Air Asam Tambang (AAT) merupakan salah satu persoalan lingkungan penting yang
dihadapi oleh industri batubara. Karena tingkat kemasaman dan konsentrasi logam
larutnya yang tinggi, AAT dapat mencemari lingkungan, terutama ekosistem akuatik.
Banyak teknik pengendalian AAT yang dikembangkan, namun dalam tiga dekade
terakhir pengendalian pasif semakin berkembang dibandingkan dengan pengendalian
aktif. Salah satu teknik pengendalian pasif adalah lahan basah buatan.
Sebuah penelitian telah dilaksanakan untuk mendapatkan substrat organik, tumbuhan air,
dan Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS) untuk pembangunan lahan basah dan penerapan di
lapang. Beberapa jenis bahan organik, yakni kulit kayu (bark), gambut, pupuk kandang
dan ampas kayu (sludge). Secara individual dan campurannya dikaji karakteristik dan
responnya terhadap AAT. Bakteri pereduksi sulfat (BPS) diisolasi dan lumpur-AAT dan
dikembangbiakkan untuk diinokulasikan ke dalam substrat. Beberapa jenis tumbuhan air
yang tumbuh di lingkungan lokasi penambangan diseleksi untuk mendapatkan jenis-jenis
yang toleran terhadap tingkat kemasaman tinggi. Hasilnya diterapkan dalam sebuah
lahan basah buatan skala kecil.
Terjadinya sifat asam atas air yang ada dalam lokasi penambangan merupakan masalah
pencemaran yang serius. Sifat asam air tambang ini timbul terutama disebabkan oleh
terjadinya oksidasi komponen tanah, seperti pirit (FeS), yang semula tertutup dalam tanah
menjadi asam sulfat setelah tanah tersebut terbuka dan bersinggungan dengan udara
(Pers.1).
Selain oleh oksidasi pirit, sifat asam air tambang juga disumbangkan oleh masuknya air
gambut yang banyak mengandung fraksi terlarut senyawa humat, seperti asam fulfat dan
asam humat, apabila aktivitas penambangan tersebut ada atau dekat dengan lahan
gambut. Air asam tambang ini akan mengikis tanah dan batuan yang berakibat pada
larutnya berbagai logam seperti besi (Fe), cadmium (Cd), mangan (Mn), dan seng (Zn).
Dengan demikian, selain dicirikan oleh pH yang rendah, air asam tambang juga akan
mengandung logam-logam dengan konsentrasi tinggi, sehingga dapat berakibat buruk
pada kesehatan lingkungan maupun manusia.
Sebagai langkah awal dalam menangani sifat merugikan air asam tambang, dalam
makalah ini dilaporkan potensi penggunaan suatu senyawa yang dinamakan dengan
hidrotalsit ([M2+ M3+ x(OH)2]X+(An-)x/n . yH2O) dalam menetralkan sifat asam suatu
1-x
sampel air melalui pertukaran anion hidroksida (OH -), karbonat (C032-), dan/atau
bikarbonat (HCO3-) yang terkandung di dalam hidrotalsit dengan anion S0 42-, humat, dan
fulvat yang ada di dalam sampel air (Pers. 2).
Anion-anion OH-, HC03-, dan/atau C032- yang terbebaskan dan hidrotalsit selanjutnya
bereaksi dengan H+ (Pers. 3), sehingga sifat asam sampel air berkurang menjadi
mendekati netral.
Hidrotalsit yang telah digunakan dapat diregenerasi lagi dengan jalan membalik reaksi
dipersamaan (2), yaitu dengan menukarkan anion-anion SO 42-, humat, dan fulvat yang
telah diserapnya dengan anion OH—dan larutan basa. Larutan hasil regenerasi anion-
anion SO42-, humat, dan fulvat ini merupakan ameliorant yang baik dalam memperbaiki
pertumbuhan tanaman.
.