Anda di halaman 1dari 2

VOX PRINCIPE, VOX DEI

Hal yang sebelumnya kita kenal dengan VOX POPULI, VOX DEI merupakan Ungkapan yang di
populerkan oleh Sir William Temple dalam bukunya "Upon the Gardens of Epicurus." Pada abad ke 17.
Hal ini mungkin sudah tidak relevan lagi dalam praktiknya di dalam dunia politik. Hal yang kita tanamkan
bahwa rakyatlah yang memiliki kedaulatan di negara republik, lama kelamaan semakin menjadi semu
dalam praktiknya. Dalam negara republik seharusnya rakyatlah yang memiliki kedaulatan dari badan
perwakilan yang dibentuk, dan mereka menyerap suara-suara dari rakyat yang mereka wakili. Namun
sekarang hanyalah angan-angan belaka, dan ungkapan tersebut berubah menjadi VOX PRINCIPE, VOX
DEI. Yang artinya adalah suara penguasa, adalah suara tuhan.

Pada awalnya, Gerakan rakyat adalah nyawa dari politik namun pada kenyataanya Gerakan politiklah
yang menjadi nyawa rakyat. Perwakilan-perwakilan yang seharusnya berpihak kepada rakyat yang
diwakilkan oleh mereka, namun pada kenyataanya mereka hanyalah menjadi perwakilan dari kapitalis-
kapitalis yang memiki kepentingan dalam dunia bisnis. Jika kita menarik jauh, banyak contoh lain dari
bobroknya pemerintahan Inggris di kota Birmingham, pemerintah berpihak kepada pemilik modal yang
kebanyakan dari mereka mengeksploitasi pekerjanya secara berlebihan. Rakyat hanya menjadi bidak-
bidak saja dalam pemenuhan perkembangan ekonomi kota tersebut, pemerintah mengorbankan
rakyatnya demi mendapatkan untung yang berlebih. Jika kita bandingkan dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah kita sendiri, apakah dapat kita menemukan persamaan?.

Perwakilan yang seharusnya dipilih karena apa yang mereka lakukan saat menjadi rakyat, kini
hanyalah sebuah alat untuk pencitraan saja. yang seharusnya rakyatlah yang menggerakan anggotanya
untuk menjadi badan perwakilan, kini hanyalah sebuah angan-angan. Perwakilan palsu yang menduduki
kursi kekuasaan sekarang, merupakan hasil dari kebohongan-kebohongan yang mereka sebarkan saat
kampanye sebelum pemilihan. Berpura-pura mendengarkan rakyat, namun ketika sudah menduduki
kursi tersebut, mereka hanya mendengarkan perintah-perintah dari badan yang lebih menguntungkan.
Kita tidak bisa menutup mata terkait praktik money politic yang ada. Ketika mereka berkampanye, kita
bisa melihat berapa banyak uang yang mereka habiskan untuk membuat rakyat memilih mereka. Uang
yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kegiatan sosial menjadi alat untuk membuat tangga menunju
istana kekuasaan.

Sebenarnya siapa yang mereka wakilkan?, ketika rakyat tidak tahu menahu soal kebijakan, ketika
rakyat juga merasa dirugikan atas kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh babu cukong tersebut. Kita
bisa melihat, kekacauan-kekacauan yang disebabkan oleh penguasa negeri ini dalam sengketa
pertanahan akhir-akhir ini. Kebijakan dalam pembentukan perundang-undangan juga memunculkan
sebuah tanda tanya besar ketika rakyat tidak dilibatkan dalam pembuatanya, dan juga ketika rakyat
menolaknya, mereka mendapatkan tindakan represif dari pejabat.

Kebijakan-kebijakan pemerintah yang berasal dari penguasa yang sebenarnya, yang bukan merupakan
suara rakyat, haruslah kita lawan. Sebagai rakyatpun, kita harus kembalikan martabat kita sebagai
pemegang kedaulatan yang sebenarnya. Kita harus lebih membuka mata dengan apa yang terjadi di
negara kita tercinta ini. Agar kita bisa meneriakan Kembali dengan lantang kemerdekaan kita yang
sebenarnya. Agar kita bisa mengembalikan esensi dari VOX POPULI, VOX DEI .

Anda mungkin juga menyukai