Anda di halaman 1dari 141

Pembekalan dan Fasilitasi Uji

Kompetensi : Sertifikasi
Kompetensi Tenaga Kerja (SKT)
Konstruksi SDM Vokasional
Periode Tahun 2020
PENGAWAS JALAN
24. 11. 2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang, Maksud dan Tujuan,


Target/ Sasaran, dll
Latar Belakang
• Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, pasal
1 ayat (1) : Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan kons
truksi,
• Konsultasi konstruksi dalam pasal 1 ayat (2) : adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiata
n yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyele
nggaraan konstruksi suatu bangunan,
• Pekerjaan Konstruksi dalam pasal 1 ayat (3) : adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kemb
ali suatu bangunan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Pasal 54 ayat (1) :
Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa dan/atau Subpenyedia Jasa wajib menyera
hkan hasil pekerjaannya secara :
• tepat biaya,
• tepat mutu,
• tepat waktu.
Latar Belakang
Untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan tersebut tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu, maka
diperlukan layanan usaha jasa konsultansi untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggara
an pekerjaan konstruksi.
Jasa konsultansi ini terdiri dari tim yang akan bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstru
ksi. Tim yang dimaksud adalah Penyedia Jasa Konsultansi.
Dalam memberikan layanan usaha jasa konsultansi di dalam penyelenggaraan jasa konstruksi, Pen
yedia Jasa Konsultansi wajib memenuhi :
• Standar Keamanan,
• Keselamatan,
• Kesehatan,
• Keberlanjutan

seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Pasal 59 ayat
(1) dan ayat (3).
Maksud Dan Tujuan
• Maksud pengadaan Penyedia Jasa Konsultansi pada kegiatan pengawasan suatu kegiatan adalah
untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi yang benar-benar kompeten dan profesional dibi
dangnya untuk melaksanakan pekerjaan kegiatan pengawasan pada program pembangunan jala
n dan jembatan yang dilaksanakan oleh pemerintah, melalui Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
Ruang, Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan.

• Tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang
telah ditetapkan (tepat biaya, tepat waktu dan tepat mutu)
Target/ Sasaran
Sasaran pengadaan Jasa Konsultansi pengawasan jalan dan/atau jembatan ini, adalah tercapainya
hasil pekerjaan sesuai dengan isi dokumen kontrak, sehingga kinerja jalan/jembatan yang ditanga
ni diharapkan dapat memberikan layanannya sampai akhir umur rencana.
Standar Teknis
Pelaksanaan kegiatan ini meliputi kegiatan pengawasan (pemantauan dan supervisi) dan pelaporan
hasil pelaksanaan pengawasan yang terdiri dari :
1. Kemajuan pelaksanaan fisik dan keuangan;
2. Kondisi jalan;
3. Kualitas Kerja;
4. Keselamatan pengguna jalan.

Untuk melaksanakan kegiatan ini berdasarkan Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi J
alan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina
Marga.
Lingkup Pekerjaan
a. Melaksanakan pekerjaan Pengawasan Teknis pada ruas Jalan dan/atau Jembatan (sesuai denga
n ruas jalan dan/atau jembatan yang telah ditentukan sebelumnya);
b. Pelaksanaan pengawasan jalan dan/atau jembatan ini wajib memperhatikan keselamatan kerj
a dan keselamatan pengguna jalan serta kelancaran lalu lintas dengan menempatkan rambu-ra
mbu lalu lintas secara jelas, aman dan stabil;
c. Pengawasan jalan dan/atau jembatan ini harus dilaksanakan dengan mengikuti Spesifikasi Umu
m 2018 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga u
ntuk pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan dan ketentuan/tata cara yang ditetapkan oleh p
enyelenggara jalan.
d. Dalam melakukan pengawasan Penyedia Jasa Konsultansi wajib memenuhi Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 59 ayat (1) d
an (3) Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017.
Keluaran
• Keluaran yang dihasilkan oleh kegiatan pengawasan ini adalah terlaksananya Kegiatan Pengawa
san terhadap pekerjaan jalan/jembatan (sesuai dengan kegiatan yang dikerjakan).
• Diharapkan dengan adanya kegiatan pengawasan ini dapat membantu menjaga target fisik baik
kuantitas maupun kualitas program pembangunan jalan dan jembatan yang bersangkutan agar t
epat biaya, tepat waktu dan tepat mutu sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa
1. Penyedia Jasa Konsultansi (Pengawas Pekerjaan) harus bertanggung jawab terhadap pengawasa
n pekerjaan fisik dan mengikuti desain dan Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi
Jalan dan/atau Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jen
deral Bina Marga.
2. Penyedia Jasa Konsultansi (Pengawas Pekerjaan) wajib mendampingi pelaksanaan pekerjaan fis
ik hingga pekerjaan selesai.
PERSONIL
(TENAGA KERJA
KONSTRUKSI)

Supervision Engineer (SE), Inspector,


Surveyor, Material/Laboratorium
Technichian, Personil Pendukung
Personil (Tenaga Kerja Konstruksi)
• Menurut peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat Republik Indonesia nomor
19/PRT/M/2017 tentang standar remunerasi minimal tenaga kerja konstruksi pada jenjang jaba
tan ahli untuk layanan jasa konsultansi konstruksi, tenaga kerja konstruksi adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan di sektor jasa konstruksi, baik untuk memenuhi kebutuhan s
endiri maupun untuk masyarakat, yang terdiri atas kualifikasi dalam jabatan operator, teknisi a
tau analis, dan ahli.
• Ahli adalah orang yang memiliki kemampuan dalam menelaah, menganalisis, menginterpretasi
suatu ilmu, atau memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
• Menurut Pasal 70 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruk
si, setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi wajib memiliki Sertifik
at Kompetensi Kerja yang diperoleh melalui uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga sertifi
kasi profesi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Standar Internasional, dan/ St
andar Khusus dan peraturan perundang-undangan serta diregistrasi oleh Menteri.
• Menurut Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi, Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa Konstruksi harus bertanggun
g jawab secara profesional terhadap hasil pekerjaannya.
Personil (Tenaga Kerja Konstruksi)
Personil (Tenaga Kerja Konstruksi) terdiri atas Personil Tenaga Ahli (Profesional Staff, Sub Profesional Staff) dan
Personil Pendukung

Sub Profesional Staff :


Inspector
Profesional Staff :
Supervision Engineer (SE) Seorang Inspector harus memiliki rekaman
harian dari perlengkapan kontraktor dan yakin
Supervision Engineer (SE) adalah Ahli Madya bahwa pengambilan contoh yang dibuat
yang memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) kontraktor itu benar dan juga yakin bahwa
prestasi pekerjaan jalan dan jembatan dibuat
sesuai dengan spesifikasi.

Profesional Staf :
Sub Profesional Staff :
Material/ Laboratorium
Surveyor
Technichian
Surveyor harus memiliki rekaman harian yang
terperinci dari semua volume kontrak dan Laboratorium Technician memonitor dan
mempersiapkan laporan mingguan dan mengawasi semua pengujian yang dilakukan
bulanan. Kontraktor serta meyakinkannya bahwa
pengujian yang sesuai telah dilaksanakan.
LAPORAN

Laporan Pendahuluan, Laporan


Bulanan, Laporan Teknis, Laporan
Akhir
Laporan
Laporan-Laporan yang harus disiapkan oleh konsultan pengawas adalah : Laporan Pendahuluan, Laporan Bulanan,
Laporan Teknis, Laporan Akhir

Laporan Pendahuluan Laporan Bulanan

Merupakan laporan singkat mengenai


Isinya melaporkan mengenai jadwal rencana
kemajuan kegiatan kontraktor, keadaan cuaca,
kerja dan tahapan pelaksanaan pekerjaan
pengendalian mutu dan juga permasalahan
secara lengkap dan terperinci termasuk
yang dialami oleh kontraktor/konsultan bila
kuantitas masing-masing pekerjaan serta
ada dan memberikan rekomendasi atau
semua personil tenaga ahli yang telah
saran-saran bagaimana menanggulangi/
disetujui aktif di lapangan.
menyelesaikan permasalahan tersebut.

Laporan Akhir
Laporan Teknis
Isi Laporan Akhir secara garis besarnya harus
menceritakan secara ringkas dan jelas
Berisikan perubahan/ revisi desain yang
mengenai Metode Pelaksanaan Konstruksi,
memerlukan Justifikasi Teknis pada setiap
rencana dan realisasi pelaksanaan, realisasi
terjadinya perubahan pekerjaan yang
biaya pekerjaan dan perubahan-perubahan
dilengkapi dengan data-data pendukungnya.
kontrak yang terjadi, lokasi-lokasi sumber
material dan hasil pengujian, dll
STRUKTUR ORGANISASI KONSULTAN
PENGAWAS
LANGKAH-
LANGKAH
KERJA
Langkah-langkah pekerjaan yang
dilakukan konsultan pengawas
LANGKAH-LANGKAH KERJA KONSULTAN PENGAWAS
Langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan konsultan pengawas

1 2 3 4

Melakukan Rekayasa Mengawasi dan/atau Memeriksa dan/ atau Mengawasi dan/ atau
Lapangan dengan memeriksa pembuatan mengoreksi Shop Drawing, memeriksa pelaksanaan
Penyedia dan Direksi. Job Mix Design yang Approval Material dan pekerjaan di Lapangan
Menyusun Laporan diusulkan oleh Penyedia Request pelaksanaan dan melaporkan hasilnya
Pendahuluan dan pekerjaan yang diajkukan (Quantity dan Quality)
Justifikasi Teknis oleh Penyedia
LANGKAH-LANGKAH KERJA KONSULTAN PENGAWAS
Langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan konsultan pengawas

5 6 7 PHO

Membuat Laporan Memeriksa dan/ atau Membuat Laporan Akhir


Kemajaun Pekerjaan mengoreksi Asbuild Kegiatan
(Harian, Mingguan, Drawing, dan Final
Bulanan) Quantity
CONTOH
TIPIKAL
JALAN
Cotoh gambar tipikal penampang
jalan dengan perkerasan lentur aspal
CONTOH TIPIKAL PERKERASAN JALAN ASPAL
CONTOH TIPIKAL PERKERASAN JALAN ASPAL
CONTOH TIPIKAL PERKERASAN JALAN ASPAL
CONTOH TIPIKAL PERKERASAN JALAN ASPAL
Aspek Teknis

Aspek Teknis Untuk


Pengawasan Lapangan
APA SAJA KOMPONEN-KOMPONEN LAPISAN
PERKERASAN?
- PERKERASAN KAKU :

 K350 (yang dibutuhkan sebenarnya Flexural Strength,


BETON SEMEN
 45 kg/cm2 ), tebal beton semen sangat bergantung pada
flexural strength
SUBBASE Tidak harus ada, biasanya digunakan Cement Treated Sub
-base (CTSB) atau Lean Concrete
SUBGRADE
CBR tidak terlalu berpengaruh terhadap tebal beton semen

- PERKERASAN LENTUR :

LAPIS PERMUKAAN terdiri dari lapisan beraspal


(Surface Course)

LAPIS PONDASI ATAS dapat terbuat dari lapisan beraspal, bahan berbu-
(Base Course) tir, bahan yang distabilisasi dengann semen/kapur.

LAPIS PONDASI BAWAH


dapat terbuat dari lapisan beraspal, bahan berbu-
(Subbase Course) tir, bahan yang distabilisasi dengan semen/kapur
LAPIS TANAH DASAR tebal tak terhingga
(Subgrade)
Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan
• Lapis Pondasi Agregat (satuan m3)
• Mencakup pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan, dan pem
adatan agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan diterima oleh Direksi Pekerjaa
n ---> Lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B
• Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal (satuan m3)
• Mencakup pemasokan, pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan bahan utk pelaksana
an lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, merupakan suatu lapis permukaan sementara
pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan ---> Lapis pond
asi agregat kelas C
Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen berat yang lolos


ASTM (mm) Kelas A Kelas B
2" 50 - 100
1 1/2" 37,5 100 88 - 95
1" 25,0 79 - 85 70 - 85
3/8" 9,5 44 -58 30 - 65
No. 4 4,75 29 - 44 25 - 55
No. 10 2,0 17 - 30 15 - 40
No. 40 0,425 7 - 17 8 - 20
No. 200 0,075 2-8 2-8
28
Standar rujukan lapis pondasi agregat
• SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian Batas cair dengan Alat Cassagrande.
• SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian Batas Plastis.
• SNI 03-2417-1991 (AASHTO T 96 - 87):Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Ange
les.
• SK SNI M-01-1994-03(AASHTO T112 - 87):Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir
Mudah Pecah dalam Agregat.
• SNI 03-1743-1989(AASHTO T180 - 90):Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
• SNI 03-2827-1992(AASHTO T191 - 86):Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus
Pasir
• SNI 03-1744-1989(AASHTO T193 - 81):Metode Pengujian CBR Laboratorium.
Standar Mutu Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT

Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat

Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama yang telah diperb
aiki terlebih dahulu atau di atas tanah dasar baru yang telah diselesaikan sepenuhnya
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, harus disiapkan dan m
endapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke de
pan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat.
Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu
harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal l
ama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlu
kan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahan
an geser yang lebih baik.
Penghamparan Lapis Pondasi Agregat
• Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus di
hampar pada kadar air yang tersebar merata dan dalam rentang yang disyaratkan.
• Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan
tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
• Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan s
ama tebalnya.
• Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui ya
ng tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus.
• Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergrada
si baik.
• Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat l
apis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain ole
h Direksi Pekerjaan.
Pemadatan Lapis Pondasi Agregat
• Setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan d
isetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering ma
ksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
• Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet digunakan unt
uk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan ata
u degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.
• Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah
kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah s
eperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentuka
n oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
• Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke ara
h sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan harus
dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi.
Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis te
rsebut terpadatkan secara merata.
• Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipa
datkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
Pengujian Lapis Pondasi Agregat
• Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
• Harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum pada tiga contoh yang mew
akili sumber bahan yang diusulkan
• Seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, ter
dapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.
• Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendali
kan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
• Setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari li
ma (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan satu (1) penentuan
kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
• Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, mengunakan SNI
03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi y
ang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
Contoh Menentukan JMF
Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Diketahui agregat I dan II utk membuat LPB mempunyai


komposisi % passing seperti tsb dalam tabel di bawah.
Hitung JMF untuk keperluan membuat Lapis Pondasi
Agregat kelas B dari kedua Hot Bin di atas !!!

50,0 37,5 25,0 9,50 4,75 2,0 0,425 0,075


Sieve mm mm mm mm mm mm mm mm
2" 11/2" 1" 3/8" #4 #10 #40 #200
Spec.LPA Kelas B 100 88-95 70-85 30-65 25-55 15-40 8-20 2-8
Agregat I 100 85 59 16 3,2 1,1 0 0
Agregat II 100 100 100 96 82 47 32 9,2
Trial & Error Menentukan JMF
50,0 37,5 25,0 9,50 4,75 2,0 0,425 0,075
Sieve mm mm mm mm mm mm mm mm
2" 11/2" 1" 3/8" #4 #10 #40 #200
0,49 x Agregat I 49,0 41,65 28,91 7,84 1,57 0,54 0 0
0,51 x Agregat II 51,0 51,0 51,0 49,0 41,8 24,0 16,3 4,7
JMF LPA-B 100 92,65 79,91 56,80 43,39 24,51 16,32 4,69
Spec. LPA Kelas B 100 88-95 70-85 30-65 25-55 15-40 8-20 2-8

50,0 37,5 25,0 9,50 4,75 2,0 0,425 0,075


Sieve mm mm mm mm mm mm mm mm
2" 11/2" 1" 3/8" #4 #10 #40 #200
0,52 x Agregat I 55,0 46,75 32,45 8,80 1,76 0,61 0 0
0,48 x Agregat II 45,0 45,00 45,00 43,20 36,90 21,15 14,40 4,14
JMF LPA-B 100 91,8 77,5 52,0 38,7 21,8 14,4 4,1
Spec. LPA Kelas B 100 88-95 70-85 30-65 25-55 15-40 8-20 2-8
GRAFIK KOMBINASI GRADASI YANG DIPERLUKAN
UNTUK MEMBUAT LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B
CONTOH GRADASI AGREGATE PONDASI KELAS B
CONTOH GRADASI AGREGATE PONDASI KELAS B
Gradasi Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal

Lapis Pondasi kelas C


Ukuran Ayakan
Persen berat yang lolos
ASTM (mm)
3/4" 19 100
No. 4 4,75 51 - 74
No. 40 0,425 18 - 36
No. 200 0,075 10 - 22
STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA
PENUTUP ASPAL
British Standards :
British Standard BS812: Method of Sampling and Testing of Mineral Aggregates, Sands and Fillers.

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90): Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Cassagrande.
SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87): Metode Pengujian Batas Plastis.
SNI 03-2417-1991 (AASHTO T 96 - 87): Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI
JALAN TANPA PENUTUP ASPAL
Penyiapan Formasi
• Penyiapan drainase, tanah dasar dan lapis pondasi bawah harus selesai dan diterima paling sediki
t 100 m ke depan dari rencana lokasi akhir penghamparan lapis pondasi jalan tanpa penutup asp
al pada setiap saat.
Pengiriman Bahan
• Agregat kasar dan halus untuk Waterbound Macadam harus dikirim ke badan jalan sebagai campu
ran yang merata, Kadar air hanya sebatas cukup untuk mengikat bahan halus dan terdistribusi s
ecara merata, dan air bebas tidak diperbolehkan.
• Jika Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal kelas C dipasok sebagai bahan yang dicampur lebih
dahulu, bahan itu harus dikirim ke badan jalan sesuai dengan ketentuan Spesifikasi. Bilamana ag
regat dikirim dalam bentuk dua atau tiga komponen, setiap komponen harus dikirim sesuai deng
an ketentuan dari Spesifikasi yang mengatur hal ini.
• Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari dua kali ukuran agregat maksimum. Tebal padat m
aksimum tidak boleh lebih dari 20 cm kecuali ditentukan lain atau disetujui Direksi Pekerjaan .
• Agregat Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Yang Dicampur Di Tempat
• Pencampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan cuaca panas diharapkan berlangsung
sampai pekerjaan selesai.
• Pelaksanaan Waterbound Macadam disyaratkan dalam Spesifikasi.

• Pemadatan Lapis Pondasi Kelas C


• Setiap lapis bahan harus dipadatkan seluruhnya dengan alat pemadat yang cocok dan memadai, ya
ng telah disetujui Direksi Pekerjaan .
• Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah harus dilaksanakan paling sedikit setelah dua li
ntasan pemadatan melintasi seluruh lokasi tersebut.
• Selama pemasangan, pembentukan dan pemadatan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Agre
gat harus dipertahankan dalam keadaan lembab dengan penyemprotan air yang diatur dengan keta
t sehingga bahan halus yang berada di permukaan tidak terganggu.
• Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan berangsur-angsur menuju ke
tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada tempat ber”superelevasi” penggilasan harus dimulai
dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang tinggi.
• Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak terjangkau oleh mesin gilas harus
dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat mekanis.
Gradasi Waterbound Macadam
Tebal Lapisan padat
Ukuran Ayakan
Jenis Agregat (7 - 10 Cm) (5 - 8 Cm)
ASTM (mm) Persen berat yang lolos
3" 75 100 -
2 1/2" 63 95 - 100 100
2" 50 35 - 70 100
Agregat Pokok
1 1/2" 37,5 0 - 15 95 - 100
1" 25,0 0-5 35 - 70
3/4" 19,0 - 0-5
3/8" 9,5 100
No. 4 4,75 70 - 95
No. 10 2,0 45 - 65
Agregat Halus
No. 20 1,0 33 - 60
No. 40 0,425 22 - 45
No. 200 0,075 10 - 28
43
Pelaksanaan Waterbound Macadam
Kedalaman Lapisan
• Harus dilaksanakan lapis demi lapis dan memenuhi ketentuan kedalaman lapisan seperti yang ter
cantum dalam Spesifikasi.
Penebaran Agregat Kasar
• Penebaran dapat dilaksanakan dengan peralatan mekanis atau cara manual dengan menggunaka
n keranjang untuk menebar agregat. Penebaran harus dilakukan dengan ketebalan merata.
Pemadatan dan Pembentukan Agregat Kasar
• Pemadatan awal harus dilakukan dengan mesin gilas roda besi berat 6 - 8 ton. Pemadatan harus
dilanjutkan sampai diperoleh suatu lapis agregat yang stabil dan rata. Penggilasan harus dilaksan
akan minimum 6 lintasan di seluruh lokasi jalan tersebut.
• Selama pelaksanaan pemadatan kerataan permukaan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanj
ang 3 m. Lokasi dimana permukaan agregat kasar menyim-pang dari garis mistar lurus lebih dari
1 cm harus segera diperbaiki dan dipadatkan sampai standar yang disyaratkan.
Penebaran dan Pemadatan Agregat Halus
• Agregat halus harus ditebar sedemikian hingga seluruh rongga permukaan agregat kasar terisi. Ag
regat halus harus dibasahi dan digilas agar dapat masuk ke dalam rongga dalam lapis pondasi.
• Pembasahan dan penggilasan dengan penambahan agregat halus jika diperlukan, harus berlanjut
sedemikian hingga seluruh kedalaman lapis pondasi terisi dengan agregat halus sampai padat dan
permukaan yang halus dan rapat dapat diperoleh.
Pengujian Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal

• Jumlah data pendukung pengujian harus mencakup semua pengujian yang disyaratkan, paling se
dikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan.
• Setelah persetujuan atas mutu bahan untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal yang diusul
kan, seluruh pengujian mutu bahan harus diulangi lagi bilamana menurut pendapat Direksi Peke
rjaan terdapat perubahan pada mutu bahan atau pada sumber bahan atau pada metode produks
inya.
• Pengujian harus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan dan untuk setiap 1000 meter kubik bahan ya
ng dihasilkan, pengujian harus meliputi paling sedikit lima (5) pengujian Indeks Plastisitas dan li
ma (5) pengujian gradasi.
QUALITY
CONTROL

Mix Desain dan Pengujian Material


Pondasi dan Aspal
Mix Design Untuk LPA Kelas A dan B
• LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN

• Memeriksa semua sifat-sifat material apakah sudah memenuhi syarat


• Mengatur proporsi masing-masing agregat agar memenuhi amplop gradasi yang disyaratkan.
• Mencari proporsi yang paling ekonomis meskipun gradasi yang diperoleh tidak tepat di tengah-tengah ampl
op.
• Kepadatan Berat (Modified Proctor) yang digunakan dalam pembuatan benda uji :
• Perlu diperhatikan bahwa ukuran butir maksimum adalah ¾” atau 19 mm maka semua material lolos ayaka
n 2” dan tertahan ayakan ¾” diganti dengan material lolos ayakan ¾” dan tertahan No.4 dengan jumlah ya
ng sama.
• Dari hasil pengujian kepadatan berat akan diperoleh Kepadatan Kering Maksi-mum (Maximum Dry Dendity)
dan Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content).
• Buat benda uji dengan MDD dan OMC yang diperoleh diatas untuk pengujian CBR,
• Umumnya diambil harga CBR diambil pada penetrasi 0,1”.
• Bilamana harga CBR pada penetrasi 0,2” lebih besar dari harga CBR pada penetrasi 0,1” maka percobaan h
arus diulangi.
• Bilamana percobaan ulang menghasilkan harga CBR pada penetrasi 0,2” yang tetap lebih tinggi dari harga C
BR pada penetrasi 0,1” maka harga CBR pada penetrasi 0,2” yang diambil.
Jumlah
No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan Keterangan
contoh /
test
1. Keausan dengan Los Angeles  40 % 3 test Per sumber.
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m3
3. Indeks plastisitas  10 5 test Setiap 1.000 m3
4. Batas cair  35 5 test Setiap 1.000 m3
5. Bagian yang lunak 5% 3 test Per sumber.
6. CBR 60 (min) 1 test Setiap 1.000 m3
7. Rongga dlm agregat mineral 10 (min)
pd kepadatan max
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m3
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap pjg < 200 m.

11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt – 1 % atau setiap 150 m3


Jumlah
No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan contoh / Keterangan
test
1. Keausan dengan Los  40 % 3 test Per sumber.
Angeles
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m3
3. Indeks plastisitas 6 5 test Setiap 1.000 m3
4. Batas cair  25 5 test Setiap 1.000 m3
5. Bagian yang lunak 5% 3 test Per sumber.
6. CBR 80 (min) 1 test Setiap 1.000 m3
7. Rongga dlm agregat mineral 14 (min)
pd kepadatan max
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m3
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap pjg < 200 m.

11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt – 1 % atau setiap 150 m3


PERKERASAN
ASPAL

Tahapan Perkerasan Aspal


LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT
(PRIME C/TACK.C)

1. MATERIAL
a. Bahan baku aspal pen 60/70 atau pen 80/100 lengkap dengan sertifikat.
b. Lapis Resap Pengikat ( Prime Coat )
* aspal emulsi ( MS, SS ), tidak diencerkan
* AC pen 80/100 atau pen 60/70 diencerkan dg minyak tanah 80 pph, ekivalen MC 30
c. Lapis Perekat ( Tack Coat )
* aspal emulsi ( RS ),atau diencerkan dengan air perbandingan 1:1
* AC pen 60/70 atau 80/100 diencerkan dengan minyak tanah 25 – 30 pph
2. PERALATAN
a. umum
penyapu mekanis, kompresor, peralatan untuk memanaskan bahan aspal, peralatan pen
yebar kelebihan aspal
b. Asphalt Distributor
- kendaraan beroda ban angin, bermesin penggerak sendiri
- sistem tangki aspal, pemanasan, pemompaan dan penyemprotan sesuai ketentuan
Institute of Petroleum Inggris
- bahan aspal panas dapat disemprotkan secara merata
- distributor dilengkapi batang semprot dengan minimum 24 nosel
c. Perlengkapan
- tachometer (pengukur kecepatan putaran)
- meteran tekanan, tongkat celup, termometer dll
- seluruh perlengkapan pengukur harus dikalibrasi
d. Grafik penyemprotan dan Buku petunjuk pelaksanaan
- grafik penyemprotan memperlihatkan hubungan antara kecepatan dan jumlah takaran
aspal serta kecepatan pompa dan nosel juga tinggi batang semprot dari permukaan jal
an.

e. Peralatan Penyemprot Aspal Tangan ( Hand Sprayer), bila diizinkan oleh Direksi Pekerjaan.
- tangki aspal dengan pemanas
- pompa tekanan untuk menyemprot aspal keluar
- batang semprot dengan nosel
3. PELAKSANAAN
a. Penyiapan permukaan
- Permukaan harus kering atau mendekati kering.
- Kerusakan perkerasan yang ada harus diperbaiki terlebih dahulu.
- Apabila dilaksanakan pada perkerasan baru, perkerasan tsb harus sudah
dikerjakan sepenuhnya.
- Debu dan kotoran lain harus dibersihkan terlebih dahulu dengan sikat mekanis atau
kompresor.
- Tonjolan benda-benda asing lain harus disingkirkan.
b. Takaran dan suhu pemakaian bahan
- Lapis Resap Pengikat : 0,4-1,3 lt per m2 LPA
kelas A
- Lapis Perekat : permukaan baru 0,15 lt/m2 aspal
cair
0,20 lt/m2 emulsi
0,40 lt/m2 emulsi diencerkan
- Suhu penyemprotan
jenis aspal rentang suhu
aspal cair 50 pph ( MC 70 ) 70 +/- 10 C
aspal cair 75 pph ( MC 30 ) 45 +/- 10 C
aspal emulsi/emulsi diencerkan tidak dipanaskan
c. Pelaksanaan penyemprotan
- Masih dimungkinkan lalu lintas satu lajur
- Batas yang disemprot diukur dan ditandai
- Ada bagian yang tumpang tindih selebar 20 cm sepanjang sisi lajur yang bersebelahan
- Lokasi awal dan akhir penyemprotan dilindung dengan bahan yang kedap
- Bahan aspal yang disemprot harus merata di seluruh permukaan
- Tempat yang disemprot prime coat yang menunjukkan bahan aspal berlebih ditutup
dengan bahan penyerap sesudah 4 jam penyemprotan
- Lapis berikutnya dihampar setelah prime coat meresap sepenuhnya, lalu lintas dapat diijinkan
lewat setelah 4 jam penghamparan.
- Penghamparan lapis aspal berikut diatas tack coat dilakukan sebelum hilang kelengketannya
- Lapis berikutnya dihampar setelah prime coat meresap sepenuhnya, lalu lintas dapat
diijinkan lewat setelah 4 jam penghamparan.
- Penghamparan lapis aspal berikut di atas tack coat dilakukan sebelum kelengketan tack coat
hilang.
- bilamana lalu lintas diijinkan lewat diatas Lapis Resap Pengikat maka harus digunakan bahan
penyerap (blotter material) dari agregat single sizi 9,5 mm.
PENYEMPROTAN TACK COAT YG BAIK

-
ASPHLAT DISTRIBUTOR
4. PENGENDALIAN MUTU
a. Contoh aspal dan sertifikatnya pda setiap pengangkutan
b. 2 liter contoh aspal diambil dari distributor/ asphalt sprayer saat awal dan akhir
penyemprotan
c. Distributor aspal diperiksa dan diuji
* sebelum pelaksaan pekerjaan
* setiap 6 bulan atau penyemprotan 150.000 lt
d. Pelapisan menutup seluruh permukaan yang disemprot, tanpa ada bagian yang beralur atau
kelebihan aspal.
e. Agregat penutup/ blotter harus mendapat persetujuan.
LABURAN ASPAL SATU LAPIS ( BURTU) DAN LABURAN ASPAL DUA LA
PIS (BURDA)

1.MATERIAL
1. AGREGAT
a. Agregat Penutup
- kerikil pecah atau batu pecah keras, awet, bersih, berbentuk kubikal
- keausan dengan mesin LA : maks 30%
kelekatan : min 95 %
- min 90% kerikil pecah( tertahan sar. 4,75 mm) punya 2 bidang pecah, AGD/ALD <2,3
b. agregat BURTU dan lapis pertama BURDA
* ukuran nominal : 13mm
* ukuran terkecil rata-rata (ALD) : 6,4-9,5
* persen maksimum lewat sar. 4,75 :2
c. agregat penutup kedua BURDA
ukuran saringan % berat lewat
9,5 mm 100
6,35 95-100
2,46 0-15
0,075 0-8
* mengunci rongga-rongga lapisan pertama
2. ASPAL
a. aspal semen pen 80/100 atau pen 60/70
diencerkan dengan minjak tanah sesuai
suhu udara perb. minyak tnh suhu penyempr
pen 80/100 pen 60/70
20,0 11 13 157
22,5 9 11 162
25 7 9 167
27,5 5 7 172
Untuk kepraktisan diambil 60/70 + 10 pph kerosin
Untuk pen 80/100 + 8 pph kerosin
Bahan aspal tidak boleh dipanaskan pada suhu penyemprotan lebih dari 10 jam
b. dalam hal tertentu dapat digunakan bahan anti
pengelupas (anti-stripping agent)
2. PERALATAN
a. Distributor Aspal
tangki tersekat sempurna, penurunan suhu tidak melampaui 2,5 C per jam
b. Alat Pemadat
roda karet, lebar tidak kurang dari 1,5 m, mempunyai mesin penggerak sendiri
c. Alat Penghampar
* mesin penebar agregat dengan penggerak 4 roda (four wheel drive belt spreader)
* truk penghampar (2 buah)
d. Sapu ijuk kasar dan sikat mekanis
PENYEMPROTAN ASPAL
PENGHAMPARAN AGREGAT PENUTUP
PENGGILASAN AGREGAT PENUTUP
BURDA SEBELUM DIBERI PENUTUP
KEDUA
BURDA SETELAH DIBERI LAPISAN
PENUTUP
BURDA SETELAH UMUR 2 TAHUN
3. PELAKSANAAN

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. kotoran dan bahan yang tidak dikehendaki pada
permukaan yang akan dilabur harus dibersihkan
dengan alat penyapu mekanik atau kompresor,
permukaan harus kering
b. lubang-lubang diperbaiki/ditambal, tonjolan-
tonjolan diratakan
c. prmukaan jalan lama tanpa penutup aspal
terlebih dahulu diberi lapis resap pengikat secara
merata dan dibiarkan kering seluruhnya paling
sedikit 48 jam
2. PEMAKAIAN BAHAN ASPAL
a. takaran pemakaian aspal tergantung ukuran
terkecil rata-rata agregat penutup, komposisi
aspal, kondisi dan tekstur permukaan lama jenis
dan lalulintas dan hasil percobaan
b. penyemprotan dilaksanakan merata. Distributor
dioperasikan sesuai grafik yang telah disetujui
c. suhu penyemprotan tidak boleh bervariasi
melebihi 10 C dari tabel di depan
d. terdapat bagian yang tumpang tindih sepanjang
20 cm sepanjang sisi lajur yang bersebelahan
e. lokasi awal dan akhir penyemprotan dilindungi
bahan yang kedap
TAKARAN PENYEMPROTAN ASPAL

• R = (0,138 X ALD + e) X Tf
• R = takaran penyemprotan liter/m2
• ALD = ukuran rata-rata terkecil (mm)
• E = jumlah aspal yg diperlukan mengisi tektur permukaan
jalan lama.
• Tf = angka faktor yg tergantung pada volume lalu lintas.
f. luas lokasi yang akan dilabur aspal diukur
segera setelah penyemprotan selesai
g. jumlah bahan aspal yang digunakan diukur
dengan cara memasukkan tongkat celup ke
dalam tangki sebelum dan sesuda pemakaian

3. MENGHAMPAR AGREGAT PENUTUP


a. agregat dalam bak truk harus cukup jumlah
untuk menutup bidang yang akan ditebar
b. penghamparan harus dilaksanakan segera
setelah penyemprotan aspal dimulai, dan
selesai dalam jangka 5 menit terhitung sejak
selesai penyemprotan, setiap tempat yang tidak
tertutup ditutup secara manual
c. BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh
lebih tebal dari satu batu

4. PENYAPUAN DAN PENGGILASAN


a. setelah hamparan agregat penutup diterima DP,
hamparan digilas dengan dua alat pemadat
roda karet, sebanyak kira-kira 6 gilasan
b. permukaan jalan dibersihkan dari agregat yang
berlebihan
c. sebelum menghampar lapis kedua BURDA
permukaan disemprot aspal dengan bahan aspal
0,6-0,8 l/m2
4. PENGENDALIAN MUTU
a. contoh aspal dan sertifikat pada tiap
pengangkutan aspal ke lapangan
b. 2 liter aspal yang akan dihampar diambil dari
distributor, saat awal dan saat menjelang akhir
c. pengujian mutu bahan agregat, satu contoh tiap
75 m3 agregat
d. Distributor aspal harus diperiksa dan diuji :
* sebelum mulai pekerjaan
* setiap 6 bulan atau 150000 liter
* kerusakan atau modifikasi

PEMELIHARAAN PEKERJAAN YANG TELAH DITERIMA


CAMPURAN ASPAL PANAS
1. MATERIAL
a. Aspal
- Jenis Pen 60/70, titik lembek minimum
48 C. Pengambilan contoh dari truk
tangki bagian atas tengah dan bawah.
- Nilai penetrasi benda uji tidak kurang 55 % dari
sebelum dicampur.
b. Agregat
Umum : - penyerapan air maks 3%
- berat jenis ag kasar dan halus
tidak berbeda lebih dari 0,2%
Agregat kasar :
- tertahan saringan no.8, bersih.keras
- batu pecah atau kerikil pecah
- partkel lewat saringan no. 200 maks. 1%
Ketentuan agregat kasar
1. Soundness test : maks. 12 %
2. Abrasi dg mesin Los Angeles : maks. 40%
3. Kelekatan terhadap aspal : 95 % +
4. Partikel pipih dan lonjong : maks. 10 %

Agregat Halus :
- pasir atau batupecah lewat sarinag no,8
- % maks. Pasir untuk Laston 15 %
- sand equivalent > 40 %
Bahan Pengisi ( Filler )
- batu kapur, semen Portland, abu terbang, abu
tanur semen dll
- kering, lewat saringan no. 200 > 75 %
Gradasi gabungan ( lihat transparan )
GRAFIK BTDC
JENIS ASPAL MENURUT BTDC
PEN 100 ASPAL BERBAGAI
PRODUK
BERBAGAI GRADE ASPAL DARI
SATU PABRIK
KETENTUAN AGREGAT KASAR
• Angularitas kedalaman <10 cm dari permukaan > 1 juta
ESA 95/90.
• Artinya 95 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah
satu atau lebih, 90 % agregat kasar mempunyai muka
bidang pecah dua atau lebih.
• Angularitas agregat halus > 1 juta ESA min 45 %.
GRADASI CONTINOUS
GRADASI HOT MIX (SUPERPAVE)
BATAS GRADASI CAMPURAN
Trial Gradations
19.0 mm Nominal Mixture

100.0
90.0
80.0
70.0
% PASSING

Trial Blend 3 Trial Blend 1


60.0
50.0
40.0
Trial Blend 2
30.0
20.0
10.0
0.0
0.075 2.36 19.0
Sieve Size (mm) raised to 0.45 power

36
2. . PERALATAN
a. Asphalt Mixing Plant
b. Wheel Loader
c. Dump Truck :
- bak terbuat dari logam yang rapat bersih,
disemprot sedikit air sabun atau larutan kapur
- bak ditutup rapat untuk menjamin suhu
campuran
d. Asphalt Finisher
Penghampar mekanis bermesin sendiri , mampu
menghampar, membentuk sesuai kelandaian dan
penampang melintang.
e. Three Wheel Roller
f. Pneumatic Tire Roller
g. Tandem Roller
Berat statis ketiga alat pemadat tidak kurang dari 6 ton
3. TOLERANSI DIMENSI
a. Tebal Lapisan
- Dipantau dengan benda uji inti ( core ), 2 pada
arah melintang dengan jarak 200m. Toleransi
tebal 3mm/tebal 3cm dan 5mm/ tebal lebih
dari 3cm.
- Tebal aktual rata rata semua benda uji inti per
ruas.
b. Kerataan Permukaan
- Diperiksa dengan mistar lurus panjang 3m
- Perbedaan tiap 2 titik pada setiap penampang
melintang tudak melampaui 5 mm dari elevasi
- Ketidakrataan arah sumbu memanjang tidak
boleh melampaui 5mm.
4. PELAKSANAAN
1. CAMPURAN
a. Komposisi campuran:
Campuran terdiri atas agregat dan aspal.
Filler ditambahkan apabila diperlukan.
b. Jenis Campuran :
* Latasir
* Lataston ( L. Permukaan, L. Pondasi)
* Laston ( Lapis Aspal Beton ) :
- Lapis Aus ( AC/WC )
- Lapis Pengikat ( AC/BC )
- Lapis Pondasi ( AC BASE )
c. Kadar aspal dalam campuran
Persentase aspal aktual dalam sgregat tergantung
pada penyerapan agregat yang digunakan. Pilih
agregat dengan penyerapan kecil ( kurang 3 % ).

d. Prosedure rancangan campuran


- Pengujian yang diperlukan agregat :
analisa saringan, berat jenis dan penyerapan
air
Pengujian campuran :
berat jenis maksimum campuran, pengujian
sifat-sifat Marshall, dan kepadatan membal
- Pengujian percobaan campuran:
1. Gradasi agregat yang memenuhi gradasi
gabungan
2. Perkiraan awal kadar aspal dengan rumus

Pb= 0,035(%CA)+0,045%(%FA)+0,18(% Filler) +K


Dimana
Pb = kadar aspal
CA = agregat kasar
FA = agregat halus
K konstanta sekitar 0,5-1,0 untuk AC dan 2,0-3,0
untuk HRS
- Buat 5 benda uji dengan kadar aspal satu mendekati
perkiraan, 2 diatas perkiraan dan 2 di bawah perkiraan.
- Setiap variasi kadar aspal diperiksa:
* berat isi
* stabilitas Marshall
* kelelehan
* rongga dalam agregat ( VMA )
* rongga terisi aspal ( VFB )
* rongga dalam campuran ( VIM )
- Kadar aspal optimum diperoleh :
* kadar aspal yang memberikan berat isi maksimum
* kadar aspal yang memberikan stabilitas maksimum
* masuk dalam rentang persyaratan kelelehan
* masuk dalam rentang persyaratan VMA
* masuk dalam rentang persyaratan VFB
* masuk dalam rentang persyaratan VIM
- Membuat Job MIX Formula dan penghamparan percobaan
- Ketentuan sifat-sifat campuran ( transparant ).
PENENTUAN KADAR ASPAL OPTIMUM
2. INSTALASI PENCAMPUR ASPAL
a. Umum
Instalasi Pencampur Aspal atau Asphalt Mixing Plant
(AMP ) dapat berupa :
* batching plant ( sistem takaran )
* continuous ( sistem menerus )
Kapasitas harus memadai dan dipasang di lokasi yang
jauh dari permukiman.
b. Timbangan
- berupa jenis jam tanpa pegas dan merupakan produksi
standar
- timbangan untuk aspal harus memenuhi ketentuan
untuk agregat
c. Tangki aspal
Tangki aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang
dapat dikendalikan dengan efektif.
d. Pemasok ( feeder )
Pemasok harus terpisah untuk masing-masing agregat
e. Alat pengering
Berputar dan mampu mengeringkan dan memanaskan agregat
sampai suhu yang dipersyaratkan.
f. Ayakan ( Saringan )
Mampu mengayak seluruh agregatsampai ukuran dan porsi
yang disyaratkan
g. Penampung panas ( Hot Bin)
Kapasitas cukup , jumlah bin minimum 3 bh, sehingga
menjamin penyimpanan yang terpisah untuk masing-masing
fraksi. Tidak termasuk bahan pengisi
h. Unit pengendali aspal
Jenis penimbangan dan jenis meteran harus handal untuk
memperoleh jumlah aspal yang tepat
i. Pengukur suhu
- thermometer berlapis baja, dipasang di tempat mengalirnya
pasokan aspal
- instalasi juga dilengkapi dengan thermometer
j. Pengumpul Debu ( dust collector )
Instalasi Pencampur Aspal harus dilengkapi alat
pengumpul debu

k. Pengendali waktu pencampuran


AMP dilengkapi dengan perlengkapan pengendali
waktu pencampuran

l. Timbangan dan Rumah Timbangan


Disediakan untuk menimbang truk
bermuatan,dikirim ke tempat hamparan
AMP JENIS TAKAR (BATCH)
AMP JENIS DRUM
AMP D0UBLEBAREL
3. PEMBUATAN CAMPURAN ASPAL
a. Penyiapan bahan aspal
Aspal dipanaskan dengan suhu antara 140 C sampai 160 C
b. Penyiapan agregat
- Tiap fraksi disalurkan melalui pemasok dingin
- Agregat dipanaskan pada alat pengering, sebelum
dimasukkan alat pencampur
- Bila diperlukan filler ditambahkan dan ditakar secara
terpisah
c. Penyiapan pencampuran
- Agregat kering /panas dicampur di pencampur dengan
proporsi tiap fraksi yang tepat, waktu pencampuran kira-kira
45 detik (batch plant ).
- Suhu campuran saat keluar dari alat pencampur harus
memenuhi syarat.
d. Pengangkutan dan penyerahan di lapangan
- Campuran masuk ke alat penghampar dalam rentang suhu 135
C – 150 C
4. PENGHAMPARAN
a. Penyiapan permukaan
- Permukaan yang rusak, tidak stabil harus diperbaiki terlebih
dahulu.
- Permukaan dibersihkan dari bahan lepas dengan sapu mekanis
dan dibantu manual bila perlu.
Lapis perekat atau lapis resap pengikat diterapkan spt di depan.

b. Penghamparan dan pembentukan


- Acuan tepi balok kayu dipasang sesuai garis dan ketinggian
- Sepatu alat penghampar dipanaskan, campuran dihampar dan
diratakan sesuai kelandaian, elevasi dan bentuk penampang
melintang.Dimulai dari lajur paling rendah.
- Selama penghamparan dan pembentukan mesin fibrasi dipanaskan.
- Kecepatan alat diatur hingga tidak menyebabkan retak permukaan
atau koyak.
TRUCK DITUTUP TERPAL
HOTMIX BAGIAN ATAS 10 CM MULAI DINGIN
SAAT PENUANGAN HOTMIX KE FINISHER
PENGHAMPARAN HOTMIX DGN FINISHER
MAKSIMUM TINGGI AUGER
GEARBOX STREAK
ADA PERBEDAAN TEMPERATUR PADA
SAMBUNGAN
c. Pemadatan
- Suhu campuran/hamparan selalu dipantau.
- Pemadatan awal dg pemadat roda baja, suhu 125-145C.
Pemadatan kedua dg pemadat roda karet, suhu 100-125C.
Pemadatan akhir dg pemadat roda baja, suhu > 95C.
- Pemadatan sejajar sumbu jalan ,dari tepi menuju arah sumbu,
kecuali superelevasi,dimulai dari yang rendah ke arah tinggi.
Lintasan yang berurutan harus tumpang tindih.
- Kecepatan pemadat roda baja maksimum 4 km/jam, roda
karet maksimum 10 km/jam.
- Operasi penggilasan dilaksanakan secara menerus.
- Roda baja dibasahi secukupnya dan roda karet diminyaki
sedikit unutk mencegah lengket.
- Alat berat dan pemadat tidak diijinkan di atas permukaan yg
baru dikerjakan, sampai permukaan dingin.
- Tepi perkerasan dipangkas agar bergaris rapi.
CONTOH TEMPERATUR PELAKSANAAN
ALAT PEMADAT BREAKDOWN ROLLING
PEMADAT SECONDARY ROLLING
URUTAN PEMADATAN
d. Sambungan
- Sambungan memanjang diatur berada di
pemisah jalur/lajur. Sambungan melintang
harus lurus dihampar bertangga, pergeseran
min 25 cm.
- Memasang campuran baru disebelah
campuran padat, tepi campuran padat
dipotong tegak lurus.
5. PENGENDALIAN MUTU
a. Ketentuan viskositas aspal dan suhu
campuran

prosedur pelaksanaan viskositas suhu camp.


1. Pencampuran b.u. Marshall 0,2 155
2. Pemadatan b.u Marshall 0,4 145
3. Pencampuran maks di AMP tidak perlu 165
4. Pencampuran 0,2-0,5 145-155
5. Ke alat penghampar 0,5-1,0 130-150
6. Pemadatan awal 1-2 125-145
7. Pemadatan kedua 2-20 100-125
8. Pemadatan akhir < 20 > 90
b. Kepadatan
- Kepadatan campuran aspal tidak boleh kurang dari
97% Kepadatan Standar Kerja ( Job Standard Density )
untuk Laston dan 98% untuk campuran lainnya.
- Pengambilan dan pemadatan benda uji di laboratorium
sesuai AASHTO 168.
c. Jumlah pengambilan benda uji
- Pengambilan dilakukan di instalasi pencampur atau
lokasi penghamparan.
- Frekwensi minimum pengujian ( lihat transparan )
- 6 cetakan Marshall dibuat tiap hari penghamparan,
dipadatkan pada suhu 145 C dengan 75 tumbukan
masing-masing permukaan , kepadatan rata-rata
/Marshall Harian.
- Pengambilan benda uji dengan mesin bor diameter 4”
atau 6”, diperiksa ketebalan,kepadatan dan kadar aspal
( ekstraksi ).
d. Pengujian mutu campuran ( hasil dan catatan )
- Analisa saringan 2 contoh dari hot bin
- Suhu campuran saat pengambilan contoh di AMP maupun
di lokasi
- Kepadatan Marshall Harian dengan detil semua benda uji
yang diperiksa
- Kepadatan lapangan dan persentaseterhadap Kepadatan
Campuran Kerja benda uji inti
- Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient paling sedikit 2
contoh
- Kadar aspal hasil ekstraksi paling sedikit 2 contoh
- Rongga dalam campuran dan kepadatan membal dihitung
berdasar berat jenis maksimum ( AASHTO T 209-90 )
- Kadar aspal terserap agregat dihitung berdasar berat jenis
maksimum campuran
LASBUTAG DAN LATASBUSIR
1. MATERIAL
Lasbutag : Lapis Asbuton Agregat
Latasbusir : Lapis Tipis Asbuton Pasir
a. Asbuton : kadar aspal > 15%
ukuran % lewat
12,7 mm 100
4.75 90-100
0,600 35-100
- kadar air asbuton maksimum 6 %
- tempat menumpuk asbuton harus rata, bersih
- penyimpanan diletakkan dalam lapisan-lapisan
tidak lebih dari 30 cm dan tinggi tumpukan
maksimum 200 cm dengan kelandaian 5%
b.Agregat Kasar
- terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah dengan
gradasi
ukuran saringan (mm) % lewat
19 100
12.7 30-100
9,5 0-55
4.75 0-10
0,075 0-1
- bersih, keras, awet dan keausan maksimum 40%
- kelekatan minimum 95 % atau bila tidak
memenuhi dapat ditambahkan bahan aditif
c. Agregat Halus
- terdiri atas satu atau beberapa jenis pasir atau batu
pecah halus atau kombinasinya dengan gradasai
ukuran saringan (mm) % lewat
Lasbutag Latasbusir
9,5 100 100
4,75 98-100 72-100
2,36 93-100 72-100
0.600 76-100 25-100
0,075 0-8 0-8
- nilai setara pasir minimum 50 %
d. Filler atau bahan pengisi berasal dari mineral
asbuton
e. Bahan Peremaja
* minyak berat peremaja ( minyak bumi, bunker
oil, Long Residu Aromatis dengan karakterisrtik
tertentu)
* aspal semen pen 60/70 atau 80/100
* minyak pelunak ( cutter) : minyak tanah
dengan sifat-sifat tertentu
f. Bahan tambah (aditif), anti pengelupasan
g. Precoat dengn aspal cair; kadar residu
diperhitungkan dalam kadar total campuran
2. CAMPURAN
a. campuran pada dasarnya terdiri atas agregat
kasar, agregat halus, Asbuton dan bahan
peremaja
b. Kadar aspal dalam campuran merupakan
penjumlahan dari :
* kadar bitumen asbuton
* aspal semen
* minyak berat peremaja
Kadar aspal efektif tidak boleh kurang dari
ketentuan yang disyaratkan
c. Gradasi Mineral Asbuton
- 100% lewat saringan no. 100
- 95% lewat saringan no. 200
d. Proporsi komponen fraksi-fraksi rancangan
* Agregat Kasar (CA) : % berat bahan tertahan
saringan 2,36 mm
* Agregat Halus (FA) : % berat bahan lewat
saringan 2,36 tertahan 0,075
* Filler : % berat bahan lewat
saringan 0,075 mm
Fraksi-fraksi rancangan harus terletak dalam batas
persyaratan yang ditentukan
e. Resep campuran kerja dan toleransi
- agregat gab. lewat 9,5 mm, tertahan 2.36 mm :
7% berat total agregat
- agregat gab. Lewat 2.36 mm, tertahan 0,15 mm :
6 % berat total agregat
- agregat gab. Lewat 0,15 mm, tertahan 0,075 mm :
3% berat total agregat
- agregat gab. Lewat 0,075 mm : 2,0% bert total ag
- total kadar aspal : 0,5 % berat total campuran

f. sifat-sifat campuran sesuai tabel 6.4.3.(2)


3. PERALATAN
a. Umum
- instalasi pencampur aspal jenis takaran
- instalasi pencampur beton jenis takaran
kapasitas 500 kg
- beton molen kapasitas minimum 200 kg
b. Timbangan
- berat agregat ( weigh hopper)
- timbangan bahan peremaja (weigh bucket)
c. Tangki pencampur dan penyimpan bahan
peremaja
d. Pengeringan Asbuton
- drum pengering atau sinar matahari
e. Peralatan pengangkut
f. Peralatan penghampar
- alat penghampar mekanis
- alat penghampar manual
g. Peralatan pemadat
- alat pemadat roda baja bermesin sendiri terdiri
atas alat pemadat tiga roda damn alat pemadat
dua roda dan,
- alat pemadat roda karet bermesin sendiri,
dilengkapi sikat pembersih roda
- penyemprotan roda dengan air tidak
diperkenankan
4. PELAKSANAAN
1. PEMBUATAN CAMPURAN
a. penyiapan bahan peremaja
b.penyiapan Asbuton
* pemecahan
* pengayakan
* pengeringan
c. penyiapan agregat
d. penyiapan pencampuran:
* pencampuran secara normal
* precoating
e. pemeraman
* minimum 6 hari, tinggi tumpukan maks 2 m
2. PENGHAMPARAN CAMPURAN
a. penyiapan permukaan
- permukaan perkerasan lama dibersihkan, diberi
tack coat
- permukaan yang rusak diperbaiki terlebih dahulu
b. penghamparan dan pengerjaan akhir
- pembentukan
- pelaksanaan setengah lebar jalan
- penghamparan dengan mesin
- penghamparan dengan tangan
- penguapan
c. pemadatan
- campuran dihampar, diratakan
- penggilasan terdiri atas 3 operasi:
* penggilasan awal (breakdown) da
* penggilasan kedua (utama ) waktu 1 jam
* penggilasan akhir/ penyelesaian dalam waktu 2
minggu
d. tatacara pemadatan dan sambungan-sambungan
pada umumnya sesuai campuran aspal panas
5. PENGENDALIAN MUTU
1. PEMERIKSAAN PERMUKAAN PERKERASAN
a. mistar lurus panjang 3m , untuk tegak lurus dan
sejajar sumbu jalan
b. pemeriksaan kerataan segera setelah pemadatan
awal dan setelah pemadatan akhir
2. KETENTUAN PEMADATAN
kepadatan rata-rata tiap kelompok dari 4 buah
pengujian min 97%kepadatan Marshall ( dengan
metode Sand Cone )
3. PENGAMBILAN CONTOH
setiap 100 ton produksi, sesuai pengujian
campuran aspal panas
LAPIS PERATA PENETRASI MAKADAM

1. MATERIAL
a. Umum
* agregat pokok
* agregat pengunci
* agregat penutup
* aspal
b. agregat pokok dan pengunci
* abrasi ( keausan) : maks 40%
* kelekatan terhadap aspal : min 95%
* indeks kepipihan : maks 25%
c. gradasi agregat pokok dan pengunci
Ukuran (mm) % lewat / tebal lapisan (cm)
ag. pokok 7-10 5-8 4-5
75 100 - -
63 90-100 100
50 35-70 95-100 100
38 0-15 35-70 95-100
25 0-5 0-15 -
19 - 0-5 0-5
ag pengunci
25 100 100 100
19 95-100 95-100 95-100
9,5 0-5 0-5 0-5
d. Aspal
- aspal semen pen 80/100 atau pen 60/70
- aspal emulsi CRS1 atau CRS2 ( AASHTO M208)
- aspal emulsi RS1 atau RS2 (AASHTO M140)
- aspal cair ( Rapid Curing) RC250 atau RC800
- aspal cair ( Medium Curing) MC250 atau MC800
2. KUANTITAS AGREGAT DAN ASPAL

tebal lap. ag. pokok(kg/m2) aspal residu ag.pengunci


(cm) 7-10 5-8 4-5 kg/m2 kg/m2

8,5 200 8,5 25


7,5 180 7,5 25
6,5 152 6,0 25
5,5 140 5,5 25
5,5 133 5,2 25
4,4 114 4,4 25
3,7 80 2,5 25

aspal residu : bitumen tertinggal setelah semua bahan


pelarut/pengemulsi menguap
3. PERALATAN
a. penumpukan bahan
* dump truck
* loader
b. di lapangan
* mekanis
- penggilas tandem atau roda tiga ( 6-8 ton)
- penggilas roda karet 10-12 ton (jika diperlukan)
- distributor aspal atau hand sprayer
- truk penebar agregat
* manual
- sapu, sikat, sekop, gerobag dorong dll
- ketel aspal
- penggilas seperti cara mekanik
4. PELAKSANAAN
1. PERSIAPAN LAPANGAN
a. profil memanjang dan melintang
b. permukaan bersih, kerusakan diperbaiki
c. permukaan aspal lama diberi Lapis Perekat; lapis
Pondasi disemprot Lapis Resap Pengikat
2. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN
a. suhu penyemprotan aspal
- pen 60/70 165 –175
- pen 80/100 155-165
- emulsi ruang, sesuai petunjuk pabrik
- RC/MC 250 80-90
- RC/MC 800 105-115
b. metode mekanis

- penghamparan dan pemadatan agregat pokok


* kuantitas agregat sesuai persyaratan dan
permukaan rata
* kecepatanpemadatan awal 3 km/jam
* pemadatan dalam arah memanjang, mulai dari
tepi luar ke arah sumbu
* lintasan tumpang tindih setengah lebar roda
- penyemprotan aspal
* suhu dan takaran sesuai persyaratan dan takaran
- penebaran dan pemadatan agregat pengunci
* agregat pengunci ditebar segera sesudah penyemprotan
* rongga-rongga agregat pokok terisi
* pemadatan sampai agregat pengunci tertanam dan
terkunci
c. metode manual
- penghamparan dan pemadatan agregat pokok
* penebaran dilakukan secara manual
* pemadatan sesuai metode mekanis
- penyemprotan aspal
* menggunakan penyemprot tangan
* takaran penyemprotan sesuai persyaratan dan
merata
- penebaran dan pemadatan agregat pengunci
* dilaksanakan seperti agregat pokok
* takaran sesuai ketentuan
* pemadatan sesuai metode mekanis
5. PENGENDALIAN MUTU
1.BAHAN DAN KECAKAPAN KERJA
a. penyimpanan tiap fraksi terpisah; kebersihan dijaga
b. penyimpanan aspal tidak terjadi kebocoran dan
kemasukan air
c. suhu pemanasan aspal sesuai ketentuan di depan
d. toleransi tebal padat lapisan 1 cm
e. kerataan permukaan selama pemadatan
f. kerataan agregat pokok diukur dengan mistar lurus
panjang 3 , punggung jalan yang ambles tidak lebih
8 mm
g. sambungan memanjang dan melintang
2. LALU LINTAS
lalu lintas lewat setelah 2-4 jam setelah pek. selesai
Sesi Diskusi
Thanks !
Atas Perhatiannya, Terimkasih

Anda mungkin juga menyukai