Anda di halaman 1dari 3

Kembali Kepada Rakyat

Oleh Dika Moehammad

Perjuangan kita sangat panjang. Membuat rakyat sejahtera dan bahagia, bukan
persoalan mudah. Kita bisa berjuang setiap hari, tapi belum tentu berhasil esok pagi.
Perjuangan ini bukan melulu persoalan kemau-an, tapi juga kemampuan mengolah
setiap potensi yang ada di rakyat. Sejak penindasan masih ada, perjuangan itu sudah
ada. Sejak itu, usaha untuk mengubah keadaan adalah kehendak sejarah. Jutaan
orang telah berjuang setiap waktu demi kehidupan yang lebih baik.

Dalam perjuangan yang panjang itu, rayatlah tujuan segalanya. Perjuangan tanpa
rakyat hanya menghasilkan impian-impian kosong. Inilah mengapa rakyat bukan obyek
perjuangan, melainkan subyek perjuangan. Kekuatan rakyatlah baling-baling utama
perubahan. Rayatlah tulang punggung perubahan. Kita tidak boleh sesekali
memunggungi rakyat. Banyak kalangan yang berjuang atas nama rakyat, namun sikap
politiknya justru berseberangan dengan rakyat, atau malah menjauh dari rakyat. Kita
jangan sampai menipu rakyat dengan omong kosong dan janji-janji. Semuanya harus
dibuktikan lewat kerja dan tindakan nyata.

Tugas kita adalah mengambil hati rakyat, bukan menyakitinya. Usaha-usaha untuk
berdekatan dengan rakyat merupakan langkah penting agar perjuangan kita
mempumpunyai kekuatan yang besar seperti gelombang samudera yang datang silih
berganti. Kita harus paham kehendak rakyat, bukan kehendak pribadi. Sebagai poros
perjuangan, rayatlah yang memegang kendali. Pertanyaannya, kapan terakhir kali kita
turun ke rakyat?

Sebelum membahas persoalan di atas, ada baiknya kita memahami dulu pengertian
rakyat agar tidak terkecoh. Apa saja pengertian rakyat?

1. Menutut Herman J. Waluyo mengartikan rakyat adalah darah di tubuh suatu


bangsa dan debar sepanjang masa
2. Menurut kamus besar bahasa Indonesia menuliskan pengertian rakyat sebagai
penduduk sebuah negera.
3. Menurut Issei mengartikan rakyat adalah konsepsi politik yang bukan konsepsi
arimatik ataupun statistik, rakyat tidak selalu berarti seluruh penduduk.
4. Menurut Anwar Harjono mengartikan rakyat adalah sumber kekuasaan
5. Menurut M. Hasan mengartikan rakyat adalah orang satu kelompok yang
berkaitan dalam membuat dan melaksanakan segala aturan aturan bagi
masyarakat tertentu.
6. Menurut Bahar Rifai mengartikan rakyat adalah semua orang yang tinggal pada
suatu wilayah atau negara
7. Menurut Aa Nurdiman mengartikan rakyat adalah sekumpulan manusia yang di
satukan oleh rasa persamaan dan kebersamaan dalam mendiami suatu wilayah
negara.
8. Menurut Aloys Budi Purnomo mengartikan rakyat adalah pemegang penuh
kedaulatan negara.
9. Menurut Doed Joesoef mengartikan rakyat adalah keseluruhan perorangan atau
individu yang hidup pada wilayah nasional dan tertunduk pada peraturan
perundang undangan yang sama.

Dari pengertian itu makna rakyat sangat luas. Ia bisa buruh, petani, kaum miskin kota,
pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, intelektual, tentara, polisi, guru, dosen dan
masih banyak lagi. Inilah mengapa kita harus mengambil pengertian yang pas tentang
rakyat. Dalam pengertian ini, rakyat adalah kelas-kelas yang ditindas oleh sistem
kapitalisme. Ia bisa siapa saja yang dihisap oleh kapitalisme.

Dalam konteks perjuangan kita, rakyat adalah kaum miskin yang ada di berbagai sektor
kehidupan, baik di kota, desa, buruh, tani, nelayan dan siapa saja yang hidupnya miskin
karena kapitalisme. Garis tegas ini harus ditarik agar kita bisa mengetahui dengan pasti
mana kawan dan lawan. Penguasa, pemilik modal, juga merupakan bagian dari rakyat,
tapi mereka adalah lawan kita.

Bila kita sudah mengetahui rakyat mana yang akan kita tuju, maka kepada merekalah
kita mengabdikan diri dalam perjuangan. Masih banyak organisasi perjuangan yang
enggan turun ke rakyat. Mereka hanya sibuk dengan isu-isu elitis yang tak menjangkar
pada persoalan rakyat. Inilah mengapa perjuangan mereka tidak ada manfaatnya bagi
rakyat.

Turun ke rakyat merupakan kewajiban bagi kader-kader organisasi progresif. Setiap


hari harus menyapa rakyat, mencari tahu apa persoalan dan problem rakyat. Ajak
rakyat berbagi cerita tentang masalah sehari-hari, kalau kita mampu berikan solusi, bila
tidak mampu diskusikan dengan kolektif untuk mencari jalan keluarnya. Dari problem-
problem rakyat itulah kita menyusun program perjuangan. Dengan begitu program
perjuangan bukan keinginan kita, namun merupakan keinginan rakyat.

Agar mudah mengorganisir rakyat, kita bisa membuat posko-posko. Tujuannya adalah
sebagai tempat berkumpul dan membuat kolektif bersama rakyat. Posko ini semacam
sekretarian. Di tempat inilah kita diskusi, belajar bersama, memecahkan masalah
bersama hingga menyusun aksi bersama. Posko ini ibarat sapu tempat kita
mengumpulkan lidi-lidi menjadi satu kesatuan yang utuh.

Perlakukan rakyat dengan baik. Jangan sampai kita membuat masalah di tengah-
tengah rakyat. Kita tak bisa berbuat sesukanya terhadap rakyat. Moralitas sebagai
kader progresif harus dijaga. Inilah yang akan membangun kedekatan dengan
rakyat.Tanpa ada kedekatan, kita tidak bisa mengajak rakyat berjuang. Kita bangun
dulu kedekatan politik sebelum kita ajak dalam kedekatan organisasi, politik dan
ideologi. Inilah pentingnya membangun ikatan emosional dengan rakyat.

Mari kita kembali ke rakyat, jangan hanya duduk ongkang-ongkang di sekretariat. Kita
membutuhkan rakyat. Ulurkan tangan ke rakyat agar kita dicintai rakyat. Dekatkan diri
kita ke rakyat. Rekatkan hubungan kita dengan rakyat. Dengan begitu perjuangan kita
akan bermakna bagi rakyat.***

Dika Moehammad, Sekretaris Nasional DPN SPRI Periode 2022 - 2027

Anda mungkin juga menyukai