Anda di halaman 1dari 3

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.

2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-303

Studi Proses Pemisahan Bitumen dari Asbuton


Dengan Proses Hot Water Menggunakan Bahan
Pelarut Kerosin dan Larutan Surfaktan
Mochamad Sidiq, Surya Rachmadani, Ali Altway, Siti Nurkhamidah
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: alimohad@chem-eng.its.ac.id

Abstrak—Penelitian ini merupakan studi proses pemisahan aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan. Dalam
bitumen dari asbuton dengan proses hot water menggunakan asbuton ini aspal dan mineral sudah bercampur menjadi satu
bahan pelarut kerosin dan larutan surfaktan. Asbuton adalah kesatuan dengan kandungan aspal (bitumen) sekitar 15-30%
aspal alam yang terdeposit dalam batuan dengan kadar bitumen dan mineral 70-85%. Deposit asbuton diperkirakan antara 200
antara 15-30% yang terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara
dengan jumlah deposit aspal sebesar 677juta ton. Bitumen dapat
juta ton sampai 600 juta ton [2,3].
digunakan sebagai campuran aspal minyak untuk pembangunan Proses perolehan bitumen bisa dilakukan dengan
dan pemeliharaan sarana infrastruktur berupa jalan raya. Salah beberapa cara diantaranya adalah dengan proses pelarutan ke
satu cara pemisahan bitumen dari mineral adalah dengan proses dalam pelarut organik, Pelarutan dengan menggunakan asam,
hot water menggunakan bahan pelarut kerosin dan larutan dan pemisahan dengan proses hot water. Proses pelarutan
surfaktan. Sistem yang ditinjau dalam penelitian ini adalah bitumen dari asbuton dengan pelarut organik sudah banyak
tangki berpengaduk berbentuk silinder dengan kapasitar dilakukan. Hardjono mempelajari sifat-sifat bitumen ekstrak
2000cm2. Dalam penelitian ini akan ditinjau pengaruh dari asbuton Kabungka A dan Kabungka B dengan cara ekstraksi
penambahan ratio larutan surfaktan/asbuton dan penambahan menggunakan pelarut tetraklorida (CCl4) dan menggunakan
kerosin terhadap %recovery bitumen. Proses ekstraksi dilakukan
selama 20 menit dengan suhu proses 90oC dan kecepatan putar
alat ekstraktor soklet [4]. Suprapto dan Murachman melakukan
pengaduk 1500 rpm. Hasil proses ini akan terbentuk 3 lapisan penelitian terhadap pelarut yang bisa mengekstrak asbuton.
yaitu lapisan atas terdiri dari larutan bitumen (kerosin dan Pelarut yang digunakan adalah n-heksan (C6H14), pertasol
bitumen), lapisan tengah terdiri dari air, larutan surfaktan dan (naptha), dan Trikloroethilene (TCE) [5]. Purwono, dkk
mineral murni yang terpisah, dan lapisan bawah terdiri dari mempelajari pengaruh dari ukuran butir, waktu ekstraksi, dan
asbuton yang tidak terekstrak, kerosin dan sedikit air. Lapisan kecepatan putar pengaduk terhadap koefisien perpindahan
paling atas di ambil dan dilakukan analisa densitasnya untuk massa pada proses ekstraksi multistage cross current aspal
diketahui konsentrasi bitumennya. Sehingga dapat dihitung kabungka dengan pelarut n-heksan (C6H14) [6]. Pemisahan
%recovery bitumen yang dihasilkan. Lapisan paling atas bitumen dengan proses hot water adalah proses pemisahan
dipisahkan dan dianalisa konsentrasi bitumennya dengan
mengukur densitasnya. Dari hasil eksperimen diperoleh
yang bertujuan untuk memisahkan bitumen dari partikel
kesimpulan bahwa (%) recovery bitumen tertinggi adalah pada mineral dengan memanfaatkan perbedaan sifat permukaannya.
penambahan kerosin 50% dan 0,1% konsentrasi larutan Proses pengkondisian slurry melibatkan banyak elemen
surfaktan 35 % sebesar 80,797%. proses, termasuk ablasi, pencampuran, perpindahan massa dan
panas, dan reaksi kimia yang mengarah pada pemisahan
Kata Kunci—asbuton; hot water; bitumen. bitumen dari pasir dan partikel mineral. Pelepasan bitumen
dari padatan/solid akan lebih mudah jika kedua permukaan
dibuat lebih hidrofilik, karena terjadi penurunan energi
I. PENDAHULUAN
permukaan bebas yang akan mempermudah pelepasan. Fase
Sarana infrastruktur berupa jalan, merupakan pembentuk pemisahan ditingkatkan dengan efek dari shear mekanik dan
struktur ruang nasional yang memiliki keterkaitan sangat erat disjoining tekanan sudah digunakan terhadap tar/oil sand yang
dengan pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya kehidupan ada di Amerika [7]. Clark memperkenalkan teknologi
masyarakat di suatu wilayah. Jalan merupakan media pengolahan Athabasca oil sand untuk pertama kali
penghubung antar wilayah, sehingga pertumbuhan ekonomi menggunakan proses hot water [8]. Seitzer melakukan
dan sosial budaya akan lebih berkembang cepat dengan eksperimen pengolahan Athabasca oil sand dengan hot water
tersediannya jalan yang memadai. processing menggunakan oil flotation di dalam sebuah strirred
Kebutuhan aspal nasional menurut data Dirgen Bina reactor [9]. Sepulveda, dkk melakukan eksperimen tentang
Marga diperkirakan sebesar 1,2 juta MT untuk tahun 2012. pemisahan bitumen dari Utah tar sands menggunakan hot
Produksi aspal dalam negeri sendiri dihasilkan oleh Pertamina water [10]. Kumar membuat usulan baru flowsheet untuk
dengan kapasitass produksi tahun 2012 diperkirakan 650 ribu ekstraksi bitumen dengan hot water pada Utah tar sands [11].
ton/tahun [1]. Untuk menutupi kekurangan, maka dilakukan Dari studi literatur yang telah dilakukan, proses
import aspal dari beberapa negara di Asia. pemisahan bitumen dari asbuton dengan proses hot water
Defisit aspal dapat di tutupi dengan memaksimalkan belum pernah dilakukan. Maka penelitian ini bertujuan untuk
pengolahan aspal alam yang ada di Indonesia yaitu aspal buton mengetahui kemampuan teknologi Hot Water Process dalam
atau yang dikenal dengan sebutan asbuton. Abuton adalah pemisahan bitumen dari mineralnya.
JU
URNAL TEKNIK POMITS Vol.
V 2, No. 2, (22013) ISSN: 23337-3539 (23001-9271 Print) F-304

I
II. METODOLO
OGI PENELITIAN
N (%)recoovery bitumenn.Semakin tinnggi penambaahan larutan
Penelitian ini
i dilakukan secara
s eksperim men. Bahan baaku surfaktaan belum tenntu menaikkann (%) recoveery bitumen,
yanng digunakan adalah
a asbutonn dari Lawele. karena penambahan larutan surffaktan akan efektif jika
Dalam peneelitian ini dilakukan proses pemisahan asppal. penambbahannya dalaam jumlah tertentu.
t Kareena apabila
Assbuton sebagai bahan baaku yang akan a dipisahkkan penambbahan larutan surfaktan
s terlaalu sedikit meengakibatkan
meenggunakan proses air (ho ot water) pelaarut kerosin dan d hot water tidak bisa mengambil
m bitumen secara efeektif.
larrutan surfaktann [11]. Penelittian ini mengggunakan keroosin
karrena kerosin dapat
d melarutkkan bitumen darid asbuton dan
d
[11]
meenurunkan dennsitas larutan bitumen.
b . Kemudian
K bahhan-
bahhan tersebut dimasukkan ke dalam ekkstraktor (Tanngki
Leaching) dan diaduk den ngan kecepattan yang teelah
dittentukan. Setelah itu, dianalissa persen (%) recovery-nya.
r
Eksperimenn dilakukan deengan mengguunakan ekstrakktor
berrupa tangki berpengaduk
b dengan
d diametter 10,8 cm dan d
tinnggi 20 cm yanng dioperasikan secara batchh. Pengaduk yaang
diggunakan beruppa disc turbinee dengan diam meter 8cm. Bahhan
yanng digunakan adalah asbuto on yang telah direndam
d denggan
kerrosin. Kemuddian menambaahkan larutan surfaktan yaang Gambar. 1. Pengaruh jum mlah Penambahan Larutan Surfaktaan dan Kerosin
dimmasukkan ke dalam
d tangki leeaching. Setelaah proses berjaalan terhadap % recovery Bitum
men. Konsentrasi Larutan
L Surfaktan 0,1%
0 V.
20 menit pada suuhu 90°C, laru utan dipindahkaan kedalam geelas
beaaker dan mennambahkan hot water untuuk memudahkkan
sepparasi dari tigaa lapisan yangg terbentuk. Laapisan atas terddiri
darri larutan bituumen (bitumen n dan kerosin). Lapisan tenggah
terrdiri dari air, larutan surfak ktan dan minneral murni yaang
terrpisah. Lapisann bawah terdiiri dari padataan asbuton yaang
bellum terekstrak, kerosin dan sedikit
s air. Lappisan atas diam
mbil
unttuk dianalisa densitasnya seehingga dapatt dihitung perssen
(%
%)recovery bituumennya.
Persamaan (1) digunakan n untuk menghhitung persen (%) (
reccovery.

% 100% (
(1)
Gambar. 2. Pengaruh jum mlah Penambahan Larutan Surfaktaan dan Kerosin
Bahan bakuu asbuton yangg digunakan dallam penelitian ini terhadap % recovery Bitum
men. Konsentrasi Larutan
L Surfaktan 0,2%
0 V.
adaalah asbuton dengan ukuran partikel
p >40 mesh
m (<0,425mm m).
Vaariabel proses yang
y ditetapkaan adalah wakttu 20 menit, suuhu Gaambar 1 juga menunjukkan
m p
pengaruh dari penambahan
p
pem manasan 90oC,C dan kecepattan putar penggaduk 1000 rppm. kerosin. Kerosin berrfungsi sebagaai penetratingg agent atau
Vaariabel proses yang divariassikan adalah ratio penambahhan bahan pembasah yaang akan menurunkanm deensitas dari
larrutan surfaktan/asbuton dan penambahan
p keerosin. bitumenn, sehingga bitumen
b menjaadi lebih muddah terlepas.
Persen (%) recoverry bitumen tertinggi t dipeeroleh pada
I
III. HASIL DAN
N PEMBAHASAN
N
penambbahan kerosin 50% dan seelanjutnya 40% % dan yang
terakhirr 30%. Hal inii berbanding lurus
l dengan kondisi
k pada
Penilitian ini
i mempelajaari pengaruh darid penambahhan umumnnya, dimana peenambahan jum mlah pelarut yaang semakin
rattio larutan suurfaktan/asbutoon dan penaambahan keroosin banyak akan menghassilkan persen (%) recovery yang semakin
terrhadap persenn (%) recoveery bitumen yang y dihasilkkan. banyak pula. Pada penambahan
p k
kerosin 30%, persen (%)
Pennambahan kerrosin yaitu 30% %, 40%, dan 50% (dari maassa recoveryry yang dihasiilkan rendah. Ini
I dapat diakkibatkan dari
asbbuton), ratio penambahan larrutan surfaktann di variasi 255%, jumlah kerosin yangg ditambahkann terlalu sedikkit sehingga
30%, 35%, dan 40%. dari massa m asbuton dan konsentrrasi konsenttrasi bitumen dalam
d kerosin menjadi lebihh pekat. Jika
larrutan surfaktan 0,1% dan 0,2%% (%V). konsenttrasi bitumen dalam kerossin menjadi pekat, p maka
Berdasarkann pada data hasil
h penelitiann, diperoleh haasil densitassnya akan sem makin besar dan
d melebihi densitas
d air.
yanng ditunjukkann pada gambar 1 dan gambarr 2. Gambar 1 dan d Syarat supaya
s larutann bitumen bisa mengapung did permukaan
2 menunjukkan profil pengarruh penambahhan konsentrrasi air makka densitasnya harus lebih keecil dari densitas air. Pada
larrutan surfaktann 0,1% dan 0,2%
0 (%V) terrhadap perolehhan penambbahan kerosinn 50%, perrsen (%) reccovery yang
bittumen pada berrbagai variasi penambahan
p k
kerosin. Gambaar 1 dihasilkkan tinggi karrena pada penambahan
p k
kerosin 50%
yanng menghasilkkan (%) recovery bitumen tertinggi adaalah ,densitaas dari larutaan bitumen semakin renddah shingga
padda penambahaan kerosin 50% % dan 35 % larutan surfakktan bitumenn yang tereksstrak akan seemakin banyakk dan lebih
sebbesar 80,797% % ,karena peersen (%) reecovery bitum men maksimmal daripada peenambahan 30% % dan 40%.
meengalami kenaiikan jika penam mbahan kerosin semakin tingggi. Gaambar 2 mem miliki kecenderrungan yang sama
s dengan
Inii menunjukkaan bahwa keerosin mampuu meningkatkkan persen (%) recoveryy pada gambbar 1, yang menunjukkan
m
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-305

bahwa persen (%) recovery bitumen mengalami kenaikan jika From Oil Sands Terms of Oil Recovery and Physical Properties”, Jurnal
Petroleum Society, paper 2002-074, 11-13 Juni 2002, hal 1-13.
penambahan kerosin semakin tinggi dan Semakin tinggi [8] Syncrude Canada Ltd., Oil Sand History, 2013,
penambahan larutan surfaktan belum tentu menaikkan % http://www.syncrude.ca/users/folder.asp?FolderID=5657, diakses pada
recovery bitumen, Penambahan larutan surfaktan yang tanggal 26 Januari 2013.
menghasilkan persen (%) recovery terbaik untuk kondisi [9] Seitzer, W., 1968, “Hot Water Processing of Athabasca Oil Sands : I.
Oil Flotation in A Stirred Reactor”, Sun Oil Company, Pennsylvania.
tersebut diperoleh pada kondisi larutan surfaktan 35%. Dari [10] Sepulveda, J.E., Miller,J.D., Oblad,A.G., 1968, “Hot Water Extraction
gambar 2 juga dapat dilihat pengaruh dari penambahan of Bitumen From Utah Tar Sands”, Department of Mining,
kerosin. Metallurgical, and Fuels Engineering University of Utah, Salt Lake City,
Dari gambar 1 dan 2 menunjukkan semakin pekat Utah..
[11] Kumar, R., 1995 “Pilot Plant Studies of A New Hot Water process For
konsentrasi larutan surfaktan menyebabkan penurunan (%) Extraction of Bitumen For Utah Tar Sands”, Department of Chemicals
recovery bitumen dimana pada penambahan 0,1% konsentrasi and Fuels Engineerimg, The University of Utah
larutan surfaktan 35% dengan penambahan 50% kerosin,
menghasilkan (%) recovery bitumen 80,797% , sedangkan
0,2% konsentrasi larutan surfaktan 35% dengan penambahan
kerosin 50% menghasilkan (%) recovery bitumen 52,810%

IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan hasil dari penelitian, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. % recovery meningkat dengan penambahan kerosin
yang semakin banyak. Penambahan kerosin 30%
menghasilkan 30,897% recovery, sedangkan 50%
menghasilkan 80,797% recovery
2. % recovery semakin menurun dengan semakin
besarnya konsentrasi larutan surfaktan yang
digunakan. Konsentrasi 0,1% v menghasilkan
30,897% recovery, sedangkan 0,2% v menghasilkan
23,529% recovery.
3. % recovery optimum pada penambahan larutan
surfaktan 35% dan mengalami penurunan pada
25%,30% dan 40%.
4. % recovery bitumen terbaik diperoleh dari proses
dengan 0,1% konsentrasi larutan surfaktan 35%, dan
penambahan kerosin 50% sebesar 80,797%

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa yang telah
membantu kami dalam mendanai penelitian ini. Sehingga
penelitian ini dapat berjalan secara lancar

DAFTAR PUSTAKA
[1] Yusuf, E., 2012, “Tahun 2012:Indonesia Butuh Aspal 1,2 jutaMT”,
www.metro-newz.com/berita/ekonomi/873-tahun-2012-indonesia-
butuh-aspal-12-juta-mt.html, diakses pada tanggal 25 januari 2013.
[2] Affandi, F., 2006, “Hasil Pemurnian Asbuton Lawele Sebagai Bahan
Pada Campuran Beraspal Untuk Perkerasan Jalan”, Jurnal Jalan-
Jembatan, Vol. 23, No.3, September 2006, hal. 6-28.
[3] Affandi, F., 2007, “Sifat Campuran Aspal Keras yang Mengandung
Bitumen Asbuton untuk Konstuksi Campuran Beraspal”, Jurnal Jalan-
Jembatan, Vol. 24, No.2, Agustus 2007,hal. 130-146.
[4] Hardjono, 1987 , “Diktat Teknologi Minyak Bumi I”, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Unversitas Gadjah Mada Yogyakarta.
[5] Suprapto dan Murachman, B., 1998, “Bitumen Ekstrak Aspal Batu
Buton”, Forum Teknik Jilid 22 No.3 November 1998.
[6] Purwono, S., 2005, “Koefisien Perpindahan Massa pada Ekstraksi Aspal
Buton dari Kabungka dan Bau-Bau dengan Pelarut n-Heksan”, Forum
Teknik Vol. 29, No.1, Januari 2005, hal. 40-49.
[7] Schramm,L.L., E.N. Stasiuk, H. Yarranton, dan B.B. Maini, 2002,
“Temperature Effects in The Conditioning and Flotation of Bitumen

Anda mungkin juga menyukai