Anda di halaman 1dari 4

LUCUNYA NEGERI WAKANDA

LATAR : TEMPAT UMUM, WARTEG, MEJA GURU SEBAGAI TEMPAT BERITA

TOKOH DAN WATAK :

1. CALEG SUHARTO : JAYANA ABHIMAJA (PERCAYA DIRI)


2. PEDAGANG : AISYAH ROMADATUL L (EMOSIONAL)
3. AKTIVIS : ADINDA TIFARA V (EMOSIONAL)
4. MINAH : SILVIA DEWI P (JULID)
5. KORUPTOR : FARISTA RAHMA W (SOMBONG)
6. REPORTER : TEGAR WAHYU W
7. PEMBACA PROLOG : ESTU ERIA M

PROLOG :

Suatu hari di sebuah negara yang indah nan permai , sedang diadakan kampanye untuk
pemilihan calon Legislatif. Termasuk daerah kota didalamnya, yaitu kota Bikini bottom yang
mengadakan pesta demokrasi.

DIALOG :
(Latar ke 1 Tempat Umum)
Caleg : “Wahai saudara-saudaraku sedarah dan setanah air, mari merapat bersama untuk
merayakan pesta demokrasi.”
Caleg : “Ayo saudara-saudaraku, dukung saya Suharto nomor urut 3! Agar menjadi
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, insyaallah saya akan mensejahterakan tempat
ini.”
Pedagang : “Apakah bapak yakin dengan omongan bapak?”
Caleg : “Saya pastikan akan membuat tempat ini menjadi pusat jual beli dan wisata.
Dengan itu perkonomian saudara-saudara akan meningkat, membaik dan lebih
sejahtera. Tapi ingat, pilih saya jangan pilih tetangga sebelah yang cuma kasih janji-
janji manis.”
Minah : “Wahhh, saya bakalan mendukung bapak.”
Pedagang : “Oke lah saya bakal mendukung bapak.” (meninggalkan caleg dengan ekspresi
datar dan sinis)

Hari demi hari telah berlalu, minggu demi minggu telah terlewati, dan sampailah pada hari
pemilu. Pada penghitungan suara, akhirnya si caleg Suharto tadi berhasil maju menjadi
anggota legislatif. Wargapun semua menyambut dengan gembira dikarena tidak lama lagi
tempat mereka akan menjadi lebih sejahtera.

Namun bagaikan peribahasa, bukannya untung malah buntung. Bukannya sejahtera malah
sengsara. Itulah yang mereka rasakan sekarang.
(Latar ke 2 Warteg)
Pedagan : “Semuanya cuma omong kosong!!!”
Minah : “Ada apakah gerangan?”
Pedagang : “Janji-janjinya yang mau mensejahterakan membuat pusat jual beli, malah jadi
masalah. Malah gusur menggusur, rumahkupun jadi ikut kena imbasnya.” (menghela
napas)
Minah : “Kalau tidak digusur, memangnya pusat jual beli bisa dibangun diatas atap
rumahmu? Memangnya tidak ada surat peringatan?”
Pedagang : “Ya adalah...”
Minah : “Lah itu”
Pedagang : “tapi kan...”
Aktivis : “Merdeka! Merdeka! Merdeka!”
Minah : “Membuat kaget saja datang tiba-tiba, hampir saja jantungku copot.”
Aktivis : “Namanya saja aktifis, dimana pun dan kapanmu harus tetap membara.”
Pedagang : “Meskipun begitu, tidak perlu berisik juga.”
Aktivis : “Meskipun berisik yang penting berisi.”
Pedagang : “Isi apanya?”
Minah : “Isinya ya berisik itu.”
Aktivis : “Saya setuju dengan Bu pedagang, walaupun tempat kita kumuh, dan kotor
sehingga harus digusur, tapi kami sebagai orang bawah tidak terima dengan apa
yang dilakukan orang atas. Kami cuma ditindas!!”
Aktivis : “Sebenarnya kita lebih berwibawa dari orang atas sana.”
Minah : “Bagaimana bisa begitu?”
Aktivis : “Ibu lebih pilih mana, memakai bawahan tapi tidak memakai atasan atau pakai
atasan tidak pakai bawahan?”

(Latar ke 3 Berita Televisi)


Reporter : “Seputar Info kembali hadir di sela-sela aktivitas Anda, bersama saya, Jeremy Tetot,
yang akan memberikan berita-berita terbaru, aktual, tajam dan terpercaya.
Berita pertama membahas tentang cabe-cabean. Tanaman cabe keriting sekarang
sudah semakin langka. Setelah dilakukan penyelidikan, akhirnya ditemukan
penyebabnya yaitu para cabe telah creambath sehingga menjadi lurus.
Berita kedua, banyak terjadi kecelakaan membuat polisi membuat peraturan baru.
Dimulai dari menyalakan lampu besar pada sepeda motor, hingga menyalakan
lampu senter bagi pengendara sepeda gowes. Tetapi bukannya membantu
mengurangi kecelakaan malah membuat tingkat kecelakaan menjadi tinggi. Akhirnya
peneliti menemukan penyebabnya ternyata adalah debu, sehingga membuat para
pengendara menjadi kelilipan. Mengantisipasi hal itu, Polisi menghimbau untuk tidak
memutar lagu pada saat berkendara yang berjudul "lagu butiran debu".
Berikutnya, berita seorang mantan koruptor yang ketahuan sedang jalan-jalan di
Bali. Hal ini dibuktikan dengan sebuah foto yang beredar ketika dia sedang bersantai
dengan teman wanitanya disebuah pantai. Sekian berita dari saya, tetaplah bersama
kami setelah jeda berikut ini.”
Pedagang : (menggebrak meja)
Pedagang : “Wah, dasar manusia
manusia munafik! Lucu sekali negara ini, pemerintahan sudah
dipenuhi oleh orang-orang tidak tau malu.”
Aktivis : “Setuju!”

(tiba-tiba ada seorang perempuan yang biasa dikenal sebagai koruptor berjalan
didepan warteg sambil mengaduk sebuah minuman menggunakan uang)

Aktivis : “Lihatlah artis kita”


Pedagang : “Bukankah itu temannya yang masuk televisi tadi, sama-sama suka
makan uang rakyat.”
Minah : “Buk!Buk! mampir sini dulu buk.”
Koruptor : “Permisi ya bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas dan mbak-mbak
semua.” (dengan nada centil dan sombong)
Aktivis : “Memangnya enak jadi koruptor?”
Koruptor : “Lohh, hahaha” (sambil tertawa terbahak-bahak)
Pedagang : “Bukannya koruptor dengan maling sama saja?”
Koruptor : “Saya tidak setuju! Koruptor sama maling beda.”
Aktivis : “Memang apa bedanya?”
Koruptor : “Kalau maling ketahuan pasti dihajar masa, tapi kalau koruptor
malah bisa masuk televisi. Koruptor juga tida akan pernah
kemalingan.”
Pedagang : “Kok bisa?”
Koruptor : “Soalnya maling gamau hartanya haram 2 kali. Coba kalian semua
berfikir, maling mencuri uang yang dicuri seorang pencuri. Pastinya
hukumannya lebih berat dari koruptor, Ha ha ha ha... Kalau koruptor
yang penting dengan money hukuman bisa dibeli.”
Aktivis : “Sungguh tidak tahu malu.”
Koruptor : “Sudahlah, saya pergi dulu, saya sibuk, saya ada jadwal mau pergi
ke Jerman.”
Aktivis : “Semoga sukses menjadi seorang koruptor.”
Koruptor : (pergi dengan wajah sinis)
Pedagang : “Gila!! Tebal sekali mukanya, urat malunya sudah putus.”
Minah : “Semakin lama semakin lawak saja negeri ini.”
Aktivis : “Dan itupun masih satu koruptor, belum lagi koruptor-koruptor
yang lainnya. Mau dibawa kemana negara kita? Hancur sudah!!!
Uang dituhankan, janji dilupakan, semuanya omong kosong.”

Pembacaan puisi oleh aktivis:


PEJABAT
Karya: mayling oktapia
Wahai kau yang punya pangkat
Dengarkan suara hati rakyat
Jabatanmu adalah amanat
Stop membuat siasat laknat

Kau dipilih karena rakyat percaya


Lalu mengapa mereka diperdaya
Apakah orasi hanya tipu daya?
Tak lebih dari janji berbalut dusta

Pertiwi kini menangis pilu


Ia menunggu karya nyatamu
Rakyat tak butuh janji palsu
Jangan menjadi pejabat penipu.

Semakin lama rakyat semakin tidak percaya dengan pemerintah, jangan jadikan negara yang
indah ini tempat bermain. Sadarlah!
Pemerintahan sehat, Negara kuat, Rakyat Sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai