Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini hingga selesai. Makalah
ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah FGD Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabya, serta untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dan kontribusi
dari berbagai pihak, baik bantuan yang berupa materi maupun bantuan dukungan moral. Oleh
sebab itu pada kata pengantar ini kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Dosen Mata
Kuliah Kedokteran Keluarga dalam membimbing serta mengarahkan kami dalam proses
penyususan makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 11 Desember 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan
1. Tujuan khusus..............................................................................2
2. Tujuan umum...............................................................................2
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Skenario dan Inventarisasi Masalah.........................................................3
B. Analisis dan Pembahasan.........................................................................7
BAB III RENCANA PROGRAM
A. Upaya/Kegiatan Pencegahan....................................................................9
B. Upaya Memberikan Penyuluhan Kesehatan............................................9
C. Upaya/Kegiatan Perbaikan Lingkungan..................................................9
BAB IV PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS
A. Urutan Prioritas Kegiatan.........................................................................11
B. POA (Plan of Activity).............................................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................16
B. Saran ........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel darah putih
di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang
yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu
membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian, orang tersebut dapat menularkan
virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi
penggunaan alat suntik dengan orang lain (KPAD Kab. Jember, 2015).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit
yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah
terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran
penernaan, otak dan kanker. (KPAD Kab. Jember, 2015).
Menurut data Kemenkes RI (2015), pada tahun 2010-2012 Jumlah kasus baru HIV
positif di Indonesia cukup stabil, kemudian pada tahun 2013 dan 2014 kembali
mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2010 jumlah kasus baru HIV positif
sebesar 21.591 kasus kemudian meningkat secara signifikan pada tahun 2014 yaitu
sebesar 32.711 kasus baru. Peningkatan jumlah kasus baru AIDS selalu terjadi setiap
tahunnya, hingga puncaknya pada tahun 2013 tercatat 10.163 kasus kemudian terjadi
penurunan jumlah kasus baru pada tahun 2014 yaitu sebesar 5.494 kasus dengan jumlah
kumulatif kasus AIDS sampai dengan akhir 2014 sebesar 65.790 kasus.

Penggunaan obat Antiretroviral (ARV) kombinasi pada tahun 1996 mendorong


revolusi dalam pengobatan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di seluruh dunia.
Meskipun belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh dan menambah
tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara
dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas
hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan
AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap
sebagai penyakit yang menakutkan (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan kasus HIV/AIDS yang terjadi di Provinsi Jawa Timur perlu adanya
penanggulangan yang dilakukan untuk menurunkan angka kejadian dari kasus HIV/AIDS
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menurunkan angka kejadian HIV/ AIDS di Provinsi Jawa Timur ?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Menurunkan angka kejadian. HIV/ AIDS di Provinsi Jawa Timur
B. Tujuan Khusus
1. Upaya / kegiatan pencegahan HIV/ AIDS
2. Upaya / kegiatan perbaikan lingkungan di Provinsi Jawa Timur
3. Upaya / kegiatan dalam pengendalian masyarakat di Provinsi Jawa Timur
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah dan Faktor Risiko


1. Skenario

HIV/AIDS

Propinsi Jawa Timur terletak di ujung timur Pulau Jawa, beribu kota Surabaya. Sejak
tahun 1987 hingga 2018 jumlah kasus HIV/AIDS di Jawa Timur semakin meningkat dan saat
ini merupakan salah satu dari 10 propinsi dengan kasus HIV/AIDS yang tertinggi di
Indonesia. Saat ini kasus HIV/AIDS terbanyak mengenai ibu rumah tangga dan ditempat
kedua karyawan swasta (Riskesdas 2018). Jawa Timur sebagai propinsi yang besar memiliki
penduduk beraneka ragam baik dari suku bangsa, pekerjaan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan walaupun mayoritas penduduknya beragama Islam. HIV/AIDS sendiri masih
merupakan stigma di masyarakat, berbagai pandangan dan perlakuan negatif diberikan
kepada penderita HIV/AIDS sehingga para penderita cenderung untuk tidak mau berobat atau
menjalani tes diagnostik karena malu.
Mengingat HIV/AIDS pada ibu atau calon ibu dapat ditularkan kepada janinnya maka
Pelayanan Kesehatan Primer seperti puskesmas di berbagai kabupaten di Jawa Timur telah
menjalankan program pemeriksaan HIV/AIDS gratis bagi ibu ataupun calon ibu yang dinilai
berisiko mengidap HIV/AIDS namun kesediaan ibu ataupun calon ibu untuk memeriksakan
diri masih rendah.
Adanya lokalisasi PSK di beberapa tempat di Jawa Timur membantu pemantauan
kasus dalam rangka surveilans HIV/AIDS. Tahun 2018 oleh pemerintah kota Surabaya telah
dilakukan penutupan salah satu lokalisasi terbesar di Asia. Hal ini menimbulkan masalah
baru dalam surveilans kasus HIV/AIDS. Sebagai Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, apa
yang dapat anda lakukan untuk mencegah penularan dan memantau kejadian HIV/AIDS ini.

2. Identifikasi Masalah
Dari skenario , masalah yang terjadi yaitu :
a. Kasus HIV/AIDS di Jawa Timur semakin meningkat dan saat ini merupakan salah
satu dari 10 propinsi dengan kasus HIV/AIDS yang tertinggi di Indonesia.
b. Kasus HIV/AIDS terbanyak mengenai ibu rumah tangga dan ditempat kedua
karyawan swasta
c. Pandangan dan perlakuan negatif diberikan kepada penderita HIV/AIDS sehingga
para penderita cenderung untuk tidak mau berobat
d. Ibu ataupun calon ibu yang dinilai berisiko mengidap HIV/AIDS memiliki kesedian
diri rendah untuk diperiksa

3. Tabel Scoring

  MASALAH

PARAMETER A B C D

Prevelance 5 4 4 4

Severity 4 4 4 3

Rate % increase 5 3 5 5

Degree of unmeet
5 4 4 3
need

Social Benefit 5 5 4 3

Public Concern 5 3 5 4

Technical
4 4 4 3
feasibility study
Resources
5 4 5 5
Availlability

JUMLAH 37 31 35 30

RERATA (sesuai
4,6 3,8 4,3 3,7
jumlah parameter)

Keterangan :
A : Kasus HIV/AIDS di Jawa Timur semakin meningkat dan saat ini merupakan salah
satu dari 10 propinsi dengan kasus HIV/AIDS yang tertinggi di Indonesia.
B : Kasus HIV/AIDS terbanyak mengenai ibu rumah tangga dan ditempat kedua
karyawan swasta
C : Pandangan dan perlakuan negatif diberikan kepada penderita HIV/AIDS sehingga
para penderita cenderung untuk tidak mau berobat
D : Ibu ataupun calon ibu yang dinilai berisiko mengidap HIV/AIDS memiliki kesedian
diri rendah untuk diperiksa

Berdasarkan Tabel Scoring di atas didapatkan hasil dari 4 masalah diatas yaitu terjadi
peningkatan kasus HIV/AIDS di Jawa Timur dan saat ini merupakan salah satu dari 10
propinsi dengan kasus HIV/AIDS yang tertinggi di Indonesia.

4. Fishbone
PROSES MASUKAN
Kasus HIV terbanyak terjadi pada
ibu rumah tangga dan ditempat
kedua yaitu karyawan swasta

Penutupan salah satu


lokalisasi PSK yang
menimbulkan masalah dalam
serveilans kasus HIV/AIDS Tingkat pemahaman
masyarakat yang masih
Suku bangsa, pekerjaan
rendah mengenai HIV/AIDS
serta tingkat pendidikan
dan pengetahuan yang
beraneka ragam

Peningkatan
Kejadian HIV/AIDS

Penderita tidak mau berobat


atau menjalani tes diagnostic
karena malu

Ketersediaan ibu ataupun


calon ibu untuk
memeriksakan diri masih
Stigma negatif yang diberikan kepada penderita
rendah
HIV/AIDS

LINGKUNGAN
B. Identifikasi Masalah dan Faktor Risiko
1. Analisis
Dari hasil identifikasi masalah diatas kami mendapatkan kesimpulan bahwa
kejadian peningkatan kasus HIV/AIDS di Jawa Timur disebabkan karena Jawa Timur
merupakan salah satu kota besar di Indonesia sehingga memiliki penduduk yang
beraneka ragam. Dan yang menjadi salah satu faktor pemicunya adalah, di Kota
Surabaya terdapat salah satu lokalisasi terbesar di Asia dan tepat pada tahun 2018
oleh pemerintah kota Surabaya telah dilakukan penutupan lokalisasi tersebut. Dimana
pada tempat lokalisasi tersebut dapat menjadi wadah maupun sumber penularan dari
HIV/AIDS itu sendiri.

2. Pembahasan
a. Kasus HIV/AIDS di Jawa Timur semakin meningkat dan saat ini merupakan
salah satu dari 10 propinsi dengan kasus HIV/AIDS yang tertinggi di
Indonesia.
Jumlah kasus HIV di Indonesia tumbuh dengan cepat, baik dari sisi
wilayah penyebaran maupun pola penyebaran. Dari sisi wilayah, virus HIV
telah menyebar ke hampir seluruh wilayah di Indonesia. Jika pada awalnya
hanya provinsi-provinsi tertentu saja yang rawan terhadap penyebaran virus
HIV, sekarang tidak ada lagi provinsi yang kebal terhadap penyebaran virus
tersebut. Tingginya kasus HIV/AIDS di Jawa Timur mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya banyaknya lokalisasi khusus PSK dan
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penularan HIV/AIDS.
b. Kasus HIV/AIDS terbanyak mengenai ibu rumah tangga dan ditempat kedua
karyawan swasta
Penyebaran HIV saat ini tidak hanya menyerang orang berperilaku
risiko tinggi, melainkan juga kepada ibu rumah tangga (16.844 orang) yang
aktifitasnya banyak dirumah mengurus anak-anak namun tertular oleh suami
mereka sendiri yang melakukan hubungan seksual tidak aman atau memakai
jarum suntik tidak steril. Jika dirinci dari jenis pekerjaan atau status sejak
1987-2018, maka ibu rumah tangga adalah penderita AIDS tertinggi, yakni
15.410 orang. Kemudian status karyawan adalah tertinggi kedua atau 15.026
orang, dan wiraswasta adalah yang tertinggi ketiga atau 14.331 orang. “Ibu
rumah tangga adalah yang tertinggi, karena ditularkan lewat pasangannya.
Mereka rupanya tak tahu atau tak paham kalau suaminya mengidap HIV dan
kemudian tertular. Ironisnya lagi ketika istri kemudian hamil dan menularkan
virus pada bayinya. Hal ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus
HIV di Indonesia. Meningkatnya jumlah kasus HIV dikalangan ibu rumah
tangga salah satunya akibat kurangnya pengetahuan mereka tentang
pencegahan dan faktor penyebab penularan HIV AIDS. Begitupula yang
terjadi pada karyawan swasta.
c. Pandangan dan perlakuan negatif diberikan kepada penderita HIV/AIDS
sehingga para penderita cenderung untuk tidak mau berobat
Salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan dan
penanggulangan Human Imunnodeficiency Virus/Acquired Immune
Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Indonesia adalah masih tingginya
stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Stigma
berasal dari pikiran seorang individu atau masyarakat yang memercayai bahwa
penyakit AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat. Stigma terhadap ODHA tergambar dalam sikap
sinis, perasaan ketakutan yang berlebihan, dan pengalaman negatif terhadap
ODHA. Banyak yang beranggapan bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS
layak mendapatkan hukuman akibat perbuatannya sendiri. Mereka juga
beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
penularan HIV/AIDS. Hal inilah yang menyebabkan orang dengan infeksi
HIV menerima perlakuan yang tidak adil, diskriminasi, dan stigma karena
penyakit yang diderita. Isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan
penolakan dalam berbagai lingkup kegiatan kemasyarakatan seperti dunia
pendidikan, dunia kerja, dan layanan kesehatan merupakan bentuk stigma
yang banyak terjadi. Tingginya penolakan masyarakat dan lingkungan akan
kehadiran orang yang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA
harus hidup dengan menyembunyikan status dan enggan untuk berobat.
d. Ibu ataupun calon ibu yang dinilai berisiko mengidap HIV/AIDS memiliki
kesedian diri rendah untuk diperiksa
Inti dari kegiatan pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi
adalah strategi dalam mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS dari ibu ke
bayi pada ibu hamil yang telah terinfeksi HIV. Sebaiknya ibu atau calon ibu
yang menderita HIV/AIDS mengikuti layanan ANC terpadu termasuk
penawaran dan tes HIV, diagnosis HIV, pemberian terapi ARV, persalinan
aman, tatalaksana pemberian makanan bagi bayi, mengatur kehamilan dan
keluarga berencana, pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak,
dan pemeriksaan diagnostik HIV pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV
(Kemenkes, 2012). Namun hal ini enggan dilakukan karena beberapa faktor,
salah satu faktor terbesar yaitu malu dan takut akan stigma/ pandangan
masyarakat tentang negatifnya penderita HIV/AIDS. Kemungkinan kedua
mungkin ibu atau calon ibu tidak mengetahui dirinya mengidap HIV/AIDS
dan tidak pernah menduga hal itu sebelumnya sehingga tidak pernah
memeriksakan diri.
BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM

A. Upaya / Kegiatan Pencegahan terhadap HIV/AIDS


1. Upaya pencegahan bisa dengan memberikan penyuluhan mengenai apa saja faktor
yang menyebabkan kejadian HIV/AIDS
2. Memberikan informasi kepada masyarakat dalam menghadapi HIV/AIDS seperti :
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap HIV AIDS.
 Mempromosikan aksi pencegahan HIV AIDS melalui pendidik sebaya ke
mahasiswa kedokteran, masyarakat, dan populasi kunci di Indonesia.
 Mengedukasi masyarakat maupun mahasiswa kedokteran dalam mencegah
HIV/AIDS sesuai dengan prinsip ABCDE yang dianut oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
 Mempromosikan dan memfasilitasi pelaksanaan deteksi dini HIV melalui
Konseling dan Tes Sukarela (KTS).
 Mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap populasi kunci maupun
Orang dengan HIV AIDS di Indonesia.

B. Upaya/Kegiatan dalam Pengendalian Masyarakat di Jawa Timur


1. Masyarakat di Jawa Timur agar menghindari perilaku seks bebas dan tetap setia
pada pasangan/tidak berganti-ganti pasangan, atau melakukan seks secara “aman”.
2. Apabila akan menjalani transfusi darah, pastikan bahwa darah dan alat-alatnya
steril dan telah melalui tes HIV dan standar keamanan darah.
3. Masyarakat Jawa Timur harus menghindari narkoba, apapun bentuknya karena
dari jarum suntik yang dipakai dapat menularkan HIV/AIDS.

C. Upaya/ Kegiatan Perbaikan Lingkungan di Jawa Timur


Beberapa penelitian menyebutkan faktor risiko lingkungan terjadinya HIV/AIDS
yaitu: seperti pengaruh teman sejawad, peran keluarga, peran masyarakat, kebijakan
pemerintah dan ras (peran alim ulama, niniak mamak dan bundo kanduang).Dengan
cara mengedukasi masyarakat agar faktor resiko terjadinya HIV/AIDS yang ada di
lingkungan dapat diperbaiki dengan baik. Jika tidak diedukasi, maka tidak akan
timbul kesadaran dari masyarakat dan kebiasaan ini akan terus berlanjut yang bisa
berdampak buruk.

BAB IV
PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS

4.1 Penyusunan Program terdiri atas 3 (tiga) kegiatan

A. Upaya/ kegiatan pencegahan HIV/AIDS di Provinsi Jawa Timur

B. Upaya/ kegiatan pengendalian pasien dan kontak pada HIV/AIDS

C. Upaya/ kegiatan perbaikan lingkungan pada HIV/AIDS

4.2 Urutan Prioritas Kegiatan


Untuk mencegah penyakit HIV/AIDS, dan untuk menentukan kegiatan yang lebih
efektif, maka perlu disusun urutan prioritas kegiatan dengan metode scoring sebagai
berikut:

EFEKTIFITAS EFISIENSI HASIL

M I V C M x I xV
NO KEGIATAN P=
C
1 Pengobatan pada HIV/AIDS 3 2 2 4 3
dengan antiretroviral (ART)

2 Penyuluhan tentang pencegahan 3 4 4 2 24


HIV/AIDS
3 Screening Awal HIV/AIDS 4 3 3 4 9

Keterangan:
M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
I : Implementasi, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah.
V : Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini dilaksanakan.
C : Cost, biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah.
P : Hitunglah P (Prioritas kegiatan/ pemecahan masalah).
Dari tabel tersebut dapat dilihat, nilai P yang paling tinggi adalah upaya pencegahan
penyakit HIV/AIDS dengan menyelenggarakan penyuluhan di Provinsi Jawa Timur,
yang mana menurut kami dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat sekitar bisa
menurunkan angka kejadian penyakit HIV/AIDS.
POA (Plan Of Activity)
Rincian Kegiatan Upaya Penyuluhan Pencegahan HIV/AIDS di Provinsi Jawa Timur

Volume Lokasi Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Rincian Kegiatan Jadwal
Kegiatan Pelaksana Pelaksana Pelaksanaan
38 100% 1x inventarisasi Mendata semua Dispendukc Kaderkes Juli 2020 Data penduduk
Kota/Kabupat Penduduk di di penduduk apil puskesmas di setiap
Invetarisasi
1 en di Provinsi setiap Dispendukcapil kabupaten
sasaran dan target
Jawa Timur Kota/Kabupat
en Alat Tulis
 1 Dokter 100% tenaga Pembentukan Memilih dan Di Ka- Agustus 2020 Alat Tulis,
 5 Dokter siap di 1 satu tim menetapkan tenaga Puskemas Puskesmas perlengkapan
Muda kabupaten penyuluhan dan yang siap pertemuan
 5 Kaderkes pencegahan menjalankan tugas rapat
Menyiapkan di bawah HIV/AIDS pencegahan Dokter/
2 Team/ kelompok pimpinan dibawah HIV/AIDS Ketua Tim
kerja KaPuskesm pimpinan
as.  Kapuskesmas
 1 Dokter
 5 DM
 5 Kaderkes
3 Menyiapkan dana Dana 100% Dana 1 mata anggaran Perencanaan biaya Di Team dari September Dana dan
dan perlengkapan dari Dinas belanja yang Puskesmas bagian 2020(Minggu perlengkapan
yang digunakan kesehatan sesuai Pengajuan usulan P2MPL 1&2) administrasi
setempat Puskesmas keuangan
Persetujuan dana

Perlengkapan 100% Sarana 1 Paket sarana Menyiapkan sarana Di Sarana


penyuluhan penyuluhan untuk penyuluhan Puskesmas penyuluhan
120 siswa -. Baliho , Poster; Sarana
- Leaflet pemasangan
baliho;
Sarana
distribusi
leaflet

4. 4x Setahun 1.Menyiapkan materi Balai Kota Petugas dan Fasilitas


Sosialisasi/ penyuluhan setiap staff September pertemuan
Pendidikan mengenai: Kabupaten puskesmas 2020 Sound System
kesehatan tentang  Penularan
cara penularan HIV/AIDS yang
dan pencegahan disebabkan virus
HIV/AIDS HIV melalui
virus HIV
 Pencegahan
lingkungan
dengan :
 Screening virus
HIV
 Pemeriksaan
rutin bagi
masyarakat
yang
berdampak
langsung
ataupun
masyarakat
resiko tinggi
2. Mengumpulkan
penduduk di setiap
kabupaten

3. Pelaksanaan
Sosialisasi:
 Penyuluhan
 Memberikan
penjelasan
pentingnya setia
dengan pasangan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penularan dan
memantau kejadian HIV/AIDS di Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan penyuluhan mengenai faktor yang menyebabkan kejadian


HIV/AIDS
2. Melakukan upaya pengendalian masyarakat dengan memberikan peringatan untuk
tidak bergonta-ganti pasangan, memperhatikan kesterilan saat hendak melakukan
transfusi darah, serta menghindari pemakaian narkoba terutama dengan jarum
suntik.
3. Melakukan upaya kegiatan perbaikan lingkungan dengan mengedukasi
masyarakat agar faktor terjadinya HIV/AIDS yang ada di lingkungan dapat
diperbaiki dengan baik.
B. Saran
Masalah yang terjadi di Provinsi Jawa Timur dapat diselesaikan dengan
pemberian penyuluhan. Kegiatan yang telah disusun dalam program tersebut
tujuannya untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bagaimana
mencegah penularan HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

Shaluhiyah, Z., Musthofa, S. B., Widjanarko, B. 2015. Stigma Masyarakat terhadap Orang
dengan HIV/AIDS. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.9, No.4.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis HIV AIDS di Indonesia
(internet). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. Available
from: http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/17 020100001/situasi-
penyakit-hiv-aids-diindonesia.html.

Anda mungkin juga menyukai