Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Balanced Scorecard

 Menurut Tunggal (2001:3), balanced scorecard adalah laporan akuntansi yang di dalamnya terdapat
empat faktor dari perusahaan agar perusahaan itu sukses yang pertama adalah kinerja finansial,
kepuasan pelanggan, proses bisnis internal, inovasi dan pembelajaran. 

 Menurut Kaplan dan Norton (1997:7), balanced scorecard adalah metode alternatif yang digunakan
perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan secara lebih komprehensif, tidak hanya terbatas pada
kinerja keuangan, namun meluas ke kinerja non keuangan, seperti perspektif pelanggan, Proses bisnis
internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Karakteristik Balanced Scorecard 


Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategi yang menjabarkan misi dan startegi perusahaan
ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur kinerja. Balanced Scorecard memiliki empat karakterisrik, yaitu
sebagai berikut (Mulyadi, 2007):

1. Komprehensif. Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam pengukuran kinerja,
dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif ini menghasilkan manfaat bagi
perusahaan, yaitu menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang, serta
membantu perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. 
2. Koheren. Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat
diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis. Setiap sasaran yang
ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus memiliki hubungan kausal dengan sasaran keuangan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. 
3. Seimbang. Keseimbangan diantara keempat perspektif dalam Balanced Scorecard yang dihasilkan oleh
sistem perencanaan strategis, sangat penting untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berjangka
panjang. Bobot keempat perspektif dalam Balanced Scorecard adalah seimbang, dimana perspektif
yang satu tidak melebihi perspektif yang lain. 
4. Terukur. Balanced Scorecard mengukur sasaran strategis yang sulit untuk diukur. Sasaran strategik di
perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran
yang tidak mudah terukur, namun dalam Balanced Scorecard ketiga perspektif non keuangan tersebut
ditentukan ukurannya sehingga dapat diwujudkan untuk mengukur kinerja perusahaan.
Perspektif Balanced Scorecard 
Banyaknya kelemahan pengukuran kinerja dengan sistem tradisional mendorong terciptanya Balanced
Scorecard yang memperhatikan empat perspektif pengukuran, yaitu 1) perspektif keuangan, 2) perspektif
pelanggan, 3) perspektif proses bisnis internal, 4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Penjelasan
keempat perspektif tersebut adalah sebagai berikut (Kaplan dan Norton, 1997:41):

a. Perspektif Keuangan (Financial Perspective) 


Tolak ukur finansial adalah penting, akan tetapi tidak cukup mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai bagi
organisasi. Balanced scorecard dalam implementasi sistemnya berusaha mencari suatu keseimbangan dari tolak
ukur kinerja, baik finansial maupun non finansial untuk mengarahkan kinerja organisasional terhadap
keberhasilan. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap dalam siklus bisnis
yang dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Perkembangan (Growth). Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus
kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang berpotensi
untuk berkembang. Sasaran keuangan untuk growth stage menekankan pada presentase tingkat
pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan penjualan diberbagai pasar sasaran, kelompok pelanggan
serta wilayah. 
2. Tahap Bertahan (Sustain). Sebagian besar unit bisnis dalam sebuah perusahaan mungkin berada pada
tahap bertahan, situasi dimana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi penanaman investasi dan
investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi.
Proyek investasi akan lebih diarahkan untuk mengatasi berbagai kemacetan, perluasan kapasitas, dan
peningkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan. 
3. Tahap Panen (Harvest). Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana
perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan
tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak
untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru.
b. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective) 
Perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Segmen pasar merupakan
sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan keuangan perusahaan. Dalam perspektif ini
perusahaan menggunakan tolok ukur yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Pengukuran Pelanggan
Utama (Core Measurement Group) dan kelompok Pengukuran Nilai Pelanggan (customer value proposition).

Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam tolok ukur kelompok Pengukuran Pelanggan Utama adalah sebagai
berikut:

1. Tahap Perkembangan (Growth). Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus
kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang berpotensi
untuk berkembang. Sasaran keuangan untuk growth stage menekankan pada presentase tingkat
pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan penjualan diberbagai pasar sasaran, kelompok pelanggan
serta wilayah. 
2. Tahap Bertahan (Sustain). Sebagian besar unit bisnis dalam sebuah perusahaan mungkin berada pada
tahap bertahan, situasi dimana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi penanaman investasi dan
investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi.
Proyek investasi akan lebih diarahkan untuk mengatasi berbagai kemacetan, perluasan kapasitas, dan
peningkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan. 
3. Tahap Panen (Harvest). Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana
perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan
tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak
untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru.

b. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective) 


Perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Segmen pasar merupakan
sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan keuangan perusahaan. Dalam perspektif ini
perusahaan menggunakan tolok ukur yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Pengukuran Pelanggan
Utama (Core Measurement Group) dan kelompok Pengukuran Nilai Pelanggan (customer value proposition).

Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam tolok ukur kelompok Pengukuran Pelanggan Utama adalah sebagai
berikut:

1. Pangsa pasar (market share), mengukur seberapa besar proporsi segmen pasar tertentu yang dikuasai
oleh perusahaan. 
2. Tingkat perolehan pelanggan (customer acquisition), mengukur seberapa banyak perusahaan
berhasil menarik pelanggan-pelanggan baru. 
3. Kemampuan mempertahankan para pelanggan lama (customer retention), mengukur seberapa
banyak perusahaan berhasil mempertahankan pelanggan-pelanggan lama.
4. Tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction), mengukur seberapa jauh para pelanggan
merasa puas terhadap layanan perusahaan.
5. Tingkat profitabilitas pelanggan (customer profitability), mengukur seberapa besar keuntungan
yang berhasil diraih oleh perusahaan dari penjualan produk kepada para pelanggan. 
c. Perspektif Proses Bisnis Internal (Bisnis Internal Perspective) 
Perusahaan biasanya mengembangkan tujuan dan ukuran-ukuran untuk perspektif ini setelah merumuskan
tujuan dan ukuran untuk perspektif finansial dan pelanggan. Di dalam perspektif proses bisnis internal ini ada
tiga tahap yang harus dilakukan, yaitu:

1. Tahap Inovasi. Proses inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektivitas
serta ketetapan waktu dari proses ini akan mendorong terjadinya efiesiensi biaya pada proses
penciptaan nilai tambah bagi customer. 
2. Tahap Operasi. Pada tahapan ini mencerminkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan mulai dari
penerimaan order dari customer, pembuatan produk/jasa sampai dengan pengiriman produk/jasa
tersebut kepada pelanggan. Pada tahap ini pengukuran kinerjanya dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu kualitas, biaya, dan waktu.
3. Tahap Purna Jual. Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk memberikan manfaat tambahan
terhadap para pelanggan yang telah menggunakan produk/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini
dilakukan agar para customer mempunyai loyalitas terhadap perusahaan. 
d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (Growth and Learning Perspective) 
Di dalam perspektif ini mengukur hal-hal yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Terdapat tiga
dimensi yang harus diperhatikan di dalam perspektif ini, yaitu: Kemampuan Karyawan, Kemampuan Sistem
Informasi dan Motivasi, Pemberian Wewenang, dan Pembatasan Wewenang Karyawan.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan diantaranya bertugas mempersiapkan sumber daya manusia atau
orang instansi pemerintah untuk memiliki kapabilitas menjalankan sistem yang terbangun dalam perspektif
internal proses. Pada perspektif ini maka isu kapabilitas individu, kapabilitas informasi, motivasi merupakan
medan kerja yang harus dipersiapkan, dimonitoring dan diukur dinamikanya.

Daftar Pustaka
 Tunggal, Amin Widjaja. 2001. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard. Jakarta: Harvarindo
 Kaplan, Robert S dan David P. Norton. 1997. Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi
Aksi. Jakarta: Erlangga.
 Luis, S. dan P. A. Biromo. 2007. Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to Functional
Scorecards. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 
 Mulyadi. 2007. Balanced Scorecard. Jakarta: Salemba Empat.
Kepemimpinan yang Berjiwa Kewirausahaan

Sonny Sumarsono :

Apa itu pemimpin (kepemimpinan) tidak ada definisi secara tepat untuk pengertian pemimpin-
kepemimpinan. Boleh dikatakan, definisi kepemimpinan sebanyak orang yang mendefinisikan.
Karena setiap orang, berdasar pada pemahaman dan harapannya tentang kepemimpinan dapat
mendefinisikan pengertian kepemimpinan itu sendiri.

Sedang Cattell merumuskan pemimpin adalah “orang yang menciptakan perubahan paling efektif
dalam kinerja bkelompoknya”. Dengan memakai definisi sederhana , modern dictionary of sosiology
mengartikan pemimpin sebagai “seserorang yang menempati peranan central atau posisi dominan dan
pengaruh suatu kelompok “. Jadi dapat dikatakan inti dari pengertian pemimpin adalah peranan kunci,
dominasi, serta pengaruh.

Sementara kepemimpinan bagi Stogdeall , di definisikan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan


kelompok dalam perumusan untuk mencapai tujuan”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain:

1. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan
“followers”. Refren power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap
sosok pemimpin. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin
adalah seorang yang memiliki kompetensi dan memiliki keahlian dalam bidangnya.
2. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya dalam (his or
her power) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Menurut french dan ravlen (1968) kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat
bersumber dari Reward Power, Coercive Power dan Legitimate Power.
3. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran pada diri sendiri (integrity), sikap bertanggung
jawab yang tulus (compassion) pengetahuan cognizance , keberanian bertindak sesuai
keyakinan (Comitmen), kepercayaan kepada diri sendiri dan orang lain (Confidence) dan
kemampuan untuk meyakinkan orang lain (Communication) dalam membangun organisasi.

Menjadi pemimpin dalam kehidupan sehari-hari kita semua mewujudnyatakan dan menjalani relasi.
Dan ditengah relasi-relasi yang selalu tersebar dalam keseharian yang lazim, terjadilah banyak hal
kecil, yang jika kita perhatikan secara seksama tampak menyimpan atau merangkum hikmah.

Yunus Suryana :

Perilaku seorang Pemimpin menyangkut 2 bidang utama:


1. Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan, dan mencapai sasaran.
2. Berorientasi pada orang, yang memotivasi , dan membina hubungan manusiawi.

Seorang pemimpin yang mempunyai orientasi tugas cenderung menunjukan pola-pola perilaku
sebagai berikut :

1. Merumuskan secara jelas perannya sendiri maupun peranan staf-stafnya.


2. Menetapkan tujuan tujuan yang sukar, tetapi dapat dicapai dan memberitahukan kepada orang
apa yang diharapkan dari mereka.
3. Menentukan prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan dan untuk mengukur
pencapaian tujuan itu yakni tujuan yang dirumuskan secara jelas dan khas.
4. Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencakan , mengarahkan,
membimbing, dan mengendalikan kegiatan yang berorientasi tujuan.
5. Berminat mencapai peningkatan produktivitas.

Pemimpin yang hadir dengan orientasi tugasnya rendah cenderung menjadi tidak aktiv dalam
mengarahkan perilaku berorientasi tujuan seperti perencanaan dan penjadwalan. Mereka cenderung
bekerja seperti pekerja lain dan tidak membedakan peranan mereka sebagai pemimpin secara jelas.

Pemimpin yang sangat berorientasi pada orang cenderung menunjukan pola perilaku sebagai
berikut :

1. Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan


menghilangkan ketegangan , jika timbul.
2. Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi.
3. Menunjukan pengertian dan rasa hormat atas kebutuhan , tujuan, keinginan, perasaan, dan ide
bahawan .
4. Mengupayakan komunikasi timbal balik yang baik dengan staf.
5. Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi para karyawan.
6. Mendelegasikan kekuasaan dan tanggungjawab serta mendorong inisiatif.
7. Menciptakan suatu suasana kerja sama dan gugus kerja dalam organisasi.

Fungsi yang harus disampaikan seorang pemimpin usaha di antaranya :


1. Koordinasi, yaitu seorang pemimpin harus mampu menjalin koordinasi yang baik antar
kegiatan dan antar-organisasi.
2. Pengarahan , yaitu soerang pemimpin harus mampu memberikan pengarahan yang benar
supaya tidak terjadi penyimpanyan dan keterlambatan terhadap strategi dan kebijakan
organisasi yang telah ditetapkan.
3. Komunikasi, yaitu seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi (komunikatif) baik
terhadap atasan maupun bawahan.
4. Konsultasi, yaitu seorang pemimpin harus mampu mengembangkan sikap konsultatif keatas
dan ke bawah dan memupuk keterbukaan.
5. Pelayanan, yaitu seorang pemimpin harus mampu rendah hati dan mampu memberi pelayanan
yang baik dan memuaskan.

Untuk menjalankan fungsi kepemimpinan ini dengan baik, maka seorang pemimpin harus
memiliki sifat kreatif, inovatif dan komunikatif yaitu kemampuan untuk mentranfer dan menerapkan
gagasan serta praktik pemaburanyang berdaya guna dan berhasil guna bagi kepentingan lembaga dan
orang banyak. Fakto-faktor yang mempengaruhi fungsi kepemimpinan sorang pemimpin yaitu
karakteristik kepribadian, kelompok yang dipimpim, dan situasi (keadaan).
Fungsi kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin akan tergantung pada posisi
yang didudukinya. Beberapa tipe pemimpin menurut posisi dan tugas kepemimpinannya adalah :
1. Pemimpin eksekutif, yaitu fungsi seorang pemimpin yang menempati posisi kepemimpinan
eksekutif adalah menerjemahkan kebijakan perusahaan menjadi suatu kegiatan yang bersifat
operasional. Dialah yang membuat keputusan dan memerintahkan operasionalitasnya.
2. Pemimpin penengah ialah pemimpin yang cenderung menginginkan supaya setiap setiap
keputusannya dilaksanakan dengan taat. Dalam masyarakat modern tanggung jawab keadilan
terletak ditangan para pemimpin dengan keahliannya yang khas dan ditunjuk secara khusus.
3. Pemimpin pengajur, yaitu berfungsi sebagai alat propaganda sebagai juru bicara, atau
pengarah opini. Mereka ini bergerak dalam bidang komunikasi dan perlu menguasai ilmu
komunikasi. Pemimpin pengajur tidak hanya terdapat dalam kehidupan nasional, tetapi juga
dalam kehidupan masyarakat di level paling bawah sekalipun.
4. Pemimpin ahli, ialah kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan pada bidang dimana
terdapat fakta yang menyangkut pada keahlian yang dimilikinya.
5. Pemimpin diskusi, ialah kepemimpinan yang dapat dijumpai dalam lingkungan
kepemimpinan demokratis, dia bukan lagi seorang eksekutif, melainkan seorang pemimpin
diskusi.

Wirausaha merupakan motivator bagi karyawan yang berhasil ada wirausaha yang
memotivasi dengan contoh kerja keras mereka saja. Namun motivator yang paling berhasil ialah
wirausaha yang orientasi orangnya tinggi. Teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin yang
orientasi orangnya tinggi sebagai berikut:

1. Membangun harga diri karyawan


2. Memberi informasi
3. Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab
4. Membina kontak
5. Menganalisis masalahnya (problem) bukan orangnya
6. Menerapkan prinsip pengukuhan
7. Menjadi seorang pendengar aktif
8. Menetapkan tujuan-tujuan khusus dan tinjaualah itu secara teratur
9. Melakukan tindakan korektif

Prinsip umum dari kepemimpinan yang baik adalah semakin besar perhatian kita pada
karyawan kita, semakin keras mereka bekerja untuk kita. Karakter yang harus dimiliki seorang
wirausaha pada jiwa kepemimpinan wirausaha yaitu :

1. Keberanian untuk bertindak (dare to act)


2. Membangun tim yang baik (good team leader)
3. Menjadi pendengar yang baik (eager to learning)
4. Berani mengambil resiko
5. Having mentor
6. Pikiran yang terbuka (open minded)
7. Adanya kepercayaan (trusted)

Anda mungkin juga menyukai