Anda di halaman 1dari 2

Kecurangan Pemilu

Negara Indonesia adalah Negara yang menganut paham demokrasi, di mana pemimpin dipilih
oleh rakyat. Setiap lima tahun sekali, Negara Indonesia mengadakan pesta demokrasi yang
dikenal dengan sebutan pemilu. Dengan adanya pemilu, rakyat Indonesia menyalurkan hak
pilihnya untuk memilih pemimpin. Hak pilih diberikan kepada warga Negara Indonesia yang
sudah berusia minimal 17 tahun. Sudah sepatutnya, kita sebagai warga Negara yang baik agar
menggunakan hak pilih dengan benar.

Dewasa ini, sudah tidak asing lagi dengan kasus-kasus kecurangan pemilu, mulai dari suap-
menyuap, penggembungan suara, kampanye hitam, serta masih banyak lagi kecurangan yang
lain. Yang paling sering terjadi dan sering kita temui, bahkan sangat familiar adalah suap-
menyuap. Suap-menyuap seolah-olah merupakan kewajiban bagi calon pemimpin, yang
mana tim sukses dari calon pemimpin memberikan sejumlah uang kepada rakyat yang
mempunyai hak pilih agar menyalurkan hak pilihnya kepada calon pemimpin tersebut.
Kecurangan model ini sudah terjadi setiap pesta demokrasi, bukan hanya di pemilihan umum
saja, bahkan di pilkada, pilkades pun melakukan kecurangan model ini. Suap-menyuap ini
terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah faktor masyarakat
yang tingkat pendidikannya rendah atau juga dipengaruhi oleh faktor kemiskinan bahkan juga
faktor kesadaran dari masyarakat itu sendiri.

Seperti yang kita tahu, bahwa cuan menjadi masalah terbesar dalam kehidupan. Keserakahan
serta kemiskinan sudah tidak lagi dapat dibedakan. Sebagian besar masyarakat masih berpikir
bahwa tak ada uang maka tidak akan menggunakan hak pilihnya di pesta demokrasi. Ada
juga yang berpendapat, kubu mana yang mengeluarkan banyak uang, maka kubu itu yang
akan masyarakat pilih. Jadi, kecurangan ini terjadi bukan hanya karena faktor dari kubu-kubu
saja, melainkan juga ada tindak andil masyarakat di sana. Tanpa kita sadari, sejatinya suap-
menyuap sangat merugikan baik kepada calon pemimpin, kubu, tim yang ikut berkontribusi
dan juga merugikan masyarakat serta negara.

Ditinjau dari calon pemimpin, mereka akan mengalami kerugian besar. Jika saja mereka
menyuap dengan jumlah 20.000 untuk satu suara, bisa dikalikan dengan berapa suara yang
mereka suap, berapa hak pilih yang mereka suap agar menyalurkan suaranya. Ketika tidak
jadi pemimpin, maka mereka akan mengalami kerugian besar karena selain menyuap mereka
juga harus menggaji tim sukses. Bukan hanya kerugian materi, bahkan mereka juga
mengalami kerugian mental. Tak jarang kita temui kasus-kasus calon gubernur, calon DPR
atau DPD yang gila karena tidak terpilih sedangkan mereka sudah keluar banyak biaya. Pada
akhirnya mereka malah menghabiskan biaya lagi untuk pengobatan dan lain-lain. Jika pun
calon tersebut menjadi pemimpin, ia juga akan kebingungan mengembalikan modal. Bahkan
tak jarang mereka berani korupsi untuk mengembalikan modal suap-menyuap tadi.

Ditinjau dari masyarakat, masyarakat juga akan mengalami kerugian karena memiliki
pemimpin yang gila jabatan. Masyarakat akan kelimpungan saat mengetahui bahwa
pilihannya tidak sesuai ekspetasi, karena pemimpin tersebut malah digadang-gadang
menggelapkan dana masyarakat untuk menutupi modal suap menyuap sebelum pemilihan
tadi. Terkadang juga kerugian yang dialami masyarakat adalah pertikaian antar saudara,
teman bahkan kolega. Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang demikian, sangat
memungkinkan pertikaian itu terjadi hanya karena beda dalam memilih calon pemimpin.

Ditinjau dari negara, negara juga akan mengalami kerugian yang tak kalah besar dibanding
calon pemimpin. Dengan adanya kecurangan pemilu, sangat memungkinkan bahwa
pemimpin yang diperoleh akan jauh dari kata adil. Maka dengan adanya kecurangan tersebut
banyak pemimpin-pemimpin yang korupsi, banyak diantara mereka yang asal memimpin
tanpa peduli. Karena korupsi dimana-mana maka keuangan negara akan menipis dan krisis.
Bahkan para petinggi negara semakin berani untuk berhutang ke negara lain dengan dalih
mengurangi krisis ekonomi. Padahal, sejatinya uang negara banyak yang masuk ke kantong
para petinggi negeri ini.

Dari berbagai opini di atas, dapat disimpulkan bahwa negara kita telah mengalami
kebobrokan pemilu. Baik pemerintah maupun masyarakat ikut andil dalam kecurangan
pemilu tersebut, akibatnya banyak kerugian yang dialami dari berbagai pihak, baik dari pihak
calon pemerintah, pemerintah itu sendiri, masyarakat dan juga negara. Kehancuran bangsa
kita menjadi taruhan akibat kecurangan pemilu. Ekonomi negara memburuk merupakan
akibat dari kecurangan pemilu. Ya, kecurangan pemilu adalah pemicu awal dari semua
kehancuran negara.

Setelah kita mengetahui kerugian kerugian yang akan kita alami jika melakukan kecurangan
pemilu, masihkah kita mau mengotorinya lagi? Padahal kita tahu, bahwa kecurangan pemilu
akan melahirkan pemimpin yang tidak adil, sedangkan kejujuran pemilu akan melahirkan
pemimpin yang jujur dan adil. Sebagai pemuda Indonesia, kita mempunyai peran untuk
menegakkan bangsa, menjadikan bangsa kita bangsa yang jujur dan maju. Lantas, bagaimana
mungkin kita gembor-gembor menginginkan pemimpin yang jujur dan adil, tapi sebagian dari
kita masih saja membudidayakan suap menyuap bahkan ikut menerima suap? Jika kita
menginginkan negara ini menjadi negara yang maju, maka berhenti menerima suap, berhenti
melakukan kampanye hitam. Jadilah pribadi yang adil dimulai dari diri sendiri. Dengan kita
berhenti menerima suap, maka kita sudah berupaya menghentikan penyuap.

Dalam mengatasi kecurangan pemilu ini, sudah selayaknya kita sebagai pemuda Indonesia
mengadakan seminar atau sosialisasi pemilu sehat untuk meminimalisir terjadinya
kecurangan. Target peserta seminar bisa di usia SMA sederajat. Jadi ada yang mendatangi
sekolah melakukan kerja sama untuk melakukan sosialisasi pemilu sehat. Selain di SMA,
sosialisasi bisa juga diadakan di desa-desa terpencil yang masih sangat kental dengan suap
menyuap. Kita bisa bekerja sama dengan karang taruna remaja untuk melakukan sosialisasi
tersebut. Dengan diadakannya sosialisasi pemilu sehat diharapkan agar masyarakat tidak lagi
menerima suap dari calon calon pemimpin, agar masyarakat terlebih dahulu mengenali calon
pemimpin dan memilihnnya karena kapasitas yang mumpuni, bukan lagi karena banyak uang
yang mereka terima. Dengan begitu, akan meminimalisir kecurangan pemilu yang marak
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai