Anda di halaman 1dari 11

Pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 pukul 10.

00 WIB kami mendatangi kantor PWI


( Persatuan Wartawan Indonesia ) untuk mewawancarai seorang wartawan yang sudah
cukup berpengalaman di dunia jurnalis yaitu Bapak Miftahul Akmal yang sudah
berkecimpung selama 20 tahun di dunia jurnalis.

Pewawancara : “ Perkenalkan pak kami dari fakultas dakwah unisba, nama saya
Tanti Andayani dan rekan saya Fahrul kebetulan ada tugas untuk
mewawancarai wartawan yang sudah cukup berpengalaman,jadi
kami meminta kesediaan waktu bapak untuk kami wawancarai.
Mungkin dimulai dari memperkenalkan nama pak?”
Narasumber :“ Oh ya boleh nama saya Miftahul Akmal saya sekarang memiliki
media PelitaJabar.Com, dulu beberapa tahun saya di harian
pelita, suara rakyat, dan masih banyak media cetak lainnya”
Pewawancara : “ Sudah berapa lama terjun di dunia jurnalis? “
Narasumber : “ yah kurang lebih sudah 20 tahunan lah”
Pewawancara : “ Pernah bekerja di media apa saja pak?”
Narasumber : “ Yang pertama dulu saya pernah di tabloid Indonesia- Indonesia,
kemudian media nusantara Jakarta, harian pelita, suara rakyat dan
yang lainnya.
Pewawancara : “ Background pendidikan bapak sendiri dari mana pak?”
Narasumber : “ Dulu saya kuliah di salah satu universitas swasta dosen saya rata
rata dari UNPAD, dulu saya jurusan jurnalistik”
Pewawancara : “ Pengalaman yang paling menyenangkan apa sih pak selama
menjadi wartawan?”
Narasumber : “ Paling menyenangkan, jadi dulu saya sering meliput Telkomsel
jadi saya bisa ke Bali, Singapur dll, nah suatu waktu telkomsel ini
mengadakan undian di gedung telkomsel di banda hadiahnya umroh,
dari berbagai puluh media keluarlah nama saya dalam undian
tersebut, saya kaget lah antara percaya dan enggak gitu kan, waktu
itu tahun 2013 nah saya belum siap kan terus saya nanya ke bagian
piar nya “ ini bisa ga pak kalo diuangkan?’ kan lumayan gitu sekitar
23 sampe 25 juta, terus kebetulan waktu itu saya juga sakit
pinggang udah 7 tahun, nah setelah saya tanya gitu malah
dimarahin kan “ kamu dapat kesempatan kok malah mau
diuangkan, udah berangkat sana”, nah saya berangkat umroh bareng
tukang cukur, tukang beras, yah pokoknya kalangan menengah
kebawah lah tapi disitu kita berbaur, jadi ya intinya itu pengalaman
menyenangkannya bisa jalan- jalan gratis, malah kita yang dibayar
gitu kan. “
Pewawancara : “ Nah kalo pengalaman yang tidak menyenangkan apa nih pak?”
Narasumber : “ Sebenarnya lebih banyak menyenangkan sih, mungkin waktu
awal- awal kita terjun ke dunia media kan kita belum tau nih nyari
berita itu seperti apa, karena kan lulus kuliah kita tau teorinya aja
tanpa tau praktek di lapangan yang sesungguhnya itu seperti apa,
nah lucunya dulu setiap spanduk yang ada di jalan saya liatin ini
acara dimana, ini acara dimana sampe seminar harga 2 juta saya
masukin semua dan itu gratis jadi dulu itu permainannya disitu- situ
aja nah kesini- sini nya kan ada pemerintahan, ada swasta, dan saya
lebih tertarik ke ekonomi dan setelah itu juga sempet dunia hiburan
itu juga ada forum dunia hiburan bandung, ekonomi juga ada tapi
semuanya pemikir makanya kepala saya langsung botak kan.”
Pewawancara : “ Bagaimana cara bapak memahami dan menerapkan Kode Etik
Jurnalistik dalam pekerjaan bapak?”
Narasumber : “ Yah jadi wartawan itu kan dibekali kode etik apalagi kita
tergabung dalam PWI ( Persatuan Wartawan Indonesia) yang
merupakan organisasi tertua dan diakui pemerintah jadi minimal
kita harus tau dulu nih tugas kita apa sebelum terjun ke lapangan,
misalnya nih kita bikin janji dulu sama narasumber atau seperti apa
lah gitu, jadi seiring berjalannya waktu kode etik itu pasti melekat
dalam diri kita sebagai wartawan, misalnya narasumber lagi sibuk
kita harus mau menunggu jadi jangan memaksakan kehendak, jadi
yah intinya kode etik itu harus dipatuhi jadi secara tidak langsung
narasumber juga akan menghargai kita, jadi yah etika memang
diperlukan lah gitu”
Pewawancara : “ Bagaimana jika bapak ditolak wawancara? Apa yang kemudian
bapak lakukan? “
Narasumber : “ Jadi gini tiap- tiap wartawan ini memang punya cara atau style
nya tersendiri yang gak diajarkan di kampus tapi itu kita tau seiring
berjalannya waktu, misalnya gini ada satu pejabat yang terkena
kasus nah pasti dia akan menghindarkan saat kita wawancarai, nah
kita jangan bilang mau wawancara, bilang aja pak mau ngobrol
singkat nih tentang profil bapak atau mau nawarin bisnis gitu, nah
dalam perjalanan obrolan kita barulah kita pancing kepada inti
masalahnya tapi tetap narasumber tersebut harus merasa nyaman,
kalau narasumber tidak mau direkam yah kita tidak boleh memaksa,
dan beritanya juga tidak boleh kita tulis nanti kita bisa disomasi
apalagi sekarang kan media semakin dipersempit, dikit- dikit lapor,
apalagi yang di medsos salah posting sedikit diciduk, jadi yah setiap
media dan wartawan punya strateginya masing masing, kalo saya
biasanya sambil nawarin bisnis saya pakaian dsb gitu kan, jadi yah
harus bisa menyesuaikan lah.”
Pewawancara : “ Tapi kalo seandainya pak kita sangat membutuhkan berita itu
tetapi narasumber tidak mau diberitakan apa kita tetap boleh
menaikkan berita tersebut?”
Narasumber : “ Jadi begini misalnya tentang berita kasus nah biasanya kan
redaktur tetap memaksa harus ada, nah kita harus punya banyak
planning untuk narasumber, kalo misalnya gubernurnya ga mau
diwawancara mungkin kita bisa wawancara wakilnya,sekertarisnya
atau humasnya ya pokoknya orang yang cukup berkompeten untuk
menjawab kasus tersebut, jadi berita bisa tetap naik.”
Pewawancara : “ Terus bagaimana pendapat bapak tentang “ amplop” yang
diberikan kepada wartawan saat liputan?”
Narasumber : “ Kalo kita sekarang udah gak main amplop tapi transfer dek
( candaannya), jadi gini selama wartawannya gak meminta ya gak
masalah, misalnya nih kita wawancara artis di Jakarta, nah kita kan
jauh capeklah gitu dari bandung terus kita diajak makan dan diberi
uang transport lah gitu istilahnya sama narasumber tersebut ya gak
papa kita ambil selama tidak mempengaruhi berita yang kita tulis,
apalagi kalau itu berita kasus, jadi yah kita jangan terlalu berpikiran
negatif lah apalagi sekarang kan kesejahteraan wartawan kurang lah
gitu, gaji wartawan juga alakadarnya, jadi yah gapapa lah tambahan
selama tidak meminta gitu.”
Pewawancara : “ Tapi hal tersebut pernah terjadi ga sama bapak?”
Narasumber : “ Ya pernah saya dulu wawancara komisaris bank NISP tahun 2007
lah tentang profil lah gitu, kita kalau ketemua dia meskipun
wartawan dijadwal janjian hari ini seminggu lagi baru bisa ketemu,
orang penting lah, nah setelah berita tayang dia baca , saya disuruh
datang ke kantornya dia nanya “ Pak Akmal apa yang bisa saya
bantu?”, singkat cerita saat itu saya bilang saya ga mau uang
karena nanti habis yang saya butuhkan komputer, besoknya datang
komputernya jadi ini bukan bentuk sogokan tetapi suatu bentuk
penghargaan lah, yang bentuknya sogokan pun pernah tapi kembali
lagi kepada diri kita sendiri jangan sampe bertentangan dengan hati
nurani gitu. “
Pewawancara : “ Pernah mengalami ancaman dari narasumber saat melakukan
liputan ga pak? “
Narasumber : “ Ya pernah waktu saya buka kasus di Majalaya salah satu
perusahaan tekstil memecat beberapa karyawan tanpa alasan yang
jelas saya expose saya beritain, pihak LSM nelpon saya bilang mau
ketemu dimana juga saya siap, ternyata cuman nelpon- nelpon
doang. Tapi kalo dari pihak aparat dan sampe membahayakan sih
belum pernah.”
Pewawancara : “ Bagaimana pendapat bapak tentang profesi jurnalis di era media
digital saat ini?”
Narasumber : “ Sekarang siapa aja orang bisa jadi jurnalis dengan handphone kita
masing- masing (citizen journalism)jadi jangankan jadi jurnalis
dengan era digital sekarang, dari handphone aja sekarang bias
menghasilkan uang. Contoh nih saya, temen-temen yang mau bayar
listrik,bpjs,dll banyak melalui saya, saya memanfaatkan media
online jual beli. Apalagi di dunia media, contohnya seperti tsunami
di aceh. Itu yang memvideokan pertama dia jual ke beberapa
perusahaan TV itu dia dibayar. “nih saya punya video bagus mau
beli ga?”, share dulu ke orangnya. “oh iya saya hargain 2 juta ya?”
jadi duit kan. Karena yang lain ga ada, beritanya ekslusif. Yang
namanya tsunami kadang-kadang kita ga ingat lagi handphone
larikan, orangtua juga ditinggalin kita larikan, taukan tsunami di
aceh nah itu sekarang lebih mudah dengan adanya fasilitas android
ini apa aja yang terjadi dilingkungan kalian, kalo misalnya suatu
ketika ada angin puting beliung itu bisa jadi berita, bisa jadi berita
di online, bias jadi berita di tv online kan ada streamingnya,
vidionya. Nah jadi jangan lengah yang aneh-aneh, yang unik unik,
yang belum ada orang tahu apa aja kuliner apa aja. Jadi duit bisa
dijual cumann asal kita tahu gimana caranya nah kan gampang
nanya sama google ,mau jual video ini kemana iyakan apalagi
kalian udah pernah kesini pasti nanti nanya nih ada yang bagus nih
gimana caranya nanti saya jelasin gitu.”

Pewawancara : “ bapak berpengalamankan ya udah lumayan lama jadi wartawan


perbedaan wartawan zaman dulu sama sekarang apasih?”
Narasumber : “ Zaman dulu saya masih pake fax, ngirim berita kejakarta itu harus
pake fax, sekarang kita ngobrol ngobrol saya bias bikin beritanya
20menit,15menit bisa jadi berita kalo dulu zaman saya kan masih
pake mesin tik ada yang kuliahnya di Jakarta kirim pake pos, nah
satu dua hari baru nyampekan, sekarang hitungan detik hitungan
menit.”
Pewawancara : “ Tapi sejahteraan wartawan zaman dulu atau sekarang ?”
Narasumber : “ Ah kalo sejahtera sekarang, kalo dulu tidak terlalu sih cuman
bedanya dulu tuh masih sedikit ya wartawanya kalo sekarang
organisasinya udah banyak, wartawanya udah banyak, nah jadi
seperti yang saya bilang tadi propesi jurnalis siapa aja sekarang
bisa , cuman dalam arti bisa itu ga resmi ya seperti kalian
inikan belum terjun langsung belum ada perusahaan atau
medianya tapi bisa bikin berita ke media media lain itu udah jdi
jurnalis. Jadi lebih sejahtera sekarang kayanya, seperti yang
saya bilang tadi asal ada kemauan bisa jadi uang , yang penting
kita harus tahu dan meilhat momen , kalian pergi kemana aja
handphone jangan lupa videoin apa aja ,kadang kadang
youtuber itukan kaya nya dari situ contohnya baim dia berani
buang buang uang dia tongkrongin tengah malam dia buka
baju dia datengin tukang bemo di Jakarta dia kasiih handphone ,
itu dia dibayar sama google semakin kita banyak like semakin
banyak uangnya jadi ga rugilah ngeluarin 10jt sampe15 jt dia
masuk dompet ratusan juta .”
Pewawancara : “ Kalo menurut bapak di zaman sekarang kebebebasan wartawan
itu di batasi oleh adanya undang-undang ITE dan wartawan itu
dilindungi oleh undang undang, tapi ada intervensi dari brimob
bahkan yang dichina sana ada yang tertembak ketika ada aksi demo
bagaimana menurut bapak ?”
Narasumber : “ Ya kan dimana mana propesi pasti ada resikonya pasti adalah tapi
kita kita harus melihat ini hanya kondisi politik saja kondisi rezim
zaman SBY kan ga seperti ini jadi kita harus hati hati mulai dari
posting sesuatu kita mikir dulu nih dampaknya apa ,apalagi kami
bikin berita di media ini efeknya gimana nih nah makanya media
media sekarang tuh minimalnya harus ada badan hokum untuk
melindungi kita karna prodak jurnalis wartawan itu medianya
berbadan hukum jadi harus lihat situasi harus lihat kondisi harus
bisa melihat perkembangan zaman kalo kita bikin berita tentang
politik ini dampaknya gimana walapun berita itu sudah lengkap
dan udah ada narasumber tapi kita harus lagi ini bahaya atau enggak
terutama diri kita sendiri jangan jangan bikin berita hari ini besok
udah hilang . saya aja misalnya bikin berita tentang pemerintah
penguasa kan sekarang dikit dikit langsung ditangkap posting ini
tangkap ah semuanya ditangkap pusingkan kembali lagi pada diri
kita bahaya atau itu bersiko dan itu berita tentang kebenaran kondisi
sekarang saya mikir lagi kalo bikin berita sekarang cari jalan aman
ajalah ,kan zaman dulu pernah kejadian Udin Dernas yang
wartawan disana banyak wartawan yang dibunuh terkait dengan
permerintahan sekarang ini memang dilindungi undang undang
segala macam tapi dalam dilapangan atau dikenyataan belum
melekat jadinya masih banyak orang orang yang tidak tahu gitu,
kadang kadang kalo ada demo wartawan itu di tendang dipukul
senapan padahalkan kita netral ga memihak siapa siapa
memberitakan yang real yang terjadi. Jadi harus lebih bijaklah “
Pewawancara : “ Harapan bapak untuk propesi jurnalis atau wartawan kedepanya
pengenya seperti apa dan apa yang harus ditingkatkan ?”
Narasumber : “ Jadi harapanya sih baik itu aparat, pemerintah mau tiu siapapun
jangan memandang wartawan itu seperti kadang kadang kita ini
dianggap musuh apalagi mungkin dimata aparat kadang kadang
bawahnya itu ga ngerti ketika kapolres kapolda udah tahu itu. Jadi
pemahaman di lini bawah tentang wartawan itu belum paham tugas
dan tanggung jawabnya kadang kita dihalangi gaboleh ini gaboleh
itu kalian seringkan nonton di youtube gimana itu intimidasi
terhadap kompas gaboleh syuting dan lain lain. Jadi masih banyak
intimidasi kepada wartawan apalagi kasus kasus dilapangan sperti
demo kita itu selalu dipihak yang lemah gak ada yang bantuin ,jadi
ke depannya undang undang bisa saling tahu tugas masing masing
dan saling menghargai .
Dokumentasi
LAPORAN HASIL WAWANCARA DENGAN TEMA
JURNALIS SEBAGAI PROFESI

MAKALAH
Ditujukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Dasar- Dasar Jurnalistik Pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Disusun Oleh:

1. Tanti Andayani ( 10020218072 )


2. Fahrul Muhamad Faisal ( 10020218073 )

PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439 H/2018 M

Anda mungkin juga menyukai