Anda di halaman 1dari 16

Peran Audit Forensik Dalam Pemberantasan Korupsi (Mursalin)

PERAN AUDIT FORENSIK DALAM PEMBERANTASAN


KORUPSI DI INDONESIA

Mursalin *)

ABSTRAK

Korupsi telah menjadi isu fenomenal dan selalu menarik untuk dibahas di Indonesia. Korupsi
telah dianggap sebagai akar penyebab masalah nasional, seperti ekonomi biaya tinggi, pertumbuhan
ekonomi, dan penghalang investasi. Artikel ini berfokus pada pelaksanaan konsep audit forensik
dalam memberikan bukti untuk mendukung keputusan pengadilan.
Audit forensik dilakukan dalam rangka pemberantasan korupsi di Indonesia melalui cara
preventif, detektif, dan pendekatan korektif. Model Cressey tentang segitiga penipuan digunakan
untuk memetakan peran audit forensik dalam mencegah korupsi.

Kata-kata Kunci: forensic auditing, fraud triangle, corruption, evidence, court.

Latar Belakang Dokumen-dokumen formal yang


Menjamurnya praktik-praktik disiapkan atau khusus disiapkan untuk
korupsi hampir di setiap lini kehidupan mengesankan bahwa secara yuridis
di Indonesia sangat ironis dengan formal sebuah belanja adalah legal
banyaknya strategi yang telah padahal didalamnya ada upaya
dirumuskan oleh berbagai lembaga rekayasa dengan dokumen fiktif,
pemerintahan seperti Badan konspirasi pelaksanaan tender atau
Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan mark up.
Pengawasan Keuangan dan Dihadapkan pada korupsi yang
Pembangunan (BPKP), inspektorat di melibatkan praktik-praktik sistemik dan
pusat dan daerah, Komisi melembaga seperti yang dijelaskan
Pemberantasan Korupsi (KPK) oleh capture theory membuat upaya
maupun oleh kalangan Lembaga dan strategi pemberantasan korupsi
Sosial Masyarakat (LSM) seperti menjadi semakin rumit. Strategi dalam
Indonesian Corruption Watch (ICW) pemberantasan korupsi setidaknya
dan Masyarakat Tranparansi Indonesia harus memuat dua persyaratan yaitu
(MTI). Seluruh strategi yang adanya komitmen politik nasional
merupakan jurus-jurus ampuh dalam untuk memberantas korupsi dan
pemberantasan korupsi sepertinya adanya sejumlah aktivitas yang dapat
belum mampu menuntaskan dilihat oleh masyarakat luas sebagai
permasalahan korupsi yang sudah entry-point atau pintu masuk
mewabah ini. pemberantasan korupsi.
Berbagai kasus memperlihatkan Berbagai peraturan perundang-
bahwa yang diutamakan dalam undangan sesungguhnya telah
mempertanggungjawabkan suatu memuat komitmen politik secara resmi.
pekerjaan adalah dalam rangka Demikian pula komitmen politik rakyat
memenuhi persyaratan-persyaratan secara konkrit telah dibuktikan dalam
formal yang akan diminta oleh banyak kegiatan unjuk rasa,
pemeriksa. Misalnya keharusan demonstrasi, diskusi, pernyataan
adanya kuitansi pengeluaran, daftar pendapat, analisis, dan saran-saran
hadir rapat untuk pembayaran honor yang dilakukan oleh berbagai unsur
atau tiket pesawat terbang dan bording masyarakat yang menyatakan agar
pass dalam kasus-kasus segera dihapuskannya praktik-praktik
pertanggungjawaban belanja. korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

43
*) Dosen Tetap FE. Univ-PGRI Palembang
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.2,Juli 2013 : 43 - 58

Berkaitan dengan entry-point Menurut Charterji (2009) audit


diperlukan adanya strategi forensik dapat didefinisikan sebagai
pemberantasan korupsi nasional yang aplikasi keahlian mengaudit atas suatu
disosialisasikan kepada masyarakat keadaan yang memiliki konsekuensi
luas serta adanya upaya nyata untuk hukum. Audit forensik umumnya
memperkuat lembaga-lembaga yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
berkewenangan untuk pemberantasan investigasi secara luas. Pekerjaan
korupsi. Berikutnya adalah tersedianya tersebut meliputi suatu investigasi atas
profesional dengan kompetensi urusan keuangan suatu entitas dan
memadai untuk melacak dan sering dihubungkan dengan investigasi
membuktikan suatu kejadian korupsi. terhadap tindak kecurangan (fraud),
Kompetensi profesional yang dilindungi oleh karena itu audit forensik sering
oleh lembaga profesi khususnya juga diartikan sebagai audit investigasi.
profesi akuntan forensik belum ada Audit investigasi itu sendiri merupakan
dan belum digunakan dalam salah satu metode di dalam audit
pengungkapan dan pemberantasan kecurangan (fraud auditing), yaitu
kasus korupsi di Indonesia. merupakan audit kecurangan yang
Artikel ini mengkaji strategi pelaksanaannya setelah diketahui
pemberantasan korupsi serta potensi (teridentifikasi) adanya kecurangan,
dari audit forensik sebagai ilmu dan misalnya korupsi.
akuntan forensik sebagai profesi dalam Seorang auditor forensik
pemberantasan korupsi di Indonesia. dituntut mampu melihat keluar dan
Artikel ini juga memfokuskan menelusuri hingga dibalik angka-angka
pembahasan pada peran audit forensik yang tampak, serta dapat mengaitkan
dalam upaya pengungkapan dan dengan situasi bisnis yang sedang
penyelesaian kasus korupsi melalui berkembang agar bisa
pemutusan mata rantai model segi tiga mengungkapkan informasi yang
kecurangan fraud triangle dari Donald akurat, obyektif, dan dapat
R. Cressy. menemukan adanya penyimpangan.
Kemampuan ini hanya dimiliki oleh
Kajian Teori auditor dengan pengalaman mengaudit
Pengertian Audit Forensik yang tinggi sekaligus paham ilmu
Pada dasarnya ilmu forensik pengetahuan lain yang mendukung.
adalah aplikasi ilmu untuk penyelidikan Para auditor forensik biasa disebut
kriminal dalam rangka untuk mencari Certified Fraud Examiner (CFE) selain
bukti yang dapat digunakan dalam memeriksa kasus-kasus
penyelesaian kasus-kasus kriminal. penyelewengan terhadap catatan-
Tujuan auditing forensik sangat khusus catatan akuntansi, penyimpangan
sehingga penyusunan program prosedur akuntansi dan korupsi, juga
maupun pelaksanaan auditnya sangat memeriksa kasus-kasus tuntutan
berbeda dengan audit biasa. Program perdata seperti ganti rugi, asuransi,
audit forensik harus diarahkan untuk persengketaan pemegang saham dan
mengumpulkan bukti-bukti yang cukup perusahaan sampai pada gugatan
dan kompeten sehingga kasus kriminal pembagian harta akibat perceraian.
yang sedang ditangani dapat Bologna dan Linquist dalam
terungkap. Oleh sebab itu, dalam Tuanakotta (2010), menyatakan bahwa
pelaksanaannya amat dibutuhkan dalam audit forensik biasanya tindakan
auditor-auditor yang memiliki kecurangan yang akan diinvestigasi
karakteristik khusus. sudah terindentifikasi (diketahui),

44
Peran Audit Forensik Dalam Pemberantasan Korupsi (Mursalin)

hanya bukti yang memadai secara merupakan serangkaian


hukum belum didapatkan. Oleh karena irregularities dan perbuatan-
itu, disini para auditor hanya perlu perbuatan melanggar hukum
mencari bukti-bukti pendukung yang (illegal acts) yang dilakukan dengan
kuat secara hukum. sengaja untuk tujuan-tujuan
Audit forensik meliputi prosedur- tertentu. Praktik ini mungkin
prosedur atau tahapan-tahapan dilakukan oleh orang-orang dari
tertentu yang dilakukan dengan dalam ataupun dari luar organisasi,
maksud untuk menghasilkan bukti. untuk mendapatkan keuntungan
Disini, teknik-teknik audit digunakan baik pribadi maupun kelompok dan
untuk mengidentifikasi dan secara langsung maupun tidak
menggabungkan bukti-bukti guna langsung merugikan pihak lain.
membuktikan, misalnya: berapa lama Auditor forensik berperan untuk
kecurangan telah dilakukan, mencegah dan mengoreksi
bagaimana cara melakukan, berapa kecurangan-kecurangan dalam
besar jumlahnya, dan dimana dunia bisnis pada umumnya,
dilakukan dan oleh siapa. Selain itu, seperti yang telah disebutkan di
bukti-bukti dalam audit forensik bisa atas.
juga dikumpulkan untuk mendukung
isu-isu lain yang relevan dengan kasus 2. Saksi ahli (expert witness)
peradilan, seperti motif terdakwa dan Auditor forensik yang
peluang-peluang yang menyebabkan bertindak sebagai expert witness,
dilakukannya tindakan kecurangan pekerjaannya adalah
termasuk kolusi antara beberapa pihak mengumpulkan informasi,
tertuduh. melakukan analisis, dan
Secara umum pekerjaan memberikan kesaksian di
akuntan forensik meliputi kelompok pengadilan jika diminta. Jadi dalam
fraud auditor, expert witness, dan pokja (kelompok kerja) saksi ahli,
konsultan litigasi. Berikut ini uraian auditor forensik tidak hanya
masing-masing profesi tersebut: berperan untuk mengumpulkan
1. Auditor kecurangan (fraud bukti-bukti dan mengungkap kasus-
auditor) kasus kriminal saja, tetapi juga
Perkembangan dunia usaha berperan dalam penyelidikan dan
yang demikian kompleks dan persidangan kasus-kasus kriminal.
bervariasi dewasa ini, membuat Auditor forensik sebagai saksi ahli
kemajuan di bidang ekonomi dapat dikontrak oleh pengacara
cenderung diiringi pula dengan atau penggugat, dan apabila pihak
munculnya kejahatan-kejahatan lawan meminta hasil analisanya,
seperti praktik-praktik fraudulent maka auditor forensik wajib
dan misrepresentation, menyajikannya. Auditor forensik
penggelapan pajak, pemakaian harus bersikap jujur, terbuka, dan
kartu kredit oleh orang-orang yang obyektif.
tidak berhak, money laundering,
window dressing, dan berbagai 3. Konsultan Litigasi
bentuk korupsi serta penipuan Sebagai seorang konsultan,
konsumen. Hal tersebut menuntut peran akuntan forensik terbatas
para auditor khususnya harus pada pemberian nasehat dan
dapat memahami kecurangan. konsultasi kepada pengacara.
Pada dasarnya kecurangan Akuntan tidak dipandang sebagai

45
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.2,Juli 2013 : 43 - 58

saksi ahli di dalam pengadilan, terjangkau oleh hukum (offences


tetapi lebih dipandang sebagai beyond the reach of the law).
seorang litigator yang bekerja Banyak contoh diberikan untuk
sebagai konsultan. Kertas kerja kejahatan-kejahatan semacam itu,
akuntan forensik sebagai konsultan misalnya pelanggaran pajak (tax
litigator tidak terbuka untuk umum. evasion), penipuan di bidang kredit
Akuntan forensik dapat (credit fraud), Penggelapan dan
menggunakan teori dan dasar penyalahgunaan dana masyarakat
analisis yang berbeda tanpa (embezzlement and misapropriation of
adanya rasa takut karena public funds), dan berbagai tipologi
pengacara tersebut memilih dan kejahatan lainnya yang disebut
menggunakan kertas kerja akuntan sebagai kejahatan yang tak terlihat
forensik untuk memenuhi (invisible crime). Istilah invisble crime
kepentingannya. banyak ditujukan untuk menunjuk pada
kejahatan yang sulit dibuktikan
Pengertian Korupsi maupun tingkat profesionalitas yang
Menurut Shleifer dan Vishny tinggi dari pelakunya.
(1993) korupsi adalah penjualan Glendoh (1997) berpendapat
barang-barang milik pemerintah oleh bahwa korupsi direalisasi oleh aparat
pegawai negeri untuk keuntungan birokrasi dengan perbuatan
pribadi. Sebagai contoh, pegawai menggunakan dana kepunyaan negara
negeri sering menarik pungutan liar untuk kepentingan pribadi yang
dari perizinan, lisensi, bea cukai, atau seharusnya digunakan untuk
pelarangan masuk bagi pesaing. Para kepentingan umum. Korupsi tidak
pegawai negeri itu memungut bayaran selalu identik dengan penyakit
untuk tugas pokoknya atau untuk birokrasi pada instansi pemerintah,
pemakaian barang-barang milik pada instansi swasta pun sering terjadi
pemerintah untuk kepentingan korupsi yang dilakukan oleh
pribadinya. Untuk kasus seperti ini, birokrasinya, demikian juga pada
karena korupsi menyebabkan ekonomi instansi koperasi. Korupsi merupakan
biaya tinggi, korupsi memiliki pengaruh perbuatan tidak jujur, perbuatan yang
yang negatif terhadap pertumbuhan. merugikan dan perbuatan yang
Menurut Adji (1996) merusak sendi-sendi kehidupan
berdasarkan pemahaman dan dimensi instansi, lembaga, korps dan tempat
baru mengenai kejahatan yang bekerja para birokrat. Korupsi dalam
memiliki konteks pembangunan kaitannya dengan birokrasi dapat
pengertian korupsi tidak lagi hanya berpenampilan dalam bentuk, kolusi,
diasosiasikan dengan penggelapan nepotisme, uang pelancar, dan uang
keuangan negara saja. Tindakan pelicin.
penyuapan (bribery) dan penerimaan Masih menurut Glendoh (1997),
komisi secara tidak sah (kickbacks) kolusi adalah sebuah persetujuan
juga dinilai sebagai sebuah kejahatan. rahasia di antara dua orang atau lebih
Penilaian yang sama juga diberikan dengan tujuan penipuan atau
pada tindakan tercela dari oknum penggelapan melalui persekongkolan
pemerintah seperti bureaucratic antara beberapa pihak untuk
corruption atau tindak pidana korupsi, memperoleh berbagai kemudahan
yang dikategorikan sebagai bentuk dari untuk kepentingan mereka yang
kejahatan-kejahatan yang tidak melakukan persekongkolan.
Nepotisme adalah kebijaksanaan

46
Peran Audit Forensik Dalam Pemberantasan Korupsi (Mursalin)

mendahulukan saudara, sanak famili terjadi di negara-negara berkembang,


serta teman-teman. Nepotisme dapat sebab pengertian demokrasi lebih
tumbuh subur di Indonesia karena banyak ditafsirkan dan ditentukan oleh
budaya partrimonial yang lengket sejak penguasa daripada ditafsirkan dan
jaman dahulu. Sedangkan uang ditentukan oleh pemikir di negara-
pelancar sering timbul karena tata cara negara berkembang tersebut.
kerja dan kebiasaan dalam kantor- Ahmed (1997), Direktur
kantor pemerintah sangat berbelit-belit Pengurangan Kemiskinan dan
dan berlambat-lambat, sehingga Manajemen Ekonomi Bank Dunia,
keinginan untuk menghindari mengingatkan negara-negara miskin
kelambatan ini merangsang bahwa korupsi merupakan perintang
pertumbuhan kebiasaan-kebiasaan utama pertumbuhan ekonomi, karena
tidak jujur. Uang pelicin merupakan korupsi membuat para investor
bentuk korupsi yang sudah umum menyingkir. Bukti-bukti yang
terutama dalam hubungan dengan hal- berkembang menunjukkan, korupsi di
hal pemberian surat keterangan, surat negara-negara sedang berkembang
ijin dan sebagainya. menjadi penghambat utama investasi
Biasanya orang-orang yang sektor swasta dan bagaimana
menyogok dalam hal ini tidak seharusnya jalan hidup rakyat biasa.
menghendaki agar peraturan- Sejalan dengan itu Fred
peraturan yang ada dilanggar. Hal Bergsten, Direktur Insttitute for
yang diinginkan adalah supaya berkas- International Economics dari Amerika
berkas surat dan komunikasi cepat Serikat (Kompas, 1996) berpendapat
berjalan, sehingga keputusan dapat bahwa korupsi tidak hanya bisa
diambil dengan cepat pula. mengganggu pertumbuhan negara
Menurut Silalahi (1997) korupsi yang bersangkutan, tetapi juga bisa
bukan hanya terjadi pada aparatur menjadi penghambat upaya
pemerintahan, korupsi di kalangan mewujudkan perdagangan bebas
pegawai swasta malah jauh lebih dunia. Bergsten juga menegaskan
besar, seperti terjadinya kredit macet bahwa dari hasil penelitian terhadap 78
di sejumlah bank swasta yang negara maju dan berkembang
disebabkan oleh adanya kolusi antara diketahui adanya korelasi langsung
direktur bank dengan pengusaha. Di antara tingkat korupsi dengan tingkat
samping itu korupsi di kalangan pertumbuhan ekonomi. Semakin bersih
aparatur negara tidak semata-mata suatu negara dari korupsi, semakin
disebabkan oleh gaji yang kecil, sebab tinggi pula peluang negara itu untuk
yang justru melakukan korupsi secara bisa menikmati pertumbuhan ekonomi
besar-besaran adalah mereka yang yang lebih baik. Beberapa praktik
bergaji besar akan tetapi tidak puas korupsi yang disoroti Bergsten yang
dengan apa yang diterima sehubungan cukup menonjol adalah proses tender
dengan meningkatnya kebutuhan. untuk pengadaan barang-barang bagi
Pendapat lain mengatakan keperluan pemerintah (government
bahwa korupsi di negara-negara procurement) yang tidak transparan
berkembang biasanya terjadi, karena dan suap dalam kontrak-kontrak
ada penyalahgunaan kekuasaan dan pemerintah.
wewenang yang dilakukan petugas
atau pejabat negara Tipologi Korupsi
(Mugihardjo,1997). Penyalahgunaan Untuk kepentingan perumusan
kekuasaan dan wewenang dapat strategi pemberantasan korupsi

47
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.2,Juli 2013 : 43 - 58

dipandang perlu untuk terlebih dahulu 6. Autogenic corruption


mengenali karakteristik dan jenis Korupsi yang tidak melibatkan
korupsi. Alatas (1987), seorang ahli orang lain dan pelakunya hanya
sosiologi korupsi, membedakan jenis- seorang diri. Misalnya pembuatan
jenis korupsi menurut tipologinya laporan keuangan yang tidak
sebagai berikut: benar.
1. Transactive corruption 7. Supportive corruption
Adanya kesepakatan timbal balik Tindakan-tindakan yang dilakukan
antara pihak pemberi dan pihak untuk melindungi atau memperkuat
penerima demi keuntungan kedua korupsi yang sudah ada. Misalnya
belah pihak dan dengan aktif menyewa preman untuk berbuat
diusahakan tercapainya jahat, menghambat pejabat yang
keuntungan ini oleh kedua-duanya. jujur dan cakap agar tidak
Korupsi jenis ini biasanya menduduki jabatan tertentu.
melibatkan dunia usaha dan
pemerintah atau masyarakat dan Penelitian Empirik yang Berkaitan
pemerintah. dengan Korupsi
2. Exortive corruption Shleifer dan Vishny (1993)
Jenis korupsi dimana pihak dalam tulisannya memaparkan dua
pemberi dipaksa untuk menyuap proposisi mengenai korupsi. Proposisi
guna mencegah kerugian yang pertama, struktur kelembagaan
sedang mengancam dirinya, pemerintah dan proses politik adalah
kepentingannya, atau orang-orang sangat penting dalam menentukan
dan hal-hal yang dihargainya. tingkat korupsi. Khususnya
pemerintahan yang lemah yang tidak
3. Investive corruption mengontrol badan-badannya
Pemberian barang atau jasa tanpa mengalami tingkat korupsi yang sangat
ada pertalian langsung dengan tinggi. Proposisi kedua, ilegalnya
keuntungan tertentu, selain korupsi dan kebutuhan akan
keuntungan yang dibayangkan kerahasiaan membuatnya makin
akan diperoleh di masa yang akan menyimpang dan mahal disbanding
datang. pajak. Hasilnya dapat dijelaskan
4. Nepotistic corruption mengapa di beberapa Negara
Penunjukkan yang tidak sah berkembang korupsi sangatlah tinggi
terhadap teman atau sanak intensitasnya, dan sangat mahal dalam
saudara untuk memegang jabatan membebani pembangunan.
dalam pemerintahan, atau tindakan Mauro (1995) dalam
yang memberikan perlakuan yang penelitiannya menganalisis satu set
mengutamakan, dalam bentuk data terbaru yang berisi indek subjektif
uang atau bentuk-bentuk lain, korupsi, besarnya red tape, efisiensi
kepada mereka, secara sistem hukum, dan berbagai kategori
bertentangan dengan norma dan stabilitas politik negara-negara secara
peraturan yang berlaku. cross section. Menurut analisisnya,
5. Defensive corruption korupsi terbukti menurunkan investasi.
Perilaku korban korupsi dengan Oleh karena itu, menurunkan
pemerasan. Korupsinya adalah pertumbuhan ekonomi. Hasilnya
dalam rangka mempertahankan adalah korupsi kuat mengontrol
diri. endogenitas dengan mempergunakan

48
Peran Audit Forensik Dalam Pemberantasan Korupsi (Mursalin)

index ethnolinguistic fractionalization perubahan ekonomi dan politik yang


sebagai instrumen. cepat. Definisi korupsi pada umumnya
Busse (1996) menganalisis sebagai salah satu penyalahgunaan
asosiasi antara investasi luar negeri peranan atau sumber daya publik atau
langsung forign direct investement menggunakan bentuk-bentuk
(FDI) dan persepsi korupsi yang pengaruh politik secara tidak sah oleh
dialami oleh investor potensial. Model pihak publik atau swasta.
yang dikembangkan adalah "Market
Discipline Corruption Model" (MDCM), Tahapan Audit Forensik
dimana didapati hubungan yang Berikut ini langkah-langkah
signifikan antara terbongkarnya audit forensik secara umum dan
korupsi dan FDI dari negara yang singkat adalah (Pusat Pendidikan dan
diteliti. Peramal untuk MDCM sudah Latihan BPKP, 1997):
dikembangkan melalui informasi yang 1. Menerima tugas
didapat dari survei yang melibatkan 53 Auditor forensik pertama kali harus
orang yang terlibat dalam bisnis mempertimbangkan apakah dirinya
internasional. Temuan survei memiliki keahlian dan pengalaman
menegaskan ranking terakhir yang yang dibutuhkan untuk menerima
dipublikasikan mengenai tingkat pekerjaan tersebut. Audit forensik
korupsi di seluruh dunia. Survei ini juga bersifat khusus, dan pekerjaan
mengungkapkan hubungan antara tersebut memerlukan pengetahuan
ukuran bisnis, area fungsional, dan tentang investigasi kecurangan dan
negara dimana bisnis dijalankan dan pengetahuan tentang hukum
persepsi mengenai korupsi. secara luas dan mendalam. Auditor
Glynn, dkk (1999) menganalisis juga harus memperoleh pelatihan di
bahwa di negara-negara yang tengah dalam menentukan teknik-teknik
mengalami masa transisi dari investigasi dan interogasi, dan
pemerintah otoriter kepada demokrasi bagaimana menyimpan bukti-bukti
dan ekonomi pasar, maka akibat- yang diperoleh secara aman.
akibat korupsi dapat menjadi lebih Auditor sebaiknya tidak
rumit. Korupsi telah memberikan jasa audit umum dan
didesentralisasikan, suap yang tadinya audit forensik atas klien yang sama.
dibayarkan di tingkat federal, kini 2. Perencanaan
dibayarkan kepada pejabat pemerintah Tim auditor harus berhati-hati
negara bagian. dalam merencanakan pekerjaan
Ackerman (1991) berpendapat audit forensik. Perencanaan
bahwa korupsi terjadi di perbatasan pekerjaan audit ini tidak harus
antara sektor pemerintah dan sektor mencakup hal-hal berikut: (1)
swasta. Apabila seorang pejabat mengidentifikasi jenis kecurangan
pemerintah memiliki kekuasaan penuh yang terjadi, seberapa lama
terhadap pendistribusian keuntungan kecurangan telah berlangsung,
atau biaya kepada sektor swasta, dam bagaimana kecurangan telah
maka terciptalah suatu insentif untuk dilakukan, siapa pelakunya, dan
penyuapan. Jadi korupsi tergantung juga termasuk pengkuantifikasi
besarnya keuntungan dan biaya yang kerugian keuangan yang diderita
berada di bawah pengendalian pejabat oleh klien dan mengumpulkan bukti
pemerintah. yang akan digunakan di
Johnston (1999) mengatakan pengadilan, (2) memberi saran
bahwa korupsi cenderung menyertai untuk pencegahan terulangnya

49
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.2,Juli 2013 : 43 - 58

kecurangan, (3) teknik-teknik audit berbantuan


mempertimbangkan cara terbaik komputer, (3) teknik-teknik
mendapatkan bukti, dan (4) substantif seperti rekonsiliasi, kas
menggunakan teknik audit opname, pemeriksaan fisik, dan
berbantuan komputer, bisa penelaahan dokumen.
diperlukan. Tujuan akhir dari auditor forensik
3. Mengumpulkan bukti adalah mendapatkan pengakuan
Dalam rangka mengumpulkan bukti dari pelaku kecurangan (fraudster),
yang lengkap, auditor forensik bahwa suatu kecurangan benar-
harus memahami jenis kecurangan benar telah terjadi. Untuk alasan
dan bagaimana kecurangan ini, auditor forensik sebaiknya
tersebut telah dilakukan. Bukti-bukti menghindari konfrontasi dengan
yang dikumpulkan harus memadai tersangka hingga mereka telah
untuk membuktikan identitas mengumpulkan bukti yang
pelakunya, mekanisme memadai untuk mendukung suatu
pelaksanaan kecurangan, dan pengakuan.
jumlah kerugian keuangan yang 4. Pelaporan
diderita. Hal penting yang harus Klien akan mengharapkan laporan
dipikirkan adalah bahwa auditor berisi temuan-temuan dari
forensik memiliki keahlian di dalam investigasi, termasuk ringkasan
mengumpulkan bukti yang bukti-bukti dari kesimpulan tentang
digunakan dalam kasus jumlah kerugian sebagai akibat
persidangan, dan menjaga rantai adanya kecurangan. Laporan
pengamanan bukti-bukti hingga tersebut juga sebaiknya membahas
ditemukan dalam persidangan. bagaimana pelaku kecurangan
Jika ada bukti yang belum dapat merencanakan skema pelaksanaan
dikumpulkan atau ada kejanggalan kecurangan, dan bagaimana
dalam rantai prosesnya, maka bukti pengendalian yang ada telah
tersebut mungkin akan didobrak oleh pelaku kecurangan.
dimentahkan dalam persidangan, Selain itu, auditor forensik harus
atau bahkan bisa menjadi bukti merekomendasikan perbaikan atas
yang melemahkan. Auditor forensik sistem pengendalian organisasi
juga harus diperingatkan, bahwa untuk mencegah terjadinya
kemungkinan bukti-bukti akan kecurangan serupa di masa yang
diselewengkan, dirusak, atau akan datang.
dihancurkan oleh tersangka. 5. Tuntutan Hukum
Bukti dapat dikumpulkan dengan Investigasi di atas mungkin
menggunakan berbagai teknik, akhirnya akan sampai pada
seperti: (1) mengguji pengendalian tuntutan hukum terhadap terdakwa,
guna mendapatkan bukti adanya dan auditor forensik mungkin akan
kelemahan (kemungkinan adanya terlibat dalam proses pengadilan.
kecurangan), (2) menggunakan Bukti yang dikumpulkan selama
prosedur analitis (analytical investigasi akan dikemukakan di
procedures) untuk membandingkan dalam pengadilan, dan auditor
tren dari waktu ke waktu atau untuk forensik mungkin akan dipanggil ke
memberikan gambaran tentang sidang pengadilan untuk
perbandingan antara satu segmen menjelaskan bukti yang telah
bisnis dengan segmen bisnis mereka kumpulkan dan
lainnya dengan mengunakan menjelaskan bagaimana terdakwa

50
Peran Audit Forensik Dalam Pemberantasan Korupsi (Mursalin)

diidentifikasi. Sangat penting metode sampling. Tidak digunakannya


bahwa auditor forensik yang metode sampling memberikan tiga
dipanggil ke depan pengadilan implikasi, yaitu: (1) biaya akan menjadi
harus dapat menjelaskan bukti- besar dan sukar diprediksi, (2)
buktinya secara jelas dan membutuhkan tenaga auditor yang
profesional, dan menjelaskan secara kuantitatif besar atau secara
secara sederhana masalah- kualitatif amat handal, dan (3) dari segi
masalah akuntansi yang begitu waktu akan membutuhkan waktu yang
kompleks agar para non-akuntan relatif lama. Ketiga implikasi ini erat
yang akan dipersidangkan dapat kaitannya dengan faktor efisiensi dan
memahami permasalahan dan efektifitas yang seharusnya dipenuhi
implikasinya. dalam proses audit.
Karakteristik kedua, adanya
Pembahasan kerjasama antara BPKP dengan aparat
Penerapan Audit Forensik di penegak hukum, dalam hal ini
Indonesia kejaksaan terutama Jaksa Agung
Di Indonesia penerapan ilmu Muda Bidang Tindak Pidana Korupsi
dan teknik audit forensik belumlah (Jampidsus). Kerjasama ini terjalin
luas. Institusi yang telah dalam ekspose dan pelaksanaan
menerapkannya, yaitu BPKP terutama pemeriksaan. Mekanisme ekspose dan
Deputi Kepala BPKP Bidang pemeriksaan khusus merupakan suatu
Pengawasan Khusus. Sesuai dengan mekanisme diskusi atas suatu kasus,
tugasnya, maka penerapan audit dimana masing-masing pihak yaitu
forensik (di BPKP dikenal dengan Kejaksaan dan auditor BPKP
pemeriksaan khusus) hanya terbatas memberikan pendapat sesuai dengan
pada pemeriksaan kasus-kasus kapasitas profesional masing-masing.
kriminal ekonomi dan gugatan perdata Hal ini sesuai dengan Standar
yang melibatkan lembaga-lembaga Profesional Akuntan Publik (SPAP)
pemerintah atau dana pemerintah. yang menjelaskan bahwa: ”Penentuan
Pemeriksaan khusus adalah apakah secara nyata suatu perbuatan
pemeriksaan yang dilakukan terhadap disebut melanggar hukum biasanya
kasus penyimpangan yang diluar kompetensi profesional seorang
menimbulkan kerugian keuangan atau auditor. Auditor dalam hubungannya
kekayaan negara, dan atau dengan penyajian laporan keuangan
perekonomian negara sehingga pada menempatkan dirinya sebagai pihak
akhirnya dapat ditarik kesimpulan yang cakap dalam akuntansi dan
mengenai ada tidaknya indikasi tindak auditing. Latihan, pengalaman, dan
pidana korupsi ataupun perdata pada pemahaman auditor atas usaha klien
kasus yang bersangkutan (BPKP, dan lingkungan industrinya dapat
1999). memberikan dasar guna mengenali
Dalam pemeriksaan ini terdapat adanya perbutan klien yang
empat karakteristik yang khas meliputi: merupakan unsur pelanggaran hukum.
pertama, dari segi teknis yaitu seperti Namun, penentuan apakah suatu
yang dinyatakan dalam petunjuk perbuatan merupakan pelanggaran
pemeriksaan khusus bahwa dalam hukum atau bukan biasanya
menghitung besarnya kerugian didasarkan atas hasil penilaian atau
keuangan atau kekayaan dan nasihat ahli hukum yang telah
perekonomian negara, harus mempelajari pokok persoalannya dan
menyeluruh atau tidak menggunakan memiliki keahlian untuk itu atau

51
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.2,Juli 2013 : 43 - 58

penentuannya menunggu sampai tindak lanjutnya sesuai dengan pasal


adanya keputusan pengadilan (IAI: 1365 KUH-Perdata.
2001).” Sedangkan dalam Jika terdapat laporan hasil
pemeriksaan khusus, kerjasama pemeriksaan itu terungkap adanya
dengan aparat penegak hukum pelanggaran disiplin Pegawai Negeri
diperlukan, oleh karena auditor bukan Sipil (PNS), maka sanksi yang dapat
merupakan aparat penyelidik ataupun diterapkan mengacu pada PP No. 30
penyidik. Tahun 1980. Kepala BPKP
Deputi bidang pengawasan melaporkan hasil pengawasannya atau
khusus melaksanakan pemeriksaan pemeriksaannya kepada menteri atau
khusus berangkat dari informasi awal pejabat lain yang bersangkutan,
yang diterima. BPKP dapat menerima termasuk Jaksa Agung, jika terdapat
informasi dari berbagai sumber mulai unsur TPK. Pelaporan hasil
dari Presiden, para menteri, hingga pemeriksaan khusus diarahkan untuk
masyarakat umum, sehingga BPKP menunjang kerjasama antara BPKP
dapat menetapkan prioritas sumber dengan Kejaksaan, serta untuk
informasi. Informasi awal juga dapat memudahkan pejabat yang berwenang
diterima dari deputi lain di lingkungan dalam mengambil tindak lanjut yang
BPKP. Informasi awal yang diterima diperlukan.
Deputi Bidang Pengawasan Khusus
harus didukung dengan bukti-bukti Pemberantasan Korupsi Dengan
yang obyektif, legal, dan cukup. Hal Pemeriksaan Khusus
inilah yang merupakan karakteristik Peran dan hasil pemeriksaan
khas pemeriksaan khusus ketiga. BPKP sangat jarang didengar oleh
Sebelum melaksanakan pemeriksaan masyarakat, walaupun seharusnya
khusus, telah disepakati oleh tim masyarakat mengetahui kinerja
pemeriksa khusus bahwa terdapat lembaga pemerintah tersebut. Apabila,
indikasi tindak pidana korupsi (TPK) hasil-hasil pemeriksaan BPKP
sesuai dengan Undang-Undang No. 3 dipublikasikan kepada masyarakat
Tahun 1971. luas, maka akan mengakibatkan tiga
Karakteristik pemeriksaan implikasi positif yaitu: (1) meningkatkan
khusus yang keempat adalah adanya kredibilitas pemerintah terutama jika
follow up atas laporan hasil hasil pemeriksaan tersebut diikuti
pemeriksaan kecurangan berupa dengan penegakan hukum, (2)
tindakan legal. Laporan hasil masyarakat akan lebih antusias dalam
pemeriksaan dapat berupa hasil memberikan informasi mengenai
penghitungan besarnya kerugian tindak pidana korupsi kepada BPKP,
negara atau hasil pengungkapan dan (3) secara psikologis mencegah
kasus kriminal ekonomi. Apabila kasus aparat pemerintah yang berpotensi
kecurangan tersebut berhubungan melakukan tindak pidana korupsi, atau
dengan TPK, maka laporan hasil merupakan efek preventif.
pemeriksaan dapat ditindaklanjuti Sebenarnya kunci kesuksesan
dengan tuntutan pidana sesuai dengan pelaksanaan audit forensik terletak
UU No. 3 Tahun 1971. Revisi UU No. 3 pada pelaksananya, yaitu auditornya
Tahun 1971 tersebut adalah UU No. sendiri. Seorang auditor forensik
20 Tahun 2001. Jika kasus yang dituntut untuk selalu memperbaharui
ditangani oleh tim pemeriksaan khusus pengetahuannya secara terus menerus
tersebut berupa kasus perdata, maka dan memperkaya pengetahuannya
dengan kemampuan lain yang

52
Peran Audit Forensik Dalam Pemberantasan Korupsi (Mursalin)

menunjang misalnya pengetahuan Indonesia). Sedangkan pers sangat


tentang perpajakan, asuransi, pasar berperan menjadi penghubung atau
uang dan saham, peraturan perbankan alat komunikasi antara publik dengan
di Indonesia maupun negara-negara elemen-elemen lainnya. Selain itu,
lainnya, dan sebagainya. Pengetahuan para mahasiswa sebagai ’wakil’
yang komprehensif terhadap suatu masyarakat di perguruan tinggi
masalah akan mempertajam intuisi dan termasuk yang berperan amat penting
hal ini amat dibutuhkan dalam dalam masalah ini.
melakukan audit. Auditor khusus Hal penting yang perlu dicatat
haruslah menutup semua celah yang bahwa ’rumah itu berdiri di atas dasar
mungkin dapat dimanfaatkan oleh para kehidupan politik yang kondusif’.
koruptor selain melalui kerjasama Apabila ilmu audit forensik ini sudah
dengan para praktisi dan pakar bidang dikenal dan diaplikasikan secara luas
yang terkait, juga dengan pengetahuan oleh para akuntan, baik akuntan
terhadap permasalahan yang pemerintah maupun akuntan publik,
dihadapinya. Disamping itu membekali maka kiprah akuntan akan lebih
diri dengan mental yang kuat, tahan terdengar oleh masyarakat awam,
godaan, dan mempunyai motivasi yang karena selama ini seolah-olah timbul
kuat juga menjadi dasar seorang kesan dari masyarakat awam, bahwa
auditor forensik. akuntan merupakan profesi yang
Namun akuntan forensik tidak eksklusif dan lebih dekat dengan para
dapat berjalan sendiri dan berhasil pemilik kapital. Untuk menghilangkan
menuntaskan kasus-kasus korupsi kesan tersebut diperlukan kerjasama
tanpa peran penegak hukum dimana akuntan dari semua lini, baik akuntan
keduanya disebut sebagai pilar utama. pemerintah, akuntan publik, serta
Seorang auditor forensik bisa saja akuntan pendidik. Dewasa ini, para
mengungkap adanya tindak pidana praktisi akuntan perlu lebih melakukan
korupsi tetapi tidak berhak untuk gerakan-gerakan publik termasuk
melakukan proses hukum. Akuntan menunjukkan perannya dalam
dan penegak hukum bekerja dengan mengungkap kasus-kasus korupsi
perangkat peraturan-peraturan dan untuk lebih mendekatkan profesi
standar yang disusun dengan suatu akuntan dengan masyarakat awam
proses politik. Pressure groups dan dan terus menerus meningkatkan
kalangan pers merupakan pilar lainnya profesionalismenya serta
yang secara aktif dan terus-menerus kemampuannya untuk mempersempit
sebagai representasi dari masyarakat expectation gap, yang pada gilirannya
luas melempar diskursus-diskursus akan mempertegas keberpihakan
kepada publik untuk menjaga akuntan pada masyarakat. Pada masa
momentum dan menjaga pilar utama. ini sangatlah penting bagi para
Beberapa yang termasuk pressure akuntan untuk memposisikan dirinya
groups (semacam LSM) adalah; ICW dan menciptakan ruang gerak yang
(Indonesian Corruption Watch), lebih independen.
GEMPITA (Gerakan Masyarakat Perbedaan audit forensik
Peduli Harta Negara), KMPK (Komisi dengan audit laporan keuangan,
Masyarakat untuk Penyelidikan adalah sebagai berikut:
Korupsi), MTI (Masyarakat Transparasi

53
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.2,Juli 2013 : 43 - 58

Proses Pemeriksaan Proses Pemeriksaan


Khusus Laporan Keuangan
Informasi awal (ada Permintaan
indikasi tindak pidana Pemeriksaaan
korupsi) dari klien

Persiapan Persiapan
pemeriksaan pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan
Pelaksanaan
(bekerjasama dengan
kejaksaan) Pemeriksaan

Laporan pemeriksaan Laporan pemeriksaan (kepada


(kepada pihak-pihak pihak-pihak yg berkepentingan
terbatas) termasuk publik)
Jika ditemukan
penyimpangan
Tuntutan pidana Laporan pemeriksaan
korupsi, perdata, atau digunakan untuk
pelanggaran PNS pembuatan keputusan

Perbedaan secara garis besar antara proses Pemeriksaan Khusus (kiri) dengan
proses Audit Laporan Keuangan (kanan). (Arifin, 2002)

Strategi dalam Upaya mengidentifikasi atau mendeteksi


Pemberantasan Korupsi terjadinya korupsi bersifat detektif.
Analisis atas perbuatan- Sedangkan pada posisi setelah
perbuatan korupsi dapat didasarkan perbuatan korupsi terjadi upaya untuk
pada berbagai pilihan pendekatan. meyelesaikannya secara hukum
Berdasarkan pendekatan yang dipilih, dengan sebaik-baiknya bersifat
selanjutnya dapat dirumuskan strategi represif.
untuk pencegahan dan pemberantasan Strategi preventif harus dibuat
korupsi yang tepat. Praktik korupsi dan dilaksanakan dengan diarahkan
dapat dilihat berdasarkan aliran pada hal-hal yang menjadi penyebab
prosesnya, yaitu dengan melihatnya timbulnya praktik korupsi. Setiap
pada posisi sebelum perbuatan korupsi penyebab korupsi yang teridentifikasi
terjadi, pada posisi perbuatan korupsi harus dibuat upaya preventifnya,
terjadi dan pada posisi setelah sehingga dapat meminimalkan
perbuatan korupsi terjadi. penyebab korupsi. Di samping itu,
Pada posisi sebelum perbuatan perlu dibuat upaya yang dapat
korupsi terjadi upaya pencegahannya meminimalkan peluang untuk
bersifat preventif. Pada posisi melakukan korupsi.
perbuatan korupsi terjadi upaya

54
Peran Audit Forensik Dalam Pemberantasan Korupsi (Mursalin)

Strategi detektif harus dibuat dimasukannya akuntansi forensik


dan dilaksanakan terutama dengan dalam kurikulum perguruan tinggi yang
diarahkan agar apabila suatu menghasilkan tenaga akuntan.
perbuatan korupsi terlanjur terjadi Pendidikan akuntan forensik
maka perbuatan tersebut akan dapat merupakan sinergi dari pendidikan
diketahui dalam waktu yang singkat tinggi dan profesi akuntansi yang
dan akurat. Deteksi dini mengenai secara khusus dalam kurikulumnya
suatu tindakan korupsi dapat memberikan dasar-dasar ilmu hukum
mempercepat pengambilan tindak khusus yang berhubungan dengan
lanjut dengan tepat sehingga akan pembuktian dan alat bukti perkara.
menghindarkan kerugian lebih besar
yang mungkin timbul. Peran dan Tantangan Audit
Strategi represif harus dibuat Forensik untuk Pemberantasan
dan dilaksanakan terutama dengan Korupsi dalam Persfektif Fraud
diarahkan untuk memberikan sanksi Triangle
hukum yang setimpal secara cepat dan Fraud triangle adalah model
tepat kepada pihak-pihak yang terlibat yang menjelaskan alasan orang
dalam praktik korupsi. Dengan melakukan kecurangan termasuk
demikian, proses penanganan korupsi korupsi yang pertama kali
sejak dari tahap penyelidikan, diperkenalkan oleh Donald R. Cressy
penyidikan dan penuntutan sampai dalam disertasinya. Penelitian Cressy
dengan peradilan perlu dilkaji untuk diarahkan untuk mengetahui penyebab
dapat disempurnakan di segala dari orang-orang memutuskan untuk
aspeknya sehingga proses melakukan pelanggaran ”trust violator”.
penanganan tersebut akan dapat Penelitiannya menggunakan 200 orang
dilakukan secara cepat dan tepat. responden yang terdiri dari orang-
Audit forensik dalam kontek orang yang secara hukum telah
preventif, detektik, dan represif secara diputuskan oleh pengadilan sebagai
aksiomatik dapat mengambil pelaku kecurangan. Hasil penelitiannya
peranannya dengan menyediakan adalah orang melakukan kecurangan
pendekatan-pendektan yang efektif didorong oleh tiga hal yang disebutnya
dalam mencegah, mengetahui atau sebagai fraud triangle yaitu pressure,
mengungkapkan dan menyelesaikan perceived oppertunity, dan
kasus korupsi. Untuk kepentingan ini rationalitation.
audit forensik di Indonesia belum Cressy dalam disertasinya
banyak digunakan karena organisasi membahas bahwa seseorang
profesi akuntansi (baca: IAI) belum melakukan penggelapan karena
menetapkan standar dari penerapan didorong oleh kebutuhan akan uang
akuntansi forensik sebagai salah satu yang mendesak dan tidak mungkin
profesi akuntan. diceritakan kepada orang lain.
Audit forensik dan profesi Himpitan yang mendesak dan
akuntan forensik yang di negara- perasaan bahwa tidak ada orang yang
negara maju mengambil peran dapat membantu dalam temuan
strategik dalam pengungkapan Cressy dikenal dengan perceived non-
kecurangan termasuk korupsi di shareble need.
Indonesia belum begitu umum Situasi yang memunculkan
peranannya. Kondisi ini tidak terlepas perceived non-shareble need dalam
dari belum ditetapkannya standar penelitian Cressy dikelompokan
untuk profesi ini dan belum menjadi enam yaitu violation of

55
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.2,Juli 2013 : 43 - 58

ascribed obligation, problem resultig saya adalah beberapa alasan yang


from personal failure, business cukup sering dilontarkan oleh koruptor.
reversals, pysical isolation, status Audit forensik dengan
gaining, dan employer-emloyee pendekatannya yang efektif dalam
relation. Ini berarti perceived non- mengungkap dan menyediakan alat
shareble need tidak hanya bukti tindak kejahatan korupsi di
berhubungan dengan kebutuhan hidup pengadilan dalam perspektif fraud
yang mendesak akan tetapi lebih pada triangle tentu memiliki aplikasi yang
kebutuhan untuk memperoleh status luas. Audit forensik dengan profesi
lebih tinggi atau mempertahankan akuntan forensiknya dapat
status yang sudah ada. menghambat keyakinan dari pelaku
General information dan atau calon pelaku korupsi bahwa ada
technical skills adalah dua dimensi peluang untuk melakukan korupsi dan
utama yang dipandang oleh pelaku tidak ada profesi atau lembaga yang
kecurangan sebagai peluang. Untuk akan mampu mengungkapkannya.
melakukan kecurangan seseorang Keyakinan bahwa tindakan-
tidak cukup hanya dengan dorongan tindakan korupsi tidak akan diketahui
tekanan kebutuhan. Informasi yang baik dalam bentuk transactive
dimiliki membentuk keyakinan bahwa corruption, autogenic corruption,
karena kedudukan dan kepercayaan nepotistic corruption investive
institusi yang melekat pada dirinya, corruption, exortive corruption maupun
maka kecurangan yang dilakukannya defensive corruption menjadi terbatasi
tidak akan diketahui. Untuk melakukan karena ada profesi kompeten yang
kecurangan atau korupsi komponen akan menginvestigasi. Dalam kontek
berikutnya dari opportunity adalah ini akuntansi forensik berperan sebagai
kemampuan atau keahlian untuk strategi preventif untuk mencegah
melakukannya. Tanpa kemampuan tindak pidana korupsi karena ada
yang memadai menyembunyikan kekawatiran dari pelaku bahwa korupsi
kecurangan atau korupsi tentu tidak yang dilakukan dengan mudah akan
mungkin untuk dilakukan apalagi untuk terungkap oleh para akuntan forensik.
kasus-kasus korupsi yang bersifat Audit forensik juga dapat
sistemik. mengambil peranan dalam upaya
Sisi segitiga kecurangan yang pengungkapan tindak pidana korupsi
ketiga adalah rationalitation. Orang atau strategi detektif. Secara sistemik
sebelum memutuskan tindakan prosedur-prosedur investigasi dalam
kecurangan sebagai solusi dari audit forensik memang berbeda dari
permasalahan yang menghimpitnya audit pada umumnya. Audit forensik
tentu terlebih dahulu akan mencari yang sejak awal memang dirancang
alasan pembenar atas tindakannya. guna mengumpulkan dan
Alasan pembenar merupakan menyediakan bukti untuk kepentingan
motivator yang penting dalam persidangan di pengadilan akan
pengambilan keputusan utuk menghasilkan temuan audit yang lebih
melakukan tindakan ilegal. Alasan- bermanfaat dibandingkan dengan audit
alasan seperti saya akan melakukan umum yang disediakan oleh jasa
korupsi karena orang lain juga profesi akuntan. Dalam kontek strategi
melakukan, saya pantas melakukan detektif audit forensik menerapkan
korupsi karena ini adalah hak saya prosedur-prosedur investigasi unik
karena proyek ini ada atas perjuangan yang memadukan kemampuan
investigasi bukti keuangan dengan

56
Peran Audit Forensik Dalam Pemberantasan Korupsi (Mursalin)

muatan transaksinya dengan Belum tersedianya lembaga dan


investigasi tindakan pidana dengan standar profesi auditor dan akuntan
muatan untuk mengobservasi niat atau forensik merupakan tantangan bagi
modus operandi dari pelakunya. profesi akuntansi di Indonesia untuk
Peran audit forensik dan mengoptimalkan peran profesi dalam
akuntan forensik di negara maju dalam penanganan masalah nasional
pengungkapan dan penyelesaian khususnya pengungkapan dan
kasus kecurangan termasuk korupsi penanganan kasus korupsi.
sangatlah besar. Sayangnya Indonesia
belum memiliki lembaga legal untuk DAFTAR PUSTAKA
profesi dan juga institusi pendidikan
formal untuk menghasilkan akuntan Ackerman, Susan Rese. 1999.
forensik yang kompeten. Kondisi ini Ekonomi Politik Korupsi dalam
tentu membutuhkan perhatian dari Elliott, Kimberly Ann, Ed (19;
profesi akuntan di Indonesia (baca: IAI) X9) Korupsi dan Ekonomi
khususnya dari kompartemen akuntan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor
pendidik maupun kompartemen Indonesia.
lainnya. Perhatian tersebut dapat Adji, Indriyanto Seno. 1999. Menuju
berupa sumbangan kajian empiris atau UU Tindak Pidana Korupsi yang
konseptual mengenai bagaimana Efektif. Kompas Online, http
kelembagaan ideal dari profesi www kompas
akuntan forensik di Indonesia dan com/9709/25/OPINIl menu html.
bagaimana sistem pendidikan dan Alatas, Syed Hussain. 1987. Korupsi
kurikulum ideal untuk menghasilkan Sifat, Sebab dan Fungsi.
tenaga akuntan forensik yang Jakarta: LP3ES.
kompeten. Penelitian empiris juga Arifin, Johan. 2001. Strategi Di Bidang
penting dilakukan untuk menguji Auditing Dalam Upaya
tipologi korupsi dan relevansi model Pemberantasan Korupsi Di
fraud triangle yang mendorong orang Lingkungan Lembaga
melakukan tindakan korupsi di Pemerintahan. Media
Indonesia. Akuntansi. Yogyakarta: UII.
BPKP. 1999. Strategi Pemberantasan
Kesimpulan Korupsi Nasional, Jakarta,
Audit forensik merupakan Maret.
formulasi yang dapat dikembangkan Busse, Laurence. 1996. The
sebagai strategi preventif, detektif, dan Perception of Corruption: A
persuasif melalui penerapan prosedur Market Discipline Corruption
audit forensik atau investigasi yang Model (MDCM). Goizueta
bersifat litigation suport untuk Business School, Emory
menghasilkan temuan dan bukti yang University, Atlanta, Georgia
dapat digunakan dalam proses U.S.A,
pengambilan putusan di pengadilan. http://userwww.service.emory.e
Belum tersedianya institusi yang du/%20tyavero/ip/project2. html.
menghasilkan tenaga audit forensik Charterji AN. 2009. Forensic Auditing.
memerlukan upaya dari institusi (Diunduh tanggal 15 Mei 2014).
penyelenggara pendidikan dalam Glendoh. 1997. Kejahatan Korupsi.
menyediakan kurikulum yang http://www.petra..ac.id/english/s
membekali lulusan dengan kompetensi cience/ social/korup. html.
akuntansi forensik.

57
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.2,Juli 2013 : 43 - 58

Glynn, Patric et.al. 1999. Globalisasi Tahun 1980 tentang Peraturan


Korupsi dalam Elliott, Kimberly Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Ann, Ed (1999). (Diunduh tanggal 15 Mei 2014).
Johnston, Michael. 1999. Pejabat Shleifer, Andrei and Robert. W. Vishny.
Pemerintah, Kepentingan 1993. Corruption. Quarterly of
Swasta, dan Demokrasi Journal Economy. Vol. CVIII,
Berkelanjutan: Ketika Politik dan August 1993. MIT Press,
Korupsi Bertemu dalam Elliott, Cambridge, Massachusetts, pp
Kimberly Ann, Ed (1999) 598-617.
Korupsi dan Ekonomi Dunia. Silalahi, T.B. 1997. Tak Perlu Dibentuk
Jakarta: Yayasan Obor Badan Antikorupsi. Kompas
Indonesia. Online. http:.//www-
Kompas. 1996. WTO Bahas Isu kompas.com/9706/23/POLITIK/t
Korupsi, ak-html.
http://www.kompas.com/9604/2 Thamrin, Muh. Husni. 2000. Korupsi di
5/% 20UTAMA/wtob.html Lubis, Indonesia, Dimana Kita Harus
Mochtar dan Jarnes C. Scott ed. Memberantasnya? ICW Materi
1988. Bunga Rampai Korupsi. Pelatihan Anti Korupsi.
Jakarta: LP3ES. Tuanakotta, Theodorus M. 2010.
Mauro, Paolo. 1995. Corruption and Akuntansi Forensik dan Audit
Growth. Quarterly Journal of Investigasi. Edisi Kedua.
Economics. August, pp 681- Jakarta: Penerbit Salemba
712. Empat.
Media Indonesia Online. 1997. Korupsi www.bpkp.go.id/unit/inspektorat.
Membuat Investor Menyingkir, www.antikorupsi.org.id.
Pertemuan Bank Dunia-IMF
Ditutup.
http://www.rad.net.id/online/med
iaind/publik/9709/26/MIOI-
04.26. html.
Mugirahardjo. 1997. Korupsi Dalam
Menyongsong Era Liberalisasi.
Suara Pembaruan Online,
http://www.suarapembaruan.co
m/News/1997/02/250297/
OpEd/opdO1/opd01. html1.
Pusat Pendidikan dan Latihan BPKP.
1997. Fraud Auditing. Modul
Pelatihan Diklat Sertifikasi
Jabatan Fungsional Auditor.
Presiden Republik Indonesia. 2001.
Undang-undang No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
(Diunduh tanggal 15 Mei 2014).
Presiden Republik Indonesia. 1980.
Peraturan pemerintah No. 30

58

Anda mungkin juga menyukai