MUHAMAD ALFALLASI
91121191
61/PLSI/MMSI 3-S2
DR. MASODAH
BAB I
ABSTRAKSI
PENDAHULUAN
Struktur modal adalah kombinasi dari sumber dana jangka panjang yang digunakan
oleh perusahaan (Siegel & Shim, 1987). Sumber dana jangka panjang dapat dipisahkan
menjadi 2 sumber utama, yaitu utang dan ekuitas. Dalam konteks leverage keuangan,
baik utang dan ekuitas memiliki biaya tetap. Biaya tetap pertama adalah biaya hutang
dan yang kedua adalah biaya ekuitas. Bunga adalah biaya hutang yang dibayarkan
untuk kreditur dan dividen saham preferen adalah biaya ekuitas yang dibayarkan untuk
pemegang saham. Adanya 2 biaya tetap ini akan meningkatkan laba yang tersedia bagi
pemegang saham biasa selama kenaikan laba sebelum bunga dan pajak terjadi
(Gitman & Zutter, 2012).
Manajer perusahaan adalah perwakilan dari pemegang saham (Jensen, 1986). Untuk
meningkatkan kekayaan mereka, pemegang saham mampu memaksa manajer untuk
melaksanakan proyek berisiko dengan mengorbankan kreditur (Easterbrook, 1984).
Jika proyek berisiko berhasil dilakukan, pemegang saham akan mendapatkan jumlah
keuntungan yang cenderung meningkat. Kondisi ini akan membuat kreditur merugi
karena pendapatan bunga tetapnya tidak dipengaruhi oleh peningkatan keuntungan
yang dihasilkan dari proyek perusahaan yang sukses (Hanafi, 2002). Jika proyek
berisiko gagal, kreditur akan menanggung semua konsekuensinya (Harris & Raviv,
1991).
Rajan & Zingales (1995) menjelaskan bahwa keberadaan aset agunan akan
menurunkan risiko kreditur dari agency cost of debt. Oleh karena itu, peningkatan
proporsi aset berwujud sebagai aset jaminan akan membuat kemauan kreditur
meningkat untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan. Penelitian Susilawati dkk.
(2012), Zare et al. (2013), dan Sutrisno (2016) mendukung penjelasan Rajan dan
Zingales. Sebenarnya penelitian-penelitian sebelumnya terkait dampak struktur aset
terhadap struktur modal tidak hanya menunjukkan dampak positif, tetapi juga dampak
negatif (lihat studi Akbar & Buttho, 2012; Chechet et al., 2013; Acaravci, 2015;
Hamidah, 2016; Trinh & Phuong, 2016) dan dampak tidak penting (Vãtavu, 2012 dan
Sakinah & Anggono, 2014).
Hasil inkonsistensi dari studi sebelumnya mengenai dampak ini menunjukkan bahwa
teori keagenan tidak selalu didukung. Hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa
penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa modifikasi yang
berbeda dengan penelitian lain. Pertama, penelitian ini menggunakan perusahaan yang
terdaftar di pasar modal yang berasal dari 2 negara, yaitu Indonesia dan Malaysia.
Penggunaan perusahaan yang terdaftar di 2 pasar modal ini terinspirasi dari penelitian
Mahmud (2003). Dalam penelitiannya, Mahmud (2003) menggunakan perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di bursa di 3 negara, Jepang, Malaysia, dan Pakistan.
Meskipun Mahmud (2003) menggunakan rasio aset tetap sebagai salah satu penentu
struktur modal dalam modelnya, studinya tidak berfokus pada pembuktian perspektif
teori keagenan secara khusus. Sebaliknya, penelitiannya berfokus pada bagaimana
pertumbuhan ekonomi berdampak pada struktur modal.
Kedua, penelitian ini menggunakan teori keagenan sebagai teori utama untuk
menjelaskan hubungan kausal antara struktur aset dan struktur modal dan
memperlakukan pertumbuhan aset dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol
untuk menjaga tanda estimasi positif dari dampak struktur aset pada modal yang
tersedia.
1. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Struktur Aset dan Struktur Modal
Perspektif teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen & Meckling (1976)
menyatakan ada 2 jenis biaya keagenan, biaya keagenan dari ekuitas luar dan
biaya keagenan utang. Ketika manajer adalah pemilik perusahaan, dia membuat
keputusan operasi untuk memaksimalkan utilitasnya. Biaya keagenan ekuitas
luar terjadi ketika manajer bukan pemilik lagi. Ketika kepemilikan manajer
menurun di perusahaan, ia cenderung menggunakan sumber daya perusahaan
untuk hak istimewanya sendiri. Biaya agensi dari hutang terjadi ketika
perusahaan menggunakan hutang. Biaya tersebut meliputi 3 hal. Pertama,
oportunity wealth loss yang disebabkan oleh dampak utang terhadap keputusan
investasi. Kedua, pemantauan dan pengeluaran obligasi oleh pemegang obligasi
dan perusahaan. Akhirnya, kebangkrutan dan biaya reorganisasi.
4. METODE
Jenis penelitian ini adalah kausal. Menurut Zikmund et al. (2010), penelitian kausal
memiliki tujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat.
Variabel didefinisikan oleh Zikmund et al. (2010) sebagai penilaian empiris suatu
konsep. Di dalam penelitian, tersedia 2 jenis variabel.
Variable Description
Aset struktur Struktur Struktur aset diukur dengan jumlah aset tetap dibagi dengan jumlah total aset
pada akhir tahun. Simbol untuk struktur aset dalam model regresi adalah FATAR.
Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari jumlah total aset pada
akhir tahun. Simbol ukuran perusahaan dalam model regresi adalah LN_TA.
Pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan perusahaan diukur dengan pertumbuhan total aset pada akhir tahun.
Simbol pertumbuhan perusahaan dalam model regresi adalah A GROWTH.
Tabel 2. Penentuan Jumlah Sampel yang Mewakili Jumlah Penduduk Bekerja Berdasarkan
Stratified Random Sampling.
penelitian, tersedia 2 jenis variabel. Variabel pertama adalah variabel terikat dan
yang kedua adalah variabel bebas. Struktur modal berperan sebagai variabel
terikat. Di sisi lain, struktur aset dan ukuran perusahaan serta pertumbuhan
perusahaan menjadi variabel independen. Pengukuran masing-masing variabel
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Bursa Malaysia yang tergolong dalam kapitalisasi pasar terbesar
kelima puluh pada tahun 2008-2011. Setelah mengetahui populasi yang digunakan,
langkah selanjutnya adalah menentukan kerangka sampel. Menurut Zikmund et al.
(2010), kerangka sampling adalah daftar elemen dari mana anggota sampel dapat
diambil. Disebut juga populasi pekerja karena unit-unit ini pada akhirnya akan
menyediakan unit-unit yang terlibat dalam analisis.
a. Perusahaan yang menjadi kerangka sampling mengikuti kondisi yang
diperlukan: perusahaan harus diklasifikasikan ke dalam perusahaan non-
keuangan;
b. perusahaan harus memiliki nilai positif dari pendapatan sebelum bunga dan
pajak. Berdasarkan persyaratan kerangka sampling, jumlah perusahaan yang
digunakan adalah 25 perusahaan yang berasal dari Bursa Efek Indonesia
dan 18 perusahaan yang berasal dari Bursa Malaysia. Dengan
mempertimbangkan kondisi tersebut maka digunakan metode stratified
sampling sebagai metode pengambilan sampel.
Nama-nama perusahaan yang diambil secara acak sebagai sampel dapat dilihat
pada Tabel 3. Tabel ini memiliki 2 panel, Panel A dan Panel B. Panel A
menunjukkan nama-nama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Panel B menunjukkan nama-nama perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia.
Simbol perusahaan yang digunakan mengacu pada kutipan yang tersedia di
finance.yahoo.com.
Sebelum dilakukan pengujian koefisien regresi (a1, a2, dan a3), beberapa
pengujian asumsi penting untuk dilakukan terlebih dahulu. Karena metode
estimasi, regresi harus memenuhi uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik
terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi.
a. Uji normalitas
Gujarati (2003) menjelaskan bahwa uji normalitas digunakan untuk memastikan
bahwa residual model regresi mengikuti distribusi normal. Dalam penelitian ini
dilakukan uji Jarque-Bera (JB) sebagai uji normalitas. Hipotesis nol menyatakan
bahwa residu berdistribusi normal sedangkan hipotesis alternatif menyatakan
bahwa residu tidak berdistribusi normal. Hipotesis nol diterima jika
nilai probabilitas statistik JB lebih besar atau sama dengan tingkat signifikansi
(D). Sebaliknya hipotesis nol ditolak jika nilai probabilitas statistik JB lebih kecil
dari D. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5 persen.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi dimana terdapat hubungan linier yang eksak
atau mendekati eksak diantara variabel independen (Gujarati, 2003). Kondisi ini
tidak diharapkan terjadi (Kinnear & Gray, 2009) dalam model regresi yang baik
(Ghozali, 2011). Untuk mendeteksinya dapat digunakan variance inflation factor
(VIF). Nilai cut-off VIF adalah 10 (Ghozali, 2011). Jika nilai VIF variabel
independen yang digunakan dalam model kurang dari atau sama dengan 10,
maka tidak terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF melebihi 10,
multikolinearitas
c. Uji HeteroSCedaSticity
Pengujian ini bertujuan untuk menguji independensi variabel penjelas terhadap
varians of error. Ghozali (2011) menjelaskan bahwa model regresi yang baik
tidak memiliki heteroskedastisitas. Kami menggunakan uji White sebagai uji
heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan membentuk persamaan
regresi pertama berikut:
Berdasarkan pengujian ini, hipotesis nol yang diajukan adalah bahwa semua
variabel penjelas yang digunakan tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan
varians of error (RESID^2). Di sisi lain, hipotesis alternatif yang diajukan adalah
setidaknya ada satu variabel bebas yang memiliki hubungan kausal dengan
varians of error.
f. HASIL
Indonesia dan Malaysia memiliki kondisi serupa dalam struktur kepemilikan.
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada pemegang saham pengendali
terjadi pada perusahaan di Indonesia (Mutamimah & Hartono, 2010) dan
Malaysia (Amran & Ahmad, 2013). Umumnya pemegang saham pengendali di
Malaysia adalah negara bagian, keluarga, dan individu (Amran & Ahmad, 2013).
Di Indonesia, pemegang saham pengendali adalah keluarga atau pendiri yang
memiliki manajer kendali yang sangat besar untuk mengambil keputusan
(Mutamimah & Hartono, 2010). Dalam struktur ini, pemegang saham
pengendali memiliki kekuatan untuk mendorong manajer untuk
menggunakan hutang dengan biaya pada kreditur dengan meminta
manajer untuk melakukan investasi pada proyek berisiko (lihat Easterbrook,
1984). Untuk memberikan jaminan bahwa suatu perusahaan tidak bermaksud
merugikan kreditur jika proyek perusahaan gagal, perusahaan memberikan aset
jaminannya kepada kreditur. Dengan kata lain, sejalan dengan (Rajan &
Zingales, 1995), aset agunan akan mengurangi risiko agency cost of debt.
Berikut adalah hasil pengujian asumsi klasik. Pengujian ini penting dilakukan
karena model regresi menggunakan kuadrat terkecil biasa sebagai metode
estimasi yang digunakan sebagai metode analisis data.
6. DISKUSI
Dalam penelitian ini, struktur aset sebagai variabel utama terbukti berpengaruh
positif terhadap struktur modal. Oleh karena itu, penelitian ini menegaskan Rajan &
Zingales (1995) dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susilawati et al.
(2012), Zare et al. (2013), dan Sutrisno (2016). Hasil ini menunjukkan struktur aset
sangat terkait dengan modal struktur. Dengan memberikan aset jaminan,
perusahaan secara langsung memberikan perhatian untuk melindungi kreditur atau
pemegang utang dari potensi kegagalan investasi yang dilakukan perusahaan. Jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur, kreditur memiliki
kekuatan untuk memaksa perusahaan untuk menjual aset jaminannya sesuai
dengan kontrak hutang yang mereka tandatangani bersama.
8. Saran
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut. Pertama, hanya
menggunakan perusahaan yang berasal dari 2 pasar modal dari 2 negara yang
berbeda. Berdasarkan keterbatasan ini, peneliti selanjutnya dapat menggunakan
perusahaan yang berasal dari lebih dari 2 pasar modal dan memperlakukan negara
di mana pasar modal bertindak sebagai variabel dummy. Selanjutnya, variabel
dummy ini dapat diuji sebagai variabel pemoderasi dengan menggunakan efek
interaksi atau analisis subkelompok untuk mengembangkan teori yang ada.
Tindakan ini merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kedua,
penelitian ini hanya menggunakan 4 tahun sebagai jumlah periode waktu
pengamatan. Jangka waktu ini terlalu singkat. Berdasarkan keterbatasan ini,
peneliti selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan menjadi 10 tahun
atau 15 tahun untuk membuat penelitian mereka lebih bermakna dalam menangkap
perilaku manajer untuk membuat keputusan struktur modal.
REFERENSI
Acaravci, S.K. 2015. The Determinants of Capital Struc- ture: Evidence from the Turkish Manufacturing Sector.
International Journal of Economics and Finan- cial Issues, 5(1): 158-171.
Amran, N.A. & Ahmad, A.C. 2013. Effects of Ownership Structure on Malaysian Companies Performance.
Asian Journal of Accounting and Governance, 4: 51– 60.
Akbar, U.S. & Bhutto, N.A. 2012. Determinants and Poli- cies of Capital Structure in the Non-Financial
Firms (Personal Care Goods) of Pakistan. Asian Journal of Business and Management Sciences, 2(2):
27-35.
Brealey, R.A., Myers, S.C., & Allen, F. 2006. Corporate Fi- nance. Eight Edition. Singapore: McGrawHill.
Chechet, I.L., Garba, S.L., & Odudu, A.S. 2013. Determi- nant of Capital Structure in the Nigerian Chemi- cal
and Paint Sector. International Journal of Hu- manities and Social Science, 3(15): 247-263.
Easterbrook, F.H. 1984. Two Agency-Cost Explanations of Dividends. The American Economic Review, 74(4):
650-659.
Gitman, L.J. & Zutter, C.J. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. Boston: Prentice-Hall.
Hamidah, 2016. Analysis of Factors Affecting the Capi- tal Structure and Profitability in Indonesian’s
Manufacturing Company Year 2009–2013. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 20(2): 157-165.
Hanafi, M.M. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi 2004/ 2005. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Harris, M. & Raviv, A. 1991. The Theory of Capital Struc- ture. The Journal of Finance, 46(1): 297-355.
Hartono, J. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE-
UGM.
Jensen, M.C. & Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Owner-
ship Structure. Journal of Financial Economics, 3(4): 305-360.