Anda di halaman 1dari 14

d.

Tenaga Ahli dan Tanggung Jawab

Tenaga-tenaga ahli yang diusulkan untuk melaksanakan tugas-tugas


pekerjaan ini, sudah berpengalaman pada bidang pengawasan teknis
jalan dan jembatan masing-masing dengan kualifikasi sebagai berikut :

 Tenaga ahli adalah tenaga profesional yang telah mempunyai


kemampuan untuk bekerja sesuai dengan keahliannya dan memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugasnya seperti yang terdapat pada
KAK.
 Sehat jasmani untuk bekerja di lapangan dan mempunyai mental
yang baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Setiap tenaga ahli tersebut harus sudah mempunyai sertifikat keahlian


(SKA) dari asosiasi yang berwenang, untuk bidang yang sesuai/sama
dengan jenis pekerjaannya.
Keahlian yang diperlukan bagi pekerjaan pengawasan teknis ini adalah
sebagai berikut :

 Site Engineer, sekurang-kurangnya seorang Sarjana Teknik Sipil (S1)


dari suatu perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi swasta yang telah
disamakan atau perguruan tinggi internasional yang diakui. Untuk
perguruan tinggi swasta yang belum disamakan, harus telah lulus ujian
negara. Site Engineer harus memiliki pengalaman selama 5 tahun dalam
bidang pengawasan pelaksanaan pekerjaan jalan dan atau jembatan
sejak lulus.

 Ahli Kualitas,. sekurang-kurangnya seorang Sarjana Teknik Sipil (S1)


dari suatu perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi swasta yang telah
disamakan atau perguruan tinggi internasional yang diakui. Untuk
perguruan tinggi swasta yang belum disamakan, harus telah lulus ujian
negara. Ahli Kualitas harus memiliki pengalaman selama 4 tahun dalam
bidang pengawasan pelaksanaan pekerjaan jalan dan /atau jembatan
sejak lulus.

Tugas dan tanggungjawab dari masing-masing personil yang ditugaskan


dalam menangani kegiatan-kegiatan pengawasan teknis jalan dijelaskan
sebagai berikut :

1. Site Engineer
Site Engineer adalah Pejabat tim (Team Leader) konsultan atau Direksi
Teknis yang bertanggung jawab langsung kepada Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional dimana timnya ditugaskan untuk
melaksanakan jasa.
Site Engineer akan berkedudukan ditempat berdekatan dengan lokasi
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas-tugas Site Engineer
akan meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal yang tersebut dibawah
ini :

1). Mengawasi dan meneliti ketepatan dari semua


pengukuran/rekayasa lapangan yang dilakukan Kontraktor
sehingga dapat memudahkan SATUAN KERJA Pelaksanaan Jalan
Nasional mengambil keputusan-keputusan yang diperlukan,
termasuk untuk pekerjaan pengembalian kondisi dan pekerjaan
minor mendahului pekerjaan utama serta rekayasa terperinci lainnya.
2). Melakukan pengawasan secara teratur dan memeriksa pekerjaan
pada semua lokasi di lapangan dimana pekerjaan konstruksi sedang
dilaksanakan serta memberi penjelasan tertulis kepada kontraktor
mengenai apa yang sebenarnya dituntut dalam pekerjaan tersebut,
bila dalam kontrak hanya dinyatakan secara umum.
3). Mengupayakan bahwa kontraktor memahami dokumen kontrak
secara benar, melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi
serta gambar-gambar, dan kontraktor menerapkan teknik
pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok dengan keadaan lapangan
untuk berbagai macam kegiatan pekerjaan.
4). Membuat rekomendasi kepada SATUAN KERJA Pelaksanaan Jalan
Nasional untuk menerima atau menolak pekerjaan dan material.
5). Mencatat kemajuan setiap hari yang dicapai kontraktor pada
lembar kemajuan pekerjaan (progress schedule) yang telah
disetujui.
6). Memonitor secara seksama kemajuan dari semua pekerjaan dan
melaporkannya segera/tepat waktu bila kemajuan pekerjaan
terlambat sebagaimana tercantum pada buku Spesifikasi Umum
dan hal itu benar-benar berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian
yang direncanakan. Dalam hal demikian, maka Site Engineer juga
membuat rekomendasi secara tertulis bagaimana caranya untuk
mengejar keterlambatan tersebut.
7). Memeriksa dengan teliti semua kuantitas hasil pengukuran setiap
pekerjaan yang telah selesai yang disampaikan oleh Quantity
Engineer/Chief Inspector.
8). Menjamin bahwa sebelum kontraktor diijinkan untuk melaksanakan
pekerjaan berikutnya, maka pekerjaan-pekerjaan sebelumnya yang
akan tertutup atau menjadi tidak tampak harus sudah
diperiksa/diuji dan sudah memenuhi persyaratan dalam Dokumen
Kontrak.
9). Memberi rekomendasi kepada SATUAN KERJA Pelaksanaan Jalan
Nasional menyangkut mutu dan jumlah pekerjaan yang telah
selesai dan memeriksa kebenaran dari setiap sertifikat pembayaran
bulanan kontraktor.
10).Membuat perhitungan dan sketsa-sketsa yang benar untuk bahan
SATUAN KERJA Pelaksanaan Jalan Nasional pada setiap akan
memerintahkan perubahan pekerjaan.
11).Mengawasi dan memeriksa pembuatan Gambar Sebenarnya
Terbangun/Terpasang (as built drawing) dan mengupayakan agar
semua gambar tersebut dapat diselesaikan sebelum Penyerahan
Pertama Pekerjaan (PHO).
12).Memeriksa dengan teliti/seksama setiap gambar-gambar kerja dan
analisa/perhitungan-perhitungan konstruksinya dan kuantitasnya,
yang dibuat oleh kontraktor sebelum pelaksanaan.
13).Menyusun/memelihara arsip korespondensi proyek, laporan harian,
laporan mingguan, bagan kemajuan pekerjaan, pengukuran,
gambar-gambar dan lainnya.
14).Membuat laporan-laporan seperti tersebut pada Bagian 20
Kerangka Acuan ini, mengenai kemajuan fisik dan keuangan proyek
yang ada dibawah wewenangnya dan menyerahkan kepada
SATUAN KERJA Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional
(P2JN), serta instansi lain yang terkaitr tepat pada waktunya

2. Ahli Kualitas

Ahli Kualitas tugas utamanya harus menjamin bahwa metoda


pelaksanaan pekerjaan kontraktor dilapangan sesuai dengan ketentuan
yang ada, dan cara pengujian material dan kualitas hasil pekerjaan
kontraktor sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak.
Tanggung jawabnya akan mencakup, namun tidak terbatas pada apa
yang tersebut di bawah ini :
1). Bila dalam dokumen kontrak Penyedia Pekerjaan Konstruksi yang
bersangkutan harus mengadakan peralatan laboratorium, maka
Ahli Kualitas harus melakukan pengawasan yang seksama atas
pemasangan, pengaturan dan penempatan peralatan laboratorium
lapangan kontraktor serta memantau alat-alat pengujian sebelum
pekerjaan konstruksi dimulai, peralatan laboratorium yang ada
sudah siap dioperasikan.
2). Melaksanakan pengawasan dari hari ke hari atas semua pekerjaan
pengujian yang dikerjakan oleh kontraktor dan tenaga-tenaganya
dalam rangka pengendalian mutu material serta hasil
pekerjaannya, dan memberitahukan dengan segera kepada Site
Engineer tentang kekurangan-kekurangan yang ditemui baik dalam
prosedur pengujian yang dipakai maupun setiap cacat yang
terdapat pada material atau mutu pekerjaannya.
3). Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan serta
menyerahkan kepada Site Engineer rekomendasi secara tertulis
tentang disetujui atau ditolaknya material dari hasil pekerjaan yang
bersangkutan.
4). Mengawasi semua pelaksanaan pengujian dilapangan yang
dilakukan oleh kontraktor, dan dapat memastikan bahwa jumlah
core yang diambil itu atau lubang uji yang dibuat tidak kurang dari
syarat minimum yang ditetapkan spesifikasi, sehingga cukup
memungkinkan melakukan suatu evaluasi statistik untuk
mengukur/menghitung ketebalan lapisan perkerasan yang telah
dilaksanakan.
5). Memeriksa semua material / bahan yang didatangkan ke lokasi
proyek sehingga sebelum material tersebut digunakan sudah
sesuai dengan spesifikasi.
6). Menyerahkan kepada Site Engineer sebelum tanggal 14 setiap
bulan, suatu risalah bulanan mengenai semua hasil pengujian yang
diperoleh selama bulan sebelumnya, untuk diserahkan oleh Site
Engineer kepada Satker P2JN Provinsi Maluku, Laporan tersebut
berisikan data semua data laboratorium serta pengujian lapangan
berikut risalah / kesimpulan dari data yang ada.
7). Memberikan panduan dilapangan bagi personil teknisi Kontraktor
dan teknisi Konsultan mengenai metodologi pengujian yang
terkait / diperlukan.

3. Inspector
Bertanggung jawab untuk pengawasan pelaksanaan sehari-hari dari
pekerjaan pembangunan dan pemeriksaan kuantitas. Inspector
diisyaratkan berpengalaman melaksanakan pekerjaan kurang lebih 6
tahun dengan pendidikan minimal D2 atau 4 tahun dengan pendidikan
minimal D3

4. Surveyor
Harus bekerja dalam koordinasi dengan para Inspektor dan harus
bertanggung jawab untuk pemeriksaan volume yang dilakukan oleh
Kontraktor untuk memastikan perhitungan Bill of Quantity.
Surveyor diisyaratkan berpengalaman melaksanakan pekerjaan kurang
lebih 6 tahun dengan pendidikan minimal D2 atau 4 tahun dengan
pendidikan minimal D3

5. Material / Lab Technician


Menetapkan dan mengatur dan melatih, seperlunya (i) tim laboratorium
untuk pengujian material, (ii) sistem pencatatan laboratorium, dan (iii)
berhubungan mengenai hal-hal teknis dengan Kontraktor dan
melaporkan masalah kualitas dan keefektifan prosedur pengujian.
Laboratorium Technician diisyaratkan berpengalaman melaksanakan
pekerjaan kurang lebih 6 tahun dengan pendidikan minimal D2 atau 4
tahun dengan pendidikan minimal D3

5.4. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN

Komposisi Tim dan Penugasan memperlihatkan posisi dari masing-masing


Tenaga Ahli, sub proffesional staff dan supporting staf yang ditugaskan dalam
proyek ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
BAB VIII
PRA RENCANA K3

Sumber Daya Manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang
diperlukan selain faktor produksi lainnya yang harus dikelola dan diperlihara secara
baik.

Agar pekerja dapat bekerja secara optimal dan mengurangi resiko kecelakaan kerja
maka yang harus diperhatikan adalah tentang kesehatan an keselamatan kerja bagi
tenaga kerja. Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan
memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja..
Menyangkut tentang kecelakaan kerja yang dapat terjadi dan menimpa tenaga kerja
di tempat-tempat mereka bekerja seperti kebakaran, jatuh dari tempat tinggi,
tergelincir dan lain sebagainya. Akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan tersebut
dapat berupa kerugian materil, cedera kecil hingga kematian. Penyebab kecelakaan
inipun bisa beragam, bisa disebabkan oleh kelalaian manusia, kondisi lingkungan yang
tidak aman, alam, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan suatu usaha pencegahan dan
penanganan yang baik terhadap kecelakaan yang mungkin dapat terjadi, dengan
demikian akibat negatif yang dapat timbul bisa diminimalisasi atau dihilangkan.

1. KEBIJAKAN K3

a.   Pihak perusahaan menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam


menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alasan finansial,
kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab
perusahaan dan karyawan maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat
perlindungan yang minimum bahkan maksimum.
b.   Pihak perusahaan menentukan apakah peraturan tentang keselamatan kerja
bersifat formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan
dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan.
Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan
dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.
c.   Pihak perusahaan senantiasa proaktif dan reaktif dalam pengembangan
prosedur dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
Proaktif berarti pihak perusahaan selalu memperbaiki terus menerus prosedur
dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara arti
reaktif, pihak perusahaan perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan
kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.
d.   Pihak perusahaan dapat menggunakan tingkat derajad keselamatan dan
kesehatan kerja yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak
luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Secara umum program memperkecil dan  menghilangkan kejadian kecelakaan
kerja dapat dikelompokkan : telahan personal, pelatihan keselamatan kerja,
sistem insentif, dan pembuatan aturan penyelamatan kerja.

a.   Telaahan Personal
Telaahan personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik karyawan
tertentu yang diperkirakan potensial berhubungan dengan kejadian 
keselamatan kerja: (1) faktor usia; apakah karyawan yang berusia lebih tua
cenderung lebih lebih aman dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya, 
(2) ciri-ciri fisik karyawan seperti potensi pendengaran dan penglihatan
cenderung berhubungan derajad kecelakaan karyawan yang kritis, dan (3)
tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya
pencegahan dan penyelamatan dari kecelakaan kerja. Dengan mengetahui
ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat memprediksi siapa saja karyawan
yang potensial untuk mengalami kecelakaan kerja. Lalu sejak dini perusahaan
dapat menyiapkan upaya-upaya pencegahannya.

b.  Sistem Insentif
Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan
karir. Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antar unit
tentang keselamatan kerja paling rendah dalam kurun waktu tertentu,
misalnya selama enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan kecelakaan
kerja sampai titik terendah akan diberikan penghargaan.  Bentuk lain adalah
berupa peluang karir bagi para karyawan yang mampu menekan kecelakaan
kerja bagi dirinya atau bagi kelompok karyawan di unitnya.

c.   Pelatihan Keselamatan Kerja


Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan.
Fokus pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan,
aturan dan peraturan keselamatan kerja, dan perilaku kerja yang aman dan
berbahaya.

d.   Peraturan Keselamatan Kerja


Perusahaan memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan aturan
yang menyangkut  apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh karyawan
di tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk bagaimana
suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai keselamatan
kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan beberapa kelalaian kerja yang dapat
menimbulkan bahaya individu dan kelompok karyawan serta tempat kerja.
Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan melalui pemantauan, penumbuhan
kedisiplinan dan tindakan tegas kepada karyawan yang cenderung melakukan
kelalaian berulang-ulang.
2. PERENCANAAN

Perencanaan K3 terdiri dari 3 tahapan yaitu identifikasi bahaya dan analisa resiko,
Sasaran K3 dan Program K3. Mengingat kegiatan K3 bersifat continual
improvement maka isi dari perencanaan ini sangat dimungkinkan untuk berubah
kearah yang semakin baik sebagai akibat dari adanya perubahan kebijakan (jika
terjadi), hasil audit, umpan balik dari pengukuran kinerja maupun perkembangan
dalam penerapan / opersional.

2.1. Identifikasi Bahaya dan Analisa Resiko


Identifikasi bahaya dan analisa resiko (klasifikasi dan pengendaliannya
dituangkan dalam safety plan sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :

Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya

No. Jenis/Type Pekerjaan Identifikasi Jenis Pengendaliaan


Bahaya & Resiko K3 Resiko K3
1. Pekerjaan Kantor
- Komputer + Printer - Merusak mata  Tersedianya ruangan yang
bersih dan nyaman
Resiko :  Pengaman lensa
Mata gatal atau  Kotak P3K
menimbulkan kebutaan

2. Opname Lapangan
- Pengukuran - Hanyut - Membual sling pengaman
- Kecelakaan lalu lintas perahu
- Rambu pengaman
Resiko : - Topi Pengaman
- Luka ringan/berat
- Meninggal

3. Lingkungan Pekerjaan
Tempat Rumah/Mess - Terjangkit penyakit - Rumah/Mess harus meme-
Personil Konsultan Resiko : nuhi standar kesehatan
Hilang hari Kerja, memiliki MCK
kerugian cukup besar - Kebutuhan air bersih
tersedia/sehat
- Lokasi cukup memadai

4 Keamanan Lingkungan - Kerusuhan dan Pencurian - Sosialisasi kepada


Pekerjaan Resiko : masyarakat pada saat
Hilang hari Kerja, pelaksanaan pekerjaan
kerugian cukup besar dimulai
- Membina hubungan deng-
an pemerintah setempat
untuk kelancaraan dan
keamanan selama pelaksa-
naan pekerjaan
5 Akses Masuk Ke lokasi Komplain dari masyarakat/ - Memasang rambu-rambu
instansi terkait peringatan atau rambu
anjuran di lokasi proyek
Resiko : - Koordinasi dengan instansi
Kerugian material ringan terkait sehubungan

2.2. Sasaran K3
Merujuk pada hasil yang didapat dari identifikasi bahaya dan analisa resiko
maka dibuat sasaran K3 sebagaimana disajikan dalam tabel berikut

SISTIM MANAJEMEN K3
(SMK3)
PROYEK : PENGAWASAN TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN Tanggal :
DI PULAU SERAM IV.1 Halaman :

SASARAN K3
`
NO. AKTIFITAS/KEGIATAN FREKUENSI

1. Tingkat Kecelakaan Kerja FR=Lost Time Injury (LTI) < 5


FR=Non Lost Time Injury (LTI) < 10
2. Tingkat Keparahan/Saferity Rate SR < 3
3. Safety Implementation Level (SIL) 840
4. Environment Management 860
Inplementation Level (EMSL)
5. 5R 860

2.3. Program K3
Untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan maka dibuat program K3
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :
SISTIM MANAJEMEN K3
(SMK3)
PROYEK : PENGAWASAN TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN Tanggal :
DI PULAU SERAM IV.1 Halaman :

PROGRAM K3

NO. AKTIFITAS/KEGIATAN FREKUENSI

A. RUTINITAS
1 Safety Morning Talk 1 x seminggu
2 Tools Box Meeting Setiap memulai pekerjaan yang baru
3 Safety Meeting Min. 1 x sebulan
4 Safety Patrol 2 x sebulan
5 Lapbul K3L Proyek Setiap bulan
6 Up-dating Papan informasi K3L 1 x seminggu
7 Pelaksanaan 5 R 1 x seminggu
B. INSIDENTIL
Safety Induction Setiap ada pegawai / pekerja yang
baru di proyek
Pemasangan rambu dan spanduk K3 Bila ada rambu / spanduk yang rusak
Audit internal / Audit External Sesuai jadwal departemen
Pembentukan SATGAS 1 kali
Simulasi Keadaan Darurat 1 kali
Reiew HIRARC Setiap ada item pekerjaan baru / bila
terjadi insiden / bila terjadi
kecelakaan
Pelatihan pertolongan Pertama (PP) 1 kali
Pelatihan Pemadan Kebajaran 1 kali
3. ORGANISASI

Organisasi yang berhubungan dengan K3 dalam pekerjaan ini terdiri dari P2K3
dan Tanggap Darurat (SATGAS), P2K3 yang bertanggung jawab untuk
memastikan terlaksananya Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di proyek sementara Tanggap Darurat yang bertanggung jawab
menangani secara langsung bila terjadi kecelakaan di proyek.

3.1. Struktur Organisasi P2K3

PENANGGUNG JAWAB

SEKRETARIS
Ahli K3
Inspeksi
Monitoring
Evaluasi
Administrasi
P3K
Asuransi
 

ANGGOTA P2K3
 
Proffesional Staff
Site Engineer
Ahli Kualitas

Standarisasi K3
Metode kerja
Anggaran K3
Material dan Alat
INSPEKTOR  
QC Pelaksana
K3 Supervisi K3
   

3.2. Tugas dan Tanggung Jawab

a. Penanggung Jawab / Ketua


- Mengidentifikasi dan menjelaskan kepada setiap pegawai dan tenaga
kerja di lingkungan tugasnya tentang K3
- Memastikan bahwa semua persyaratan K3 telah diterapkan,
dilaksanakan dan dipelihara oleh seluruh karyawan / tenaga kerja
- Menjamin keselamatan dan kesehatan kerja bagi pegawai / pekerja
yang melaksanakan tugas di tempat kerja
- Menghentikan proses pekerjaan yang sedang berlangsung apabila
ternyata persyaratan K3 belum dipenuhi dan dalam kondisi baik.
- Bertanggung jawab terhadap terlaksananya inspeksi K3 dan
mengesahkan hasil inspeksi K3

b. Sekretaris
- Memastikan bahwa program K3 yang ditentukan dalam dokumen ini
didukung oleh semua tingkatan manajemen ditingkat proyek.
- Melaksanakan tanggung jawab dan wewenang K3
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
1. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif
terbaik
2. Mengembangkan sistim pengendalian bahaya
terhadap K3
3. Mengevaluasi terhadap timbulnya kecelakaan,
penyakit akibat kerja serta mengambil langkah yang diperlukan
4. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian
dibidang keselamatan kerja dan kesehatan kerja
5. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
makanan tenaga kerja
6. Memeriksa kelengkapan K3
7. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
8. Melaksanakan tindakan apabila terjadi kecelakaan
kerja
9. Menyajikan laporan pelaksanaan dan penerapan
SMK3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- Merencanakan, melaksanakan, menjaga mengembangkan program K3
sesuai dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku
- Melakukan inspeksi K3

c. Anggota

- Mendukung, melaksanakan, menjaga dan mengembangkan program


K3 sesuai dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku
- Melaporkan kepada sekretaris P2K3 proyek apabila terjadi kecelakaan
kerja
- Mendukung dan membantu pelaksanaan K3

4. PENCEGAHAN RESIKO
KECELAKAAN

Disamping tahap perencanaan K3, maka yang direncanakan dipahami dan


dijalankan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu Derajat kesehatan dan
keselamatan yang tinggi di tempat kerja merupakan hak pekerja yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif lainnya. Perusahaan sadar
dan mengerti bahwa pekerja bukanlah sebuah sumber daya yang terus-menerus
dimanfaatkan melainkan sebagai makhluk sosial yang harus dijaga dan
diperhatikan mengingat banyaknya faktor dan resiko bahaya yang ada di tempat
kerja. Untuk itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
4.1. Sosialisasi
Sosialisasi safety plan akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
urutan sebagai berikut :
- Tim manajemen beserta seluruh staf/karyawan kantor dilaksanakan
sebelum proyek dimulai
- Pelaksana dilaksanakan sebelum proyek dimulai Pelut dan QA
- Staf pendukung yang terlibat dalam proyek dilaksanakan sebelum mulai
kerja oleh Pelut QA.

4.2. Safety Meeting


Safety Meeting dilaksanakan tiap 2 (dua) minggu sekali, yaitu membicarakan
masalah-masalah rutin yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja atau masalah-masalah khusus yang timbul dan meeting khusus aakan
dilaksanakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.

4.3. Safety Patrol


Safety Patrol akan dilaksanakan setiap hari oleh safety officier. Safety
Officier akan mengecek pelaksanaan harian K3, antara lain kelengkapan
APD, dan perilaku personil yang terlibat di lapangan dalam melaksanakan
pekerjaan berkaitan dengan K3.

4.4. Rambu dan Spanduk


Rambu-rambu akan dipasang pada tempat-tempat yang strategis yang
mudah dilihat. Spanduk lebih bersifat peringatan umum dan pemasangan
akan disesuaikan dengan kondisi kerja yaitu di Kantor “UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA”

5. PROGRAM PENANGANAN KECELAKAAN DAN KONDISI DARURAT

Penanganan terhadap kecelakaan dan kondisi darurat yang terjadi hendaknya


dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Berikut disampaikan cara
penanganan kecelakaan dan kondisi darurat, serta informasi mengenai sarana
komunikasi, lokasi fasilitas proyek dan alamat serta no. telephone instansi terkait.
Form form yang digunakan berkaitan dengan kegiatan tersebut diatas adalah
sebagaimana terlampir.

5.1. Penanganan Kecelakaan Ringan


Kecelakaan digolongkan sebagai kecelakaan ringan apabila penderita
mengalami cedera ringan atau cedera sedang.
Cedera ringan yaitu cedera yang mengakibatkan luka yang hanya
membutuhkan perawatan P3K dan dapat kembali bekerja
Cedera sedang yaitu cedera yang mengakibatkan luka dimana korban tidak
dapat masuk ke esokan harinya/ membutuhkan istirahat atau dirawat di
rumah sakit
5.2. Penanganan Kecelakaan Berat
Kecelakaan digolongkan sebagai kecelakaan berat apabila penderita
mengalami cedera berat.
Cedera berat yaitu cedera yang mengakibatkan korban kehilangan salah satu
anggota tubuh I cacat.

5.3. Penanganan Kecelakaan Dengan Korban Meninggal


Kecelakaan dengan korban meninggal yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
hilangnya nyawa manusia baik langsung di tempat kejadian maupun setelah
dilakukan perawatan.

5.4. Penanganan Kondisi Darurat


Kondisi darurat yaitu kondisi yang tidak di inginkan dimana terjadi kebakaran,
peledakan, bencana alam, serangan jantung, luka bakar, sengatan Iistrik,
ancaman orang tak dikenal, ancaman bom dan kondisi lain yang dinyatakan
sebagai keadaan darurat atau kondisi lain yang menimbulkan kerusakan
terhadap property dan atau menimbulkan cedera terhadap manusia serta
lingkungan serta memerlukan suatu tindakan penyelamatan dengan segera.

5.5. Komunikasi
Peralatan komunikasi yang dihunakan dalam proyek ini disesuaikan dengan
kindisi dan jarak lokasi yang bersangkutan

5.6. Informasi dan Fasilitas Proyek dan Instansi Terkait


Sebagai bantuan untuk dapat melaksanakan program penanganan
kecelakaan semaksimal mungkin maka disajikan gambar informasi" lokasi
fasilitas proyek dan instansi terkait seperti kantor polisi, rumah sakit dan
pemadam kebakaran

6. INSPEKSI DAN PELAPORAN

Inspeksi dilaksanakan untuk memastikan dilaksanakannya SMK3, memonitor,


mengukur kinerja, mengambil langkah perbaikan serta pencegahan akibat
terjadinya kecelakaan. Hasil inspeksi harus dilaporkan dan disahkan oleh bagian
yang berwenang. Form-form yang digunakan adalah sebagaimana terlampir
sedangkan diagram alir inspeksi K3 adalah sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai