Anda di halaman 1dari 2

Lucunya di Bangsa Konoha Ini

Suatu hari di suatu negara entah berantah sedang mengadakan masa kampanye. Termasuk daerah kota
didalamnya, yaitu kota entah apalah namanya pula sedang mengadakan pesta demokrasi, dimulai dari
rakyat kecil hingga rakyat berada semua jadi satu untuk memilih pemimpin bangsa ini. Dengan sogokan
uang pun pasti banyak suara yang memilih.

Caleg : Ayo semua, saudara-saudaraku ayo kumpul


Caleg : Dukung saya, megachan nomor urut satu setengah! Agar menjadi anggota DPR,
insyaallah saya akan mensejahterahkan tempat ini
Pedagang : Yakin pak!!
Caleg : iya, kalau bisa saya akan menjadikan tempat ini pusat jual beli dan wisata.
Tapi ingat jangan pilih partai sebelah.
Pedagang : Kenapa pak?
Caleg : Karena dia musuh bangsa kita!!
Pedagang : Oke pak kita dukung Bapak! (meninggalkan si caleg) (Datar banget ekspresinya)

Hari – sampai hari telah berlalu berganti minggu dan sampailah pada pemilu. Akhirnya si caleg tadi
berhasil maju menjadi anggota legislatif. Wargapun semua pada gembira karena tidak lama lagi
tempatnya akan menjadi lebih sejahtera, namun bagaikan peribahasa.
Bukannya malah untung malah buntung. Bukannya malah sejahtera malah sengsara. Itulah yang mereka
rasakan sekarang.
Setelah itu pedagang pergi ke latar dua yaitu warteg.

Pedagang : Kutu kupret, pret, pret!


Minah : Ada apa?
Pedagang : Itu, janjinya mau mensejahterahkan.
Malah gusur, salah gusurnya kayak gitu lagi. Waduhhhh, waduhhh, waduh.
Minah : Ya namanya juga gusur. Kalau pelan-pelan ya jasa tukang pos.
Memang gak ada surat peringatan?
Pedagang : Ya adalah
Minah : lah itu
Pedagang : Tapi kan ya namanya peringatan, kayak peringatan 17 Agustus.
Kita pada kumpul ramai-ramai terus kita rayain deh.
Minah : Bodohnya dah kereng nih penduduk disini.
Masa surat penggusuran dirayain kayak tujuh belasan
Aktivis : Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Minah : Kamu ini datang tiba-tiba, Jantung mau copot seketika.
Gak bisa dikecilin suaranya.
Aktivis : Ya namanya aktivis ya emosi
Pedagang : Ya tapi jangan berisik juga
Aktivis : Ya meskipun berisikkan yang penting berisi
Pedagang : Isi apanya...
Minah : Ya isinya berisik itu tadi
Aktivis : Bener katanya bung pedagang, walaupun tempat kita kumuh, kotor,
sehingga harus digusur tetapi kita sebagai rakyat bawah tidak terima dengan apa
yang telah dilakukan orang atas. Kita malah ditindas.
Coba deh, sebenarnya kita lebih berwibawa dari orang atas sana.
Minah : Loh kok bisa?
Aktivis : Bapak lebih milih mana, pakai bawahan tapi gak pakai atasan.
Apa pakai atasan tapi gak pakai bawahan?
Reporter : Assalamualaikum
Serempak : ( Menyela) Walaikumsalam
Reporter : Warohmatullahhi Wabarokatuh. Belum selesai keles
Reporter : Jumpa lagi dengan saya, Jeremy Tetanus di Lipatan 6.
Singkat, tajam, setajam golok!

Berita pertama membahas tentang cabe-cabean. Tanaman cabe keriting sekarang sudah semakin
langka. Setelah dilakukan penyelidikan, Akhirnya ditemukan penyebabnya yaitu para cabe telah
creambath sehingga menjadi cabai lurus.
Berita kedua, Banyak terjadi kecelakaan membuat polisi membuat peraturan baru. Dimulai dari
menyalakan lampu besar pada sepeda motor, hingga menyalakan lampu senter bagi pengendara
sepeda. Tetapi bukannya malah berkurang malah tingkat kecelakaan menjadi tinggi.
Akhirnya ditemukan penyebabnya. Ternyata adalah debu, sehingga pengendara kelilipan,
mengantisipasi hal itu. Polisi menghimbau untuk tidak menyetel “lagu butiran debu”

Reporter : Berikutnya seorang narapidana Koruptor, Gayung Timbunan.


Telah diketahui jalan-jalan di Bali. Hal ini dibuktikan ketika dia ketahuan
terjepret kamera saat sedang menonton pertandingan voli.

Reporter : Sekian dari saya, tetap saksikan kami setelah jeda berikut ini.

Pedagang : Wah, gila tuh orang!


Aktivis : (teriak) Setuju!

(Tiba - tiba Koruptor datang, lalu duduk sambil Mengaduk minuman dengan uang. )

Aktivis : Wah, maestronya dateng bang


Pedagang : Ya tuh, bang, masuk tipi
Minah : Bang, emang enak jadi koruptor?
Koruptor : Enak lah.
Pedagang : Tapi kan kayak maling gitu
Koruptor : Loh, heh. Hehehehe, Gurarara, saya gak setuju, koruptor sama maling beda.
Aktivis : Apanya yang beda!
Koruptor : Kalau maling ketahuan, pasti dihajar. Tapi koruptor mah, malah masuk tipi
Koruptor : Kedua, koruptor gak pernah kemalingan
Aktivis : Loh? Kenapa?
Koruptor : Soalnya maling gak mau hartanya haram 2 kali. Entar direka ulang hukumannya.
Coba aja abang pikirin, maling mencuri uang yang dicuri seorang pencuri dari
seorang pencuri. Noh dia mencuri berapa kali tuh. Pantas hukumannya lebih
berat dari koruptor. Kalau koruptor, yang penting dengan money hukuman bisa
dibeli.
Aktivis : Iya juga ya pak.
Koruptor : Wah, pentolan jam saya udah jam 8.
Udah dulu yang bang, ane mau ke Argentina
Aktivis : Oke deh, semoga sukses jadi koruptor.
Minah : Waduh negara kita ini pemerintahannya udah gila semua.
Aktivis : Setuju bang, uanglah yang di Tuhankan. Janji dipalsukan.

Anda mungkin juga menyukai