Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FISIKA INTI I

“RANGKUMAN PERHITUNGAN UMUR BENDA


PURBAKALA DENGAN MENGGUNAKAN PELURUHAN
ATOM C-DATING”

OLEH

JENNY RINA RAJANI


1706060035

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
RANGKUMAN PERHITUNGAN UMUR
BENDA PURBAKALA DENGAN MENGGUNAKAN
PELURUHAN ATOM C-DATING

Atom terdiri dari tiga macam partikel, yaitu : elektron, proton dan neutron. Jenis
suatu atom ditentukan oleh jumlah protonnya. Misalnya, atom karbon adalah atom yang
memiliki 6 buah proton. Jika protonnya berjumlah 1, maka atom tersebut bernama atom
Hidrogen. Meski demikian, jumlah neutron bisa saja berbeda untuk suatu jenis atom.
Sebagai contoh, atom karbon ada yang memiliki 6 buah neutron (atomnya disebut karbon-
12), namun ada yang jumlah neutronnya 8 buah (atomnya disebut karbon-14). Atom-atom
karbon yang berbeda jumlah neutronnya ini disebut isotop.
Perbedaan pada atom karbon-12 dan atom karbon-14 adalah untuk atom karbon-12
bersifat stabil, sedangkan atom karbon-14 tidak stabil. Atom karbon-14 dikatakan tidak
stabil karena atom karbon-14 ini bersifat cenderung ingin berubah menjadi atom yang lain,
yaitu atom nitrogen-14 yang bersifat stabil. Ketika perubahan suatu atom karbon-14
terjadi, maka atom tersebut akan mengeluarkan radiasi yang dapat dideteksi. Proses
perubahan jenis atom ini diistilahkan dengan peluruhan radioaktif dan karena kejadian
yang ada di alam semesta ini bersifat acak sehingga tidak dapat ditentukan secara pasti.
Namun, para ilmuan dapat memperkirakan waktu rata-rata terjadinya separuh peluruhan
radioaktif pada suatu unsur. Hal inilah yang dikenal dengan sebutan waktu paruh.
Berdasarkan konsep waktu paruh ini, para ilmuwan dapat memperkirakan umur suatu
benda purbakala. Menghitung umur benda purbakala dengan peluruhan atom karbon,
mengapa atom karbon karena semua mahkluk hidup mengandung unsur karbon (C) oleh
sebab itu para ilmuwan biasanya menghitung benda-benda purbakala itu dengan melihat
banyaknya atom C (atom karbon) yang masih terkandung dalam benda-benda purbakala
atau mahkluk hidup tersebut kenapa demikian unsur karbon (C) terdapat di mahkluk hidup
biasanya ada pada tumbuhan dan tumbuhan tersebut di konsumsi oleh hewan dan manusia
(mahluk hidup) maka unsur karbon itu akan masuk ke dalam tubuh. Unsur karbon ketika
suatu mahluk hidup itu mati, contohnya jika suatu hewan mati dan dia tertimbun maka
tidak ada lagi unsur karbon yang terbengkal jadi sisa unsur karbon yang ada di dalam
tumbuh hewan yang sudah mati itu adalah sisa dari peluruhan unsur karbon itu sendiri
maka dari itu dengan menghitung sisa dari unsur karbon tersebut maka dapat ditentukan
berapa umur dari benda-benda purbakala. Maka akan ada rasio perbandingan antara awal
dan akhir. Sisa unsur karbon biasanya terdapat pada tulang seperti gigi, tulang atau rambut
dan bagian lainnya yang mengandung tulang. Unsur karbon tidak dapat menghitung umur
bumi yang terlampau jauh karena untuk karbon tersebut hanya untuk menghitung umur
mahkluk hidup yang diperkirakan meninggal kurang dari 5000 tahun karena peluruhan
unsur karbon dengan waktu paruh adalah 5700 tahun. Jika sangat jauh peluruhan unsur
karbon maka metode yang tepat adalah menghitung kandunga unsur uranium di dalamnya
karena unsur uranium itu meluruh dalam waktu 4,5 miliyar tahun maka dari itu umur bumi
diperkirakan dengan menghitung unsur uranium yang terkandung namun tidak berlaku
untuk alam semesta.
Sebagai contoh pada kasus pada tahun 1950, dua orang arkeolog, yakni Haakon
Shetelig dari Norwegia dan Gabriel Gustafson dari swedia berhasil mengevaluasikan kapal
purbakala bangsa Viking dari dalam tanah perkebunan Oseberg, Norwegia. Setelah diteliti,
ditemukan bahwa kalap ini berumur kira-kira 1.200 tahun, atau dengan kata lain, kapal ini
dibuat pada tahun sekitar 800 Masehi. Kapal ini sekarang berada di museum Norwegia.
Kapal Viking Oseberg adalah kapal yang terbuat dari kayu. Setiap kayu mengandung
selutuh isotop atom Karbon. Untuk menghitung umurnya, hal yang di lakukan para
ilmuwan adalah dengan mengukur kandungan atom Karbon-14 pada sample kayu yang
masih segar (diambil dari pohom yang masih hidup). Kemudian, dengan menggunakan
jumlah sample yang sama, di ukur pula kandungan atom Karbon-14 pada sample kayu
kapal Viking Oseberg itu. Dari sini kemudian dapat diketahui berapa banyak waktu paruh
yang telah dihabiskan, sehingga dapat diperkirakan umur kapal Viking Oseberg tersebut.
Contoh, misalnya kandungan atom Karbon-14 pada suatu kayu segar adalah 1%. Setelah
diuji, ternyata kandungan Karbon-14 pada kapal Viking Oseberg hanya 0,5%. Berarti, satu
periode waktu paruh telah dilewati. Waktu paruh Karbon-14 adalah 5.700 tahun. Artinya
kapal Viking Oseberg itu diperkirakan telah berumur 5.700 tahun. Di masa depan, yaitu
5.700 tahun kemudian, kandungan Karbon-14 di kapal Viking Oseberg hanya akan tersisa
sebanyak 0,25% atau setengah dari 0,5%.
Pada kenyataannya, sangat sulit untuk menentukan kasus waktu paruh dengan nilai-
nilai yang benar dan tepat yang berkelipatan setengah seperti contoh kasus kapal Viking
Oseberg di atas. Oleh sebab itu, para ilmuwan menggunakan rumus berikut :

No 0,6963 t
ln ( )
Nt
=(
t 0,5
)

Keterangan :
ln = logaritma berbasis bilangan e
N o =¿ jumlah sampel radioaktif mula-mula

N t = jumlah sampel radioaktif ketika benda arkeologi tersebut ditentukan

t = Waktu yang telah berlalu


t 0,5=¿ waktu paruh atom yang bersangkutan

Perhitungan umur benda purbakala bisa dilakukan secara ilmiah, yaitu dengan
teknik yang dinamakan teknik dating atau penanggalan benda purba yang dilakukan oleh
para ilmuwan itu pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu Relative Dating dan
Absolute Dating. Relative dating ini adalah teknik penanggalan yang paling pertama
dilakukan oleh para arkeolog, paleontolog dan pakar geologi untuk menentukan umur dari
benda yang terdapat di bawah tanah, karena praktis (dapat diaplikasikan langsung di
lapangan untuk memberikan hasil sementara), dan tentunya tidak memakan dana yang
banyak. Dengan Relative Dating, para peneliti membandingkan aneka periode sejarah atau
umur relatif dari temuan-temuan yang salah satu caranya dengan menggunakan prinsip
Geological Superposition. Menurut prinsip ini, prinsip Geological Superposition, tanah di
bumi itu terdiri dari lapisan-lapisan tanah yang membentuknya, lapisan-lapisan tanah ini
memiliki umur yang berbeda-beda pada setiap lapisannya dimana pada lapisan tanah yang
berumur lebih tua umumnya berada pada bagian/lapisan yang terletak paling dalam dari
permukaan dan kemudian diatasnya menyusul lapisan-lapisan tanah yang lebih muda. Dari
Lapisan-lapisan tanah ini dapat kita imajinasikan. Jadi para peneliti ilmuwan dengan
menggunakan prinsip ini dapat memperkirakan umur relatif sebuah benda purba
berdasarkan keletakannya pada suatu lapisan tanah, Situs arkeologi telah diakui secara
Internasional melalui UNESCO. Situs Sangiran bukan hanya penting karena pada situs
tersebut ditemukan temuan hominid Homo erectus baik itu Pithecanthropus erectus
maupun Meganthropus paleojavanicus tetapi juga karena keberadaan Sangiran dome atau
kubah sangiran yang wujudnya berupa bukit, namun hal ini sangat penting sekali bagi para
ilmuwan purbakala karena Sangiran Dome yang terbentuk dari aktifitas pengengkatan
tektonik yang terjadi jauh di masa purba dapat memberitahukan catatan geologis tanah dari
jutaan tahun yang lalu, yang menceritakan tentang perjalanan evolusi manusia di dunia.
Dari lapisan tanah Sangiran inilah ilmuwan dapat menentukan umur relatif dari temuan-
temuan benda purbakala jika ditemukan pada lapisan tanah tertentu. Arkeologi dan Ilmu
Kimia digabungkan, maka lahirlah jenis dating yang kedua, yaitu Absolute Dating. Dengan
teknik dating yang satu ini, kita bisa mengetahui umur benda purba secara lebih spesifik.
Absolute dating ini terdiri dari banyak jenis metode, tapi yang dibahas yang paling populer
yaitu karbon dating atau Radiocarbon. Perlu ketahui terlebih dahulu adalah bahwa segala
hal yang ada di alam semesta ini terdiri dari materi yang amat sangat luar biasa kecil, yang
bernama atom. Atom karbon sendiri terdiri dari karbon-12 dan karbon-14 yang disebut
isotop. Untuk atom karbon Dating, terdapat 2 atom bernama karbon-12 dan karbon-14.
karbon-12 adalah isotop karbon yang paling sering kita temukan di alam. Sementara
karbon-14, tercipta setiap hari saat sinar kosmik menerobos masuk ke atmosfer bumi,
kemudian mengenai unsur atom terbanyak di udara, yaitu Nitrogen. Setiap hari, karbon-12
dan karbon-14 ini diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Tumbuhan inilah
yang kemudian dimakan oleh makhluk hidup lain, termasuk kita. Saat kita mati, hal unik
terjadi. Jumlah karbon-14 dalam tubuh kita akan mulai berkurang, sementara jumlah
karbon-12 tidak berubah. Kejadian ini disebabkan karena karbon-14 bersifat tidak stabil
atau bersifat radioaktif. Supaya bisa stabil, karbon-14 harus mengalami peluruhan kembali
menjadi atom asalnya. Lalu, bagaimana cara karbon 14 yang labil ini meluruh. Perluh
diketahui bahwa semua atom radioaktif di dunia ini punya waktu-paruh, yaitu waktu yang
dibutuhkan atom untuk meluruh setengahnya. Waktu paruh karbon-14 adalah 5700 tahun.
Jadi, dalam 5700 tahun, jumlah total karbon-14 dalam sebuah spesimen akan berkurang
setengahnya. Dan akan berkurang lagi setengahnya dalam 5700 tahun selanjutnya. Untuk
mengukur jumlah karbon-12 dan karbon-14 dalam suatu spesimen, para ilmuwan
menggunakan alat canggih bernama Spectrometer. Dengan menghitung perbandingan rasio
kedua karbon di spesimen dan di alam, perhitungan waktuh paruh juga dapat di lakukan
rumus du bawah ini :

%
ln ⁡( )
100
Usia= x 5700
1
ln
2
Kita dapat mengetahui umur spesimen dari ribuan tahun yang lalu. Supaya lebih tepat
peneliti juga akan mencocokkan perhitungan mereka dengan aneka penunjuk waktu alami,
yaitu menggunakan lingkar tahun pada pohon berkambium atau oleh peneliti biasa disebut
dengan Dendrochronology.
Gambar 1. Perhitungan Dendrochronology

Karbon Dating cuma bisa dipakai untuk spesimen makhluk hidup yang mati kurang dari
5000 tahun yang lalu. Lalu, bagaimana nasib fosil dinosaurus yang umurnya lebih dari
50ribu tahun maka para ilmuwan akan menggunakan atom lain yang waktu paruhnya lebih
lama, misalnya potassium-argon yang waktu-paruhnya 1,26 milyar tahun. Namun agar
lebih akurat memang biasanya peneliti ilmuwan tidak hanya menggunakan salah satu
metode dating, namun dengan mengkombinasikan keduanya agar saling melengkapi data-
datanya. Sekarang kita sudah tau bagaimana para peneliti tahu mengenai umur dari benda-
benda purba tersebut dan ternyata dibalik papan penjelasan tentang umur artefak di
Museum terdapat proses yang panjang dan perhitungan cukup rumit. Bagaimana Cara
mengetahui Umur Benda Purba.
Singkatnya :
Ilmu arkeologi dan ilmu purbakala, kalau di arkeologi, yang jelas pertama kali dilakukan
adalah dengan pengamatan keletakan temuan pada stratigrafi tanah yang memanfaatkan
superposisi geologi, cara yang paling murah dan praktis, namun bila memang dibutuhkan
pencarian umur maka dilakukan carbon dating untuk temuan-temuan organik. Waktu paruh
dari karbon-14 adalah 5000 tahun karbon dan memang penggunaan akurat dari
penanggalan radiokarbon ini berkisar diantara 8000 tahun 10.000 tahun tepatnya 11,460
tahun karbon, namun secara perhitungannya radiocarbon dating dapat melakukan
pengukuran pada temuan hingga 50.000 tahun, penggambarannya bisa diliat di gambar
dibawah :

Gambar 2. Pengukuran waktu paruh


dari gambar ini bisa diliat bagaimana waktu paruh untuk perhitungan umur angka 50.000
tahun karbon sendiri didapatkan ketika pembagian berbasis kelipatan 2 yang terus
dilakukan hingga 0,1953125 %

Jadi dalam penggunaannya radiocarbon dating digunakan untuk mengetahui umur di


rentang waktu sampai 10,000-an tahun karbon, karena lebih dari itu ketidakakuratan akan
semakin tinggi, namun sebetulnya secara perhitungan dengan radiocarbon dating
memungkinkan pencarian umur hingga 50.000 tahun yang lalu apabila sampel temuan
sejenis berada dalam frekuensi yang banyak dan juga memiliki rasio karbon-14 yang
cukup, jadi mudahnya perlu persiapan khusus sebelum melakukan perhitungan yang lebih
dari 10,000 tahun.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai