Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 21, No. 1, 2006, 83 – 95

ANALISIS KORELASI KANONIKAL KOMPONEN AKTIVA


DAN PASIVA
Baldric Siregar
Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta

ABSTRACT

The independence of asset and liability composition is obvious in Modigliani and


Miller’s capital structure proposition. While, independence of investing and financing
decisions is a very useful assumption to simplify corporate financial decisions, the actual
balance sheets of corporations do not reveal independence between the two sides of the
balance sheet. The purposes of this paper are to empirically identify relationship between
the structures of left side and right side of balance sheet and to explain the nature of these
relationships by using canonical correlation analysis. Canonical correlation analysis
shows that firms match the maturity structure of their assets and liabilities, short-term
(long-term) assets tend to be financed with short-term (long-term) liabilities, accounts
receivable are used as collateral for short-term loan, and fixed assets are use as collateral
for long-term loan.
Keywords: asset composition, liability composition, hedging, collateral, financing,
canonical variate, canonical loading, canonical correlation, canonical root,
redundancy index.

PENDAHULUAN dilakukan oleh perusahaan tanpa memperhati-


kan keputusan tentang bagaimana investasi
Teori keuangan awal berfokus pada teori
tersebut didanai.
struktur modal Modigliani dan Miller (MM)
(1958). Salah satu proposisi dalam teori Independensi komponen aktiva dengan
struktur modal MM (1958) mengasumsikan komponen utang perusahaan merupakan
adanya independensi antara keputusan implikasi dari independensi kebijakan investasi
investasi dan keputusan pendanaan. dengan kebijakan pendanaan. Dalam neraca
Independensi komponen aktiva dan komponen perusahaan modern, tentu saja komponen
utang eksplisit dalam proposisi struktur modal aktiva tidak terlepas dari komponen pasiva.
MM (1958) tersebut. MM (1958) menyatakan Karena itu, teori struktur modal MM (1958)
bahwa struktur modal tidak dapat bisa jadi kurang realistis dalam kebijakan
mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan kata perusahaan modern. Proposisi MM (1958)
lain, pendanaan perusahaan (utang atau tentang struktur modal ini kurang realistis dan
ekuitas) tidak terpengaruh terhadap nilai tidak menggambarkan keputusan manajer
investasi perusahaan. Keputusan pendanaan dalam fenomena yang sesungguhnya.
yang tidak mempengaruhi nilai investasi Walaupun keputusan investasi dan keputusan
perusahaan inilah yang berimplikasi pada pendanaan independen, kedua jenis keputusan
terdapatnya pemisahan antara keputusan tersebut seringkali terjadi secara simultan
investasi dengan keputusan pendanaan. karena pentingnya pencarian sumber pendana-
Struktur modal ditentukan tanpa mempertim- an untuk investasi yang dipertimbangkan
bangkan karakteristik aktiva perusahaan. Dapat (Stowe et al., 1980).
juga dikatakan bahwa keputusan investasi
84 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

Paper ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen neraca. Selain itu, sifat-sifat
hubungan antara komponen dua sisi neraca, interdependensi hubungan tersebut meliputi:
yaitu komponen aktiva dan komponen pasiva, hedging dengan mencocokkan maturitas aktiva
serta menjelaskan seperti apa sifat hubungan dan utang, pendanaan aktiva melalui utang,
antara komponen aktiva dan komponen pasiva kolateral aktiva terhadap utang, dan
tersebut. Studi interdependensi komponen pengendalian kemungkinan insolvensi dengan
aktiva dan pasiva membutuhkan analisi secara tidak menggunakan terlalu banyak leverage
bersama berbagai rekening aktiva dan pasiva keuangan.
karena rekening-rekening tersebut saling Stowe et al. (1980) menunjukkan
terkait antara satu dengan lainnya. Karena hubungan antara dua sisi neraca dengan
aktiva dan pasiva memiliki banyak komponen, menggunakan 510 perusahaan besar AS yang
maka penelitian ini menggunakan analisis terdapat di Compustat untuk tahun 1977.
korelasi kanonikal untuk dapat mencapai Penelitian ini menggunakan analisis korelasi
tujuan di atas. Organisasi pembahasan dalam kanonikal untuk mengidentifikasi dan menguji
paper ini dibagi menjadi lima, yaitu: sifat hubungan antara komponen aktiva dengan
pendahuluan, kajian literatur dan pengembagan komponen pasiva. Stowe et al. (1980) mene-
hipotesis, metode riset, hasil dan pembahasan, mukan bahwa, baik secara individu maupun
serta penutup. secara bersama-sama, fungsi kanonikal yang
menggambarkan korelasi antara komponen
KAJIAN LITERATUR DAN aktiva dan pasiva adalah signifikan. Proporsi
PENGEMBANGAN HIPOTESIS varians variabel aktiva yang dapat diprediksi
MM (1958) menyatakan bahwa manajer dari variabel pasiva adalah 32%. Proporsi
tidak dapat mengubah nilai perusahaan melalui varians variabel pasiva yang dapat dijelaskan
manipulasi struktur modal. Teori struktur oleh variabel aktiva adalah 25%.
modal MM (1958) ini dipandang kurang Selain dengan menggunakan canonical
realistis karena sesungguhnya manajer dapat loading, Stowe et al. (1980) juga mempertajam
mengubah nilai perusahaan melalui struktur interpretasi dengan melakukan rotasi terhadap
modal, melalui pendanaan utang atau ekuitas. canonical loading tersebut. Ada beberapa
Sebagai contoh, teori struktur modal modern, temuan empiris yang disimpulkan oleh Stowe
trade-off hypothesis dan pecking order et al. (1980) dari hasil penelitian mereka.
hypothesis, sudah membuktikan bahwa Pertama, hedging merupakan praktik yang
struktur modal berpengaruh terhadap nilai lazim terjadi. Untuk tujuan hedging, perusa-
perusahaan (Babu dan Jain, 1998). haan mencocokkan struktur maturitas aktiva
Implikasi dari independensi kebijakan dan utang, misalnya aktiva jangka pendek
investasi dengan pendanaan adalah ketidak- didanai melalui utang jangka pendek dan
terkaitan antara komponen aktiva dengan aktiva jangka panjang didanai melalui utang
komponen utang perusahaan. Berbagai peneliti jangka panjang. Kedua, berbagai aktiva
mencoba menguji hubungan antara kebijakan digunakan sebagai kolateral utang. Piutang
investasi dan pendanaan melalui pengujian dagang digunakan sebagai kolateral utang bank
hubungan interdependensi antara komponen jangka pendek. Tanah dan bangunan dijadikan
aktiva dan pasiva seperti Stowe et al. (1980), sebagai kolateral utang jangka panjang. Ketiga,
Simonson et al. (1983), Stowe dan Watson persediaan lazim didanai melalui kredit dari
(1985), Carter dan Van Auken (1990), serta pemasok atau utang dagang. Keempat, bisnis
Van Auken et al. (1993). Temuan berbagai yang beririko tinggi mencoba untuk
riset tersebut pada dasarnya menunjukkan mengendalikan risiko dengan menggunakan
bahwa terdapat interdependensi antar- lebih sedikit utang dan lebih banyak ekuitas
2006 Siregar 85

(sisi pasiva) serta mempertahankan likuiditas struktur aktiva. Ada bukti yang kuat bahwa
dalam jumlah besar (sisi aktiva). Proses ini perbankan AS melakukan hedging secara
menyebabkan manajer mampu mengurangi sistematis antara aktiva dan utang. Bank lebih
kemungkinan perusahaan mengalami insol- mengandalkan dana yang sensitif bunga
vensi. Temuan empiris ini menunjukkan (interest sensitive fund) untuk mendanai aktiva
bahwa terdapat interdependensi antara sisi yang sensitif bunga (interest-sensitive asset).
aktiva dan sisi pasiva. Dengan kata lain, Aktiva jangka panjang juga didukung oleh
keputusan investasi tidak independen dari dana jangka panjang yang tidak terlalu sensitif
keputusan pendanaan. dengan bunga.
Simonson et al. (1983) menguji perilaku Stowe dan Watson (1985) menguji secara
hedging antara struktur aktiva dan pasiva 435 empiris hubungan interdependensi struktur
bank AS berkukuran besar untuk periode 1979. aktiva dengan pasiva untuk perusahaan
Bankir dan analis perbankan percaya bahwa asuransi dengan sampel sebanyak 194
mismatching maturitas aktiva dan pasiva dapat perusahaan asuransi jiwa AS dan Kanada
menciptakan risiko suku bunga. Sebagai untuk periode 1979. Salah satu keputusan
contoh, suku bunga jangka pendek yang penting dalam perusahaan asuransi adalah
melebihi suku bunga jangka panjang keputusan untuk menentukan struktur aktiva
menyebabkan perbankan meminjam jangka dan utang. Perilaku pemilihan kombinasi
pendek, karena nasabah lebih menyukai suku aktiva dan utang merupakan aspek dasar
bunga jangka pendek, dan namun memin- kebijakan keuangan dan investasi. Stowe dan
jamkan jangka panjang. Bank menghindari diri Watson (1985) menemukan bahwa varians
dari eksposur ini dengan melakukan manaje- dalam set variabel aktiva dapat menjelaskan
men aktiva dan utang, yaitu pengkoordinasian varians dalam struktur aktiva sebanyak
antara pengadaan dana dan pemerolehan 39,96%. Sedangkan varians dalam set variabel
aktiva. Pyle (1971) menunjukkan bahwa aktiva yang dapat dijelaskan struktur pasiva
perbankan memilih portofolio aktiva dan utang adalah 40,28%. Berdasarkan canonical loading
sesuai dengan parameter tertentu, misalnya yang sudah dirotasi, Stowe dan Watson (1985)
maturitas. Menurut Pyle (1971), bank dengan menyimpulkan bahwa pencocokan yang
sumber daya jangka pendek yang volatil sempurna (perfect matching) antara aktiva dan
(sensitif bunga) akan berusaha membuat utang dalam perusahaan asuransi. Kesimpulan
struktur aktiva dengan menekankan pada ini didukung oleh nilai canonical loading untuk
jangka pendek dan suku bunga mengambang. rekening pension plan dan account liabilities
Secara umum, maturitas aktiva dan utang harus yang mendekati satu, sementara canonical
cocok. Selain itu, Ho dan Saunders (1980) juga loading untuk komponen lain kecil pada fungsi
menunjukkan bahwa hedging neraca merupa- kanonikal yang signifikan.
kan respon rasional terhadap ketidakpastian Carter dan Van Auken (1990) meneliti
bunga yang disebabkan oleh volatilitas hubungan antara kebijakan investasi dan
interdependensi struktur aktiva dan utang. pendanaan 67 perusahaan kecil AS melalui
Bukti empiris yang ditemukan Simonson pengujian hubungan interdependensi antara
et al. (1983) menunjukkan hal yang sejalan komponen aktiva dan pasiva. Temuan riset ini
dengan kesimpulan Pyle (1971) bahwa sama dengan temuan riset Stowe et al. (1980)
terdapat interdependensi struktur aktiva untuk perusahaan besar bahwa terdapat
dengan utang. Sebanyak 32% varians dalam interdependensi komponen neraca. Namun
struktur aktiva dapat dijelaskan oleh struktur dibandingkan dengan perusahaan kecil, ada
pasiva. Demikian juga sebanyak 37% varians perbedaan dalam temuan ini. Perusahaan kecil
dalam struktur pasiva dapat diprediksi dari memiliki akses lebih terbatas ke pasar modal
86 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

sehingga perusahaan kecil lebih meng- Dengan menggunakan teknik korelasi


utamakan utang lebih banyak sebagai sumber kanonikal, Van Auken et al. (1993) menguji
pendanaan aktiva tetap. Selain itu, perusahaan hubungan antar-komponen neraca dan strategi
kecil juga lebih menekankan pada kredit keuangan 45 perusahaan kecil dan besar
dagang untuk mendanai modal kerja daripada Korea. Temuan empiris menunjukkan bahwa
perusahaan besar. sebanyak 60% proporsi varians dalam aktiva
Carter dan Van Auken (1990) dapat diprediksi dari utang. Sebaliknya,
menyimpulkan bahwa terdapat asosiasi yang sebanyak 24% proporsi varians dalam utang
kuat antara persediaan dengan utang dagang. dapat diprediksi dari aktiva. Hal ini
Hubungan ini semakin diperjelas dengan rotasi menunjukkan bahwa interdependensi antara
canonical loading. Perusahaan menggunakan komponen aktiva dan utang adalah tinggi.
utang dagang untuk mendanai persediaan. Berdasarkan canonical loading, baik yang
Dibandingkan dengan ekuitas, perusahaan belum dirotasi maupun yang telah dirotasi,
kecil lebih mengutamakan pendanaan utang Van Auken et al. (1993) menemukan berbagai
daripada ekuitas, khususnya utang jangka temuan empiris. Pertama, baik utang lancar
pendek. Baik utang jangka pendek maupun maupun utang jangka panjang berkorelasi
utang jangka panjang berasosiasi dengan dengan semua aktiva atau aktiva didanai
semua komponen aktiva. Selain itu, aktiva melalui utang, baik utang jangka pendek
tetap juga digunakan untuk kolateral utang. maupun utang jangka panjang. Perusahaan
Hal ini terlihat dari tanda negatif pada melakukan pendanaan persediaan melalui
canonical loading aktiva tetap. Temuan ini utang dari pemasok dan utang jangka panjang
mendukung kenyataan bahwa perusahaan kecil digunakan untuk mendanai aktiva tetap.
lebih sulit akses ke pasar modal sehingga Kedua, piutang digunakan sebagai kolateral
menyebabkan perusahaan menggunakan lebih untuk utang jangka pendek. Ketiga, kas dan
banyak utang daripada ekuitas untuk ekuitas berkorelasi kuat. Artinya adalah
pendanaan. perusahaan berusaha untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya insolvensi dengan
Untuk melanjutkan riset sejenis dengan lebih sedikit utang daripada ekuitas dan
menggunakan kondisi ekonomi yang berbeda, likuiditas tinggi. Riset selanjutnya untuk
Carter dan Van Auken (1993) menguji kondisi ekonomi yang sejenis dengan Korea,
interdependensi komponen neraca perusahaan yaitu Taiwan, dilakukan oleh Van Auken dan
Meksiko dan AS. Temuan empiris Tseng (1993). Penelitian di Taiwan menun-
menunjukkan bahwa hubungan antara struktur jukkan bukti empiris tentang interdependensi
neraca perusahaan kecil Meksiko dan AS struktur aktiva yang sejalan dengan temuan di
relatif sama. Namun perbedaan antara pasar Korea.
dan institusi keuangan kedua negara menye-
babkan terdapatnya perbedaan interdepen- Berdasarkan kajian literatur di atas,
densi, khususnya bagi perusahaan besar. peneliti merumuskan hipotesis yang akan diuji,
Misalnya, perusahaan Meksiko lebih yaitu terdapat interdependensi yang signifikan
menekankan pada penggunaan utang, terutama secara statistis antara komponen aktiva (variat
utang jangka pendek, serta penggunaan utang aktiva) dan komponen pasiva (variat pasiva).
dagang untuk mendanai piutang dagang.
Sebaliknya, perusahaan AS lebih menekankan METODE RISET
pada ekuitas dalam pendanaan dan Sampel penelitian ini adalah perusahaan
mengendalikan risiko insolvensi dengan tidak manufaktur yang terdaftar di BEJ untuk
terlalu banyak menggunakan utang. periode 3 tahun, yaitu tahun 2000 sampai
2002. Informasi tentang komponen neraca
2006 Siregar 87

perusahaan manufaktur tersebut diperoleh dari klasifikasi variabel dependen atau variabel
laporan keuangan tahunan masing-masing independen tidak terlalu diperlukan karena
perusahaan. Informasi dalam neraca analisis korelasi kanonikal membobot kedua
perusahaan terdiri atas berbagai komponen variat untuk menguji korelasi dan tidak
neraca, baik aktiva maupun pasiva. Agar memberikan penekanan khusus terhadap salah
pengujian tidak menghasilkan korelasi yang satu variat (Hair et al., 1998). Selain itu,
terlalu kompleks, maka peneliti mengelom- karena teknik analisis korelasi kanonikal ini
pokkan menjadi masing-masing empat kom- menghasilkan korelasi yang maksimum antar-
ponen aktiva dan pasiva. Dengan demikian, variat, maka suatu variabel dalam setiap set
ada dua set variabel dalam penelitian ini, yaitu variat dikorelasikan ke semua variabel dalam
satu set variabel aktiva dan satu set variabel kedua set variat.
pasiva. Setiap variabel merupakan proporsi Perlu diketahui bahwa analisis korelasi
dari setiap kelompok rekening yang diuji kanonikal menghasilkan lebih dari satu fungsi
terhadap total aktiva. Variabel-variabel dalam kanonikal (pasangan variat). Setiap fungsi
kedua set komponen neraca tersebut adalah: kanonikal menggambarkan pasangan variat,
Aktiva Pasiva satu variat untuk variabel independen dan satu
variat lain untuk variabel dependen. Jumlah
Y1 Kas X1 Utang Dagang maksimum fungsi kanonikal yang dapat
Y2 Piutang Dagang X2 Utang Lancar Lain dihasilkan adalah sama dengan jumlah variabel
Y3 Persediaan X3 Utang Jangka Panjang dalam set data terkecil, independen atau
dependen. Sebagai contoh, apabila terdapat
Y4 Aktiva Tetap X4 Modal empat variabel independen dan tiga variabel
dependen, maka jumlah fungsi kanonikal
Karena variabel penelitian ini terdiri atas maksimum yang dapat dihasilkan adalah tiga.
berbagai variabel dalam dua set variabel, maka Namun karena dalam penelitian ini terdapat
teknik pengujian yang tepat adalah analisis masing-masing empat variabel dalam setiap
korelasi kanonikal. Berbeda dari analisis variat, maka fungsi kanonikal yang akan
regresi berganda yang memprediksi suatu dihasilkan adalah empat. Fungsi (pasangan)
variabel dependen berdasarkan berbagai kanonikal pertama merupakan interkorelasi
variabel independen, analisis korelasi tertinggi yang dapat dihasilkan untuk dua set
kanonikal memprediksi satu set variabel variabel. Fungsi kanonikal kedua menunjukkan
berdasarkan satu set variabel lainnya. Korelasi hubungan maksimum antara dua set variabel
kanonikal berusaha untuk mengidentifikasi yang tidak dipertimbangkan dalam fungsi
struktur (dimensionalitas) yang optimum setiap kanonikal pertama. Dengan kata lain, setiap
set variabel yang memaksimumkan korelasi fungsi kanonikal berikutnya merupakan fungsi
antara suatu set variabel dengan set variabel kanonikal yang didasarkan pada varians
lainnya. Pada dasarnya ada tiga tujuan analisis residual yang tidak dipertimbangkan pada
korelasi kanonikal, yaitu: menentukan fungsi kanonikal sebelumnya. Kekuatan
hubungan antara set variabel, mengidentifikasi hubungan dalam setiap fungsi variat
korelasi yang maksimum antar-dua set ditunjukkan oleh korelasi kanonikal (canonical
variabel, dan menjelaskan sifat hubungan correlation). Apabila korelasi kanonikal
antara set variabel (Hair et al., 1998). tersebut dipangkatkan, maka akan diperoleh
Identifikasi variabel Y untuk komponen canonical root (eigenvalue), yaitu jumlah
aktiva dan variabel X untuk komponen pasiva varians yang dapat dijelaskan satu variat oleh
tidak sepenuhnya menggambarkan variabel variat lainnya.
dependen untuk Y dan variabel independen
untuk X. Dalam analisis korelasi kanonikal,
88 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

Interpretasi fungsi kanonikal dapat Pengolahan data dalam penelitian ini


dilakukan berdasarkan tiga hal, yaitu: tingkat dilakukan dengan program SPSS. Namun
signifikansi, korelasi kanonikal, dan karena SPSS tidak memiliki prosedur
redundancy index. Signifikansi suatu fungsi tersendiri untuk analisis korelasi kanonikal,
kanonikal secara terpisah (untuk setiap fungsi maka prosedur analisis dilakukan melalui
kanonikal) dapat dilihat dari nilai F setiap MANOVA (multivariate analysis of variance).
fungsi kanonikal tersebut. Sedangkan Hal ini tidak berarti bahwa pengujian hipotesis
signifikansi semua fungsi kanonikal yang dalam penelitian ini dilakukan dengan
dihasilkan dapat dilihat dari fungsi signifikansi MANOVA, melainkan dengan analisis korelasi
seperti: Wilks’ lambda, Hotelling’s trace, kanonikal yang menggunakan prosedur
Pillai’s trace, dan Roy’s grc. Korelasi MANOVA dalam penulisan sintaks. Berikut
kanonikal, yaitu ukuran yang menunjukkan ini adalah sintaks untuk analisis korelasi
seberapa besar korelasi antara variat kanonikal kanonikal yang digunakan oleh peneliti:
(misalnya variat independen) dengan variat
kanonikal lainnya (misalnya variat dependen). MANOVA Y1 Y2 Y3 Y4 WITH X1 X2 X3 X4
Sedangkan redundancy index merupakan /PRINT=ERROR (SSCP COV COR) SIGNIF
jumlah varians dalam suatu variat kanonikal
yang dapat dijelaskan oleh variat kanonikal (HYPOTH EIGEN DIMENR)
lainnya dalam fungsi kanonikal. /DISCRIM=RAW STAN ESTIM COR
Setelah diketahui level signifikansi, ALPHA(1.0).
korelasi kanonikal, dan redunduncy index,
maka langkah selanjutnya adalah interpretasi HASIL DAN PEMBAHASAN
variat kanonikal. Salah satu metode yang lazim Pada Tabel 1 tampak bahwa jumlah tahun-
digunakan untuk menginterpretasikan variat perusahaan yang menjadi pengamatan dalam
kanonikal adalah canonical loading. Canonical penelitian ini adalah 459. Jumlah pengamatan
loading merupakan ukuran korelasi setiap tersebut berasal dari 153 perusahaan
variabel dengan variat kanonikal variabel itu manufaktur yang masuk sebagai sampel untuk
sendiri. Ukuran ini menggambarkan varians periode pengamatan selama tiga tahun, yaitu
yang dapat dijelaskan oleh suatu variabel 2000-2002. Rata-rata aktiva perusahaan
dalam variat kanonikal itu sendiri. Semakin sampel adalah sekitar Rp4 trilyun. Dari jumlah
besar canonical loading, semakin besar tersebut, investasi perusahaan lebih banyak
kontribusi suatu variabel terhadap variatnya. tertanam di aktiva tetap yaitu sebesar 56,34%
Canonical loading positif menunjukkan bahwa dari total aktiva. Sedangkan sisanya, sebesar
suatu variabel berhubungan langsung dengan 43,66%, merupakan komponen aktiva lancar.
variat variabel tersebut. Sebaliknya, canonical Persediaan merupakan komponen aktiva lancar
loading negatif menunjukkan bahwa suatu yang paling banyak, yaitu 21,03%. Variasi
variabel berhubungan terbalik dengan variat keempat komponen aktiva tersebut berkisar
variabel tersebut. Selain canonical loading, 8,53% sampai 18,27%. Variasi yang paling
interpretasi variat kanonikal juga dapat tinggi terdapat dalam komponen aktiva tetap,
dilakukan melalui canonical cross-loading, yaitu sebesar 18,27%. Sedangkan pada sisi
yaitu ukuran korelasi setiap variabel dengan pasiva, Tabel 1 menunjukkan bahwa kom-
variat kanonikal lawannya (opposite canonical ponen utang jangka panjang merupakan
variate). Ukuran ini menggambarkan besarnya komponen terbesar dari empat komponen yang
varians yang dapat dijelaskan suatu variabel ada. Selain memiliki komponen terbesar, utang
terhadap variat kanonikal lawannya. jangka panjang juga memiliki variasi yang
lebih tinggi, yaitu 24,68%. Hal ini menunjuk-
2006 Siregar 89

kan bahwa tidak semua perusahaan manufaktur perusahaan lebih terkait dengan kegiatan
memiliki utang jangka panjang yang cukup sehari-sehari perusahaan yang hasil akhirnya
besar, walaupun secara keseluruhan komponen tergambar dalam modal melalui laba ditahan.
utang jangka panjang paling tinggi pada Kedua, piutang dagang tidak berkorelasi
kelompok pasiva. Apabila semua utang dengan utang lancar lain, utang jangka
dijumlahkan, maka dapat dikatakan bahwa panjang, dan modal. Satu-satunya komponen
sebanyak 73,69% operasi perusahaan pasiva yang berkorelasi dengan piutang dagang
manufaktur dalam sampel didanai oleh utang. adalah utang dagang. Ada kemungkinan
Hanya sebanyak 26,31% sumber pendanaan investasi dalam piutang dagang didukung oleh
perusahaan manufaktur yang berasal dari dana utang dagang yang diperoleh dari pemasok.
sendiri. Ketiga, persediaan hanya berkorelasi
Pearson correlation antara komponen dengan utang dagang, tidak berkorelasi dengan
aktiva dengan komponen pasiva tampak pada utang lancar lain, utang jangka panjang, dan
Tabel 2. Ada beberapa korelasi yang menarik modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusa-
yang dapat dilihat dari Tabel 2 tersebut. haan berfokus pada kredit dari pemasok untuk
Pertama, kas berkorelasi baik terhadap utang pengadaan persediaan. Utang lancar lain, utang
lancar, utang jangka panjang, dan modal, tetapi jangka panjang, dan modal tidak digunakan
tidak berkorelasi dengan utang dagang. oleh perusahaan untuk pengadaan persediaan.
Korelasi kas yang paling tinggi adalah terha- Keempat, aktiva tetap berkorelasi dengan
dap modal. Temuan ini dapat diinterpretasikan utang jangka panjang dan modal, namun tidak
sebagai indikasi bahwa transaksi kas

Tabel 1. Proporsi Neraca 153 Perusahaan Manufaktur


Variable Mean (Rpjuta) Mean (%) SD (%) N
Y1 Kas 289,492 7,16% 8,53% 459
Y2 Piutang Dagang 625,480 15.47% 10,36% 459
Y3 Persediaan 850,281 21.03% 11.94% 459
Y4 Aktiva Tetap 2,277,927 56.34% 18,27% 459
Total 4,043,180 100.00%
X1 Utang Dagang 378,442 9.36% 9,74% 459
X2 Utang Lancar Lain 881,817 21.81% 12,82% 459
X3 Utang Jangka Panjang 1,719,160 42.52% 24,68% 459
X4 Modal 1,063,761 26.31% 17,05% 459
Total 4,043,180 100.00%

Tabel 2. Pearson Correlation


X1 X2 X3 X4
Variabel
Utang Dagang Utang Lancar Lain Utang Jk. Panjang Modal
Y1 Kas 0.024 (0.655) 0.227 (0.000) 0.245 (0.000) 0.680 (0.000)
Y2 Piutang Dagang 0.331 (0.000) 0.053 (0.549) -0.159 (0.418) 0.064 (0.237)
Y3 Persediaan 0.347 (0.000) 0.085 (0.113) -0.102 (0.896) -0.020 (0.709)
Y4 Aktiva Tetap -0.305 (0.493) 0.141 (0.325) 0.292 (0.000) 0.237 (0.000)
Catatan: angka dalam kurung menunjukkan signifikansi korelasi.
90 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

berkorelasi dengan utang dagang dan utang Jumlah fungsi kanonikal yang dihasilkan
lancar lain. Hal ini menunjukkan bahwa analisis korelasi kanonikal maksimum
perusahaan tidak menggunakan utang dagang sebanyak jumlah variabel terkecil dalam kedua
dan utang lancar lain untuk pengadaan aktiva variat. Karena kedua variat memiliki masing-
tetap. Namun utang jangka panjang dan modal masing empat variabel, maka hasil estimasi
memiliki korelasi yang hampir sama besarnya menunjukkan empat fungsi kanonikal. Seperti
terhadap aktiva tetap. Ini dapat merupakan tampak pada Tabel 3, keempat fungsi
indikasi bahwa perusahaan menggunakan baik kanonikal tersebut signifikan secara statistis
utang jangka panjang maupun modal dalam pada alpha 1%. Karena keempat fungsi
memperoleh aktiva tetap. kanonikal signifikan, maka interpretasi variat
Namun perlu diketahui bahwa Tabel 2 di kanonikal dapat didasarkan pada keempat
atas menjelaskan gambaran yang terbatas fungsi yang dihasilkan. Dari keempat fungsi
tentang korelasi antara komponen aktiva kanonikal yang ada, fungsi kanonikal pertama
dengan komponen pasiva. Korelasi pada Tabel menghasilkan korelasi kanonikal yang paling
2 menunjukkan hubungan keempat komponen tinggi, yaitu sebesar 0,999. Hal ini menun-
aktiva dan pasiva secara individual. Namun jukkan bahwa fungsi kanonikal pertama ini
pada kenyataannya, suatu rekening tidak hanya merupakan pasangan variat yang paling
terkait dengan satu rekening lainnya, namun optimum antara komponen aktiva dan pasiva.
dapat mempengaruhi lebih dari satu rekening Setelah fungsi kanonikal pertama, fungsi
lainnya. Bahkan suatu rekening aktiva tidak kanonikal kedua, ketiga, dan keempat mengha-
hanya terkait dengan berbagai rekening pasiva, silkan pasangan variat yang paling optimum
namun juga terkait dengan rekening aktiva secara berturut-turut. Fungsi kanonikal yang
lainnya. Demikian juga sebaliknya, suatu reke- memiliki korelasi kanonikal paling rendah,
ning pasiva tidak hanya terkait dengan berba- sebesar 0,326, adalah fungsi kanonikal
gai rekening aktiva, melainkan juga terkait keempat. Walaupun fungsi kanonikal pertama
dengan rekening pasiva lainnya. Karena itu yang lebih optimum menghasilkan pasangan
dibutuhkan analisis korelasi kanonikal yang variat antara komponen aktiva dan pasiva,
dapat memberikan gambaran seperti apa sifat ketiga fungsi kanonikal lain tetap merupakan
keterkaitan antara satu kelompok komponen dasar interpretasi variat kanonikal karena
aktiva dengan satu kelompok komponen keempat fungsi kanonikal yang dihasilkan
pasiva. analisis korelasi kanonikal tersebut adalah
signifikan secara statistis.
Tabel 3. Canonical Correlation
Root No Canonical Correlation F Statistic DF Probability
1 0.999 1773.02 16 0.000
2 0.713 51.62 9 0.000
3 0.508 17.22 4 0.000
4 0.326 15.65 1 0.000

Tabel 4. Multivariate Tests of Significance


Test Name Value F Statistic Probability
Pillais 0.76779 11.05457 0.000
Hotellings 1.33139 16.46980 0.000
Wilks 0.37252 12.76819 0.000
Roys 0.50836
2006 Siregar 91

Apabila pada Tabel 3 dihasilkan signi- menjelaskan sebanyak 42,2% atas varians
fikansi fungsi kanonikal secara terpisah, maka pasiva dan variat pasiva dapat menjelaskan
pada Tabel 4 disajikan signifikansi fungsi varians dalam aktiva sebesar 42,6%. Dalam
kanonikal semua fungsi kanonikal secara variat aktiva, fungsi kanonikal pertama dan
bersama-sama. Ada empat prosedur yang keempat lebih mampu menjelaskan varians
lazim digunakan untuk mengetahui signi- dalam variat pasiva. Namun dalam variat
fikansi fungsi kanonikal secara bersama-sama, pasiva, fungsi kanonikal pertama dan kedua
yaitu: Wilks’ lambda, Hotelling’s trace, Pillai’s lebih mampu menjelaskan varians dalam variat
trace, dan Roy’s grc. Pada Tabel 4 tampak aktiva.
bahwa baik Wilks’ lambda, Hotelling’s trace, Berdasarkan tingkat signifikansi setiap
maupun Pillai’s trace menghasilkan nilai F fungsi kanonikal yang dihasilkan (Tabel 3),
yang tinggi dan signifikan secara statistis pada signifikansi fungsi kanonikal secara bersama-
alpha 1%. Nilai F yang dihasilkan masing- sama (Tabel 4), dan besaran redundancy index
masing 11,05 untuk Wilks’ lambda, 16,47 (Tabel 5) dapat dinyatakan bahwa hipotesis
untuk Hotelling’s trace, dan 12,77 untuk didukung secara empiris. Bukti empiris yang
Pillai’s trace. Perlu diketahui bahwa prosedur dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat
analisis korelasi kanonikal hanya mengha- interdependensi yang signifikan antara
silkan nilai pengujian Roys, namun tidak komponen aktiva (variat aktiva) dan komponen
menghasilkan besaran F dan probabilitasnya. pasiva (variat pasiva). Interdependensi
Pada Tabel 5 dihasilkan redundancy index, komponen aktiva dan pasiva tersebut dapat
yaitu indeks yang menunjukkan jumlah varians dijelaskan melalui empat fungsi kanonikal
dalam suatu variat kanonikal yang dapat yang masing-masing dan secara keseluruhan
dijelaskan oleh variat kanonikal lainnya dalam signifikan secara statistis pada alpha 1%.
setiap fungsi kanonikal yang dihasilkan. Pada Sebanyak 62,1% (63,7%) komponen aktiva
Tabel 5 tersebut tampak bahwa variat aktiva (pasiva) dapat menjelaskan varians dalam
dapat menjelaskan sebanyak 63,7% varians komponen pasiva (aktiva).
dalam komponen pasiva. Sedangkan variat Setelah tingkat signifikansi fungsi
pasiva dapat menjelaskan varians dalam kanonikal, korelasi kanonikal, dan redundancy
komponen aktiva sebesar 62,1%. Namun index diketahui, maka langkah interpretasi
kemampuan suatu variat dalam menjelaskan selanjutnya adalah mengidentifikasi seperti apa
varians dalam variat lain berbeda untuk setiap sifat interdependensi yang ada antara kompo-
fungsi kanonikal. Dalam fungsi kanonikal nen aktiva dan pasiva. Sifat interdependensi
pertama saja, variat aktiva sudah dapat dapat diketahui berdasarkan canonical loading

Tabel 5. Redundancy Index


Aktiva Pasiva
Root No CC SCC
ASL RI ASL RI
1 0.999 0.998 0.422 0.421 0.427 0.426
2 0.713 0.508 0.233 0.118 0.217 0.110
3 0.508 0.258 0.251 0.065 0.215 0.055
4 0.326 0.106 0.307 0.033 0.276 0.029
0.637 0.621
Catatan: CC (canonical correlation), SCC (squared canonical correlation),
ASL (average squared loading), RI (redundancy index).
92 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

dalam setiap fungsi kanonikal yang signifikan. aktiva dan pasiva dalam fungsi kanonikal
Karena keempat fungsi kanonikal signifikan, pertama ini adalah sebesar 0,999 yang
maka canonical loading keempat fungsi signifikan secara statistis pada alpha 1% (lihat
tersebut dapat diinterpretasi untuk mengiden- Tabel 3).
tifikasi sifat interdependensi antara komponen Pada fungsi kanonikal kedua, canonocal
aktiva dan pasiva. loading tersebesar untuk variat aktiva adalah
Pada Tabel 6 disajikan canonical loading aktiva tetap (88,4%) dan untuk variat pasiva
untuk setiap fungsi kanonikal yang signifikan. adalah utang jangka panjang (81,6%). Pada
Pada fungsi kanonikal pertama terlihat bahwa fungsi kanonikal kedua ini, canonical loading
canonical loading yang lebih dari 50% untuk untuk kas, piutang dagang, persediaan, utang
variat aktiva masing-masing adalah piutang dagang, utang lancar lain, dan modal relatif
dagang (76,1%), persediaan (73,5%), dan kas kecil dan bukan menggambarkan korelasi yang
(68,0%); sedangkan canonical loading terbesar paling optimum yang ada pada fungsi tersebut.
untuk variat pasiva masing-masing adalah Tanda negatif untuk kedua canonical loading
utang lancar lain (88,6%) dan utang dagang menggambarkan bahwa kedua canonical
(79,2%). Canonical loading untuk aktiva tetap, loading memiliki hubungan terbalik dengan
utang jangka panjang, dan modal dalam fungsi variatnya masing-masing. Canonical loading
kanonikal pertama ini relatif kecil sehingga yang besar namun negatif ini menunjukkan
tidak menggambarkan hubungan optimum bahwa perusahaan menggunakan aktiva tetap
yang dapat dihasilkan. Canonical loading yang sebagai kolateral utang jangka panjang.
positif dan besar untuk aktiva lancar (kas, Penggunaan aktiva tetap sebagai kolateral
piutang dagang, dan persediaan) dan utang utang jangka panjang dalam fungsi kanonikal
jangka pendek (utang dagang dan utang lancar kedua merupakan hubungan yang optimum
lain) menunjukkan bahwa perusahaan berusaha kedua antara komponen dalam variat aktiva
melakukan hedging dengan mencocokkan dan komponen dalam pasiva yang tidak
struktur maturitas aktiva dan utang, khususnya dipertimbangkan dalam hubungan optimum
antara aktiva lancar dan utang jangka pendek. yang dihasilkan oleh fungsi kanonikal pertama.
Perilaku hedging aktiva lancar dan utang Korelasi kanonikal yang menjelaskan perilaku
jangka pendek ini merupakan pasangan kolateralitas aktiva tetap terhadap utang jangka
korelasi komponen aktiva (variat aktiva) dan panjang ini adalah sebesar 0,713 yang
komponen pasiva (variat pasiva) yang paling signifikan secara statistis pada alpha 1% (lihat
optimum yang dihasilkan oleh korelasi Tabel 3).
kanonikal. Besarnya korelasi antara komponen

Tabel 6. Canonical Loading


Function
Variable
1 2 3 4
Y1 Kas 0.680 0.261 -0.273 0.529
Y2 Piutang Dagang 0.761 -0.231 -0.636 -0.243
Y3 Persediaan 0.735 -0.174 0.714 -0.394
Y4 Aktiva Tetap -0.323 -0.884 -0.129 0.857
X1 Utang Dagang 0.792 0.361 0.648 -0.147
X2 Utang Lancar Lain 0.886 -0.139 -0.642 -0.388
X3 Utang Jangka Panjang -0.449 -0.816 -0.064 0.931
X4 Modal 0.308 -0.227 -0.148 -0.259
2006 Siregar 93

Sifat hubungan antara komponen aktiva menggunakan utang jangka panjang sebagai
dan komponen pasiva yang lain dapat dilihat sumber pendanaan aktiva tetap.
dari fungsi kanonikal ketiga. Pada fungsi Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas
kanonikal ketiga, canonical loading yang lebih dapat ditunjukkan bahwa sifat interdependensi
dari 50% untuk variat aktiva adalah persediaan yang ditemukan antara komponen aktiva dan
(71,4%) dan piutang dagang (63,6%). pasiva meliputi hedging struktur maturitas
Sedangkan canonical loading yang lebih dari aktiva lancar dan utang lancar (fungsi
50% untuk variat pasiva adalah utang dagang kanonikal 1), kolateral aktiva aktiva tetap
(64,8%) dan utang lancar lain 64,2%). terhadap utang jangka panjang (fungsi
Canonical loading untuk kas, aktiva tetap, kanonikal 2), pendanaan persediaan melalui
utang jangka panjang, dan modal dalam fungsi utang dari pemasok serta kolateral piutang
kanonikal ketiga ini relatif kecil sehingga dagang terhadap utang jangka pendek (fungsi
bukan gambaran hubungan yang optimum kanonikal 3), dan pendanaan aktiva tetap
dalam fungsi ini. Canonical loading yang melalui utang jangka panjang (fungsi
besar dan positif untuk persediaan dan utang kanonikal 4). Peneliti tidak menemukan ada-
dapat dapat diinterpretasikan bahwa nya perilaku pengendalian terhadap kemung-
perusahaan mendanai persediaan melalui utang kinan insolvensi dengan penggunaan leverage
dari pemasok. Canonical loading yang besar keuangan yang lebih rendah. Keempat fungsi
namun negatif untuk piutang dagang dan utang kanonikal yang menggambarkan korelasi yang
lancar lain dapat diinterpretasikan bahwa optimum yang mungkin terjadi antara kom-
piutang dagang digunakan oleh perusahaan ponen aktiva dan pasiva tidak menunjukkan
sebagai kolateral untuk utang jangka pendek, adanya perilaku pengendalian terhadap risiko
misalnya utang bank. Besarnya korelasi insolvensi tersebut. Dukungan terhadap
kanonikal yang menjelaskan perilaku panda- pernyataan ini juga ditunjukkan oleh proporsi
naan dan kolateral dalam fungsi kanonikal pasiva yang terdiri atas 73,69% utang (31,17%
ketiga ini adalah 0,508 yang signifikan secara utang jangka pendek dan 42,52% utang jangka
statistis pada alpha 1% (lihat Tabel 3). panjang) dan hanya 26,31% modal.
Walaupun menghasilkan korelasi
kanonikal terkecil, yaitu 0,326, fungsi PENUTUP
kanonikal keempat tetap merupakan salah satu
Bukti empiris menunjukkan bahwa ada
fungsi yang menjelaskan hubungan optimum
tiga korelasi optimum yang dihasilkan oleh
antara komponen aktiva dan pasiva. Hal ini
analisis korelasi kanonikal antara komponen
terjadi karena fungsi kanonikal keempat
aktiva dan pasiva. Ketiga jenis hubungan yang
menggambarkan hubungan optimum
ditemukan tersebut adalah perilaku hedging,
komponen aktiva dan pasiva yang tidak dapat
kolateral, dan pendanaan. Perusahaan berusaha
dijelaskan dalam fungsi kanonikal pertama,
mencocokkan maturitas aktiva terhadap utang,
kedua, dan ketiga. Sama seperti fungsi
khususnya antara aktiva lancar dan utang
kanonikal lain, fungsi kanonikal keempat ini
jangka pendek, untuk tujuan hedging.
signifikan secara statistis pada alpha 1%. Pada
Perusahaan juga menggunakan kolateral
fungsi kanonikal keempat, canonical loading
piutang dagang untuk utang jangka pendek dan
di atas 50% untuk variat aktiva adalah aktiva
aktiva tetap untuk utang jangka panjang.
tetap (85,7%) dan kas (52,9%), sedangkan
Pendanaan persediaan dilakukan melalui utang
canonical loading di atas 50% untuk variat
dari pemasok, sedangkan pendanaan aktiva
pasiva hanya untuk utang jangka panjang
tetap diperoleh melalui utang. Adanya
(93,1%). Canonical loading yang positif dan
interdependensi komponen aktiva dan pasiva
besar untuk utang jangka panjang dan aktiva
berimplikasi pada interdependensi keputusan
tetap ini menunjukkan bahwa perusahaan
94 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

investasi dan pendanaan. Berbeda dari teori lebih baik apabila perbedaan antar-industri
struktur modal MM (1958), bukti empiris riset diakomodir serta jumlah sampel dan periode
ini menunjukkan bahwa argumen struktur pengamatan diperpanjang lebih dari tiga tahun.
modal tidak relevan kurang realistis. Sebagai
contoh, keputusan pendanaan, apakah melalui DAFTAR PUSTAKA
modal sendiri atau melalui utang, dapat Babu, S. dan Jain, P. K. (1998). “Empirical
berpengaruh terhadap investasi perusahaan. Testing of Pecking Order Hypothesis with
Seperti temuan empiris dalam riset ini, utang Reference to Capital Structure Practices in
jangka panjang lebih berkorelasi dengan aktiva India.” Journal of Financial Management
tetap daripada modal. Hal ini merupakan & Analysis. July-December: 63-74.
indikasi bahwa perusahaan mengutamakan
utang daripada modal sendiri untuk pendanaan Carter, R.B. dan Van Auken, H.E. (1990).
investasi. “Comparison of Small Business and Large
Corporations: Interrelationships Among
Penelitian ini masih jauh dari sempurna,
Position Statement Accounts.” Journal of
terutama karena kekurang mampuan analisis
Business and Entrepreneurship. March:
korelasi kanonikal untuk mengidentifikasi
73-80.
hubungan suatu variabel dalam suatu variat
dengan variabel tertentu dalam variat lain Carter, R.B. dan Van Auken, H.E. (1993). “A
secara spesifik. Namun karena variat-variat Canonical Correlation Analysis of
dalam penelitian ini meliputi masing-masing Mexican Firms Balance Sheets.” Journal
empat variabel yang akan saling dikorelasikan, of Business and Entrepreneurship.
maka pilihan metodologi yang dipandang lebih January-March: 34-45.
tepat adalah analisis korelasi kanonikal. Selain Hair, J.F.; Anderson, R.E.; Tatham, R.L.; dan
canonical loading, teknik lain yang dapat Black, W.C. (1998). Multivariate Data
digunakan untuk menginterpretasi variat Analysis with Readings. International
kanonikal adalah canonical cross-loading dan Edition. Prentice-Hall International, Inc.:
rotasi terhadap canonical loading. Canonical Upper Saddle River, New Jersey.
cross-loading menunjukkan besarnya varians
Ho, T.S.Y. dan Saunders, A. (1980). “The
yang dapat dijelaskan suatu variabel terhadap
Determinants of Bank Interest Margins:
variat kanonikal lainnya. Rotasi terhadap
Theory and Empirical Evidence.” Journal
canonical loading merupakan penajaman lebih
of Financial and Quantitative Analysis.
lanjut untuk memperjelas hubungan kanonikal
Vol. 15, November: 581-600.
yang terjadi di setiap variat. Namun karena
tidak semua teknik pengolahan data kanonikal Modigliani, F. dan Miller, M.H. (1958). “The
menghasilkan nilai canonical-cross loading Cost of Capital, Corporation Finance, and
dan rotasi canonical loading, termasuk the Theory of Investment.” American
prosedur dalam penelitian ini, maka Economic Review. June: 261-297.
interpretasi tambahan dengan menggunakan Pyle, D.H. (1971). “On the Theory of Financial
kedua teknik tersebut tidak dapat dilakukan. Intermediation.” Journal of Finance. Vol.
Karena itu penelitian selanjutnya perlu 26, June: 737-748.
menggunakan canonical cross-loading dan
Simonson, D.G.; Stowe, J.D.; dan Watson, C.J.
rotasi terhadap canonical loading untuk
(1983). “A Canonical Correlation Analysis
mempertajam interpretasi terhadap variat
of Commercial Bank Asset/Liability
kanonikal. Aspek lain yang dapat diperbaiki
Structures.” Journal of Financial and
untuk riset selanjutnya terkait dengan lingkup
Quantitative Analysis. Vol. 18, No. 1: 125-
industri serta jumlah sampel dan periode
138.
pengamatan. Generalisasi temuan riset akan
2006 Siregar 95

Stowe, J.D. dan Watson, C.J. (1985). “A Between Korean and U.S. Firms: A Cross
Multivariate Analysis of the Composition Balance Sheet Canonical Correlation
of Life Insurer Balance Sheet.” Journal of Analysis.” Journal of Small Business
Risk and Insurance. June: 222-240. Management. Vol. 31, No. 3: 73-83.
Stowe, J.D.; Watson, C.J.; dan Robertson, T.D. Van Auken, H.E. dan Tseng, S. (1993).
(1980). “Relationships Between the Two “Evidence of Financing Strategies of
Sides of the Balance Sheet: A Canonical Small Taiwanese Firms.” Journal of
Correlation Analysis.” Journal of Finance. Business and Entrepreneurship. Spring:
Vol. 35, No. 4: 973-980 59-71.
Van Auken, H.E.; Doran, B.M.; dan Yoon,
K.J. (1993). “A Financial Comparison

Anda mungkin juga menyukai