Anda di halaman 1dari 28

TUMOR JINAK OVARIUM

Definisi
Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor jinak
ovarium, yang juga dikenal sebagai ‘atypical proliferating tumors’ adalah massa
yang terdiri dari kelompok tumor yang menunjukan proliferasi epitel yang biasanya
jinak dan non invasive. Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik
dan ada yang bersifat non neoplastik.

Epidemiologi
Tumor jinak ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah dan rawat
inap di kalangan perempuan di seluruh dunia. Telah dilaporkan bahwa 5% sampai
10% dari wanita akan menjalani operasi tumor jinak ovariumm khususnya untuk
kista ovarium. Setiap tahun di Amerika Serikat, lebih dari 250.000 perempuan
dengan diagnosis kista ovarium.
Berdasarkan data penilitian Jurnal Medscape di Amerika Serikat, umumnya
kista ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal
maupun transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang
sudah postmenopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak,
dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan.
Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif
jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang
spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.

Klasifikasi
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak
dibagi dalam tumor kistik dan solid
A. Tumor Non Neoplastik
a. Tumor akibat radang
i. Abses ovarial
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses
ditemukan primer pada penderita yang telah menjalani
histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari suhu
badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan
nyeri pelvis yang tidak spesifik dan drainase purulen yang
lama dari vagina. Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor
radang tubo-ovarium, benda asing dan komplikas i
intestinal. Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang
terinfeksi diangkat oleh karena tidak dapat diobati dengan
antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat supaya
terjadi resolusi.
ii. Abses tubo – ovarial
iii. Kista tubo – ovarial
b. Tumor lain
i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium
B. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
i. Kistoma ovarii simpleks
ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kistadenoma ovarii serosum
iv. Kista dermoid
v. Kista endometroid
b. Solid
i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma
ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).

Tumor jinak jaringan Ovarium


A. Tumor kistik ovarium
1) Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler dan
biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra ovulasi
(2,5 cm). Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa
folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresianya, melainkan membesar menjadi kista. Kista
ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi (LH surge) dan kemudian
cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Pada beberapa keadaan,
kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artifisial dimana gonadotropin
diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Kista ini tidak
menimbulkan gejala sepeifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur, atau
perdarahan. Ada yang menghubungkan kista folikel dengan gangguan
menstruasi (perpanjangan interval antar menstruasi atau pemendekan
siklus). Kista folikel yang besar dapat dihubungkan dengan nyeri pelvik,
dispareuni,dan kadang perdarahan abnormal uterus. Bisa didapati satu
kista atau beberapa dan biasanya bilateral serta tumbuh di permukaan
ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan
yang jernih dan sering kali mengandung estrogen. Sebaian besar kista
folikel lambat laun mengecil dan regresi pada siklus haid berikutnya dapat
menghilang.
2) Kista korpus Luteum
Dalam keadaan normal, kerpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kista korpus luteum terjadi
akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum dan perdarahan mengisi
rongga yang terjadi setelah ovulasi. Kadang-kadang korpus luteum
mempertahankan diri (korpus luteum persistens); pendarahan yang
sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan
yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas
lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel
teka. Kista lutein lebih besar daripada kista folikel, cenderung lebih
keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri
atau tanda-tanda iritasi peritoneum. Kista korpus luteum dapat
menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti oleh
pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat
perut bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum dapat mengakibatkan
ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat.
Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka.
a. Kista Granulosa
Kista granulosa merupakan pembesaran non neoplastik ovarium.
Seletah ovulasi, dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Pada
tahap terbentuknya vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah
rongga membentuk korpus hemoragikum. Reabsorbsi darah di
ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum
b. Kista Teka
Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Umumnya
bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista teka seringkali
dijumpai bersamaan dengan ovarium polikistik, mola hidatidosa,
korio karsinoma, terapi HcG, dan klomifen sitrat.
3) Ovarium Polikistik (Stein Leventhal Syndrome)
Penyakit ovarium polikistik ditandai dengan pertumbuhan polikistik
ovarium kedua ovarium, amenorea sekunder atau oligomenorea, dan
infertilitas. Sekitar 50% paien mengalami hirsutisme dan obesitas.
Gannguan ini terjadi pada perempuan berusia 15 – 30 tahun. Banyak
kasus infertilitas terkait dengan sindroma ini. Tampaknya hal ini
berhubungan dengan disfungsi hipotalamus

Tumor Epitel Ovarium


A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum
Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor
jinak ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-50
% kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral). Ukuran kista
berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih kecil dari rata-rata ukuran
kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar sehingga
memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran
kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat
juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur,
meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan. Ciri khas
dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista
sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair,
kuning dan kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak
jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papiloma). Proliferasi fokal pada dinding
kista menyebabkan proyeksi papilomatosa ke tengah kista yang dapat
bertransformasi menjadi kistadenofibroma. Proyeksi papilomatosa ini
harus diperhatikan secara seksama dalam upaya untuk membedakannya
dengan proliferasi atipik. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit
membedakan gambaran makroskopis kistadenoma serosum papileferum
yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan rnikroskopis pun tidak
selalu mernberikan kepastian.
Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi
epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti
sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelum), maka bentuk epitel pada
papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar terdiri atas epitel bulu
getar seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemukan
pengendapan kalsium dalam srtomanya yang dinamakan psamoma.
Adanva psamoma menunjukkan hahwa kista adalah kistadenoma
ovarium serosum papiliferum, tetapi bukan ganas. Tidak ada gejala
klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif. Kebanyakan ditemuka
n pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh
rasa ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemuka n
massa abdomen atau pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang
ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada stadium terminal.
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi
epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum
secara makroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-
35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila
terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis
penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis histopatologis
pertumbuhan tumor tersebut mungkin jinak (histopathologically
benign), tetapi secara klinis harus dianggap sebagai neoplasma ovarium
ganas (clinicallyy maignant). Terapi pada umumnya adalah
pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung dengan besarnya
kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu
diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi,
untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
2) Kistedenoma ovari musinosum
Asal tumor ini belum diketahui pasti namun diperkirakan berasal dari
suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain.3 Tumor mucinous yang berasal dari
teratoid ditemukan pada penderia yang muda. Kistadenoma ovari
spinosum mencakup 16-30% dari total tumor jinak ovarium dan 85% di
antaranya adalah jinak. Tumor ini bilateral pada 5% kasus. Tumor ini
pada umumnya adalah multilokuler dan lokulus yang berisi cairan
musinosum tamoak berwarna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya
tegang. Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan
inti sel berwarna gelap terletak di bagian basal. Dinding kistadenoma
musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktur epitel
endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon dimana
cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet. Perlu
untuk memilih sampel pemeriksaan PA dari beberapa tempat karena
sebaran area-area dengan gambaran jinal, potensial ganas atau ganas
adalah sangat variatif.
3) Kista dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari tumor ovarium)
yang berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor jinak
sel germinativum dan paling banyak di derita oleh gadis yang berusia di
bawah 20 tahun. Tumor sel germinal ini mencakup 60% kasus
dibandingkan 40% yang berasal dari sel non germinal untuk kelompok
umur yang telah disebutkan terdahulu.
Lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat
ditemukan pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat
besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Kista ini tidak
mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan
agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain
padat. Dapat ditemukan kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodemal) dan
mukosa traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk
kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan
rambut Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala
nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5%
dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Tumor dari jaringan ikat ovarium ini sangat terkenal terkait dengan
kumpulan gejala yang disebut dnegan sindroma Meig’s. Mekanisme
sindroma ini belum diketahui secara pasti, tetapi sistem limfa tik
diafragma dianggap sebagai benang merag dari kesemua gejala yang
ada, termasuk dengan adanya timbunan cairan di rongga daeda. Tidak
seperti namanya, tumor ini tidak sepenuhnya berasal dari jaringan ikat,
karena juga terdapat unsur germinal, tekoma, dan trnasformasi ke arah
ganas seperti tumor Brenner walaupun tanpa adanya metastase ke
pleura. Hidrotoraks dan asites selalu menyertai fibroma ovarium dalam
sindroma Meig’s. Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma
ovarium, kurang dari 1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen
fibroblastik stroma ovarium atau sel mesenkim yang multipoten. Tumor
ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan paling sering
ditemukan pada penderita menopause. Tumor ini mencapai diameter 2
sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg, dengan 90% uniteral. Permukaan
tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan. Apabila
konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak
disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atasjaringan ikat dengan
sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-
kelenjar kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii
yang besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada
tumorini sering ditemukan sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites,
hidrotoraks).
2) Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang
ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause.
Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium.
Robert Meyer merupakan pionir dalam mengenali tumor ini karena
sebelum ini selalu didiagnosis sebagai fibroma. Ternyata tumor ini
mempunyai karakteristik histopatologi yang berbeda karena tersusun
dari sarang - sarang atau kolom epitel di dalam jaringan fibromatosa.
Distribusi sarang epitel di dalam stroma mengesankan gambaran ganas
tetapi gambaran himogn dan uniformal tanpa aktivitas anaplasia
menunjukkan hal yang sebaliknya.
Karakteristik sarang-sarang epitel tersebut seringkali membentuk
meujukkan tendensi untuk mengalami degenerasi kistik sentralis.
Rongga-rongga yang terbentuk mempunyai massa sitoplasmik yang
menyerupai gambatan ovum di dalam folikel. esar tumor ini beraneka
ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnya
tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning muda seperti
fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang- kadang pada tumor ini
temukan sindroma Meigs. Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas,
terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri atas epitel epitel,
yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat. Tumor Brenner tidak
menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih kecil,
biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatolo gik
ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini
menunjukkan keganasan pada histopatologi dan klinisnya.
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
Tumor ini dikaitkan dengan adanya produksi hormon estrogen dan
dapat menyebabkan pubertas prekok pada gadis-gadis muda dan
menyebabkan hiperplasia adenomatosa dan perdarahan pervaginam
pada perempuan pasca menopouse. Karakteristik histopatologinya
berupa sel dengan inti berlekuk seperti biji kopi, disertai pertumbuhan
stroma yang mikrofolikuler, makrofolikuler, trabekuler, insuler, atau
padat. Badan Call-Exner dikaitkan dengan corak pertumbukan
mikrofolikural dan rongga-rongga kecil yang berisi cairan eusinofilik.
Terdapat sejumlah sel teka dalam jumlah tertentu.
b. Tumor sel teka
Seperti halnya tumor granulosa, tekoma ovari juga memproduksi
estrogen. Tumor jinak ini terdiri dari stroma yang mengandung sebaran
sel lemak yang memberikan warna kekuningan pada badan tumor saat
dilakukan diseksi.
c. Tumor sel Sertoli dan Leydig
Tumor ini memberikan gjala virilasi pada penderita dan umumnya
terjadi pada perempuan berusia 20-27 tahun. Sebagian besar tumor
tumbuh secara unilateral. Pada pemeriksaan mikroskopik akan
dijumpai sel Sertoli dan sel leydig secara bersamaan. Didalam jarngan
tumor, tekstur kedua sel ini sangat variatif.
4) Tumor endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Yang paling menarik dan banyak menjadi bahan diskusi
adalah keberadaan jaringan yang mirip dengan endometrium di dalam
rongga pelvik, termasuk yang bermanifestasi pada ovarium. Tumor
endometroid paling sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro
uterina dan rotundum, septum rektovaginalis, tunika serosa (uteri, tuba,
rektum, sigmoid dan kandung kemih), umbilikus, parut laparotomim
sakus hernialis, apendiks, vagina, vulva, serviks, tuba dan kelenjar limfe.
Tumor endometroid ini pertama kali dibahas oleh Sampson pada tahun
1921 dan semenjak itu banyak ahli mencoba membahas tentang
histogenesis lesi ini. Sekitar 30 – 50% endometroid ovarii terjadi
bilateral dan hanya 10% tumor endometroid timbul pada tempat yang
sama dengan endometriosis. Sekitar 30% penderita karsinoma
endometroid terjadi bersamaan dengan karsinoma endometrium.
Terdapat 4 teori terkait yang dianut hingga saat ini, yaitu regurgitasi
darah haid (Teori Sampson), metaplasia selomik, diseminasi limfatik
(teori Halban) dan hematogenik. Teori implantasi dan metaplasia
dianggap paling masuk akal walaupun tindak dapat menjelaskan
endometroid di tempat yang jauh (umbilikus, pleura, dan sebagainya).
Walaupun teori limfatik dan hematogenik dapat menjelasakan
pertumbuhan endometroid di tempat jauh dari cavum uteri, tetapi sangat
sedikit kasus atau studi yang dapat mendukung teori ini.

Faktor Risiko
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul
dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Faktor resiko terjadinya kista ovarium.
1) Riwayat kista ovarium sebelumnya
2) Siklus menstruasi yang tidak teratur
3) Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
4) Menstruasi dini
5) Tingkat kesuburan
Pengobatan infertilitas - Pasien dirawat karena infertilitas dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin atau agen lainnya, seperti
clomiphene citrate atau letrozole, dapat berkembang kista sebagai
bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium
6) Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
Karena kesamaan antara subunit alpha dari thyroid-stimulating hormone
(TSH) dan hCG, hipotiroidisme dapat merangsang ovarium dan kista
pertumbuhan.
7) Terapi tamosifen pada kanker payudara
Tamoxifen dapat menyebabkan jinak kista ovarium fungsional yang
biasanya menyelesaikan berikut penghentian pengobatan
8) Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk di trimester kedua,
ketika kadar hCG puncak
9) Gonadotropin ibu
Efek transplasental gonadotropin ibu dapat menyebabkan
perkembangan kista ovarium neonatal dan janin
10) Merokok
Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok; risiko dari
merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh
menurun (BMI)
11) Ligasi tuba
Kista fungsional telah dikaitkan dengan ligasi tuba sterilisasi.
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat
abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang
tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.

Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap
gonadotropin.
1) Gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan khoriokarsinoma)
2) Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel
permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik.
3) Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon
polikistik.
4) Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi
induksiovulasi melalui manipulasi hormonal.
Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, secara umum
dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami. Penyebab terjadinya
kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotala mus,
hipofisis, atau indung telur itu sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang
tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler
merupakan tipe kista yang peling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Cairan yang mengisi
kista disebagian besar berupa darah yang keluar akibat perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah ovarium. Pada beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi yang dinamakan kista dermoid.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada
keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi
untuk melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka
sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon
(LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1-10 cm (folikel normal
berukuran maksimum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami
involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya
asimtomatik atau tanpa gejala.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta
terapi hormon.

Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-
mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulas i dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphe ne citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik
parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk
jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordia l. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometr io ma
adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik,
ovarium biasanya terdiri folikel- folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,
seperti terlihat dalam sonogram.

Manifestasi klinik
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.Pada
stadium awal gejalanya dapat berupa;
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
e. Asites
f. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga
perut
g. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
h. Gangguan buang air besar dan kecil.
Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada
Diagnosis dan Diagnosis Banding
A. Anamnesis
Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar dan
menimbulkan nyeri yang tajam. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika
kista tersebut terpuntir atau terjadi rupture. Pemastian penyakit tidak biasa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamila n ektopik
(di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk
memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk
mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut yang muncul
bila anda mempunyai kista ovarium:
1) Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi
ruptur
2) Perut terasa penuh, berat, kembung.
3) Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi
penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan
frekuensi berkemih menjadi sering. Kista ovarium juga dapat
menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus terganggu atau dapat
juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang sering.
4) Haid tak teratur.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali
jika tumor tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus
menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi.
Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
5) Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat
menyebar kepanggul bawah dan paha.
6) Nyeri senggama.
7) Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti
pada saat hamil.
8) Pada keganasan, dapat ditemukan penurunan berat badan yang
drastis.

B. Pemeriksaan Fisik
Sebuah kista yang besar dapat teraba pada pemeriksaan perut, namun
adanya asites yang banyak dapat mengganggu palpasi abdomen. Walau
pada wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi
hal ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.
Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik,
mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat
terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang masif.
C. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan
fisik. Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis kista ovarium. Pemastian diagnosis untuk kista ovarium
dapat dilakukan dengan pemeriksaan. (3) (2):
a) Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnos is
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan
yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
a. Pemeriksaan β-HCG
Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah wanita
tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap
Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan melalui
LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat
membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
c. Urinalisis
Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain,
baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan
diagnosis banding.
d. Pemeriksaan Tumor Marker
Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium adalah CA125.
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan
CA-125, CA-125 diasosiasika n dengan kanker ovarium. Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh
membran sel ovarium normal dan karsinoma ovarium. Dengan
ini diketahui apakah massa inijinak atau ganas. Level serum
kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat
pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang
CA 125 ditemuka n meningkat pada kasus jinak dan pada 6%
pasien sehat. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang
spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal,
uterus dan ovarium.
b) USG
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi
adanya kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi
tidak sering dilakukan karena pertimbangan biaya.
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Dari gambaran
USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang
oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo
yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus
(internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen
darah di dalam kista.
c) Foto Roentgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Pemeriksaan pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada
kolon dapat untuk menentukan apakah tumor berasal dari ovarium atau
tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah
pelvis seperti tumor kolon sigmoid.
d) Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan untuk biopsi.
e) Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan
proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah
mikroskop. (8)

Tumor Epitel Ovarium


A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum
Kistadenoma serosum ditemukan pada usia 20 – 30 tahun digolongka n
sebagai neoplasma potensi rendah untuk trnasformasi ganas dan hal ini
bertolak belakang dengan penderita pada usia peri atau pasca
menopouse yang memiliki potensi anaplastik yang tinggi. Seperti
dengan sebagian besar tumor epitelial ovarium, tidak dijumpai gejala
klinik khusus yang dapat menjadi petanda kistadenoma serosum. Pada
sebagian besar kasus, tumor ini ditemukan secara kebetulan saat
dilakukan pemeriksaan rutin, pada kondisi tertentu, penderita akan
mengeluhkan rasa tindak nyaman di dalam pelvis, pembesaran perut,
dan gejala seperti asites.
2) Kistedenoma ovari musinosum
Tumor musin ini merupakan tumor dengan ukuran terbesar dari tumor
dalam tubuh manusi. Terdapat 15 laporan yang menyebutkan berat
tumor di atas 70 kg. Sebagai konsekuensi, semakin besar ukuran tumor
ovarium, semakin besar pula kemungkinan diagnosisnya adala h
kistadenoma ovari musinosum. Tumor ini juga asimptomatik dan
sebagian besar pasien hanya merasakan pertambahan berat badan atau
rasa penuh di perut. Pada kondisi tertentu, perempuan pasca menopouse
dengan tumor ini dapat mengalami hiperplasia atau perdarahan
pervagina, karena steoma sel tumor mengalami proses luteinisa s i
sehingga dapt menghasilkan hormon (terutama estrogen). Bila hal ini
terjadi apda perempuan hamil, maka dapat terjadi pertumbuhan rambut
yang berlebihan (virilisasi) pada penderita.

Cairan musin dari kistoma ini dapat mengalir ke kavum pelvik, atau
abdomen melalui stroma ovarium sehingga terjadi akumulasi cairan
musin intraperitoneal dan hal ini dikenal sebagai pseudomikso ma
peritonii. Hal yang serupa, dapat pula disebabkan oleh kistadenoma
pada apendiks (appendiceal mucinous cystadenoma)
3) Kista dermoid
Walaupun terdapat beberapa jaringan penyusun tumor, tetapi
ektodermal merupakan komponen utama, yang kemudian diikuti dengan
mesodermal dan entodermal. Semakin lengkap unsur penyusun, akan
semakin solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid jarang mencapai
ukuran yang besar, tetapi kadang – kadang bercampur dengan
kistadenoma ovarii musinosum sehingga diameternya akan semakin
besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari sel – sel yang telah matur
sehingga kista ini juga disebut sebgai teratoma matur. Kista dermoid
mempunyai dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi cairan kental
dan berminyak karena dinding tumor mengandung banyak kelenjar
sebasea dan derivat ektodermal (sebagian besar adalah rambut). Dalam
ukuran kecil, kista dermoid tidak menimbulakan keluhan apapun dan
penemuan tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan gineko lo
gi rutin. Rasa penuh dan berat di dalam perut hanya dirasakan apabila
ukuran tumor cukup besar. Komplikasi kista dermoid dapat berupa torsi,
ruptura, perdarahan, dan transformasi ganas.
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Fibroma timbul secara bilateral pada 2-10% kasus dengan ukuran rata-rata
tumor ini adalah 6 cm. konsistensi tumor adalah kenyal, padar dengan
oermukaan yang halus dan rata. Asites dan hidrotoraks merupakan paket
dari sindroma meig’s dan tanpa kedua ini maka tumor
yang berasal dari jaringan ikat ovarium murni disebut fibroma ovarii.

2) Tumor Brenner
Tumor brenner termasuk jarang ditemukan dan pada umumnya
ditemukan pada perempuan usia lanjut (50 tahun). Tidaka ada gejala
klinik khusus dari tumor ini dan seringkali ditemui secara tidak sengaja
pada saat operasi. Pernah ditemukan tumor Brenner seberat 10
kilogram (Averbach) dan semula diduga sebagai fibroma. Tumor ini
tumbuh bilateral pada 10% dari total kasus. Novak mengajukan teori
Walt-Hard cell islet terkait dengan histogenesis tumor ini. Tumor
Brenner dianggap sebagai tumor jinak (98%). Tumor ini mencakup
1%-2% dari total tumor ovarium dan sekitar 95% terjadi unilateral.
Transformasi ganas pada sekitar 50% kasus dan melihat adanya
hubungan kistadenokarsinoma musinosum dengan tumor ini. Roth
mendeskripsikan transformasi tersebut secagai proliferasi tanpa invasi
nyata pada stoma. Farrar melaporkan ada ,5% kasus yang menunjukka
n efek estrogenik (hiperplasia endometrium) dari tumor Brenner.
Sejumlah kasus tumor Brenner dengan evek virilasi pada penderita.
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
b. Tumor sel teka
c. Tumor sel Sertoli dan Leydig
4) Tumor endometroid
Bentuk manifestasi endometroid di berbagai tempat di kavum pelvik
sangat bervariatif. Bentuk yang paling sering ditemukan adalah
penonjolan berwarna merah kehitaman, terutama pada ovarium dan
bagian belakang dinding uterus. Kebocoran akibat upaya untuk
melepaskan ovarium dari perlekatannya dari jaringan sekitar, akan
disertai oleh keluarnya cairan kecoklatan (seperti karat). Apabila
endometroid membentuk kista pada ovarium maka permukaan dalam
dinding akan memiliki gambaran sperti lapisan endometrium di kavum
uteri disertai dengan area – area yang berdarah.
Walaupun terjadi perlekatan dengan fimbria tuba yang disertai lapisan
atau serat- serat fibrin, tetapi pada banyak kasus hal tersebut tidak
menimbulkan penyatuan juluran fimbria. Perdarahan atau bekuan darah
dari tumor endometroid menjadi penyebab utama obstruksi dari bagian
paling ujung tuba. Penonjolan, perlekatan dan perdarahan adalah
penampakan umum di semua lokasi lesi endometroid di dalam kavum
pelvik. Cavanagh menemukan hubungan usia (kurang dari 30 tahun)
dengan progresivitas pertumbuhan endometroid (termasuk
penyebarannya) di ovarium dan kavum pelvik. Diagnosis dengan
laparoskopikdiagnostik.
Diagnosis banding :
1) Kehamilan
2) Mioma uteri
3) Tumor kolon sigmoid
4) Limpa bertangkai
5) Ascites
6) Infeksi pelvis
7) Apendicitis akut

Tatalaksana
Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Apabila terdapat nyeri, maka
dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID.
Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. (3) (6) (5). Pemberian obat
kontrasepsi juga dapat diberikan untuk mengecilkan ukuran atau
perkembangan kista dan mengurangi peluang pertumbuhan kista ovarium.
Dilakukan pada kista dengan ukuran kurang dari 7 cm. Perawatan diruma h
sakit dilakukan bila : kista direncanakan untuk diangkat melalui operasi atau
kista yang mengalami puntiran, rutpur, atau terinfeksi. (4)
Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan
pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Bila ukuran
kista lebih dari 7 cm, atau kista mengala mi puntiran, atau kista ruptur, atau
kista mengalami infeksi.dilakukan :

a. Kistektomi
b. Ovarektomi
c. Salpingo ovarektomi
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista
yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal,
aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan
pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista
berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih
besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada
pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang
memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan
resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat
diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium
dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk
fertilitas di masa mendatang.Pengangkatan ovarium sebelahnya harus
dipertimbangkan pada wanita post menopause, perimenopause, dan wanita
premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak
lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium.
Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengala mi
penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu
bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi
setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya
untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4,
sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-
9.
Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas
untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan
onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan
serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma
ovarium pada keluarga. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi
dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh
seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor ganas atau
tidak.
Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.
Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo -
ooforektomi,dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangka t
tumornya saja (ooforektomi atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan
jika stadiumnya masih muda, belum mempunyai anak, derajat keganasan
tumor rendah seperti pada fow potential malignancy (borderline ).
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat
sitostatika seperti agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan
antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah
penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan
sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali.

Pentalaksanann spesifik
A) Tumor kistik ovarium
1) Kista Folikel
Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi
lansung pada dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi.
Pastikan dulu bawhwa kista yang akan dilakukan pungsi adalah kista
folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan kemudian kista
tersebut tergolong neoplastik ganas, maka cairan tumor invasif akan
menyebar di dalam rongga peritoneum.
2) Kista korpus Luteum
a. Kista Granulosa
b. Kista Teka
Pada umumnya tidak diperlukan tindakan bedah untuk menangani
kista ini karena kista dapat menghilang secara spontan setelah
evakuasi mola, terapi korio karsinoma dan penghentian stimulasi
ovulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi
ruptur kista dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum,
maka diperlukan tindakan laparotomi segera untuk
menyelamatkan penderita.

3) Ovarium Polikistik (Stein Leventhal Syndrome)


Klomifen sitrat 50-100 mg per hari untuk 5-hari per siklus. Beberapa
praktisi juga menambahkan hCG untuk memperkuat efek pengobatan.
Walaupun reseksi baji (wedge) cukup menjanjikan. Hal tersebut jarang
dilakukan karena dapat terjadi perlengketan periovarial. Karena
endometrium lebih banyak terpapar oleh estrogen, maka dianjurkan
juga untuk memberikan progesteron.
Tumor Epitel Ovarium
A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum
Pengobatan terpilih untuk kistadenoma serosum adalah tindakan
pembedahan (eksisi) dengan eksplorasi menyeluruh pada organ
intrapelvik dan abdomen. Untuk itu, jenis insisi yang dipilah adalah
mediana karena dapat memberikan cukpu akses untuk tindakan
eksplorasi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan PA selama operasi
sebagai antisipasi terhadap kemungkinan adanya keganasan.
2) Kistedenoma ovari musinosum
Apabila ternyata stroma kistadenoma ovarii musinosum mendiseminasi
cairan musin ke rongga peritoneum (pseudomyxoma) dan hal ini
ditemukan pada saat melakukan tindakan laparotomi, maka sebaiknya
dilakukan salpingoooforektomi unilateral. Untuk mengosongkan cairan
musin dari kavum peritoneum, encerkan terlebih dahulu musin dengan
larutan dextrose 5%-10% sebelum dilakukan pengisapan (suction)
3) Kista dermoid
Laparotomi dan kistektomi
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Hampir semua tumor padat ovarium diindikasikan untuk diangkat,
termasuk fibroma. Pengangkatan tumor biasanya diikuti dengan
menghilangnya hidrotoraks dan asites.
2) Tumor
Brenner Eksisi
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
b. Tumor sel teka
4) Tumor endometroid
Sangat tergantung dari usia dan fertilitas pasien karena tindakan
ooforektomi adalah pilihan yangcukup radikal untuk menyelesa ika n
kasus ini. Untuk penanganan infertilitas dapat dicobakan eksisi
endometroid tumor dan dikombinasikan dengan hormonal atau
menopouse buatan secara temporer.

Komplikasi
Kista ovarium memiliki berbagai dampak yang luas. Dalam kebanyakan
kasus, kista ovarium bersifat jinak, tanpa gejala, tidak memerluka n
manajemen lebih lanjut dan akah hilang dengan sendirinya. Namun, dalam
beberapa kasus dapat terjadi ruptur ovarium, perdarahan maupun torsi
ovarium.
1) Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak. (10)
2) Torsio.
Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 4
cm atau lebih pada sekitar 15% kasus.. Putaran tangkai menyebabkan
gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan
melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum
parietale. Torsi ovarium melibatkan rotasi pedikel vaskuler ovarium,
menyebabkan obstruksi aliran arteri vena dan, akhirnya, yang dapat
menyebabkan infark. Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai,
tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh, pukulan pada perut dan
coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat
robekan akan segera berkurang. Namun bila terjadi perdarahan yang
timbul secara akut, perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda akut abdomen.
Sebagian besar kasus torsi terjadi pada wanita premenopause usia
subur, tetapi sampai 17% dari kasus dapat mempengaruhi prapubertas
dan wanita pascamenopause. Hal ini juga sangat terkait dengan
stimulasi ovarium dan sindrom ovarium polikistik. torsi ovarium lebih
umum di sisi kanan karena kolon sigmoid membatasi mobilitas ovarium
kiri. (10)
Keganasan dapat dilihat pada sampai dengan 2% dari kasus torsi
ovarium. Massa ovarium yang paling umum yang terkait dengan torsi
adalah kista dermoid. CT scan dan ultrasonografi dapat membantu
diagnosis. Tidak adanya aliran darah dalam ovarium dapat mendukung
diagnosis torsi. Pilihan pengobatan termasuk laparoskopi "detorsion"
dan pelestarian adneksa pada wanita premenopause dan salpingo-
ooforektomi pada wanita pascamenopause. fungsi ovarium dapat
dipertahankan dengan detorsion laparoskopi (10)
3) Ruptur
Hasil dari ruptur kista ovarium dievaluasi berdasarkan gejala terkait
dan akan menentukan apakah pasien dipulangkan atau dirawat untuk
laparoskopi. Ruptur Kista ovarium biasanya terjadi dengan kista luteal
corpus. Kasus ini melibatkan ovarium kanan dalam dua pertiga kasus
dan biasanya terjadi pada hari 20-26 dari siklus menstruasi wanita.
Mittelschmerz adalah bentuk pecah kista fisiologis. Pada wanita hamil,
perdarahan kista corpus luteal biasanya terlihat pada trimester pertama,
dengan sebagian besar menyelesaikan dengan usia kehamilan 12
minggu. Perdarahan dan syok dapat terjadi dan dapat hadir di akhir
simtomatologi tersebut.
Pada ruptur kista ovarium, ultrasonografi dapat menunjukkan cairan
bebas dalam kavum Douglas di 40% kasus. Ruptur kista dan perdarahan
dapat diobati secara konservatif dengan observasi jika pasien stabil,
dengan tindak lanjut scanning dalam 6 minggu untuk mengkonfir mas
i resolusi perdarahan. Laparoskopi ditunjukkan dalam kompromi
hemodinamik, kemungkinan torsi, tidak ada bantuan dari gejala dalam
waktu 48 jam, atau meningkatkan hemoperitoneum atau konsentrasi
hemoglobin jatuh.
4) Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
sempurna.
5) Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga
besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting.
6) Sindroma Meigs ditemukan pada 40% dari kasus febroma ovarii yaitu
tumor ovarium disertai asites dan hidrotoraks.

Pencegahan
Kista ovarium tidak dapat di cegah jika masih dalam masa ovulasi. Namun,
pemberian kontrasepsi hormonal dapat diberikan untuk menghentikan ovulasi. Hal
ini dapat membantu menurunkan risiko terkena kista baru.
Pemakaian kontrasepsi oral mencegah pertumbuhan kista ovarium
fungsional. Penggunaan selama 15 tahun mengurangi resiko kistadenokarsino ma
epitel ovarium. Setiap wanita harus melakukan pemeriksaan ginekologis tahunan.
Pada wanita dengan resiko tinggi dengan riwayat keluarga atau riwayat kanker
payudara terdahulu harus melakukan pemeriksaan USG dan CA 125 tahunan. Pada
wanita dengan resiko tinggi -kistadenokrasinoma ovarium, dapat dilakukan
ooforektomi profilaktik untuk mencegah pertumbuhan karsinoma ovarium.

Prognosis
Prognosis untuk kista jinak sangat baik. Semua kista tersebut dapat terjadi
pada jaringan ovarium residual atau di ovarium kontralateral. Walaupun
penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang
benar namun hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat
menggembirakan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka
di dunia sekalipun. Secara keseluruhan, 70% -80% dari kista folikel sembuh secara
spontan.
Keganasan merupakan keprihatinan umum di antara pasien dengan kista
ovarium. Pasien hamil dengan kista sederhana berukuran lebih kecil dari 6 cm
memiliki risiko keganasan kurang dari 1%. Sebagian besar kista ini menyebabkan
pengakhiran kehamilan pada usia 16-20 minggu, dimana 96% dari kasus ini
berakhir secara spontan. Pada pasien pascamenopause dengan kista unilocular,
keganasan dapat berkembang di 0,3% kasus.
Pada kasus kompleks, kista multiloculated, risiko keganasan naik ke 36%.
Jika kanker didiagnosis, penyebaran regional atau jauh dapat hadir pada sampai
dengan 70% kasus, dan hanya 25% dari kasus baru akan dibatasi untuk tahap I
penyakit.
Kematian terkait karsinoma ovarium ganas berhubungan dengan waktu pada
saat mendiagnosis, dan pasien dengan karsinoma ini cenderung datang terlambat
dalam perjalanan penyakit. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan
adalah 41,6%, bervariasi antara 86,9% untuk Federasi Internasio na l Ginekologi
dan Obstetri (FIGO) stadium Ia dan 11,1% untuk stadium IV.
Sekelompok pasien dengan tumor yang kurang agresif dan berpotensi ganas
lebih rendah masih berhubungan dengan angka kematian. Tingkat kelangsunga n
hidup selama 5 tahun secara keseluruhan adalah 86,2%.
Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas telah didalilkan namun,
sampai saat ini, masih belum terbukti. Perubahan ganas dapat terjadi pada sebagian
kecil dari kista dermoid dan endometrioma.
Tumor sel granulosa berhubungan dengan tingkat kelangsungan hidup 82%,
sedangkan karsinoma sel skuamosa yang timbul dalam kista dermoid yang
berhubungan dengan hasil yang sangat buruk.
Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas telah didalilkan namun,
sampai saat ini, masih belum terbukti. Perubahan ganas dapat terjadi pada sebagian
kecil dari kista dermoid dan endometriom.
DAFTAR PUSTAKA

Ovarian Cysts. Medscape. [Online] WebMD LLC, 12 Februari 2015.


[Dikutip :7Maret 2015.] http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan. 2. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohadjo, 2007. hal. 346 - 362. Vol. 5.
Padjajaran, Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas. Kista Ovarium. Panduan Praktik Klinis Obstetri & Ginekologi.
Bandung : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran, 2015, hal. 137.
Miranda, Aurora M. Ovary Anatomy. Medscape. [Online] WebMD
LLC, 03 Oktober 2013. http://emedicine.medscape.com/article/1949171-
overview#aw2aab6b3.
Sjamsuhidayat. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 1998. hal.
1027.
Sastrawinata dan Sulaiman, dkk. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri
patologi. Jakarta : EGC, 2004. hal. 104.
Schorge, et al. Ovarian Tumor and Cancer. [pengar. buku] William.
William Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section. s.l. :
McGraw-Hills, 2008.
Anwwar, Mochamad. Ilmu Kebidanan. 3. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2014. hal. 279 - 291.
Iglesia, Cheryl B. Ovarian Cysts. Office on omen's Health. [Online]
http://www.womenshealth.gov/publications/our-publications/fac t-sheet/ovarian-
cysts.html?from=AtoZ#.

Anda mungkin juga menyukai