Anda di halaman 1dari 6

1.    Pastikan latar sudah tersedia sebelum drama.

Jangan sampai saat drama kita


membuat lagi latar. Bentuk desain latar drama ini terdiri dari dua tempat Warteg dan
Tempat PKL jualan serta meja guru sebagai tempat berita.

2.    Pastikan tiap tokoh memiliki ciri khas unik di drama ini memiliki tiap tokoh memiliki
ciri khas ini usahakan lucu.

Caleg : Bahasa ala orang malaysia. Terinspirasi dari tokoh Papa Zola di Boboiboy. Dan
ketika kampanye ekspresinya datar.
Pedagang: Pemarah
Aktivis    : Emosi, bicaranya seperti bung tomo lagi khutbah
Koruptor : Sombongnya gak ketulungan.

3.    Pastikan punya jeda kalimat, maksimalkanlah nada, kata, dan penjedaan terutama
pada dialog lucu, seperti pelawak berbicara. Agar penonton dapat merespon mananya
yang lucu. Misalnya langsung menyela omongan aktor lain.

4.    Berimprovisasi ; Nilai plus dalam drama

5.    Latihan seolah sedang drama sungguhan


                                            Lucunya di Negeri Ini
Suatu hari di suatu negara entah berantah sedang mengadakan masa kampanye.
Termasuk  daerah kota didalamnya, yaitu kota entah apalah namanya pula sedang
mengadakan pesta demokrasi. 

Caleg         :  Ayo semua, saudara-saudaraku ayo kumpul


Caleg         : Dukung saya, Papa Zola nomor urut satu setengah! Agar menjadi anggota
DPR, insyaallah saya akan mensejahterahkan tempat ini
Pedagang    : Yakin pak!!
Caleg         : iya, kalau bisa saya akan menjadikan tempat ini pusat jual beli dan wisata.
Tapi ingat jangan pilih Adu du.
Pedagang    : Kenapa pak?
Caleg        : Karena dia musuh Boboiboy!!
Pedagang    : Oke pak kita dukung Bapak! (meninggalkan si caleg) Datar banget
ekspresinya    
Hari – sampai hari telah berlalu berganti minggu dan sampailah pada pemilu. Akhirnya
si caleg tadi berhasil maju menjadi anggota legislatif. Wargapun semua pada gembira
karena tidak lama lagi tempatnya akan menjadi lebih sejahtera, namun bagaikan 
peribahasa. 
Bukannya malah untung malah buntung. Bukannya malah sejahtera malah sengsara.
Itulah yang mereka rasakan sekarang.
------------------------------------------------------------------------
Disini bagi yang punya anggota lebih dari 4 orang bisa menambahkan percakapan
polisi dengan pedagang. Istilahnya Polisi lagi operasi  razia PKL
Berikut naskahnya
Polisi        : Daganganmu saya sita!!
Pedagang    : Loh kenapa, Pak!
Polisi        : Pedagang “kaki” lima dilarang dagang disini!
Pedagang    : Pak, siap-siap tercengang ya..
Polisi         : Apanya?
Pedagang    : Kaki saya cuman dua!
Polisi        : Masyaallah, saya tercengang! Tapi pedagang seperti Anda mengganggu
lalu lintas di kota besar 
Pedagang    : Tapi saya dagangannya di Jakarta, kayaknya kota Surabaya, Jogja,
Medan dan Balikpapan gak terganggu deh
Polisi        : Ini tong, gerobaknya. Ambil aja, jangan lupa tes kejiwaan ya.  

Setelah itu pedagang pergi ke latar dua yaitu warteg.


Pedagang    : Kutu kupret, pret, pret!
Jarjit        : Ada  apa?
Pedagang    : Itu, janjinya mau mensejahterahkan. Malah gusur, salah gusurnya kayak
gitu lagi. Wobrok, wobrok, wobrok
Jarjit        : Ya namanya juga gusur. Kalau pelan-pelan ya jasa tukang pos. Memang
gak ada surat peringatan?
Pedagang    :  Ya adalah
Jarjit        : lah itu
Pedagang    : Tapi kan ya namanya peringatan, kayak peringatan 17 Agustus. Kita
pada kumpul ramai-ramai terus kita rayain deh.
Jarjit        : Bodohnya dah kereng nih penduduk disini. Masa surat penggusuran dirayain
kayak tujuh belasan
Aktivis        : Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Jarjit         : Kamu ini datang tiba-tiba, Jantung mau copot seketika. Gak bisa dikecilin
suaranya.
Aktivis        : Ya namanya aktivis ya emosi
Pedagang    : Ya tapi jangan berisik juga
Aktivis        : Ya meskipun berisikkan yang penting berisi
Pedagang    : Isi apanya...
Jarjit        : Ya isinya berisik itu tadi

Aktivis        : Bener katanya bung pedagang, walaupun tempat kita kumuh, kotor,
sehingga harus digusur tetapi kita sebagai rakyat bawah tidak terima dengan apa yang
telah dilakukan orang atas. Kita malah ditindas.
 Coba deh, sebenarnya kita lebih berwibawa dari orang atas sana.
Jarjit        : Loh kok bisa?
Aktivis        : Bapak lebih milih mana, pakai bawahan tapi gak pakai atasan. Apa pakai
atasan tapi gak pakai bawahan?

Reporter     : Assalamualaikum 


Serempak    : ( Menyela) Walaikumsalam
Reporter    : Warohmatullahhi Wabarokatuh. Belum selesai keles
Reporter    : Jumpa lagi dengan saya, Jeremy Tetanus di Lipatan 6. Singkat, tajam,
setajam golok!
Berita pertama membahas tentang cabe-cabean. Tanaman cabe keriting sekarang
sudah semakin langka. Setelah dilakukan penyelidikan, Akhirnya ditemukan
penyebabnya yaitu para cabe telah creambath sehingga menjadi cabai lurus.
Berita kedua, Banyak terjadi kecelakaan membuat polisi membuat peraturan baru.
Dimulai dari menyalakan lampu besar pada sepeda motor, hingga menyalakan lampu
senter bagi pengendara sepeda. Tetapi bukannya malah berkurang malah  tingkat
kecelakaan menjadi tinggi. 
Akhirnya ditemukan penyebabnya. Ternyata adalah debu, sehingga pengendara
kelilipan, mengantisipasi hal itu. Polisi menghimbau untuk tidak menyetel “lagu butiran
debu”
Reporter    : Berikutnya seorang narapidana Koruptor, Gayung Timbunan. Telah
diketahui jalan-jalan di Bali. Hal ini dibuktikan ketika dia ketahuan terjepret kamera saat
sedang menonton pertandingan voli.
Reporter    : Sekian dari saya, tetap saksikan kami setelah jeda berikut ini.

(Di sini Reporter bisa ganti baju, menjadi koruptor)

Pedagang    : Wah, gila tuh orang!


Aktivis        : (teriak) Setuju!

(Disini Koruptor datang, duduk. Mengaduk minuman dengan uang. )        

Aktivis        : Wah, maestronya dateng bang


Pedagang    : Ya tuh, bang, masuk tipi
Jarjit        : Bang, emang enak jadi koruptor?
Koruptor    : Enak lah.
Pedagang    : Tapi kan kayak maling gitu
Koruptor    : Loh, heh. Hehehehe, Gurarara, saya gak setuju, koruptor sama maling
beda.
Aktivis        : Apanya yang beda!
Koruptor    : Kalau maling ketahuan, pasti dihajar. Tapi koruptor mah, malah masuk tipi

Koruptor    : Kedua, koruptor gak pernah kemalingan


Aktivis        : Loh? Kenapa?
Koruptor    : Soalnya maling gak mau hartanya haram 2 kali. Entar direka ulang
hukumannya. Coba aja abang pikirin, maling mencuri uang yang dicuri seorang pencuri
dari seorang pencuri. Noh dia mencuri berapa kali tuh. Pantas hukumannya lebih berat
dari koruptor. Kalau koruptor, yang penting dengan money hukuman bisa dibeli.
Aktivis        : Iya juga ya pak.
Koruptor    : Wah, pentolan jam saya udah jam 8. Udah dulu yang bang, ane mau ke
Argentina
Aktivis        : Oke deh, semoga sukses jadi koruptor.
Jarjit        : Waduh negara kita ini pemerintahannya udah gila semua.
Aktivis        : Setuju bang, uanglah yang di Tuhankan. Janji dipalsukan.

Setelah itu tiap anggota kelompok berjejer. Membaca kesimpulan ini.


Bla...bla...bla Bla...bla...bla Bla...bla...bla (susun sendiri gaN ;0

Kesimpulannya, negara Indonesia ini sudahlah sangat lucu. Sebagaimana sebuah


puisi  dari Ismail Marzuki  yang berjudul ( Ane lupa judulnya, gan. Cari aja di Internet)

Kita hidup di sebuah zaman ketika uang dipuja-puja sebagai Tuhan


Dengan uang hubungan antar manusia diukur dan ditentukan
Ketika mobil, tanah, deposito, relasi dan kepangkatan
Ketika politik, ideologi, kekuasaan disembah sebagai Tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan Tuhan
Sehingga di negeri ini tak jelas lagi batas antara halal dan haram
Seperti membedakan warna benang putih dan benang hitam
Di hutan kelam
Jam satu malam
Ketika 17 dari 33 Gubernur jadi tersangka
52 persen banyaknya
Ketika 147 dari 473 Bupati dan Walikota jadi tersangka
36 persen jumlahnya
Ketika 27 dari 50 anggota Komisi Anggaran DPR ditahan
62 persen jumlahnya
Ketika sogok menyogok dari barat ke timur menjadi satu
Pelaku bisnis menyuap ke kanan dan ke kiri
Mengantar komisi kesanadan ke mari
Eksekutif, legislatif, yudikatif dan bisnis banyak menjadi garong berdasi
Walau masih ada yang jujur, tapi jumlahnya sedikit sekali
Ketika hakim, jaksa, polisi dan pengacara sedikit yang bisa dipercaya
Ketika keputusan pengadilan blak-blakan diperjual-belikan
Begitu banyak hakim, ha-a-ka-i-em, bila dipanjangkan,
Hubungi – aku – kalau – ingin – menang *)
Begitu banyak jaksa, je-a-ka-es-a, bila dipanjangkan,
Jajaki – aku – kalau – sesuai – anggarannya
Begitu banyak polisi, pe-o-el-i-es-i, bila dipanjangkan,
Percayalah – obyekan – licin – ini – sukses – implementasinya
Inilah dia zaman, betapa susah kita berjumpa kejujuran.
Teman-temanku
Kita hidup di zaman ketika perilaku bangsa mulai berubah
Sedikit-sedikit tersinggung, teracung kepalan dan marah-marah
Lalu merusak, membakar dan menumpahkan darah
Menggoyang-goyang pagar besi hingga rebah
Berteriak dengan kata-kata sumpah serapah
Sungguh sirna citra bangsa yang ramah tamah.

Oke teman-teman apa yang pasti kita rasakan


sekarang merasa sangat malu di dalam hati
Dan tak sadar berdosa
Karena kita ikut mewariskan keruwetan dan kebrantakan ini

Mari Bersihkanlah yang kotor-kotor


Selamatkan anak-anak dan cucu-cucu kita kelak
Bekerjalah dengan gebrakan yang cepat dan tegas
Sebagai bangsa kita bekerja, bekerja, bekerja
Sebagai bangsa kita berdoa, berdoa, berdoa.

Anda mungkin juga menyukai