PROLOG :
Suatu hari di sebuah negara yang indah nan permai , sedang diadakan kampanye untuk
pemilihan calon Legislatif. Termasuk daerah kota didalamnya, yaitu kota Bikini bottom yang
mengadakan pesta demokrasi.
DIALOG :
(Latar ke 1 Tempat Umum)
Caleg : “Wahai saudara-saudaraku sedarah dan setanah air, mari merapat bersama untuk
merayakan pesta demokrasi.”
Caleg : “Ayo saudara-saudaraku, dukung saya Suharto nomor urut 3! Agar menjadi
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, insyaallah saya akan mensejahterakan tempat
ini.”
Pedagang : “Apakah bapak yakin dengan omongan bapak?”
Caleg : “Saya pastikan akan membuat tempat ini menjadi pusat jual beli dan wisata.
Dengan itu perkonomian saudara-saudara akan meningkat, membaik dan lebih
sejahtera. Tapi ingat, pilih saya jangan pilih tetangga sebelah yang cuma kasih janji-
janji manis.”
Minah : “Wahhh, saya bakalan mendukung bapak.”
Pedagang : “Oke lah saya bakal mendukung bapak.” (meninggalkan caleg dengan ekspresi
datar dan sinis)
Hari demi hari telah berlalu, minggu demi minggu telah terlewati, dan sampailah pada hari
pemilu. Pada penghitungan suara, akhirnya si caleg Suharto tadi berhasil maju menjadi
anggota legislatif. Wargapun semua menyambut dengan gembira dikarena tidak lama lagi
tempat mereka akan menjadi lebih sejahtera.
Namun bagaikan peribahasa, bukannya untung malah buntung. Bukannya sejahtera malah
sengsara. Itulah yang mereka rasakan sekarang.
(Latar ke 2 Warteg)
Pedagan : “Semuanya cuma omong kosong!!!”
Minah : “Ada apakah gerangan?”
Pedagang : “Janji-janjinya yang mau mensejahterakan membuat pusat jual beli, malah jadi
masalah. Malah gusur menggusur, rumahkupun jadi ikut kena imbasnya.” (menghela
napas)
Minah : “Kalau tidak digusur, memangnya pusat jual beli bisa dibangun diatas atap
rumahmu? Memangnya tidak ada surat peringatan?”
Pedagang : “Ya adalah...”
Minah : “Lah itu”
Pedagang : “tapi kan...”
Aktivis : “Merdeka! Merdeka! Merdeka!”
Minah : “Membuat kaget saja datang tiba-tiba, hampir saja jantungku copot.”
Aktivis : “Namanya saja aktifis, dimana pun dan kapanmu harus tetap membara.”
Pedagang : “Meskipun begitu, tidak perlu berisik juga.”
Aktivis : “Meskipun berisik yang penting berisi.”
Pedagang : “Isi apanya?”
Minah : “Isinya ya berisik itu.”
Aktivis : “Saya setuju dengan Bu pedagang, walaupun tempat kita kumuh, dan kotor
sehingga harus digusur, tapi kami sebagai orang bawah tidak terima dengan apa
yang dilakukan orang atas. Kami cuma ditindas!!”
Aktivis : “Sebenarnya kita lebih berwibawa dari orang atas sana.”
Minah : “Bagaimana bisa begitu?”
Aktivis : “Ibu lebih pilih mana, memakai bawahan tapi tidak memakai atasan atau pakai
atasan tidak pakai bawahan?”
(tiba-tiba ada seorang perempuan yang biasa dikenal sebagai koruptor berjalan
didepan warteg sambil mengaduk sebuah minuman menggunakan uang)
Semakin lama rakyat semakin tidak percaya dengan pemerintah, jangan jadikan negara yang
indah ini tempat bermain. Sadarlah!
Pemerintahan sehat, Negara kuat, Rakyat Sejahtera.