Anda di halaman 1dari 7

PROMINE, Desember 2020, Vol.

8 (2), Halaman 65 - 71

Ekstraksi Kitosan dari Limbah Cangkang Udang sebagai Adsorben Ion Logam
Cu pada Air Pasca Tambang Timah
(Extraction of Chitosan from Shrimp Shells Waste as Cu Metal Ions Adsorbent in Post
Tin Mining’s Water)
1* 2 3
Herman Aldila , Desy Yuliana Dalimunthe , dan Atin Nuryadin
1
Jurusan Fisika, Universitas Bangka Belitung
2
Jurusan Matematika, Universitas Bangka Belitung
3
Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Mulawarman
* Korespondensi E-mail: hermanaldilaubb@gmail.com

Abstrak
Pengaruh konsentrasi NaOH pada proses deasetilasi kitin terhadap mekanisme adsorbsi logam
tembaga oleh kitosan pada air bekas lahan galian tambang timah Pulau Bangka telah berhasil
dianalisis. Ekstraksi kitosan dilakukan melalui empat tahap yaitu deproteinisasi, demineralisasi,
dekolorisasi dan deasetilasi menggunakan bahan baku limbah industri udang ebi. Peningkatan
konsentrasi NaOH pada proses deasetilasi kitin mengakibatkan nilai derajat deasetilasi kitosan
meningkat. Peningkatan nilai derajat deasetilasi kitosan mengindikasikan bahwa jumlah gugus amina
dan gugus hidroksil pada struktur molekul kitosan meningkat sehingga menyebabkan peningkatan
daya adsorbsi kitosan. Hal ini terkonfirmasi oleh spektrum FTIR, dimana terjadi pembentukan pola
-1
serapan pada daerah 1655 dan 3450 cm dan menurunnya intensitas serapan pada daerah 3260 dan
-1
3107 cm . Data Atomic Absorption Spectroscopy menunjukkan bahwa kadar logam tembaga terlarut
dalam air sampel sebesar 0,32 ppm dan setelah direaksikan dengan kitosan menurun secara
signifikan berkisar antara 0,035 hingga 0,009 ppm. Mekanisme adsorbsi kitosan pada logam tembaga
terlarut dideskripsikan melalui reaksi pembentukan kelat dan reaksi asam-basa Lewis. Kitosan hasil
ekstraksi mampu menurunkan kadar logam tembaga terlarut dalam air sampel hingga mencapai
97,19%.
Kata kunci: Kitosan, adsorben, ion logam Cu, air pasca tambang timah.

Abstract
The effect of NaOH concentration on chitin deacetylation and the adsorption mechanism of copper
metal ions by chitosan in post tin mining water from Bangka Island has been successfully analyzed.
Extraction of chitosan followed in four steps: deproteinization, demineralization, decolorization, and
deacetylation using dried shrimp industry waste as raw materials. The increase of NaOH
concentration in the deacetylation process causes the chitosan deacetylation degree (DD) increases.
The increnement of chitosan DD indicates that the amine groups and hydroxyl groups of chitosan
increases. This is confirmed by FTIR spectrum, where the formation of absorption band at 1655 and
-1 -1
3450 cm and reduction of the band at 3260 and 3107 cm . The Atomic Absorption Spectroscopy
data showed that the dissolved copper metal content in the water was 0.32 ppm and after treatment, it
decreased significantly from 0.035 to 0.009 ppm. The adsorption mechanism of chitosan on copper
metal ions is described through the chelating reaction and Lewis acid-base reactions. The extracted
chitosan has been successfully reduced copper metal content in the water and the highest reached
97.19%.
Keywords: Chitosan, adsorbent, Cu metal ions, post tin mining water.

1. Pendahuluan kegiatan reklamasi untuk kawasan konservasi


Pemberdayaan lahan bekas galian tambang dan mencegah penambangan timah illegal (Sari,
timah merupakan salah satu upaya pemanfaatan 2015) .Pemanfaatan lahan bekas galian tambang
lahan pasca era tambang timah darat yang timah yang sering ditemukan di kawasan
sering dijumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai
Belitung sebagai kawasan penghasil timah tempat penampungan air (Dalimunthe, 2017). Hal
terbesar di Indonesia. Bentuk upaya ini disebabkan karena kondisi lahan bekas galian
pemanfaatan tersebut diantaranya sebagai yang relatif dalam, diameternya lebar dan dalam
tempat penampungan air baik air tanah maupun jumlah banyak saling terintegrasi dengan
air hujan (Meyzilia, 2018), tempat budidaya ikan kawasan aliran air sungai yang tidak
dan udang air tawar (Triswiyana, 2019), tempat memungkinkan dilakukannya kegiatan reklamasi.
destinasi pariwisata (Dalimunthe, 2020) hingga Pada musim kemarau, lahan bekas galian yang

65
PROMINE, Desember 2020, Vol. 8 (2), Halaman 65 - 71

terisolir dari kawasan aliran sungai dapat ebi berupa cangkang udang krosok dari spesies
dimanfaatkan sebagai cadangan sumber air yang Penaeus semisulcatus sebagai adsorben logam
potensial. tembaga pada air di lahan bekas galian tambang
Air yang berasal dari lahan bekas galian timah Pulau Bangka.
tambang timah umumnya masih mengandung
logam berat seperti timbal (Pb), seng (Zn) dan 2. Metode
tembaga (Cu) yang keberadaannya relatif cukup Sintesis diawali dengan melakukan preparasi
tinggi (Wahyuni, 2013). Kandungan logam berat cangkang udang ebi dengan mencuci limbah
o
ini juga menyebabkan biota air alami maupun udang ebi dengan air panas (kisaran suhu 98 C)
budidaya seperti ikan dan udang yang umumnya hingga bersih lalu dibilas dengan air destilasi
ditemukan pada wilayah tersebut mengandung kemudian dikeringkan. Cangkang udang kering
logam berat yang telah terakumulasi melalui dihaluskan lalu diayak menggunakan saringan
proses biomagnifikasi sehingga berbahaya untuk ukuran 100 mesh. Serbuk cangkang udang
dikonsumsi (Prasetiyono, 2015a). kemudian direaksikan dengan larutan NaOH 2 M
o
Tembaga (Cu) merupakan logam berat pada suhu 30 C dengan perbandingan 1:6 (b/v)
essensial yang dalam konsentrasi tinggi dapat sambil diaduk selama satu jam. Setelah
menyebabkan kematian dan pada konsentrasi dipisahkan dari larutannya, endapan serbuk
sub letal dapat menyebabkan pusing, mual, udang dicuci dengan air destilasi hingga
keram perut dan dampak kronis hingga mencapai pH 7 kemudian dikeringkan.
gangguan ginjal dan liver (Sari, 2017). Secara Selanjutnya serbuk direaksikan kembali dengan
alami kandungan tembaga pada lahan bekas larutan HCl 1,5 M pada perbandingan 1:12 (b/v)
galian tambang timah akan menurun seiring sambil diaduk selama 1 jam pada suhu kamar.
waktu melalui proses self-purification. Akan tetapi Setelah disaring, endapan dicuci dengan air
proses ini membutuhkan waktu hingga puluhan destilasi hingga pH 7 kemudian dikeringkan
tahun dan meningkatkan potensi biomagnifikasi sehingga diperoleh kitin kering. Kitin yang
pada biota air (Prasetiyono, 2015b). Hal ini diperoleh direaksikan dengan NaClO 5% dengan
menunjukkan bahwa perlu dilakukan upaya rasio 1:10 (b/v) pada suhu ruang selama 30
remediasi air pada lahan bekas galian tambang menit untuk menghilangkan pigmen astaxanthin
timah untuk dapat menurunkan kandungan agar warna kitin menjadi lebih putih. Kitin
logam tembaga terlarut. kemudian direaksikan dengan larutan NaOH
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menggunakan variasi konsentrasi NAOH: 20%,
untuk menurunkan kadar tembaga terlarut 40% dan 60% pada rasio 1:20 (b/v) sambil
diantaranya dengan menggunakan metode diaduk selama satu jam pada suhu ruang.
adsorbsi berbasis karbon aktif (Shahraki, 2021); Endapan dari masing-masing variasi kemudian
clay (Li, 2020); biochar (Zhang, 2020); silika dipisahkan dengan larutan filtrat lalu dicuci
(Fang, 2020); kitosan (Sutirman, 2020); dengan menggunakan air destilasi hingga
nanobentonit termodifikasi nanoselulosa/kitosan mencapai pH 7 kemudian dikeringkan sehingga
(Shahnaz, 2020), physisorption (Purwiyanto, diperoleh kitosan kering. Untuk uji efektivitas
2020), biokoagulasi (Tiandho, 2018), absorbsi kitosan pada logam tembaga yang
elektrokoagulasi (Kim, 2020), dan sebagainya. terlarut pada air bekas galian tambang timah
Metode adsorbsi merupakan metode yang paling digunakan perbandingan kitosan dengan air
banyak digunakan untuk menurunkan kadar sebesar 1:100 (b/v) sambil diaduk lalu selama 30
tembaga terlarut dengan memanfaatkan material menit pada suhu ruang. Setelah itu untuk
adsorban yang dapat mengikat logam tembaga memisahkan kitosan dengan larutan dilakukan
terlarut melalui mekanisme pengikatan kation proses penyaringan menggunakan kertas saring.
tembaga dengan anion adsorban sehingga kadar Larutan hasil proses penyaringan kemudian
tembaga akan menurun. dilakukan uji Atomic Absorption Spectroscopy
Kitosan salah satu material adsorban yang untuk mengidentifikasi kadar logam tembaga
telah dikembangkan dan paling banyak terlarut sebelum dan sesudah perlakuan.
dimodifikasi karena memiliki beberapa
keunggulan diantaranya ramah lingkungan (tidak 3. Hasil dan Pembahasan
meninggalkan emisi polutan), sumbernya Air yang digunakan sebagai sampel pada
berlimpah (umumnya dari cangkang crustacea) penelitian ini diambil dari wilayah Desa Rebo,
dan tidak bersifat racun. Keberadaan gugus Pulau Bangka. Peta lokasi yang ditunjukkan
hidroksil dan amino sepanjang rantai struktur melalui citra satelit Google Earth Pro
polisakarida kitosan menyebabkan material ini menunjukkan bahwa disekitar lokasi
sangat efektif dalam mengadsorbsi kation logam pengambilan sampel terdapat gundukan-
berat (Agustina, 2013). Penelitian ini bertujuan gundukan pasir dan tanah serta lubang-lubang
untuk menganalisis efektifitas penggunaan bekas galian yang terlihat jarang ditumbuhi oleh
kitosan hasil ekstraksi dari limbah industri udang tanaman seperti yang disajikan dalam Gambar 1.

66
PROMINE, Desember 2020, Vol. 8 (2), Halaman 65 - 71

Hal ini mengindikasikan lokasi pengambilan maupun mineral lainnya. Lokasi pengambilan air
sampel merupakan lokasi galian bekas tambang pada bekas galian tambang timah ditunjukkan
timah yang relatif baru yang memungkinkan oleh petak berwarna merah.
masih terdapat aktivitas penambangan timah

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel air

Kandungan logam berat sampel air dianalisis Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun
menggunakan instrumen Atomic Absorption 2017 dan Peraturan Pemerintah Republik
Spectroscopy model ICE 3000 dengan batas Indonesia No. 82 Tahun 2001. Untuk kandungan
deteksi hingga 0,0001 ppm pada panjang logam besi dan timbal terlarut masing-masing
gelombang 248 nm disajikan dalam Tabel 1. enam (6) dan tujuh (7) kali lipat dari standar baku
Berdasarkan analisa kandungan logam berat yang ditetapkan sedangkan kandungan logam
yang disajikan dapat diamati bahwa kandungan tembaga terlarut memiliki nilai paling besar 0,32
logam besi dan timbal memiliki kadar yang relatif ppm setara 16 kali lipat dari standar baku mutu
tinggi dari syarat minimal yang ditetapkan oleh yang ditetapkan.
standar baku mutu air pada Peraturan Menteri

Tabel 1. Kandungan logam berat pada sampel air


Logam Berat Terlarut Kadar (ppm) Standar Baku Mutu (ppm)

Fe (Besi) 6,10 1,00


Zn (Seng) 1,20 15
Pb (Timbal) 0,36 0,05
Cu (Tembaga) 0,32 0,02
Keterangan: ppm (part per million)

Berdasarkan hasil analisis gugus fungsi gugus OH. Menurunnya intensitas serapan pada
-1 -1
kitosan menggunakan instrumen FTIR tipe daerah 3260 cm dan 3107 cm mengindikasikan
Thermo Fisher Scientific model Nicolet 8700 perenggangan gugus N-H setelah proses
-1 -1
pada rentang sidik jari 600 cm hingga 4000 cm deasetilasi (Rashid, 2012). Perenggangan gugus
yang disajikan pada Gambar 2, diketahui bahwa C=O pada pita amida dan vibrasi ikatan gugus
-1 -1
adanya serapan khas untuk kitosan yang CO-NH pada daerah 1655 cm dan 1310 cm
-1
terdapat pada bilangan gelombang 3450 cm mengindikasikan proses deasetilasi pada kitin
yang menunjukkan adanya vibrasi perenggangan (Kumari, 2015). Pada konsentrasi NaOH 60%

67
PROMINE, Desember 2020, Vol. 8 (2), Halaman 65 - 71

daerah ini lebih rendah relatif dengan yang lain renggangan dari gugus C-H yang merupakan
mengindikasikan bahwa semakin banyak kitin deformasi dari alkana (Dompeipen, 2017).
-1 -1
yang terdeasetilasi selama proses reaksi dan Sedangkan pada daerah 1021 cm dan 856 cm
menyebabkan nilai derajat deasetilasi akan menunjukkan terjadinya vibrasi perenggangan
semakin meningkat (Aldila, 2020). Hal ini juga pada pita glikosidik dari struktur polisakarida
ditandai dengan terbentuknya daerah serapan kitosan (Sivakami, 2013).
-1
pada 1430 cm yang mengindikasikan vibrasi

Gambar 2. Spektrum FTIR kitosan pada berbagai variasi konsentrasi NaOH

Penentuan nilai derajat deasetilasi kitosan line berdasarkan spektrum FTIR (Aldila, 2020),
ditentukan dengan menggunakan metode base dengan persamaan:

(1)

Dimana, A1655 menunjukkan serapan oleh sempurna. Nilai derajat deasetilasi pada masing-
gugus amina, A3450 menunjukkan serapan oleh masing variasi konsentrasi disajikan pada Tabel
gugus hidroksil, dan faktor 1,33 menunjukkan 2.
nilai rasio A1655 / A3450 untuk deasetilasi kitin

Tabel 2. Derajat deasetilasi kitosan pada berbagai variasi konsentrasi NaOH


Konsentrasi NaOH (%) Derajat Deasetilasi (%)
20 65.72
40 67.44
60 88.98
-
Peningkatan konsentrasi larutan NaOH peningkatan laju difusi OH pada permukaan
menyebabkan peningkatan nilai derajat hingga mampu menembus penghalang sterik
deasetilasi kitosan. Kitin secara alami memiliki sampai ke dalam partikel kitin. Oleh karena itu
struktur kompak (padat dan rapat) yang dapat dengan peningkatan konsentrasi NaOH dapat
membentuk penghalang sterik (steric hindrance) menyebabkan jumlah kitin yang terdeasetilasi
sehingga menghambat proses deasetilasi (Aldila, akan semakin banyak dan meningkatkan jumlah
2020). Peningkatan konsentrasi NaOH pada kitosan pada sampel yang dapat diketahui dari
proses reaksi menyebabkan terjadinya peningkatan nilai derajat deasetilasi.

68
PROMINE, Desember 2020, Vol. 8 (2), Halaman 65 - 71

Tabel 3. Kadar logam tembaga (Cu) terlarut


Logam Cu Terlarut (ppm)
Sampel
Sebelum Sesudah
NaOH 20% 0,035
NaOH 40% 0,32 0,023
NaOH 60% 0,009
Keterangan: ppm (part per million)

Kadar logam tembaga terlarut pada sampel deasetilasi menyebabkan nilai derajat deasetilasi
air yang telah direaksikan dengan kitosan kitosan meningkat. Semakin besar nilai derajat
disajikan pada Tabel 3. Secara umum kadar deasitilasi kitosan mengindikasikan semakin
logam berat terlarut pada air sampel mengalami banyak gugus asetil pada kitin yang terdeasitilasi
penurunan yang sangat signifikan. Penurunan sehingga meningkatkan gugus amina dan gugus
kadar tembaga terlarut meningkat seiring dengan hidroksil pada struktur molekul kitosan (Gambar
kenaikan konsentrasi NaOH. Hal ini dikarenakan 3 dan Gambar 4).
kenaikan konsentrasi NaOH pada tahap

Gambar 3. Struktur molekul kitin

Gambar 4. Struktur molekul kitosan

Daya adsorbsi kitosan terhadap logam Berdasarkan deret kekuatan ligan dalam
tembaga terlarut ditentukan oleh jumlah gugus spektrokimia, gugus hidroksil yang terletak
amina dan hidroksil pada struktur kitosan. disebelah kiri gugus amina menyebabkan gugus
Keberadaan kedua gugus tersebut membuat amina lebih kuat dalam mengadsorbsi
kitosan mempunyai reaktivitas yang tinggi dibandingkan gugus hidroksil. Model lain yang
sehingga bersifat sebagai kation polielektrolit digunakan untuk menjelaskan mekanisme
(Aldila, 2020). Salah satu model yang adsorbsi kitosan pada logam tembaga terlarut
menjelaskan mengenai mekanisme interaksi adalah model asam-basa Lewis (Agustina, 2013).
adsorbsi kitosan dengan logam tembaga terlarut Model ini didasarkan pada jumlah pasangan
adalah model pembentukan kelat (Benavente, elektron bebas pada oksigen dan nitrogen yang
2008). Model mekanisme ini mendeskripsikan melimpah setelah proses deasetilasi didalam
interaksi gugus amina dan gugus hidroksil pada struktur molekul kitosan yang menyebabkan
kitosan dengan logam tembaga terlarut kitosan dapat berperan sebagai pendonor
merupakan sebuah reaksi pembentukan elektron bebas (basa Lewis) dan logam tembaga
kompleks kelat dimana kedua gugus tersebut terlarut sebagai reseptor pasangan elektron
berperan sebagai ligan dan logam tembaga bebas (asam Lewis).
terlarut sebagai ion pusat (Gambar 5.a).

69
PROMINE, Desember 2020, Vol. 8 (2), Halaman 65 - 71

Kadar logam tembaga terlarut pada air Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
sampel setelah direaksikan dengan kitosan No. 32 Tahun 2017 dan Peraturan Pemerintah
berkisar antara 0,009 ppm hingga 0,035 ppm dan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 yaitu
telah memenuhi standar baku mutu air menurut dibawah 0,02 ppm.

a b

Gambar 5. Model mekanisme reaksi adsorbsi logam tembaga oleh kitosan: (a) reaksi pembentukan
kelat, dan (b) reaksi asam-basa Lewis

4. Kesimpulan Aldila, H., Asmar., Fabiani, V. A., Dalimunthe, D.


Ekstraksi kitosan dari limbah industri udang Y., Irwanto, R. 2020. The Effect of
ebi telah berhasil dilakukan. Peningkatan Deproteinization Temperature and NaOH
konsentrasi NaOH pada tahap deasetilasi kitin Concentration on Deacetylation Step in
menyebabkan nilai derajat deasetilasi kitosan Optimizing Extraction of Chitosan from
meningkat. Jumlah gugus amina dan gugus Shrimp Shells Waste. IOP Conference
hidroksil meningkat seiring dengan peningkatan Series: Earth and Environmental Science,
nilai derajat deasetilasi kitosan yang 599(1), 1-6.
menyebabkan daya adsorbsi kitosan terhadap Benavente, M. 2008. Adsorption of Metallic Ions
logam tembaga terlarut pada air dari lahan bekas onto Chitosan: Equilibrium and Kinetic
galian tambang timah meningkat. Mekanisme Studies. Thesis, Royal Institute of
adsorbsi logam tembaga oleh kitosan dimodelkan Technology, Stockholm, Sweden, 55 pp.
melalui reaksi pembentukan kelat dan asam- Dalimunthe, D. Y., Sulistiana, I., Fahria, I. 2017.
basa Lewis. Persentase penurunan kadar logam Analisis Ekonomi Sumber Daya Kawasan
tembaga oleh kitosan tertinggi tercapai sebesar Konservasi Laut Marine Protected Area
97,19%. (MPA) melalui Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir dan Pengembangan Wisata Bahari.
Ucapan Terimakasih Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Dalam kesempatan ini penulis ingin Universitas Bangka Belitung, 4(1), 25–31.
menyampaikan terima kasih kepada Universitas Dalimunthe, D. Y., Valeriani, D., Hartini, F.,
Bangka Belitung yang telah membiayai kegiatan Wardhani, R, S. 2020. The Readiness of
penelitian ini melalui skema Penelitian Dosen Supporting Infrastructure for Tourism
Tingkat Universitas No.189.N/UN50.3.1/PP/2019 Destination in Achieving Sustainable
untuk Tahun Pelaksanaan 2019. Tourism Development. Society, 8(1), 217–
233.
Daftar Pustaka Dompeipen, E. J. 2017. Isolasi dan Identifikasi
Agustina, S., Kurniasih, Y. 2013. Pembuatan Kitin dan Kitosan dari Kulit Udang Windu
Kitosan dari Cangkang Udang dan (Penaeus monodon) dengan Spektroskopi
Aplikasinya sebagai Adsorben untuk Inframerah. Majalah Biam, 13(1), 31–41.
Menurunkan Kadar Logam Cu. Prosiding Fang, P., Xia, W., Zhou, Y., Ai, Z., Yin, W., Xia,
Seminar Nasional FMIPA Undiksha III. Juli, M., Yu, J., Chi, R., Yue, Q. 2020. Ion-
2013. Denpasar, Indonesia. 365-372. Imprinted Mesoporous Silica/Magnetic
Graphene Oxide Composites

70
Functionalized with Schiff-Base for Cu Terlarut di Perairan Pesisir Wonorejo,
Selective Cu(II) Capture and Pantai Timur Surabaya. Jurnal Pendidikan
Simultaneously being Transformed as a Geografi, 22(1), 1–9.
Robust Heterogeneous Catalyst. Chemical Shahnaz, T., Sharma, V., Subbiah, S.,
Engineering Journal, 385(1), 1-29. Narayanasamy, S. 2020. Multivariate
Kim, T., Kim, T. K., Zoh, K. D. 2020. Removal Optimisation of Cr (VI), Co (III) and Cu (II)
Mechanism of Heavy Metal (Cu, Ni, Zn, Adsorption onto Nanobentonite
and Cr) in the Presence of Cyanide during Incorporated Nanocellulose/Chitosan
Electrocoagulation using Fe and Al Aerogel using Response Surface
electrodes. Journal of Water Process Methodology. Journal of Water Process
Engineering, 33(1), 101-109. Engineering. 36(1), 1-12.
Kumari, S., Rath, P., Kumar, A. S. H., Tiwar, T.N. Shahraki, R. S., Benally, C., Din, M. G. E., Park,
2015. Extraction and Characterization of J. 2021. High Efficiency Removal of Heavy
Chitin and Chitosan from Fishery Waste by Metals using Tire-Derived Activated
Chemical Method. Environmental Carbon vs Commercial Activated Carbon:
Technology and Innovation, 3(1), 77–85. Insights into the Adsorption Mechanisms.
Li, G., Zhang, J., Liu, J., Sun, C., Yan, Z. 2020. Chemosphere, 264(1), 1-15.
Adsorption Characteristics of White Pottery Sivakami, M. S., Gomathi, T., Venkatesan, J.,
Clay towards Pb(II), Cu(II), and Cd(II). Jeong, H. S., Kim, S. K., Sudha, P. N.
Arabian Journal of Geosciences, 13(1). 1- 2013. Preparation and Characterization of
15. Nano Chitosan for Treatment
Meyzilia, A. 2018. Pemanfaatan Air Kolong Wastewaters. International Journal of
Bekas Tambang Timah sebagai Biological Macromolecules. 57(1), 204–
Penambah Sumber Air Tanah 212.
menggunakan Lubang Kompos di Bangka Sutirman, Z. A, Rahim, E. A., Sanagi, M. M.,
Belitung. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosia, Karim, K. J. A., Ibrahim, W. A. W. 2020.
27(1), 22–30. New Efficient Chitosan Derivative for Cu(II)
Prasetiyono, E. 2015a. Kemampuan Kompos Ions Removal: Characterization and
dalam Menurunkan Kandungan Logam Adsorption Performance. Biological
Berat Timbal (Pb) pada Media Budidaya Macromolecules, 153(1), 513–522.
Ikan. Jurnal Akuatika Indonesia, 6(1), 21- Tiandho, Y., Aldila, H., Mustari., Megiyo., Afriani,
29. F. 2018. Utilization of Wasted Cockle Shell
Prasetiyono, E. 2015b. Evaluasi Kegiatan as a Natural Coagulant and a Neutralizer
Akuakultur di Kolong Pasca Tambang: of Polluted Water in Bangka Belitung
Analisis Pencemaran Air Kolong. Islands, Indonesia. Journal of Physics:
Omniakuatika, 11(2), 6-14. Conference Series, 1013(1), 1-5.
Purwiyanto, A. I. S., Suteja, Y., Trisno., Ningrum, Triswiyana, I., Permatasari, A., Kurniawan, A.
P. S., Putri, W. A. E., Rozirwan., 2019. Pemanfaatan Kolong Timah untuk
Agustriani, F., Fauziyah., Cordova, M. R., Akuakultur: Studi Kasus Kecamatan
Koropitan, A. F. 2020. Concentration and Muntok, Kabupaten Bangka Barat.
Adsorption of Pb and Cu in Microplastics: Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 10(2),
Case Study in Aquatic Environment. 99–104.
Marine Pollution Bulletin, 158(1), 1-9. Wahyuni, H., Sasongko, S. B., Sasongko, D. P.
Rashid, T. U., Rahman, M. M., Kabir, S., 2013. Kandungan Logam Berat pada Air ,
Shamsuddin, S. M., Khan, M. A. 2012. A Sedimen dan Plankton di Daerah
New Approach for the Preparation of Penambangan Masyarakat Desa Batu
Chitosan from γ-Irradiation of Prawn Shell: Belubang Kabupaten Bangka Tengah.
Effects of Radiation on the Characteristics Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
of Chitosan. Polymer International, 61(8), Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
1302–1308. Agustus, 2013. Semarang, Indonesia.
Sari, D. P., Buchori, I. 2015. Efektivitas Program 486–494.
Reklamasi Pasca Tambang Timah di Zhang, G., Liu, N., Luo, Y., Zhang, H., Su, L., Oh,
Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. K., Cheng, H., 2020. Efficient Removal of
Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, Cu(II), Zn(II), and Cd(II) from Aqueous
11(3), 299–312. Solutions by a Mineral-Rich Biochar
Sari, S. H. J., Kirana, J. F. A., Guntur. 2017. Derived from a Spent Mushroom (Agaricus
Analisis Kandungan Logam Berat Hg dan bisporus) Substrate. Materials, 14, 1-17.

71

Anda mungkin juga menyukai