Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIKA INTI

“Menghitung Umur Fosil Dengan Memanfaatkan


Karbon-14 (C-14)”

Nama : Dedy Kurniawan


NIM : 1612041010
Kelas : Pend. Fisika B
Dosen Pengampuh : Dra. Nurhayati, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2018
1
MENGHITUNG UMUR FOSIL DENGAN
MEMANFAATKAN KARBON-14 (C-14)

Dedy Kurniawan
e-mail: dedydyone98@gmail.com

Abstrak – Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan cara menghitung umur
fosil dengan memanfaatkan Karbon-14 (C-14). Alasan penulisan makalah ini karena
penelitian tentang umur fosil sudah lama terjadi, namun dengan mempelajari cara
menghitung umur fosil, maka kita akan dapat memperkirakan sendiri dari zaman
manakah fosil tersebut berasal. Hasil pembahasan makalah ini mencakup Karbon-14 pada
makhluk hidup, metode pengurangan usia relatif pada fosil, metode penanggalan absolut
dalam penentuan usia fosil jauh lebih tepat dibanding metode relatif, jejak belah
merupakan ilmu untuk menentukan umur absolut batuan, fosil dan sedimen, kaitan
radioaktivitas dan cara menghitung umur fosil dengan meningkatkan pengetahuan isotop
radioaktif, dasar perhitungan umur fosil dengan metode pembusukan melibatkan
perhitungan radioaktivitas, dan penerapan perhitungan umur fosil dapat ditentukan
dengan mengukur radioaktivitas atau laju peluruhan C 14 pada sisa mahluk hidup dan
dibandingkan dengan laju peluruhan C14 pada mahluk hidup sekarang.
Kata kunci: Karbon-14, Pengurangan Usia Relatif, Metode Penanggalan Absolut, Jejak
Belah, Radioaktivitas, Perhitungan Umur Fosil

Abstract – The writing of this paper aims to explain how to calculate the age of fossils
using Carbon-14 (C-14). The reason for writing this paper is because research on the age
of fossils has long been happening, but by learning how to calculate the age of fossils, we
will be able to estimate for themselves the time in which the fossils came from. The
results of the discussion of this paper include Carbon-14 in living things, the method of
relative age reduction in fossils, the absolute dating method in determining the age of
fossils is far more appropriate than the relative method, split trace is a science to
determine the absolute age of rocks, fossils and sediments, the relation between
radioactivity and how to calculate the age of fossils by increasing the knowledge of
radioactive isotopes, the basis for calculating the age of fossils using the decay method

2
involves calculating radioactivity, and applying the age calculation of fossils can be
determined by measuring radioactivity or decay rate C14 in the rest of life and compared
to the current C14 decay.
Key words: Carbon-14, Relative Age Reduction, Absolute Date Method, Slits,
Radioactivity, Fossil Age Calculations

I. PENDAHULUAN
Penelitian tentang umur fosil sebenarnya sudah lama terjadi. Mulai dengan
cara sederhana yakni dengan merekonstruksi awal masa pra-sejarah hingga
menggunakan radioaktivitas saat ini. Hal ini tidaklah lepas dari perkembangan
zaman serta ditemukannya berbagai penemuan yang mendukung. Membahas
masalah fosil tentu tidak akan ada habisnya. Namun jika kita mempelajari cara
menghitung umur fosil, maka kita akan dapat memperkirakan sendiri dari zaman
manakah fosil tersebut berasal.
Radioaktivitas adalah peluruhan atau penyusunan ulang struktur-struktur
internal secara spontan. Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan
menghasilkan sebuah nukleus anak. Ini adalah sebuah proses acak sehingga sulit
untuk memprediksi peluruhan sebuah atom. Radioaktivitas pertama kali
ditemukan pada tahun 1896 oleh fisikawan Perancis Henri Becquerel (1852-1908)
ketika sedang bekerja dengan material fosforen (King & Regev, 1997).
Terdapat tiga macam isotop karbon yang ditemukan secara alami, yakni
12C dan 13C yang stabil, dan 14C yang bersifat radioaktif dengan waktu paruh
peluruhannya sekitar 5730 tahun. Karbon merupakan salah satu dari di antara
beberapa unsur yang diketahui keberadaannya sejak zaman kuno. Istilah "karbon"
berasal dari bahasa Latin carbo, yang berarti batu bara.
Waktu paro adalah selang waktu yang dibutuhkan agar aktivitas radiasi
berkurang setengah dari aktivitas semula. Waktu paro juga dapat didefinisikan
sebagai selang waktu yang dibutuhkan agar setengah dari inti radioaktif yang ada
meluruh (Tipler, 1998), Untuk menghitungnya digunakan rumus:

Keterangan:
T1/2 : Waktu paro

3
In : Logaritma Natural
λ : tetapan peluruhan (S-1)
Sementara untuk menghitung umur bahan radioaktif digunakan persamaan
diatas dengan:

Keterangan:
t : umur fosil,
N/No : perbandingan kandungan C-14 pada fosil jaringan hidup,
T1/2 : waktu paro (dalam fosil dikenal T1/2 Carbon-14 = 5730 tahun.
(-0,693): hasil logaritma natural (ln) 1/2
In : Logaritma Natural (Logaritma dengan bilangan pokok e)
Elemen radioaktif ini berangsur-angsur meluruh sehingga hilanglah sifat
radioaktivitasnya menjadi radioaktif yang massanya menjadi separuh, waktu
peluruhannya disebut waktu paruh atau half life (Yuwono, 2007).
Waktu paruh bisa menjadi sangat pendek atau sangat panjang. Tabel 3.1
menunjukkan waktu paruh (t1/2) dari beberapa jenis isotop radioaktif.
Tabel 3.1 Waktu paruh berbagai radiosotop dan radiasi yang dipancarkan
(Tipler, 1998).

4
Cuplikan waktu paruh penting untuk diketahui, sebab dapat digunakan
untuk menentukan kapan suatu bahan radioaktif aman untuk ditangani. Aturannya
adalah suatu cuplikan dinyatakan aman bila radioaktivitasnya telah turun sampai
di bawah batas pengamatan (ini terjadi setelah 10 kali waktu paruh). Aplikasi
waktu paruh yang sangat berguna adalah pada pelacakan radioaktif. Ini
berhubungan dengan penentuan usia benda-benda kuno (Benton, 2008).
Selama suatu organisme hidup, jumlah isotop C-14 dalam struktur selnya
akan tetap konstan. Tetapi, bila organisme tersebut mati, jumlah C-14 mulai
menurun. Dengan mengukur jumlah C-14 yang terkandung pada fosil, umur fosil
bisa ditentukan. Untuk rekaman sepanjang sejarah, metode ini cukup baik dengan
penyimpangan akurasi sekitar beberapa ratus tahun. Dengan demikian, mereka
dapat menentukan berapa lama organisme tersebut mati.
Maka dari itu, melalui makalah ini, kami mencoba untuk menggali secara
jelas dan memberikan informasi mengenai cara perhitungan ini dengan baik dan
akurat.

II. PEMBAHASAN
A. Karbon 14
Setiap mahluk hidup (manusia, binatang dan tumbuhan) dan benda mati
di Bumi ini mengandung karbon-14. C-14 mempunyai waktu paruh 5.730
tahun, maksudnya jika dalam tubuh mahluk hidup terdapat 1000 atom C-14,
5.730 tahun setelah mahluk hidup itu mati, jumlah atom C-14 akan berkurang
setengahnya menjadi 5/00. 5.730 tahun berikutnya atau 11.460 tahun kemudian
jumlahnya tersisa 250 dan seterusnya.Dengan mengukur jumlah C-14 yang
terkandung pada fosil, umur fosil bisa ditentukan. Untuk rekaman sepanjang
sejarah, metode ini cukup baik dengan penyimpangan akurasi sekitar beberapa
ratus tahun (Bowman, 1990).
Radioisotop karbon – 14 terbentuk di bagian atas atmosfer dari
penembakan atom nitrogen dengan neutron yang terbentuk oleh radiasi kosmik.
Karbon radioaktif tersebut di permukaan bumi sebagai karbondioksida dalam
udara dan sebagai ion hidrogen karbonat di laut. Oleh karena itu karbon
radioaktif itu menyertai pertumbuhan melalui fotosintesis. Lama – kelamaan
terdapat kesetimbangan antar karbon – 14 yang diterima dan meluruh dan

5
tumbuh-tumbuhan maupun hewan sehingga mencapai 15,3 dm/menit gram
karbon. Keaktifan ini tetap dalam beberapa ribu tahun apabila organisme hidup
mati, pengambilan 14C terhenti dan keaktifan ini berkurang. Oleh karena itu
umur bahan yang mengandung karbon dapat diperkirakan dari pengukuran
keaktifan jenisnya dan waktu paruh 14C (Bowman, 1990).
Karbon-14, 14C, atau radiokarbon, adalah isotop radioaktif karbon
dengan inti yang mengandung 6 proton dan 8 neutron (Currie, 2004). Terdapat
tiga macam isotop karbon yang terjadi secara alami di Bumi:
1) 99% merupakan karbon-12
C-12 ini berguna untuk mengetehui umur fosil
2) 1% merupakan karbon-13
C-13 digunakan dalam penelitian hidrologi dan panas bumi
3) Karbon-14 terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
Misalnya sejumlah 1 bagian-per triliun (0,0000000001%) dari karbon
yang ada di atmosfer. C-14 ini berguna untuk mempelajari mekanisme reaksi
fotosintesis. Karbon-14 ditemukan pada tanggal 27 Februari 1940 oleh Martin
Kamen dan Sam Ruben dari Laboratorium Radiasi Universitas California,
Berkeley, meskipun keberadaannya telah diduga sebelumnya oleh Franz Kurie
pada tahun 1934 (Currie, 2004).
Waktu paruh karbon-14 adalah 5.730 ± 40 tahun. Ia meluruh menjadi
nitrogen-14 melalui peluruhan beta. Massa atom karbon-14 adalah sekitar
14,003241 sma (Currie, 2004).
Isotop-isotop karbon yang berbeda tidak memiliki perbedaan yang
besar dalam sifat-sifat kimianya. Ini digunakan dalam riset kimia, yaitu dalam
teknik yang disebut pelabelan karbon: beberapa atom karbon-12 dari senyawa
tertentu digantikan dengan atom-atom dari karbon-14 (atau beberapa atom dari
karbon-13) dengan tujuan agar dapat memantaunya di sepanjang terjadinya
reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada senyawa tersebut. Keberadaannya dalam
bahan organik adalah dasar dari metode penanggalan radiokarbon untuk
memperkirakan umur pada sampel-sampel arkeologi, geologi, dan hidrogeologi
(Currie, 2004).
Umur bahan-bahan yang berasal dari makhluk hidup (fosil) dapat
14
ditentukan dengan mengukur keaktifan jenis C dalam fosil dibandingkan

6
terhadap keaktifan jenis 14C yang terdapat pada tumbuhan yang masih hidup.
Hal ini didasarkan pada reaksi pembentukan dan peluruhan 14C di alam :

Dengan anggapan bahwa konsentrasi di udara dalam bentuk. Tumbuhan


hidup berfotosintesis mengambil dari udara dan hewan hidup memakan hasil
fotosintesis tersebut (Currie, 2004).
B. Pengurangan Usia Relatif
Metode pengurangan relatif berarti bahwa fosil yang diber ikan, alat-alat
batu, atau mineral dari cakrawala di mana fosil terjadi, dibandingkan dengan
situs temuan lain untuk menentukan apakah itu lebih tua atau lebih muda.
Metode relatif tidak dapat menentukan usia pasti dari fosil atau lokus. Sebagai
contoh, pada abad kesembilan belas, suksesi strata sedimen dari bawah ke atas
merupakan indikasi bahwa lapisan atas harus lebih muda dari lapisan bawah,
asalkan tidak ada gangguan geologis pada lapisan. Teknik lain yang saat ini
sedang diterapkan adalah membandingkan fosil berbagai situs secara anatomis.
Teknik ini mempelajari semua residu fosil spesies hewan di lapisan tertentu. Jika
fosil tumbuhan dan hewan dalam biostrata tertentu, biasanya pada tingkat
spesies, sesuai dengan biostrata dari lokus lain, ribuan mil lebih jauh,
diasumsikan bahwa usia kedua lokus harus sama (Van Aardt, 2006: 589).
Jika fosil-fosil dalam cakrawala tertentu telah mengalami perubahan
yang jelas selama sejarah evolusinya dan juga diulangi di cakrawala lain
dengan jenis-jenis fosil hewan yang sama, mereka juga termasuk dalam
periode yang sama (Van Aardt, 2006: 589).
Penanggalan radiometrik (dengan kemungkinan pengecualian
radiocalcium) tidak dapat diterapkan pada gua-gua batu kapur yang kaya fosil
di Swartkrans, Kromdraai dan Sterkfontein di Afrika Selatan. Alasannya adalah
bahwa gua-gua ini tidak memiliki batuan radiogenik, terutama kalium, untuk
penanggalan mutlak. Namun, studi menemukan biostratografi dan fauna yang
terkait membantu memperkenalkan sistem pengaturan waktu dan
keseimbangan untuk memverifikasi usia metode radiometrik yang lebih teknis.
Sebagai contoh, lebih dari 64 spesies mamalia, serta burung (534 residu fosil)

7
reptil (189 residu) dan amfibi (107 residu), yang mewakili tipe vertebrata yang
lebih besar, telah diidentifikasi di Swartkrans. Ini dilakukan dari 19 078
fragmen tulang fosil yang digali di sana selama tujuh tahun (Watson, 1993: 37)
(Van Aardt, 2006: 589).
Daur ulang fosil di situs-situs homonid sebelumnya adalah ilmu tentang
dirinya sendiri. Setelah fragmen hominid dikenali, protokol tertentu harus
diikuti. Rekaman foto dan video dari lokasi yang tepat harus dibuat sebelum
salinannya dapat dihapus. Nomor lokasi diberikan dan deskripsi geologi,
stratigrafi, dan paleo-ekologi lingkungan dibuat. Jika investigasi lebih lanjut
menemukan bahwa ada fraktur segar pada spesimen, area tersebut dipagari dan
diperiksa secara menyeluruh dengan saringan setelah kisi-kisi telah dibatasi
dalam satuan meter di lokasi. Gambar tiga dimensi dibuat kemudian dari situs
dan disimpan di komputer. Jenis matriks batuan tertentu yang melekat pada
spesimen dicatat dan kemudian dianalisis. Matriks biasanya merupakan
indikasi dari mana horizon geologis atau lapisan fosil berasal dari (Johanson &
Edgar, 1996: 67). Penentuan usia terutama fosil hominid jarang dilakukan
dengan mengorbankan sebagian dari fosilnya. Sedimen atau matriks tempat
fosil menemukan dirinya digunakan. Salah satu alasannya adalah bahwa fosil
yang ditemukan sangat langka dan berharga dan disimpan untuk penyelidikan
ilmiah di masa depan (Van Aardt, 2006: 589-590).
C. Metode penanggalan absolut
Metode penentuan usia fosil ini jauh lebih tepat dibandingkan metode relatif.
Sebagian besar metode radiometrik dan bergantung pada laju peluruhan konstan
radioisotop tertentu dalam batuan yang bertindak sebagai jam waktu dan mampu
menunjukkan, pada pengukuran dan perhitungan, usia tertentu (Van Aardt, 2006:
590).
1. Metode Radiometrik
Dari 339 isotop dari 84 elemen yang ditemukan di alam, 269 stabil,
sedangkan 70 radioaktif. Dari 70 isotop radioaktif ini, 18 memiliki umur
paruh yang panjang, bertahan dan memancarkan radioaktivitas sejak unsur-
unsur tata surya diciptakan. Nuklida radioaktif berumur panjang ini

8
membentuk dasar untuk penanggalan radiometrik. 52 isotop radioaktif atau
radionuklida yang tersisa memiliki waktu paruh pendek, tetapi secara
konstan diciptakan oleh reaksi nuklir di alam atau oleh peluruhan
radioisotop yang berumur panjang. Sebagai contoh, karbon radioaktif (14 C)
secara konstan terbentuk dari 14 N (nitrogen) di bagian atas atmosfer
melalui reaksi dengan neutron sinar kosmik (lihat Gambar 1). 234 Th
(thorium) juga diperoleh dari peluruhan 238 uranium dan peluruhan 234 Th
hingga 234 Pa (proactinium), dan seterusnya (Van Aardt, 2006: 590-591).
Peluruhan radioaktif dapat dipahami sebagai proses statistik, dengan
masing-masing atom dari radionuklida tertentu memiliki peluang peluruhan
yang sama selama periode waktu tertentu seperti halnya atom lain dari
radionuklida itu. Probabilitas karakteristik ini dikenal sebagai konstanta
peluruhan, λ, dan dinyatakan sebagai probabilitas per satuan waktu.
Konstanta palsu berkisar dari nol untuk lagu telanjang stabil hingga 1.0
untuk radionuklida yang segera kedaluwarsa. Sebagai contoh, jika seseorang
mengasumsikan bahwa 100 atom radioisotop dengan konstanta peluruhan
0,1 tahun (10% per tahun) ada dalam sebuah wadah, kita dapat
mengharapkan 10 atom meluruh pada akhir atom pertama. tahun, 9 (10%
dari 90 sisanya) pada akhir tahun kedua, 8,1 (10% dari 81 sisanya) pada
akhir tahun ketiga, dan seterusnya (Van Aardt, 2006: 591).
Persamaan yang menyatakan prinsip statistik yang mengatur
radioaktivitas adalah:
Pt = P0e-λt
di mana P0 adalah jumlah atom induk pada waktu mulai 0; P adalah
jumlah atom induk pada t waktu tertentu kemudian, dan λ adalah konstanta
peluruhan (Van Aardt, 2006: 591).
Persamaan ini membentuk dasar dari semua metode penanggalan
radiometrik.
Karena peluruhan adalah proses statistik, tidak mungkin untuk
mengatakan dengan tepat kapan atom tertentu akan kedaluwarsa. Untuk
sejumlah kecil atom, hampir tidak mungkin untuk menentukan jumlah

9
peluruhan yang benar dalam waktu tertentu. Dalam kasus 100 atom dalam
wadah, 13 dapat jatuh ke tahun pertama, 6 di tahun kedua dan 8 di tahun
ketiga, dan seterusnya. Namun, untuk sejumlah besar atom, ketidakpastian
statistik menjadi sangat kecil dan persamaan di atas dapat digunakan untuk
menentukan dengan sangat tepat jumlah atom yang membusuk dalam waktu
tertentu. Untungnya, jumlah atom dalam massa yang sangat kecil besar.
Misalnya, 0,000 01 gram potasium mengandung 150,000 triliun atom! (Van
Aardt, 2006: 592).
Pertanyaannya dapat ditanyakan bagaimana konstanta peluruhan
radionuklida yang berumur panjang ditentukan. Jika itu tidak dapat diukur
secara akurat, penyimpangan besar-besaran akan terjadi. Langkah pertama
dalam proses pengukuran adalah mendapatkan timbal ibu radio semurni
mungkin. Ini dapat dilakukan dengan pemisahan kimia dan proses
pemurnian lainnya. Sebagai contoh, satu gram kalium (yang mengandung
radionuklida 40K) ditimbang dengan hati-hati dengan keseimbangan massa
yang sangat presisi. Radioaktivitas satu gram kalium kemudian diukur.
Ditemukan bahwa satu gram K, 31,58 disintegrasi per detik. (Disintegrasi
tidak berarti bahwa inti tidak hancur, tetapi hanya 31,58 paket energi per
detik dilepaskan dalam bentuk partikel dari inti K dari 1 gram kalium.)
Setiap paket dapat dilihat dan dihitung oleh penghitung kilau. . Dengan
demikian, disintegrasi 99,6 x 107 per tahun diperoleh untuk satu gram
kalium. Juga, jumlah total atom kalium dalam satu gram kalium harus
dihitung: itu adalah 0,15415 x 1023 atom dan dihitung menggunakan nomor
Avogrado (6.025 x 1023) (Van Aardt, 2006: 591).
2. Metode Radio Carbon atau Carbon-14
Salah satu metode penanggalan absolut utama adalah metode
radiokarbon yang ditemukan sekitar 60 tahun yang lalu dan, sebagai upaya
pertama, usia sepotong kayu akasia dari Saqqara, yang tertua melangkah
untuk menentukan piramida di Mesir. Penanggalan radiokarbon dapat
diterapkan langsung ke tulang atau bahan organik lainnya yang mengandung
karbon. Usia dapat ditentukan dengan mengukur jumlah karbon-12 -

10
karbon-12 adalah bentuk dominan karbon alami dalam sampel organik.
Kemudian, diukur berapa banyak karbon-14, yang merupakan radioaktif,
ada dalam sampel ketika objek (tanaman atau hewan) masih hidup (lihat
Gambar 3) (Van Aardt, 2006: 603).
Ketika karbon-14 meluruh pada laju konstan pada nitrogen-14,
dengan pengetahuan tentang jumlah karbon-14 saat ini dalam sampel kayu,
usia kayu aksi dapat dihitung sebagai sisa 14 C yang diukur dalam kayu
Saqqara. Akasia Saqqara menunjukkan bahwa piramida dibangun 4.600
tahun yang lalu. Namun, metode karbon radioaktif hanya bekerja untuk
benda organik yang relatif muda karena waktu paruh karbon-14 hanya 5.730
(± 112) tahun. Karena sampel karbon-14 berkurang setengahnya setiap 5
730 tahun, jumlah atom karbon 14 berkurang hingga 4.000 tahun, sehingga
tidak dapat diandalkan untuk mengukurnya dengan penghitung. Sebuah
metode baru untuk lebih akurat menentukan karbon-12 dan -14 saat ini
sedang dilakukan dengan menggunakan spektrometer massa yang
dipercepat. Menurut ini, rentang waktu dari teknik penanggalan karbon-14
dapat diperpanjang hingga 75.000 tahun. Teknik baru ini memiliki
keuntungan tambahan bahwa hanya seperseribu gram bahan diperlukan
untuk menentukan tanggal objek fosil. Dengan cara ini, adalah mungkin
untuk menentukan usia lukisan gua yang berharga di Perancis dengan satu
miligram cat yang diambil dari lukisan itu. Ternyata gambar-gambar itu
berumur lebih dari 20.000 tahun (Van Aardt, 2006: 603).
Gambar 3. Diagram untuk menyatakan bahwa pembentukan karbon-14 dari
nitrogen: dispersal dan pembusukan setelah pembentukan

11
Penanggalan radiokarbon didasarkan pada pengukuran kehilangan
induk radionuklida (14C) dengan peluruhan radioaktif dalam sampel yang
diberikan. Waktu yang berlalu diberikan oleh persamaan peluruhan
at = a0e-λt
dimana a0 adalah yang pertama kegiatan 14C, dan at adalah Aktivitas 14C setelah
beberapa waktu t. Konstanta peluruhan, λ, sama dengan ln2 / t½, dimana t½
adalah waktu paruh dari 14C (5730 tahun) (Stewart, 2012: 61).

D. Jejak Belah
Keberadaan dan munculnya Geokimia sebagai cabang ilmu geologi
baru menyebabkan munculnya metode metode dan data observasi baru. Hal
yang menarik perhatian para ahli sedimentologi adalah awal mulanya sebagian
besar penelitian mengenai geokimua mengarah pada penelitian kuantitatif
untuk mengetahui penyebaran unsur-unsur kimia dialam, termasuk akan
penyebaran dalam batuan sedimen. Seiring berjalannya waktu data tersebut
menuntun pada kenyataan untuk memahami apa yang disebut siklus

12
geokimia(geochemical cycle) serta penemuan hukum-hukum yang mengontrol
penyebaran atau distribusi unsur dan proses proses yang menyebabkan
timbulnya pola penyebaran dan distribusi seperti itu (de Vries, 1958).
Baru-baru ini, kimia nuklir (nuclear chemistry) menyumbangkan
sebuah “jam” dan “termometer” yang pada gilirannya membuka era penelitian
baru terhadap sedimen. Unsur-unsur radioaktif, khususnya 14C dan 40K,
memungkinkan dilakukannya metoda penanggalan langsung terhadap batuan
sedimen tertentu. Metoda 14C, yang dikembangkan oleh Libby, dapat
diterapkan pada endapan resen. Metoda 40K/40Ar terbukti dapat diterapkan
pada glaukonit, felspar autigen, mineral lempung, dan silvit yang ditemukan
dalam endapan tua. Analisis isotop dapat digunakan untuk menentukan
temperatur purba. Metoda Urey—berdasar-kan nisbah 16O/18O yang
merupakan fungsi dari temperatur—dapat dipakai untuk menaksir temperatur
pembentukan cangkang fosil yang ada dalam endapan bahari. Meskipun “jam”
dan “termometer” tersebut masih memperlihatkan kekeliruan, namun harus
diakui bahwa keduanya telah memberikan kontribusi yang berarti terhadap
pemelajaran sedimen. Berbagai kajian teoritis dan eksperimental tentang
stabilitas mineral pada berbagai kondisi oksidasi-reduksi (Eh) dan pH
dilakukan oleh Garrels dan beberapa ahli lain (lihat Garrels & Christ, 1965).
Penelitian aspek-aspek geokimia sedimen banyak menambah pengertian kita
tentang endapan sedimen. Buku-buku yang membahas tentang topik-topik
geokimia sedimen antara lain adalah Geochemistry of Sediments karya Degens
(1965) dan Principles of Chemical Sedimentology karya Berner (1971) (de
Vries, 1958).
Jejak belah atau geokronologi merupakan ilmu untuk menentukan umur
absolut batuan, fosil dan sedimen, dalam suatu tingkat ketidakpastian tertentu
yang melekat dalam metode yang digunakan. Berbagai macam metode
penentuan umur digunakan oleh ahli geologi untuk mencapai hal tersebut.
Jejak belah berbeda penggunaannya dengan biostratigraf, yaitu merupakan
ilmu untuk menempatkan batuan sedimen dalam suatu periode geologi tertentu
melalui pendeskripsian, pengkatalogan, dan pembandingan kumpulan fosil
flora dan fauna. Biostratigrafi tidak secara langsung memberikan suatu

13
penentuan umur absolut dari batunya, hanya menempatkan dalam suatu
interval waktu dimana kumpulan fosil telah diketahui pernah hidup bersama
(de Vries, 1958).
Pengetahuan tentang sejarah bumi pada massa yang lalu mendorong
pesatnya penelitian akan hal-hal yang berkaitan dengan umur bumi.
Pentarikhan untuk menentukan umur bumi telah dilakukan dengan berbagai
cara. Penentuan umur batuan secara Radiometrik, sekarang merupakan cara
yang umum digunakan dalam studi stratigrafi dan geologi sejarah. Untuk
menentukan waktu absolut, para peneliti mengkolerasikan denga sifat
radioaktif suatu unsur, yaitu waktu paruhnya. Dari sifat inilah dapat ditentukan
umur material berdasarkan aktifitas radioaktifnya. Sehingga para peniliti
menyimpulkan bahwa material yang mengandung unsur radioaktif dapat
digunakan untuk menetukan umur suatu kejadian geologi dengan menetukan
umur fosil, batuan atau material yang lainnya dalam satuan waktu absolut (de
Vries, 1958). Penarikhan dibedakan dalam :
a. Pentarikhan jejak belah, digunakan untuk menetukan umur batuan dengan
memecah rasio antara kerapatan spontan dan jejak belah.
b. Pentarikhan kemagnetan purba, digunakan untuk menetukan umur endapan
dengan mengukur kemagnetan sesuai dengan medan magnet bumi saat
pengendapan.
c. Pentarikhan Radiokarbon, digunakan untuk menetukan umur arang kayu,
gambut, cangkang karang yang terdapat dalam endapan quarter dengan
mengukur C-14 yang terkandung dalam bahan tersebut.
Metode pentarikhan Jejak Belah merupakan salah satu metode
pentarikhan radiometrik berdasarkan pengukuran jejak-jejak yang terjadi akibat
peluruhan unsur unsur radioaktif oleh sinar alfa. Jejak yang terbentuk di alam
ini merupakan dasar bagi analisis pentarikhan jejak belah untuk menentukan
umur absolut suatu mineral tempat jejak tersebut terbentuk. Jenis mineral yang
dapat ditentukan umurnya antara lain: mineral Apatit dan Zirkon yang
umumnya terdapat dalam batuan beku asam sampai menengah (granit-diorit)
dan batuan vulkanik jenis Tuf Primer (de Vries, 1958).

14
Jumlah jejak pada area tertentu merupakan fungsi dari umur mineral
tersebut dan kandungan uraniumnya. Metode pentarikhan jejak belah antara
lain digunakan untuk menentukan umur mineral apati dan zirkon, yang
terkandung dalam batuan beku seperti granit. Metode ini memberikan
informasi tentang berbagai peristiwa geologi yang ada hubunganya dengan
umur mutlak suatu batuan, khususnya tentang sejarah perubahan suhu di masa
lampau. Metode penelitian Dalam penelitan ini, penentuan umur batuan dengan
metode pentarikhan jejak belah dilakukan dengan metode EDM (External
Detector Method), yaitu penghitungan jejak spontan (Ns) dilakukan pada
kristal, sedangkan jejak induksi (Ni) dilakukan pada detektor mika (Galbraith,
1984). Pengasahan, dengan tahapan sebagai berikut: Pengikatan butir
(mounting) iradiasi, pengetsaan (etching) dan pemolesan Pengetesan
pengetsaan adalah “pengikisan” logam dengan menggunakan obat-obat etsa
(etching solution) Pengetsan ini bertujuan untuk memperbesar ukuran jejak
spontan (Ns) yang terbentuk dalam mineral zirkon. Zirkon (ZrSiO4) adalah
oksida zirkonium, ZrO2 dan oksida silkat, SiO2 sehingga digunakan larutan
pengetsa berupa senyawa alkali seperti campuran KOH dan NaOH. Penentuan
umur batuan Penghitungan umur dilakukan dengan metode detektor eksternal.
Dalam metode ini jejak induksi dihitung pada mika dan jejak spontan dihitung
pada kristalnya sendiri. Adupun Aplikasi lain atau contoh nyata yang dapat
dilihat dari geokimia salah satunya adalah metode yang digunakan oleh
sedimentologist dalam mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi
depositional batuan sedimen, yaitu analisis kimia dari batu, melingkupi
geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk
menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah sumber. Metode ini
pertama kali dipakai pada tahun 1970an dimana penelitian sedimentologi mulai
beralih dari makroskopis dan fisik ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan
perkembangan teknik analisa dan penggunaan katadoluminisen dan mikroskop
elektron memungkinkan para ahli sedimentologi mengetahui lebih baik tentang
geokimia. Perkembangan yang pesat ini memacu kita untuk mengetahui
hubungan antara diagenesa, pori-pori dan pengaruhnya terhadap evolusi

15
porositas dengan kelulusan batupasir dan batugamping. Saat ini berkembang
perbedaan antara makrosedimentologi dan mikrosedimentologi.
Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen sampai ke struktur sedimen.
Di lain fihak, mikrosedimentologi meliputi studi batuan sedimen di bawah
mikroskop (de Vries, 1958).
E. Kaitan Radioaktivitas dan Cara Menghitung Umur Fosil
Saat ini telah dijumpai cara pengukuran usia fosil yang lebih modern,
yaitu dengan menggunakan elemen radioaktif. Elemen radioaktif adalah
elemen yang dapat memancarkan cahaya (invisible light) alfa, beta, dan
gamma. Dengan meningkatkannya pengetahuan isotop radioaktif, hal ini
memungkinkan untuk memperkirakan usia fosil secara lebih akurat. Di antara
isotop radioktif yang dapat digunakan untuk maksud tersebut adalah Uranium-
238 (U-238), Potasium-40 (K-40), dan Carbon-14 (C-14). Isotop Uranium dan
Potasium sangat baik untuk memberikan data tentang umur lapisan bumi,
sedangkan isotop karbon sangat bermanfaat untuk memberikan data tentang
umur fosil (Soddy, 1992).
F. Dasar Perhitungan Umur Fosil dengan Radioaktivitas
Perhitungan umur fosil dengan radioaktivitas diawali setelah adanya
penemuan radioaktivitas oleh Henri Bacquerel tahun 1896 dan Marie Curie. Ia
menjelaskan terkait adanya sejumlah isotop yang tergolong radioaktif seperti
Kr-94, H-3, C-14, Co-60, U-238, dan lainnya (King & Regev, 1997).
Penelitian selanjutnya datang dari Martin David Kamen (1913-2002)
dan Sam Ruben yang menemukan Isotop Karbon-14 (C-14) tahun 1940. Lalu
penelitian berlajut ketika tahun 1942, seorang kimiawan yang bernama Williard
Frank Libby (1908-1980) menemukan metode pertama dalam penanggalan
material dalam asal-usul biologis (biological origin). Libby menyadari bahwa
semua mahluk hidup memiliki karbon yang relatif konstan antara 14-12 karbon
rasio (King & Regev, 1997).
Karbon-14 ternyata merupakan radioaktif sehingga Libby tahu bahwa
ketika makhluk hidup itu mati, mereka akan berhenti menyerap karbon.
Beberapa tahun kemudian oleh isotop karbon 14 terjadi pembusukan yang akan
membuatnya menjadi nitrogen 14 sesuai dengan jadwal yang sangat tepat
sedangkan karbon 12 akan tetap tidak berubah. Dengan demikian rasio karbon

16
karbon 14 sampai 12 akan berubah dan dengan mengukur seberapa banyak
perubahan yang terjadi akan memungkinkan untuk mengetahui umur apa saja
yang berasal dari tanaman hidup atau hewan (King & Regev, 1997).
Menghitung dengan metode perhitungan pembusukan yang digunakan
Libby melibatkan perhitungan radioaktivitas oleh karbon padat dengan
menggunakan pencacah Geiger yang telah dimodifikasi. Libby awalnya
menguji metode radiokarbon pada sampel yang beberapa tanggalnya diketahui,
kebanyakan adalah benda-benda prasejarah Mesir. Melalui perhiyungan ini,
sebuah kayu dari makam Firaun Djoser (3 Dinasti) mereka ketahui adalah
sekitar 4700 tahun. Sejak paruh karbon 14 itu diperkirakan sekitar 5.700-an
tahun ia diharapkan untuk menemukan sekitar setengah dari 14 konsentrasi
karbon seperti yang akan ditemukan di alam (King & Regev, 1997).
Tes-tes lain dilakukan pada sampel kayu tanggal lingkaran pohon
dengan menggunakan metode dating (dendrochronology) menunjukkan bahwa
karbon 14 adalah sah bahwa waktu paruh karbon 14 sekitar 5730 tahun (King
& Regev, 1997).

G. Penerapan Perhitungan
Penerapan perhitungan umur fosil ini dapat dilihat pada ilustrasi
berikut. Dalam penelitian kami di Museum Geologi terdapat fosil batuan yang
semula mengandung U238 sehingga dapat ditentukan umurnya dengan
menghitung kadar Pb206 pada batuan yang tersisa (sekarang). U238 akan berhenti
meluruh jika telah terbentuk Pb206 (Tipler, 1998).

Jadi setiap 238 gram U238 setelah berhenti meluruh akan menghasilkan
206 gram Pb206. Waktu paruh U238 adalah 4,5 x 109 tahun. Setelah 4,5 x 109
tahun, 1 gram U238 akan menghasilkan (½ x 1= 0,5) gram U 238 dan ( ½ x
206⁄238 = 0,43) gram Pb206. Jika dimisalkan sedikit sampel batuan tersebut
mengandung 1 gram U238 dan 0,76 gram Pb206 (Tipler, 1998), maka:

17
Umur sisa mahluk hidup (fosil) dapat ditentukan dengan mengukur
radioaktifitas atau laju peluruhan C14 pada sisa mahluk hidup dan dibandingkan
dengan laju peluruhan C14 pada mahluk hidup sekarang. Penggunaan radiasi
C14 untuk menentukan umur sisa mahluk hidup ini disebut Radiocarbon Dating.
Kemudian, untuk radioaktifitas C14 pada fosil sisa tumbuhan (= A) = 10
peluruhan permenit pergram 14 C , Radioaktifitas C14 pada tumbuhan sekarang
(= Ao) = 50 peluruhan permenit pergram C14. Waktu paruh C14 = 5 730 tahun
(Tipler, 1998). Maka umur fosil (= t) dicari dengan persamaan:

III. KESIMPULAN
Setiap mahluk hidup (manusia, binatang dan tumbuhan) dan benda mati di
Bumi ini mengandung karbon-14. C-14 mempunyai waktu paruh 5.730 tahun.
Radioisotop karbon – 14 terbentuk di bagian atas atmosfer dari penembakan atom
nitrogen dengan neutron yang terbentuk oleh radiasi kosmik. Karbon-14, 14C,
atau radiokarbon, adalah isotop radioaktif karbon dengan inti yang mengandung 6
proton dan 8 neutron.
Metode pengurangan relatif berarti bahwa fosil yang diberikan
dibandingkan dengan situs temuan lain untuk menentukan apakah itu lebih tua
atau lebih muda. Metode penanggalan absolut jauh lebih tepat dibandingkan
metode relatif. Sebagian besar metode radiometrik dan bergantung pada laju
peluruhan konstan radioisotop tertentu dalam batuan yang bertindak sebagai jam
waktu dan mampu menunjukkan, pada pengukuran dan perhitungan, usia tertentu.

18
Metode yang dapat digunakan yaitu metode Radiometrik dan metode Radio
Carbon atau Carbon-14.
Jejak belah atau geokronologi merupakan ilmu untuk menentukan umur
absolut batuan, fosil dan sedimen, dalam suatu tingkat ketidakpastian tertentu
yang melekat dalam metode yang digunakan. Metode pentarikhan Jejak Belah
merupakan salah satu metode pentarikhan radiometrik berdasarkan pengukuran
jejak-jejak yang terjadi akibat peluruhan unsur unsur radioaktif oleh sinar alfa.
Dengan meningkatkannya pengetahuan isotop radioaktif, hal ini
memungkinkan untuk memperkirakan usia fosil secara lebih akurat. Di antara
isotop radioktif yang dapat digunakan untuk maksud tersebut adalah Uranium-238
(U-238), Potasium-40 (K-40), dan Carbon-14 (C-14).
Perhitungan umur fosil dengan radioaktivitas diawali setelah adanya
penemuan radioaktivitas oleh Henri Bacquerel tahun 1896 dan Marie Curie.
Karbon-14 ternyata merupakan radioaktif sehingga Libby tahu bahwa ketika
makhluk hidup itu mati, mereka akan berhenti menyerap karbon.
Umur sisa mahluk hidup (fosil) dapat ditentukan dengan mengukur
radioaktifitas atau laju peluruhan C14 pada sisa mahluk hidup dan dibandingkan
dengan laju peluruhan C14 pada mahluk hidup sekarang. Penggunaan radiasi C14
untuk menentukan umur sisa mahluk hidup ini disebut Radiocarbon Dating.

REFERENSI
Benton, M. J., 2008. Vertebrae Palaeontology. London: Blackwell Publishing.

Bowman, S. (1990) Interpreting the Past: Radiocarbon Dating, University of


California Press, ISBN 0-520-07037-2

Currie, L. (2004). The Remarkable Metrological History of Radiocarbon Dating


II. J. Res. Natl. Inst. Stand. Technol., 109, 185–217.

de Vries, H. (1958) Kon. Ned. Acad. Wetensch. Proc. Ser. B Phys. Sci. 61, 94; nd
in Researches in Geochemistry, P. H. Abelson (Ed.) (1959) Wiley, New
York, p. 180.

19
King, A. R. & Regev, O., 1997. Physics with Answer. Cambridge: Cambridge
University Press.

Soddy, F., 1992. Radioactivity. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Stewart, K. Michael. 2012. A 40-year record of carbon-14 and tritium in the


Christchurch groundwater system, New Zealand: Dating of young samples
with carbon-14. Journal of Hydrology. 430-431, 50-68.

Tipler, P. A., 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Van Aardt W, J. 2006. Beginsels en metodes vir die bepaling van die ouderdom
van hominied fossiele en hulle vindplekke. 71 (2, 3, 4), 587-610.

Yuwono, T., 2007. Biologi Molekular. Jakarta: Penerbit Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai