Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di dunia.
Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat
penatalaksanaan yang benar. Karena ini semua berpengaruh terhadap morbiditas
dan mortalitas itu. Ini terbukti dengan angka kematian yang tinggi di negara
Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support dan memacu untuk
memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.

Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang
mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus,
untuk mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada
persalinan, baik penyakit komplikasi dan lain-lain.

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan


kehamilan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal
care merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu
hamil dan mendeteksi adanya kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal
care sebagai deteksi dini adanya kehamilan yang beresiko tinngi sebagai salah
satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga antenatal care diharapkan dapat
mengurangi angka kematian ibu.
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya
disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda
kehamilan. Untuk itu ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering
memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan untuk mengurangi penyulit saat
inpartu.

$Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan obstetrik


dan neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil memeberikan
pelayanan sesuai dengan standart yang diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan tentang nyeri perut pada kehamilan muda (KET) ?


2. Bagaimana penjelasan tentang kesulitan bernapas pada ibu hamil ?
3. Bagaimana penjelasan tentang tanda – tanda gerakan janin yang tidak
dirasakan ?
4. Bagaimana penjelasan tentang ketuban pecah dini (KPD) ?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui penjelasan tentang nyeri perut pada kehamilan muda


(KET)
2. Untuk mengetahui penjelasan tentang kesulitan bernapas pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang tanda – tanda gerakan janin yang tidak
dirasakan
4. Untuk mengetahui penjelasan tentang ketuban pecah dini (KPD)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nyeri Perut pada Kehamilan Muda (KET)

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah kondisi yang terjadi saat sel telur
yang dibuahi tidak berpindah ke rahim, namun menempel dan bertumbuh di tuba
fallopi. Kehamilan ektopik juga sering disebut sebagai hamil di luar kandungan.

Saat wanita hamil, proses pembuahan sel telur seharusnya terjadi di tuba fallopi
yang kemudian berpindah ke rahim, di mana sel telur yang sudah dibuahi akan
menempel pada dinding rahim dan menjadi janin. Namun, pada kehamilan
ektopik, sel telur yang sudah dibuahi tidak pindah menuju rahim. Proses
terjadinya kehamilan ektopik adalah sebagai berikut
1. Setelah menstruasi, wanita akan melepaskan sel telur dari indung telurnya. Sel
telur itu adalah sel telur yang siap untuk dibuahi. Sel telur tersebut akan
berjalan menuju ke saluran telur kemudian menuju ke rahim.
2. Ketika setelah menstruasi wanita melakukan hubungan seksual, sperma
pasangan akan masuk ke dalam rahim dan mencari sel telur yang bisa untuk
dibuahi. Hasil pembuahan itu dinamakan dengan zigot.
3. Bila tidak ada halangan, zigot itu akan berenang dan menuju ke rongga
rahim. Ketika menuju ke rongga rahim akan ada pembelahan sel. Ketika
sampai di rongga rahim, sel ini akan menempelkan dirinya ke dinding rahim
dan bisa tumbuh lebih lanjut.
4. Sayang, tidak semua harapan bisa terwujud. Dalam perjalannya menuju ke
rahim, zigot bisa saja menemukan banyak hambatan. Hambatan itu bisa
membuat perjalanan zigot menjadi melambat dan terganggu. Akibatnya
adalah zigot akan menempel bukan di dinding rahim di dalam rahim. Jika hal
itu terjadi, kehamilan ektopik terganggu bisa terjadi. Zigot itu bisa tumbuh di
tempat-tempat seperti :
Saluran telur. Lokasi ini adalah lokasi paling sering ditemukannya kehamilan
ektopik. Daerahnya adalah daerah ampula. Daerah ampula adalah daerah yang
lebar di saluran telur. Zigot itu banyak yang berhenti di saluran telur tepatnya
berada di daerah ampula.
 Rongga perut
 Ovarium atau indung telur
 Korpus uteri
 Leher rahim atau serviks.

Zigot bisa berubah menjadi embrio bukan pada tempatnya, namun ketika
usianya lebih dari tiga bulan zigot itu tidak bisa berkembang lagi sehingga
akan menimbulkan keluhan pada ibu hamil tersebut. Penanganan medis harus
segera dilakukan sedini mungkin, jangan sampai medis terlambat mengatasi
hal tersebut.

Gejala dari wanita yang mengalami kehamilan ektopik

 Nyeri
Wanita hamil yang mengalami gejala kehamilan ektopik terganggu akan
merasakan nyeri terutama di bagian perut bawah. Nyeri itu bisa sangat tajam
kemudian bisa melebar ke bagian perut. Nyeri itu akan semakin terasa hebat
jika digunakan untuk berjalan, bergerak dan juga beraktivitas meskipun hanya
aktivitas yang ringan saja.
 Pendarahan
Wanita yang hamil namun mengalami pendarahan seperti menstruasi, bisa
dikatakan bahwa dirinya terkena hamil ektopik. Pendarahan yang dialami itu
bisa sangat bervariasi misalnya saja hanya timbul bercak darah saat
hamil berwarna cokelat atau bahkan menstruasi seperti darah segar.
 Sakit Panggul
Wanita yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan sakit di bagian
panggul. Sakit panggul itu hanya ada di salah satu sisi saja dan itu merupakan
sakit yang tiba-tiba.
 Pingsan
Pingsan merupakan tanda bahwa ibu hamil mengalami hamil ektopik. Pingsan
itu bisa terjadi ketika ibu hamil sudah tidak bisa menahan nyeri dan sakit pada
bagian panggul serta nyeri di bagian bawah perutnya.
 Hipotensi
Wanita dengan hamil ektopik akan mengalami tekanan  darah rendah atau
hipotensi.
 Sakit Perut
Selain nyeri wanita akan mengalami kram perut atau sakit perut dimana,
seperti tanda-tanda kehamilan. Namun hal tersebut dirasakan perutnya seperti
diremas-remas. Rasa sakit itu semakin sering dirasakan oleh wanita.
 Kulit Pucat
Akibat pendarahan yang dialaminya, wanita dengan hamil ektopik akan
kekurangan darah dan mengalami anemia. Salah satu tanda jika dia terkena
anemia adalah dia akan memiliki kulit yang pucat.
 Denyut Nadi Meningkat
Wanita yang mengalami hamil ektopik akan mengalami denyut nadi
meningkat. Denyut nadi ini bisa di cek di bagian pergelangan tangan atau di
bagian leher.

Faktor – faktor resiko kehamilan ektopik

 Menggunakan intrauterine device (IUD) sebagai kontrasepsi


 Sejarah penyakit seksual menular, seperti klamidia dan gonore
 Sejarah salpingitis, penyakit peradangan pelvis
 Gangguan pada tuba fallopi kongenital
 Luka dari endometriosis atau sejarah operasi ektopik
 Sejarah kehamilan ektopik sebelumnya
 Sejarah ligasi tuba yang gagal (operasi sterilisasi)
 Obat-obat penyubur atau isu kesuburan lainnya seperti in vitro fertilization
(IVF)
 Merokok sebelum kehamilan
 Penggunaan diethylstilbestrol selama kehamilan
Proses diagnosa kehamilan ektopik terganggu

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan pertama yang akan


dilakukan untuk mengetahui apakah kehamilan ektopik ada pada pasien.
Pemeriksaan laborat mencakup pemeriksaan-pemeriksaan di bawah ini :

 Pemeriksaan darah dengan mengambil sampel darah pasien.


 Pemeriksaan berapa kadar hormon progesterone pasien.
 Memeriksa kadar HCG pasien. Pada ciri-ciri orang hamil hormon
HCG akan meningkat, namun jika mengalami hamil ektopik, hormon
HCG yang ada di dalam tubuhnya tidak akan bertambah atau
meningkat.
 Memeriksa golongan darah pasien.

2. Pemeriksaan Penunjang

Selain pemeriksaan laboratorium, dokter akan melakukan pemeriksaan


penunjang. Pemeriksaan penunjang tersebut mencakup hal-hal di bawah ini

 Kuldosentesis.– Pemeriksaan ini merupakan pengambilan cairan


peritoneal di ekskavasio rektouterina, tindakan yang dilakukan adalah
tindakan pungsi di dinding vagina.
 USG – Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan umum yang akan
dilakukan oleh dokter. Manfaat USG kehamilan ini dokter akan
mengecek apakah tuba falopi mengalami kerusakan sehingga
menimbulkan pendarahan.Tidak hanya itu saja melalui USG dokter
bisa melihat apakah ada embrio yang menempel tidak pada uterus.
 Laparoskopi – Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang
dilakukan dengan melakukan pembedahan menggunakan sayatan kecil
yang ada dibawah perut.

Penanganan kehamilan ektopik terganggu


a. Obat – obatan
Langkah pertama yang akan dilakukan adalah dengan memberikan obat-
obatan. Obat-obatan tersebut fungsinya adalah menahan laju pertumbuhan
embrio, obat suntik juga akan diberikan kepada ibu hamil. Tujuannya
adalah dengan obat suntik tersebut diharapkan bisa terserap ke dalam tubuh
ibu hamil, obat itu bisa menjaga keutuhan tuba falopi dan menjaganya agar
tidak pecah atau rusak.
Tuba falopi yang pecah dan rusak bisa disebabkan oleh embrio yang terus
tumbuh dan membesar. Kondisi tuba yang sempit tidak memungkinkan
embrio untuk terus berkembang menjadi janin.
b. Operasi

Jika pemberian obat tidak berhasil dan embrio terus berkembang, dokter
akan melakukan tindakan pembedahan atau operasi. Operasi ini dirasa
paling aman dan memiliki angka keberhasilan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian obat-obatan. Operasi ini akan dilakukan
oleh wanita yang mengalami kehamilan ektopik terganggu lebih dari
beberapa minggu. Operasi yang biasa dilakukan untuk mengatasi hamil
ektopik adalah operasi laparaskopi dengan membentuk sayatan kecil yang
ada di bawah perut.

Operasi ini juga akan dilakukan jika kondisi tuba sudah pecah dan
menimbulkan pendarahan. Jika tuba sudah pecah bukan laparoskopi saja
yang dilakukan, namun operasi besar untuk mengangkat saluran tuba yang
telah pecah agar tidak menimbulkan infeksi di dalam perut.

2.2 Kesulitan Bernapas pada Ibu Hamil

Sesak napas pada ibu hamil mungkin tidak hanya disebabkan oleh satu faktor,
tapi bisa disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari rahim yang terus membesar
hingga perubahan pada kinerja jantung. Selain itu, kebutuhan oksigen ibu yang
meningkat selama kehamilan, juga turut menyebabkan ibu hamil mengalami
sesak napas.

Sesak napas bisa terjadi di berbagai fase dalam kehamilan. Ada ibu hamil yang
sudah mulai merasa sesak napas mulai dari trimester pertama, sementara ibu
hamil lainnya baru merasa sesak napas pada trimester kedua maupun trimester
ketiga.

Beberapa penyebab sesak napas pada ibu hamil, seperti:

 Perkembangan rahim. Rahim yang mulai berkembang di trimester pertama


turut menekan diafragma (jaringan otot yang memisahkan jantung dan paru-
paru dengan perut) naik setinggi 4 cm, sehingga hal ini memengaruhi
pernapasan ibu hamil. Ibu hamil mungkin mulai tidak bisa mengambil napas
dalam-dalam pada trimester pertama.
 Perubahan hormon selama kehamilan. Perubahan hormon progesteron selama
masa kehamilan juga dapat memengaruhi pernapasan, membuat pernapasan
ibu hamil jadi lebih cepat. Progesteron secara langsung memengaruhi paru-
paru dan menstimulasi pusat pernapasan di otak.
 Kinerja jantung yang meningkat. Hal ini karena jantung harus memompa
darah lebih keras untuk bisa mengalirkan darah ke seluruh tubuh, termasuk ke
plasenta. Beban kerja jantung yang meningkat dapat menyebabkan ibu hamil
mengalami sesak napas.

Masalah medis yang dapat menyebabkan sesak napas pada ibu hamil, yaitu:

 Asma. Kehamilan dapat memperburuk gejala asma yang sudah ada.


Selain asma, sesak napas juga dapat diperburuk jika ibu hamil
mempunyai anemia atau tekanan darah tinggi.
 Emboli paru. Ini terjadi ketika gumpalan darah menempel di pembuluh
darah arteri di paru. Emboli dapat secara langsung memengaruhi
pernapasan dan menyebabkan batuk, nyeri dada, dan sesak napas.
Namun, kondisi ini sangat jarang terjadi.
 Kardiomiopati peripartum. Merupakan salah satu jenis gagal jantung
yang dapat terjadi selama kehamilan atau segera setelah melahirkan.
Gejalanya seperti bengkak pada pergelangan kaki, tekanan darah
rendah, kelelahan, dan detak jantung tidak berirama atau jantung
berdebar-debar.

Cara Mengatasi Sesak Napas pada Ibu Hamil

 Mengatur posisi duduk

Duduk tegak dan tarik bahu ke belakang. Posisi duduk ini akan
memberikan ruang yang cukup untuk paru-paru mengambil oksigen
yang diperlukan.
 Hindari terburu-buru

Meski ibu hamil bisa tetap aktif melakukan berbagai kegiatan. Hindari
sikap terburu-buru saat beraktivitas dan jangan memaksakan diri.

 Luangkan waktu untuk rileks

Meski tidak mudah, ibu hamil yang mengalami sesak nafas disarankan
meluangkan waktu untuk rileks. Ketegangan hanya akan memicu sesak
nafas lebih terasa lagi. Jika perlu, waktu rileks sekaligus digunakan
untuk beristirahat.

 Gunakan bantal tambahan

Jika sesak nafas dirasakan saat posisi tidur. Ibu hamil dapat
menggunakan beberapa bantal tambahan yang menyangga bagian
punggung.

 Berolahraga ringan

Tubuh yang kurang fit dapat memicu sesak nafas saat hamil
muda. Berolahraga ringan saat hamil akan memberikan tubuh
kesempatan mendapatkan oksigen lebih banyak. Olahraga ringan
berarti ibu hamil masih dapat berbincang tanpa sesak nafas. Salah satu
pilihan yaitu yoga khusus ibu hamil. Olahraga ini akan melatih
pernapasan sekaligus peregangan yang dapat memperbaiki postur.
Waspada jika ibu hamil mengalami kondisi di bawah ini:

 Sesak nafas yang diiringi dengan detak jantung yang cepat


 Sesak nafas dengan bibir, jari tangan, atau jari kaki yang berwarna
pucat atau biru.
 Sesak nafas diiringi batuk yang terus menerus dengan demam,
menggigil, atau batuk darah.
 Sesak nafas dengan nyeri dada. Selain itu sesak nafas saat berbaring
atau terjadi pada malam hari juga harus diwaspadai.
 Sesak nafas berat, bahkan diikuti dengan hilang kesadaran setelah
melakukan kegiatan yang melelahkan.
2.3 Tanda – Tanda Gerakan Janin Tidak Dirasakan

Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin, dimana
gerakan janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini
dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan per hari dianggap lazim.

Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-36 minggu bagi
wanita yang beresiko rendah mengalami insufisiensi uteroplasenta. Sedangkan
bagi wanita yang faktor resikonya telah diidentifikasi, perhitungan gerakan janin
dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu. Gerakan janin dapat dirasakan oleh
ibunya pada kehamilan 18 minggu. Gerakan janin kadang-kadang pada
kehamilan 20 minggu dapat diraba secara objektif oleh pemeriksanya,
ballottement dalam uterus dapat diraba pada kehamilan yang lebih tua. Gerakan
janin normal yaitu sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan
tubuh janin yang menunjukkan normalitas.

Setiap ibu hamil akan mengalami gerakan janin berbeda-beda waktunya. Namun
biasanya ibu hamil akan merasakan gerakan janin mulai kehamilan usia 16
minggu atau juga bisa mulai saat kehamilan usia 20 minggu. Hal ini tergantung
dari sensitivitas ibu itu sendiri atau mungkin dari aktivitas bayi itu sendiri.
Mungkin ibu yang sedang mengandung anak ke dua dan seterusnya akan lebih
dini mengetahui adanya gerakan janin karena telah berpengalaman. Karena
biasanya awal-awal gerakan janin, ibu hanya merasakan adanya seperti
gelembung gas dalam perutnya atau adanya debaran kecil di dalam perutnya.
Selain itu, ibu hamil akan merasakan aktifnya gerakan tatkala malam hari atau
beberapa saat setelah ibu makan, karena adanya peningkatan glukosa dalam
tubuh. Hal yang mempengaruhi gerakan janin :
1. Kapan gerakan muncul
2. Usia kandungan
3. Kadar glukosa
4. Stimulus suara
5. Penggunaan obat-obatan & kebiasaan merokok
6. Asidemia
7. Polihidramnion
8. Oligohidramnion

Gerakan janin akan terasa berbeda sesuai dengan usia kehamilan


1. Usia kehamilan 16-20 Minggu

Pada rentang usia ini lah biasanya pertama kalinya merasakan gerakan
janin. Gerakan yang  terasa seperti tendangan dan pukulan seringkali
hanya terasa seperti kedutan dalam perut.

2. Usia kehamilan 21-24 Minggu

Bayi mulai banyak bergerak, seperti menedang dan jungkir balik. Hal
ini disebabkan karena jumlah ke tubuh yang masih banyak yang janin
leluasa bergerak dalam rahim

3. Usia kehamilan 25-28 Minggu

Gerakannya semakin aktif, tidak jarang Anda di buat tersentak dengan


gerakannya. Selain itu, fungsi pendengaran janin yang mulai berfungsi
pada usia ini janin berespons terhadap suara dari luar seperti janin
akan merespons ketika dia di kagetkan dengan suara keras, dan
sebagainya.
4. Usia kehamilan 29-35 Minggu

Frekuensi dan jenis gerakan janin semakin sering dan bervariasi yang
seringkali membuat Anda merasa kesakitan. Namun, nikmatilah setiap
gerakannya, tetaplah berkomunikasi dengan janin dengan cara
membelai dan berbincang dengannya untuk merespons setiap gerakan
yang di lakukannya

5. Usia kehamilan 36-40 Minggu

Cairan ketuban semakin berkurang seiring usia kehamilan menjelang


persalinan, itulah sebabnya janji menjadi tidak seaktif sebelumnya.
Namun, jumlah gerakannya harus tetap dalam batas minimal, yakni 10
kali dalam 24 jam. Di karenakan jumlah ketuban yang berkurang ini
menyebabkan adanya rasa sakit saat janin bergerak, terutama ketika
melakukan gerakan putaran dalam perut.

Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6, beberapa ibu
dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Jika janin tidur gerakannya akan
melemah. Janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.
Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan
jika ibu makan dan minum dengan baik. Yang termasuk tanda bahaya adalah bila
gerakan janin mulai berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Assesmen yang
mungkin adalah kematian janin dalam rahim.
Jika janin bergerak kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam atau ibu tidak
merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.

Deteksi dini :
a. Pengumpulan data
Jika bayi sebelum nya bergerak dan sekarang bergerak, tanyakan pada ibu
kapan terkahir bergerak
b. Pemeriksaan
Raba gerakan janin, dengarkan DJJ, jika pemeriksaan radiologi tersedia
konfirmasi kematian janin setelah 5 hari
c. USG
Merupakan sarana diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin.
Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh :
1) Aktivitas ibu yang berlebihan sehingga gerakan janin tidak terasa
2) Kematian janin
3) Perut tegang akibat kontraksi berlebihan
4) Kepala sudah masuk panggul pada kehamilan atterm

d. Komplikasi yang timbul adalah :


1) IUFD
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan
janin, kegawatan janin atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis
sebelumnya sehingga tidak diobati
2) Fetal distress
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen cukup, sehinga
mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terajdi kronik (dalam jangka
waktu lama) atau akut.
3) Nyeri perut yang hebat
e. Penanganan umum
1) Memberikan dukungan mocional kepada ibu
2) Menilai DJJ :
a) Bila ibu mendaoat sedative tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian
nilai ulang
b) Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang untuk mendengarkan
menggunakan stetoskop doppler.

f. Diagnosis

Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda Diagnosis


Selalu Ada Kadang Kadang Ada Kemungkinan
Gerakan janin  Syok Solusio Plasenta
berkurang atau  Uterus tegang
hilang atau kaku
 Nyeri perut hilang  Gawat Janin atau
timbul atau menetap DJJ tidak
Perdarahan terdengar
pervaginam sesudah
hamil 22 minggu
 Gerak Janin dan DJJ  Syok Ruptura Uteri
tidak ada  Perut Kembung
 Perdarahan  Cairan Bebas Intra
 Nyeri Perut Hebat Abdominal
 Kontur Uterus
Abnormal
 Abdomen Nyeri
 Bagian bagian
janin teraba
 Denyut nadi ibu
cepat
 Gerakan Janin Cairan Ketuban Gawat Janin
berkurang atau bercampur mekonium
hilang
 DJJ Abnormal
(<100/menit atau
>180/menit)
 Gerakan Janin  Tanda tanda Kematian Janin
/DJJ hilang kehamilan berhenti
 Tinggi Fundus
Uteri berkurang
 Pembesaran Uterus
berkurang

Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologies


yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat
badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin atai infeksi.
 Diagnosis
Riwayat dan Pemeriksaan Fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat
diagnosis kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin
berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin.
Diagnosis pasti ditegakan dengan pemeriksaan ultrasound, dimana tidak tampak
adanya gerakan jantung janin. Pada anamnesis gerakan menghilang. Pada
pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat pada tinggi fundus uteri
menurun, berat badan ibu menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil. Dengan
fetoskopi dan doppler tidak dapat didengar bunyi denyut jantung janin. Dengan
sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG, tampak gambaran janin tanpa tanda
kehidupan. Dengan foto radiologik selama lima hari tampak tulang kepala
kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (gejala ‘spalding’), tulang belakang
hiper refleksi, edema sekitar tulang kepala, tampak gambaran gas pada jantung
dan pembuluh darah. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif setelah beberapa
hari kematian janin. Komplikasi yang dapat terjadi adalah trauma psikis ibu
ataupun keluarga, apalagi kematian antara janin dan persalinan berlangsung
lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila
kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

 Etiologi
Pada 25-60 % kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
 Faktor maternal antara lain adalah post term (> 42 minggu), diabetes melitus
tidak terkontrol, sistemik lupus eritematous, infeksi, hipertensi, preeklampsia,
eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, anti
fosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
 Faktor fetal antara lain adalah hamil kembar, hamil tumbuh terhambat,
kelainan kongenital, kelainan genetik, infeksi.
 Faktor plasenta antara lain adalah kelainan tali pusat, lepasnya plasenta,
ketuban pecah dini, vasa previa
 Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intrauterin meningkat pada
usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi
dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum),
kegemukan, ayah berusia lanjut.
Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan
pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprenship
untuk mencari penyebab kematian janin termaksuk analisis kromosom,
kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya.

Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin.


Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga,
pada kehamilan berikut diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang
kesejahteraan janin.

Pemantauan kesejahteraan janin dilakukan dengan anamnesis, ditanyakan


aktivitas gerakan janin pada ibu hamil, bila mencurigakan dapat dilakukan
pemeriksaan kardiotokografi.

 Tatalaksana
 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien
selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan
dapat lahir pervaginam.
 Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,
perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
 Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif:
- tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu
- yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
 Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
 Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks.
- Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
- Jika serviks belum matang, lakukan pematangan seviks dengan prostaglandin
atau kateter Foley. Catatan:Jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi
- Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif terakhir.
 Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun, dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
- Tempatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina, dapat diulangi sesudah 6
jam.
- Jika tidak ada respon sesduah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi
50 mcg setiap 6 jam. Catatan: Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan
jangan melebihi 4 dosis.
 Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
 Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati.
 Berikan kesempatan pada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
 Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi
2.4 Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini (KPD) adalah kondisi pecahnya kantung ketuban yang


membuat air ketuban merembes, meskipun hari perkiraan lahir (HPL) belum
datang.
Ada dua jenis KPD yakni PPROM (Preterm premature rupture of membranes)
yang terjadi jika ketuban pecah sebelum usia kandungan 37 minggu. Dan PROM
(Premature rupture of membranes) jika ketuban pecah setelah usia kandungan 37
minggu.
Ibu yang mengalami ketuban pecah dini akan merasakan keluar cairan dari
vagina secara terus menerus tanpa henti. Cairan ini berwarna bening, tidak
berbau. Keluarnya cairan disertai rasa mulas di perut.

Penyebab Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan prematur alias bayi


terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa lebih
berisiko terjadi jika terdapat beberapa hal seperti berikut:

 Infeksi rahim, kantung ketuban, leher rahim, atau vagina. Ini adalah
pemicu umum ketuban pecah dini.
 Cedera fisik, misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau
terjatuh.
 Rahim dan kantung ketuban yang terlalu teregang. Hal tersebut
diakibatkan oleh jumlah janin dalam kandungan lebih dari satu atau
volume cairan ketuban yang terlalu banyak.
 Merokok atau menggunakan narkoba selama masa kehamilan.
 Menjalani operasi atau biopsi serviks.
 Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.
 Perdarahan vagina selama kehamilan.
 Kelainan plasenta.
 Posisi janin yang tidak normal di dalam rahim.
 Indeks massa tubuh ibu hamil yang
 Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

Komplikasi ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini bisa dianggap sebagai hal serius karena dapat
mengakibatkan:

 Ketika ketuban pecah, kuman dapat bermigrasi ke dalam kantung


ketuban hingga menyebabkan infeksi dalam rahim. Gejalanya
termasuk suhu tubuh naik, keputihan yang tidak biasa, vagina berbau
yang tidak enak, denyut nadi cepat, nyeri di perut bagian bawah, dan
detak jantung janin menjadi lebih cepat dari biasanya. Kondisi ini
dapat menyebabkan sepsis pada bayi yang berbahaya.
 Bayi lahir prematur.
 Meningkatkan risiko terjadinya retensi plasenta (sebagian atau semua
plasenta tertinggal di dalam rahim). Kondisi ini akan menyebabkan
perdarahan postpartum, yaitu perdarahan lewat vagina dalam waktu 24
jam hingga enam minggu setelah melahirkan.
 Volume cairan ketuban terlalu sedikit (oligohidramnion), bila ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan usia muda. Ketika cairan ketuban
hilang, tali pusat bisa terjepit di antara janin dan dinding rahim.
Akibatnya, janin bisa mengalami cedera otak atau bahkan kematian.
 Jika ketuban pecah sebelum kehamilan berusia 23 minggu, paru-paru
janin kemungkinan tidak akan berkembang dengan baik dan
menyebabkan janin tidak bisa bertahan hidup. Kalau janin bertahan
hidup, maka kemungkinan akan mengalami cacat fisik dan mental
ketika dilahirkan. Bayi juga berisiko mengalami beberapa masalah,
seperti penyakit paru-paru kronis, hidrosefalus, cerebral palsy, dan
gangguan perkembangan.
 Solusio plasenta, yaitu terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari
dinding rahim sebelum proses persalinan terjadi.
 Tali pusar terjepit atau terlilit hingga menyebabkan bayi mengalami
cedera otak atau bahkan kematian
 Putusnya tali pusar yang menghubungkan janin dengan plasenta

Cara mencegah ketuban pecah dini (KPD)

1. Menjaga kesehatan selama hamil


Kondisi kesehatan ibu hamil yang menurun sering menjadi penyebab
kantung ketuban pecah sebelum waktunya. Oleh karena itu, ibu hamil harus
rutin memeriksakan diri ke dokter, agar kondisi ia dan bayinya bisa dipantau
dengan baik.
2. Konsumsi makanan mengandung vitamin C dan zat besi tinggi
Vitamin C bisa menguatkan membran di kantung ketuban, sehingga
menurunkan risiko ketuban pecah atau air ketuban merembes. Ibu hamil
disarankan untuk mengonsumsi vitamin C yang cukup.
Selain itu, ibu hamil juga disarankan mengonsumsi banyak sayuran hijau dan
kacang-kacangan yang mengandung zat besi. Fungsinya untuk menguatkan
ibu dan janin dalam kandungan.
3. Menghindari rokok
Asap rokok sangat berbahaya bagi ibu hamil. Hindari paparan asap rokok
selama hamil baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif.
Artikel terkait: Dampak asap rokok pada ibu hamil
4. Istirahat yang cukup
Ibu hamil sebaiknya jangan dibiarkan untuk melakukan pekerjaan berat atau
terlalu capek. Bila merasa lelah, segeralah beristirahat. Kondisi tubuh ibu
hamil tidak boleh terlalu drop, karena bisa menyebabkan komplikasi seperti
air ketuban yang pecah terlalu dini.
5. Hati-hati saat berhubungan seks
Saat ingin berhubungan seks dengan suami, lakukan dengan hati-hati. Kalau
perlu mintalah saran dari dokter mengenai posisi dan waktu yang tepat untuk
melakukannya. Suami juga harus hati-hati. Bila kehamilannya berisiko,
sebaiknya tunda berhubungan seks sampai bayi lahir.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang
menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Hiperemesis gravidarum adalah
mual muntah berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari dan
keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang
paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu setelah
haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80% multigravida mengalami mual
muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000
kehamilan (Mitayani, 2009:40). Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda
yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidakterdeteksi
bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).

3.2 Saran
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya
disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda
kehamilan. Untuk itu ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering
memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan untuk mengurangi penyulit saat
inpartu. Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan
obstetrik dan neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil
memeberikan pelayanan sesuai dengan standart yang diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai