NIM : 1701103010068
BAB 3
Lingkup akuntansi forensik sangat spesifik untuk lembaga yang menerapkannya atau untuk
tujuan melakukan audit investigatifnya.
G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist, dua penulis perintis mengenai akuntansi forensik
mengemukakan beberapa istilah dalam pembendaharaan akuntansi, yakni: Fraud auditing,
forensic accounting, investigative accounting, ligation support, dan valuation analysis.
Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukannya indikasi awal adanya fraud. Berikut
penjelasan singkat dari beberapa jasa forensik:
1. analityc forensic technology – ini adalah jasa-jasa yang dikenal sebagai coputer forensic.
2. fraud Risk Management – serupa dengan FOSA dan COSA.
3. FCPA Reviews and Investigations – FCPA adalah undang-undang di Amerika Serikat
yang memberikan sanksi hukum kepada entitas tertentu atau pelakunya yang menyuap
pejabat atau penyelenggara negara di luar wilayah Amerika Serikat.
4. Anti Money Laundering Services – jasa yang diberikan kantor akuntan ini serupa dengan
FOSA, namun orintasinya adalah potensi pelanggaran terhadap undang-undang
pemberantasa pencucian uang.
5. Whistleblower Hotline – Whistleblower memberikan informasi (tip off) secara diam-diam
atau tersembunyi (anonymous) tentang fraudyang sudah atau sedang berlangsung.
6. Business Intelligence Services – memberikan jasa mata-mata untuk melakukan pekerjaan
detektif.
ASSET RECOVERY
Asset Recovery adalah upaya pemulihan kerugian dengan cara menemukan dan menguasai
kembali aset yang dijarah, misalnya dalam kasus korupsi, penggelapan dan pencucian uang.
Expert Witness
Pemberian jasa forensik berupa saksi ahli di pengadilan negara-negara Anglo Ssaxon begitu
lazim, sehingga seorang praktisi menulis :
Sercara teknis, “Akuntansi Forensik” berarti menyiapkan seorang akuntan menjadi saksi ahli
dalam ligitasi, sebagai bagian dari tim penuntut umum atau pembela dalam perkara yang
berkenaan dengan fraud. Namun, dalam perkembangan selanjutnya istilah “akuntansi
forensik” bermakna sama dengan prosedur akuntansi investigatif”.
Di Amerika Serikat, ada persyaratan yang harus dipenuhi agar pengetahuan tertentu dapat
digunakan sebaai dasar untuk keterangan saksi ahli.
Akuntansi forensik pada dasarnya menangani fraud. Respon dari para penyedia jasa forensik
(KAP, agen sekuriti dna firma hukum) terhadap jenis fraud yang sering terjadi, penangkap
fraud (anti-fraud controls) yang dapat menekan kerugian yang diakibatkan oleh fraud , dan
hal-hal apa yang membantu terungkapnya fraud.
Praktik akuntansi forensik pada sektor pemerintahan serupa dengan sektor swasta hanay saja
perbedaannya adalah bahwa tahap-tahap dalam seluruh rangkaian akuntansi forensik terbagi-
bagi di antara berbagai lembaga. Masing- masing lembaga tersebut mempunyai mandat dan
wewenang yang diatur dalam konstitusi, undang-undang atau ketentuan lainnya. Mandat dan
wewenang ini akan mewarnai lingkup akuntansi forensik yang diterapkan.
AKUNTANSI FORENSIK DI SEKTOR PUBLIK DAN SWASTA
Ciri dari anggot satu prfesi adalah ia tunduk pada kode etik profesinya. Hal yang sama berlaku
untuk kuntan forensk.
Howard R. Davia memberi lima nasihat kepada seorang auditor pemula dalam melakukan
investigasi terhadap fraud. Nasihat Davia dapat dirumuskan sebagai berikut.
Dengan lima nasihat Davia itu, kita mempunya gambaran mengenai atribut khas dar seorang
fraud auditor, investigato, forensic accountant atau yang sejenisnya (penyeliik, penyidik,
penuntut umum, dan lain-lain).
Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi
secara adil (fair), tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundang-undangan, dan akurat,
serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secra akurat dan lengkap. Pemerika fraud harus
mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.Pemeriksa fraud harus mempunyai kemmapuan
teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan
terhadapnya.
Robert J. Lindquist membagikan kuisioner kepada staf Peat Marwick Lindquist yang berisi
pertanyaan kualitas apa saja yang harus dimiliki akuntan forensik dan jawabannya beragam
diantaranya;
1. Kreatif,
2. Ras ingin tahu,
3. Tak menyerah,
4. Akal sehat,
5. Business sense
6. Percaya diri
Tiga sikap dan tindak pikir yang selalu harus melekat pada diri seorang auditor, yakni
independen, objektif, dan skeptis. Ketiga sikap dan tidak pikir juga tidak dapat dipisahkan dari
pekerjaan akuntan forensik.
Para akuntan dan praktisi hukum mengenal kode etik. Kode etik merupakan bagian dari
kehidupan berprofesi. Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya,
dengan pemakai jasanya dan stakeholder lainnya, dan dengan masyarakat luas.
Kode etik berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bsgi esksistensi profesi. Profesi bisa eksis
karena ada integritas, rasa hormat dan kehormata adri pengguna stakeholder lainnya.
Akuntan publik memiliki Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). SPAP memuat standar-
standar audit, atestasi, pengendalian mutu, dan lain-lain. Secara sederhana, standar adalah ukuran
mutu. Oleh karena itu, dalam pekerjaan audit, para auditor ingin menegaskan adanya standar
tersebut. Dengan standar ini pihak yang diaudit (auditee, pihak yang memakai laporan audit, dan
pihak-pihak lain dapat mengukur mutu kerja si auditor. Standar tersebut adalah;
TATANAN KELEMBAGAAN
Pertama, membahas tatanan kelembagaan dari perkembangannya lintas waktu. Pendekatan ini
menekankan check and balance dalam sistem pemerintahan. Check and balance dapat
mendorong pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Kedua, membahas tatanan kelembagaan yang khusus menangani pemberantasan korupsi, dari
perkembangannya lintas waaktu. Pendekatan ini menunjukkan apakah pemerintah secara historis
mempunyai komitmen memberantas korupsi.
TATANAN KELEMBAGAAN
Lembaga semacam BPK dikenal dalam sistem ketatatanan negara-negara demokrasi yang
dikenal dengan nama generiknya adalah Supreme Audit Institutions (SAI). SAI adalah lembaga-
lembaga di tingkat nasional yang bertanggung jawab untuk mengaudit penerimaan dan belanja
negara. Tujuan utama SAI adalah mengawasi pengelolaan keuangan negara dan kualitas serta
kredibilitas pelaporan keuangan pemerintah. SAI menyampaikan informas yang dibutuhkan
lembaga perwakilan rakyat dan masyarakat luas, dan membuat pemerintah akuntabel terhadao
pengelolaan keuangan negara dan aset negara. Dengan tujuan utama ini, SAI dapat bertindak
untuk membatasi peluang bagi malpraktik di bidang keuangan negara dan penyalahgunaan
kekuasaan. SAI adalah salah satu dari pilar-pilar utama integritas nasionl di negaranya.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri pada tanggal 29 Desember tahun 2003
bukanlah lembaga pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia. KPK didirikan karena
kelemahan aparat penegak hukum di bidang penyelidikan dan penyidikan (kepolisian dan
kejaksaan) dalam menghadapi tuntutan konvensi pemberantasan korupsi PBB (United Nations
Convetions Against Corruption – UNCAC). Sesudah KPK berdiri, dalam era pemerintahan SBY
lahir Tim Pemburu Koruptor dan Timtastipikor yang di komandoi oleh pimpinan Kejaksaan
Agung.
Tim Terpadu Pemburu Koruptor atau lebih dikenal dengan Tim Pemburu Koruptor yang
dibentuk pemerintah melalui Menko Politik, Hukum dan Keamanan pada 17 Desember 2004.
Kemudian, ada Tim Pembarantasan Tindak Pidana Korupsi yang lebih dikenal dengan Tintas
Tipikor yang lebih dikenal dengan nama Tintas Tipikor yang dibentuk berdasarkan Keppres
No.11 Tahun 2005 beranggotakan 48 orang dari kejaksaan, kepolisian, dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembagunan (BPKP).
ANTI-CORRUPTION AGENCIES
Lembaga semacam KPK yang secara generik di kenal sebagai Anti-Corruption Agencies (ACA).
Ada dua model ACA, yaknik multi-agency dan single agency. Negara yang menerapkan multi-
agency model memanfaatkan lembaga-lembaga penegak hukum yang sudah ada (seperti
kepolisian, kejaksaan, pengawas pasar modal, pengawas perbankan/bank sentral, lembaga
ombudman, dll) dan membagun satu lembaga khusu. Indonesia contoh negara yang menerapkan
multi-agency. Hongkong dan Singapura menganut single-agency .
Tidak ada istilah generik untuk “audit” dalam kosa kata pemerintahan (administrasi negara).
Yang ada adalah “pemeriksaan” untuk audit esktern dan “ pengawasan” untuk audit intern.
Landskap audit pemerintahan dapat diringkas dalam matriks berikut.
PENGADILAN TIPIKOR
Pada tanggal 19 Desember 2006 Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan atas judicial
review terhadap Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidanan Korupsi. Permohonan judicial Review itu diajukan oleh beberapa tersangka dalam
kasus tindak pidana korupsi Komisi Pemilihan Umum. Pada tanggal 29 Oktober 2009, Undang-
Undang Nomor 46 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi diundangkan. Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi merupakan pengadilan khusus yang berada di dalam peradilan umum.
Dari pantauan Indonesia Corruption Watch (ICW) selama lima tahun terakhir, komitmen
pengadilan umum justru dipertanyakan. Banyak terdakwa kasus korupsi yang diadili pengadilan
umm, yang semuanya terdiri atas hakim karier, justru dibebaskan. Ini berbeda dari Pengadilan
Tipikor, yang memadukan hakim karier dan hakin ad hoc yang selama ini tidak pernah
membebaskan terdakwa korupsi dari hukuman.
Pantauan ICW yang menemukan bahwa hakim karier banyak membaskan terdakwa korpsi tidak
membuat kaget ahli hukum dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Muhammad Jamin.
“Karena kinerja peradilan umum tidak maksimal dalam menangani kasus korupsi, Pengadilan
Tipikor dibentuk”, katanya. Namun diakuinya, banyak faktor yang membuat terdakwa
dibebaskan di pengadilan umum.