Anda di halaman 1dari 4

Pidato Pengorbanan Ibu: Tiga Pengorbanan Ibu, Belum Berbalas Walau Satu

Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillahi hamdan katsiron kama amr. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna
muhammadar rasululllah. Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad, wa ala ali Sayyidina
Muhammad.

Yang Terhormat, Bapak/Ibu…

Serta Teman-teman yang Saya Banggakan;

Pertama untuk memulai segala urusan ini, marilah kita luangkan waktu sempat dan sempit untuk
meninggikan syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kita bisa hadir
di ruangan ini dalam keadaan sehat tanpa ada kurang suatu hal apa pun.Sholawat beriring salam kita
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan seringnya bershalawat kita akan
mendapat pertolongan beliau di Hari Kiamat nanti.

Bapak, Ibu, serta teman-teman yang berbahagia;

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya jadi teringat dengan seorang manusia yang sangat berjasa
bagi saya pribadi, bagi masyarakat, juga bagi bangsa ini.

Beliau adalah seorang wanita yang semakin kita bertambah dewasa, ternyata usia mereka semakin
menua dan segera mendekati senja.
Teman-teman yang saya sayangi. Benar sekali, bahwa perempuan hebat nan sangat berjasa tadi tidak
lain dan tiada bukan adalah Ibu, Mama, Emak, Indok, atau sebutan sayang lain menurut adat dan
budaya negeri ini.
Dalam menjalani kehidupan ini, bisa kita sederhanakan ada minimal tiga pengorbanan besar seorang
mama untuk anaknya.

Pengorbanan pertama, yaitu Ibu rela menggendong kita ke sana kemari selama 9 bulan 10 hari.
Barangkali kurang, dan barangkali pula bisa lebih.

Pada masa-masa kehamilan tersebut, seorang Bunda mulai merasakan betapa repotnya bekerja,
sulitnya mencari posisi yang tepat untuk mencuci, bahkan merasa kesusahan saat istirahat.

Hal tersebut terjadi gara-gara ada bayi kita yang dikandungnya. Alhasil, dengan sebukit kesusahan
tersebut Ibu tetap mampu tersenyum dan sedikit pun tidak ingin mengeluh.

Teman-teman yang saya banggakan;

Berlanjut ke pengorbanan Ibu yang kedua, ialah masa-masa seorang Bunda merawat dan
membesarkan kita.

Mulai dari diri ini lahir ke dunia, menyusui, belajar tersenyum, merangkak, berdiri, berlari, lalu
membaca dan menulis semuanya berkat pengorbanan tulus seorang Ibu.

Benar-benar tulus, teman, karena sedikit pun Mama tidak pernah meminta imbalan atas biaya
pengasuhannya.

Bunda sangat bahagia ketika kita bisa menceritakan segala kisah tentang sekolah, tentang nilai ujian
yang dapat 80, tentang sulitnya ulangan hingga cuma dapat 20, dan tentang hal-hal berkesan lainnya.

Sampailah diri ini kanak-kanak, remaja, lalu menjelang dewasa. Semakin seorang anak bertambah
umur, semakin seorang Ibu banting tulang membantu Ayah demi mencukupi kebutuhan.
Sedangkan kita sebagai seorang anak? Sering kali hanya bisa mengeluh kepada Ibu tentang uang jajan
yang kurang, tentang kuota internet yang habis, tentang baju baru yang mulai kusam, dan sebukit
tentang lainnya.

Teman-teman yang saya banggakan;

Lalu, seperti apa pengorbanan yang ketiga? Nyatanya, Ibunda tercinta juga berjuang sepenuh hati
untuk melepaskan kita.

Bila kita adalah seorang laki-laki, maka Mama akan melepaskan kita untuk tinggal serumah dengan
istri. Lalu Mama? Kesepian di masa senjanya.

Pun demikian bila kita adalah seorang perempuan. Lagi-lagi Bunda akan melepaskan kita kepada
calon suami, dan surga kita pun segera berpindah menjadi ridho dari seorang suami.

Alhasil? Ibu pun mengorbankan masa tuanya untuk melepaskan kita dan berteman dengan sepi di
tengah uban yang kian bertambah.

Sayangnya, dari ketiga pengorbananan dan perjuangan seorang Ibu tersebut, satu pun rasanya belum
cukup bagi kita sebagai anak untuk membalas pengorbanan dan jasa seorang Ibu.

Sebagai seorang anak, barangkali kita lebih banyak membantah dan bermuka masam dibandingkan
tersenyum bahagia mendengar cerita Mama.

Tambah lagi ketika seorang Mama sering mengulang-ulang ceritanya. Itulah arti bahwa beliau sudah
sangat tua dan renta.

Teman-teman yang berbahagia;

Pada akhirnya, bersyukurlah kita yang pada hari ini masih didampingi seorang Ibunda. Jika Mama
masih hidup, tolong jangan sia-siakan kesempatan untuk berbakti dan menaati.

Dan jika Mama sudah dipanggil oleh Allah, maka berusahalah untuk menjadi anak saleh demi
membahagiakan beliau di alam sana.

Mudah-mudahan kita bisa bersama-sama Ibu di surganya Allah SWT. Aamiin.

Bapak, Ibu, serta teman-teman yang berbahagia;

Demikianlah pidato yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang mulia ini. Atas banyaknya
khilaf dan salah, saya mohon maaf. Saya akhiri;

Wassalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh


IBUKU PAHLAWANKU

Assalamu’alaikum Wr Wb
Yang terhormat Kepala Sekolah
Yang saya hormati Bapak/Ibu Guru serta staf Tata Usaha

Dan teman-teman yang saya cintai

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya
sehingga kita dapat berkumpul disini dan pada hari ini saya akan menyampaikan pidato tentang IBU.

Puji Tuhan dan terima kasih karena saya diberi kesempatan untuk mengungkapkan dan
menyampaikan beberapa patah kata tentang makna seorang ibu bagi saya.

Ibu adalah sosok yang penting dalam hidup saya dan mungkin bisa dipastikan sosok yang penting
pula dalam hidup kita semua. Ibulah yang dengan segala kemampuannya merawat kita dari kita masih
dalam kandungan sampai kita hadir di dunia ini.

Sepanjang perjalanan hidup kita, adakah yang lebih berjasa kepada kita selain ibu? Saya tahu,
jawaban atas pertanyaan ini tentu akan beragam. Namun saya punya keyakinan bahwa sebagian besar
jawaban atas pertanyaan ini adalah: TIDAK ADA! Siapapun anda, entah seorang direktur atau tukang
cukur, insinyur atau tukang sayur, jenderal atau kopral, pengamen atau parlemen, guru, dosen,
menteri, presiden, bahkan raja atau seorang bandit sekalipun… pasti ia terlahir dari seorang ibu.
Karenanya, tak dapat dipungkiri bahwa ibu merupakan sosok paling sentral dan monumental dalam
hidup dan kehidupan kita. Rasanya, tidaklah berlebihan jika aku sendiri menyebut ibuku sebagai
pahlawanku, bahkan tentu melebihi predikat itu.

Ibuku adalah pahlawanku, bukan saja karena ia telah melahirkan dan membesarkanku. Lebih dari itu,
ia adalah manusia pertama yang memberi segala inspirasi. Suka-duka, sedih-gembira, tangis dan tawa,
segala senang dan derita. Darah, gairah,keringat, semangat, cinta dan air mata –adalah sebongkah
mutiara hidup dengan segala pemaknaan,kecemasan dan pengharapan ,ditumpahkannya dengan penuh
kerelaan dan kasih sayang.Sepanjang perjalanan hidupku, tentu begitu banyak atau bahkan terlalu
banyak pengorbanan dan pemberian yang telah dicurahkan ibuku untukku hingga aku tidak akan
sanggup menghitungnya. Kalau pun aku harus mengingat dan menyebut pengorbanan dan pemberian
itu satu per satu, aku yakin, apa yang kuingat dan apa yang kusebut pasti jauh lebih sedikit dari daftar
pengorbanan dan pemberian ibuku yang tidak dapat kuingat dan tidak dapat kusebutkan.

Namun dari semua itu, hal yang paling kuat kuingat dan kesan yang paling membekas dalam hatiku
dari sosok ibuku adalah kesabaran, ketegaran dan kegigihannya. Ini antara lain terrekam dari
bagaimana ia merawat, mendidik, dan membesarkan aku, dan kegigihanibuku menghadapi segenap
persoalan kehidupan, termasuk dan terutama menangani keunikan sekaligus kenakalan anak-anaknya.
Masih segar dalam ingatanku bagaimana ibuku begitu sabar meladeni rengekan kerewelan dan
kebandelanku dari hari ke hari. Namun segala kerewelanku selalu dihadapinya dengan senyum
dikulum, dengan ketegaran dan kesabarannya.

Kesabaran dan ketabahan ibuku laksana batu karang yang tegar dihantam gelombang pasang.
Sementara kegigihan yang ditampilkannya bak pahlawan yang tandang ke medan juang.

Terima kasih ibu atas segala doa dan kasih sayangmu kepada kami.

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Anda mungkin juga menyukai