Tujuan :
Hipotesis :
1. Alat
a. Power supply
b. Lempeng stainles steel
c. Lempeng logam Au
d. Buah klerek
e. Kompor
f. Sikat
g. Kipas
h. Gelas kimia
i. Kabel
j. Aquades
k. Larutan K2SO4
Langkah Kerja :
7. Mengikatkan kabel pertama pada lempeng emas sedangkan kabel yang kedua dibiarkan
8. Setelah air mendidih, memasukkan kedua kabel (kabel pertama dan kabel kedua)
9. Menunggu hingga kabel tembaga yang kedua berubah warna menjadi emas (sebagai
indikator)
10. Setelah itu mengaitkan kabel dengan logam yang akan disepuh
11. Mengaduk logam selama peyepuhan hingga berubah warna menjadi keemasan
12. Setelah logam berubah warna menjadi emas, melepas logam dari kaitan tersebut
14. Setelah mencuci logam, mengaikan/melilitkan lagi logam tersebut dengan kabel
15. Mengaduk logam selama peyepuhan hingga berubah warna menjadi lebih emas
16. Setelah logam tersebut telah menjadi lebih emas, melepas logam dari kaitan tersebut
17. Mencuci dan menyikat kembali logam tersebut dengan klerek agar lapisan emas benar-
benar menempel
Gambar Rangkaian :
Hasil Pengamatan:
KATODE
o Logam sebagai kutub negatif (katode) adalah logam yang akan
disepuh (lempeng stainles steel)
o Terjadi peristiwa reduksi
o Permukaan menguning karena terlapisi emas
ELEKTRODE
o Larutan K2SO4 sebagai larutan elektroda
o Terdapat gelembung berwarna kuning
Kesimpulan:
Logam yang akan disepuh/dilapisi (lempeng stainles
steel) sebagai katoda.
Logam peyepuh/yang akan melapisi (lempeng logam emas)
sebagai anoda.
Ion logam bergerak dari anode menuju katode.
LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN EMAS (GOLD ELECTROPLATING)
1. TUJUAN
Mengamati peristiwa penyepuhan (electroplating) pada emas.
Untuk mengetahui bagaimana tahap -tahapenyepuhan terjadi
Untuk mengetahui Zat apa saja yang terlibat dalam penyepuhan tersebut.
Untuk mengetahiu reaksi apa saja yang terjadi selama penyepuhan
Sebagai pengetahuan kepada penulis dan pembaca agar dapat mengetahui lebih dalam
bagaimana saja proses-proses yang terjadi dalam penyepuhan dan komponen-komponen
apa saja yang diperlukan dalam penyepuhan serta mamfaatnya dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari.
2. LANDASAN TEORI
Banyak benda-benda logam di sekitar kita telah mengalami penyepuhan sehingga kelihatan
indah dan menarik. Penyepuhan adalah suatu proses pelapisan permukaan logam dengan
logam lain, misalnya suatu logam yang disepuh dengan nikel (Ni), krom (Cr), perak (Ag),
emas (Au), atau tembaga (Cu).
Bagaimana logam itu disepuh? Penyepuhan logam dapat dilakukan dengan cara elektrolisis.
3. RUMUSAN MASALAH
a. Alat
1. 5 buah baterai ABC D 1.5V
2. 2 buah kabel
3. Sangling (asahan dari baja)
4. Kertas amplas
5. Buah Lerak (Sapindus mukorossi)
6. Sikat kecil dan besar
b. Bahan
1. Cincin dari logam lain (tembaga, perak, besi kecuali baja stainless steel)
2. Logam emas murni
3. Larutan kalium sianida / Potassium (KCN)
4. Larutan tembaga sulfat (CuSO4)
5. Larutan emas (AuCl3)
6. Air bersih
5. CARA KERJA
6. HASIL PENGAMATAN
7. PERTANYAAN
8. KESIMPULAN
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks
yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat
diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari
(lihat Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Baterai aki yang sedang
diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa
bahan kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam
sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut : 2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel elektrolisis
dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber arus
(umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu
wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang
ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti
Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya
reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di
anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan
elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya,
katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan
logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan
teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan
endapan logam di katoda dan gas di anoda.
Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada
proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di
anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang
dikenal dengan istilah sel Downs) :
Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 Cl-(l) ——> 2 Na(s) + Cl2(g) ……………….. [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan
gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti dengan
larutan garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk mempelajari reaksi
elektrolisis larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat Elektrokimia
I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta).
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel Potensial
Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air
lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katoda
adalah air. Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl- dan
air hampir sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage),
maka oksidasi ion Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang
bereaksi di anoda adalah ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis
larutan garam NaCl adalah sebagai berikut :
Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) ——> H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq) …………………….
[(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH- (basa)
di katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda dapat
dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi
sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis
lelehan umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.
Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na2SO4. Pada katoda, terjadi
persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai E°red, maka air yang akan tereduksi di
katoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42- dengan air di anoda. Oleh karena
bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6, maka
spesi SO42- tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi di
anoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi sel : 6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH-(aq)
…………………….. [(1) + (2)]
Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah
peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga
ditemukan pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.
Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang
tidak inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi
di anoda, sehingga produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab
logam yang tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi
produk yang dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan
garam NaCl dengan menggunakan elektroda Cu :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- ——> H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. (1)
Reaksi sel : Cu(s) + 2 H2O(l) ——> Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. [(1)
+ (2)]
Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
reaksi elektrolisis :
1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi;
elektroda tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di
anoda
3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion
aluminium, maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam
oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda
Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam
proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis)
pada permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya
digunakan sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung. Logam yang ingin
disepuh berfungsi sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam
penyepuh berfungsi sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung
spesi ion logam yang sama dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses
elektrolisis, lempeng perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak
tersebut kemudian akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini
relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri perabot
rumah tangga dan peralatan dapur.
Setelah kita mempelajari aspek kualitatif reaksi elektrolisis, kini kita akan melanjutkan
dengan aspek kuantitatif sel elektrolisis. Seperti yang telah disebutkan di awal, tujuan utama
elektrolisis adalah untuk mengendapkan logam dan mengumpulkan gas dari larutan yang
dielektrolisis. Kita dapat menentukan kuantitas produk yang terbentuk melalui konsep mol
dan stoikiometri.
Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday (F).
Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday
equivalen dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan
setengah mol elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap satu mol partikel
mengandung 6,02 x 1023 partikel. Sementara setiap elektron mengemban muatan sebesar 1,6
x 10-19 C. Dengan demikian :
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel elektron 1
Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)
Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian arus listrik
(Ampere) dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan Coulomb, Ampere,
dan detik adalah sebagai berikut :
Q = I x t
Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :
Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang
dibutuhkan pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan
koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda, kuantitas produk
elektrolisis dapat ditemukan.
Berikut ini adalah beberapa contoh soal aspek kuantitatif sel elektrolisis :
1. Pada elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert dihasilkan gas oksigen sebanyak
5,6 L pada STP. Berapakah jumlah listrik dalam Coulomb yang dialirkan pada proses
tersebut?
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert adalah sebagai berikut :
Gas O2 terbentuk di anoda. Mol gas O2 yang terbentuk sama dengan 5,6 L / 22,4 L = ¼ mol
O2
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan ¼ mol gas O2, maka jumlah
mol elektron yang terlibat adalah sebesar 4 x ¼ = 1 mol elektron.
2. Unsur Fluor dapat diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaF. Berapakah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan 15 L gas fluorin ( 1 mol gas mengandung 25 L gas) dengan
arus sebesar 10 Ampere?
Penyeleasian :
Reaksi elektrolisis lelehan NaF adalah sebagai berikut :
Gas F2 terbentuk di anoda. Mol gas F2 yang terbentuk adalah sebesar 15 L / 25 L = 0,6 mol F2
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan 0,6 mol gas F2, akan
melibatkan mol elektron sebanyak 2 x 0,6 = 1,2 mol elektron
Jadi, diperlukan waktu selama 3,22 jam untuk menghasilkan 15 L gas fluorin
3. Arus sebesar 0,452 A dilewatkan pada sel elektrolisis yang mengandung lelehan CaCl2
selama 1,5 jam. Berapakah jumlah produk yang dihasilkan pada masing-masing elektroda?
Penyelesaian :
Mol elektron yang terlibat dalam reaksi ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol Ca yang dihasilkan adalah setengah dari mol
elektron yang terlibat. Dengan demikian, massa Ca yang dihasilkan adalah :
Massa Ca = mol Ca x Ar Ca
Massa Ca = ½ x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 40 = 0,506 gram Ca
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, mol gas Cl2 yang dihasilkan adalah setengah dari
mol elektron yang terlibat. Dengan demikian, volume gas Cl2 (STP) yang dihasilkan adalah :
Volume gas Cl2 = mol Cl2 x 22,4 L
Volume gas Cl2 = ½ x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 22.4 L = 0,283 L gas Cl2
Jadi, produk yang dihasilkan di katoda adalah 0,506 gram endapan Ca dan produk yang
dihasilkan di anoda adalah 0,283 L gas Cl2 (STP)
4. Dalam sebuah percobaan elektrolisis, digunakan dua sel yang dirangkaikan secara seri.
Masing-masing sel menerima arus listrik yang sama. Sel pertama berisi larutan AgNO3,
sedangkan sel kedua berisi larutan XCl3. Jika setelah elektrolisis selesai, diperoleh 1,44 gram
logam Ag pada sel pertama dan 0,12 gram logam X pada sel kedua, tentukanlah massa molar
(Ar) logam X tersebut!
Penyelesaian :
Logam Ag yang dihasilkan sebanyak 1,44 gram; dengan demikian, mol logam Ag yang
dihasilkan sebesar 1,44 / 108 mol Ag
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol elektron yang dibutuhkan untuk menghasilkan
logam Ag sama dengan mol logam Ag (koefisien reaksinya sama)
Sehingga, mol elektron yang digunakan dalam proses elektrolisis ini adalah sebesar 1,44 /
108 mol elektron
Arus yang sama dialirkan pada sel kedua, sehingga, mol elektron yang digunakan dalam
proses elektrolisis ini sama seperti sebelumya, yaitu sebesar 1,44 / 108 mol elektron
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol logam X yang dihasilkan sama dengan 1 / 3
kali mol elektron, yaitu sebesar 1 / 3 x 1,44 / 108 mol X
Massa logam X = 0,12 gram; dengan demikian, massa molar (Ar) logam X adalah sebagai
berikut:
mol = massa / Ar
Referensi:
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam laporan ini adalah
1. Bagaimana tahap-tahap yang terjadi pada proses penyepuhan?
2. Alat dan bahan yang diperlukan dalam penyepuhan tersebut?
3. Reaksi apa yang terjadi pada penyepuhan tersebut?
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
1. Cincin dari logam lain (tembaga, perak, besi kecuali baja stainless steel)
2. Logam emas murni
3. Larutan kalium sianida / Potassium (KCN)
4. Larutan tembaga sulfat (CuSO4)
5. Larutan emas (AuCl3)
6. Air bersih
1. Rangkai 5 buah baterai ABC D 1.5V menjadi rangkaian seri.
2. Sambung dua buah kabel di masing-masing kutub rangkaian seri tadi.
3. Ampaslah sangling dengan amplas.
4. Sediakan cincin yang akan dilapisi emas lalu kilapkanlah dengan sangling yang sudah
diamplas tadi.
5. Rendam cincin ke dalam larutan kalium sianida (KCN) selama 1 menit.
6. Setelah direndam, masukkan cincin ke dalam air bersih. Lalu sikat cincin dengan
buah Lerak (Sapindus mukorossi) selama 1 menit. Kemudian bilas lagi hingga bersih dengan
air bersih.
7. Hubungkan logam emas murni pada elektrode (+) baterai dan cincin pada elektrode
(-) baterai lalu celupkan keduanya ke dalam larutan tembaga sulfat (CuSO4) selama 15 menit.
8. Kemudian celupkan pada larutan emas kedua dan ketiga masing-masing selama 15
menit.
9. Setelah cincin sudah terlapisi emas seluruhnya, sikat kembali dengan buah Lerak
(Sapindus mukorossi) agar lapisan emas benar-benar menempel.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penyepuhan adalah pelepasan dengan logam menggunakan sel elektrolisis
untuk memperindah penampilan dan mencegah korosi.
Benda yang akan disepuh dijadikan katode (Fe) dan logam penyepuh sebagai
anode (Cu),(Ag).
Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan elektrolit dari NaS2O3 dan
Ag(CN).
Lamanya proses penyepuhan mempengaruhi ketebalan lapisan logam yang
disepuh.
3.2. SARAN
Apabila ingin memperindah perhiasan atau logam lainnya, tidak perlu biaya
banyak. Apalagi harus membeli perhiasan yang baru. Cukup dengan di sepuh
menggunakan metode elektrolisis.
Elektrolisis tidak terlalu sulit hingga bisa di coba sendiri di rumah dengan
bahan yang sederhana.
Selain perhiasan lebih baik, penyepuhan dengan elektrolisis bisa menambah
keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Reaksi kimia dapat ditimbulkan oeh arus listrik, sebaiknya reaksi kimia dapat dipakai
untuk menghasilkan arus listrik. Elektolisis merupakan proses dengan mana reaksi redoks
yang tidak bisa berlangsung spontan. Untuk ebih memahami apakah sebenarnya eektroisis
itu dapat dilihat pada proses pengisian aki. Dalam proses pengisian aki tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila kedalam suatu larutan elektrolit dialiri arus listrik searah maka
akan terjadi reaksi kimia, yaitu penguraian atas elektrolit tadi. Peristiwa penguraian (reaksi
kimia) oleh arus searah itulah yang disebut eektrolisis. Sedangkan sel dimana terjadinya
reaksi tersebut disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat
menghantarkan listrik disebut elektrolit, dan dua buah elektroda yang berfungsi sebagai .
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses dan manfaat dari proses
elektrolisis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi tembaga dengan larutan ion perak dalam air berlangsung spontan dan
takreversibel. Dengan demikian DG<0, walaupun pada titik ini magnitudonya tidak
diketahui. Karena tidak ada kerja yang dihasilkan, hukum pertama termodinamika
menyebutkan bahwa seluruh perubahan energi muncul sebagai perubahan kalor.
Reaksi yang sama ini dapat dilakukan dengan amat berbeda tanpa pernah membawa
kedua reaktan kontak langsung satu dengan lainnya jika sebuah sel galvani (sebuah aki)
dibuat oleh mereka. Sebuah lembaran tembaga dimasukan sebagian kedalam larutan
Cu(NO3)2 dan sebuah lembaran perak dalam sebuah larutan AgNO 3, seperti dimasukan
sebagian dalam gambar. Kedua larutan dihubungkan oleh sebuah jembatan garam, yang
merupakan tabung berbentuk U terbalik yang berisi laruatan garam seperti NaNO 3. ujung
jembatan ditutup dengan penyumbat berpori yangmenghindarkan kedua larutan bercampur
tetapi memungkinkan ion lewat. Kedua lembaran logam dihubungkan ke amperemeter,
sebuah alat yang mengukur arah dan magnitude arus listrik yang melaluinya
Jika tembaga dioksida disisi kiri, ion Cu 2+ masuk ke larutan. Electron yang dilepaskan
pada reaksi melewati rangkaian luar dari kiri ke kanan, seperti digambarkan oleh perubahan
jarum ampermeter. Electron masuk ke lembaran perak dan, pada antar muka logam larutan
elektron diikat oleh ion Ag+, sebagai atom yang melapisi pada permukaan perak. Proses ini
akan menyebabkan kenaikan muatan positif dalam gelas piala sebelah kiri dan menurunkan
muatan di gelas piala sebelah kanan, tetapi tidak untuk jembatan garam. Jembatan
memungkinkan aliran netto ion positif ke gelas piala sebelah kanan dan ion negative ke gelas
piala sebelah kiri, yang menjaga netralitas muatan disetiap sisi.
Reaksi oksidasi – reduksi ini terdiri dari dua setengah reaksi yang terpisah.
Setengah reaksi oksidasi di gelas piala sebelah kiri adalah :
Mengikuti apa yang dikatakan Michael Faraday, para ahli kimia menyebut sisi
berlangsungnya oksidasi dalam sel elektrokimia sebagai anoda dan sisi berlangsungnya
reduksi sebagai katoda. Dalam sel Galvani seperti yang baru saja di diskusikan, tembaga
adalah anoda (karena dioksidasi) dan perak adalah katoda (karena Ag + direduksi). Electron-
elektron mengalir pada rangkaian luar dari anoda ke katoda. Dalam larutan ion positif dan
negative keduanya bebas untuk bergerak. Didalam sebuah sel elektrokimia, ion-ion negative
(anion) bergerak menuju anoda, dan ion positif (kation) bergerak ke katoda.
Reaksi kimia netto dalam sel Galvani dalam sederhana ini (Cu|Cu 2+||Ag+|Ag) sama dengan
yang berlangsung jika sebuah lembaran tembaga ditempatkan dalam larutan perak nitrat
dalam air, tetapi ada perbedaan penting dalam prosesnya. Karena komponen reaksi
dipisahkan kedalam dua tempat, sementara kontinuitas listrik dijaga, perpindahan langsung
electron dari atom tembaga ke ion perak dihindari, dan mereka dipaksa berjalan melalui
rangkaian luar (kawat) sebelum akhirnya melakukan pengaruh netto yang sama. Arus
electron yang melalui kawat dapat diguanakan untuk berbagai tujuan. Sebagai contoh, jika
sebuah lampu bohlam ditempatkan dalam rangkaian listrik, arus yang melewatinya akan
mengakibatkan bohlam menyala (David W. Oxtoby, 2001).
Sel galvani
Seperti telah dinyatakan bahwa sel galvani adalah alat yang dapat mengubah energy
kimia menjadi listrik. Untuk sampai kepada sel galvani, perhatikanlah beberapa percobaan
berikut ini. Jika sebatang logam dicelupkan kedalam larutan ion logam tersebut, terjadi
kesetimbangan antara logam dengan larutan ion lainnya. Contoh logam tembaga (Cu)
dicelupkan ke dalam larutan CuSO4, da logam seng (Zn) dicelupkan kedalam larutan ZnSO 4.
Pada kedua system ini tidak terlihat adanya perubahan tetapi sebenarnya ada
kesetimbangan :
Artinya, searah terima electron terjadi secara langsung dan bolak balik. Karena system dalam
keadaan setimbang maka mata tidak akan mampu melihat, baik pada batang logam maupun
dalam larutan.
Percobaan 2
Kemudian percobaan 1 dibalik, batang Zn dicelupkan dalam larutan CuSO 4, dan batang Cu
dicelupkan kedalam larutan ZnSO4. Pada batang Zn terlihat perubahan (reaksi), sedangkan
pada batang Cu tidak. Hal itu disebabkan oleh ion Cu 2+ dapat tereduksi dengan merampas
electron logam Zn, sehinggan Zn teroksidasi. Reaksi totalnya adalah :
Logam Cu dalam larutan Zn2+ tidak bereaksi karena Zn2+ tidak dapat merampas logam Cu,
(Syukri.1999).
Sebuah seliih potensial listrik, Dg antara dua titik dalam rangkaian yang menyebabkan
electron mengalir, sama seperti selisih potensial gravitas antara dua titik di permukaan bumi
yang menyebabakan air mengalir ke bawah. Selisih potensial listrik ini, atau tegangan sel,
dapat diukur dengan sebuah alat yang disebut volt meter yang diletakkan di rangkaian luar.
Tegangan yang diukur dalam sel galvani tergantung pada magnitude arus yang melewati sel,
dan tegangan jatuh jika arus terlalu besar. Tegangan sel interistik (nilainya pada arus nol)
dapat diukur dengan menempatkan sumber tegangan variable dalam rangkaian luar
sedemikian rupa sehingga potensialnya DGekst melawan selisih potensial listrik sel
elektrokimia. Selisih potensial netto adalah
DGnet = DG -D Gekst
DG dapat diukur dengan mengatur D Gekst sampai Gnet menjadi nol, pada titik arus
melalui rangkaian juga mengalami turun menjadi nol. Jika D Gekst dijaga sedikit dibawah D G,
selisih potensial netto menjadi kecil dan fungsi sel mendekati reversible, engan hanya arus
kecil dan kecepatan reaksi yang lambat di elektroda (David W. Oxtoby, 2001).
Potensial elektroda
Kita mengetahui bahwa sel Galvani terdri dari dua elektroda yang disebut juga setengah-
sel, yaitu anoda dan katoda. Suatu elektroda mempunyai potensial tertentu yang disebut
potensial elektroda. Suatu elektroda mengandung partikel (ion atau molekul) yang dapat
menarik electron, atau cenderung tereduksi. Kekuatan tarikan itu disebut potensial reduksi,
yamg nilainya tidak sama antara suatu elektroda dengan yang lainnya.
Menghitung potensial sel
Potensial sel dalam keadaan standar dapat dihitung dari potensial elektroda standar.
Setiap elektroda cenderung menarik electron kearahnya, dan yang menang adalah potensial
reduksinya lebih besar. Elektroda kuat akan menerma electron dan menjadi katoda, sedang
yang lain terpaksa memberikan electron menjadi anoda. Potensial sel merupakan selisih dari
daya tarik yang kuat dengan yang lemah, yaitu selisih potensial rediksi katoda dan anoda.
Cara menentukan katoda dan anoda serta sel adalah sebagai berikut :
2. sebagai katoda adalah yang besar potensiareduksinya dan tuliskan raksi oksidasi (dengan
membalik reaksi reduksi) serta oks-nya
3. kalikan reaksi degan bilangan bulat agar jumlah electron yang diterima sama dengan yang
dilepaskan, sedangkan nilai potensial elektroda tetap (tidak dapat dikalikan)
(Syukri.1999).
Penggunaan penting dari elektrolisi dalah dalam pemurniaan logam. Proses pemurnian
logam biasanya menghasilkan logam tembaga yang kurang murni untuk penggunaan secara
lazim. Misalnya, adanya arsenic dapat menurunkan konduktivitas listrik dari tembaga,
sehingga hasilnya kurang cocok untuk dibuat kawat dan konduktor listrik yang lain.
Sebongkah besar tembaga yang tidak murni sebagai anode dan sebuah lempeng dari
tembaga murni sebagai katode. Selam elektrolisis, tembaga dipindah secara terus-menerus
melalui larutan (sebagai CO2+) dari anode ke katode. Emas dan pera biasanya ditemukan
sebagai “pengoksidator” dalam tembaga.
Logam-logam ini kurang aktf dibandingtembaga, yaitu agak sukar teroksidasi. Logam-logam
tersebut tidak masuk kedalam reaksi anoda, tapi mengendap pada dasar tangki elektrolisis
dalam suat lumpur yang dinamakan lumpur anode. Nilai ekonomis dari lumpur anode kerap
cukup untuk menutup biaya pemurnian tembaga secara elektrolisis.
Logam tembaga semakin hari makin banyak dibutuhakn untuk berbagai keperluan. Biasanya
logam ini dikotori sekitar 1% oleh logm lain seperti besi, zink, perak, emas, dan platina
(Syukri.1999).
b. Sel Aki
Katoda : PbO2
Anoda : Pb
Elektrolit : Larutan H2SO4
Reaksinya adalah sebagai berikut :
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2H2O (katoda)
Pb (s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e- (anoda)
PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O (total)
Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia
terlibat dalam reaksi tersebut.
Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi ulang (recharge) dengan
memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses elektrolisis, dengan reaksi :
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)
Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.
Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO 3-, SO42-), maka reaksinya 2 H20 → 4H+ + O2 + 4
e
Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2 X(halida) → X (halida)2
+2e
Jika elektroda tak inert (selain tiga macam di atas), maka reaksinya L x+ + xe
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
- Tabung U
- Adaptor
3.1.2 Bahan
- KI 1%
- FeCl3
- CuSO4
- Amilum
- Aquadest
3.2.1 Elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda karbon dan anoda tembaga
- Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa
menit
- Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa
menit
- Diamati
- Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa
menit
- Diamati
- Diamati
4.3 Pembahasan
Sebuah sel diman potensial luar yang berlawanan menyebabakan reaksi berlangsung
dalam arah berlawanan secara spontan disebut sel elektrolisis. Sel seperti ini menggunakan
energy listrik yang dihasilkan oleh rangaian luar untuk melakukan reaksi kimia yang
sebetulnya tidak dapat berlangsung. Dalam sel elektrlosis, muatan positif ada di anda dan
muatan negative ada di katodanya.
Sedangkan, sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel Galvani
(sel volta). Sel seperti nin mengubah energy kimia menjadi energy listrik, yang dapat
digunakan untuk melakukan kerja. Dalam sel Galvani, muatan positif ada di katoda dan
muatan negative ada di anoda.
Berdasarkan keadaan ion dalam wadahnya, electrolysis menjadi dua, yaitu lelehan
dan larutan. Elektrolsis lelehan senyawa ion dapat dielektrolisis dalam keadaan cair atau
menjadi lelehan. Suatu ion yang padat tidak dapat dielektrolisis, karena tidak mengandung
ion bebas. Akan tetapi, jika dipanaskan sampai meleleh akan terurai jadi ion-ion positif
(kation) akan tertark ke katoda dan ion negatife (anion) akan tertarik ke anoda. Untuk
elektrolisis larutan elektrolit dalam air akan terurai jadi ion positif dan ion negative. Reaksi
elektrolisis larutan tidak sama dengan lelehan, karena larutan terdapat pelarut (air). Air
kadang bereaksi, baik pada katoda maun pada anoda. Reaksi pada katoda maupun anoda
pada larutan memiliki beberapa ketentuan yaitu :
1. Katoda yang tergolongan dalam golongan utama, Al dan Mn yang direduksi adalah H 2O
Mn+ + ne- ® M
2H+ + 2e- ® H2
4. Jika yang dielektrolisi adalah larutan elektrolit, maka ion-ion pada no 1 dapat mengalami
reaksi pada no 2.
1. Ion-ion yang mengandung atom dengan biloks maksimal seperti SO 42- atau NO3-, yang
teroksidasi adalah pelarut air terbentuk gas oksigen
2. Ion-ion halide (X-), F-,Cl-, Br- dan I- dioksidasi menjadi halogen
2X- ® X2 + 2e
4OH- ® 2H2O + 4e + O2
4. Pda proses penyepuhan dan pemurnian logam, maka yang dipakai sebagai anode adalah
suatu logam, sehingga anode mengalami oksidasi menjadi ion yang larut
M ®Mn+ + ne-
Dalam elektrolisis, dikenal dengan elektroda inert dan non inert. Elektroda inert adalah
elektroda yang sukar bereaksi. Contohnya Grafit,Pt dan Au. Sedangkan elektroda non inert
adalah elektroda yang mudah beroksidasi. Contohnya I - dan Br-.
Pada percobaan pertama elektrolisis larutan CuSO 4 dengan katoda (c) dan anoda
(tembaga). Pada anoda terjadi reaksi Cu ® Cu2+ + 2e-. pada katode terjadi reaksi Cu 2+ + 2e ®
Cu. Setelah dialiri arus listrik (24V) pada katode terbentuk endapan Cu. Sedangkan pada
anode, Cu secara perlahan-lahan terkikis menjadi ion Cu 2+ yang larut
Berarti kedua elektroda yang digunakan merupakan elektroda inert pada larutan
CuSO4, ion Cu2+ mengalami reduksi dikatode menjadi Cu, dan dianoda terbentuk gelembung
gas O2, karena dianoda terjadi reaksi oksidasi SO 42- mengandung oksigen, sehingga yang
teroksidasi adalah H2O dan menghasilkan gas O2 pada anoda. Arus listrik yang digunakan
untuk mengubah energy listrik suatu voltmeter menjadi reaksi redoks.
Pada percobaaan kedua, elektrolisis larutan CuSo 4 dengan katode (karbon) dan
anode (karbon), pada anoda terjadi reaksi 2 H2O ® 4H+ + 4e+O2. Pada katode terjadi reaksi
Cu2+ + 2e ® Cu. Setelah dialiri arus listrik pada katode terbentuk endapan Cu, sedangkan
pada anode H2O menbentuk gelembung O2.
Pada percobaan ketiga, elektrolisis larutan KI 1% dengan K (c) dan A (c) . pada anode
terjad reaksi 2I- ® I2 + 2e-. pada katoda terjadi reaksi 2H 2O + 2e ® 2OH- + H2. Setelah dialiri
arus listrik , pada anode, larutan yang semula bening menjadi kuning (I 2 mengalami oksidasi).
Sedangkan pada katode H2O tereduksi dan menghasilkan basa OH -, selain itu elektroda yang
digunakan tidak inert, sehingga elektroda itu dapat diabaikan.
Satu pipet larutan dari katode ditambahkan 2 tetes indicator pp, warna yang semula
bening menjadi biru lembayung. Penambahan indicator pp adalah untuk mengetahui adanya
basa dalam katoda. Satu pipet larutan dari katoda ditambahkan FeCl 3, yang semula berwarna
bening berubah menjadi kunig + endapan. Fungsi pnambahaan FeCl 3 sama dengan indicator
pp, yaitu untuk mengetahui senyawa basa yang ada di katode. FeCl 3 yang direaksikan akan
membentuk endapan Fe(OH)3. Satu pipet dari larutan dari anode ditambahkan amilum, yang
semula berwarna kuning berubah menjadi warna hitam. Fungsi penambahan amilum adalah
untuk mengetahui adanya ion I- dalam anoda.
Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesium,
alumunium, fluorin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorofit, dan hydrogen
peroksida. Klorin dan natrium hidroksida dibuat dari elektrolisis larutan natrium klorida.
Proses ini disebut proses klor-alkali dan merupakan proses industry yang sangat penting.
Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel
listrik, digunakan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi konduktivitas
tembaga. Akibatnya, akan timbul banyak panas dan akan membahayakan penggunaannya.
Perak, emas, platina, besi, dan zink biasanya merupakan pengotor pada tembaga. Perak,
platina, dan emas mempunyai potensial lebih positif daripada tembaga. Dengan mengatur
tegangan selama elektrolisis, ketiga logam tersebut tidak ikut larut. Dan ketiga logam
tersebut akan terdapat pada lumpur anode.
c. Penyepuhan
Untuk penambahan amilum pada larutan anoda adalah untuk engetahui adanya
kandungan ion I- dengan adanya perubahan warna, yang semula berwarna bening menjadi
hitam, karena kegunaan amilum dalam suatu indicator bereaksi dengan iodium, sehingga
untuk membuktikan adanya kandungan iodium untuk indikator amilum.
- 0,74
Fe2+ (aq) + 2e« Fe (s)
- 0.44
Cd2+ (aq) + 2e« Cd (s)
- 0,40
Ni2+ (aq) + 2e« Ni (s)
Co2+ (aq) + 2e« Co (s) - 0,28
+ 0,79
Hg2+ ( aq) + 2e « Hg (l)
+ 0,80
No3_ (aq) + 4H+ (aq) + 3e « NO (aq) + 2H2O (l)
+ 0,85
+ 0,96
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Dalam elektrokimia (sel volta), reaksi redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik,
katoda (+) dan anoda (-). Sedangkan dalam elektrolisis, listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi redoks tak spontan, katoda (-) dan anoda (+).
- Beberapa kegunaan elektrolisis :
1. Dapat memperoleh unsur-unsur loga, halogen, gas hydrogen dan gas oksigen
4. Salah satu proses elektrolisis yang popular adalah penyepuhan, yaitu melapisi permukaan
suatu logam dengan logam yang lainnya
- Dalam reaksi elektrolisis, pada anoda terjadi reaksi oksidasi yakni reaksi pelepasan electron,
sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi yakni reaksi penangkapan elektron.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit
yang berbeda, komposisi kimia electrode yang berbeda, electrode inert tak aktif, dan
elektroda tidak inert
5.2 Saran
- Dalam percobaan elektrolisis, eektroda karbon dapat diganti dengan elektroda Pt dan Au
yang sama-sama tergolong sebagai elektroda inert.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi kimia dapat ditimbulkan oleh arus listrik, sebaliknya reaksi kimia dapat
dipakai untuk menghasilkan arus listrik. Elektrolisis merupakan proses dimana reaksi redoks
tudak berlangsung secara spontan. Untuk lebih memahami apakah sebenarnya elektrolisis itu
dapat dilihat pada proses pengisian aki. Dalam proses pengisian aki tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila ke dalam suatu larutan elktrolit dialiri arus listrik searah maka
akan terjadi reaksi kimia, yakni penguraian atas elektrolit tadi. Peristiwa penguraian (reaksi
kimia) oleh arus searah itulah yang disebut elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan
yang dapat mengahantarkan listrik yang disebut elektrolit, dan dua buah elektroda yang
berfungsi sebagai katoda dan anoda (Keenan, 1984).
Susunan Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis tidak memerlukan jembatan garam. Komponen utamanya adalah
sebuah wadah, elektrode, elektrolit, dan sumber arus searah. Elektron (listrik) memasuki
larutan melalui kutub negatif (katode). Spesi tertentu dalam larutan mneyerap elektron dari
katode dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi ion melepas elektron di anode dan
mengalam oksidasi. Jadi, sama seperti pada sel volta, reaksi di katode adalah reduksi,
sedangkan reaksi di anode adalah oksidasi. Akan tetapi, muatan elektrodenya berbeda. Pada
sel volta, katode bermuatan positif, sedangkan anode bermuatan negative. Pada sel
elektrolisis katode bermuatan negatif sedangkan anode bermuatan positif.
Reaksi-reaksi elektrolisis
Apabila listrik dialirkan melalui lelehan senyawa ion maka senyawa ion itu akan
diuraikan. Kation direduksi di katode, sedangkan anion dioksidasi di anode. Reaksi
elektrolisis dalam larutan elektrolit berlangsung lebih kompleks. Spesi yang bereaksi belum
tentu kation atau anionnya, tetapi mungkin saja air atau elektrodenya. Hal itu bergantung
pada potensial spesi-spesi yang terdapat dalam larutan. Untuk menuliskan reaksi elektrolisis
larutan elektrolit, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Reaksi-reaksi yang berkompetisi pada tiap-tiap elektrode.
a. Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah yang mempunyai potensial elektrode lebih
positif.
b. Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah yang mempunyai potensial elektrode
lebih negatif.
2. Jenis elektrode, apakah inert atau aktif
Elektrode inert adalah elektrode yang tidak terlibat dalam reaksi. Elektrode inert yang
sering digunakan yaitu platina dan grafit.
3. Overpotensial
Overpotensial adalah potensial tambahan yang diperlukan sehingga suatu reaksi
elektrolisis dapat berlangsung.
Contoh :
Elektrolisis larutan CuSO4 dengan katode dan anode Cu. Pada elektrolisis larutan CuSO 4
dengan elektrode Cu terbentuk endapan Cu di katode dan anodenya (Cu) larut. Hasil-hasil itu
dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam larutan CuSO4 terdapat ion Cu2+, ion SO42- molekul
air serta logam tembaga (elektrode). Berbeda dengan elektrode grafit yang inert (sukar
bereaksi), tembaga dapat mengalami oksidasi di anode. Kemungkinan reaksi yang terjadi di
katode adalah reduksi ion Cu2+ atau reduksi air. Oleh karena potensial reduksi Cu2+ lebih
besar maka reduksi ion Cu2+ lebih mudah berlangsung. Sementara itu, kemungkinan reaksi
yang terjadi di anode adalah oksidasi ion SO42- ,oksidasi air atau akosidasi Cu.
2SO42- S2O82- + 2e E° = -2.71 V
2H2O 4H+ + O2 + 4e E° = -1.23 V
Cu Cu2+ + 2e E° = -0.34 V
Oleh karena potensial oksidasi Cu paling besar maka oksidasi tembaga lebih mudah
berlangsung. Jadi, elektrolisis larutan CuSO4 dengan Cu menghasilkan endapan Cu di katode
dan melarutkan Cu di anode.
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Katode : Cu2+ + 2e Cu
Anode : Cu Cu2+ + 2e
Cu Cu
(anode) (katode)
Berdasarkan daftar potensial elektrode standar dapat dibuat suatu ramalan tentang reaksi
katode dan reaksi anode pada suatu elektrolisis. Ramalan mungkin akan meleset jika spesi
yang terlibat mempunyai overpotensial yang signifikan (Keenan, 1984).
Inert : Anion
(Pt,Au,C)
Anode
Anoda tak inert : anode teroksidasi
L Lx+ + xe
Penggunaan Elektrolisis
a. Produksi Zat
Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesiumm,
alumunium, flourin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorit dan hidrogen peroksida.
b. Pemurnian Logam
Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel listrik
diperlukan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi konduktivitas tembaga,
akibatnya akan timbul banyak panas dan akan membahayakan penggunanya.
c. Penyepuhan
Penyepuhan (electroplanting) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau
untuk memperbaiki penampilan. Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan
katoda sedangkan logam penyepuhnya sebagai anoda. Kedua elektrode itu dicelupkan dalam
larutan garam dari logam penyepuh. Contoh, penyepuhan sendok yang terbuat dari besi (baja)
dengan perak.
Hukum Faraday
” Massa zat dibedakan pada elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang
digunakan “.
G = K i + ME
K = jadi G = ME
Dengan, G = massa zat yang dibebaskan (dalam gram)
i = kuat arus (dalam ampere)
t = waktu (dalam detik)
ME = massa ekivalen
(Petrucci, 1990).
Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera
mengikuti dan dengan sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan hingga kini
elektrolisis digunakan untuk menghasilkan berbagai logam. Elektrolisis khususnya
bermanfaat untuk produksi logam dengan ionisasi tinggi (misalnya alumunium). Produksi
alumunium diindustri denga elektrolisis dicapai tahun 1886 secara independen oleh penemu
Amerika Charles Martin Hall (1863-1914) dan penemu Prancis Louis Toussaint Heroult
(1963-1914) pada waktu yang sama. Sukses elektrolisis ini karena penggunaan lelehan
Na3AlF6 sebagai pelarut bijih (alumunium,oksida; Alumina Al2O3).
Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda.
Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan menggunakan
larutan dalam air. Namun dalam kasus elektrolisis Alumina, larutan dalam air jelas tidak tepat
sebab air lebih mudah direduksi daripada ion alumunium sabagaimana di tunjukkan:
Al3+ + 3e Al potensial elektroda normal = 1,662 V
2H2O + 2e H2 + 2OH- potensial elektroda normal = 0.828 V
Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3 meleleh
pada suhu sangat tinggi 20500C, dan elektrolisis pada sushu setinggi ini jelas tidak realistik.
Namun titik lelehan campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar 10000C dan suhu ini mudah
dicapai. Prosedur detailnya adalah: bijih, alumunium, bauksit mengandung berbagai oksida
logam sebagai pengotor. Bijih ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida alumunium yang
amfoter yang larut. Bahan yang tak larut disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya
untuk menghasilkan hidrolisis garamnya (Chang, 2004).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi CuSO4 dengan katoda C dan anoda Cu
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Katode : Cu2+ + 2e Cu
Anode : Cu Cu2+ + 2e
Cu Cu
4.2.5 I2 + Amilum
4.2.6 FeCl3 dengan OH-
FeCl3 + 3OH- Fe(OH)3 + 3Cl-
4.2.7 Uji OH- dengan larutan FeCl3 dan indikator PP dalam elektrolisis KI
Na+ + 2e Na -2,71
-2,37
Mg2+ + 2e Mg
-1,66
Al3+ + 3e Al
-1,50
Mn2+ + 2e Mn
-0,83
2H2O + 2e H2 + 2OH
-0,76
Zn2+ + 2e Zn
-0,71
Cr 3+ + 3e Cr
-0,74
Fe2+ + 2e Fe
Cd2+ + 2e Cd
Co2+ + 2e Co -0,40
-0,28
Ni2+ + 2e Ni
-0,25
Sn2+ + 2e Sn
-0,14
Pb2+ + 2e Pb
-0,13
2H+ + 2e H2
0,00
Sb3+ + 3e Sb
+0,10
Bi3+ + 3e Bi
+0,30
Cu + 2e Cu
2+
+0,34
Hg + 2e Hg
2+
+0,62
Ag2+ + 2e Ag +0,80
Pt + 2e Pt
2+
+1,50
Au3+ + 3e Au +1,70
0
Berdasarkan harga E yang tercantum dalam daftar, kita dapat menyusun suatu deret unsur-
unsur, mulai dari yang memiliki E0 terkecil hingga E0 terbesar.
K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – (H) – Sb – Bi –
Cu – Hg – Ag – Pt – Au
Deret unsur diatas tersebut juga deret volta yang memiliki beberapa kriteria:
Li sampai Pb sisi kiri dan Cu sampai Au sisi kanan.
Semakin Kekiri Semakin Kekanan
Semakin mudah teroksidasi Semakin mudah tereduksi
Sukar tereduksi Sukar teroksidasi
Bernilai negatif Bernilai positif
Bersifat logam aktif Bersifat oksidator
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada proses elektrolisis pada larutan CuSO4 dengan elektroda karbon, terjadi reduksi Cu2+
menjadi Cu pada katoda dan terjadi oksidasi air pada anoda.
Perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda ialah tidak terjadi reaksi pada katoda, dan
terdapat gelembung gas O2. Sedangkan pada larutan KI dengan katoda Cu dan anoda C,
warna larutan berubah menjadi warna kuning pada katoda dan pada anoda terdapat
gelembung gas serta terbentuk endapan karbon.
Sel Volta Sel Elektrolisis
Energi kimia energi listrik Energi listrik energi kimia
Kutub katoda Kutub katoda (-)
Kutub anoda Kutub anoda (+)
Anoda reduksi Anoda oksidasi
Katoda oksidasi Katoda reduksi
Reaksi terjadi spontan Reaksi terjadi tidak spontan