Definisi
Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor jinak
ovarium, yang juga dikenal sebagai ‘atypical proliferating tumors’ adalah massa
yang terdiri dari kelompok tumor yang menunjukan proliferasi epitel yang biasanya
jinak dan non invasive. Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik
dan ada yang bersifat non neoplastik.
Epidemiologi
Tumor jinak ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah dan rawat
inap di kalangan perempuan di seluruh dunia. Telah dilaporkan bahwa 5% sampai
10% dari wanita akan menjalani operasi tumor jinak ovariumm khususnya untuk
kista ovarium. Setiap tahun di Amerika Serikat, lebih dari 250.000 perempuan
dengan diagnosis kista ovarium.
Berdasarkan data penilitian Jurnal Medscape di Amerika Serikat, umumnya
kista ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal
maupun transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang
sudah postmenopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak,
dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan.
Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif
jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang
spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.
Klasifikasi
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak
dibagi dalam tumor kistik dan solid
A. Tumor Non Neoplastik
a. Tumor akibat radang
i. Abses ovarial
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses
ditemukan primer pada penderita yang telah menjalani
histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari suhu
badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan
nyeri pelvis yang tidak spesifik dan drainase purulen yang
lama dari vagina. Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor
radang tubo-ovarium, benda asing dan komplikas i
intestinal. Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang
terinfeksi diangkat oleh karena tidak dapat diobati dengan
antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat supaya
terjadi resolusi.
ii. Abses tubo – ovarial
iii. Kista tubo – ovarial
b. Tumor lain
i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium
B. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
i. Kistoma ovarii simpleks
ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kistadenoma ovarii serosum
iv. Kista dermoid
v. Kista endometroid
b. Solid
i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma
ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).
Faktor Risiko
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul
dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Faktor resiko terjadinya kista ovarium.
1) Riwayat kista ovarium sebelumnya
2) Siklus menstruasi yang tidak teratur
3) Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
4) Menstruasi dini
5) Tingkat kesuburan
Pengobatan infertilitas - Pasien dirawat karena infertilitas dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin atau agen lainnya, seperti
clomiphene citrate atau letrozole, dapat berkembang kista sebagai
bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium
6) Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
Karena kesamaan antara subunit alpha dari thyroid-stimulating hormone
(TSH) dan hCG, hipotiroidisme dapat merangsang ovarium dan kista
pertumbuhan.
7) Terapi tamosifen pada kanker payudara
Tamoxifen dapat menyebabkan jinak kista ovarium fungsional yang
biasanya menyelesaikan berikut penghentian pengobatan
8) Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk di trimester kedua,
ketika kadar hCG puncak
9) Gonadotropin ibu
Efek transplasental gonadotropin ibu dapat menyebabkan
perkembangan kista ovarium neonatal dan janin
10) Merokok
Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok; risiko dari
merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh
menurun (BMI)
11) Ligasi tuba
Kista fungsional telah dikaitkan dengan ligasi tuba sterilisasi.
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat
abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang
tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.
Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap
gonadotropin.
1) Gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan khoriokarsinoma)
2) Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel
permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik.
3) Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon
polikistik.
4) Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi
induksiovulasi melalui manipulasi hormonal.
Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, secara umum
dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami. Penyebab terjadinya
kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotala mus,
hipofisis, atau indung telur itu sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang
tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler
merupakan tipe kista yang peling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Cairan yang mengisi
kista disebagian besar berupa darah yang keluar akibat perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah ovarium. Pada beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi yang dinamakan kista dermoid.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada
keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi
untuk melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka
sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon
(LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1-10 cm (folikel normal
berukuran maksimum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami
involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya
asimtomatik atau tanpa gejala.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta
terapi hormon.
Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-
mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulas i dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphe ne citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik
parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk
jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordia l. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometr io ma
adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik,
ovarium biasanya terdiri folikel- folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,
seperti terlihat dalam sonogram.
Manifestasi klinik
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.Pada
stadium awal gejalanya dapat berupa;
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
e. Asites
f. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga
perut
g. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
h. Gangguan buang air besar dan kecil.
Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada
Diagnosis dan Diagnosis Banding
A. Anamnesis
Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar dan
menimbulkan nyeri yang tajam. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika
kista tersebut terpuntir atau terjadi rupture. Pemastian penyakit tidak biasa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamila n ektopik
(di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk
memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk
mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut yang muncul
bila anda mempunyai kista ovarium:
1) Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi
ruptur
2) Perut terasa penuh, berat, kembung.
3) Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi
penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan
frekuensi berkemih menjadi sering. Kista ovarium juga dapat
menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus terganggu atau dapat
juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang sering.
4) Haid tak teratur.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali
jika tumor tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus
menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi.
Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
5) Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat
menyebar kepanggul bawah dan paha.
6) Nyeri senggama.
7) Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti
pada saat hamil.
8) Pada keganasan, dapat ditemukan penurunan berat badan yang
drastis.
B. Pemeriksaan Fisik
Sebuah kista yang besar dapat teraba pada pemeriksaan perut, namun
adanya asites yang banyak dapat mengganggu palpasi abdomen. Walau
pada wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi
hal ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.
Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik,
mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat
terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang masif.
C. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan
fisik. Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis kista ovarium. Pemastian diagnosis untuk kista ovarium
dapat dilakukan dengan pemeriksaan. (3) (2):
a) Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnos is
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan
yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
a. Pemeriksaan β-HCG
Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah wanita
tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap
Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan melalui
LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat
membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
c. Urinalisis
Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain,
baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan
diagnosis banding.
d. Pemeriksaan Tumor Marker
Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium adalah CA125.
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan
CA-125, CA-125 diasosiasika n dengan kanker ovarium. Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh
membran sel ovarium normal dan karsinoma ovarium. Dengan
ini diketahui apakah massa inijinak atau ganas. Level serum
kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat
pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang
CA 125 ditemuka n meningkat pada kasus jinak dan pada 6%
pasien sehat. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang
spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal,
uterus dan ovarium.
b) USG
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi
adanya kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi
tidak sering dilakukan karena pertimbangan biaya.
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Dari gambaran
USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang
oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo
yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus
(internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen
darah di dalam kista.
c) Foto Roentgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Pemeriksaan pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada
kolon dapat untuk menentukan apakah tumor berasal dari ovarium atau
tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah
pelvis seperti tumor kolon sigmoid.
d) Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan untuk biopsi.
e) Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan
proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah
mikroskop. (8)
Cairan musin dari kistoma ini dapat mengalir ke kavum pelvik, atau
abdomen melalui stroma ovarium sehingga terjadi akumulasi cairan
musin intraperitoneal dan hal ini dikenal sebagai pseudomikso ma
peritonii. Hal yang serupa, dapat pula disebabkan oleh kistadenoma
pada apendiks (appendiceal mucinous cystadenoma)
3) Kista dermoid
Walaupun terdapat beberapa jaringan penyusun tumor, tetapi
ektodermal merupakan komponen utama, yang kemudian diikuti dengan
mesodermal dan entodermal. Semakin lengkap unsur penyusun, akan
semakin solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid jarang mencapai
ukuran yang besar, tetapi kadang – kadang bercampur dengan
kistadenoma ovarii musinosum sehingga diameternya akan semakin
besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari sel – sel yang telah matur
sehingga kista ini juga disebut sebgai teratoma matur. Kista dermoid
mempunyai dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi cairan kental
dan berminyak karena dinding tumor mengandung banyak kelenjar
sebasea dan derivat ektodermal (sebagian besar adalah rambut). Dalam
ukuran kecil, kista dermoid tidak menimbulakan keluhan apapun dan
penemuan tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan gineko lo
gi rutin. Rasa penuh dan berat di dalam perut hanya dirasakan apabila
ukuran tumor cukup besar. Komplikasi kista dermoid dapat berupa torsi,
ruptura, perdarahan, dan transformasi ganas.
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Fibroma timbul secara bilateral pada 2-10% kasus dengan ukuran rata-rata
tumor ini adalah 6 cm. konsistensi tumor adalah kenyal, padar dengan
oermukaan yang halus dan rata. Asites dan hidrotoraks merupakan paket
dari sindroma meig’s dan tanpa kedua ini maka tumor
yang berasal dari jaringan ikat ovarium murni disebut fibroma ovarii.
2) Tumor Brenner
Tumor brenner termasuk jarang ditemukan dan pada umumnya
ditemukan pada perempuan usia lanjut (50 tahun). Tidaka ada gejala
klinik khusus dari tumor ini dan seringkali ditemui secara tidak sengaja
pada saat operasi. Pernah ditemukan tumor Brenner seberat 10
kilogram (Averbach) dan semula diduga sebagai fibroma. Tumor ini
tumbuh bilateral pada 10% dari total kasus. Novak mengajukan teori
Walt-Hard cell islet terkait dengan histogenesis tumor ini. Tumor
Brenner dianggap sebagai tumor jinak (98%). Tumor ini mencakup
1%-2% dari total tumor ovarium dan sekitar 95% terjadi unilateral.
Transformasi ganas pada sekitar 50% kasus dan melihat adanya
hubungan kistadenokarsinoma musinosum dengan tumor ini. Roth
mendeskripsikan transformasi tersebut secagai proliferasi tanpa invasi
nyata pada stoma. Farrar melaporkan ada ,5% kasus yang menunjukka
n efek estrogenik (hiperplasia endometrium) dari tumor Brenner.
Sejumlah kasus tumor Brenner dengan evek virilasi pada penderita.
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
b. Tumor sel teka
c. Tumor sel Sertoli dan Leydig
4) Tumor endometroid
Bentuk manifestasi endometroid di berbagai tempat di kavum pelvik
sangat bervariatif. Bentuk yang paling sering ditemukan adalah
penonjolan berwarna merah kehitaman, terutama pada ovarium dan
bagian belakang dinding uterus. Kebocoran akibat upaya untuk
melepaskan ovarium dari perlekatannya dari jaringan sekitar, akan
disertai oleh keluarnya cairan kecoklatan (seperti karat). Apabila
endometroid membentuk kista pada ovarium maka permukaan dalam
dinding akan memiliki gambaran sperti lapisan endometrium di kavum
uteri disertai dengan area – area yang berdarah.
Walaupun terjadi perlekatan dengan fimbria tuba yang disertai lapisan
atau serat- serat fibrin, tetapi pada banyak kasus hal tersebut tidak
menimbulkan penyatuan juluran fimbria. Perdarahan atau bekuan darah
dari tumor endometroid menjadi penyebab utama obstruksi dari bagian
paling ujung tuba. Penonjolan, perlekatan dan perdarahan adalah
penampakan umum di semua lokasi lesi endometroid di dalam kavum
pelvik. Cavanagh menemukan hubungan usia (kurang dari 30 tahun)
dengan progresivitas pertumbuhan endometroid (termasuk
penyebarannya) di ovarium dan kavum pelvik. Diagnosis dengan
laparoskopikdiagnostik.
Diagnosis banding :
1) Kehamilan
2) Mioma uteri
3) Tumor kolon sigmoid
4) Limpa bertangkai
5) Ascites
6) Infeksi pelvis
7) Apendicitis akut
Tatalaksana
Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Apabila terdapat nyeri, maka
dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID.
Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. (3) (6) (5). Pemberian obat
kontrasepsi juga dapat diberikan untuk mengecilkan ukuran atau
perkembangan kista dan mengurangi peluang pertumbuhan kista ovarium.
Dilakukan pada kista dengan ukuran kurang dari 7 cm. Perawatan diruma h
sakit dilakukan bila : kista direncanakan untuk diangkat melalui operasi atau
kista yang mengalami puntiran, rutpur, atau terinfeksi. (4)
Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan
pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Bila ukuran
kista lebih dari 7 cm, atau kista mengala mi puntiran, atau kista ruptur, atau
kista mengalami infeksi.dilakukan :
a. Kistektomi
b. Ovarektomi
c. Salpingo ovarektomi
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista
yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal,
aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan
pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista
berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih
besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada
pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang
memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan
resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat
diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium
dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk
fertilitas di masa mendatang.Pengangkatan ovarium sebelahnya harus
dipertimbangkan pada wanita post menopause, perimenopause, dan wanita
premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak
lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium.
Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengala mi
penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu
bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi
setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya
untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4,
sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-
9.
Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas
untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan
onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan
serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma
ovarium pada keluarga. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi
dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh
seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor ganas atau
tidak.
Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.
Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo -
ooforektomi,dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangka t
tumornya saja (ooforektomi atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan
jika stadiumnya masih muda, belum mempunyai anak, derajat keganasan
tumor rendah seperti pada fow potential malignancy (borderline ).
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat
sitostatika seperti agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan
antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah
penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan
sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali.
Pentalaksanann spesifik
A) Tumor kistik ovarium
1) Kista Folikel
Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi
lansung pada dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi.
Pastikan dulu bawhwa kista yang akan dilakukan pungsi adalah kista
folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan kemudian kista
tersebut tergolong neoplastik ganas, maka cairan tumor invasif akan
menyebar di dalam rongga peritoneum.
2) Kista korpus Luteum
a. Kista Granulosa
b. Kista Teka
Pada umumnya tidak diperlukan tindakan bedah untuk menangani
kista ini karena kista dapat menghilang secara spontan setelah
evakuasi mola, terapi korio karsinoma dan penghentian stimulasi
ovulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi
ruptur kista dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum,
maka diperlukan tindakan laparotomi segera untuk
menyelamatkan penderita.
Komplikasi
Kista ovarium memiliki berbagai dampak yang luas. Dalam kebanyakan
kasus, kista ovarium bersifat jinak, tanpa gejala, tidak memerluka n
manajemen lebih lanjut dan akah hilang dengan sendirinya. Namun, dalam
beberapa kasus dapat terjadi ruptur ovarium, perdarahan maupun torsi
ovarium.
1) Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak. (10)
2) Torsio.
Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 4
cm atau lebih pada sekitar 15% kasus.. Putaran tangkai menyebabkan
gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan
melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum
parietale. Torsi ovarium melibatkan rotasi pedikel vaskuler ovarium,
menyebabkan obstruksi aliran arteri vena dan, akhirnya, yang dapat
menyebabkan infark. Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai,
tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh, pukulan pada perut dan
coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat
robekan akan segera berkurang. Namun bila terjadi perdarahan yang
timbul secara akut, perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda akut abdomen.
Sebagian besar kasus torsi terjadi pada wanita premenopause usia
subur, tetapi sampai 17% dari kasus dapat mempengaruhi prapubertas
dan wanita pascamenopause. Hal ini juga sangat terkait dengan
stimulasi ovarium dan sindrom ovarium polikistik. torsi ovarium lebih
umum di sisi kanan karena kolon sigmoid membatasi mobilitas ovarium
kiri. (10)
Keganasan dapat dilihat pada sampai dengan 2% dari kasus torsi
ovarium. Massa ovarium yang paling umum yang terkait dengan torsi
adalah kista dermoid. CT scan dan ultrasonografi dapat membantu
diagnosis. Tidak adanya aliran darah dalam ovarium dapat mendukung
diagnosis torsi. Pilihan pengobatan termasuk laparoskopi "detorsion"
dan pelestarian adneksa pada wanita premenopause dan salpingo-
ooforektomi pada wanita pascamenopause. fungsi ovarium dapat
dipertahankan dengan detorsion laparoskopi (10)
3) Ruptur
Hasil dari ruptur kista ovarium dievaluasi berdasarkan gejala terkait
dan akan menentukan apakah pasien dipulangkan atau dirawat untuk
laparoskopi. Ruptur Kista ovarium biasanya terjadi dengan kista luteal
corpus. Kasus ini melibatkan ovarium kanan dalam dua pertiga kasus
dan biasanya terjadi pada hari 20-26 dari siklus menstruasi wanita.
Mittelschmerz adalah bentuk pecah kista fisiologis. Pada wanita hamil,
perdarahan kista corpus luteal biasanya terlihat pada trimester pertama,
dengan sebagian besar menyelesaikan dengan usia kehamilan 12
minggu. Perdarahan dan syok dapat terjadi dan dapat hadir di akhir
simtomatologi tersebut.
Pada ruptur kista ovarium, ultrasonografi dapat menunjukkan cairan
bebas dalam kavum Douglas di 40% kasus. Ruptur kista dan perdarahan
dapat diobati secara konservatif dengan observasi jika pasien stabil,
dengan tindak lanjut scanning dalam 6 minggu untuk mengkonfir mas
i resolusi perdarahan. Laparoskopi ditunjukkan dalam kompromi
hemodinamik, kemungkinan torsi, tidak ada bantuan dari gejala dalam
waktu 48 jam, atau meningkatkan hemoperitoneum atau konsentrasi
hemoglobin jatuh.
4) Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
sempurna.
5) Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga
besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting.
6) Sindroma Meigs ditemukan pada 40% dari kasus febroma ovarii yaitu
tumor ovarium disertai asites dan hidrotoraks.
Pencegahan
Kista ovarium tidak dapat di cegah jika masih dalam masa ovulasi. Namun,
pemberian kontrasepsi hormonal dapat diberikan untuk menghentikan ovulasi. Hal
ini dapat membantu menurunkan risiko terkena kista baru.
Pemakaian kontrasepsi oral mencegah pertumbuhan kista ovarium
fungsional. Penggunaan selama 15 tahun mengurangi resiko kistadenokarsino ma
epitel ovarium. Setiap wanita harus melakukan pemeriksaan ginekologis tahunan.
Pada wanita dengan resiko tinggi dengan riwayat keluarga atau riwayat kanker
payudara terdahulu harus melakukan pemeriksaan USG dan CA 125 tahunan. Pada
wanita dengan resiko tinggi -kistadenokrasinoma ovarium, dapat dilakukan
ooforektomi profilaktik untuk mencegah pertumbuhan karsinoma ovarium.
Prognosis
Prognosis untuk kista jinak sangat baik. Semua kista tersebut dapat terjadi
pada jaringan ovarium residual atau di ovarium kontralateral. Walaupun
penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang
benar namun hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat
menggembirakan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka
di dunia sekalipun. Secara keseluruhan, 70% -80% dari kista folikel sembuh secara
spontan.
Keganasan merupakan keprihatinan umum di antara pasien dengan kista
ovarium. Pasien hamil dengan kista sederhana berukuran lebih kecil dari 6 cm
memiliki risiko keganasan kurang dari 1%. Sebagian besar kista ini menyebabkan
pengakhiran kehamilan pada usia 16-20 minggu, dimana 96% dari kasus ini
berakhir secara spontan. Pada pasien pascamenopause dengan kista unilocular,
keganasan dapat berkembang di 0,3% kasus.
Pada kasus kompleks, kista multiloculated, risiko keganasan naik ke 36%.
Jika kanker didiagnosis, penyebaran regional atau jauh dapat hadir pada sampai
dengan 70% kasus, dan hanya 25% dari kasus baru akan dibatasi untuk tahap I
penyakit.
Kematian terkait karsinoma ovarium ganas berhubungan dengan waktu pada
saat mendiagnosis, dan pasien dengan karsinoma ini cenderung datang terlambat
dalam perjalanan penyakit. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan
adalah 41,6%, bervariasi antara 86,9% untuk Federasi Internasio na l Ginekologi
dan Obstetri (FIGO) stadium Ia dan 11,1% untuk stadium IV.
Sekelompok pasien dengan tumor yang kurang agresif dan berpotensi ganas
lebih rendah masih berhubungan dengan angka kematian. Tingkat kelangsunga n
hidup selama 5 tahun secara keseluruhan adalah 86,2%.
Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas telah didalilkan namun,
sampai saat ini, masih belum terbukti. Perubahan ganas dapat terjadi pada sebagian
kecil dari kista dermoid dan endometrioma.
Tumor sel granulosa berhubungan dengan tingkat kelangsungan hidup 82%,
sedangkan karsinoma sel skuamosa yang timbul dalam kista dermoid yang
berhubungan dengan hasil yang sangat buruk.
Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas telah didalilkan namun,
sampai saat ini, masih belum terbukti. Perubahan ganas dapat terjadi pada sebagian
kecil dari kista dermoid dan endometriom.
DAFTAR PUSTAKA