Jakarta 2021
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
PEDOMAN DASAR KADER
Ahmad Baidhowi AR
Hodari Mahdan Abdallah
Diterbitkan oleh:
DPP Partai NasDem
Bidang Kaderisasi dan Pendidikan Politik
Bekerjasama dengan Akademi Bela Negara
Penulis:
Ahmad Baidhowi AR
Hodari Mahdan Abdallah
Editor:
Siti Aisyah
Grafis:
Wahyu Kunto Duto S.
Nama :
No. e-KTA :
Asal DPD :
Jabatan : Pengurus / bukan pengurus (coret yang tidak sesuai)
(posisi saat ini, jika pengurus)
Alamat :
TETAP JAGA
SEMANGAT CINTA
TANAH AIR
“
Politik hari ini warnanya bisa
hijau, kuning, tahun depan biru.
Itu hal yang biasa. Tapi yang
harus diingat: sekali Indonesia,
tetap Indonesia!
SURYA PALOH
Ketua Umum Partai NasDem
Sekapur Sirih
Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem
Franklin D. Roosevelt
Kata Pengantar
Mayjen TNI (Purn.) IGK Manila
Natasha Rothwell
Tentang
Ideologi Partai
Ahmad Baidhowi AR
Kata Pengantar
vi
Mayjen TNI (Purn.) IGK Manila
BAB I Pendahuluan 3
Latar Belakang 3
Tujuan 10
Sistematika Penulisan 10
BAB II Landasan Historis dan Filosofis 14
Sebuah Fragmen 14
Konteks Politik dan Ekonomi 17
Public Distrust 18
Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi 21
Intoleransi 23
Kebijakan Nir-Publik 27
Daftar Pustaka 92
Pendahuluan
“Pendidikan politik itu punya konotasi negatif
karena tak ada bedanya dengan propaganda yang lebih
mengagungkan tujuan untuk membangun dukungan
bagi kebijakan-kebijakan penguasa.”
—Alfred De Grazia
dalam Elements of Political Science (1952: 255)
Latar Belakang
Hampir sepuluh tahun Partai NasDem terlibat percaturan
politik di Indonesia. Gerakan partai ini terbukti menuai progres
setidaknya dilihat dari potret capaian elektoralnya. Dua kali ikut
pemilihan umum (Pemilu 2014 dan 2019), suara partai pengusung
tagline “Gerakan Perubahan” ini meningkat cukup signifikan.
Total suara DPR-RI dari urutan ke delapan pada 2014 menjadi
urutan ke lima pada 2019 dengan kenaikan 2,33% (Lihat: Tabel
I). Keberhasilan ini mengantarkan kader NasDem menduduki
59 kursi (dari 575) di DPR-RI pada periode kedua (2019-2024)
Sistematika Penulisan
Buku ini diawali Bab I (Pendahuluan) memuat tiga
pembahasan. Pertama, latar belakang berisi uraian singkat,
padat dan jelas mengenai pertanyaan: kenapa buku ini penting
untuk ditulis? Kedua, tujuan: untuk apa buku ini ditulis? Ketiga,
sistematika penulisan: apa saja bab yang terdapat dalam buku
ini? Bab II (Latar Belakang Historis dan Filosofis Lahirnya Partai
NasDem) mengurai konteks politik dan ekonomi di Indonesia
tepat pada saat dan sebelum Partai NasDem didirikan yang
kemudian menjadi arah dari narasi besar teks GBHP. Terdapat
empat pembahasan terkait itu. Pertama, ketidakpercayaan publik
terhadap partai politik. Kedua, politik identitas dan kemerosotan
demokrasi. Ketiga, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Dan
keempat, lemahnya pendidikan dan literasi politik di Indonesia.
Bab III ialah Ideologi Partai NasDem. Bab IV membahas Jatidiri
Partai NasDem. Bab V mengulas apa, kenapa dan bagaimana
Restorasi Kebijakan Publik itu seharusnya diterapkan. Bab VI
ialah uraian tentang Kesadaran Struktur. Bab VII: Penutup.
Bung Hatta
BAB II
Public Distrust
Paska-Reformasi 1998, keran demokrasi terbuka lebar.
Kebebasan berpendapat dan hak-hak politik yang sebelumnya
sempat dikebiri Orde Baru (Orba) kembali mengalami
pemulihan. Salah satu konsekuensi logis dari fenomena tersebut
adalah munculnya banyak partai, sehingga implementasi sistem
multipartai pun tak dapat dihindari. Pada Pemilu 1999, terdapat
48 partai yang ikut bertarung di panggung kontestasi elektoral.
Pada Pemilu 2004 berkurang hampir separuh menjadi 24 partai.
“
A lack of transparency result in
distrust and a deep sense of insecurity.
Dalai Lama
Intoleransi
Persoalan ketiga bangsa ini yang juga melatar-belakangi
lahirnya Partai NasDem adalah merebaknya paham dan sikap
intoleransi yang puncaknya nanti menjelma politik identitas.
Dalam rangka mengantisipasi masalah inilah Partai NasDem
lahir. “Di tengah situasi seperti itulah Partai NasDem didirikan…
Tidak ketinggalan, politik identitas berbasis SARA juga tumbuh
dalam perjalanan kehidupan politik di Tanah Air,” demikian
bunyi GBHP.
Intoleransi adalah sebuah sikap yang tidak mau—dan bahkan
berusaha untuk tidak—menghargai perbedaan (Dobbernack dan
Modood, 2013: 10). Justifikasi yang melandasi paham dan gerakan
tersebut untuk konteks pambahasan kali ini adalah ajaran-
ajaran agama yang ditafsir secara radikal (intoleransi beragama).
Sehingga, dari ajaran tersebut lahirlah ‘suatu kelompok umat’
yang paham keagamaannya berhasil teradikalisasi. Untuk umat
semacam ini Jones menyebutnya ‘kelompok garis keras’ (Jones,
2015: 8). Terdapat tiga contoh yang dia kemukakan: Front Pembela
1.
2.
3.
Tabel 1
Contoh Lembar Aksi Kader
Aksi
Misi Masalah
DPP DPW/DPD DPC/DPRt
Sistem
politik yang
demokratis
dan
berkeadilan
Sistem
ekonomi yang
demokratis
Gotong royong
sebagai budaya
Tabel 2
Lembar Aksi Kader
A B C
GBHP
—Pertanyaan:
1. Apakah yang Kakak ketahui tentang GBHP?
—Pertanyaan:
2. Apakah menurut Kakak GBHP ini penting dan perlu bagi
Partai NasDem?
Reff:
Nasional Demokrat
Dari hati damai, yang cinta negeri
Perjuangan tiada henti
Nasional Demokrat
Dari hati damai, yang cinta negeri
Demimu persada Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
Rendahnya Kohesivitas
Temuan tim riset ABN menunjukkan bahwa terdapat tiga
kesalahan penerapan kebijakan publik selama ini. Pertama, publik
tidak dilibatkan dalam setiap perumusan kebijakan. Kedua,
struktur partai politik tidak dijadikan sebagai rumah produksi
kebijakan. Ketiga, kesalahan pengelolaan kebijakan publik yang
terakhir adalah kepentingan elite terlalu mendominasi ruang
kebijakan. Dalam praktiknya, ketiga alasan ini selalu dipandang
sebelah mata oleh para politikus karena mereka melihat publik
sebagai objek dari kebijakan, bukan sebagai subjek. Cara pandang
ini tentu saja sangat merugikan publik, karena peniadaan
peranserta masyarakat dapat berakibat tidak diterimanya
program-program eksekutif dan legislatif secara baik.
Jika dilihat secara legal, penyertaan masyarakat sesungguhnya
merupakan tanggung jawab partai politik dalam mengkoordinasi
sekaligus mengakomodasi kepentingan publik hingga ke tingkat
RT. Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003, pengesahan APBD
2. Value atau nilai yang kita yakini akan tampak dalam perilaku
kita sehari-hari, termasuk perilaku politik kita sebagai kader.
Setuju Tidak setuju Tidak tahu
1. Ideologi
2. Nilai
3. Visi
4. Sadar Struktur
5. Kebijakan Publik
6. Kehendak untuk terus belajar
7. Moral
8. Etika, dan
9. Setia.
Penutup
Kesimpulan
Buku ini merupakan pedoman dasar bagi para kader Partai
NasDem untuk memahami makna ideologi partai beserta
konsekuensinya. Salah satu konsekuensi tersebut adalah
kehendak untuk selalu memperjuangkan ideologi secara benar.
Pilihan ideologi nasionalisme memiliki implikasi secara personal
maupun kelembagaan terhadap seluruh elemen dan fungsionaris
partai. Nasionalisme menuntut kader secara personal untuk
memiliki basis keyakinan yang kokoh dalam perilaku dan kerja
politik. Sedangkan secara kelembagaan, nasionalisme menuntut
terbangunnya kohesivitas internal partai dengan cara saling
menghargai perbedaan cara pandang selagi tetap berpijak pada
visi bersama.
Ideologi partai ini didasarkan pada akar historis dan filosofis
yang aktual seiring dengan pengalaman politik pendirinya,
Surya Paloh. Para kader yang berjuang membesarkan partai ini
penting untuk mengetahui relevansi ideologi dengan kerja politik
yang konsisten. Salah satunya adalah dengan terus-menerus
mempelajari, menganalisis, dan mengevaluasi sumber-sumber
dokumen kebijakan publik agar sesuai dengan cita-cita Restorasi
Indonesia.