Anda di halaman 1dari 5

MENTERI KEHUTANAN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN


NOMOR : 598/KPTS-II/1996
TENTANG
PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI
POLA TRANSMIGRASI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 11.620
(SEBELAS RIBU ENAM RATUS DUA PULUH) HEKTAR
DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I RIAU
KEPADA PT. RIMBA PERANAP INDAH
MENTERI KEHUTANAN,
Membaca : 1. Keputusan Menteri Kehutanan No. 836/Kpts-II/1992 tanggal 25 Agustus 1992
tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola
Transmigrasi (sementara) kepada PT. ESSA INDAH TIMBER atas areal seluas +
12.000 (dua belas ribu) hektar di Propinsi Daerah Tingkat I Riau;
2. Akta Nomor 58 tanggal 13 Juli 1993 tentang Pendirian Perusahaan
Perseroan Terbatas PT. RIMBA PERANAP TIMBER dibuat dihadapan MUDOFIR
HADI, SH. Notaris di Jakarta, yang telah diubah dengan Akta No. 99 Tanggal
27 September 1993 yang dibuat dihadapan MUDOFIR HADI, SH. Notaris di
Jakarta, dan telah disahkan Menteri Kehakiman dengan Keputusan No. C2-
12144.HT.01.01.TH.93 tanggal 12 Nopember 1993, dan telah diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 28 Januari 1994 No. 8;
3. Surat Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor 4903/IV-RPH/1995
tanggal 29 September 1995 perihal persetujuan studi kelayakan HTI-TRANS
PT. RIMBA PERANAP TIMBER atas areal seluas + 11.620 (sebelas ribu enam
ratus dua puluh) hektar di Propinsi Dati I Riau;
4. Surat Direktur Jenderal Inventarisasi Tata Guna Hutan No. 648/A/VII-4/1996
tanggal 27 Juni 1996 tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Tanaman Industri
Pola Transmigrasi PT. RIMBA PERANAP TIMBER dengan seluas areal ± 11.620
(sebelas ribu enam ratus dua puluh) hektar.
Menimbang : a. bahwa hutan merupakan suatu sumber daya alam yang mempunyai potensi
ekonomi, perlu dimanfaatkan secara optimal dan lestari bagi kepentingan
pembangunan ekonomi nasional dan Kelestarian lingkungan hidup;
b. bahwa sesuai dengan Trilogi Pembangunan maka pembangunan kehutanan
dan hasil-hasilnya harus dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat
lahir dan batin secara adil dan merata;
c. bahwa untuk meningkatkan produktivitas kawasan hutan yang tidak
produktif, meningkatkan kwalitas lingkungan hidup serta menjamin
tersedianya bahan baku industri hasil hutan secara lestari perlu
dilaksanakan pengusahaan hutan tanaman berdasarkan azas kelestarian
dengan menerapkan sistem silvikultur hutan tanaman secara intensif pada
kawasan hutan tersebut;
d. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya hutan produksi tersebut
diatas PT. ESSA INDAH TIMBER berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
No. 836/Kpts-II/1992 tanggal 25 Agustus 1992 telah diberikan Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Pola Transmigrasi (sementara) yang terletak di
Propinsi Daerah Tingkat I Riau;
e. bahwa...
e. bahwa PT. RIMBA PERANAP TIMBER yang merupakan perusahaan patungan
antara PT. ESSA INDAH TIMBER dengan PT. INHUTANI IV, telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan, sehingga kepadanya dapat diberikan Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) Pola Transmigrasi atas
kawasan tersebut.
Mengingat : 1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 33;
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 jo tentang Penanaman Modal Asing,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970;
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan;
5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri, sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1970;
6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Perindustrian;
8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
9. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1967 tentang Iuran Hak Pengusahaan
Hutan dan Iuran Hasil Hutan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985, tentang Perlindungan Hutan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan
Tanaman Industri;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan;
15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1984 tentang
Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 1993;
16. Keputusan Preiden Republik Indonesia No. 29 Tahun 1990 tentang Dana
Reboisasi, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia no. 24 Tahun 1993;
17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1990 tentang
Pengenaan, pemungutan dan Pembagian Iuran Hasil hutan, sebagaimana
telah diubah terakhir dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
41 Tahun 1993;
18. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195/Kpts-II/1991 tentang Iuran Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri, sebagaimanan telah diubah dengan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 345/Kpts-II/1996
19. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 358/Kpts-II/1993 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Permohonan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
sebagaimana telah diubah dan diperbaiki dengan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 536/Kpts-II/1995;
20. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 70/Kpts-II/1995 tentang Pengaturan
Tata Ruang Hutan Tanaman Industri sebagaimana telah diubah dan
diperbaiki dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 246/Kpts-
II/1996
Memperhatikan...
Memperhatikan : Rekomendasi Gubernur KDH TK I Riau Nomor 522.11/Bappeda/206
tanggal 19 Januari 1995.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA : Memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) Pola
Transmigrasi atas Kawasan Hutan Produksi Tetap yang terletak di wilayah
Propinsi Daerah Tingkat I Riau kepada PT. RIMBA PERANAP TIMBER dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) Pola Transmigrasi
tersebut adalah seluas ± 11.620 (sebelas ribu enam ratus dua puluh) hektar
sebagaimana peta terlampir.
2. Luas dan letak definitif areal kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (HPHTI) Pola Transmigrasi ditetapkan oleh Departemen Kehutanan
setelah dilaksanakan pengukuran dan penataan batas di lapangan.
KEDUA : PT. RIMBA PERANAP TIMBER sebagai pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (HPHTI) Pola Transmigrasi harus memenuhi kewajiban sebagai berikut:
1. Membayar Iuran dan Kewajiban keuangan lainnya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
2. Melaksanakan penataan batas areal kerjanya selambat-lambatnya 2 (dua)
tahun sejak ditetapkan Keputusan ini;
3. Membuat Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKP-HTI)
selambat-lambatnya 18 (delapan belas) bulan sejak dikeluarkannya
Keputusan ini;
4. Membuat Rencana Karya Tahunan HTI (RKT-HTI) sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan;
5. Membangun sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan
pengusahaan hutan tanaman industri;
6. Memulai kegiatannya secara nyata dan bersungguh-sungguh selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah dikeluarkannya Keputusan ini;
7. Melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan tanaman industri dengan
kemampuan sendiri/patungan, meliputi kegiatan-kegiatan penanaman,
pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan pemasaran sesuai Rencana
Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri menurut ketentuan-ketentuan
yang berlaku serta berdasarkan azas manfaat azas kelestarian dan azas
perusahaan;
8. Mengusahakan areal HPHTI sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hutan
Tanaman Industri dan Rencana Karya Tahunan Hutan Tanaman Industri yang
disahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
9. Melaksanakan penanaman kembali setelah melakukan penebangan sesuai
ketentuan yang berlaku;
10. Mempekerjakan tenaga teknis kehutanan sesuai ketentuan yang berlaku;
11. Membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berada di dalam atau
di sekitar areal kerjanya;
12. Mematuhi dan memberikan bantuan kepada para petugas yang oleh Menteri
Kehutanan diberi wewenang untuk mengadakan bimbingan, pengawasan,
dan penelitian;
KETIGA : PT. RIMBA PERANAP TIMBER sebagai pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (HPHTI) tersebut diatas terikat oleh ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :

1. Hak...
1. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) tidak dapat
dipindahtangankan dalam bentuk apapun kepada pihak lain tanpa
persetujuan Menteri Kehutanan.
2. Memenuhi ketentuan yang tercantum dalam lampiran Keputusan ini dan
peraturan perundangan yang berlaku bagi pengusahaan hutan.
KEEMPAT : (1) Apabila di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI)
terdapat lahan yang telah menjadi tanah milik, perkampungan, tegalan,
persawahan atau telah diduduki dan digarap oleh pihak ketiga, maka lahan
tersebut dikeluarkan dari areal kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (HPHTI).
(2) Apabila lahan tersebut ayat 1 (satu) dikehendaki untuk dijadikan areal Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI), maka penyelesaiannya
dilakukan oleh PT. RIMBA PERANAP TIMBER dengan pihak-pihak yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku.
KELIMA : (1) Setiap 5 (lima) tahun Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI)
dengan penilaian oleh Departemen Kehutanan untuk mengetahui
kemampuan pengelolaannya.
(2) Pemegang Hak pengusahaan Hutan Tanaman Industri dalam keputusan ini
akan dikenakan sanksi apabila melanggar ketentuan yang tersebut dalam
keputusan ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KEENAM : Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kehutanan No.
836/Kpts-II/1992 tanggal 25 Agustus 1992 beserta peta lampirannya dinyatakan
tidak berlaku lagi.
KETUJUH : Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) Pola Transmigrasi
beserta Lampiran-lampirannya berlaku terhitung sejak tanggal 25 Agustus 1992,
untuk jangka waktu 43 (empat puluh tiga) tahun, yaitu 35 (tiga puluh lima)
tahun ditambah 1 (satu) daur tanaman pokok yang diusahakan 8 (delapan)
tahun, kecuali apabila sebelumnya diserahkan kembali oleh pemegang Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang bersangkutan atau dicabut
oleh Menteri Kehutanan.

Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 16 September 1996

Salinan Sesuai Aslinya MENTERI KEHUTANAN,


Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

ttd. ttd.

YB. WIDODO SUTOYO, SH.MM.MBA DJAMALUDIN SURYOHADIKUSUMO


NIP. 080023934

Salinan...
Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth. :
1. Sdr. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan;
2. Sdr. Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi;
3. Sdr. Menteri Dalam Negeri;
4. Sdr. Menteri Keuangan;
5. Sdr. Menteri Transmigrasi dan Permukiman Perambahan Hutan;
6. Sdr. Menteri Tenaga Kerja;
7. Sdr. Menteri Pertambangan dan Energi;
8. Sdr. Menteri Perindustrian dan Perdagangan;
9. Sdr. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal;
10. Sdr. Ketua Badan Pertanahan Nasional;
11. Sdr. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan;
12. Sdr. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan;
13. Sdr. Para Direktur Jenderal dalam Lingkup Departemen Kehutanan;
14. Sdr. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;
15. Sdr. Direktur Utama PT. INHUTANI IV;
16. Sdr. Gubernur KDH Tingakt I Riau;
17. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Riau;
18. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Tingkat I Riau.

Lampiran...

Anda mungkin juga menyukai