih parah lagi.
 
 
15. Berdoa kepada Allah disertai tawassul (perantara) dengan salah satu
makhluk-Nya adalah perbedaan dalam masalah furu' tentang tata cara berdoa,
bukan termasuk masalah akidah.
 
 
16. Tradisi yang salah tidak dapat mengubah hakikat arti lafazh-lafazh dalam
syariat. Kita harus mengkaji lafazh-lafazh syariat sesuai makna yang
dikandungnya dan mencukupkan diri dengannya. Sebagaimana kita juga wajib
berhati-hati terhadap berbagai istilah yang menipu dalam pembahasan
masalah-masalah dunia dan agama. Ibrah (yang dijadikan patokan) itu ada
pada esensi di balik suatu nama, bukan pada nama itu sendiri.
 
 
17. Akidah adalah asas bagi aktivitas, amal hati itu lebih penting daripada
amal anggota badan. Namun upaya mencapai kesempurnaan pada kedua hal
tersebut merupakan tuntutan syariat, meskipun kadar tuntutan masing-
masing berbeda.
 
 
18. Islam itu membebaskan akal pikiran, menganjurkan untuk melakukan
penelitian pada alam, mengangkat derajat ilmu dan para ulama, dan
menyambut kehadiran segala sesuatu yang baik dan bermanfaat. "Hikmah
adalah barang hilang milik orang yang beriman. Di manapun didapatkan, ia
adalah orang yang paling berhak atasnya."
 
 
19. Pandangan syar'i dan pandangan logika memiliki wilayah sendiri-sendiri
yang tidak dapat saling memasuki secara sempurna. Namun demikian,
keduanya tidak akan pernah berbeda dalam hal-hal yang qath'i (absolut).
Hakikat ilmiah yang benar tidak mungkin bertentangan dengan kaidah syariat
yang shahih. Sesuatu yang masih bersifat zhanni (interpretable), harus
ditafsiri agar sejalan dengan qath'i. Bila kedua-duanya bersifat zhanni, maka
pandangan syariat lebih utama untuk diikuti, sampai logika mendapatkan
legalitas kebenarannya, atau gugur sama sekali.
 
 
20. Kita tidak mengkafirkan seorang muslim yang telah mengikrarkan dua
kalimat syahadat, mengamalkan tuntutan-tuntutannya dan melaksanakan
kewajiban-kewajibannya, baik karena pendapatnya maupun kemaksiatannya,
kecuali jika ia mengatakan kata-kata kufur, atau mengingkari sesuatu yang
telah diakui sebagai asas dari agama, atau mendustakan ayat-ayat al Qur'an
yang sudah jelas maknanya, atau mentafsirkannya dengan cara yang tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Arab, atau melakukan suatu perbuatan yang
tidak mungkin diinterpretasikan kecuali kekufuran.
 

Anda mungkin juga menyukai