Anda di halaman 1dari 48

  Judul                                : Penyepuhan

        Tujuan                             :

Mengetahui proses penyepuhan emas di daerah Pasar Larangan


Sidoarjo

         Rumusan Masalah          :


a.      Bagaimana proses penyepuhan bisa terjadi?
b.      Bagaimana peran kimia khususnya konsep redoks dalam
kehidupan sehari-hari khususnya proses penyepuhan
tersebut?
c.       Bagaimana pula penjelasan kimia mengenai proses
penyepuhan itu sendiri?

         Dasar Teori                      :


Banyak benda-benda logam di sekitar kita telah mengalami
penyepuhan sehingga kelihatan indah dan menarik. Penyepuhan
adalah suatu proses pelapisan permukaan logam dengan logam
lain, misalnya suatu logam yang disepuh dengan nikel (Ni), krom
(Cr), perak (Ag), emas (Au), atau tembaga (Cu). Penyepuhan
logam dapat dilakukan dengan cara elektrolisis.
Persamaan reaksi proses peyepuhan:
               AuCl3(aq)                                                  Au3+(aq)    + 3Cl-(aq)
(Anode)  : Au(s)                    Au3+(aq) + 3e-          (Oksidasi)
(Katode)  : Au3+(aq) + 3e-                   Au(s)           (Reduksi)

        Hipotesis                          :

Logam yang akan disepuh sebagai katoda sedangkan logam penyepuh


sebagai anoda.

Alat dan Bahan               :


        

1.         Alat

a.    Power supply
b.    Lempeng stainles steel
c.    Lempeng logam Au
d.    Buah klerek
e.    Kompor
f.     Sikat
g.    Kipas
h.    Gelas kimia
i.      Kabel
j.      Aquades
k.    Larutan K2SO4
       Langkah Kerja                 :

1. Menyiapkan alat dan bahan 

2. Menuangkan 500 mL air hujan / aquades dalam gelas kimia 

3. Memasukkan potassium ke dalam gelas kimia 

4. Memanaskan air hingga mendidih 

5. Mengamplas logam yang akan disepuh kemudian disangling 

6. Menguhubungkan sumber arus listrik dengan 2 kabel 

7. Mengikatkan kabel pertama pada lempeng emas sedangkan kabel yang kedua dibiarkan 

8. Setelah air mendidih, memasukkan kedua kabel (kabel pertama dan kabel kedua) 

9. Menunggu hingga kabel tembaga yang kedua berubah warna menjadi emas (sebagai
indikator) 

10. Setelah itu mengaitkan kabel dengan logam yang akan disepuh 

11. Mengaduk logam selama peyepuhan hingga berubah warna menjadi keemasan 

12. Setelah logam berubah warna menjadi emas, melepas logam dari kaitan tersebut 

13. Mencuci dan menyikat logam tersebut dengan klerek 

14. Setelah mencuci logam, mengaikan/melilitkan lagi logam tersebut dengan kabel 

15. Mengaduk logam selama peyepuhan hingga berubah warna menjadi lebih emas 

16. Setelah logam tersebut telah menjadi lebih emas, melepas logam dari kaitan tersebut 

17. Mencuci dan menyikat kembali logam tersebut dengan klerek agar lapisan emas benar-
benar menempel

Gambar Rangkaian         :
        

Hasil Pengamatan:
      

No. Logam Peristiwa


Oksidasi
(Logam Au menjadi
Lempeng logam terkikis/berkurang
1. Positif (anode)
Emas karena emas menempel
pada lempeng stainles
steel)
Reduksi
Negatif Lempeng stainles
2. (Permukaan menguning
(katode) steel
karena terlapisi emas)
Terdapat gelembung
3. Elektrode Larutan K2SO4
berwarna kuning
       Analisis Data:
         ANODE
o   Logam sebagai kutub positif (anode) adalah logam penyepuh
(lempeng emas)
o   Terjadi peristiwa oksidasi
o   Logam Au menjadi terkikis/berkurang karena emas
menempel pada lempeng stainles steel

         KATODE
o   Logam sebagai kutub negatif (katode) adalah logam yang akan
disepuh (lempeng stainles steel)
o   Terjadi peristiwa reduksi
o   Permukaan menguning karena terlapisi emas

         ELEKTRODE
o   Larutan K2SO4 sebagai larutan elektroda
o   Terdapat gelembung berwarna kuning

Persamaan reaksi proses peyepuhan:


                            AuCl3(aq)                        Au3+(aq)   + 3Cl-(aq)
(Anode) : Au(s)                Au3+(aq) + 3e-   (Oksidasi)
(Katode) : Au3+(aq) + 3e-        Au(s)            (Reduksi)

        Kesimpulan:
  Logam yang akan disepuh/dilapisi (lempeng stainles
steel) sebagai katoda.
  Logam peyepuh/yang akan melapisi (lempeng logam emas)
sebagai anoda.
  Ion logam bergerak dari anode menuju katode.
LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN EMAS (GOLD ELECTROPLATING)

1. TUJUAN
Mengamati peristiwa penyepuhan (electroplating) pada emas.
 Untuk mengetahui bagaimana tahap -tahapenyepuhan terjadi
 Untuk mengetahui Zat apa saja yang terlibat dalam penyepuhan tersebut.
 Untuk mengetahiu reaksi apa saja yang terjadi selama penyepuhan

Sebagai pengetahuan kepada penulis dan pembaca agar dapat mengetahui lebih dalam
bagaimana saja proses-proses yang terjadi dalam penyepuhan dan komponen-komponen
apa saja yang diperlukan dalam penyepuhan serta mamfaatnya dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari.

2. LANDASAN TEORI

Banyak benda-benda logam di sekitar kita telah mengalami penyepuhan sehingga kelihatan
indah dan menarik. Penyepuhan adalah suatu proses pelapisan permukaan logam dengan
logam lain, misalnya suatu logam yang disepuh dengan nikel (Ni), krom (Cr), perak (Ag),
emas (Au), atau tembaga (Cu).
Bagaimana logam itu disepuh? Penyepuhan logam dapat dilakukan dengan cara elektrolisis.

3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


1. Bagaimana tahap-tahap yang terjadi pada proses penyepuhan
2. Zat apa saja yang diperlukan dalam penyepuhan tersebut
3. Reaksi apa yang terjadi pada penyepuhan tersebut

4. ALAT DAN BAHAN

a. Alat
1. 5 buah baterai ABC D 1.5V
2. 2 buah kabel
3. Sangling (asahan dari baja)
4. Kertas amplas
5. Buah Lerak (Sapindus mukorossi)
6. Sikat kecil dan besar
b. Bahan
1. Cincin dari logam lain (tembaga, perak, besi kecuali baja stainless steel)
2. Logam emas murni
3. Larutan kalium sianida / Potassium (KCN)
4. Larutan tembaga sulfat (CuSO4)
5. Larutan emas (AuCl3)
6. Air bersih

5. CARA KERJA

1. Rangkai 5 buah baterai ABC D 1.5V menjadi rangkaian seri.


2. Sambung dua buah kabel di masing-masing kutub rangkaian seri tadi.
3. Ampaslah sangling dengan amplas.
4. Sediakan cincin yang akan dilapisi emas lalu kilapkanlah dengan sangling yang sudah
diamplas tadi.
5. Rendam cincin ke dalam larutan kalium sianida (KCN) selama 1 menit.
6. Setelah direndam, masukkan cincin ke dalam air bersih. Lalu sikat cincin dengan buah
Lerak (Sapindus mukorossi) selama 1 menit. Kemudian bilas lagi hingga bersih dengan air
bersih.
7. Hubungkan logam emas murni pada elektrode (+) baterai dan cincin pada elektrode (-)
baterai lalu celupkan keduanya ke dalam larutan tembaga sulfat (CuSO4) selama 15 menit.
8. Kemudian celupkan pada larutan emas kedua dan ketiga masing-masing selama 15
menit.
9. Setelah cincin sudah terlapisi emas seluruhnya, sikat kembali dengan buah Lerak
(Sapindus mukorossi) agar lapisan emas benar-ben a r menempel.

6. HASIL PENGAMATAN

1. Keadaan emas murni (Anode) : Logam menjadi terkikis atau larut.


2. Keadaan cincin (Katode) : Permukaannya menguning karena
terlapisi emas.
3. Keadaan larutan AuCl3 & CuSO4 : Terdapat gelembung berwarna kuning.

7. PERTANYAAN

1. Jelaskan proses terjadinya penyepuhan emas pada cincin :


Pada penyepuhan, logam yang disepuh (cincin) dijadikan katode sedangkan logam
penyepuhnya (emas) dijadikan anode. Kedua elektrode itu dicelupkan dalam larutan
garam dari log am penyepuh (AuCl3). Pada katode, akan terjadi pengendapan emas,
sedangkan pada anode, emas terus-menerus larut. Konsentrasi ion Au3+ dalam larutan
AuCl3 tidak berubah.
2. Buatlah persamaan elektrolisis penyepuhan cincin dengan emas :
Emas (Anode) : Au(s) Au3+(aq) + 3e- (Oksidasi)
Cincin (Katode) : Au3+(aq) + 3e- Au(s) (Reduksi)

3. Buatlah ketentuan tentang proses penyepuhan suatu benda :


1. Logam penyepuh dipakai sebagai : Anode
2. Benda yang akan disepuh dipakai sebagai : Katode
3. Larutan penyepuh dipakai sebagai : Elektrolit ion anode

8. KESIMPULAN

1. Penyepuhan (electroplating) logam menggunakan arus listrik DC (Bolak-balik).


2. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan yang mengadung ion logam anode
(seperti penyepuhan logam emas (Au) menggunakan larutan AuCl3.
3. Bahwa penyepuhan itu terjadi karena ion yang bertemu dengan elektron dari arus
listrik DC sehingga mengendap pada katode.
4. Ion logam bergerak dari anode menuju katode.
Elektrokimia II : Sel Elektrolisis
Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari tentang reaksi-reaksi sel elektrolisis (aspek
kualitatif). Kemudian kita akan menghitung massa endapan logam dan volume gas yang
dihasilkan dari reaksi elektrolisis (aspek kuantitatif). Kita juga akan mempelajari pengaruh
besarnya arus listrik terhadap kuantitas produk elektrolisis yang dihasilkan.

Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks
yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat
diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari
(lihat Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Baterai aki yang sedang
diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa
bahan kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam
sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :     2 H2O(l) ——>  2 H2(g) + O2(g)

Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel elektrolisis
dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber arus
(umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu
wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang
ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti
Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya
reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di
anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan
elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya,
katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan
logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan
teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan
endapan logam di katoda dan gas di anoda.

Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada
proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di
anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang
dikenal dengan istilah sel Downs) :

Katoda (-)            :   2 Na+(l) + 2 e- ——>  2 Na(s) ……………….. (1)

Anoda (+)            :   2 Cl-(l) Cl2(g) +  2 e- ……………….. (2)

Reaksi sel            :   2 Na+(l) +  2 Cl-(l) ——>  2 Na(s) +  Cl2(g) ……………….. [(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan
gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti dengan
larutan garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk mempelajari reaksi
elektrolisis larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat Elektrokimia
I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta).
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel Potensial
Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air
lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katoda
adalah air. Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl- dan
air hampir sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage),
maka oksidasi ion Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang
bereaksi di anoda adalah ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis
larutan garam NaCl adalah sebagai berikut :

Katoda (-)            :   2 H2O(l) +  2 e- ——>  H2(g) +  2 OH-(aq) ……………….. (1)

Anoda (+)            :   2 Cl-(aq) ——>  Cl2(g) +  2 e- ……………….. (2)

Reaksi sel            :   2 H2O(l) +  2 Cl-(aq) ——>  H2(g) +  Cl2(g) +  2 OH-(aq) …………………….
[(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH- (basa)
di katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda dapat
dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi
sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis
lelehan umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.

Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na2SO4. Pada katoda, terjadi
persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai E°red, maka air yang akan tereduksi di
katoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42- dengan air di anoda. Oleh karena
bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6, maka
spesi SO42- tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi di
anoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Katoda (-)            :   4 H2O(l) +  4 e- ——>  2 H2(g) +  4 OH-(aq) ……………….. (1)

Anoda (+)            :   2 H2O(l) ——>   O2(g) +  4 H+(aq) +  4 e- ……………….. (2)

Reaksi sel              :   6 H2O(l) ——>  2 H2(g) +  O2(g) +  4 H+(aq) +  4 OH-(aq)
…………………….. [(1) + (2)]

6 H2O(l) ——>  2 H2(g) +  O2(g) +  4 H2O(l) …………………. [(1) + (2)]

2 H2O(l) ——>  2 H2(g) +  O2(g) …………………….. [(1) + (2)]

Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah
peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga
ditemukan pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.

Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang
tidak inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi
di anoda, sehingga produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab
logam yang tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi
produk yang dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan
garam NaCl dengan menggunakan elektroda Cu :
Katoda (-)            :   2 H2O(l) +  2 e- ——>  H2(g) +  2 OH-(aq) ……………………..  (1)

Anoda (+)            :   Cu(s) ——>  Cu2+(aq) +  2 e- ……………………..  (2)

Reaksi sel            :   Cu(s) +  2 H2O(l) ——>  Cu2+(aq) +  H2(g) +  2 OH-(aq) ……………………..  [(1)
+ (2)]

Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
reaksi elektrolisis :

1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi;
elektroda tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di
anoda
3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion
aluminium, maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam
oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda

Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam
proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis)
pada permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya
digunakan sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung. Logam yang ingin
disepuh berfungsi sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam
penyepuh berfungsi sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung
spesi ion logam yang sama dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses
elektrolisis, lempeng perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak
tersebut kemudian akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini
relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri perabot
rumah tangga dan peralatan dapur.

Setelah kita mempelajari aspek kualitatif reaksi elektrolisis, kini kita akan melanjutkan
dengan aspek kuantitatif sel elektrolisis. Seperti yang telah disebutkan di awal, tujuan utama
elektrolisis adalah untuk mengendapkan logam dan mengumpulkan gas dari larutan yang
dielektrolisis. Kita dapat menentukan kuantitas produk yang terbentuk melalui konsep mol
dan stoikiometri.

Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday (F).
Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday
equivalen dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan
setengah mol elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap satu mol partikel
mengandung 6,02 x 1023 partikel. Sementara setiap elektron mengemban muatan sebesar  1,6
x 10-19 C. Dengan demikian :

1 Faraday  =  1 mol elektron  =  6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel elektron 1
Faraday  =  96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)

Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

Faraday  =  Coulomb / 96500


Coulomb  =  Faraday x 96500

Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian arus listrik
(Ampere) dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan Coulomb, Ampere,
dan detik adalah sebagai berikut :

Coulomb  =  Ampere  x  Detik

Q  =  I  x  t

Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :

Faraday  =  (Ampere  x  Detik)  /  96500

Faraday  =  (I  x  t)  /  96500

Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang
dibutuhkan pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan
koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda, kuantitas produk
elektrolisis dapat ditemukan.

Berikut ini adalah beberapa contoh soal aspek kuantitatif sel elektrolisis :

1. Pada elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert dihasilkan gas oksigen sebanyak
5,6 L pada STP. Berapakah jumlah listrik dalam Coulomb yang dialirkan pada proses
tersebut?

Penyelesaian :

Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert adalah sebagai berikut :

Katoda (-)   :  Ag+ +  e- ——>  Ag

Anoda (+)   :  2 H2O(l) ——>  O2(g) +  4 H+(aq) +  4 e-

Gas O2 terbentuk di anoda. Mol gas O2 yang terbentuk sama dengan 5,6 L / 22,4 L = ¼ mol
O2

Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan ¼ mol gas O2, maka jumlah
mol elektron yang terlibat adalah sebesar  4 x ¼ = 1 mol elektron.

1 mol elektron = 1 Faraday = 96500 C

Jadi, jumlah listrik yang terlibat adalah sebesar 96500 C

2. Unsur Fluor dapat diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaF. Berapakah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan 15 L gas fluorin ( 1 mol gas mengandung 25 L gas) dengan
arus sebesar 10 Ampere?

Penyeleasian :
Reaksi elektrolisis lelehan NaF adalah sebagai berikut :

K (-) : Na+(l) +  e- ——>  Na(s)

A (-) : 2 F-(l) ——>  F2(g) +  2 e-

Gas F2 terbentuk di anoda. Mol gas F2 yang terbentuk adalah sebesar 15 L / 25 L = 0,6 mol F2

Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan 0,6 mol gas F2, akan
melibatkan mol elektron sebanyak 2 x 0,6 = 1,2 mol elektron

1,2 mol elektron = 1,2 Faraday

Waktu yang diperlukan dapat dihitung melalui persamaan berikut :

Faraday = (Ampere x Detik) / 96500

1,2  =  (10 x t)  / 96500

t  =  11850 detik  =  3,22 jam

Jadi, diperlukan waktu selama 3,22 jam untuk menghasilkan 15 L gas fluorin

3. Arus sebesar 0,452 A dilewatkan pada sel elektrolisis yang mengandung lelehan CaCl2
selama 1,5 jam. Berapakah jumlah produk yang dihasilkan pada masing-masing elektroda?

Penyelesaian :

Reaksi elektrolisis lelehan CaCl2 adalah sebagai berikut :

K (-) : Ca2+(l) +  2 e- ——>  Ca(s)

A (+) : 2 Cl-(l) ——>  Cl2(g) +  2 e-

Mol elektron yang terlibat dalam reaksi ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Faraday  =  (Ampere x Detik) / 96500

Faraday  =  (0,452 x  1,5  x  3600) / 96500  mol elektron

Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol Ca yang dihasilkan adalah setengah dari mol
elektron yang terlibat. Dengan demikian, massa Ca yang dihasilkan adalah :

Massa Ca = mol Ca x Ar Ca

Massa Ca  =  ½  x  (0,452 x  1,5  x  3600) / 96500  x  40  =  0,506 gram Ca

Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, mol gas Cl2 yang dihasilkan adalah setengah dari
mol elektron yang terlibat. Dengan demikian, volume gas Cl2 (STP) yang dihasilkan adalah :
Volume gas Cl2 = mol Cl2 x 22,4 L

Volume gas Cl2 =  ½  x  (0,452 x  1,5  x  3600) / 96500  x  22.4 L  =  0,283 L gas Cl2

Jadi, produk yang dihasilkan di katoda adalah 0,506 gram endapan Ca dan produk yang
dihasilkan di anoda adalah 0,283 L gas Cl2 (STP)

4. Dalam sebuah percobaan elektrolisis, digunakan dua sel yang dirangkaikan secara seri.
Masing-masing sel menerima arus listrik yang sama. Sel pertama berisi larutan AgNO3,
sedangkan sel kedua berisi larutan XCl3. Jika setelah elektrolisis selesai, diperoleh 1,44 gram
logam Ag pada sel pertama dan 0,12 gram logam X pada sel kedua, tentukanlah massa molar
(Ar) logam X tersebut!

Penyelesaian :

Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 :

K (-) :  Ag+(aq) +  e- ——>  Ag(s)

A (+) : 2 H2O(l) ——>  O2(g) +  4 H+(aq) +  4 e-

Logam Ag yang dihasilkan sebanyak 1,44 gram; dengan demikian, mol logam Ag yang
dihasilkan sebesar  1,44 / 108 mol Ag

Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol elektron yang dibutuhkan untuk menghasilkan
logam Ag sama dengan mol logam Ag (koefisien reaksinya sama)

Sehingga, mol elektron yang digunakan dalam proses elektrolisis ini adalah sebesar   1,44 /
108 mol  elektron

Reaksi elektrolisis larutan XCl3 :

K (-) :  X3+(aq) +  3 e- ——>  X(s)

A (+) : 2 Cl-(l) ——>  Cl2(g) +  2 e-

Arus yang sama dialirkan pada sel kedua, sehingga, mol elektron yang digunakan dalam
proses elektrolisis ini sama seperti sebelumya, yaitu sebesar 1,44 / 108 mol  elektron

Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol logam X yang dihasilkan sama dengan  1 / 3
kali mol elektron, yaitu sebesar  1 / 3  x  1,44 / 108 mol X

Massa logam X  =  0,12 gram; dengan demikian, massa molar (Ar) logam X adalah sebagai
berikut:

mol  =  massa / Ar

Ar  = massa / mol

Ar  =  0,12 / (1 / 3  x  1,44  / 108)  =  27


Jadi, Ar dari logam X adalah 27

Referensi:

Andy. 2009. Pre-College Chemistry.

Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.

Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia:Pakar Raya.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA


“PENYEPUHAN DENGAN ELEKTROLISIS”
oleh
DETA OKTARIANI
DWI SHERLI VIANI
JERRY FEBRIAN RAMADHAN
LIZZA NOVIANITA
M. ADITYA RAMADHAN
M. RIO WARDANA

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KOTA BENGKULU


SMA NEGERI 06 KOTA BENGKULU T.A. 2011/2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
            Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah kami dapat melaksanakan praktikum serta membuat laporan ini. Tak lupa kami
ucapkan pada ibu Dra. Nana Noviyanti karena telah membimbing kami dalam praktikum dan
pembuatan laporan.
            Laporan ini berisi tentang alat dan bahan yang digunakan , cara kerja dan hasil
laporan yang dilaksanakan pada hari kamis, 04 Oktober 2012. Kami berharap laporan kami
ini dapat berguna dalam proses pembelajaran.
            Apabila ada kesalahan dalam penulisan atau pemahaman, kami mohon maaf yang
setulus-tulusnya. Kami menerima kritikan dan saran atas hasil laporan kami. Terima kasih

Bengkulu, 08 April 2013

Kelompok XII IPA C


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            LATAR BELAKANG


Elektrolisis adalah proses perubahan kimia menjadi listrik. Salah satu
penerapan ilmu ini adalah penyepuhan logam. Seringkali kita temukan logam,
terutama perhiasan yang terbuat dari emas, perak dan sebagainya yang warnanya
sudah memudar sehingga kurang menarik lagi untuk dilihat.
Dengan penerapan elektrolisis, kita bisa melapisi logam yang mengalami
perkaratan tersebut, ataupun membuat tampilan logam lebih baik dari sebelumnya
yang biasa dikenal dalam kehidupan sehari hari sebagai penyepuhan. Sebenarnya,
proses penyepuhan ini tidak terlalu sulit. Maka itu, dalam laporan ini kami
membahas alat, bahan, cara kerja dan hasil yang di dapatkan dari elektrolisis
tersebut.

1.2.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam laporan ini adalah
1. Bagaimana tahap-tahap yang terjadi pada proses penyepuhan?
2. Alat dan bahan yang diperlukan dalam penyepuhan tersebut?
3. Reaksi apa yang terjadi pada penyepuhan tersebut?

1.3. TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk
1.      Untuk mengetahui bagaimana  tahap–tahap penyepuhan terjadi.
2.      Untuk mengetahui alat dan bahan yang terlibat dalam penyepuhan tersebut.
3.      Untuk mengetahui reaksi apa saja yang terjadi selama penyepuhan.

1.4. MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah
1.      Memberikan informasi tentang tahap–tahap penyepuhan terjadi.
2.      Memberikan informasi tentang apa saja yang terlibat dalam penyepuhan
3.      Memberikan informasi tentang reaksi yang terjadi selama penyepuhan.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1. ALAT DAN BAHAN PENYEPUHAN


       2.1.1 .  Alat
                  
      1. 5 buah baterai ABC D 1.5V
      2.  2 buah kabel
      3. Sangling (asahan dari baja)
      4.  Kertas amplas
      5. Buah Lerak (Sapindus mukorossi)
      6.  Sikat kecil dan besar

       2.1.2. Bahan

      1. Cincin dari logam lain (tembaga, perak, besi kecuali baja stainless steel)
      2. Logam emas murni
      3. Larutan kalium sianida / Potassium (KCN)
      4. Larutan tembaga sulfat (CuSO4)
      5. Larutan emas (AuCl3)
      6. Air bersih

2.2. TAHAP TAHAP PENYEPUHAN

                     1. Rangkai 5 buah baterai ABC D 1.5V menjadi rangkaian seri.
         2. Sambung dua buah kabel di masing-masing kutub rangkaian seri tadi.
         3. Ampaslah sangling dengan amplas.
         4. Sediakan cincin yang akan dilapisi emas lalu kilapkanlah dengan sangling yang sudah
diamplas tadi.
         5. Rendam cincin ke dalam larutan kalium sianida (KCN) selama 1 menit.
         6. Setelah direndam, masukkan cincin ke dalam air bersih. Lalu sikat cincin dengan
buah Lerak (Sapindus mukorossi) selama 1 menit. Kemudian bilas lagi hingga bersih dengan
air bersih.
         7. Hubungkan logam emas murni pada elektrode (+) baterai dan cincin pada elektrode
(-) baterai lalu celupkan keduanya ke dalam larutan tembaga sulfat (CuSO4) selama 15 menit.
         8.  Kemudian celupkan pada larutan emas kedua dan ketiga masing-masing selama 15
menit.
         9. Setelah cincin sudah terlapisi emas seluruhnya, sikat kembali dengan buah Lerak
(Sapindus mukorossi) agar lapisan emas benar-benar menempel.

2.3. REAKSI YANG TERDAPAT PADA PENYEPUHAN

- Keadaan emas murni (Anode)       : Logam menjadi terkikis atau larut.


-  Keadaan perhiasan (Katode)         : Permukaannya menguning karena terlapisi emas.
-  Keadaan larutan AuCl3  & CuSO4 : Terdapat gelembung berwarna kuning.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
  Penyepuhan adalah pelepasan dengan logam menggunakan sel elektrolisis
untuk memperindah penampilan dan mencegah korosi.
   Benda yang akan disepuh dijadikan katode (Fe) dan logam penyepuh sebagai
anode (Cu),(Ag).
  Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan elektrolit dari NaS2O3 dan
Ag(CN).
  Lamanya proses penyepuhan mempengaruhi ketebalan lapisan logam yang
disepuh.

3.2. SARAN

  Apabila ingin memperindah perhiasan atau logam lainnya, tidak perlu biaya
banyak. Apalagi harus membeli perhiasan yang baru. Cukup dengan di sepuh
menggunakan metode elektrolisis.
  Elektrolisis tidak terlalu sulit hingga bisa di coba sendiri di rumah dengan
bahan yang sederhana.
  Selain perhiasan lebih baik, penyepuhan dengan elektrolisis bisa menambah
keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Waldjinah, dkk.2012.Detik Detik Ujian Nasional Kimia.Klaten:Intan Pariwara


http://www.ProsesPenyepuhanLogamSimpleSEO.htm
                                                
  F.     Kesimpulan
Penyepuhan adalah pelepasan dengan logam menggunakan sel elektrolisis untuk
memperindah penampilan dan mencegah korosi. Benda yang akan disepuh dijadikan katode
(Fe) dan logam penyepuh sebagai anode (Cu),(Ag). Larutan elektrolit yang digunakan adalah
larutan elektrolit dari NaS2O3 dan Ag(CN). Dan lamanya proses penyepuhan mempengaruhi
ketebalan lapisan logam yang disepuh.
Laporan Kimia Dasar II Elektrolisis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar beakang

Reaksi kimia dapat ditimbulkan oeh arus listrik, sebaiknya reaksi kimia dapat dipakai
untuk menghasilkan arus listrik. Elektolisis merupakan proses dengan mana reaksi redoks
yang tidak bisa berlangsung spontan. Untuk ebih memahami apakah sebenarnya eektroisis
itu dapat dilihat pada proses pengisian aki. Dalam proses pengisian aki tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila kedalam suatu larutan elektrolit dialiri arus listrik searah maka
akan terjadi reaksi kimia, yaitu penguraian atas elektrolit tadi. Peristiwa penguraian (reaksi
kimia) oleh arus searah itulah yang disebut eektrolisis. Sedangkan sel dimana terjadinya
reaksi tersebut disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat
menghantarkan listrik disebut elektrolit, dan dua buah elektroda yang berfungsi sebagai .
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses dan manfaat dari proses
elektrolisis    

1.2  Tujuan percobaan

-          mengetahiu perbedaan elektroisis dan elektrokimia

-          mengetahui beberapa kegunaan elektrolisis

-          mengetahui perbedaan katoda dan anoda dalam reaksi elektrolisis

-          mengetahui factor yang mempengaruhi elektrolisi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi tembaga dengan larutan ion perak dalam air berlangsung spontan dan
takreversibel. Dengan demikian  DG<0, walaupun pada titik ini magnitudonya tidak
diketahui. Karena tidak ada kerja yang dihasilkan, hukum pertama termodinamika
menyebutkan bahwa seluruh perubahan energi muncul sebagai perubahan kalor.

Reaksi yang sama ini dapat dilakukan dengan amat berbeda tanpa pernah membawa
kedua reaktan kontak langsung satu dengan lainnya jika sebuah sel galvani (sebuah aki)
dibuat oleh mereka. Sebuah lembaran tembaga dimasukan sebagian kedalam larutan
Cu(NO3)2 dan sebuah lembaran perak dalam sebuah larutan AgNO 3, seperti dimasukan
sebagian dalam gambar. Kedua larutan dihubungkan oleh sebuah jembatan garam, yang
merupakan tabung berbentuk U terbalik yang berisi laruatan garam seperti NaNO 3. ujung
jembatan ditutup dengan penyumbat berpori yangmenghindarkan kedua larutan bercampur
tetapi memungkinkan ion lewat. Kedua lembaran logam dihubungkan ke amperemeter,
sebuah alat yang mengukur arah dan magnitude arus listrik yang melaluinya

Jika tembaga dioksida disisi kiri, ion Cu 2+ masuk ke larutan. Electron yang dilepaskan
pada reaksi melewati rangkaian luar dari kiri ke kanan, seperti digambarkan oleh perubahan
jarum ampermeter. Electron masuk ke lembaran perak dan, pada antar muka logam larutan
elektron diikat oleh ion Ag+, sebagai atom yang melapisi pada permukaan perak. Proses ini
akan menyebabkan kenaikan muatan positif dalam gelas piala sebelah kiri dan menurunkan
muatan di gelas piala sebelah kanan, tetapi tidak untuk jembatan garam. Jembatan
memungkinkan aliran netto ion positif ke gelas piala sebelah kanan dan ion negative ke gelas
piala sebelah kiri, yang menjaga netralitas muatan disetiap sisi.

                 Reaksi oksidasi – reduksi ini terdiri dari dua setengah reaksi yang terpisah.
Setengah reaksi oksidasi di gelas piala sebelah kiri adalah :

Cu (s)  ® Cu2+ (aq) + 2e-

Dan setengah reaksi reduksi di gelas piala sebelah kanan adalah

Ag+ (aq) + 2e- ® Ag (s)


(David W. Oxtoby, 2001).

            Mengikuti apa yang dikatakan Michael Faraday, para ahli kimia menyebut sisi
berlangsungnya oksidasi dalam sel elektrokimia sebagai anoda dan sisi berlangsungnya
reduksi sebagai katoda. Dalam sel Galvani seperti yang baru saja di diskusikan, tembaga
adalah anoda (karena dioksidasi) dan perak adalah katoda (karena Ag + direduksi). Electron-
elektron mengalir pada rangkaian luar  dari anoda ke katoda. Dalam larutan ion positif dan
negative keduanya bebas untuk bergerak. Didalam sebuah sel elektrokimia, ion-ion negative
(anion) bergerak menuju anoda, dan ion positif (kation) bergerak ke katoda.

            Reaksi kimia netto dalam sel Galvani dalam sederhana ini (Cu|Cu 2+||Ag+|Ag) sama dengan
yang berlangsung jika sebuah lembaran tembaga ditempatkan dalam larutan perak nitrat
dalam air, tetapi ada perbedaan penting dalam prosesnya. Karena komponen reaksi
dipisahkan kedalam dua tempat, sementara kontinuitas listrik dijaga, perpindahan langsung
electron dari atom tembaga ke ion perak dihindari, dan mereka dipaksa berjalan melalui
rangkaian luar (kawat) sebelum akhirnya melakukan pengaruh netto yang sama. Arus
electron yang melalui kawat dapat diguanakan untuk berbagai tujuan. Sebagai contoh, jika
sebuah lampu bohlam ditempatkan dalam rangkaian listrik, arus yang melewatinya akan
mengakibatkan bohlam menyala (David W. Oxtoby, 2001).

Sel galvani

            Seperti telah dinyatakan bahwa sel galvani adalah alat yang dapat mengubah energy
kimia menjadi listrik. Untuk sampai kepada sel galvani, perhatikanlah beberapa percobaan
berikut ini. Jika sebatang logam dicelupkan kedalam larutan ion logam tersebut, terjadi
kesetimbangan antara logam dengan larutan ion lainnya. Contoh logam tembaga (Cu)
dicelupkan ke dalam larutan CuSO4, da logam seng (Zn) dicelupkan kedalam larutan ZnSO 4.
Pada kedua system ini tidak terlihat adanya perubahan tetapi sebenarnya ada
kesetimbangan :

Cu2+ (aq) + 2e- ® Cu (s) 

Zn2+ (aq) + 2e ® Zn (g)

Artinya, searah terima electron terjadi secara langsung dan bolak balik. Karena system dalam
keadaan setimbang maka mata tidak akan mampu melihat, baik pada batang logam maupun
dalam larutan.
Percobaan 2

            Kemudian percobaan 1 dibalik, batang Zn dicelupkan dalam larutan CuSO 4, dan batang Cu
dicelupkan kedalam larutan ZnSO4. Pada batang Zn terlihat perubahan (reaksi), sedangkan
pada batang Cu tidak. Hal itu disebabkan oleh ion Cu 2+ dapat tereduksi dengan merampas
electron logam Zn, sehinggan Zn teroksidasi. Reaksi totalnya adalah :

Zn (s) + Cu2+ (aq) ® Zn2+ (aq) + Cu (s)

Logam Cu dalam larutan Zn2+ tidak bereaksi karena Zn2+ tidak dapat merampas logam Cu,

Cu (s) + Zn2+ (aq) ®

(Syukri.1999).

            Sebuah seliih potensial listrik, Dg antara dua titik dalam rangkaian yang menyebabkan
electron mengalir, sama seperti selisih potensial gravitas antara dua titik di permukaan bumi
yang menyebabakan air mengalir ke bawah. Selisih potensial listrik ini, atau tegangan sel,
dapat diukur dengan sebuah alat yang disebut volt meter yang diletakkan di rangkaian luar.
Tegangan yang diukur dalam sel galvani tergantung pada magnitude arus yang melewati sel,
dan tegangan jatuh jika arus terlalu besar. Tegangan sel interistik (nilainya pada arus nol)
dapat diukur dengan menempatkan sumber tegangan variable dalam rangkaian luar
sedemikian rupa sehingga potensialnya DGekst melawan selisih potensial listrik  sel
elektrokimia. Selisih potensial netto adalah

DGnet = DG -D Gekst

            DG dapat diukur dengan mengatur D Gekst  sampai  Gnet   menjadi nol, pada titik arus
melalui rangkaian juga mengalami turun menjadi nol. Jika D Gekst  dijaga sedikit dibawah D G,
selisih potensial netto menjadi kecil dan fungsi sel mendekati reversible, engan hanya arus
kecil dan kecepatan reaksi yang lambat di elektroda (David W. Oxtoby, 2001).

Potensial elektroda

            Kita mengetahui bahwa sel Galvani terdri dari dua elektroda yang disebut juga setengah-
sel, yaitu anoda dan katoda. Suatu elektroda mempunyai potensial tertentu yang disebut
potensial elektroda. Suatu elektroda mengandung partikel (ion atau molekul) yang dapat
menarik electron, atau cenderung tereduksi. Kekuatan tarikan itu disebut potensial reduksi,
yamg nilainya tidak sama antara suatu elektroda dengan yang lainnya.
Menghitung potensial sel

            Potensial sel dalam keadaan standar dapat dihitung dari potensial elektroda standar.
Setiap elektroda cenderung menarik electron kearahnya, dan yang menang adalah potensial
reduksinya lebih besar. Elektroda kuat akan menerma electron dan menjadi katoda, sedang
yang lain terpaksa memberikan electron menjadi anoda. Potensial sel merupakan selisih dari
daya tarik yang kuat dengan yang lemah, yaitu selisih potensial rediksi katoda dan anoda.

Esel = Ekat – Eanod

Cara menentukan katoda dan anoda serta sel adalah sebagai berikut :

1.      tuliskan reaksi reduksi kedua elektroda pemberian nlai potensialnya

2.      sebagai katoda adalah yang besar potensiareduksinya dan tuliskan raksi oksidasi (dengan
membalik reaksi reduksi) serta oks-nya

3.      kalikan reaksi degan bilangan bulat agar jumlah electron yang diterima sama dengan yang
dilepaskan, sedangkan nilai potensial elektroda tetap (tidak dapat dikalikan)

4.      tuliskan reaksi redoks dari sel dengan rumus

E°sel = E°red - E°oks

(Syukri.1999).

            Penggunaan penting dari elektrolisi dalah dalam pemurniaan logam. Proses pemurnian
logam biasanya menghasilkan logam tembaga yang kurang murni untuk penggunaan secara
lazim. Misalnya, adanya arsenic dapat menurunkan konduktivitas listrik dari tembaga,
sehingga hasilnya kurang cocok untuk dibuat kawat dan konduktor listrik yang lain.
Sebongkah besar tembaga yang tidak murni sebagai anode dan sebuah lempeng dari
tembaga murni sebagai katode. Selam elektrolisis, tembaga dipindah secara terus-menerus
melalui larutan (sebagai CO2+) dari anode ke katode. Emas dan pera biasanya ditemukan
sebagai “pengoksidator” dalam tembaga.

Logam-logam ini kurang aktf dibandingtembaga, yaitu agak sukar teroksidasi. Logam-logam
tersebut tidak masuk kedalam reaksi anoda, tapi mengendap pada dasar tangki elektrolisis
dalam suat lumpur yang dinamakan lumpur anode. Nilai ekonomis dari lumpur anode kerap
cukup untuk menutup biaya pemurnian tembaga secara elektrolisis.

Diantara benda-benda secara umum yang dipakai produksi hamper seluruhnya


dengan proses elektrolisi adalah alkali, magnesium, alumunium, klor, flour, hydrogen
peroksida dan natrium hidroksida. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa industry
modern pada umumnya tidak dapat berfungsi tanpa tersedianya reaksi-reaksi elektrolisis
(Ralph H Petrucci.1985).

Logam tembaga semakin hari makin banyak dibutuhakn untuk berbagai keperluan. Biasanya
logam ini dikotori sekitar 1% oleh logm lain seperti besi, zink, perak, emas, dan platina
(Syukri.1999).

   Macam-Macam Sel Volta

a. Sel Kering atau Sel Leclance


Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll. Katodanya
sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk grafit) terlindungi oleh pasta
karbon, MnO2 dan NH4Cl2 . Anodanya adalah lapisan luar yang terbuat dari seng dan muncul
dibagian bawah baterai sebagai terminal negatif.

Reaksi Anoda adalah oksidasi dari seng :


Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Reaksi Katoda :
2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
Amonia yang terbentuk pada katoda akan bereaksi dengan Zn 2+ yang dihasilkan pada
anoda dan membentuk ion Zn(NH3)42+

b. Sel Aki
Katoda : PbO2
Anoda : Pb
Elektrolit : Larutan H2SO4
Reaksinya adalah sebagai berikut :
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2H2O (katoda)
Pb (s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e- (anoda)
PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O (total)

Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia
terlibat dalam reaksi tersebut.
Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi ulang (recharge) dengan
memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses elektrolisis, dengan reaksi :
2PbSO4(s)  + 2H2O(l) → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)

Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.

c. Sel Bahan Bakar


d. Baterai Ni-Cd
Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang umum
dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.
Katodanya adalah NiO2 dengan sedikit air
Anodanya adalah Cd
Reaksinya adalah sebagai beikut :
Cd(s) + 2OH- (aq) → Cd(OH)2(s) + 2e-
                2e- + NiO2(s) + 2H2O → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa.

2.    Sel Elektrolisa


Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks. Pada sel
elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi. Pada katoda,
terdapat 2 kemungkinan zat yang ada, yaitu:
Kation (K+)
Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau
lelehan).
Pada anoda, terdapat 3 (tiga) kemungkinan zat yang ada, yaitu :
Anion (A-)
Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau
lelehan)
Elektroda. Elektroda ada dua macam, antara lain inert (tidak mudah bereaksi, seperti
Platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C)) dan tidak inert (mudah bereaksi, zat
lainnya selain Pt, C, dan Au).
Ada berbagai macam reaksi pada sel elektrolisis, yaitu :
1)   Reaksi yang terjadi pada katoda
 Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be, Mg, Cr, Sr, Ba,
Ra), Al dan Mn.
 Jika kationnya berupa H+.
 Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe → (nama logam)
2)   Reaksi yang terjadi pada anoda
 Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi :

Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO 3-, SO42-), maka reaksinya 2 H20 → 4H+ + O2 + 4
e

Jika anionnya OH-, maka reaksinya 4 OH- → 2H20 + O2 + 4 e

Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2 X(halida) → X (halida)2
+2e

 Jika elektroda tak inert (selain tiga macam di atas), maka reaksinya L x+ + xe

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan


            3.1.1 Alat

-          Tabung U

-          Adaptor

-          Elektroda Karbon

-          Eektroda Tembaga

-          Pipet Tetes

-          Tabung Reaksi

-          Tiang Statif

3.1.2 Bahan

-          KI 1%

-          Indikator Phenoftalein

-          FeCl3

-          CuSO4

-          Amilum

-          Aquadest

-          Batang Karbon

-          Batang Kawat (tembaga)

3.2 Prosedur Percobaan

            3.2.1 Elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda karbon dan anoda tembaga

-          Dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U

-          Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa
menit

-          Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit


-          Diamati

3.2.2 Elektrolisis larutan CuSO4 dalam K (c) dan A (c)

-          Dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U

-          Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa
menit

-          Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit

-          Diamati

3.2.3 Elektrolisis larutan KI 1% dengan K (c) dan A (c)

-          Dimasukkan larutan KI 1% kedalam tabung U

-          Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa
menit

-          Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit

-          Diamati

-          Diambil 1 pipet dari katode

-          Ditambahkan 2 tetes pp dan diamati

-          Diambil 1 pipet dari katode

-          Ditambahkan 5 tetes FeCl3

-          Dan diamati

-          Diambi 1 pipet larutan dari anode

-          Ditambahkan 1 tetes amilum dan diamati


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No Perlakuan Pengamatan

1 Elektrolisis larutan CuSO4 dengan K -          (A) : Cu ® Cu2+ + 2e-


(c) dan A (tembaga)
      (K) : Cu2+ + 2e- ® Cu
-          Dimasukkan larutan CuSO4
-          Setelah dialiri listrik (24V)
kedalam tabung U
membentuk endapan Cu yang
-          Dimasukkan kedua elektroda mengendap di katoda
dalam tabung dengan sumber
-          Anoda Cu secara perlahan
tegangan 24 V selama
terkikis (teroksidasi) menjadi
beberapa menit
ion Cu2+ yang larut
-          Diputuskan arus listrik setelah
beberapa menit

-          Diamati

2 Eektrolisis larutan CuSO4 dengan K -          (A) : 2 H2O ® 4H+ + 4e+O2


(c) dan A (c)
(K) : Cu2+ + 2e ® Cu
-          Perlakuan sama seperti diatas
-          Pada anoda, H2O membentuk
gelembung O2, setelah dialiri
listrik (24 V)

-          Pada katoda, terbentuk


endapan Cu setelah dialiri
listrik (24 V)

3 Elektroisis KI 1%  dengan K (c) dan -          (A) : 2I-  ® I2 + 2e-


A (c)
-          (K) : 2H2O + 2e  ® 2OH- + H2
-          perlakuan sama
-          I2 mengalami oksidasi
-          Diambil 1 pipet dari katode
-          H2O tereduksi menjadi H2
-          Ditambahkan 2 tetes pp dan
diamati -          Setelah dialiri listrik 24V, pada
anoda, laruatan yang semula
-          Diambil 1 pipet dari katode
menjadi bening. Sedangkan
-          Ditambahkan 5 tetes FeCl3 pada katoda, H2O tereduksi
menjadi H2 sehingga
-          Dan diamati
mengahsilkan geembung H2.
-          Diambi 1 pipet larutan dari
-          Satu pipet larutan dari katoda
anode
ditambah 2 tetes indicator pp,
-          Ditambahkan 1 tetes amilum warna yang semula bening
dan diamati menjadi biru lembayung

-          Satu pipet larutan dari katoda


ditambahkan FeCl3 yang
semula berwarna bening
berubah menjadi kuning +
endapan

-          Satu pipet larutan dari anoda


ditambahkan amilum yang
semula kuning, berubah
menjadi hitam.

4.3  Pembahasan

Sebuah sel diman potensial luar yang berlawanan menyebabakan reaksi berlangsung
dalam arah berlawanan secara spontan disebut sel elektrolisis. Sel seperti ini menggunakan
energy listrik yang dihasilkan oleh rangaian luar untuk melakukan reaksi kimia yang
sebetulnya tidak dapat berlangsung. Dalam sel elektrlosis, muatan positif ada di anda dan
muatan negative ada di katodanya.

Sedangkan, sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel Galvani
(sel volta). Sel seperti nin mengubah energy kimia menjadi energy listrik, yang dapat
digunakan untuk melakukan kerja. Dalam sel Galvani, muatan positif ada di katoda dan
muatan negative ada di anoda.
            Berdasarkan keadaan ion dalam wadahnya, electrolysis menjadi dua, yaitu lelehan
dan larutan. Elektrolsis lelehan senyawa ion dapat dielektrolisis dalam keadaan cair atau
menjadi lelehan. Suatu ion yang padat tidak dapat dielektrolisis, karena tidak mengandung
ion bebas. Akan tetapi, jika dipanaskan sampai meleleh akan terurai jadi ion-ion positif
(kation) akan tertark ke katoda dan ion negatife (anion) akan tertarik ke anoda. Untuk
elektrolisis larutan elektrolit dalam air akan terurai jadi ion positif dan ion negative. Reaksi
elektrolisis larutan tidak sama dengan lelehan, karena larutan terdapat pelarut (air). Air
kadang bereaksi, baik pada katoda maun pada anoda. Reaksi pada katoda maupun anoda
pada larutan memiliki beberapa ketentuan yaitu :

A.    Reaksi pada katode

1.      Katoda yang tergolongan dalam golongan utama, Al dan Mn yang direduksi adalah H 2O

2H2O + 2e  ® 2OH- + H2

2.      Ion-ion logam selain diatas dapat direduksi

Mn+ + ne- ®  M

3.      Ion H+ dari asam direduksi menjadi gas hydrogen

2H+ + 2e- ® H2

4.      Jika yang dielektrolisi adalah larutan elektrolit, maka ion-ion pada no 1 dapat mengalami
reaksi pada no 2.

B.     Reaksi pada anode

1.      Ion-ion yang mengandung atom dengan biloks maksimal seperti SO 42- atau NO3-, yang
teroksidasi adalah pelarut air terbentuk gas oksigen

2 H2O ® 4H+ + 4e+O2

2.      Ion-ion halide (X-), F-,Cl-, Br- dan I- dioksidasi menjadi halogen

2X-  ® X2 + 2e

3.      Ion-ion dari basa dioksidasi menjadi gas oksigen

4OH- ® 2H2O + 4e + O2
4.      Pda proses penyepuhan dan pemurnian logam, maka yang dipakai sebagai anode adalah
suatu logam, sehingga anode mengalami oksidasi menjadi ion yang larut

M ®Mn+ + ne-

            Dalam elektrolisis, dikenal dengan elektroda inert dan non inert. Elektroda inert adalah
elektroda yang sukar bereaksi. Contohnya Grafit,Pt dan Au. Sedangkan elektroda non inert
adalah elektroda yang mudah beroksidasi. Contohnya I - dan Br-.

Pada percobaan pertama elektrolisis larutan CuSO 4 dengan katoda (c) dan anoda
(tembaga). Pada anoda terjadi reaksi Cu ® Cu2+ + 2e-. pada katode terjadi reaksi Cu 2+ + 2e ®
Cu. Setelah dialiri arus listrik (24V) pada katode terbentuk endapan Cu. Sedangkan pada
anode, Cu secara perlahan-lahan terkikis menjadi ion Cu 2+ yang larut

Berarti kedua elektroda yang digunakan merupakan elektroda inert pada larutan
CuSO4, ion Cu2+ mengalami reduksi dikatode menjadi Cu, dan dianoda terbentuk gelembung
gas O2, karena dianoda terjadi reaksi oksidasi SO 42- mengandung oksigen, sehingga yang
teroksidasi adalah H2O dan menghasilkan gas O2 pada anoda. Arus listrik yang digunakan
untuk mengubah energy listrik suatu voltmeter menjadi reaksi redoks.

Pada percobaaan kedua, elektrolisis larutan CuSo 4 dengan katode (karbon) dan
anode (karbon), pada anoda terjadi reaksi 2 H2O ® 4H+ + 4e+O2. Pada katode terjadi reaksi
Cu2+ + 2e ® Cu. Setelah dialiri arus listrik pada katode terbentuk endapan Cu, sedangkan
pada anode H2O menbentuk gelembung O2.

Tembaga awalnya berwarna kuning emas, tetapi tembaga mengalami pengikisan


sehingga berubah menjadi warna perak. Ion-ion mengalamireduksi adalah Cu 2+ menjadi Cu,
karena Cu memiliki potensial reduksi lebih rendah dari pada H 2O, dan Cu termauk golongan
transisi sehingga yang direduksi adalah kationnya itu sendiri. Dikatoda terdapat logam Cu
yang lebih banyak, karena logam Cu tersebut berasal dari 2 sumber, yaitu berasal dari
elektrolit CuSO4 dan dari Cu. Yang terbentuk pada anoda yang dioksidasi adalah Cu, karena
Cu merupakan elektrolit non inert yang hanya terjadi pada anoda, sehinnga anion yang
dioksidasi adalah elektrodanya,

Pada percobaan ketiga, elektrolisis larutan KI 1% dengan K (c) dan A (c) . pada anode
terjad reaksi 2I-  ® I2 + 2e-. pada katoda terjadi reaksi 2H 2O + 2e  ® 2OH- + H2. Setelah dialiri
arus listrik , pada anode, larutan yang semula bening menjadi kuning (I 2 mengalami oksidasi).
Sedangkan pada katode H2O tereduksi dan menghasilkan basa OH -, selain itu elektroda yang
digunakan tidak inert, sehingga elektroda itu dapat diabaikan.

Satu pipet larutan dari katode ditambahkan 2 tetes indicator pp, warna yang semula
bening menjadi biru lembayung. Penambahan indicator pp adalah untuk mengetahui adanya
basa dalam katoda. Satu pipet larutan dari katoda ditambahkan FeCl 3, yang semula berwarna
bening berubah menjadi kunig + endapan. Fungsi pnambahaan FeCl 3 sama dengan indicator
pp, yaitu untuk mengetahui senyawa basa yang ada di katode. FeCl 3 yang direaksikan akan
membentuk endapan Fe(OH)3. Satu pipet dari larutan dari anode ditambahkan amilum, yang
semula berwarna kuning berubah menjadi warna hitam. Fungsi penambahan amilum adalah
untuk mengetahui adanya ion I- dalam anoda.

Elektrolisis digunakan dalam bidang industri dapat disebutkan 3 bidang industry


yang menggunakan elektrolisis, yaitu produksi zat, pemurnian logam, dan penyepuhan.

a.       Produksi zat

Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesium,
alumunium, fluorin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorofit, dan hydrogen
peroksida.  Klorin dan natrium hidroksida dibuat dari elektrolisis larutan natrium klorida.
Proses ini disebut proses klor-alkali dan merupakan proses industry yang sangat penting.

b.      Pemurnian logam

Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel
listrik, digunakan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi konduktivitas
tembaga. Akibatnya, akan timbul banyak panas dan akan membahayakan penggunaannya.
Perak, emas, platina, besi, dan zink biasanya merupakan pengotor pada tembaga. Perak,
platina, dan emas mempunyai potensial lebih positif daripada tembaga. Dengan mengatur
tegangan selama elektrolisis, ketiga logam tersebut tidak ikut larut. Dan ketiga logam
tersebut akan terdapat pada lumpur anode. 

c.       Penyepuhan

Penyepuhan (electroplating) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau


untuk memperbaeki penampilan. Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan
katode sedangkan penyepuhnya sebagai anode. Kedua electrode itu dicelupkan  ke dalam
larutan garam dari logam penyepuh.
            Dalam percobaan, ada beberapa indicator-indiktor yang digunakan dan tujuan-tujuan dari
indictor tersebut. Reksi antara KI dan indicator pp, penambahan indicator pp pada katode
berungsi untuk mengetahui adanya basa OH - dalam katode karena K direduksi oleh air.
Terjadi perubahan warna dari larutan bening menjadi tidak berwarna. Hal ini juga
disebabkan nilai potensial reduksi air lebih rendah dibandingkan golongan S A(k+).
Penambahan FeCl3 sama seperti indicator pp yang berfungsi untuk mengetahui adanya
senyawa basa yang ada di katoda. FeCl3 yang direaksikan akan membentuk endapan Fe(OH) 3.

            Untuk penambahan amilum pada larutan anoda adalah untuk engetahui adanya
kandungan ion I- dengan adanya perubahan warna, yang semula berwarna bening menjadi
hitam, karena kegunaan amilum dalam suatu indicator bereaksi dengan iodium, sehingga
untuk membuktikan adanya kandungan iodium untuk indikator  amilum.

Reaksi Elektrode (reduksi) Potensial Elektroda,E (volt)

Li+ (aq) + e « Li (s) -3,04

K+ (aq) + e « K (s) -2,92

Ba2+ (aq) + 2e «Ba (s) - 2,90

Ca2+ (aq) + 2e « Ca (s) - 2,87

Na+ (aq) + e «Na (s) - 2,71

Mg2+ (aq) + 2e «Mg (s) - 2,37

Al3+ (aq) + 3e «Al (s) - 1,66

Mn2+ (aq) + 2e «Mn (s) - 1,18

2H2O (l)+ 2e « 2OH- (aq) + H2 (g) - 0,83

Zn2+ (aq) + 2e« Zn (s) - 0,76

Cr3+ (aq) + 3e« Cr (s)

-          0,74
Fe2+ (aq) + 2e« Fe (s)

-          0.44
Cd2+ (aq) + 2e« Cd (s)

-          0,40
Ni2+ (aq) + 2e« Ni (s)
Co2+ (aq) + 2e« Co (s) -          0,28

Sn2+ (aq) + 2e« Sn (s) -          0,28

Pb2+ (aq) + 2e« Pb (s) -          0,14

2H+(aq) + 2e « H2 (g) -          0,13

Cu2+ (aq) + 2e« Cu (s)

2H2O (l) + O2 (g) + 4e  « 4OH- (aq) 0,00

I2 (s) + 2e « 2I- (aq) + 0,34

Fe3+ (aq) + e+ « Fe2+ (aq) + 0,40

Hg22+ ( aq) + 2e « Hg (l) + 0,54

Ag+ (aq) + e « Ag (s) + 0,77

+ 0,79
Hg2+ ( aq) + 2e « Hg (l)

+ 0,80
No3_ (aq) + 4H+ (aq) + 3e « NO (aq) + 2H2O (l)

+ 0,85

+ 0,96

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-          Dalam elektrokimia (sel volta), reaksi redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik,
katoda (+) dan anoda (-). Sedangkan dalam elektrolisis, listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi redoks tak spontan, katoda (-) dan anoda (+).
-          Beberapa kegunaan elektrolisis :

1.      Dapat memperoleh unsur-unsur loga, halogen, gas hydrogen dan gas oksigen

2.      Dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan

3.      Digunakan dalam pemurnian suatu logam

4.      Salah satu proses elektrolisis yang popular adalah penyepuhan, yaitu melapisi permukaan
suatu logam dengan logam yang lainnya

-          Dalam reaksi elektrolisis, pada anoda terjadi reaksi oksidasi yakni reaksi pelepasan electron,
sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi yakni reaksi penangkapan elektron.

-          Faktor-faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit
yang berbeda, komposisi kimia electrode yang berbeda, electrode inert tak aktif, dan
elektroda tidak inert

5.2 Saran

-          Dalam percobaan elektrolisis, eektroda karbon dapat diganti dengan elektroda Pt dan Au
yang sama-sama tergolong sebagai elektroda inert.

DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby, David.W.2001.Kimia Modern.Erlangga : Jakarta

Petrucci, Ralp. H.1985.Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta

S.Syukri.1999.Kimia Dasar 3.ITB : Bandung


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektrolisis yaitu peristiwa penguraian atas suatu larutan elektrolit yang telah dilaliri
oleh aurs listrik searah. Sedangkan sel di mana terjadinya reaksi tersebut disebut sel
elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat menghantarkan listrik yang disebut
elektrolit, dan dua buah elektroda yang berfungsi sebagai katoda.
Reaksi-reaksi elektrolisis bergantung pada potensial electroda, konsentrasi, dan over
potensial dari spesi yang terdapat dalam sel elektrolisis. Pada sel elektrolisis katode
bermuatan negatif, sedangkan anode bermuatan positif. Kemudian kation direduksi di katode,
sedangkan anion diosidasi di anode.
Elektrolisis mempunyai banyak kegunaan, di antaranya yaitu dapat memperoleh
unsur-unsur logam, halogen, gas hidrogen dan gas oksigen, kemudian dapat menghitung
konsentrasi ion logam dalam suatu larutan, digunakan dalam pemurnian suatu logam, serta
salah satu proses elektrolisis yang popular adalah penyepuhan, yaitu melapisi permukaan
suatu logam dengan logam lain. Seperti yang telah diketahui di atas, elektrolisis mempunyai
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga penting agar mahasiswa melakukan
praktikum ini agar mahasiswa lebih mengetahui dan dapat mempelajari proses dari
elektrolisis.
Elektrolisis merupakan proses dimana reaksi redoks yang tidak bisa berlangsung
spontan. Dalam proses pengisian akidapat disimulkan bahwa apabila kedalam suatu larutan
elektrolit dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi reaksi kimia, yaitu penguraian atas
elektrolit tadi. Lampu merupakan unsur penting pada kendaraan. Lampu tersebut sangat
penting keberadaannya jika kita berkendaraan pada malam hari. Setiap kendaraan bermotor
dilengkapi dengan sel aki sebagai sumber arus untuk menghasilkan tenaga listrik.
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara
perubahan zat dan arus listrik yang berlangsung dalam sel elektrokimia. Dalam kehidupan
sehari-hari penerapan elektrolisis sangat banyak, misalnya dalam dunia industri seperti
pemurnian logam. Oleh karena itu, pemahaman akan elektrolisis sangat penting, dan melalui
percobaan ini diharapkan praktikan mendapatkan lebih banyak pengetahuan.
       
1.2. Tujuan Percobaan
        Mengetahui proses elektrolisis pada larutan CuSO4 dengan elektroda karbon
        Mengetahui perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda dari proses elektrolisis.
        Mengetahui perbedaan sel volta dan sel elektrolisis.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi kimia dapat ditimbulkan oleh arus listrik, sebaliknya reaksi kimia dapat
dipakai untuk menghasilkan arus listrik. Elektrolisis merupakan proses dimana reaksi redoks
tudak berlangsung secara spontan. Untuk lebih memahami apakah sebenarnya elektrolisis itu
dapat dilihat pada proses pengisian aki. Dalam proses pengisian aki tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila ke dalam suatu larutan elktrolit dialiri arus listrik searah maka
akan terjadi reaksi kimia, yakni penguraian atas elektrolit tadi. Peristiwa penguraian (reaksi
kimia) oleh arus searah itulah yang disebut elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan
yang dapat mengahantarkan listrik yang disebut elektrolit, dan dua buah elektroda yang
berfungsi sebagai katoda dan anoda (Keenan, 1984).
                    Susunan Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis tidak memerlukan jembatan garam. Komponen utamanya adalah
sebuah wadah, elektrode, elektrolit, dan sumber arus  searah. Elektron (listrik) memasuki
larutan melalui kutub negatif (katode). Spesi tertentu dalam larutan mneyerap elektron dari
katode dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi ion melepas elektron di anode dan
mengalam oksidasi. Jadi, sama seperti pada sel volta, reaksi di katode adalah reduksi,
sedangkan reaksi di anode adalah oksidasi. Akan tetapi, muatan elektrodenya berbeda. Pada
sel volta, katode bermuatan positif, sedangkan anode bermuatan negative. Pada sel
elektrolisis katode bermuatan negatif sedangkan anode bermuatan positif.
        Reaksi-reaksi elektrolisis
Apabila listrik dialirkan melalui lelehan senyawa ion maka senyawa ion itu akan
diuraikan. Kation direduksi di katode, sedangkan anion dioksidasi di anode. Reaksi
elektrolisis dalam larutan elektrolit berlangsung lebih kompleks. Spesi yang bereaksi belum
tentu kation atau anionnya, tetapi mungkin saja air atau elektrodenya. Hal itu bergantung
pada potensial spesi-spesi yang terdapat dalam larutan. Untuk menuliskan reaksi elektrolisis
larutan elektrolit, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Reaksi-reaksi yang berkompetisi pada tiap-tiap elektrode.
a.       Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah yang mempunyai potensial elektrode lebih
positif.

b. Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah yang mempunyai potensial elektrode
lebih negatif.
2.      Jenis elektrode, apakah inert atau aktif
Elektrode inert adalah elektrode yang tidak terlibat dalam reaksi. Elektrode inert yang
sering digunakan yaitu platina dan grafit.
3.      Overpotensial
Overpotensial adalah potensial tambahan yang diperlukan sehingga suatu reaksi
elektrolisis dapat berlangsung.
Contoh :
Elektrolisis larutan CuSO4 dengan katode dan anode Cu. Pada elektrolisis larutan CuSO 4
dengan elektrode Cu terbentuk endapan Cu di katode dan anodenya (Cu) larut. Hasil-hasil itu
dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam larutan CuSO4 terdapat ion Cu2+, ion SO42- molekul
air serta logam tembaga (elektrode). Berbeda dengan elektrode grafit yang inert (sukar
bereaksi), tembaga dapat mengalami oksidasi di anode. Kemungkinan reaksi yang terjadi di
katode adalah reduksi ion Cu2+ atau reduksi air. Oleh karena potensial reduksi Cu2+ lebih
besar maka reduksi ion Cu2+ lebih mudah berlangsung. Sementara itu, kemungkinan reaksi
yang terjadi di anode adalah oksidasi ion SO42- ,oksidasi air atau akosidasi Cu.
2SO42-   S2O82- +  2e                                  E° = -2.71 V
2H2O     4H+ + O2 + 4e                               E° = -1.23 V
Cu         Cu2+ + 2e                                      E° = -0.34 V
Oleh karena potensial oksidasi Cu paling besar maka oksidasi tembaga lebih mudah
berlangsung. Jadi, elektrolisis larutan CuSO4 dengan Cu menghasilkan endapan Cu di katode
dan melarutkan Cu di anode.
CuSO4    Cu2+  +  SO42-
Katode :       Cu2+  +  2e  Cu
Anode  :        Cu    Cu2+  +  2e
        Cu               Cu
(anode)           (katode)
Berdasarkan daftar potensial elektrode standar dapat dibuat suatu ramalan tentang reaksi
katode dan reaksi anode pada suatu elektrolisis. Ramalan mungkin akan meleset jika spesi
yang terlibat mempunyai overpotensial yang signifikan (Keenan, 1984).

1. Reaksi-reaksi di katode (reduksi)


Reaksi di katode bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal dari
logam-logam aktif (logam golongan IA, IIA, Al atau Mn), yaitu logam-logam yang potensial
elektrodanya lebih kecil (lebih negatif daripada air), maka air yang tereduksi. Kation selain
yang disebutkan di atas akan tereduksi.
Contoh :
Pada elektrolisis larutan NaCl (kation Na+), air yang tereduksi, bukannya ion Na+ .
Pada elektrolisis larutan CuSO4 (kation Cu2+), ion Cu2+ yang tereduksi.

1. Reaksi-reaksi di Anode (Oksidasi)


Elektrode negatif (katode) tidak mungkin ikut bereaksi selama elektrolisis karean logam
tidak ada kecenderungan menyerap elektron membentuk ion negatif. Akan tetapi, elektrode
positif (anode) mungkin saja ikut bereaksi, melepas elektron dan mengalami oksidasi.
Kecuali Pt dan Au, pada umumnya logam mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada
air atau anion sisa asam. Oleh karena itu, jika anode tidak terbuat dari Pt, Au atau grafit,
maka anode itu akan teroksidasi.
L   Lx+ + xe
Elektrode Pt, Au dan Grafit (C) digolongkan sebagai elektrode inert (sukar bereaksi). Jika
anode terbuat dari elektrode inert, maka reaksi anode bergantung pada jenis anion dalam
larutan. Anion sisa lebih negatif daripada air. Anion-anion seperti itu sukar dioksidasi
sehingga air yang teroksidasi.
2H2O     4H+ + O2 + 4e
Jika anion lebih mudah dioksidasi daripada air, seperti Br-, dan I-, maka anion itu yang
teroksidasi. Skema reaksi-reaksi elektrolisi.
Reaksi di katode bergantung pada jenis kation : 
Logam aktif (Golongan IA,IIA,Al dan Mn): air yang tereduksi. 2H2O + 2e  H2 + 2OH-
Kation lain : kation yang tereduksi
2H+ + 2e   H2
Lx+ + xe   L
Reaksi di anode bergantung pada jenis anode dan anion :
Sisa asam lain atau OH- anion
teroksidasi.
Contoh : 2Br-  Br2 + 2e
4OH-  2H2O + O2 + 4e

Sisa asam oksi : Air tereduksi


2H2O    4H+ + O2 + 4e

Inert : Anion
(Pt,Au,C)

        Anode
Anoda tak inert : anode teroksidasi
L     Lx+ + xe
        Penggunaan Elektrolisis
a. Produksi Zat
Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesiumm,
alumunium, flourin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorit dan hidrogen peroksida.
b. Pemurnian Logam
Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel listrik
diperlukan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi konduktivitas tembaga,
akibatnya akan timbul banyak panas dan akan membahayakan penggunanya.
c. Penyepuhan
Penyepuhan (electroplanting) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau
untuk memperbaiki penampilan. Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan
katoda sedangkan logam penyepuhnya sebagai anoda. Kedua elektrode itu dicelupkan dalam
larutan garam dari logam penyepuh. Contoh, penyepuhan sendok yang terbuat dari besi (baja)
dengan perak.
Hukum Faraday
” Massa zat dibedakan pada elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang
digunakan “.
G = K i + ME
K =       jadi      G = ME
Dengan, G = massa zat yang dibebaskan (dalam gram)
i = kuat arus (dalam ampere)
t = waktu (dalam detik)
ME = massa ekivalen
(Petrucci, 1990).
Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera
mengikuti dan dengan sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan hingga kini
elektrolisis digunakan untuk menghasilkan berbagai logam. Elektrolisis khususnya
bermanfaat untuk produksi logam dengan ionisasi tinggi (misalnya alumunium). Produksi
alumunium diindustri denga elektrolisis dicapai tahun 1886 secara independen oleh penemu
Amerika Charles Martin Hall (1863-1914)  dan penemu Prancis Louis Toussaint Heroult
(1963-1914) pada waktu yang sama. Sukses elektrolisis ini karena penggunaan lelehan
Na3AlF6  sebagai pelarut bijih (alumunium,oksida; Alumina Al2O3).
Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda.
Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan menggunakan
larutan dalam air. Namun dalam kasus elektrolisis Alumina, larutan dalam air jelas tidak tepat
sebab air lebih mudah direduksi daripada ion alumunium sabagaimana di tunjukkan:
Al3+ + 3e  Al potensial elektroda normal = 1,662 V
2H2O + 2e  H2 + 2OH- potensial elektroda normal = 0.828 V
Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3 meleleh
pada suhu sangat tinggi 20500C, dan elektrolisis pada sushu setinggi ini jelas tidak realistik.
Namun titik lelehan campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar 10000C dan suhu ini mudah
dicapai. Prosedur detailnya adalah: bijih, alumunium, bauksit mengandung berbagai oksida
logam sebagai pengotor. Bijih ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida alumunium yang
amfoter yang larut. Bahan yang tak larut disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya
untuk menghasilkan hidrolisis garamnya (Chang, 2004).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
        Tabung U
        Elektroda
        Tiang statif dan klem
        Kabel penghubung
        Pipet tetes
        Tabung reaksi
        Adaptor
3.1.2 Bahan-bahan
        Batang karbon
        Kawat tembaga
        CuSO4
        KI
        Indikator PP
        FeCl3
        Aquades
        Amilum
        Tissue

3.2  Prosedur Percobaan


3.2.1 Elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda C dan anoda Cu
        Dimasukkan CuSO4 kedalam tabung U
        Dicelupkan kedua elektroda pada larutan
        Dialirkan arus listrik
        Diamati
3.2.2                  Dengan katoda C dan anoda C
        Dimasukkan CuSO4 kedalam tabung U
        Dicelupkan kedua elektroda pada larutan
        Dialiri arus listrik
        Diamati
3.2.3                  Elektrolisis larutan KI 1% dengan elektroda karbon
        Dimasukkan KI 1% kedalam tabung U
        Dimasukkan elektroda C pada larutan dan dialiri dengan arus listrik .
        Dipipet larutan dari katoda kedalam tabung reaksi
        Ditambahkan 2 tetes indikator PP
        Diamati 

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No Perlakuan Pengamatan
1 Elektrolisis larutan CuSO4 dengan
katoda c dan anoda Cu
        Dimasukkan CuSO4 kedalam tabung        Cu terkikis
U
        Dicelupkan kedua elektroda         Dari bawah batang karbon bertumpuk
        Dialiri arus listrik Cu berwarna orange.
        Diamati

2 Dengan anoda  dan katoda C


        Dimasukkan CuSO4 kedalam  tabung        Larutan berwarna biru
U         Terdapat gelembung anoda melepas
        Dicelupkan kedua elektroda O2
        Dialiri arus listrik         Katoda terikat dengan Cu
        Diamati
3 Elektrolisis larutan KI 1% dengan
elektroda karbon
        Dimasukkan KI 1%   kedalam         Larutan berwarna bening
tabung U
        Dimasukkan elektroda C pada
        Anoda terkikis
larutan dan dialiri arus listrik
        Dipipet larutan dari katoda kedalam
tabung reaksi         Berwarna kekuningan dan terdapat
        Ditambah 2 tetes FeCl3 gelembung
        Diamati         Berwarna merah lembayung
        Dipipet larutan dari anode
        Ditambah 2 tetes amilum         Larutan merwarna biru
        Diamati         Larutan berwarna orange

4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi CuSO4 dengan katoda C dan anoda Cu
CuSO4  Cu2+ + SO42-
Katode :       Cu2+  +  2e  Cu
Anode  :       Cu         Cu2+ + 2e
        Cu               Cu

4.2.2 Larutan CuSO4 dengan katoda C dan anoda C


                        CuSO4                         Cu2+  + SO42-              
                        Katoda  :   Cu2+  +  2e-               Cu                x 2
                        Anoda  :   2H2O          O2  +  4e-  +  4H+        x 1
                  Katoda  : 2Cu2+  +  4e-                   2Cu             
 Anoda  : 2H2O                   4H+   +  4e-  +  O2
                       2Cu2+  +  2H2O              2Cu  +  4H+  +  O2
                                   
4.2.4 larutan KI dengan katoda C dan anoda C
                                      KI                  K+  +  I-
            Katoda  :         2H2O  +  2e-           2OH-  +  H2
            Anoda  :          2I-            I2  +  2e-
                                    2I-  +  2H2O                I2 +  2OH-  +  H2

4.2.5  I2 + Amilum
4.2.6 FeCl3 dengan OH-
                        FeCl3  +  3OH-               Fe(OH)3  +  3Cl-

4.2.7 Uji OH- dengan larutan FeCl3 dan indikator PP dalam elektrolisis KI       

4.3 Pembaha san


            Elektrokimia adalah penguraian  reaksi kimia dengan menggunakan arus listrik bolak
balik, menurut konsep elektrokimia, anode merupakan tempat terjadinya reaksi oksidasi,
sedangkan katode adalah elektrode tempat berlangsungnya reaksi reduksi. Berdasarkan dua
pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa didalam elktrokimia kutub positif
merupakan katode dan kutub negatif merupakan anode. Jadi yang menentukan suatu
elektrode sebagai anode atau katode adalah reaksi yang terjadi pada elektrode tersebut. Dan
elektrokimia merupakan reaksi yang berlangsung secara spontan. Aplikasi elektrokimia
dalam kehidupan sehari-hari adalah pada sel baterai dan air aki. Berlawanan dengan
elektrokimia yang memanfaatkan reaksi redoks secara spontan untuk menghasilkan energi
listrik, elektrolisis memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi redoks yan tidak
spontan. Sel elektrolisis adalah perangkat yang digunakan dalam proses elektrolisis yang
terdiri darin sumber arus searah. Pada elektrolisis katoda benilai negatif dan anoda bernilai
positif. Aplikasi elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari adalah pada penyepuhan besi dan
pelapisan logam.
            Pada percobaan pertama yaitu elektrolisis larutan  CuSO4 dengan katoda C dan anoda
Cu. Hasilyang didapatkan adalah dengan menggunakan arus DC 24 volt yang terjadi adalah
Cu pad a anoda sedikit demi sedikit terkikis dan melapis C pada katoda. Hal ini
dikarenakan Cu mengalami proses oksidasi. Pada percobaan kedua yaitu elektrolisis larutan
CuSO4 dengan katoda C dan anoda C. Hasil yang didapatkan adalah C pada anoda bereaksi
menghasilkan gelembung udara berupa gas oksigen (O2) karena asam oksi teroksidasi. Pada
percobaan ketiga yaitu elektrolisis larutan KI1% dengan alektroda karbon. Hasil yang
didapatkan adalah awal KI berwarna bening, kemudian pada katoda larutan cair K + tereduksi
menghasilkan gelembung gas hidrogen (H2) dan pada anoda terbentuk cairan berwarna
kuning (I2) larutan K+ berubah menjadi warna merah lembayung setelah ditetesi indikator PP
hal ini menunjukkan bahwa terdapat OH pada larutan tersebut. Kemudian I ditambahkan
FeCl3 menjadi berwarna orange tua, hal ini menunjukkan bahwa terdapat OH pada larutan
tersebut, dan ketika larutan tersebut ditambah amilum warnanya berubah menjadi biru tua.
Hal ini menunjukkan terdapatnya I2 pada anoda tersebut.
            Pada percobaan tersebut digunakan power supply dengan arus DC (arus searah) agar
elektrolisis dapat berlangsung. Dengan power supply, lebih memudahkan percobaan
ketimbang menggunakan baterai karena membutuhkan banyak baterai. Pada percobaan
menggunakan indikator PP dan FeCl3 sebagai pengidentifikasi tedapatnya OH- didalam
larutan dengan cara diteteskan hingga ada perubahan warna pada larutan tersebut. Dan pada
percobaan tersebut juga diteteskan amilum untuk mengidentifikasi adanya I2 pada larutan
tersebut.
            Dalam percobaan dapat terjadi beberapa kesalahan, antara lain:
        Kesalahan dalam pengunaan arus (menggunakan arus AC seharusnya menggunakan arus
DC)
        Menggunakan karbon dari pensil
        Kurangnya ketelitian dalam percobaan
        Kurangnya kehati-hatian praktikan dalam melakukan percobaan
        Kurangnya pemahaman praktikan sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
prosedur.
Daftar Potensial Elektroda Logam-Logam Penting

Reaksi reduksi Logam E0 Volt


K+ + e  K -2,92
Ba2+ + 2e  Ba -2,90

Ca2+ + 2e   Ca -2,87

Na+ + 2e  Na -2,71
-2,37
Mg2+ + 2e  Mg
-1,66
Al3+ + 3e  Al
-1,50
Mn2+ + 2e  Mn
-0,83
2H2O + 2e  H2 + 2OH
-0,76
Zn2+ + 2e  Zn
-0,71
Cr 3+ + 3e  Cr
-0,74
Fe2+ + 2e  Fe
Cd2+ + 2e  Cd
Co2+ + 2e  Co -0,40
-0,28
Ni2+ + 2e  Ni
-0,25
Sn2+ + 2e  Sn
-0,14
Pb2+ + 2e  Pb
-0,13
2H+ + 2e  H2
0,00
Sb3+ + 3e  Sb
+0,10
Bi3+ + 3e  Bi
+0,30
Cu + 2e  Cu
2+
+0,34
Hg + 2e  Hg
2+
+0,62
Ag2+ + 2e  Ag +0,80
Pt + 2e  Pt
2+
+1,50
Au3+ + 3e  Au +1,70
0
Berdasarkan harga E yang tercantum dalam daftar, kita dapat menyusun suatu deret unsur-
unsur, mulai dari yang memiliki E0 terkecil hingga E0 terbesar.
K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – (H) – Sb – Bi –
Cu – Hg – Ag – Pt – Au
Deret unsur diatas tersebut juga deret volta yang memiliki beberapa kriteria:
Li sampai Pb sisi kiri dan Cu sampai Au sisi kanan.
Semakin Kekiri Semakin Kekanan
        Semakin mudah teroksidasi         Semakin mudah tereduksi
        Sukar tereduksi         Sukar teroksidasi
        Bernilai negatif         Bernilai positif
        Bersifat logam aktif         Bersifat oksidator

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
        Pada proses elektrolisis pada larutan CuSO4 dengan elektroda karbon, terjadi reduksi Cu2+
menjadi Cu pada katoda dan terjadi oksidasi air pada anoda.
        Perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda ialah tidak terjadi reaksi pada katoda, dan
terdapat gelembung gas O2. Sedangkan pada larutan KI dengan katoda Cu dan anoda C,
warna larutan berubah menjadi warna kuning pada katoda dan pada anoda terdapat
gelembung gas serta terbentuk endapan karbon.
         
Sel Volta Sel Elektrolisis
        Energi kimia  energi listrik         Energi listrik  energi kimia
        Kutub katoda         Kutub katoda (-)
        Kutub anoda         Kutub anoda (+)
        Anoda  reduksi         Anoda  oksidasi
        Katoda  oksidasi         Katoda  reduksi
        Reaksi terjadi spontan         Reaksi terjadi tidak spontan

Anda mungkin juga menyukai