Anda di halaman 1dari 18

PASCASARJANA S2 UNIVERSITAS GUNADARMA

PENGANTAR AKUNTASI FINANSIAL

MUHAMAD ALFALLASI
91121191
61/PLSI/MMSI 3-S2

DR. MASODAH

Master Of Management Information System


DAMPAK STRUKTUR ASET TERHADAP STRUKTUR PERMODALAN
PERUSAHAAN TERCATAT DI PASAR MODAL DI INDONESIA DAN
MALAYSIA

BAB I

ABSTRAKSI

Hutang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk


kegiatan yang berhubungan dengan investasi, terutama ketika jumlah laba
ditahan tidak cukup untuk menutupi jumlah investasi yang dibutuhkan.
Secara alami, penggunaan Hutang pasti menyebabkan konflik keagenan
antara pemegang saham perusahaan dan pemegang Hutang. Untuk
mengurangi konflik ini, keberadaan aset tetap sebagai jaminan diperlukan
ketika perusahaan memutuskan untuk meminjam uang dari pemegang
hutang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan perspektif teori
keagenan dengan menguji pengaruh struktur aset terhadap struktur modal
perusahaan. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia. Perusahaan sebagai
sampel diambil dari populasi dengan metode stratified random sampling.
Model regresi data gabungan digunakan sebagai metode analisis data. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Artinya hubungan kausal antara struktur aset dan struktur
modal terjadi dan didukung oleh perspektif teori keagenan.
BAB II

PENDAHULUAN

Struktur modal adalah kombinasi dari sumber dana jangka panjang yang digunakan
oleh perusahaan (Siegel & Shim, 1987). Sumber dana jangka panjang dapat dipisahkan
menjadi 2 sumber utama, yaitu utang dan ekuitas. Dalam konteks leverage keuangan,
baik utang dan ekuitas memiliki biaya tetap. Biaya tetap pertama adalah biaya hutang
dan yang kedua adalah biaya ekuitas. Bunga adalah biaya hutang yang dibayarkan
untuk kreditur dan dividen saham preferen adalah biaya ekuitas yang dibayarkan untuk
pemegang saham. Adanya 2 biaya tetap ini akan meningkatkan laba yang tersedia bagi
pemegang saham biasa selama kenaikan laba sebelum bunga dan pajak terjadi
(Gitman & Zutter, 2012).

Manajer perusahaan adalah perwakilan dari pemegang saham (Jensen, 1986). Untuk
meningkatkan kekayaan mereka, pemegang saham mampu memaksa manajer untuk
melaksanakan proyek berisiko dengan mengorbankan kreditur (Easterbrook, 1984).
Jika proyek berisiko berhasil dilakukan, pemegang saham akan mendapatkan jumlah
keuntungan yang cenderung meningkat. Kondisi ini akan membuat kreditur merugi
karena pendapatan bunga tetapnya tidak dipengaruhi oleh peningkatan keuntungan
yang dihasilkan dari proyek perusahaan yang sukses (Hanafi, 2002). Jika proyek
berisiko gagal, kreditur akan menanggung semua konsekuensinya (Harris & Raviv,
1991).

Rajan & Zingales (1995) menjelaskan bahwa keberadaan aset agunan akan
menurunkan risiko kreditur dari agency cost of debt. Oleh karena itu, peningkatan
proporsi aset berwujud sebagai aset jaminan akan membuat kemauan kreditur
meningkat untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan. Penelitian Susilawati dkk.
(2012), Zare et al. (2013), dan Sutrisno (2016) mendukung penjelasan Rajan dan
Zingales. Sebenarnya penelitian-penelitian sebelumnya terkait dampak struktur aset
terhadap struktur modal tidak hanya menunjukkan dampak positif, tetapi juga dampak
negatif (lihat studi Akbar & Buttho, 2012; Chechet et al., 2013; Acaravci, 2015;
Hamidah, 2016; Trinh & Phuong, 2016) dan dampak tidak penting (Vãtavu, 2012 dan
Sakinah & Anggono, 2014).

Hasil inkonsistensi dari studi sebelumnya mengenai dampak ini menunjukkan bahwa
teori keagenan tidak selalu didukung. Hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa
penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa modifikasi yang
berbeda dengan penelitian lain. Pertama, penelitian ini menggunakan perusahaan yang
terdaftar di pasar modal yang berasal dari 2 negara, yaitu Indonesia dan Malaysia.
Penggunaan perusahaan yang terdaftar di 2 pasar modal ini terinspirasi dari penelitian
Mahmud (2003). Dalam penelitiannya, Mahmud (2003) menggunakan perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di bursa di 3 negara, Jepang, Malaysia, dan Pakistan.
Meskipun Mahmud (2003) menggunakan rasio aset tetap sebagai salah satu penentu
struktur modal dalam modelnya, studinya tidak berfokus pada pembuktian perspektif
teori keagenan secara khusus. Sebaliknya, penelitiannya berfokus pada bagaimana
pertumbuhan ekonomi berdampak pada struktur modal.

Kedua, penelitian ini menggunakan teori keagenan sebagai teori utama untuk
menjelaskan hubungan kausal antara struktur aset dan struktur modal dan
memperlakukan pertumbuhan aset dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol
untuk menjaga tanda estimasi positif dari dampak struktur aset pada modal yang
tersedia.

1. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Struktur Aset dan Struktur Modal
Perspektif teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen & Meckling (1976)
menyatakan ada 2 jenis biaya keagenan, biaya keagenan dari ekuitas luar dan
biaya keagenan utang. Ketika manajer adalah pemilik perusahaan, dia membuat
keputusan operasi untuk memaksimalkan utilitasnya. Biaya keagenan ekuitas
luar terjadi ketika manajer bukan pemilik lagi. Ketika kepemilikan manajer
menurun di perusahaan, ia cenderung menggunakan sumber daya perusahaan
untuk hak istimewanya sendiri. Biaya agensi dari hutang terjadi ketika
perusahaan menggunakan hutang. Biaya tersebut meliputi 3 hal. Pertama,
oportunity wealth loss yang disebabkan oleh dampak utang terhadap keputusan
investasi. Kedua, pemantauan dan pengeluaran obligasi oleh pemegang obligasi
dan perusahaan. Akhirnya, kebangkrutan dan biaya reorganisasi.

Rajan & Zingales (1995) menjelaskan bahwa keberadaan aset agunan


cenderung mengurangi risiko kreditur dari agency cost of debt. Peningkatan
proporsi aset tetap sebagai aset jaminan akan meningkatkan antusiasme kreditur
untuk menawarkan uangnya kepada perusahaan. Penjelasan ini didukung oleh
penelitian Susilawati et al. (2012), Zare et al. (2013), dan Sutrisno (2016)
menunjukkan struktur aset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Kajian
Susilawati berdasarkan informasi tersebut, hipotesis pertama dapat dirumuskan
sebagai berikut.

H1: Struktur aset berpengaruh positif terhadap struktur modal.

2. Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal


Statis trade-off theory menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki
kecenderungan untuk memiliki risiko yang terdiversifikasi dan kurang rentan
terhadap kebangkrutan sehingga perusahaan besar akan memiliki jumlah hutang
yang lebih tinggi (Titman & Wessels, 1988). Teori ini dikonfirmasi oleh peneliti
sebelumnya seperti Kartini & Arianto (2008), Akbar & Bhutto (2012), Susilawati et
al. (2012), Vãtavu (2012), dan Zare et al. (2013). Studi mereka menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan memiliki dampak positif pada struktur modal.
Berdasarkan informasi tersebut, hipotesis kedua dapat dirumuskan sebagai berikut.

H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal.

3. Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal


Untuk membiayai pertumbuhan mereka, Mahmud (2003) menyatakan teori pecking
order memberikan solusi kepada perusahaan tentang bagaimana mereka mulai
mewujudkan ide ini. Menurut teori ini dijelaskan oleh Brealey et al. (2006),
perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu. Setelah
itu, jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan dapat menerbitkan utang
yang dapat diikuti dengan obligasi konversi. Akhirnya, mereka mengeluarkan
saham baru. Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa jika pertumbuhan aset
tinggi, perusahaan harus menggunakan utang sebagai pilihan pertama mereka
untuk membiayai setelah menggunakan laba ditahan sebagai pembiayaan internal
mereka. Studi Mahmud (2003), Kartini & Arianto (2008), dan Akbar & Bhutto (2012)
mengkonfirmasi teori ini dengan menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan
memiliki dampak positif terhadap struktur modal. Berdasarkan informasi tersebut,
hipotesis ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut.
H3: Pertumbuhan perusahaan memiliki dampak positif terhadap struktur modal.

4. METODE
Jenis penelitian ini adalah kausal. Menurut Zikmund et al. (2010), penelitian kausal
memiliki tujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat.
Variabel didefinisikan oleh Zikmund et al. (2010) sebagai penilaian empiris suatu
konsep. Di dalam penelitian, tersedia 2 jenis variabel.

Tabel 1. Pengertian Operasionalisasi Variabel

Variable Description
Aset struktur Struktur Struktur aset diukur dengan jumlah aset tetap dibagi dengan jumlah total aset
pada akhir tahun. Simbol untuk struktur aset dalam model regresi adalah FATAR.
Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari jumlah total aset pada
akhir tahun. Simbol ukuran perusahaan dalam model regresi adalah LN_TA.
Pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan perusahaan diukur dengan pertumbuhan total aset pada akhir tahun.
Simbol pertumbuhan perusahaan dalam model regresi adalah A GROWTH.

Tabel 2. Penentuan Jumlah Sampel yang Mewakili Jumlah Penduduk Bekerja Berdasarkan
Stratified Random Sampling.

The Name of The Number of % The Number of


Stock Exchange Working Population (N) (Percent) Sample (N)
Indonesia Stock Exchange 25 58.14 17.44 § 17 (URXQGHG)
Bursa Malaysia 18 41.86 12.56 § 13 (URXQGHG)
Total 43 100 30

penelitian, tersedia 2 jenis variabel. Variabel pertama adalah variabel terikat dan
yang kedua adalah variabel bebas. Struktur modal berperan sebagai variabel
terikat. Di sisi lain, struktur aset dan ukuran perusahaan serta pertumbuhan
perusahaan menjadi variabel independen. Pengukuran masing-masing variabel
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Bursa Malaysia yang tergolong dalam kapitalisasi pasar terbesar
kelima puluh pada tahun 2008-2011. Setelah mengetahui populasi yang digunakan,
langkah selanjutnya adalah menentukan kerangka sampel. Menurut Zikmund et al.
(2010), kerangka sampling adalah daftar elemen dari mana anggota sampel dapat
diambil. Disebut juga populasi pekerja karena unit-unit ini pada akhirnya akan
menyediakan unit-unit yang terlibat dalam analisis.
a. Perusahaan yang menjadi kerangka sampling mengikuti kondisi yang
diperlukan: perusahaan harus diklasifikasikan ke dalam perusahaan non-
keuangan;
b. perusahaan harus memiliki nilai positif dari pendapatan sebelum bunga dan
pajak. Berdasarkan persyaratan kerangka sampling, jumlah perusahaan yang
digunakan adalah 25 perusahaan yang berasal dari Bursa Efek Indonesia
dan 18 perusahaan yang berasal dari Bursa Malaysia. Dengan
mempertimbangkan kondisi tersebut maka digunakan metode stratified
sampling sebagai metode pengambilan sampel.

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan margin


error 10 persen (lihat Suliyanto, 2009). Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah
sampel yang mewakili populasi dari 50 perusahaan adalah 30 perusahaan
(dibulatkan). Selanjutnya, 34 perusahaan sebagai total sampel dialokasikan
berdasarkan jumlah persentase yang tersedia di kolom persen. Sehingga jumlah
sampel terdiri dari 17 perusahaan yang berasal dari Bursa Efek Indonesia dan 17
perusahaan yang berasal dari Bursa Malaysia. 17 perusahaan yang berasal dari
Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia diambil secara acak dengan
menggunakan nomor acak. Penentuan jumlah sampel yang mewakili jumlah
populasi kerja dapat dilihat pada Tabel 2.

Nama-nama perusahaan yang diambil secara acak sebagai sampel dapat dilihat
pada Tabel 3. Tabel ini memiliki 2 panel, Panel A dan Panel B. Panel A
menunjukkan nama-nama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Panel B menunjukkan nama-nama perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia.
Simbol perusahaan yang digunakan mengacu pada kutipan yang tersedia di
finance.yahoo.com.

Tabel 3. Nama Perusahaan Terpilih Sebagai Sampel Penelitian


Panel A. The names of firms Listed on Indonesia Stock
Firm Symbol The Name of the Firm
TLKM.JK Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. ASII.JK
PGAS.JK Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. UNVR.JK
HMSP.JK HM SampoernaTbk.
SMGR.JK Semen Gresik (Persero) Tbk.
GGRM.JK Gudang GaramTbk.
PTBA.JK Tambang Batu Bara Bukit AsamTbk. INCO.JK
ITMR.JK Indotambang Raya MegahTbk.
AALI.JK Astra Argo Lestari Tbk.
INDF.JK. IndofoodSuksesMakmurTbk.
ISAT.JK IndosatTbk.
ANTM.JK Aneka Tambang (Persero) Tbk BYAN.JK
EXCL.JK XL AxiataTbk.
KLBF.JK Kalbe FarmaTbk.
TLKM.JK Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. ASII.JK
PGAS.JK Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. UNVR.JK
HMSP.JK HM SampoernaTbk.
SMGR.JK Semen Gresik (Persero) Tbk.
GGRM.JK Gudang GaramTbk.

Panel B. The Names of Firms Listed on Bursa Malaysia


Firm Symbol The Name of the Firm
2658.KL Ajinomoto Malaysia Berhad
2674.KL Alumunium Co. of Malaysia Berhad
2219.KL Asiatic Development Berhad
2313.KL The Ayer Molek Rubber Company Berhad
1473.KL Bandar Raya Development Berhad
1899.KL Batu Kawan Berhad
4219.KL Berjaya Land Berhad
1562.KL Berjaya Sports Toto Berhad
2771.KL Boustead Holdings Berhad
4162.KL British American Tobbaco Malaysia
2828.KL C.I. Holdings Berhad
2836.KL Carlsberg Brewery Malaysia Berhad
1929.KL Chin Teck Plantations Berhad

Dalam penelitian ini, metode pengarsipan digunakan sebagai metode


pengumpulan data. Hartono (2012) menjelaskan metode ini digunakan untuk
mendapatkan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari laporan keuangan tahunan yang diunduh di www.idx.co.id dan
www.bursamalaysia.com.

Penelitian ini menggunakan model regresi data gabungan sebagai metode


analisis data. Menurut Nachrowi & Usman (2006), pooled data berarti
menggabungkan cross-section dengan data time-series. Setelah itu, kombinasi
data tersebut digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan
menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil biasa. Selain itu, model regresi
dapat dilihat pada persamaan pertama sebagai berikut.
LTDER = a0 + a1 . FATAR0 + a2 .L N_TAit +
a3.A_GROWTHit + eit (Persamaan.1)

Sebelum dilakukan pengujian koefisien regresi (a1, a2, dan a3), beberapa
pengujian asumsi penting untuk dilakukan terlebih dahulu. Karena metode
estimasi, regresi harus memenuhi uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik
terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi.

a. Uji normalitas
Gujarati (2003) menjelaskan bahwa uji normalitas digunakan untuk memastikan
bahwa residual model regresi mengikuti distribusi normal. Dalam penelitian ini
dilakukan uji Jarque-Bera (JB) sebagai uji normalitas. Hipotesis nol menyatakan
bahwa residu berdistribusi normal sedangkan hipotesis alternatif menyatakan
bahwa residu tidak berdistribusi normal. Hipotesis nol diterima jika
nilai probabilitas statistik JB lebih besar atau sama dengan tingkat signifikansi
(D). Sebaliknya hipotesis nol ditolak jika nilai probabilitas statistik JB lebih kecil
dari D. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5 persen.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi dimana terdapat hubungan linier yang eksak
atau mendekati eksak diantara variabel independen (Gujarati, 2003). Kondisi ini
tidak diharapkan terjadi (Kinnear & Gray, 2009) dalam model regresi yang baik
(Ghozali, 2011). Untuk mendeteksinya dapat digunakan variance inflation factor
(VIF). Nilai cut-off VIF adalah 10 (Ghozali, 2011). Jika nilai VIF variabel
independen yang digunakan dalam model kurang dari atau sama dengan 10,
maka tidak terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF melebihi 10,
multikolinearitas

c. Uji HeteroSCedaSticity
Pengujian ini bertujuan untuk menguji independensi variabel penjelas terhadap
varians of error. Ghozali (2011) menjelaskan bahwa model regresi yang baik
tidak memiliki heteroskedastisitas. Kami menggunakan uji White sebagai uji
heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan membentuk persamaan
regresi pertama berikut:

RESID^2it = a0 + b1. FATAR it + b2 .LN_TA it + b3.A_GROWTH it (Eq. 1)

Berdasarkan pengujian ini, hipotesis nol yang diajukan adalah bahwa semua
variabel penjelas yang digunakan tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan
varians of error (RESID^2). Di sisi lain, hipotesis alternatif yang diajukan adalah
setidaknya ada satu variabel bebas yang memiliki hubungan kausal dengan
varians of error.

Program E-views memberikan nilai probabilitas Chi-Square dari obs*R-square


untuk menguji adanya heteroskedastisitas (Widarjono, 2013). Oleh karena itu,
langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis. Hipotesis nol diterima ketika nilai
probabilitas Chi-Square dari obs*R-square lebih besar atau sama dengan tingkat
signifikansi (D). Sebaliknya, hipotesis nol ditolak jika nilai probabilitas obs*R-
square lebih kecil dari a. Level yang digunakan adalah 5 persen.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan antara sisa arus dengan
sisa arus sebelumnya. Jika terjadi korelasi 2 residual, maka tersedia autokorelasi
dalam model regresi, begitu juga sebaliknya. Autokorelasi adalah kondisi yang
tidak diinginkan. Untuk menguji autokorelasi digunakan uji Breusch-Godfrey (BG)
Serial Correlation LM.
Berdasarkan pengujian ini, hipotesis nol yang diajukan adalah residual periode
sekarang tidak dipengaruhi oleh residual periode sebelumnya (tidak ada
autokorelasi dalam model) sedangkan hipotesis alternatif yang diajukan adalah
residual periode saat ini dipengaruhi oleh residual periode sebelumnya.
(autokorelasi ada dalam model). Pengujian ini dilakukan dengan membentuk
persamaan regresi kedua berikut:

RESID = b + b . FATAR + b .LN_TA + b .A


it 0 1 it 2 it 3
GROWTHit + b4.RESID(-1)it............(Eq. 2)

Program E-Views memberikan nilai probabilitas Chi-Square dari obs*R-square


untuk menguji adanya autokorelasi (Widarjono, 2013). Oleh karena itu, langkah
selanjutnya adalah menguji hipotesis. Hipotesis nol diterima jika nilai probabilitas
Chi-Square dari obs*R-square lebih besar atau sama dengan tingkat signifikansi
(D). Sebaliknya, hipotesis nol ditolak jika nilai probabilitas obs*R-square lebih
kecil dari á. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5 persen.

e. Prosedur Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas t-statistik untuk koefisien regresi FATAR,
LN_TA, dan A_GROWTH dengan taraf signifikansi (D). Tingkat signifikansi yang
digunakan adalah 10 persen. Oleh karena itu, jika nilai probabilitas t-statistik
koefisien regresi lebih kecil dari á, hipotesis alternatif diterima sedangkan jika
nilai probabilitas koefisien regresi sama atau lebih besar dari D, hipotesis nol
diterima. Penggunaan tingkat signifikansi 10 persen mengacu pada Hartono
(2012) yang menyatakan bahwa nilai tingkat signifikansi tertinggi untuk menolak
hipotesis nol adalah 10 persen.

f. HASIL
Indonesia dan Malaysia memiliki kondisi serupa dalam struktur kepemilikan.
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada pemegang saham pengendali
terjadi pada perusahaan di Indonesia (Mutamimah & Hartono, 2010) dan
Malaysia (Amran & Ahmad, 2013). Umumnya pemegang saham pengendali di
Malaysia adalah negara bagian, keluarga, dan individu (Amran & Ahmad, 2013).
Di Indonesia, pemegang saham pengendali adalah keluarga atau pendiri yang
memiliki manajer kendali yang sangat besar untuk mengambil keputusan
(Mutamimah & Hartono, 2010). Dalam struktur ini, pemegang saham
pengendali memiliki kekuatan untuk mendorong manajer untuk
menggunakan hutang dengan biaya pada kreditur dengan meminta
manajer untuk melakukan investasi pada proyek berisiko (lihat Easterbrook,
1984). Untuk memberikan jaminan bahwa suatu perusahaan tidak bermaksud
merugikan kreditur jika proyek perusahaan gagal, perusahaan memberikan aset
jaminannya kepada kreditur. Dengan kata lain, sejalan dengan (Rajan &
Zingales, 1995), aset agunan akan mengurangi risiko agency cost of debt.

Berikut adalah hasil pengujian asumsi klasik. Pengujian ini penting dilakukan
karena model regresi menggunakan kuadrat terkecil biasa sebagai metode
estimasi yang digunakan sebagai metode analisis data.

g. Hasil Uji Normalitas


Tabel 4 menunjukkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera
(JB). Pada tabel ini, probabilitas JB adalah 0,255262. Nilai ini lebih besar dari
tingkat signifikansi 5 persen. Karena kondisi ini, hipotesis nol yang menyatakan
residual berdistribusi normal diterima.
h. Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 5 menunjukkan deteksi multikolinieritas. Pada tabel ini, nilai VIF untuk
masing-masing variabel bebas yang digunakan masing-masing adalah 1,333,
1,347, dan 1,018. Karena semua nilai VIF kurang dari 10, multikolinearitas tidak
ada dalam model regresi ini.

i. Hasil Uji Heteroscedasticiy


Tabel 6 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji
White. Pada tabel ini, nilai probabilitas Chi-Square Obs*R-squared adalah
0,0071. Nilai ini kurang dari tingkat signifikansi 5 persen. Artinya hipotesis
alternatif yang menyatakan varians dari residual

j. Hasil Uji Autokorelasi


Tabel 7 menunjukkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji BG Serial
Correlation LM. Pada tabel ini, nilai probabilitas Chi-Square dari Obs*R-squared
adalah 0,0000. Nilai ini kurang dari tingkat signifikansi 5 persen. Artinya hipotesis
alternatif yang menyatakan residu periode sekarang dipengaruhi oleh residu
periode sebelumnya diterima. Kondisi ini juga diperkuat dengan nilai probabilitas
RESID(-1) yang kurang dari 5 persen.

k. Estimasi Model Regresi


Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7, heteroskedastisitas dan autokorelasi masih
ada dalam model regresi. Widarjono (2013) menyatakan penggunaan metode
Newey, Whitney, dan Kenneth dapat mengatasi 2 permasalahan tersebut.
Metode ini membuat standar eror tetap konsisten meskipun 2 masalah terjadi
secara bersamaan. Program E-Views mampu membuat estimasi model regresi
dalam kondisi ini. Tabel 8 adalah output dari program E-views yang
menunjukkan penggunaan metode Newey-West Heteroscedasticity and
Autocorrelation Consistent (HAC) Standard Errors & Covariance. Oleh karena
itu, pengujian 4 hipotesis mengacu pada tabel ini.

5. Hasil Uji Hipotesis


Hipotesis pertama menyatakan bahwa struktur aset berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Pengaruh positif ini diuji dengan membandingkan nilai probabilitas t-
statistik untuk koefisien FATAR dengan taraf signifikansi 10 persen. Pada Tabel 8,
nilai probabilitas t-statistik untuk FATAR adalah 0,0955. Karena nilai probabilitas t-
statistik untuk koefisien FATAR ini kurang dari 10 persen, maka hipotesis pertama
diterima.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif


terhadap struktur modal. Pengaruh positif ini diuji dengan membandingkan nilai
probabilitas koefisien LN_TA dengan tingkat signifikansi 10 persen. Pada Tabel 8,
nilai probabilitas t-statistik untuk LN_TA adalah 0,0008. Karena nilai probabilitas t-
statistik untuk koefisien FATAR ini kurang dari 10 persen, maka hipotesis kedua
diterima.

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif


terhadap struktur modal. Dampak positif ini diuji dengan membandingkan nilai
probabilitas t-statistik untuk koefisien A_GROWTH dengan tingkat signifikansi 10
persen. Pada Tabel 8, nilai probabilitas t-statistik untuk A_GROWTH adalah
0,0563. Karena nilai probabilitas koefisien A_GROWTH ini kurang dari 10 persen,
maka hipotesis ketiga diterima.

6. DISKUSI
Dalam penelitian ini, struktur aset sebagai variabel utama terbukti berpengaruh
positif terhadap struktur modal. Oleh karena itu, penelitian ini menegaskan Rajan &
Zingales (1995) dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susilawati et al.
(2012), Zare et al. (2013), dan Sutrisno (2016). Hasil ini menunjukkan struktur aset
sangat terkait dengan modal struktur. Dengan memberikan aset jaminan,
perusahaan secara langsung memberikan perhatian untuk melindungi kreditur atau
pemegang utang dari potensi kegagalan investasi yang dilakukan perusahaan. Jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur, kreditur memiliki
kekuatan untuk memaksa perusahaan untuk menjual aset jaminannya sesuai
dengan kontrak hutang yang mereka tandatangani bersama.

Sebagai variabel kontrol, ukuran dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh


signifikan terhadap struktur modal. Baik ukuran perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan memiliki dampak positif pada struktur modal. Pengaruh positif ukuran
perusahaan terhadap struktur modal menegaskan argumen teori static trade-off
yang dikemukakan oleh Titman & Wessels (1988) dan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kartini & Arianto (2008), Akbar & Bhutto (2012), Vãtavu (2012), dan
Zare dkk. (2013). Bukti ini menunjukkan bahwa perusahaan besar mampu
mendiversifikasi beberapa risiko karena mereka dapat mempekerjakan staf
profesional untuk mengelola risiko terkait bisnis mereka seperti risiko strategis,
risiko keuangan, risiko operasional, dan risiko kepatuhan. Secara alami, tujuan
mempekerjakan staf adalah untuk membuat perusahaan bertahan.

Dampak positif pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal menegaskan


argumen teori pecking order yang digunakan oleh Mahmud (2003) untuk menguji
dampak positif pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal dan penelitian
Mahmud (2003), Kartini & Arianto, ( 2008), dan Akbar & Bhutto (2012). Bukti ini
menunjukkan pertumbuhan perusahaan dianggap sebagai variabel penting bagi
perusahaan untuk mengatur struktur modal. Dalam konteks ekspansi, perusahaan
yang sedang tumbuh harus menggunakan hutang untuk membiayai investasinya
dalam ekspansi karena laba ditahannya tidak mencukupi. Jelas, hal ini dilakukan
agar mereka tetap tersedia (Kartini & Arianto, 2008).

7. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya teori keagenan pada
hubungan kausal antara struktur aset dan struktur modal diatur oleh perusahaan-
perusahaan di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia. Penelitian ini berhasil
membuktikan teori keagenan dengan menunjukkan pengaruh positif struktur aset
terhadap struktur modal. Bukti tersebut berarti memberikan jaminan aset mampu
memberikan jaminan kepada kreditur baik di Indonesia maupun Malaysia tentang
kesediaan perusahaan untuk membayar utang. Jelas, sebuah perusahaan tidak
ingin kehilangan aset berharga menjadi jaminan. Oleh karena itu, perusahaan akan
berusaha untuk mendapatkannya kembali dengan membayar bunga dan pokok
secara terus menerus.

8. Saran
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut. Pertama, hanya
menggunakan perusahaan yang berasal dari 2 pasar modal dari 2 negara yang
berbeda. Berdasarkan keterbatasan ini, peneliti selanjutnya dapat menggunakan
perusahaan yang berasal dari lebih dari 2 pasar modal dan memperlakukan negara
di mana pasar modal bertindak sebagai variabel dummy. Selanjutnya, variabel
dummy ini dapat diuji sebagai variabel pemoderasi dengan menggunakan efek
interaksi atau analisis subkelompok untuk mengembangkan teori yang ada.
Tindakan ini merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kedua,
penelitian ini hanya menggunakan 4 tahun sebagai jumlah periode waktu
pengamatan. Jangka waktu ini terlalu singkat. Berdasarkan keterbatasan ini,
peneliti selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan menjadi 10 tahun
atau 15 tahun untuk membuat penelitian mereka lebih bermakna dalam menangkap
perilaku manajer untuk membuat keputusan struktur modal.

Selain rekomendasi yang diberikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengatasi


keterbatasan penelitian ini, penelitian ini juga memberikan rekomendasi untuk
perusahaan dan kreditur. Perusahaan disarankan untuk memberikan agunan aset
ketika mereka ingin mendapatkan uang dari bank atau pasar modal untuk
mendapatkan kepercayaan dari kreditur. Studi ini menunjukkan bahwa kreditur
meminjamkan uang mereka kepada perusahaan tanpa keraguan dan melakukan
aktivitas pemantauan longgar pada perusahaan.

REFERENSI
Acaravci, S.K. 2015. The Determinants of Capital Struc- ture: Evidence from the Turkish Manufacturing Sector.
International Journal of Economics and Finan- cial Issues, 5(1): 158-171.

Amran, N.A. & Ahmad, A.C. 2013. Effects of Ownership Structure on Malaysian Companies Performance.
Asian Journal of Accounting and Governance, 4: 51– 60.

Akbar, U.S. & Bhutto, N.A. 2012. Determinants and Poli- cies of Capital Structure in the Non-Financial
Firms (Personal Care Goods) of Pakistan. Asian Journal of Business and Management Sciences, 2(2):
27-35.

Brealey, R.A., Myers, S.C., & Allen, F. 2006. Corporate Fi- nance. Eight Edition. Singapore: McGrawHill.

Chechet, I.L., Garba, S.L., & Odudu, A.S. 2013. Determi- nant of Capital Structure in the Nigerian Chemi- cal
and Paint Sector. International Journal of Hu- manities and Social Science, 3(15): 247-263.

Easterbrook, F.H. 1984. Two Agency-Cost Explanations of Dividends. The American Economic Review, 74(4):
650-659.

Gitman, L.J. & Zutter, C.J. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. Boston: Prentice-Hall.

Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition.


Singapore: McGraw-Hill Education.

Hamidah, 2016. Analysis of Factors Affecting the Capi- tal Structure and Profitability in Indonesian’s
Manufacturing Company Year 2009–2013. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 20(2): 157-165.

Hanafi, M.M. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi 2004/ 2005. Yogyakarta: BPFE-UGM.

Harris, M. & Raviv, A. 1991. The Theory of Capital Struc- ture. The Journal of Finance, 46(1): 297-355.

Hartono, J. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE-
UGM.

Jensen, M.C. & Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Owner-
ship Structure. Journal of Financial Economics, 3(4): 305-360.

Anda mungkin juga menyukai