Tujuan
I.1 Percobaan 1
I.2 Percobaan 2
I.3 Percobaan 3
II. Alat-Alat
II.1 Percobaan 1
1. Power supply
2. Attenuator Unit
3. Op-Amp Unit
4. PID Unit
5. Pre-Amplifier
6. Servo Amplifier
7. Output Potensio
8. DC Motor – Tacho
9. Multimeter
10. Kabel Jumper
II.2 Percobaan 2
1. Power Supply
2. Attenuator Unit
3. Op-Amp Unit
4. Servo Amplifier Unit
5. DC Motor – Tacho
6. Kabel Jumper
7. Multimeter
8. Generator Fungsi
II.3 Percobaan 3
1. Power supply
2. Attenuator unit
3. Op-Amp unit
4. PID unit
5. Servo Amplifier
6. DC motor-Tacho
7. Multimeter
8. XY recorder atau osiloskop 2 kanal
9. Kabel jumper.
III. Dasar Teori
III.1 Motor DC
Motor DC adalah salah alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi
gerak berupa putaran. Pada motor DC, energi listrik yang digunakan adalah energi
listrik dengan arus searah atau yang juga biasa dikenal dengan
nama listrik DC. Oleh karena itu motor DC juga kerap disebut dengan nama motor
arus searah.
Semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin tinggi RPM nya. Dan
semakin kecil tegangan yang diberikan, maka semakin rendah pula RMP nya. Batas
minimum tegangan operasional yang bisa diberikan pada sebuah motor DC adalah
50%. Jika kurang dari 50% dari batas tegangan yang ditentukan maka motor tidak
akan berputar.
Sedang batas maksimumnya adalah tidak boleh melebihi 30% dari ambang
batas yang ditentukan. Jika melebihi nilai tersebut maka motor akan menjadi sangat
panas dan bisa terbakar. Motor DC akan memerlukan arus yang sangat kecil jika
bekerja tanpa beban. Namun saat bekerja pada sebuah beban, arus dan daya yang
diperlukan bisa naik berkali-kali lipat.
Seperti yang kita tahu bahwa motor DC adalah salah satu bagian atau
komponen elektronika yang sangat mudah dijumpai di pasaran. Dengan kata lain
motor DC bukan merupakan komponen yang langka. Tak heran memang memang
karena motor DC kerap digunakan di berbagai jenis rangkaian dan aplikasi
elektronika. Contohnya sebagai berikut.
Penggerak pada robot line follower dan mobile robot lainnya
Pemutar baling-baling pada kipas motor DC
Untuk menggerakkan mata bor pada bor listrik DC
Vibrator pada ponsel dan joystick
Dll.
III.1.2 Simbol / Lambang Motor DC
Pada sebuah motor DC terdapat dua bagian utama yakni rotor dan stator.
Rotor adalah bagian pada motor DC yang berputar. Bagian ini terdiri dari kumparan
jangkar. Sedangkan stator adalah bagian pada motor DC yang diam alias tidak
bergerak. Bagian ini terdiri dari rangka dan juga kumparan medan.
Dan dari dua bagian utama motor DC tadi masih bisa dibagi-bagi menjadi
banyak bagian lain seperti Yoke (kerangka magnet), Field winding (kumparan medan
magnet), Poles (kutub motor), Armature Winding (Kumparan Jangkar), Brushes
(kuas/sikat arang), dan juga Commutator (Komutator).
Generator Fungsi atau Function Generator adalah suatu alat yang menghasilkan
sinyal/gelombang dimana frekuensi serta amplitudonya dapat diubah-ubah.
Gelombang yang dihasilkan pada umumnya yaitu gelombang
sinusoidal, gelombang segitiga, dan gelombang segi empat. Pada umumnya Generator
Fungsi digunakan berdampingan dengan Osiloskop.
Function Generator terdiri dari generator utama dan generator modulasi.
Generator utama pada umumnya menyediakan output berupa Gelombang sinusoidal,
kotak, ataupun segi tiga. Umumnya gelombang tersebut memiliki frekuensi berkisar
antara 0,01 Hz hingga 10 kHz. Generator sinyal input digunakan sebagai Amplitudo
Modulation (AM) atau Frequency Modulation (FM).
Sebuah function generator adalah bagian dari peralatan tes elektronik atau
perangkat yang digunakan sebagai pembangkit berbagai jenis gelombang listrik
melalui berbagai frekuensi. Bentuk gelombang dapat berulang-ulang atau single shot.
Dalam hal beberapa jenis sumber pemicu diperlukan (Internal maupun ekstrenal)
Biasanya Generator Fungsi menghasilkan gelombang yang dihasilkan oleh berulang
pengisian dan pemakaian kapasitor.
Rangkaian generator fungsi yang menghasilkan gelombang persegi dan segitiga
Sistem kontrol PID terdiri dari tiga buah cara pengaturan yaitu kontrol P
(Proportional), D (Derivative) dan I (Integral), dengan masingmasing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dalam implementasinya masing-masing cara dapat
bekerja sendiri maupun gabungan diantaranya. Dalam perancangan sistem kontrol
PID yang perlu dilakukan adalah mengatur parameter P, I atau D agar tanggapan
sinyal keluaran system terhadap masukan tertentu sebagaimana yang diinginkan
1. Kontrol Proporsional
2. Kontrol Integratif
3. Kontrol Derivatif
III.4 Oscilloscope
Osiloskop
Lebih rinci perhatikan gambar panel kontrol Oscilloscope Dual Trace berikut :
Panel kontrol Oscilloscope
Ada dua tipe osiloskop menurut prinsip kerjanya, yaitu tipe analog / ART
(Analog Real Time oscilloscope) dan tipe digital / DSO (Digital Storage
Osciloscope).
Secara umum dapat kita simpulkan fungsi Oscilloscope / osiloskop yaitu untuk
menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu. Dengan alat
ukur Osiloskop ini kita dapat mengetahui :
Berapa frekuensi, periode dan tegangan dari suatu sinyal elektronik.
Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
Membedakan arus AC dengan arus DC.
Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap
waktu.
Dll
Rangkaian dasar operasional amplifier (Op-Amp) dibuat dari bipolar transistor (BJT)
seperti terlihat pada gambar berikut.
III.6 Attenuator
dengan
Dimana :
a : pelemahan sinyal
A : Penguatan sinyal
Vout : Tegangan output rangkaian
Vin : Tegangan input rangkaian
a. Menjalankan Motor
1. Buatlah hubungan seperti pada gambar di bawah ini.
b. Modul Op Amp
1. Buatlah hubungan rangkaian sesuai dengan gambar di bawah
c. Tachogenerator
1. Buatlah hubungan seperti yang tertera di bawah ini
- Pada modul attenuator unit AU – 100A, gunakanlah salah satu
potensiometer saja, level tegangan keluaran dari output
potensiometer tersebut berkisar dari 0V sampai +15V.
- Selanjutnya hubungkan output potensio yang digunakan pada terminal
input 1 dari servo amplifier SA – 100A. Pastikan posisi potensio dari
attenuator Unit AU – 100A berada pada posisi 0.
- Ubah perlahan-lahan posisi potensio sampai motor mulai bergerak.
2. Dengan menggunakan stopwatch hitung waktu yang dibutuhkan sumbu
tambahan untuk berputar 20 kali. Ukur tegangan keluaran tachogenerator,
ingatlah bahwa perputaran sumbu tambahan dibanding dengan sumbu
utama adalah 1 banding 20 (1:20)
3. Ulangi langkah-langah di atas untuk beberapa jenis tegangan.
4. Dapatkan karakteristik tachogenerator,dimana tegangan keluaran dalam
volt sebagai fungsi putaran dalam rad/s
5. Dari percobaan ini akan diperoleh Ktcg yang diperlukan pada percobaan
selanjutnya.
IV.2 Percobaan 2
a. Penentuan Resistansi Motor
1. Buatlah hubungan rangkaian sesuai dengan gambar di bawah
IV.3 Percobaan 3
a. Pengendali Proporsional
1. Susun rangkaian seperti gambar berikut. Tegangan tache generator di
berikan sebagai umpan balik negatif ke unit Op-Amp
2. Modul PID atau PU-100A diataur sedemikian sehingga menjadi kontroler
proposional dengan pengutan Kp = 5.
V.1Percobaan 1
a) Attenuator
Potensio 1 Potensio 2 Potensia 3
No.
Posisi Tegangan Posisi Tegangan Posisi Tegangan
1 0 0V 0 0V 0 0V
2 1 0V 1 0.45 V 1 0.86 V
3 2 0V 2 1.33 V 2 2.42 V
4 3 0V 3 2.22 V 3 4.24 V
5 4 0V 4 3.32 V 4 6.30 V
6 5 0V 5 4.10 V 5 8.11 V
7 6 0V 6 4.96 V 6 9.90 V
8 7 0V 7 5.96 V 7 11.81 V
9 8 0V 8 6.83 V 8 13.58 V
10 9 0V 9 7.97 V 9 15.03 V
11 10 15.26 V 10 15.25 V 10 15.21 V
b) Menjalankan Motor
1. Motor mulai bergerak pada tegangan 6.97 V
2. Apa yang terjadi pada putaran motor ketika tegangan input dinaikkan?
Jawab : Putaran semakin cepat dan berputar searah jarum jam.
3. Arah putaran motor ketika input masuk ke terminal input 2 dari SA-100
A?
Jawab : Berputar searah jarum jam.
4. Apakah motor berputar ketika tegangan masukan bernilai negatif ?
Jawab : Iya, berputar berlawanan arah jarum jam
c) Tachogenerator
No. Vi(Volt) ω Vtcg(Volt) Ktcg= Vtcg/ω Waktu(detik)
1 8 1 41.05
2 10 2 24.17
3 12 3 16.64
d) Op-Amp
1. Apakah motor berputar bila output AU-100A diberi tegangan dari OV
sampai +15 V?
Jawab : Tidak dapat berputar.
2. Apakah motor berputar bila output AU-100A diberi tegangan dari OV
sampai -15 V?
Jawab : Berputar searah jarum jam dan berputar pada saat tegangan -8.75
V dan -8.76 V.
V.2Percobaan 2
V.3Percobaan 3
Vi(Volt) Waktu(detik)
8 14.87
10 14.73
12 14.28
Vi(Volt) Waktu(detik)
8 13.60
10 14.34
12 14.44
Vi(Volt) Waktu(detik)
8 30.86
10 20.29
12 14.35
V.4Pengolahan Data
a) Percobaan 1
Attenuator
Potensio 1
20
15.26
Tegangan (Volt)
15
10
5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 2 4 6 8 10 12
Posisi Potensio
Potensio 2
20
15.25
Tegangan (Volt)
15
10 7.97
6.83
4.1 4.96 5.96
5 2.22 3.32
0 0.45 1.33
0
0 2 4 6 8 10 12
Posisi Potensio
Potensio 3
15.03 15.21
16 13.58
14 11.81
Tegangan (Volt)
12 9.9
10 8.11
8 6.3
6 4.24
4 2.42
20 0.86
0
0 2 4 6 8 10 12
Posisi Potensio
Menjalankan Motor
Pada percobaan menjalankan motor, motor mulai bergerak pada tegangan
6.97 V, semakin besar posisi potensio diatur maka semakin cepat putaran
motor, motor berputar searah jarum jam, dan motor berputar ketika di beri
nilai tegangan negatif tetapi arah putarannya berlawanan jarum jam.
Modul Op-Amp
Pada percobaan modul Op-Amp, motor tidak berputar ketika diberi
tegangan dari 0 sampai +15 V, motor berputar searah jarum jam ketika
diberi tegangan -8.75 V dan -8.76 V.
Tachogenerator
Vin = 8 V dan Vtcg = 1 V
2π 2π 2π
ω= = = =137.76 rad
T t total 41.05
900 900
V tcg 1
k tcg= = =0.007259
ω 137.76
b) Percobaan 2
Hitung Nilai Rm
V m 7.28
Rm = = =36.4 Ω
I m 0.2
Back-emf
Vin = 12 V dan Vtcg = 1 V
2π 2π 2π
ω= = = =339.84 rad
T t total 16.64
900 900
V tcg 1
k tcg = = =0.002943
ω 339.84
Konstanta Torsi
k tcg I m 0.002943 x 0.2
Dm = = =1.73 µ
ω 339.84
c) Percobaan 3
Tegangan Deadband
Sistem Pengendalian Proporsional
Tegangan Deadband = -1.58 V
10 8
8
6
4
2
0
14.2 14.3 14.4 14.5 14.6 14.7 14.8 14.9 15
Waktu (Detik)
10 8
8
6
4
2
0
13.5 13.6 13.7 13.8 13.9 14 14.1 14.2 14.3 14.4 14.5
Waktu (Detik)
Sistem Pengendalian Proporsional + Derivative
14 12
12 10
Tegangan (Volt)
10 8
8
6
4
2
0
12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu (Detik)
VI. Analisis
Percobaan Tachogenerator
Percobaan Penentuan Resistansi Motor