Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KELOMPOK

KIMIA SEKOLAH I
(Hidrokarbon dan Minyak Bumi)

OLEH :
Wimbi Apriwanda (1405119891)
Fika Tustanti Zarlin (1405113086)
Anggie Oktaviani S (1405111641)
Maulia Alifah (1405119840)
Nora Yulita (1405113778)

DOSEN PENGAMPU : Dr. H. R. Usman Rery, M.Pd


Dra. Hj. Herdini, M.Si

Program Studi Pendidikan Kimia


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS RIAU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Karbon dapat membentuk berjuta-juta macam senyawa hanya dengan beberapa atom
lain, misalnya hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Beberapa molekul besar dengan struktur
sangat kompleks yang menjadi pembentuk tubuh manusia dan berbagai makhluk hidup di
dunia, berbasis pada senyawa karbon. Ada sekitar enam juta senyawa karbon yang sudah
teridentifikasi sebagai senyawa yang ada di alam. Beberapa senyawa tersebut telah dikenal
dengan baik, misalnya karbohidrat, protein dan asam amino, lemak dan minyak, serta
vitamin. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang sangat vital bagi tubuh
manusia. Beberapa senyawa lain yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, mulai
dari plastik, serat kain, dan berbagai jenis obat-obatan, semuanya merupakan senyawa
karbon. Bahkan, minyak bumi yang mempunyai peranan penting secara ekonomis juga
termasuk senyawa karbon.
Minyak telah menjadi salah satu sumber daya alam yang penting dalam peradaban
modern. Berbagai keperluan rumah tangga, transportasi, dan industri masih mengandalkan
minyak bumi, gas alam atau batu bara sebagai bahan bakar. Sementara bahan bakar alternatif
masih sempit sekali penggunannya. Selain digunakan untuk bahan bakar, banyak produk
yang menggunakan minyak bumi dan gas alam sebagai bahan baku. Berbagai produk yang
dihasilkan dari minyak bumi dan gas alam disebut petrokimia. Produk-produk petrokimia
tersebut meliputi pupuk, pestisida, serat sintetik, detergen, plastik dan juga obat-obatan.
Dalam makalah ini kita mempelajari minyak bumi juga beserta proses pembentukannya dan
mutu bensin.

2
BAB II
ISI

A. Senyawa Organik dan Senyawa Anorganik


Senyawa karbon mempunyai jenis, sifat, dan kegunaan yang bemacam-macam. Oleh
karena itu, senyawa karbon dibahas khusus dalam cabang ilmu kimia disebut kimia organik.
Nama kimia organik idasarkan pada awal perkembangan ilmu kimia karbon. Dahulu, orang
berpendapat bahwa senyawa karbon hanya dapat diperoleh dari makhluk hidup. Pada waktu
itu, senyawa karbon dianggap hanya disintesis (dibuat) oleh tubuh makhluk hidup
(oragnisme). Oleh karena itu, senyawa karbon juga dikenal sebagai senyawa organik,
misalnya karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
Pada awalnya, senyawa karbon yang dapat disintesis di luar tubuh makhluk hidup
disebut sebagai senyawa karbon anorganik, misalnya garam karbonat ( CO32-), gas karbon
dioksida ( CO2), dan karbon monoksida ( CO ). Pendapat ini bertahan lama sampai akhirnya
pada tahun 1828 Friedrich Wohler dapat mensintesis urea di luar tubuh makhluk hidup, yaitu
dengan cara memanaskan amonium sianat menjadi urea. Urea yang dikenal sebagai senyawa
organik, secara alami merupakan hasil metabolisme tubuh yang biasa dikeluarkan bersama
dengan urin manusia.

NH4 +NCO- PANAS


CO(NH2)2
Amoium sianat urea

Atas dasar penemuan Friedrich Wohler tersebut, penggolongan senyawa karbon


organik dan senyawa karbon anorganik tidak didasarkan lagi kepada asalnya ( disintesis oleh
organisme hidup atau di luar tubuh makhluk hidup), tetapi lebih didasarkan kepada sifat dan
strukturnya.
Senyawa karbon organik mempunyai ciri khas bahwa didalam strukturnya terdapat
rantai atom karbon, sedangkan pada senyawa karbon anorganik umumnya tidak mempunyai
rantai atim karbon. Beberapa perbedaan yang umum dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Perbedaan senyawa karbon organik dan senyawa karbon anorganik
Perbedaan Senyawa karbon organik Senyawa karbon anorganik

Kestabilan terhadap Mudah terurai atau berubah Stabil pada pemanasan


pemanasan struktur

3
Kelarutan Umumnya sukar larut dalam Mudah larut dalam pelarut
pelarut polar, tetapi mudah larut polar
dalam pelarut non-polar
Titik lebur dan titik Umumnya relatif rendah Ada yang sangat tinggi, tetapi
didih ada yang sangat rendah
Kereaktifan Kurang reaktif (sukar bereaksi), Reaktif dan umumnya
dan jika bereaksi cenderung lambat berlangsung cepat
Struktur Mempunyai rantai atom karbon Tidak mempunyai rantai atom
karbon

B. Identifikasi dan Sumber Senyawa Karbon


1. Identifikasi senyawa karbon
Identifikasi apakah suatu bahan (zat) merupakan senyawa karbon atau tidak, dapat
dilakukan dengan membakar bahan tersebut. Pembakaran tidak sempurna dari senyawa
karbon akan menghasilkan zat sisa berupa arang (jelaga) atau karbon. Sedangkan bila
pembakarannya berlangsung sempurna, akan menghasilkan gas CO 2. Keberadaan gas CO2 ini
dapat diketahui dengan cara mengalirkannya ke air kapur ( larutan Ca(OH) 2 atau air barit
(larutan Ba(OH)2). Apabila senyawa yang dibakar sempurna merupakan senyawa karbon
( menghasilkan CO2), air kapur atau air barit akan menjadi keruh. Reaksi yang terjadi antara
gas CO2 dengan air kapur:

Gambar 1.1
2. Sumber Senyawa Karbon
a. Tumbuhan dan Hewan

4
Tumbuhan dan hewan merupakan “mesin” pembuat senyawa karbon, misalnya protein,
karbohidrat, lemak, dan berbagai senyawa yang tidak mungkin diperoleh dan ditemukan
diluar tumbuhan dan hewan. Penelitian mengenai senyawa karbon yang terdapat dalam
tumbuhan telah menghasilkan jenis obat-obatan baru yang sebelumnya tidak dikenal.
b. Batu bara
Batu bara merupakan hasil pelapukan tumbuhan yang berlangsung jutaan tahun yang
lalu dengan tekanan dan temperatur yang sangat tinggi. Pengolahan batu bara dengan cara
distilasi pemecahan (cracking) menghasilkan gas batu bara, ter batu bara, dan kokas.
Kokas merupakan bahan bakar yang sangat baik dan digunakan pada berbagai industri,
sedangkan gas batu bara dan ter batu bara dapat diproses dengan berbagai reaksi kimia
menjadi bermacam-macam senyawa karbon lebih bermanfaat.
c. Gas alam dan minyak bumi
Gas alam dan minyak bumi mengandung banyak senyawa karbon yang berperan
penting dalam berbagai industri. Komponen utama dalam gas alam dan minyak bumi adalah
senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon dan minyak bumi ini akan dibahas lebih lanjut pada
subbab berikutnya.

C. Kekhasan Atom Karbon


Banyaknya jenis dan jumlah senyawa karbon tidak terlepas dari sifat khas atom karbon
yang dapat membentuk senyawa dengan berbagai unsur, dengan struktur yang bervariasi.
Beberapa sifat khas atom karbon tersebut antara lain:
1) Atom karbon mempunyai nomor atom 6, dengan empat elektron valensi. Keempat
elektron valensi itu dapat membentuk pasangan elektron bersama dengan atom lain
membentuk ikatan kovalen. Keempat elektron valensi ini dapat digambarkan sebagai
tangan ikatan.

2) Atom karbon dengan keempat tangan ikatan itu dapat membentuk rantai atom karbon
dengan berbagai bentuk dan kemungkinan. Setiap kemungkinan menghasilkan satu
jenis senyawa. Semakin banyak kemungkinan, semakin banyak jenis senyawa yang
bisa dibentuk oleh atom karbon.
Beberapa kemungkinan rantai karbon yang dibentuk dapat dikelompokkan
berdasarkan:

5
a) Jumlah ikatan
 Ikatan tunggal, yaitu ikatan antara atom-atom karbon dengan satu tangan ikatan
(sepasang elektron ikatan)

C C C C C

 Ikatan rangkap dua, yaitu terdapat ikatan antara atom-atom karbon dengan dua
tangan ikatan (dua pasang elektron ikatan)

C C C C C

 Ikatan rangkap tiga (ganda tiga), yaitu ikatan antara atom-atom karbon dengan
dengan ikatan (tiga asang elektron ikatan)

C C C C C

b) Bentuk Rantai
 Rantai terbuka (alifatis), yaitu rantai yang antar ujung-ujung atom karbonnya
tidak saling berhubungan. Rantai jenis ini ada yang bercabang dan ada yang
tidak bercabang.

C C C C C

Rantai terbuka tak bercabang

C C C C C

C Rantai terbuka bercabang


 Rantai tertutup (siklis), yaitu rantai yang terdapat pertemuan antara ujung-ujung
rantai karbonnya. Terdapat dua macam rantai siklis, yaitu rantai siklis dan
aromatis.
6
C C C C

C C C C

Rantai siklik

H
H H

atau
H H
H aromatis
3) Posisi atom karbon di dalam rantai karbon
Berdasarkan jumlah atom karbon lain yang diikat, terdapat empat posisi atom karbon,
yaitu:
a) Atom karbon primer, yaitu atom karbon yang hanya mengikat secara langsung satu
atom karbon yang lain.
b) Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung dua
atom karbon yang lain.
c) Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung tiga atom
karbon yang lain.
d) Atom karbon kuarterner, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung empat
atom karbon yang lain.
Perhatikan rantai karbon berikut.

Gambar 1.2 Atom karbon 1, 6, 7, 8, dan 9 merupakan atom karbon primer,


atom karbon 3 dan 5 merupakan atom karbon sekunder, atom karbon 4

7
merupakan atom karbon tersier, dan atom karbon 2 merupakan atom karbon
kuarterner.

D. Hidrokarbon
Kelompok senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon, yaitu senyawa
karbon yang tersusun dari atom karbon dan hidrogen. Hidrokarbon yang paling sederhana
adalah metana, yang terdiri dari suatu atom karbon dengan empat atom hidrogen (CH4).
Metana merupakan molekul yang mempunyai struktur ruang tetrahedron dengan atom karbon
sebagai pusatnya, dan atom hidrogen yang terdapat pada keempat sudutnya. Untuk
mempermudah, struktur tersebut diproyeksikan ke dalam bidang datar.

H H

C H C H
H
H
H H (c)
(a) (b)

Gambar 1.3 (a) Model molekul CH4, (b)Struktur ruang molekul CH 4, (c) Proyeksi molekul
CH4
Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, hidrokarbon dibedakan
menjadi:
a. Hidrokarbon jenuh, yaitu hidrokarbon yang pada rantai karbonnya semua berikatan
tunggal. Hidrokarbon ini disebut juga sebagai alkana.
b. Hidrokarbon tak jenuh, yaitu hidrokarbon yang pada rantai karbonnya terdapat ikatan
rangkap dua atau tiga. Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua disebut
dengan alkena dan hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga disebut dengan
alkuna.

1. Alkana
Setiap atom karbon mempunyai empat elektron valensi yang digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen dengan atom lainnya, yang digambarkan sebagai tangan ikatan.
Jadi, atom karbon pada senyawa karbon selalu mempunyai empat tangan ikatan. Pada alkana,
keempat tangan tersebut bila tidak digunakan untuk mengikat atom karbon yang lain akan
digunakan untuk mengikat atom hidrogen.

8
H

H C H

atau H

Gambar 1.4 Model molekul metana


Penggantian (substitusi) sebuah atom H yang manapun pada gambar model molekul
diatas dengan atom klorin, akan menghasilkan senyawa lain. Hal ini menunjukkan bahwa
semua atom H di dalam senyawa CH4 mempunyai kedudukan yang identik. Jika dua model
molekul metana digabungkan, akan didapat molekul hidrokarbon dengan dua atom di
dalamnya, seperti tampak pada gambar berikut.
H H

H C C H

atau H H

Gambar 1.5 Model molekul etana


Gambar tersebut menunjukkan bahwa alkana yang terbentuk dari dua atom karbon akan
mengikat enam atom hidrogen sehingga mempunyai rumus molekul C 2H6. Jika penggantian
atom hidrogen dengan atom karbon dilakukan terus menerus, akan didapat struktur seperti
pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Rumus struktur dan rumus molekul beberapa alkana
Jumla
Rumus
h atom Rumus struktur Rumus struktur yang disederhanakan
molekul
C
1 CH4 CH4

2 H3C CH3 C2H6

3 H3C CH2 CH3 C3H8

9
4 H3C CH2 CH2 CH3 C4H10

8 H3C CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3 C8H18

n Rumus umum CnH2n+2

Jadi, rumus umum molekul alkana adalah CnH2n+2.


a. Deret homolog
Deretan rumus molekul alkana (Tabel 1.2) menunjukkan bahwa pada setiap anggota
yang satu ke anggota berikutnya bertambah sebanyak CH2. Deret senyawa karbon yang
demikian ini disebut dengan deret homolog. Deret homolog pada alkana mempunyai sifar-
sifat sebagai berikut.
1) Mempunyai rumus umum, untuk deret homolog alkana adalah CnH2n+2
2) Antara satu anggota ke anggota berikutnya mempunyai pembeda CH2.
3) Selisih massa rumus antara satu anggota ke anggota berikutnya adalah 14
4) Semakin panjang rantai atom karbonnya, semakin tinggi titik didihnya.
Tabel 1.3 menunjukkan sebagian anggota deret homolog alkana dengan beberapa sifat-
sifatnya.
Tabel 1.3 Deret homolog alkana.
Jumlah Rumus Nama Titik lebur Titik didih Massa jenis Wujud (suhu
atom C molekul (ºC) (ºC) (g/cm3) kamar)
1 CH4 Metana -181,9 -163,9 0,466 Gas
2 C2H6 Etana -183,2 -88,5 0,572 Gas
3 C3H8 Propana -189,6 -42,0 0,585 Gas
4 C4H10 Butana -138,3 -0,4 0,601 Gas
5 C5H12 Pentana -129,9 36,2 0,626 Cair
6 C6H14 Heksana -94,9 69,1 0,660 Cair
7 C7H16 Heptana -90,5 98,5 0,684 Cair
8 C8H18 Oktana -56,7 125,8 0,703 Cair
9 C9H20 Nonana -50,9 150,9 0,718 Cair
10 C10H22 Dekana -29,6 174,2 0,730 Cair
11 C11H24 Undekana -25,5 196,1 0,740 Cair
12 C12H26 Dodekana -14,5 216,4 0,749 Cair
14 C14H30 Tetradekan 5,9 253,5 0,763 Cair

10
18 C18H38 a 28 313,9 0,789 Padat
20 C20H42 Oktadekana 36,9 343,9 0,789 Padat
Eikosana

b. Tata nama alkana


Senyawa karbon merupakan senyawa yang jenis dan jumlahnya sangat banyak. Oleh
karena itu, diperlukan cara penamaan senyawa karbon yang sistematis. Nama senyawa
karbon dapat memberi informasi tentang rumus molekul dan strukturnya. Pemberian nama
senyawa karbon didasarkan pada aturan IUPAC (International Union and Pure Applied
Chemistry) sebagai berikut.
1) Nama alkana diambil berdasarkan jumlah atom karbon yang menyusunnya dan
diakhiri dengan akhiran “ana”.
Jumlah atom C Awalan Asal kata Arti Rumus Nama
molekul
1 Met- Methiu Anggur CH4 Metana
2 Et- Aitho Terbakar C2H6 Etana
3 Prop- Propion Lemak C3H8 Propana
4 But- Bous Sapi C4H10 Butana
5 Pent- Penta Lima C5H12 Pentana
6 Heks- Heksa Enam C6H14 Heksana
7 Hept- Hepta Tujuh C7H16 Heptana
8 Okta- Okta Delapan C8H18 Oktana
9 Non- Nona Sembilan C9H20 Nonana
10 Deka- Deka Sepuluh C10H22 Dekana
11 Undeka- Undeka Sebelas C11H24 Undekana
12 Dodeka- Dodeka Duabelas C12H26 Dodekana
20 Eikos- Eikosa Duapuluh C20H42 Eikosana
21 Heneikos- Heneikosa - C21H44 Heneikosana
30 Trikon- Trikonta - C30H62 Trikontana
2) Jika strukturnya telah diketahui dan merupakan rantai karbon tak bercabang, di
depan nama tersebut diberi huruf n (dari kata normal).
Contoh :
H3C CH2 CH2 CH3
: n-butana

11
3) Jika rantai karbonnya bercabang, ditentukan dahulu rantai utama (rantai induk),
yaitu rantai atom karbon terpanjang dan diberi nomor urut dari ujung yang paling
dekat dengan letak cabang.
Contoh :
1 2 3 4
H3C CH2 CH CH3

CH3
Cara penomoran yang salah karena tidak dimulai dari ujung yang dekat cabang

4 3 2 1
H3C CH2 CH CH3

CH3
Cara penomoran yang benar

1 2 3 4
H3C CH2 CH CH3
CH2

CH3
Cara penomoran yang salah karena masih ada rantai yang lebih panjang

1 2 3
H3C CH2 CH CH3

4 CH2

5 CH
3
Cara penomoran yang benar

4) Menetapkan gugus cabang yang terikat pada rantai utama. Gugus cabang pada
alkana umumnya merupakan alkil. Gugus alkil merupakan gugus hidrokarbon
(alkana) yang kehilangan sebuah atom hidrogen. Rumus umum alkil adalah
CnH2n+1. Nama gugus alkil disesuaikan dengan nama alkananya dengan
mengganti akhiran –ana dengan akhiran –il.
Rumus gugus alkil Nama IUPAC
CH3- Metil
C2H5- Etil
C3H7- Propil
C4H9- Butil
C5H11- Pentil
C6H13- Heksil

12
5) Gugus alkil yang mempunyai rantai bercabang atau tidak terikat pada atom
karbon primer diberi nama tertentu.
Contoh :
CH3

H3C CH H H3C C H

CH3 CH3
Nama IUPAC : 1-metiletil 1,1-dimetiletil
Nama umum : (isopropil atau sekunder propil) (neobutil atau tersier butil)

H3C CH2 CH2 HC CH2 CH2 CH3

CH CH3

CH3
Nama IUPAC : 4-(metiletil)heptana
Nama umum (trivial) : 4-isopropil heptana atau 4-sekunder propil heptana

6) Urutan penamaan alkana :nama cabang-nama cabang-nama rantai utama


Contoh : rantai utama dengan 5 atom C (pentana)

H3C CH CH2 CH3

CH3
Cabang m etil terletak pada atom C nomor 2
Nama : 2-metilpentana

7) Jika terdapat lebih dari satu cabang yang sama, nama cabang disebut sekali,
tetapi diawali dengan angka latin yang menunjukkan jumlahnya.

Contoh :
metil nomor 2
CH3
Rantai utama dengan 6 atom C (heksana)
H3C C CH CH2 CH CH3
CH3 CH2 CH3
metil nomor 5
metil nomor 2 CH
3
Nama : 3-etil-2,2,5-trimetilheksana
etil nomor 3

c. Isomeri Alkana
Isomeri adalah peristiwa dimana suatu senyawa karbon mempunyai rumus molekul
sama tetapi mempunyai struktur berbeda.
Contoh :

13
Senyawa dengan rumus molekul C4H10 mempunyai dua struktur yang berbeda, yaitu:

CH3

H3C CH2 CH2 CH3 dan H3C CH CH3

n-butana Metilpropana

Perbedaan antara senyawa n-butana (baca: normal butana) dengan metilpropana adalah
pada kerangka rantai atom karbonnya. Rantai n-butana tidak bercabang, sedangkan metil
propana rantainya bercabang pada atom C-2. Perbedaan struktur kedua senyawa tersebut
mengakibatkan perbedaan sifat, dimana titik didih n-butana adalah -0,4ºC sedangkan titik
didih metilpropana adalah -11,6ºC.
Semakin banyak jumlah atom karbon penyusun alkana, semakin banyak jumlah
isomernya.
Tabel 1.4 Jumlah isomer dari beberapa alkana
Jumlah atom C 4 5 6 7 8 9 10 15 20
Rumus C4H10 C5H12 C6H4 C7H16 C8H18 C9H20 C10H22 C15H32 C20H42
molekul
Jumlah isomer 2 3 5 9 18 35 75 4.347 366.319

2. Alkena
Alkena merupakan hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua antar-atom
karbonnya. Anggota alkena paling sederhana adalah etena (etilena). Oleh karena setiap atom
karbon mempunyai empat tangan ikatan dan yang dua tangan ikatan digunakan untuk
membentuk ikatan rangkap, setiap atom karbon masih mempunyai dua tangan ikatan yang
digunakan untuk mengikat atom hidrogen. Perhatikan beberapa contoh berikut.

H H

atau HC CH atau H2C CH2

H CH C CH atau H3C CH CH2

atau H H H

14
H H H
H C C C C atau H3C CH2 CH CH2

atau H H H H

Gambar 1.6 (a) Etena, (b) propena, (c) 1-butena)

Jika model tersebut dilanjutkan untuk jumlah atom karbon yang lebih banyak, akan
didapatkan struktur seperti pada Tabel 1.5
Tabel 1.5 Struktur dan rumus umum alkena
Jumlah atom
Karbon Hidrogen
Struktur alkena Rumus molekul
H2C CH2 2 4 C2H4
H2C CH CH3 3 6 C3H6
H2C CH CH2 CH3 4 8 C4H8
H2C CH CH2 CH2 CH3 5 10 C5H10
H2C CH CH2 CH2 CH2 CH3 6 12 C6H12
H2C CH CH2 CH2 CH2 CH2 CH3 7 14 C7H14
Rumus umum n 2n CnH2n
Jadi, rumus umum molekul alkena adalah CnH2n

a. Tata nama alkena


Nama alkena diturunkan dari nama alkana, yaitu sesuai dengan nama alkana di mana
akhiran “-ana” diganti dengan akhiran “-ena”. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam
penamaan alkena antara lain :
1) Rantai utama diambil dari rantai terpanjang yang mengandung ikatan rangkap
Contoh
H3C CH2 C CH2 CH2 CH3

CH2

Cabang
2) Penomoran atom karbon dimulai dari ujung yang paling dekat dengan ikatan
rangkap.
3) Ikatan rangkap diberi nomor untuk menunjukkan letaknya.
4) Cara penulisan dan penamaan cabang sama dengan pada alkana
5) Urutan penamaan alkena : nomor cabang-nama cabang-nomor ikatan rangkap-
nama rantai utama.
Contoh :

15
H3C CH CH CH2 : 3-metil-1-butena
CH3

H3C C CH CH3 : 2-metil-2-butena

CH3

b. Isomeri alkena
Pada alkena dapat terjadi beberapa peristiwa isomeri, yaitu isomeri yang berkaitan
dengan struktur rantai atom karbonnya (isomeri rantai dan isomeri posisi) dan isomeri yang
berkaitan dengan kedudukan atom atau gugus di dalam ruangan (isomeri geometri).
1) Isomeri rantai
Isomeri rantai atau isomeri kerangka atom karbon yaitu peristiwa isomeri yang
disebabkan adanya perbedaan rantai atau kerangka atom karbonnya. Isomeri ini dapat dikenal
dengan melihat bentuk rantainya, apakah bercabang atau tidak, serta banyaknya atom karbon
pada rantai utama.
Contoh :
Perhatikan struktur dari C4H8 berikut.
H2C CH CH2 CH3 dan H2C C CH3
(1-butena)
CH3
(2-metil-1-propena)
Antara 1-butena dan 2-metil-1-propena terjadi isomeri rantai atau isomeri kerangka atom
karbon.
2) Isomer posisi
Isomer posisi terjadi karena adanya perbedaan posisi letak cabang atau posisi
letak ikatan rangkapnya.
Contoh :
H2C CH CH2 CH3 dan H3C CH CH CH3
(1-butena) (2-butena)

Antara 1-butena dan 2-butena terjadi isomer posisi.


Jadi, dengan jumlah atom karbon yang sama, suatu alkena dapat mempunyai isomeri yang
lebih banyak daripada alkana
Contoh :
Isomer dari C4H8 :

16
H2C CH CH2 CH3 (1-butena)

H3C CH CH CH3 (2-butena)

H2C C CH3 (2-metil-1-propena)

CH3

3) Isomeri geometri (Isomeri ruang)


Isomeri geometri merupakan isomer yang terjadi karena perbedaan letak suatu
gugus di dalam ruangan. Isomeri geometri dapat terjadi bila di dalam senyawa karbon
tersebut terdapat rantai karbon yang membentuk bidang dan terdapat gugus yang sama pada
dua atom karbon yang berbeda. Rantai atom karbon yang mengandung ikatan rangkap
(alkena) dapat dianggap sebagai suatu bidang batas, sedangkan gugus-gugus yang terikat
pada kedua atom karbon pada ikatan rangkap tersebut ditentukan letaknya didalam ruangan
yang dibatasi oleh bidang yang dibentuk oleh rantai karbon tersebut. Jika gugus-gugus
tersebut berada dalam suatu ruang, disebut dengan kedudukan cis dan jika kedua gugus
tersebut berbeda ruang disebut berkedudukan trans.
Contoh :
Jika 2-butena dibuat dengan model molekul (molymod), akan didapatkan dua
kemungkinan bentuk, yaitu :

(a) (b)

Gambar 1.7 (a) bentuk cis, (b) bentuk trans


3. Alkuna
Alkuna merupakan hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga antar-atom
karbonnya. Untuk menyusun suatu alkuna minimal diperlukan dua atom karbon dan dengan
menggunakan model molekul dapat digambarkan sebagai berikut.

H C C H

atau

disederhanakan menjadi HC CH

Gambar 1.8 Model molekul etuna

17
Jika model tersebut dilanjutkan untuk jumlah atom karbon yang lebih banyak, akan
didapatkan struktur seperti pada tabel 1.6.

Tabel 1.6 Struktur dan rumus molekul alkuna.


Jumlah atom
Karbon Hidrogen
Struktur alkuna Rumus molekul
HC CH 2 2 C2H2
HC C CH3 3 4 C3H4
HC C CH2 CH3 4 6 C4H6
HC C CH2 CH2 CH3 5 8 C5H8
HC C CH2 CH2 CH2 CH3 6 10 C6H10
HC C CH2 CH2 CH2 CH2 CH3 7 12 C7H12
Rumus umum n 2n-2 CnH2n-2

a. Tata nama alkuna


Alkuna diberi nama seperti pada alkena, dengan akhiran “-ena” diganti dengan
“una”. Tata cara pemberian nomor ikatan dan cabang sama dengan alkena.
Contoh :
H3C C CH : propuna

: 3-metil-1-butuna
H3C CH C CH

H3C

H3C CH C C CH3 : 4-metil-2-pentuna

CH3

b. Isomeri alkuna
Pada alkuna, tidak terdapat isomeri geometri seperti alkena tetapi hanya terjadi
isomeri rantai dan isomeri posisi.
Contoh :
HC C CH2 CH2 CH3 : 1-pentuna

H3C C C CH2 CH3 : 2-pentuna

H3C HC C CH : 3-metil-1-butuna

CH3

1. Sifat Fisis Alkana

18
Alkana merupakan senyawa kovalen yang mempunyai titik didih dan titik lebur relatif
rendah. Titik didih dan titik lebur alkana ditentukan oleh banyaknya atom karbon dan struktur
rantai atom karbonnya. Secara umum titik didih dan titik lebur alkana mempunyai pola
sebagai berikut.
1) Semakin banyak atom karbon atau semakin panjang rantai karbon suatu alkana,
semakin tinggi titik didih dan titik leburnya.
2) Untuk jumlah atom karbon yang sama, isomer dengan rantai karbon tidak bercabang
mempunyai titik didih dan titik lebur yang lebih tinggi dari pada isomer dengan rantai
karbon bercabang.
3) Semakin banyak cabang pada rantai karbonnya, maka semakin rendah titik didih dan
titik leburnya.

H3C CH CH2 CH3

H3C
2-metilbutana
Mr : 75
0
Titik didih : 28 C

4) Semakin panjang rantai atom karbonnya, semakin tinggi titik didihnya.

H3C CH2 CH2 CH2 CH3


n-pentana (C 5H12)
Mr : 75
0
Titik didih : 36 C

Tabel dibawah ini menunjukkan sebagian anggota deret homolog alkana dengan
beberapa sifat-sifatnya.
Jumlah Rumus Titik Titik Massa Wujud (suhu
Nama
atom C molekul lebur (0C) didih (0C) jenis kamar)
1 CH4 Metana -181,9 -163,9 0,466 Gas
2 C2H6 Etana -183,2 -88,5 0,572 Gas
3 C3H8 Propana -189,6 -42,0 0,585 Gas
4 C4H10 Butana -138,3 -0,4 0,601 Gas
5 C5H12 Pentana -129,9 36,2 0,626 Cair
6 C6H14 Heksana -94,9 69,1 0,660 Cair
7 C7H16 Heptana -90,5 98,5 0,684 Cair
8 C8H18 Oktana -56,7 125,8 0,703 Cair

19
9 C9H20 Nonana -50,9 150,9 0,718 Cair
10 C10H22 Dekana -29,6 174,2 0,730 Cair
11 C11H24 Undekana -25,5 196,1 0,740 Cair
12 C12H26 Dodekana -14,5 216,4 0,749 Cair
14 C14H30 Tetradekana 5,9 253,5 0,763 Cair
18 C18H38 Oktadekana 28 313,9 0,789 Padat
20 C20H42 Eikosana 36,9 343,9 0,789 Padat

5) Tidak dapat larut dalam air, tetapi larut pada pelarut nonpolar, seperti benzena,
kloroform, karbontetra klorida, dan sebagainya.
6) Kerapatan lebih kecil dari pada air (terapung)

2. Sifat Fisis Alkena


Sifat fisis alkena berhubungan dengan wujud alkena itu. Wujud alkena berkaitan
dengan panjang pendeknya rantai alkena. Untuk panjang rantai karbon C2 – C4 senyawa
alkena akan berbentuk gas , untuk panjang rantai karbon C 5 – C17 senyawa alkena akan
berbentuk cair, dan untuk panjang rantai karbon ≥ C18 senyawa alkena akan berbentuk padat.

3. Sifat Fisis Alkuna


Sifat fisis alkuna mirip dengan sifat alkana dan alkena.
Tabel 1.7 Deret homolog pada alkena dan alkuna
Alkena Alkuna
Jumlah Titik
Rumus Titik lebur Titik didih Rumus Titik lebur
atom C didih
molekul (0C) (0C) molekul (0C)
(0C)
2 C2H4 -168,9 -103,6 C2H2 -80,7 -83,8
3 C3H6 -185,1 -47,3 C3H4 -101,4 -23,1
4 C4H8 -87,2 -6,2 C4H6 -125,6 8,2
5 C5H10 -106 1 C5H8 - -
6 C6H12 -140 3,8 C6H10 - -

Reaksi-reaksi alkana, alkena dan alkuna


Reaksi pada alkana untuk umumnya merupakan reaksi substitusi, yaitu reaksi
penggantian gugus atom hidrogen pada suatu alkana.
1) Dengan gas klorin dapat bereaksi jika ada sinar matahari atau bantuan cahaya.
CH4 + Cl2  CH3Cl + HCl
CH3Cl + Cl2  CH2Cl2 + HCl
2) Pada pembakaran sempurna alkana, akan menghasilkan gas CO2 dan H2O.

20
CH4 + 2O2  CO2 + 2H2O

Alkena dan alkuna merupakan hidrokarbon yang lebih reaktif dari alkana.
Kereaktifannya, terutama dalam hal mudahnya ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya
mengalami reaksi. Reaksi penghilangan ikatan rangkap karena penambahan zat lain pada
senyawa karbon disebut dengan reaksi adisi.
1. Adisi hidrogen pada alkena dan alkuna menghasilkan alkana
P t/N i
H2C CH2 + H2 H3C CH3

(Pt dan Ni berguna untuk mempercepat berlangsungnya reaksi)

P t/N i
HC C CH3 + H2 H3C CH2 CH3

2. Adisi gas HX (X=Cl, Br, atau I) pada alkena dan alkuna


Adisi gas HX pada alkena dan alkuna berlaku aturan Markovnikov:
 Jika atom karbon yang berikatan rangkap mengikat jumlah atom hidrogen
yang berbeda, atom X akan terikat pada atom yang sedikit mengikat hidrogen.

H3C CH CH2 + HCl H3C CH CH3

Cl

 Jika jumlah atom karbon pada ikatan rangkapnya mengikat jumlah atom
hidrogen sama banyak, atom X akan terikat pada atom C yang mempunyai rantai karbon
paling panjang.

Cl

H3C CH CH CH2 CH3 + HCl H3C CH2 CH CH2 CH3

3. Adisi gas X2 (X=Cl, Br, I) pada alkena dan alkuna


Cl Cl

H3C C C CH3 + 2 Cl Cl H3C C C CH3

Cl Cl

Untuk menunjukkan adanya ikatan rangkap pada alkena dan alkuna,


digunakan pereaksi air bromin atau Br2. Air bromin yang berwarna coklat menjadi tidak
berwarna sebab terjadi reaksi berikut.

21
H3C CH3 + Br Br H2C CH2

E. Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan komoditi hasil tambang yang sangat besar peranannya dalam
perekonomian Indonesia. Minyak bumi merupakan campuran dari berbagai senyawa.
Penyusun utama minyak bumi adalah hidrokarbon, terutama alkana,sikloana, dan senyawa
aromatis.
1. Alkana
Senyawa alkana mempunyai rumus umum C nH2n+2 ditemukan dalam bentuk rantai
karbon lurus (normal alkana) dan serantai karbon bercabang (iso alkana). Contoh :

2. Sikloalkana
Senyawa sikloalkana mempunyai rumus umum CnH2n . Dalam fraksi minyak bumi
yang ditemukan hanyalah yang mempunyai cincin dengan 5 dan 6 atom karbon. Contoh :

3. Hidrokarbon Aromatik
Hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi yang paling sederhana
adalah benzena dan senyawa aromatik dengan lebih dari satu cincin benzena, misalnya
naftalena dan antrasena.

22
F. Pengolahan dan Fraksi-fraksi Minyak Bumi
Minyak mentah (crude oil) berwujud cairan kental berwarna hitam yang belum dapat
dimanfaatkan. Agar dapat dimanfaatkan, minyak bumi harus mengalami proses pengolahan
dahulu.
Pengolahan minyak bumi dilakukan pada kilang minyak melalui dua tahap.
Pengolahan pertama (primary processing) dilakukan dengan cara distilasi bertingkat dan
pengolahan tahap kedua (secondary processing) dilakukan dengan berbagai cara.
a. Pengolahan Tahap Pertama
Pengolahan tahap pertama dilakukan dengan distilasi bertingkat, yaitu proses destilasi
berulang-ulang sehingga didapatkan berbagai macam hasil berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Hasil pada proses destilasi bertingkat ini meliputi:
1. Fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan kembali dan dikenal
dengan nama elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG digunakan untuk bahan bakar
kompor gas dan mobil BBG, atau diolah lebih lanjut menjadi bahan kimia lainnya.
2. Fraksi kedua disebut nafta ( gas bumi). Nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi
diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi bensin (premium) atau bahan petrokimia lain.
Nafta sering disebut juga bensin berat.
3. Fraksi ketiga atau fraksi tengah, selanjutnya dibuat menjadi kerosin (minyak tanah)
dan avtur (bahan bakar pesawat jet).
4. Fraksi keempat sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel.
5. Fraksi kelima disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang dan dapat
diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon lainnya, dan sisanya
sebagai aspal dan lilin.

23
b. Pengolahan Tahap Kedua
Pada pengolahan tahap kedua, dilakukan berbagai proses lanjutan dari hasil penyulingan
pada tahap pertama. Proses-proses tersebut meliputi:
1. Perengkahan (cracking): Pada proses perengkahan, dilakukan perubahan struktur
kimia senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi: pemecahan rantai,alkilasi
(pembentukan alkil), polimerisasi (penggabungan rantai karbon), reformasi (perubahan
struktur), dan isomerasi (perubahan isomer).
2. Proses ekstraksi: Pembersihan produk dengan menggunakan pelarut sehingga
didapatkan hasil lebih banyak dengan mutu yang lebih baik.
3. Proses kritalisasi: Proses pemisahan produk-produk melalui perbedaan titik cairnya.
Misalnya, dari pemurnian solar melalui proses pendinginan, penekanan, dan penyaringan
akan diperoleh produk sampingan lilin.

24
4. Pembersihan dari kontaminasi (treating): Pada proses pengolahan tahap pertama dan
tahap kedua sering terjadi kontaminasi (pengotoran). Kotoran-kotoran ini harus dibersihkan
dengan cara menambahkan soda kaustik (NaOH), tanah liat atau proses hidrogenasi.
Hasil proses tahap kedua ini dapat dikelompokkan berdasarkan titik didih dan jumlah
atom karbon pembentuk rantai karbonnya.

Tabel beberapa fraksi hasil pengolahan minyak bumi dan kegunaanya


Titik didih Jumlah atom Kegunaan
karbon
< 20oC C1 – C4 Bahan bakar gas, dikenal sebagai LPG (elpiji)
Bahan baku pembuatan berbagai produk
petrokimia
20 - 60oC C5 – C6 Dikenal sebagai petroleum eter, merupakan
pelarut non-polar, digunakan sebagai cairan
pembersih
60 - 100 oC C6 – C7 Ligrolin atau nafta, pelarut non-polar, dan cairan
pembersih
o
40 - 200 C C5 - C10 Bensin sebagai bahan bakar minyak
175 - 325 oC C12 – C18 Kerosin (minyak tanah) , bahan bakar jet
250 - 400 oC C12 keatas Solar, minyak diesel
Zat cair C20 keatas Oli, pelumas
Zat padat C20 keatas Lilin parafin, aspal ter
G. Bensin
Bensin merupakan salah satu bahan bakar hasil pengolahan minyak bumi yang
penting.Saat ini, ada beberapa jenis bensin yang beredar di pasaran, seperti premium,
pertamax, dan pertamax plus. Harga masing-masing bensin tersebut tidak sama karena
mutunya berbeda.
Mutu bensin ditentukan oleh afektifitas pembakarannya didalam mesin. Bensin yang
baik tidak menimbulkan ketukan (knocking) pada mesin. Ketukan pada mesin terjadi bila
bensin terbakar tidak pada saat yang tepat sehingga akan menggangu gerakan piston pada
mesin.
Berdasarkan penelitian, bensin merupakan campuran dari berbagai macam senyawa
hidrokarbon. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menentukan senyawa manakah yang
paling efektif digunakan sebagai standar dalam menentukan mutu bensin. Penelitian
umumnya dilakukan dengan membuat suatu bensin standar, yaitu bensin yang dapat dibuat
dari senyawa n-heptana dan isooktana (2,2,4-trimetilpentana). Angka yang digunakan untuk

25
menunjukkan mutu bensin inidisebut angka oktan atau bilangan oktana. Semakin tinggi
angka oktan bensin, semakin baik mutu bensin tersebut.
Bensin standar yang mengandung 100% isooktana diberi angka oktan 100, sedangkan
yang mengandung 100% n-heptana diberi angka oktan 0. Jadi, bensin standar yang
mengandung 60% isooktana dan 40% n-heptana diberi angka oktan 60.

Penentuan angka oktan suatu bahan bakar dilakukan dengan pengujian di laboratorium,
yaitu dengan membandingkan efisiensi pembakarannya dengan bensin standar. Alkohol yang
mempunyai angka oktan 112, bukan berarti bahwa alkohol tersebut mengandung isooktana
112%. Tetapi, alkohol tersebut mempunyai efisiensi pembakaran 12% diatas bensin standar
yang berkadar isooktana 100%. Jadi, jika suatu bahan bakar mempunyai angka oktan 80,
mutu (kualitas) pembakarannya setara dengan bensin standar yang mengandung 80%
isooktana dan 20% n-heptana. Tabel beriku memuat angka oktan dari beberapa bahan bakar.

Tabel angka oktan beberapa bahan bakar


Senyawa Angka Senyawa Angka
oktan oktan
n-heptana 0 metilsikloheksana 104
2-metilheksana 41 benzene 108
3-metilheksana 56 metilbenzena 124
2,2-dimetilpentana 89 1-heptena 68
2,3-dimetilpentana 87 5-metil-1-heksena 96
2,4-dimetilpentana 77 2-metil-2-heksena 129
3,3-dimetilpentana 95 2,4-dimetil-1-pentena 142
3-etilpentana 64 4,4- dimetil-1-pentena 144
2,2,3-trimetilbutana 113 2,3-dimetil-2-pentena 165
n-heksana 26 2,4-dimetil-2-pentena 135
sikloheksana 77 2,2,3-trimetil-1-butena 145

26
Pada umumnya, bensin yang dihasilkan dari proses penyulingan tahap pertama
mempunyai angka oktan antara 70-80. Untuk itu, perlu dinaikkan angka oktannya agar tidak
menyebabkan mesin mudah aus. Peningkatan angka oktan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya dengan menambahkan TEL (Tetra Ethyl Lead) dengan rumus kmia Pb(C2H5)4.
Cara ini efektif, tetapi timbal sisa pembakarannya dapat mengendap di mesin. Oleh karena
itu, perlu ditambahkan senyawa 1,2-dibromoetana (C2H4Br2), yang akan mengikat timbal
menjadi PbBr2 yang mudah menguap.
Adanya PbBr2 yang berasal dari bensin menimbulkan masalah baru, yaitu dapat
menimbulakan pencemaran. Selain itu, timbal yang terlepas ke udara juga berbahaya bagi
kesehatan. Oleh karena itu, saat ini penggunaan timbal untuk meningkatkan angka oktan
sudah ditinggalkan. Sebagai gantinya, digunakan bahan lain seperti MTBE (Methyl Tertiary
Buthyl Ether).

H. Dampak Pembakaran Bahan Bakar dan Cara Mengatasinya


Pembakaran bahan bakar minyak akan menghasilkan gas-gas sisa
pembakaran.Kandungan utama bahan bakar minyak adalah hidrokarbon,serta sedikit senyawa
belerang,nitrogen,dan oksigen.Pembakaran sempurna hidrokarbon dalam minyak bumi
menghasilkan karbon dioksida dan uap air.Sementara itu,pembakaran tidak sempurna akan
menghasilkan partikel padat yang dikenal dengan asap dan berisi butiran-butiran halus dari
karbon (jelaga),karbon monoksida,karbon dioksida,dan uap air.
Bensin merupakan salah satu hasil pengolahan minyak bumi yang kandungan utamanya
adalah oktana ( C8H18 ) . Jika bensin dibakar sempurna,akan terjadi reaksi reaksi:
2C8H18(l) + 25O2(g)  16CO2(g) +18H2O(g)

Pada pembakaran tidak sempurna dapat terjadi reaksi:


2C8H18(l) +21O2(g) 8CO(g) +8CO2(g) +18H2O(g)
atau
2C8H18(l) + 15O2(g) 8C(s) + 4CO(g) +4CO2(g) + 18H2O(g)
Jika kita memperhatikan reaksi pembakaran sempurna(reaksi 1) dan tidak sempurna
(reaksi 2 dan 3),dapat disimpulkan bahwa pembakaran dapat berlangsung sempurna atau
tidak,ditentukan oleh perbandingan jumlah (volume) bensin (C8H18) dengan volume gas
oksigen (O2).Semakin terbatas jumlah oksigen,semakin tidak sempurna pembakaran yang
terjadi,dan semakin banyak jelaga (C) yang dihasilkan.
27
Gas karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan global,sedangkan gas karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang
tidak berbau dan tidak berasa. Di dalam tubuh,gas karbon monoksida akan berikatan dengan
hemoglobin sehingga mengganggu fungsi hemoglobin dalam mengikat oksigen.
Akibatnya,pada kadar tertentu dapat menyebabkan kematian,sementara itu jelaga merupakan
serbuk halus dari karbon (C) yang jika terhirup dapat merusak alat pernapasan.
Pada dasarnya,pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor tidak ada yang seratus
persen sempurna. Oleh karena itu,gas buang yang keluar dari knalpot kendaraan sangat
berbahaya bagi kesehatan karena menghasilkan gas CO.
Selain gas karbon dioksida dan karbon monoksida,pembakaran bahan bakar dalam
mesin kendaraan bermotor dapat menghasilkan gas belerang dioksida (SO 2) karena didalam
minyak bumi terdapat senyawa belerang serta gas oksida nitrogen (NOX) karena untuk
membakar bahan bakar (bensin) dalam mesin digunakan udara sebagai sumber oksigen dan
udara mengandung gas nitrogen (N2). Pada suhu tinggi di dalam mesin kendaraan bermotor
dapat terjadi reaksi antara nitrogen dengan oksigen.
Gas oksida nitrogen dalam keadaan tinggi dapat menyebabkan iritasi pada mata
sehingga menyebabkan mata perih dan merah,selain itu gas oksida nitrogen merupakan salah
satu gas penyebab terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang berdampak pada
pemanasan global (peningkatan suhu bumi).
I. Senyawa Hidrokarbon Dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Kegunaan Alkana
1) Alkana digunakan sebagai bahan bakar.Manfaat utama alkana di antaranya:
 Metana digunakan sebagai bahan bakar di industri dan rumah tangga.
 Alkana digunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga.
 Butana digunakan sebagai pengisi korek api.
 Oktana digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
2) Selain digunakan sebagai bahan bakar, alkana juga di manfaatkan sebagai pelarut
non-polar yang dapat melarutkan senyawa-senyawa non-polar.
3) Lilin dan aspal merupakan senyawa alkana suku tinggi (rantai karbonnya mencapai
lebih dari 20 atom karbon). Lilin digunakan dalam berbagai industri tekstil (untuk
membatik)sedangkan aspal digunakan untuk pengerasan jalan.
b. Kegunaan Alkena dan Alkuna
a. Plastik

28
Molekul-molekul etena dapat bergabung membentuk polietena, digunakan
untuk membuat peralatan dari plastik. Dan molekul-molekul propena membentuk
polipropena digunakan untuk membuat peralatan masak dan serat sintesis.
b. Karet alam dan getah perca
Karet (dicampur dengan belerang) digunakan untuk membuat ban kendaraan,
sedangkan getah perca digunakan untuk bahan insulasi. Karet alam dan getah perca
merupakan polimer dari molekul 2-metil-1,3-butadiena atau isoprena. Perbedaan dari
keduanya yaitu pada struktur ruangnya. Getah perca merupakan senyawa trans-2-metil-1.3-
butadiena,sedangkan getah karet merupakan senyawa cis-2-metil-1,3-butadiena.
c. Las Karbit
Asitilena merupakan gas yang dihasilkan jika karbit direaksikan dengan air
digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pengelasan.

BAB III
RANGKUMAN

1. Senyawa karbon organik adalah senyawa karbon yang mempunyai rantai atom
karbon.
2. Senyawa karbon anorganik adalah senyawa karbon yang strukturnya tidak
mempunyai rantai karbon.
3. Senyawa karbon dapat diidentifikasi dengan cara dibakar. Pembakaran tidak
sempurna senyawa karbon akan menghasilkan zat sisa berupa arang (jelaga) atau
karbon. Pembakaran sempurna senyawa karbon akan menghasilkan gas CO2.
4. Sumber senyawa karbon adalah tumbuhan, hewan, batu bara, gas alam, dan minyak
bumi.

29
5. Kekhasan atom karbon: mempunyai nomor atom 6 dengan 4 elektron valensi, dapat
membentuk rantai atom karbon dengan berbagai bentuk dan kemungkinan, serta
mempunyai 4 posisi atom karbon dalam rantai karbonnya.
6. Berdasarkan jumlah ikatannya, ikatan antara atom karbon pada rantai senyawa
karbon dapat dibedakan menjadi ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, dan ikatan
rangkap tiga.
7. Berdasarkan bentuk rantainya, rantai senyawa karbon dapat dibedakan menjadi
rantai terbuka (alifatis) dan rantai tertutup (siklis)
8. Hidrokarbon adalah senyawa karbon paling sederhana yang tersusun dari atom
karbon dan hidrogen.
9. Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, hidrokarbon dibedakan
menjadi hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh.
10. Hidrokarbon jenuh adalah hidrokarbon yang pada rantai karbonnya semua berikatan
tunggal.
11. Hidrokarbon tak jenuh adalah hidrokarbon yang pada rantai karbonnya terdapat
ikatan rangkap dua atau tiga.
12. Alkana adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan ikatan tunggal pada rantai atom
karbonnya. Rumus umum alkana CnH2n+2.
13. Alkena adalah senyawa hidrokabon tak jenuh dengan ikatan rangkap dua pada
rantai atom karbonnya. Rumus umum alkena CnH2n.
14. Alkuna adalah senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan ikatan rangkap tiga pada
rantai atom karbonnya. Rumus umum alkuna CnH2n-2.
15. Isomeri adalah peristiwa dimana suatu senyawa karbon mempunyai rumus molekul
sama tetapi strukturnya berbeda.
16. Minyak bumi merupakan campuran dari berbagai senyawa. Penyusun utama
minyak bumi adalah hidrokarbon, terutama alkana, sikloalkana, dan senyawa
aromatis.
17. Minyak bumi terbentuk dari jasad renik yang berasal dari hewan dan tumbuhan
yang telah mati.
18. Pengolahan minyak bumi dilakukan pada kilang minyak melalui dua tahap:
pengolahan tahap pertama dengan cara distilasi bertingkat, pengolahan tahap kedua
dengan berbagai macam proses seperti perengkahan, ekstraksi, kristalisasi, serta
pembersihan dari kontaminasi.

30
19. Angka oktan adalah angka yang menunjukkan mutu bensin, dibandingkan dengan
bensin standar yang mengandung isooktana dan n-heptana. Semakin tinggi angka
oktan, semakin baik mutu bensin.
20. Bensin standar yang mengandung 100% isooktana diberi angka oktan 100,
sedangkan yang mengandung 100% n-heptana diberi angka oktan 0.

DAFTAR PUSTAKA

Johari dkk, 2007, Kimia 1 SMA dan MA untuk kelas X , ESIS , Jakarta

Muchtaridi dkk, 2006, Kimia 1 SMA kelas X , Yudhistira , Jakarta

Sunardi, 2007, Kimia Bilingualuntuk SMA/MA kelas X semester 1 dan 2, Yrama Widya ,
Bandung

Tim Mas Media Buana Pustaka , 2014, Kimia untuk SMA/MA kelas XI , Masmedia , Sidoarjo

31
Unggul,Sudarmo , 2014, Kimia untuk SMA/MA kelas XI , Erlangga , Surakarta

32

Anda mungkin juga menyukai