Anda di halaman 1dari 13

Nama: Bagas Muhammad

NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

SOLUSIO PLASENTA

DEFINISI
Solusio plasenta adalah terjadinya pelepasan sebagian atau keseluruhan plasenta
dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum
janin lahir. Cunningham (2006) mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi
premature plasenta dengan implantasi normalnya di korpus uteri sebelum janin lahir.

EPIDEMIOLOGI
Laporan kasus di Parkland Memorial Hospital terjadi 1 kasus dalam 500
persalinan. Tetapi seiring dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas tinggi,
terjadi pula penurunan kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750 persalinan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Deering didapatkan 0,12% dari semua
kejadian solusio plasenta di Amerika Serikat menjadi sebab kematian bayi.
Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ducloy di Swedia melaporkan dalam
894.619 kelahiran didapatkan 0,5% terjadi kasus solusio plasenta.

ETIOLOGI
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa kondisi yang menjadi predisposisi:
1. Hipertensi kronik
2. Trauma tumpul perut
3. Faktor paritas
4. Factor usia ibu
5. Riwayat solusio plasenta
6. Merokok
Para ahli juga mengemukakan teori mengenai penyebab solusio plasenta : “Akibat
turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke
ruangan interviller, maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya.
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

Sebelum menjadi nekrosis, spasme hilang dan darah kembali ke dalam intervili,
namun pembuluh darah distal tadi sudah sedemikian rapuh sehingga mudah
pecah, kemudian terbentuk hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta
dari rahim”. Darah yang berkumpul di belakang plasenta disebut hematoma
retroplacenter.

FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya solusio plasenta:
Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus
solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Disini
terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
1. Faktor trauma
Dekompresi uterus pada gemeli, tarikan pada tali pusat yang pendek akibat
pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau pertolongan persalinan, trauma
tumpul. Dari penelitian yang dilakukan Slava di Amerika Serikat diketahui bahwa
trauma yang terjadi pada ibu (kecelakaan, pukulan, jatuh, dan lain-lain)
merupakan penyebab 1,5-9,4% dari seluruh kasus solusio plasenta. Di RSCM
dilaporkan 12% kasus solusio plasenta disertai trauma.
2. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi
pada wanita multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di RSUPCM
menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas
tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang
baik keadaan endometrium.
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

3. Faktor usia ibu


Dalam penelitian Prawirohardjo di RSCM dilaporkan bahwa terjadinya
peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu.
4. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak
memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
5. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya
melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap
tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.

PATOFISIOLOGI
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua
basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari
pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom
subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan mendesak
jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta
gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta
lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya
dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan
berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan
tidak mampu berkontraksi untuk menghentikan perdarahan. Akibatnya hematom
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

subkhorionik akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh


plasenta akan lepas dari dinding uterus.
Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, keluar melalui vagina
atau menembus masuk ke dalam kantong ketuban, atau mengadakan ekstravasasi
di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan
terjadi Uterus Couvelaire, dimana seluruh permukaan uterus akan tampak bercak
kebiruan atau berwarna ungu.
Uterus seperti ini akan terasa sangat tegang dan nyeri dan akan mengganggu
kontraktilitas uterus setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi
perdarahan post partum yang hebat. Akibat kerusakan miometrium dan bekuan
retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran
darah ibu, sehingga berakibat pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan
menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada
keadaan hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan
pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.

MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas
pengelompokannya menurut gejala klinis:
1. Solusio plasenta ringan
Terdapat pelepasan plasenta dengan luas < 25% dari keseluruhan permukaan
plasenta dari tempat implantasinya. Perdarahan masih sedikit dan belum keluar
melalui. Tanda vital ibu dan janin pada umumnya masih dalam keadaan normal.
Keluhan nyeri perut sedikit dan perut sedikit tegang walaupun demikian, bagian-
bagian janin masih mudah diraba. Pada tingkat ini ibu belum memerlukan intervensi
segera namun perlu diperhatikan tanda-tanda perburukan.
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah terlepas >25% tetapi masih < 50%. Tanda dan gejala
dapat timbul perlahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi bias juga secara
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus yang tidak lama kemudian disusul
dengan perdarahan pervaginam >250 ml tetapi belum mencapai 1000 ml dengan
darah bewarna merah tua. Tanda-tanda syok mulai muncul seperti takikardia, akral
dingin, keringat, oligouria dan mungkin kelainan pembekuan darah dan fungsi ginjal
mulai ada, demikian pula janin jika masih hidup mungkin sudah dalam keadaan
gawat. Dinding uterus teraba tegang dan nyeri tekan sehingga bagian janin sulit
diraba dan bunyi jantuk sulit didengar. Kelainan pembekuan darah dan kegagalan
ginjal mulai ada disertai timbulnya his tanda persalinan dimulai. Memerlukan
terminasi persalinan segera.
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas > 50% dari keseluruhan permukaannnya. Perdarahan yang
keluar mencapai 1000 ml berwarna merah kehitaman dan ibu sudah anemis. Nyeri
perut hebat dengan dinding perut keras serta tegang seperti papan (defance muscular)
sehingga palbasi bagian janin ridak dapat dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi
daripada usia kehamilan karena terjadinya penumpukan darah dalam Rahim
(concealed hemorrhage). Detak jantung janin tidak terdengar lagi dan ibu dalam
keadaan syok.

KLASIFIKASI
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan
plasenta:
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk
hematoma retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion.
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan


solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,
janin mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau
keseluruhan.

DIAGNOSIS
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas.
Sebagai contoh, perdarahan eksternal bisa banyak sekali, meskipun pelepasan
plasenta belum begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin,
atau dapat juga terjadi perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas
seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya
yang jauh lebih besar bagi
ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih
tinggi,
namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian
transfusi sering tidak memadai atau terlambat.
Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan Hurd dan kawan-kawan pada 59
kasus solusio plasenta dilaporkan gejala dan tanda pada solusio plasenta :
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

Tabel 2 Tanda dan Gejala Pada Solusio Plasenta


No Tanda atau Gejala Frekuensi (%)
.
1 Perdarahan pervaginam 78
2 Nyeri tekan uterus atau nyeri pinggang 66
3 Gawat janin 60
4 Persalinan prematur idiopatik 22
5 Kontraksi berfrekuensi tinggi 17
6 Uterus Hipertonik 17
7 Kematian janin 15

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perdarahan pervaginam merupakan gejala
atau tanda terbanyak dari kasus solusio plasenta. Berdasarkan kepada gejala-gejala
dan tanda-tanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik umumnya tidak sulit
menegakkan diagnosis, tapi tidak demikian halnya pada bentuk solusio plasenta
sedang dan ringan. Solusio plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat
pada perut yang datangnya cepat disertai uterus yang tegang terus menerus seperti
papan, penderita menjadi anemia dan syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan
palpasi perut sulit meraba bagian-bagian janin.
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio plasenta antara
lain:
a. Anamnesis
1. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat
melokalisir tempat mana yang paling sakit.
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

2. Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (non-


recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna
kehitaman
3. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
(anak tidak bergerak lagi).
4. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu
terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar
pervaginam.
5. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
b. Inspeksi
1. Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
2. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
3. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
c. Palpasi
1. Fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
2. Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
(wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
3. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
4. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
d. Auskultasi
1. Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar
biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila
plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
e. Pemeriksaan dalam
1. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
2. Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang,
baik sewaktu his maupun di luar his.
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

3. Apabila ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,


plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.
f. Pemeriksaan umum
1. Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh
dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.
g. Pemeriksaan laboratorium
1. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan
leukosit.
2. Darah : Hb menurun (anemia), periksa golongan darah, lakukan cross-match
test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l
jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar
normalnya 15O mg%).
h. Pemeriksaan plasenta
1. Saat setelah bayi dan plasenta lahir, periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis
dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat
koagulum atau darah beku di belakang plasenta., yang disebut hematoma
retroplacenter.
i. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
1. Temuan yang beragam
2. Terlihat daerah terlepasnya plasenta
3. Janin dan kandung kemih ibu
4. Darah
5. Tepian plasenta

PENATALAKSANAAN
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis,
yaitu:
1. Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin
hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan
spontan. Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio
plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio
plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin
hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul
infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
2. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,
penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus
oksitosin dan jika perlu seksio sesaria. Apabila diagnosis solusio plasenta
dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml.
Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang
persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion
juga dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi
masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan
mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari hematom subkhorionik.
Persalinan juga dapat dipercepat dengan infus oksitosin yang memperbaiki
kontraksi uterus.Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta.
Biasanya yang terjadi adalah nekrosis tubuli ginjal mendadak yang
umumnya masih dapat tertolong dengan penanganan yang baik. Tetapi bila
telah terjadi nekrosis korteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada tahap
oliguria, keadaan umum penderita biasanya masih baik. Oleh karena itu
oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang
teliti yang harus secara rutin dilakukan pada penderita solusio plasenta
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

sedang dan berat, apalagi yang disertai hipertensi menahun dan


preeklamsia. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang
hilang, pemberantasan infeksi yang mungkin terjadi, mengatasi
hipovolemia, menyelesaikan persalinan secepat mungkin dan mengatasi
kelainan pembekuan darah. Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus
selalu diawasi dengan pengamatan pembekuan darah. Pengobatan dengan
fibrinogen tidak bebas dari bahaya hepatitis, oleh karena itu pengobatan
dengan fibrinogen hanya pada penderita yang sangat memerlukan, dan
bukan pengobatan rutin. Dengan melakukan persalinan secepatnya dan
transfusi darah dapat mencegah kelainan pembekuan darah. Persalinan
diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta.
Tetapi jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi
dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan persalinan adalah
seksio sesaria. Uterus Couvelaire tidak merupakan indikasi histerektomi.
Akan tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan
seksio sesaria, tindakan histerektomi perlu dilakukan.

KOMPLIKASI
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta
yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu :
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak
dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila
persalinan telah selesai sekalipun, penderita belum bebas dari perdarahan
postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan
perdarahan pada kala III dan adanya kelainan pada pembekuan darah.
Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan proporsi
perdarahan yang terlihat. Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

asfiksia, karena itu pengobatan segera ialah pemulihan defisit volume


intravaskuler secepat mungkin. Angka kematian dan kesakitan ibu tertinggi
terjadi pada solusio plasenta berat. Meskipun kematian dapat terjadi akibat
nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan
syok perdarahan dan penimbunan cairan yang berlebihan. Tekanan darah
tidak merupakan petunjuk banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat
perdarahan akan meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi cairan
bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan
koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang
ideal, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah
merah juga dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering pada solusio plasenta,
pada dasarnya disebabkan hipovolemia oleh karena perdarahan. Biasanya
terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu
karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan
terjadi akibat nekrosis tubuli atau korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu
oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang
harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal
ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan
infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan
mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan
oleh hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Wirjohadiwardojo di RSUPCM dilaporkan kelainan pembekuan darah
terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar
fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%,
Nama: Bagas Muhammad
NIM: G99182004
Hari, Tanggal: Senin, 16 Maret 2020

berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang


dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan
di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus
berubah menjadi biru yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah
uterus ini harus diangkat atau tidak tergantung pada kesanggupannya
menghentikan perdarahan

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin :


1. Fetal distress dan gangguan pertumbuhan/perkembangan
2. Hipoksia dan anemia
3. Kematian

PROGNOSIS
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia,
tersembunyi tidaknya perdarahan, dan jarak waktu terjadinya solusio plasenta
sampai terjadinya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta
berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh
perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian.
Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar
antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan
janin tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya
solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml
biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus tertentu seksio sesaria dapat
mengurangi angka kematian janin.

Anda mungkin juga menyukai