Anda di halaman 1dari 3

WAKIL RAKYAT MISKIN KEPERCAYAAN DAN ETIKA

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif, artinya


bahwa mereka dipilih rakyat untuk mewakili rakyat dalam mengawasi Pemerintah
dan mewakili rakyat dalam membuat Undang-undang demi kesejahteraan rakyat.
Dalam hal inilah maka DPR sebagai wakil rakyat harus cerdas menangkap
aspirasi rakyat dan mengusulkannya kepada Pemerintah, ataupun membuat
Undang-undang berdasarkan aspirasi rakyat untuk kesejahteraan rakyat.
Sungguh suatu hal yang ironi apabila DPR yang dipandang sebagai "wakil
rakyat, yang menjadi penyalur aspirasi rakyat, yang menyampaikan keinginan
rakyat. Pada awalnya sebelum mereka terpilih selalu menjanjikan sesuatu yang
manis kepada masyarakat; perubahan, pembangunan, kemajuan, dll. Namun
kenyataannya sekarang apa? Setelah mereka menjadi anggota DPR mereka lupa
akan semua janji-janji mereka itu. Hal ini tidaklah mengherankan karena mereka
juga mempunyai suatu motivasi lain dalam bekerja, yaitu keuntungan. Seperti
yang pernah kita ketahui bahwa mayoritas dari mereka mengeluarkan banyak
modal (uang) untuk membantu mereka mencapai tujuannya. Beberapa diantara
mereka ada yang menggunakan uang sendiri, ada yang menjual tanahnya,
rumahnya, harta bendanya. Namun juga tidak sedikit yang berhutang demi
mencukupi dana yang mereka perlukan sebagai suatu modal dalam kampanye
mereka. Nah, inilah yang menjadi masalah utama. Mereka cenderung memakai
segala cara untuk mengembalikan uang yang telah mereka keluarkan. Mulai dari
manipulasi anggaran, mengalokasikan dana yang tidak perlu, dll. Maka tidaklah
heran jika kita mendengar banyak anggota DPR yang terkena kasus korupsi.
Karena mereka merasa bahwa menjadi anggota DPR itu adalah sebuah pekerjaan.
Sebuah usaha yang mengedepankan suatu keuntungan. Berbeda dengan para
anggota DPR(Senator) yang ada di Amerika Serikat, rata-rata mereka adalah
orang yang sudah cukup secara finansial. Jadi motivasi mereka menjadi anggota
DPR adalah untuk sebuah pengabdian, dan bukanlah pekerjaan. Yang memang
bertujuan untuk menjadi "wakil rakyat", yang benar-benar memperjuangkan hakhak rakyat.
Sebagai seorang wakil rakyat, tidak etis rasanya jika seorang pemimpin
menggunakan dana anggaran pembangunan sebagai tempat mendulang rupiah.

Memperkaya diri sendiri maupun kelompok dengan mengeruk uang rakyat


merupakan perbuatan yang sangat keji, mengingat keadaan perekonomian rakyat
yang masih dalam garis kemiskinan. Selain itu sebagai seorang wakil rakyat
seharusnya mereka bertindak sebagai seseorang yang dapat menjadi panutan,
dapat menerima masukan dari masyarakat, sensitif terhadap permasalahan yang
ada disekitar sehingga dapat disegani rakyat kebanyakan. Bukan malah menjadi
bahan pembicaraan negatif, yang menghiasi media massa dengan pemberitaan
korupsi.
Selain itu sebagai seorang wakil rakyat seharusnya mereka bertindak
sebagai seseorang yang dapat menjadi panutan, dapat menerima masukan dari
masyarakat, sensitif terhadap permasalahan yang ada disekitar sehingga dapat
disegani rakyat kebanyakan. Bukan malah menjadi bahan pembicaraan negatif,
yang

menghiasi

media

massa

dengan

pemberitaan

korupsi.

Kita selalu disuguhi informasi mengenai pelanggaran-pelanggaran yang


dilakukan oleh wakil rakyat. Pelanggaran yang dilakukan atas nama jabatan
ataupun atas nama pribadi. korupsi, perebutan kekuasaan, asusila, dan perbuatan
amoral lainnya. Hingga membuat kita bertanya tanya tentang moral pejabat publik
di negeri ini. Perbuatan yang mereka lakukan menandakan lemahnya moral wakil
rakyat di negeri ini, sekalipun mereka menyandang gelar pendidikan yang tinggi.
Kalau mereka sebagai adalah wakil rakyat, maka seharusnya mereka
menyuarakan suara teriakan rakyat yang miskin. Menyuarakan suara para petani
yang butuh pupuk, benih dan pembasmi hama yang murah, serta butuh bagaimana
hasil dari jerih payah mereka bisa dihargai dengan layak. Kalau memang mereka
wakil rakyat, maka mereka seharusnya menyuarakan suara para nelayan yang
membutuhkan bagaimana agar hasil tangkapan mereka dihargai dengan layak,
sehingga mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka dan mereka hidup layak.
Kalau memang mereka adalah wakil rakyat, maka seharusnya mereka membawa
dan meneriakan suara teriak rakyat tentang mutu pendidikan yang merosot tetapi
untuk sekolah justru sangat mahal.
Dan kalau memang mereka wakil rakyat, maka tak sepantasnya mereka
ngotot untuk membangun gedung megah untuk tempat mereka bersidang dan
berkantor, karena idelanya wakil rakyat harus merakyat, hidup dan bergaul dengan

rakyat, berbicara dengan rakyat, mendengar keluh kesah rakyat, bukan tinggal di
tempat yang mewah. Wakil rakyat juga cukup kalau bersidang dan melaksanakan
rapat di tempat yang merakyat, bukan di tempat mewah yang justru menjadi
tempat bagi sebagian dari mereka memanfaatkan waktu untuk sekedar dudukduduk, tidur-tiduran, nonton video porno, ribut saling meneriki satu sama lain
agar dikatakan hebat. Itu semua adalah hal yang tak pantas mereka lakukan
sebagai wakil rakyat, karna rakyat dan wakilnya seharusnya bekerja dan berbuat
bersama,

bersama-sama

mengontrol

pemerintahan

agar

pemerintah

memperhatikan kepentingan rakyat, membangun untuk semua kalangan rakyat.


Ironis nasib rakyat Indonesia, memiliki wakil rakyat tetapi tidak
merakyat, mental DPR masih terlalalu manja, rakyat tidak di jajah tapi merasa di
jajah oleh para wakilnya, kerjaan cuma menghabiskan anggaran yang lebih
bermakna jika di gunakan untuk kepentingan rakyat.
Betapa ironisnya menyaksikan sandiwara di negeri ini. Sandiwara
kehidupan yang tak menghibur. Betapa bobroknya moral dan perilaku sebagian
pejabat negara pada semua yang berlaku curang dengan korupsi, nepotisme dan
berbagai bentuk sandiwara yang setiap hari menghiasi ruang publik di negeri ini.
Bobrok, karena negara ini adalah negara yang mengakui diri sebagai negara yang
bangsanya beragama, negara hukum, tapi perilaku sebagian pejabatnya bukanlah
perilaku orang yang beragama, bukan perilaku orang yang bermoral karena lalai
atas kewajiban untuk melayani rakyat yang harus diurus oleh mereka.
Negara ini sebagai negara hukum telah mengkum dirinya sendiri dengan
hukuman kehilangan kepercayaan dari rakyat, bangsanya sendiri.

Sumber :
http://www.kompasiana.com/nades.medan/benarkah-dpr-adalah-wakilrakyat_5500ab5ea333112370511a1b
http://www.kompasiana.com/www.fotoberita.com/disaat-pejabat-publikmengkhianati-kepercayaan-rakyat_551b2942a33311b320b65c91
http://www.kompasiana.com/angindirantai/dpr-dan-hakrakyat_54f970f7a33311e4608b464f

Anda mungkin juga menyukai