N. P. Diantariani
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan potensi batu padas alam jenis Ladgestone
melalui aktivasi menggunakan asam (H2SO4) dan basa (NaOH) berbagai konsentrasi (2,0; 4,0; dan 6,0N) terhadap
kemampuan penjerapan (adsorpsi) ion logam berat Cr(III) dalam air. Batu padas yang telah teraktivasi asam dan basa
dikarakterisasi luas permukaan pori spesifik dengan metode adsorpsi metilen biru (methylen blue method), sementara
keasaman permukaan ditentukan dengan cara titrasi asam-basa. Sementara, jumlah Cr(III) yang dapat diadsorpsi
maksimum tiap satuan berat adsorben atau kapasitas adsorpsi ditentukan menggunakan sepektrofotometer serapan
atom (SSA). Semua hasil pengukuran dari batu padas teraktivasi tersebut dibandingkan dengan batu padas tanpa
aktivasi (kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa batu padas setelah diaktivasi NaOH dan H2SO4 menghasilkan
keasaman permukaan (situs aktif) dan luas permukaan spesifik yang relatif lebih tinggi dibandingkan batu padas
tanpa aktivasi (kontrol). Kemampuan maksimum (kapasitas) adsorpsinya terhadap Cr(III) mengalami peningkatan
hanya untuk batu padas teraktivasi NaOH. Kapasitas tertinggi diperoleh pada batu padas teraktivasi NaOH
konsentrasi 4,0N yaitu 2,0265 mg/g.
ABSTRACT
The research with aim to increase potency of natural batu padas of Ladgestone type through activation used
by acid (H2SO4) and basa (NaOH) various concentrations (2.0; 4.0; and 6.0N) to adsorption ability of heavy metal
ion of Cr(III) in water have been done. Acid and base activated batu padas was characterizated of specific surface
area with blue methylen method, whereas surface acidity determined by acid-base titration. Whereas, amount of
Cr(III) which can of maximum adsorpted every weight of adsorben or adsorption capacity determined by atomic
absorption spectrophotometer (AAS). The result measurement of activated batu padas compared by batu padas
without activation (control).
Result of research indicate that batu padas after activated by NaOH and of H2SO4 yield surface acidity
(active sites) and realtive higher specific surface area compared with without activation (control). Maximum
ability(capacity) adsorption to Cr(III) was just increasing for NaOH activated batu padas. Highest Capacities
obtained by NaOH activated batu padas at concentration 4.0N was 2.0265 mg/g.
91
JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 91-100
92
ISSN 1907-9850
93
JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 91-100
94
ISSN 1907-9850
H+, sehingga situs H+ pada batu padas menjadi 2 N yaitu sebesar 0,4703 mmol/gram dengan
bertambah. Pada konsentrasi H2SO4 yang relatif jumlah situs aktif 2,8321.1020 atom/gram. Pada
tinggi dapat membentuk situs aktif asam Lewis aktivasi dengan asam sulfat dengan konsentrasi
(Al3+ dan Fe3+) sehingga keasaman permukaan yang lebih tinggi (4 dan 6 N) terjadi penurunan
total menjadi meningkat. Pada batu padas nilai keasaman permukaan. Hal ini disebabkan
teraktivasi H2SO4, nilai keasaman permukaan karena konsentrasi asam sulfat yang tinggi
dan jumlah situs aktif tertinggi dimiliki oleh diduga dapat menyebabkan perubahan struktur
batu padas teraktivasi H2SO4 dengan konsentrasi pada batu padas.
Keterangan:
No adalah batu padas tanpa aktivasi asam-basa; A1, A2, dan A3 adalah berturut-turut batu padas
teraktivasi H2SO4 konsentarsi 2,0; 4,0; dan 6,0N serta B1, B2, dan B3 adalah berturut-turut batu padas
teraktivasi NaOH konsentarsi 2,0; 4,0; dan 6,0N.
Dari Tabel 1, Keasaman permukaan batu jumlah situs aktif 2,8321.1020 atom/gram. Pada
padas teraktivasi H2SO4 lebih besar daripada aktivasi dengan asam sulfat dengan konsentrasi
batu padas teraktivasi NaOH, sedangkan batu yang lebih tinggi (4,0 dan 6,0N) menyebabkan
padas kontrol nilanya terkecil. Hal ini penurunan nilai keasaman permukaan. Hal ini
disebabkan karena H2SO4 dapat melarutkan disebabkan karena konsentrasi asam sulfat yang
pengotor-pengotor pada batu padas sehingga tinggi diduga telah dapat menyebabkan
situs asam mineral (situs asam Brønsted dan perubahan struktur pada batu padas.
situs asam Lewis) yang semula tertutupi menjadi Pada konsentrasi NaOH yang relatif
terbuka. Selain itu, H2SO4 dapat mengurangi tinggi dapat membentuk situs aktif asam Lewis
adanya kation-kation alkali (Na+, K+) dan alkali Si4+ sehingga keasaman permukaan total menjadi
tanah (Ca2+, Mg2+) dan terjadi substitusi dengan meningkat. Aktivasi NaOH secara umum hanya
H+, sehingga situs H+ pada batu padas menjadi dapat melarutkan pengotor yang menutupi pori-
bertambah. Pada konsentrasi H2SO4 yang relatif pori dengan relatif sedikit membentuk situs asam
tinggi dapat membentuk situs aktif asam Lewis Brønsted. Pada batu padas teraktivasi NaOH,
(Al3+ dan Fe3+) sehingga keasaman permukaan nilai keasaman dan jumlah situs aktif tertinggi
total menjadi meningkat. Pada batu padas dimiliki oleh batu padas teraktivasi NaOH
teraktivasi H2SO4, nilai keasaman permukaan dengan konsentrasi 4,0N sebesar 0,4437
dan jumlah situs aktif tertinggi dimiliki oleh mmol/gram dengan jumlah situs aktif
batu padas teraktivasi H2SO4 dengan konsentrasi 2,6719.1020 atom/gram. Konsentrasi NaOH yang
2N yaitu sebesar 0,4703 mmol/gram dengan lebih tinggi (6,0N) juga dapat menyebabkan
95
JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 91-100
perubahan struktur batu padas sehingga padas sehingga ada bagian-bagian pori yang
keasaman permukaannya menjadi menurun. tertutupi kembali.
Sementara, untuk penentuan luas Aktivasi batu padas oleh H2SO4
permukaan spesifik, tertinggi dimiliki oleh batu mengakibatkan tingkat pelarutan relatif lebih
padas teraktivasi NaOH 4,0N (B2) yakni 36,9039 kecil daripada tingkat pelarutan oleh NaOH.
m2/gram. Hal ini disebabkan karena aktivasi Tingkat pelarutan yang lebih kecil oleh H2SO4
dengan konsentrasi NaOH 4,0N diduga cukup disebabkan karena perbedaan tingkat kelarutan
banyak pengotor yang larut sehingga permukaan silika dan alumina pada suasana asam dan basa
pori batu padas menjadi lebih terbuka. (Sukarjo, 1985). Pada suasana asam, kelarutan
Akibatnya luas permukaan spesifik batu padas silika relatif lebih kecil daripada dalam suasana
menjadi relatif lebih besar. Namun, aktivasi basa. Hal ini dimungkinkan karena kandungan
menggunakan H2SO4 dan NaOH dengan silika lebih dominan (71,61%) dibandingkan
konsentrasi masing-masing 6,0N (A3 dan B3) dengan kandungan alumina (14,81%) yang mana
luas permukaan spesifik mengalami penurunan, alumina mengalami tingkat kelarutan pada
hal ini diduga karena telah terjadi pelarutan pada suasana asam sama dengan tingkat kelarutan
struktur bagian dalam dari batu padas sehingga pada suasana basa (Jolly, 1991). Hal ini
ada bagian-bagian pori yang tertutupi kembali. mengindikasikan bahwa aktivator NaOH lebih
Aktivasi batu padas oleh H2SO4 baik daripada aktivator H2SO4 untuk
mengakibatkan tingkat pelarutan relatif lebih mengaktivasi batu padas dalam meningkatkan
kecil daripada tingkat pelarutan oleh NaOH. luas permukaan spesifiknya.
Tingkat pelarutan yang lebih kecil oleh H2SO4
disebabkan karena perbedaan tingkat kelarutan
silika dan alumina pada suasana asam dan basa. Waktu Setimbang dan Isoterm Adsorpsi Batu
Pada suasana asam, kelarutan silika relatif lebih Padas
kecil daripada dalam suasana basa. Hal ini Pada konsentrasi NaOH yang relatif
dimungkinkan karena kandungan silika lebih tinggi dapat membentuk situs aktif asam Lewis
dominan (71,61%) dibandingkan dengan Si4+ sehingga keasaman permukaan total menjadi
kandungan alumina (14,81%) yang mana meningkat. Aktivasi NaOH secara umum hanya
alumina mengalami tingkat kelarutan pada dapat melarutkan pengotor yang menutupi pori-
suasana asam sama dengan tingkat kelarutan pori dengan relatif sedikit membentuk situs asam
pada suasana basa. Hal ini mengindikasikan Brønsted. Pada batu padas teraktivasi NaOH,
bahwa aktivator NaOH lebih baik daripada nilai keasaman dan jumlah situs aktif tertinggi
aktivator H2SO4 untuk mengaktivasi batu padas dimiliki oleh batu padas teraktivasi NaOH
dalam meningkatkan luas permukaan dengan konsentrasi 4,0N sebesar 0,4437
spesifiknya. mmol/gram dengan jumlah situs aktif
Batu padas teraktivasi NaOH memiliki 2,6719.1020 atom/gram. Konsentrasi NaOH yang
luas permukaan lebih tinggi daripada batu padas lebih tinggi (6,0N) juga dapat menyebabkan
teraktivasi H2SO4. Luas permukaan tertinggi perubahan struktur batu padas sehingga
dimiliki oleh batu padas teraktivasi NaOH 4 N keasaman permukaannya menjadi menurun.
(B2) yakni 36,9039 m2/g. Hal ini disebabkan Sementara, untuk penentuan luas
karena aktivasi dengan konsentrasi NaOH 4 N permukaan spesifik, tertinggi dimiliki oleh batu
diduga cukup banyak pengotor yang larut padas teraktivasi NaOH 4,0N (B2) yakni 36,9039
sehingga permukaan pori batu padas menjadi m2/gram. Hal ini disebabkan karena aktivasi
lebih terbuka. Akibatnya luas permukaan dengan konsentrasi NaOH 4,0N diduga cukup
spesifik batu padas menjadi relatif lebih besar. banyak pengotor yang larut sehingga permukaan
Namun aktivasi menggunakan H2SO4 dan NaOH pori batu padas menjadi lebih terbuka.
dengan konsentrasi masing-masing 6 N (A3 dan Akibatnya luas permukaan spesifik batu padas
B3) luas permukaan spesifik mengalami menjadi relatif lebih besar. Namun, aktivasi
penurunan, hal ini diduga karena telah terjadi menggunakan H2SO4 dan NaOH dengan
pelarutan pada struktur bagian dalam dari batu konsentrasi masing-masing 6,0N (A3 dan B3)
96
ISSN 1907-9850
luas permukaan spesifik mengalami penurunan, kecil daripada dalam suasana basa. Hal ini
hal ini diduga karena telah terjadi pelarutan pada dimungkinkan karena kandungan silika lebih
struktur bagian dalam dari batu padas sehingga dominan (71,61%) dibandingkan dengan
ada bagian-bagian pori yang tertutupi kembali. kandungan alumina (14,81%) yang mana
Aktivasi batu padas oleh H2SO4 alumina mengalami tingkat kelarutan pada
mengakibatkan tingkat pelarutan relatif lebih suasana asam sama dengan tingkat kelarutan
kecil daripada tingkat pelarutan oleh NaOH. pada suasana basa. Hal ini mengindikasikan
Tingkat pelarutan yang lebih kecil oleh H2SO4 bahwa aktivator NaOH lebih baik daripada
disebabkan karena perbedaan tingkat kelarutan aktivator H2SO4 untuk mengaktivasi batu padas
silika dan alumina pada suasana asam dan basa. dalam meningkatkan luas permukaan
Pada suasana asam, kelarutan silika relatif lebih spesifiknya.
2.5
C r(III) y ang te rads orpsi (m g/g)
Sampel No
2 Sampel A 1
Sampel A 2
1.5 Sampel A 3
Sampel B 1
1
Sampel B 2
Sampel B 3
0.5
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Gambar 2. Kemampuan adsorpsi Cr(III) oleh batu padas kontrol (No), teraktivasi H2SO4 (A1,A2, dan A3)
dan teraktivasi NaOH (B1, B2, dan B3) terhadap waktu interaksi
Gambar 2 memperlihatkan bahwa batu bahwa untuk mengadsorpsi ion logam Cr(III)
padas tanpa aktivasi, teraktivasi H2SO4 2,0; 4,0; dalam jumlah yang maksimum diperlukan waktu
6,0 N dan NaOH 2,0; 4,0; 6,0N dalam minimal 60 menit. Sedangkan, dalam penentuan
mengadsorpsi ion logam Cr(III) memiliki isoterm adsorpsi (Gambar 3) menunjukkan
kecenderungan bahwa pada interaksi selama 10 bahwa pada konsentrasi 10 ppm semua ion
menit terjadi peningkatan adsorpsi relatif tajam, logam Cr(III) habis teradsorpsi. Selanjutnya,
pada menit berikutnya terjadi sedikit dengan meningkatnya konsentrasi ion logam
peningkatan, dan adsorpsi secara konstan mulai Cr(III) dalam larutan, maka jumlah ion logam
tercapai pada menit ke-60. Hal ini menunjukkan Cr(III) yang teradsorpsi sedikit demi sedikit
97
JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 91-100
semakin meningkat sampai pada titik jenuhnya. 100 ppm kemampuan adsorpsi batu padas
Namun, pada konsentrasi 25 dan 50 ppm terjadi meningkat kembali dan konstan pada konsentarsi
penurunan jumlah Cr(III) yang teradsorpsi. Hal 150 dan 300 ppm. Waktu setimbang dan
ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi optimum dari penentuan isoterm
ketidakstabilan ikatan antara batu padas dengan adsorpsi yang didapat, selanjutnya digunakan
ion logam Cr(III), sehingga sebagian dari sebagai waktu penyerapan dan konsentrasi
partikel logam ada yang terlepas dari permukaan interaksi pada penentuan kapasitas adsorpsi.
adsorben batu padas. Setelah konsentrasi Cr(III)
3.5
Jumlah Cr(III) yang teradsorpsi
Sampel No
3
Sampel A1
2.5 Sampel A2
2
(mg/g)
Sampel A3
1.5 Sampel B1
Sampel B2
1
Sampel B3
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300
Konsentrasi (ppm )
Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi ion logam Cr(III) dengan banyaknya Cr(III) yang
teradsorpsi oleh batu padas kontrol (No), teraktivasi H2SO4 (A1, A2, dan A3) dan
teraktivasi NaOH (B1, B2, dan B3)
98
ISSN 1907-9850
namun karena struktur batu padas telah permukaan spesifik menurun) maka kapasitas
mengalami perubahan yang menyebabkan adsorpsinya menjadi menurun.
terhalangnya interaksi dengan adsorbat (luas
Tabel 2. Data nilai kemampuan adsorpsi maksimum (kapasitas adsorpsi) batu padas terhadap ion logam
Cr(III)
99
JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 91-100
Activation, Ind. Eng. Chem. Res., 34 (4) dengan Karbon Aktif terhadap Zat
: 1440-1448 Warna Metil Biru Klorida, Skripsi,
Palar, H., 1995, Pencemaran dan Toksikologi Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas
Logam Berat, PT Rineka Cipta, Jakarta Udayana, Denpasar
Sukarjo, 1985, Kimia Anorganik, Bina Aksara, Widjonarko, DM., Pranoto., dan Cristina, Y.,
Yogyakarta 2003, Pengaktifan H2SO4 dan NaOH
Surna, I. W., 1994, Perbandingan Daya Adsorpsi Terhadap Luas Permukaan dan
antara Beberapa Jenis Batu Padas Keasaman Alofan, Alchemy, 2 (2)
100