Anda di halaman 1dari 9

Penanggalan Karbon-14

Pemahaman Dasar

oleh Dr. Andrew Snelling tanggal 14 September 2010

Banyak orang berasumsi bahwa bebatuan yang sudah berusia "jutaan tahun" itu didasarkan pada

penanggalan radiokarbon (karbon-14). Tapi, hal ini keliru. Alasannya sederhana. Karbon-14 hanya

bisa memberikan penanggalan dalam "ribuan tahun" sebelum semuanya meluruh.

Metode paling umum yang digunakan untuk penanggalan adalah penanggalan radiokarbon.

Meskipun orang-orang mengira penanggalan radiokarbon digunakan untuk mengetahui usia

bebatuan, penanggalan ini terbatas hanya untuk benda-benda yang memiliki kandungan elemen

karbon dan sebelumnya pernah hidup (seperti fosil).

Bagaimana Radiokarbon Terbentuk

Tak seperti radiokarbon (C-14), elemen radioaktif lain yang digunakan untuk penanggalan

bebatuan—uranium (U-238), potasium (K-40), dan rubidium (Rb-87)—tidak terbentuk di bumi,

sebagaimana kita ketahui. Tampaknya, Tuhan menciptakan elemen-elemen tersebut bersamaan

Dia menciptakan bumi pada kali pertama. H lkll

Sebaliknya, radiokarbon terus-menerus terbentuk hingga hari ini di bagian atas atmosfer bumi.

Dan sebagaimana kita ketahui, hal ini telah berlangsung di bagian atas atmosfer bumi sejak Hari

Kedua dari Minggu Penciptaan (bagian dari proses perluasan langit, atau cakrawala,

sebagaimana digambarkan dalam Kitab Kejadian 1: 6-8).

Jadi, bagaimana radiokarbon terbentuk? Sinar kosmik dari luar angkasa secara terus-menerus

menghantam bagian atas atmosfir bumi, menghasilkan neutron-neutron (partikel sub-atomik yang
tidak memiliki muatan) yang bergerak cepat (Gambar 1a).[1] Neutron-neutron ini beradu dengan

atom nitrogen-14, elemen yang banyak terdapat di bagian atas atmosfir, mengubahnya menjadi

atom-atom radiokarbon (karbon-14).

Quote:

KARBON-14 TERBENTUK (Gambar 1a): Saat sinar kosmik menghantam atmosfir bumi,

menghasilkan neutron-neutron. Neutron-neutron ini kemudian beradu dengan atom nitrogen di

atmosfir, mengubahnya menjadi atom-atom radioaktif karbon-14.

KARBON-14 DISERAP (Gambar 1b): Tetumbuhan menyerap karbon-14 selama fotosintesis.

Ketika hewan-hewan memakan tetumbuhan, karbon-14 memasuki tubuh mereka. Karbon-14 di

dalam tubuh meluruh menjadi citrogen-14 dan lepas bersamaan dengan masuknya kembali

karbon-14 dari makanan. Jadi, kadar karbon-14 tetap stabil.

KARBON-14 HABIS (Gambar 1c): Ketika hewan-hewan mati, karbon-14 tetap meluruh menjadi
nitrogen-14 dan lepas, sementara tidak ada lagi Karbon-14 yang masuk. Dengan membandingkan

kadar karbon-14 yang tersisa dengan kadar aslinya, ilmuwan dapat memperhitungkan sudah

berapa lama hewan tersebut mati.

Dikarenakan atmosfir tersusun atas 78% nitrogen,[2] banyak atom-atom radiokarbon yang

terbentuk—total sekitar 16,5 pon (7,5 kg) per tahun. Radiokarbon ini dengan cepat bergabung

dengan atom-atom oksigen (elemen kedua terbanyak di atmosfir, sebesar 21%) membentuk

karbon dioksida (CO2).

Karbon dioksida ini, menjadi radioaktif karena Karbon-14, secara kimia tidak berbeda dengan

karbon dioksida normal di atmosfir, yang mana lebih ringan karena mengandung karbon-12 yang

normal. Karbon dioksida yang radioaktif dan non-radioaktif bercampur di atmosfir, dan larut di

lautan.

Melalui fotosintesis karbon dioksida memasuki tetumbuhan dan alga, mengikutsertakan

radiokarbon di dalam rantai makanan. Radiokarbon kemudian memasuki tubuh hewan-hewan saat

mereka memakan tetumbuhan (Gambar 1b). Bahkan kita para manusia menjadi radioaktif karena

adanya kadar radiokarbon di dalam tubuh kita.

Menentukan Laju Rata-rata Peluruhan Radiokarbon

Setelah radiokarbon terbentuk, inti atom karbon-14 menjadi tidak stabil, sehingga sepanjang

waktu secara bertahap meluruh kembali menjadi atom nitrogen-14 yang stabil.[3] Sebuah netron

meluruh menjadi sebuah proton dan sebuah elektron, dan elektron ini lepas. Proses ini dinamakan

dengan peluruhan beta . Elektron yang lepas disebut dengan partikel beta dan radiasi yang

dihasilkan dinamakan dengan radiasi beta.

Tidak semua atom-atom radiokarbon meluruh dengan waktu yang sama. Atom-atom karbon-14
tertentu berubah menjadi nitrogen-14 dalam waktu yang berbeda, hal ini menjelaskan kenapa

peluruhan radiokarbon dianggap sebagai proses acak.

Untuk mengukur laju rata-rata peluruhan, sebuah detektor digunakan untuk mencatat jumlah

partikel-partikel beta yang lepas dari sejumlah atom karbon tertentu dalam rentang waktu tertentu

pula, misalnya sebulan (sebagai ilustrasi). Karena masing-masing partikel beta mewakili satu atom

karbon-14 yang meluruh, kita dapat mengetahui berapa banyak atom karbon-14 yang meluruh

dalam sebulan.

Para ahli kimia telah menentukan berapa banyak atom dalam sejumlah massa elemen, termasuk

karbon.[4] Jadi bila kita menimbang seonggok karbon, kita dapat mengetahui berapa jumlah atom

karbon di dalamnya.

Bila kita tahu berapa rasio atom-atom karbon yang radioaktif, kita dapat menghitung berapa

banyak atom-atom radiokarbon dari seonggok karbon tadi. Dengan mengetahui jumlah atom yang

meluruh dari sampel kita selama sebulan, kita dapat menentukan laju rata-rata peluruhan

radiokarbon.

Standar laju rata-rata peluruhan diberi nama waktu-paruh (half-life).[5] Didefinisikan sebagai waktu

yang diperlukan bagi sejumlah elemen radioaktif untuk meluruh menjadi separuhnya. Jadi, bila

mula-mula ada 2 juta atom karbon-14 dari sejumlah karbon yang telah kita tentukan, maka waktu-

paruh radiokarbon adalah waktu untuk menjadi setengahnya, atau 1 juta, dari sejumlah atom-atom

ini untuk meluruh. Waktu-paruh radiokarbon atau laju rata-rata peluruhan telah ditentukan sebesar

5.730 tahun.

Menggunakan Radiokarbon untuk Penanggalan

Sekarang muncul pertanyaan bagaimana para ilmuwan menggunakan hal ini untuk menentukan
usia benda-benda. Bila karbon-14 terbentuk secara konstan dalam waktu yang lama dan secara

terus-menerus membaur ke dalam biosfir (lingkungan hidup -red), maka kadar karbon-14 di

atmosfir seharusnya tetap konstan.

Jika kadar ini konstan, tetumbuhan dan hewan-hewan hidup seharusnya memiliki kandungan

karbon-14 yang konstan pula di dalam tubuh mereka. Alasannya, selama organisme ini hidup,

karbon-14 ini terus-menerus menggantikan semua molekul-molekul karbon yang telah meluruh

menjadi nitrogen.

Setelah tetumbuhan dan hewan-hewan mati, mereka tidak lagi menerima pengganti untuk

molekul-molekul yang rusak karena peluruhan radiokarbon. Sehingga, atom-atom radiokarbon di

dalam tubuh mereka perlahan-lahan meluruh, sehingga rasio atom-atom karbon-14 dengan

jumlah normalnya akan berkurang dengan tetap seiring waktu (Gambar 1c).

Misal, kita menemukan tengkorak mammoth dan kita ingin melakukan penanggalan untuk

menentukan kapan dia hidup. Kita dapat menentukan di laboratorium tinggal berapa atom karbon-

14 yang tersisa di tengkorak itu. Jika kita anggap si mammoth ini memiliki kadar karbon-14 di

tubuhnya sewaktu hidup sama dengan hewan-hewan yang hidup saat ini (diperkirakan 1 atom

karbon-14 untuk setiap 1 triliun atom karbon-12), dan karena kita telah mengetahui laju rata-rata

peluruhan radiokarbon, maka dapat dihitung sudah berapa lama mammoth itu mati. Hal ini cukup

sederhana.

Metode penanggalan ini mirip dengan prinsip yang ada pada jam pasir.[6] Butiran pasir yang

berada di mangkuk bagian atas jam pasir mewakili atom karbon-14 pada mammoth hidup sesaat

sebelum dia mati. Diasumsikan jumlah atom-atom karbon-14 sama dengan jumlah pada gajah

hidup pada masa kini. Seiring waktu, butiran-butiran pasir tersebut turun ke mangkuk bawah jam

pasir, sehingga jumlah pasir yang berkurang mewakili karbon-14 yang tersisa di dalam tengkorak

mammoth saat kita temukan.


Jumlah butiran pasir yang berkurang ini mewakili atom-atom karbon-14 yang meluruh menjadi

nitrogen-14 sejak si mammoth mati. Karena kita tahu berapa laju rata-rata turunnya butiran pasir

(laju rata-rata peluruhan radiokarbon), kita dapat menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan

atom-atom karbon-14 tersebut untuk meluruh, yang artinya sudah berapa lama si mammoth ini

mati.

Beginilah cara kerja metode radiokarbon. Dan karena waktu-paruh karbon-14 hanya 5.370 tahun,

penanggalan radiokarbon pada materi yang mengandung karbon hanya menghasilkan nilai ribuan

tahun, bukan jutaan tahun dimana hal ini bertentangan dengan kerangka waktu sejarah bumi yang

disebutkan oleh Al-Kitab, saksi mata Tuhan untuk sejarah.

Catatan Kaki

[1] S. Bowman, Interpreting the Past: Radiocarbon Dating (London: British Museum Publications,

1990).

[2] S. S. Zumdahl, Chemical Principles, 2nd edition (Lexington, Massachusetts: D. C. Heath and

Company, 1995), p.171.

[3] A. Dickin, Radiogenic Isotope Geology, 2nd edition (Cambridge, UK: Cambridge University

Press, 2005), pp. 383–398.

[4] Ref. 2, p. 55, 1995. Untuk radiokarbon jumlahnya adalah ~6,022 x 10^23 atom per 14 gram

carbon-14.

[5] G. Faure and T. M. Mensing, Isotopes: Principles and Applications, 3rd edition (Hoboken, New

Jersey: John Wiley & Sons, 2005), pp. 614–625.

[6] A. A. Snelling, “Radiometric Dating: Back to Basics,” Answers 4.3 (2009): 72–75.
Karbon-14, 14C, atau radiokarbon, adalah isotop radioaktif karbon dengan inti yang
mengandung 6 proton dan 8 neutron. Keberadaannya dalam bahan organik adalah dasar dari
metode penanggalan radiokarbon untuk memperkirakan umur pada sampel-sampel arkeologi,
geologi, dan hidrogeologi. Karbon-14 ditemukan pada tanggal 27 Februari 1940 oleh Martin
Kamen dan Sam Ruben dari Laboratorium Radiasi Universitas California, Berkeley, meskipun
keberadaannya telah diduga sebelumnya oleh Franz Kurie pada tahun 1934.[1]

Terdapat tiga macam isotop karbon yang terjadi secara alami di Bumi: 99% merupakan karbon-
12, 1% merupakan karbon-13, sedangkan karbon-14 terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit,
misalnya sejumlah 1 bagian-per triliun (0,0000000001%) dari karbon yang ada di atmosfer.
Waktu paruh karbon-14 adalah 5.730 ± 40 tahun. Ia meluruh menjadi nitrogen-14 melalui
peluruhan beta.[2] Aktivitas standar radiokarbon modern[3] adalah sekitar 14 disintegrasi per
menit (dpm) per gram karbon.[4]

Massa atom karbon-14 adalah sekitar 14,003241 sma. Isotop-isotop karbon yang berbeda tidak
memiliki perbedaan yang besar dalam sifat-sifat kimianya. Ini digunakan dalam riset kimia, yaitu
dalam teknik yang disebut pelabelan karbon: beberapa atom karbon-12 dari senyawa tertentu
digantikan dengan atom-atom dari karbon-14 (atau beberapa atom dari karbon-13) dengan tujuan
agar dapat memantaunya di sepanjang terjadinya reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada senyawa
tersebut.

https://id.wikipedia.org/wiki/Karbon-14
Pewaktuan relatif menyusun barisan lokasi, peristiwa, atau artefak dalam urutan kronologis dari
yang tertua ke yang termuda, tanpa memberikan waktu. Aturan yang berguna adalah Hukum
Superposisi, yang menyatakan kalau benda yang ditemukan di lapisan bawah pasti lebih tua dari
yang ditemukan di lapisan atas. Aturan ini berlaku sejauh lapisan-lapisan tidak bergeser, faktor
yang dapat ditentukan lewat paleomagnetisme. Biostratigrafi adalah teknik pewaktuan relatif
yang menggunakan barisan perubahan evolusi pada hewan seperti pengerat untuk menentukan
waktu. Pengerat adalah alat ukur yang berguna karena mereka memiliki rentang generasi singkat
dan menampilkan perubahan evolusi lebih cepat daripada hewan lain. Karena ada lebih banyak
bentuk pengerat, waktu dapat ditentukan dengan lebih teliti.

Pewaktuan mutlak memberikan usia pada sebuah spesimen, biasanya dengan rentang kesalahan
tertentu. Salah satu teknik yang paling umum adalah pewaktuan radioaktif. Teknik ini
menggunakan laju peluruhan isotop radioaktif untuk menentukan seberapa lama di masa lalu
benda tersebut terbentuk. Isotop radioaktif meluruh seiring waktu dengan kecepatan relatif
konstan, yang disebut waktu paruh (half life). Half-life mengukur seberapa lama waktu
diperlukan separuh isotop radioaktif untuk meluruh menjadi bentuk s tabil. Tiap peluruhan isotop
radioaktif meluruh dengan laju berbeda. Sebagai contoh, peluruhan isotop karbon 14 memiliki
laju lebih cepat daripada potasium 40, namun semua peluruhan karbon 14 kecepatannya sama.

Pewaktuan potassium argon menggunakan isotop radioaktif potasium 40. Potasium alaminya
meluruh menjadi gas argon. Kedua unsur ini (bersama yang lainnya) terkandung dalam batuan
gunung berapi. Ketika batuan tersebut meleleh, ia melepaskan gas seperti argon ke atmosfer.
Saat ia mendingin dan mengeras, batuan vulkanis menjebak gas-gas kedalam kristal-kristal kecil.
Potasium 40 terus meluruh menjadi gas argon, namun gasnya tidak dapat lari dari batuan. Ahli
geologi dapat melelehkan batu tersebut dan mengukur gas argon yang terlepas, yang akan
menentukan seberapa lama waktu telah berlalu semenjak batu tersebut meleleh.

Cara kerja pewaktuan radioaktif


Waktu paruh potasium 40 adalah 1,3 miliar tahun. Karena perlu setidaknya 200 ribu tahun agar
ada cukup gas argon untuk menumpuk dan memungkinkan pengukuran yang akuraat, teknik
potasium-argon digunakan untuk menentukan waktu benda yang lebih tua. Pewaktuan
radiokarbonmenggunakan karbon 14, yang memiliki waktu paruh hanya 5730 tahun; ia hanya
mampu menentukan usia benda yang paling tua berusia 50 ribu tahun. Teknik pewaktuan mutlak
lainnya mencakup termoluminesens dan resonansi spin elektron.

Baik teknik relatif maupun mutlak harus digunakan untuk menentukan usia fosil. Menggunakan
metode potasium-argon, para peneliti menentukan lapisan yang diatas spesimen Lucy berusia
2,95 juta tahun dan dibawahnya berusia 3,18 juta tahun. Pewaktuan relatif menunjukkan kalau
Lucy berada di antara kedua waktu tersebut, dan lebih dekat ke 3,18 juta tahun.

Sumber

Donald Johanson. Becoming Human.

http://www.faktailmiah.com/2011/08/13/bagaimana-ilmuan-mengetahui-usia-fosil.html

Anda mungkin juga menyukai