Anda di halaman 1dari 29

Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage) atau juga disebut Air

Asam Batuan (Acid Rock Drainage) adalah air yang bersifat asam
dengan tingkat keasaman tinggi dan sering ditandai dengan nilai pH
yang rendah (di bawah 5) sebagai hasil oksidasi mineral Sulfida yang
terpajan/terdedah (exposed) di udara dan adanya air.

Kegiatan penambangan yang kegiatan utamanya Penggalian, Pemuatan


dan Pengangkutan , dapat mempercepat proses pembentukan air
asam tambang karena mengakibatkan tersingkapnya mineral Sulfida
ke udara, air dan mikro organisme. Kegiatan pertambangan ini dapat
berupa tambang terbuka maupun tambang dalam (bawah tanah).
Proses terbentuknya air asam tambang

Secara kimia :
Disebabkan adanya reaksi pembentukan
 H+ yang merupakan ion pembentuk asam akibat oksidasi
 Bereaksi dengan air (H2O)
 Kemudian oksidasi dari Fe2+
 Hidrolisis Fe3+
 Dan pengendapan logam hidroksida.
Berikut reaksinya :

a. menunjukkan oksidasi dari kristal pyrit oleh oksigen.


b. menunjukkan oksidasi dari ferrous iron (Fe2+) menjadi Ferric iron.
c. menunjukkan hidrolisis ferric iron dan pengendapannya menjadi besi
hidroksida (Fe(OH)3). Bila ketiga persamaan tersebut dijumlahkan, akan
memberikan hubungan stokiometri secara menyeluruh.
Secara Biologi :
Kondisi keasaman dari pelapukan ion-ion hidrogen selama
oksidasi dapat pula disebabkan karena adanya aktivitas biologi oleh
bakteri-bakteri. Bakteri tersebut mampu mempercepat proses
oksidasi dari mineral-mineral Sulfida dan oksidasi Besi serta
mendapat energi hasil pelepasan energi dari proses oksidasi. Bakteri
ini termasuk dalam sub-grup strick aerobes, genus trobhasillus,
species thiobasillus, ferroxidans (kadang-kadang dijumpai
Ferrobacillus ferroxidans).
1. Faktor primer:
-Air
-Oksigen
-Karakteristik Mineral
-pH
-Rasio Ion Fe (feri/fero)
-Mikroba

2. Faktor sekunder:
-Keberadaan batuan penetral asam

3. Faktor tersier:
-Curah hujan
-Suhu
-Kelembaban
Pirit (FeS2) Markasit (FeS2) Arsenopirit (FeAsA) Kalkosit (Cu2S) Kovelit (CuS)

Kalkopirit (CuFeS2) Molibdenit (MoS2) Sinabar (HgS) Galena (PbS) Spalerit (ZnS)
Rodokrosit (115%) MnCO3 Kalsit (100%) CaCO3 Siderit (116%) FeCO3 Magnesit (84%) MgCO3

Dolomit(92%) MgCa (CO3) Malakit (74%) CuCO3(OH)2 Manganit (88%) MnOOH Limonit (89%)FeOOH

Barit (196%) BaCO3 Spalerit (ZnS)


 Kualitas air kerja tambang
 Biota akuatik di hilir
 Kualitas air tanah
 Kualitas tanah
 Kesulitan reklamasi/revegetasi
 Problem jangka panjang
 Tekanan masyarakat
• Kondisi pH di bawah 5,0, kelarutan Al, Fe,
dan Mn sangat tinggi (dapat menyebabkan
keracunan bagi tanaman dan biota air)

• Unsur-unsur: Ca, Mg, K, dan P berada


dalam bentuk senyawa kompleks pada pH
rendah (ketersediaannya sebagai hara
berkura
• Hasil oksidasi sulfida terbawa oleh
air ke lokasi di sekitarnya, sehingga
menimbulkan pencemaran (terutama
daerah hilir).
• Mekanisme pencemaran dapat
melalui air permukaan maupun air
bawah tanah.
a. H2S, Al3+, Fe2+, Fe3+, Mn2+, dan H+
dapat langsung meracuni tanaman
b. Al3+ pada 0,04-0,08 m mole/l bersifat
toksik
c. Kekurangan unsur basa Ca, Mg, dan K
d. Patogen (mikroba) penyakit meningkat
e. Penurunan jumlah mikroba tanah
yang bermanfaat untuk fiksasi
nitrogen.
Kondisi pH rendah dapat langsung mengakibatkan kematian
ikan akibat bereaksinya ion Besi dan Aluminium dengan
insang (terjadi penyumpatan pada insang oleh garam-garam
Besi dan Aluminium).

Kondisi asam, logam-logam terlarut berada pada


konsentrasi yang tinggi, kemungkinan akan
mengakibatkan :
a. Tersumbatnya insang oleh garam Besi dan Al.
b. Dominannya jenis-jenis plankton tertentu dan terjadinya
endapan Besi di dasar (gangguan terhadap fotosintesis,
tranfer energi di air dan pemandangan).
a. Al terlarut dalam air dapat
menimbulkan gangguan terhadap
pertumbuhan organ tubuh dan
gangguan kesehatan lainnya
b. Jenis-jenis nyamuk tertentu
mencari tempat yang asam untuk
bertelur dan menetaskannya.
a. Bahan bangunan dari besi dan
aluminium sangat mudah mengalami
korosi pada kondisi asam
b. Bangunan semen/beton mudah rusak
(berkurang kekuatannya) pada kondisi
asam
c. Dapat terjadi penyumbatan pada
akuifer atau sumur bor akibat
pengendapat besi (feri trioksida).
IDENTIFIKASI LAPANGAN:
a. Oksidasi sulfida menghasilkan
besi sulfat berwarna kuning dan
garam aluminium berwarna putih
yang menyelimuti batuan.
b. Pembentukan flokulan (endapan)
Besi.
c. pH tanah dan air yang rendah.
a. Mencegah terbentuknya Air Asam
Tambang.
b. Meniadakan salah satu atau lebih
unsur pembentuk Air Asam
Tambang.
c. Cara kering (pemisahan,
penimbunan, pelapisan, dsb).
d. Cara basah (wet land).
a. Prinsip: Menjaga agar air tidak mengalir ke
material Pirit (Keep water away from Pyritic
material)

b. Tempatkan timbunan di atas permukaan air


tanah, padatkan dan lapisi dengan liat

c. Parit pengelak air permukaan (diversion ditcth)


untuk mengurangi infiltrasi
Pengendalian asam tambang di penimbunan batuan
1. Pelapisan dengan liat:
a. Bentonit (efektif karena sifat mengembang
dan melapisi/menutup).
b. Stabilisasi dari erosi dan penetrasi akar.
2. Pelapisan dengan bahan sintetik :
a. Aspal
b. Tar
c. Semen
d. Plastik film
e. Geotekstil
Penutup batuan (NAF) tidak dipadatkan
Persyaratan tumpang tindih

Jarak berhenti dari batas sementara lapisan penutup


▣ Pelapisan dengan lapisan pengkonsumsi
oksigen (tanah pucuk yang mengandung
mikroorganisme aktif) adalah strategi
yang baik untuk mengurangi O2 (segera).
▣ Pemadatan pada saat kontruksi

▣ Pemadatan pada permukaan dan lereng bagian


luar untuk mengurangi difusi O2 dan konveksi
udara ke dalam timbunan.
Jalur difusi oksigen banyak
Tingkat difusi oksigen sangat
terdapat pada batuan penutup
berkurang pada batuan penutup
yang kering
yang telah dijenuhkan sebagian
▣ Surfaktan anion
▣ Asam organik pengawet makanan
▣ Percobaan dengan sodium lauril sulfat (SLS)
mampu mengurangi pembentukan AAT hingga 60
- 90 % pada coal refuse
▣ Penetralan dengan kapur atau bahan lain
▣ Penstabilan/pengendapan logam-logam dan
sulfida terlarut

Anda mungkin juga menyukai