Anda di halaman 1dari 4

Karni Elias : Pemirsa kita lanjutkan diskusi kita, memang paling susah orang membuka mulut

dalam kasus-kasus korupsi pungli seperti ini, narkoba bahkan kasus-kasus mafia yang lebih besar.
Jadi gk salah Safi Grafano mafia Italia di Amerika mengatakan jangan pernah buka mulut kecuali di
dokter gigi, Romli mana? Anda awak kapal ? mudah-mudahan anda sakit gigi ya bisa ngomong,
gimana pengalaman anda sama dengan pak Raden tadi ?

Romli : Kalau pak Raden tadi stastus sebagai perwira, kalau saya sendiri rating masih
bawah, jadi untuk pengurusan jadinya lebih ribet kalik pak.

Karni Elias : Lebih ribet anda ?

Romli : Iya

Karni Elias : Dibanding perwira ?

Romli : Iya sih maksudnya lebih ribetnya kalau gitu kan gak ada uang nih cuman ibaratnya
gaji kecil kalau perwira gaji besar gampanglahkan.

Karni Elias : Itu 6 bulan gak naik-naik kapal juga dia.

Romli : Ya mungkin masih pendidikan pak

Karni Elias : masih pendidikan?

Romli : Iya pak

Karni Elias : Kalau anda masalahnya apa ?

Romli : Kalau saya masalah pengurusan sertifikat dan buku pelaut giru pak

Karni Elias : Itu berapa sih harganya sertifikat itu?

Romli : Ya kita udah tau sih harga pastinya kayak buku pelaut gitukan, kita juga gak e... apa
ya, bilangnya 400/300 gitulah harga normalnya tapi kadang-kadang kita kalau udah mau ngurus dia
bilang mau cepet atau ngikutin proses nih ?

Karni Elias : Mau pakai pesawat atau mau... ?

Romli : Kita kan bingung pak, kalau mau cepet gimana pak? Ya katanya nambah duit gitu.

Karni Elias : Berapa dia minta ?

Romli : Ya kadang-kadang 700.000 sampai 1.000.000 pak.

Karni Elias : Itu kilat ?

Romli : Ya kilat, cuman nyatanya sih kemrin pas proses pembuatan a.... harga normal
350.000 begitu saya minta kilat aja pak soalnya kapal saya mau berangkat saya bilang, 3 hari belum
selesai pak 800.000.

Karni Elias : Akhirnya kamu bayar juga ?


Romli : Bayar karena posisi kapal mau berangkatkan yaudah.

Karni Elias : Ada kapal luar juga ?

Romli : Gak kapal lokal pak.

Karni Elias : Kalau kapal luar lebih susah lagi ?

Romli : Kalau luar gak ada sih yang kayak gitu sebenernya.

Karni Elias : Itu bapak itu luar !

Romli : Gak pak kalau saya masih rating bukan perwira gitu, kalau perwira dia punya
IJAZAH, kalau kita masih rating ibaratnya kalau kita yanag dipakaikan nuku pelaut skyping sama BST
IJAZAH gak pakai.

Karni Elias : Kalau ada melamar untuk kapal luar apa aja yang harus anda lengkapi ?

Pak Raden : Jadi untuk regulasi bang Karni itu untuk regulasi yang diluar yang gak ribet, justru
untuk pelayaran lokal ini minta ampun ribetnya regulasi peraturannya.

Karni Elias : Kenapa harus gitu kan lebih baik kita dapat pungli dari kapal luar, dolar duitnya
banyak ?

Pak Raden : Standarisasi gaji memang besar di luar makanya ya sugesti pelaut Indonesia ya
kalau bisa dapet perusahaan luar dengan gaji luar yang tidak banyak embel-embelnya, ketibang yang
udah kepepet ngambil pelayaran lokal dan terlalu banyak tebebani banyak regulasi. Jadi jujur saya
bilang untuk perijinan atau untuk kita mengadakan perjanjian laut untuk mendapatkan job di lokal
itu terlalu banyak aturan pak. Dibanding kita diluar makanya sugesti pelaut Indonesia itu ya kalau
lebih bagus itu dapet job diluar dari pada di dalam negri.

Karni Elias : Susahnya dapet kerjaan diluar itu apa?

Pak Raden : Memang salah satu kendala pelaut di Indonesia dikomunikasi ya tapi pelan-pelan
ya manusia Indonesia ada fase peningkatan smart, ya ketinggalan pelaut Indonesia adalah
komunikasi pelan-pelan pelaut Indonesia sudah diakui dimata dunia untuk komunikasi.

Karni Elias : Kenapa berbeda untuk pelaut regulasinya ya antara pelaut yang Interasional dan
yang domestik ?

Pak Raden : Itu dia pak tolong ditanyakan pada bapak Dirjen lah masalahnya semua pelaut di
dunia ini itu semua memegang aturan dari AIMO ya itu asosiasi kita, yang dalam negeri ini dia jadi
ada asosiasi tapi gak bisa saya sebutkan disini tapi mungkin sumbang sihnya telalu minim untuk cash
back ke pelautnya jadi ya harapan kita pelaut Indonesia juga mudah-mudahan ada lah yang
memperjuangkan asosiasi pelaut Indonesia memperjuangkan aspirasi, membuka peluang kerja
pelaut Indonesia yang betul-betul ikhlas lah memperjuangkan pelaut Indonesia.

Karni Elias : Jadi asosiasinya minim sumbangan ke pelaut ?


Pak Raden : Ya betu ya paling tidak memperjuangkan nasib pelaut Indonesia. Ya selama ini
tetap kewajiban anggota kita asosiasi ada tapi disini saya tidak dapat menyebutkan namanya, Cuma
untuk cash backnya ke palut kita ini masih belum dirasakan pak.

Karni Elias : Baik, kita juga banyak keluhan dengan banyak pungli ini dari para buruh yaitu
susahnya naik gaji buruh akibat dapat pengusaha yang sudah banyak terpakai untuk pungli tadi. Di
sini ada Achdiyanto Ilyas Pangestu, sebagai ketua serikat pekerja perikanan.

Ilyas Pangestu : Ya bang.

Karni Elias : Anda sependapat dengan pernyataan tadi ?

Ilyas Pangestu : Begini bang sebetulnya rentetan pungli ini tidak lepas dari tumpang tindihnya
kebijakan, jadi begini saya berbicara disini karena sebelah saya ada serikat pekerja perikanan maka
saya tidak akan melebar kemana-mana saya akan berbicara apa yang ada di depan saya alami setiap
hari iya kan, bahwa dunia perikan Indonesia ini sangat-sangat ironis memang ya kan satu contoh
saya kemarin pulang dari POLAMPES yakan banyak kapal-kapal dibusat disana tetapi pengurusan-
pengurusan ijin banyak tidak keluar karena alasan-alasan yang tidak menentu, ya mungkin dari
perhubungan laut kalau ada itu terkait dengan PNBB pengurusan kapal di 5 croston pak itu mereka
bisa sampaimengeluarkan 8 juta tapi sampai ¾ bulan ini belum keluar pak, itu yang saya alami
kemarin. Iijin kapal pak.

Karni Elias : Ijin kapal penangkap ikan?

Ilyas Pangestu : Iya pak.

Karni Elias : Lha yang dari buruh sendiri yang dirasakan apa ?

Ilyas Pagestu : Kalau memang terkait dengan serikat pekerja kami yang penangkap ikan pak lha
yang penagkap ikan itu sekarang kalu memang di Indonesia memang masih minim sekali, apa itu
secara gaji maupun secara kesejahteraan tapi disatu sisi lain anggota kami kan banyak yang keluar
negeri pak, nah yang keluar negeri ini sendiri tidak dilindungi kebijakan-kebijakan yang kepastian
hukum.

Karni Elias : Perlindungan hukum apa yang anda maksud?

Ilyas Pangestu : Jadi begini bang Karni selam ini tidak ada satu pun institusi yang mengatur secara
detail mengakui bahwasanya dia adalh bapaknya, tetapi disaat ada persoalan regulasi semua
mengaku adalah bapakmu, begitu kami ada masalah lempar KEMLU ini buktinya bang Karni
tujuannya sama cantolanya mereka sama saling berebut, tetapi sampek UU 39 mau direfisi pun tidak
ada tindakan apapun kementrian perhubungan dengan KEMEN 84 mengatakan sayalah yang berhak
mengeluarkan ijin nonsent juga. Badan BPNTKI mengeluarkan PERKABADAN nonsent juga.

Karni Elias : Itu apa merugikan buruh tadi ?

Ilyas Pangestu : Sudah pasti pak, begini bagi kami faktor yang paling utama adalah faktor
perlindungan, kalau memang mereka ini diundang oleh perusahaan-perusahaan yang tidak resmi
proses-proses yang tidak pasti ya jelas pak kami membutuhkan perlindungan. Setiap hari bisa bapak-
bapak perhatikan hampir setiap hari peti-peti mayat berdatangan ke Indonesia pak, karna apa yang
menjadi menset kita adalah pyang menjadi perlindungan disana, padahal yang sebenarnya
perlindungan yang utam adalah di dalam negeri karena tidak ada regulasi yang jelas karena saat ini
berbicara tentang pungli waduh pak minta ampun. Berbicara tentang BST pak, BST sekarang
updateting ke BCW 10 Manila dengan sistm aplikasi permintaan dari majikan bang Karni tidak bisa
menunggu proses yang seperti ini persaingan ini bukan antar instansi tapi dengan luar negri, kalu
pengurusan yang begini-begini panjang belum lagi panjang waktunya berbelit belit pasing sana
pasing sini belum lagi pungli, nah satu contoh saya sangat-sangat apresiasi dengan adanya
dilakukannya operasi ini, saya juga apresiasi diberlakukannya sistem online tapi mohon bapak-bapak
yang pengambil kebijakan apabila mau membuat sistem tueun kelapangan dulu.

La Ode Ida : Sebetulnya ini kita apresiasi untuk kementrian perhubungan dalam bentuk satgas
tapi mudah-mudahan ini bentuk yang terakhir, tidak boleh lagi atau jangan lagi untuk satgas satgas
di tempat lain karena kita sudah punya lembaga internal isntansi pemerintah Bang Karni 3 pihak
yang berkewajiban mengatasi pungli satu pemimpin itu menterinya sampai jajaran dibawahnya,
kedua inspektorat termasuk daerah, yang ketiga para pekerja menjadi wister brawer itu yang tidak
ada sebetulnya, nah sekarangkalo bentuk tim seperti ini semua instansi bentuk tim dan mengajak
semua teman dar kepolisian itu untuk apa lembaga-lembaga itu nah sekarang tantangan utama
menjadikan para pemimpi itu berintegritas teman kita Pak Ganjar Pranawo seperti teman kita pak
Asman saya kira seperti teman kita KEMNHUB jadi orang orang seperti itu yang harus diahdirkan.

Karni Elias : Kita rehat dulu pemirsa.

Anda mungkin juga menyukai