Anda di halaman 1dari 8

LOMBA ESAI IOSH

DIGITALISASI PENGELOLAAN AMDAL PADA PERTAMBANGAN


EMAS TRADISIONAL DI WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI
DENGAN APLIKASI E-DIGIDAW (ELEKTRONIK DIGITALISASI
AMDAL WONOGIRI)

Diusulkan oleh :

Miftah Hanif (25000118130200/2018)

Annisa Maharani (25000118130207/2018)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

KOTA SEMARANG

2019
PENDAHULUAN

Potensi tambang emas di wilayah kabupaten Wonogiri masih memberikan


harapan untuk pembangunan ekonomi masyrakat setempat. Tambang emas yang
berada di wilayah kawasan Gunung Mas ini, masih mempunyai prospek baik bagi
sumber pendapatan masyarakat setempat. Tambang emas di wilayah ini sudah
dilakukan masyarakat sejak beberapa tahun lamanya dengan cara tradisional.
Pertambangan emas tradisional ini dilakukan dengan cara dan menggunakan alat-
alat yang sederhana seperti alat-alat betel (pahat), palu, lampu senter, tali,
kerekan, serta gelondong yang digunakan untuk mengolahnya. Banyak
masyarakat setempat yang memilih menetap di kampung halaman dan menjadi
penambang emas tradisional karena menurut mereka menjadi penambang emas
tradisional saja cukup membuat ekonomi mereka berkembang.

Lokasi tambang emas tersebut berada pada kompleks puncak bukit


Gunung Mas. Jenis tambang emas yang digunakan masyarakat setempat
merupakan jenis tambang emas terbuka. Jenis tambang emas terbuka merupakan
beberapa metode penambangan deposit mineral tambang dari permukaan, yang
memerlukan kegiatan pembukaan lahan dengan vegetasi, tanah atas, batuan atau
bahan penutup (overburden) atas deposit mineral, mengambil deposit, dan diikuti
dengan kegiatan reklamasi lahan yang terkena dampak untuk pasca tambang.
Teknik tambang emas terbuka (open pit) dilakukan oleh masyarakat setempat
dengan cara membersikan lahan, memotong pohon dan vegetasi yang menutupi
daerah yang ingin ditambang, kemudian menggali tanah dan mengambil material-
material yang diduga mengandung emas. Selain penambangan yang dilakukan
secara tambang emas terbuka (open pit), masyarakat setempat juga melakukan
penambangan bawah tanah (underground) dengan membuat lubang-lubang di
tempat-tempat yang diduga mengandung emas. (Nurcholis, et al., 2016)

Dengan bekal teknik sederhana yang sudah dimiliki oleh para penambang
emas setempat, mereka melakukan proses penambangan secara kolektif dan
bergantian. Hasil penambangan yang menggunakan teknik tambang emas terbuka
(open pit) maupun bawah tanah (underground) dimasukan ke dalam karung.
Selanjutnya, dlakukan proses pengolahan emas yang disebut dengan proses
gelondong. Gelondong merupakan sebuah set silinder yang menggunakan dinamo
dengan penggerak listrik. Dalam proses pengolahan menggunakan gelondong,
diawali dengan menghancurkan material-material yang diperoleh hingga halus.
Kemudian, material-material yang sudah halus dimasukkan ke dalam gelondong
yang ditambahkan dengan campuran air dan merkuri. Proses gelondong dilakukan
selama dua jam yang kemudian didulang (mengayak material yang telah diproses
di atas air) dan didapatkan hasil berupa amalgam. Setelah didapatkan amalgam,
dilanjutkan dengan proses amalgamasi. Proses amalgamasi merupakan proses
pembakaran yang digunakan untuk memisahkan emas dengan air raksa yang
biasanya dilakukan sebanyak dua kali. Proses amalgamasi biasanya dilakukan
dengan cara membakar amalgam di atas nyala api. Dahulu masyarakat setempat
melakukan proses pembakaran tersebut dengan menggunakan tungku masak yang
berada di dapur. Namun, setelah mengetahui risiko yang dapat menimbulkan
bahaya yang mengancam seperti kebakaran dan asap yang ditimbulkan dari proses
tersebut juga dapat berpotensi mengganggu kesehatan anggota keluarga. Oleh
karena itu, masyarakat setempat lebih memilih melakukan proses pembakaran
tersebut di luar rumah. (Nurcholis, et al., 2016)

Limbah yang dihasilkan dari proses amalgamasi terdapat dua macam


limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat tersebut berupa tailing
yang nantinya dimasukkan ke dalam suatu bak pengumpul, sedangkan limbah cair
tersebut yang mengandung merkuri langsung dibuang ke saluran drainase atau
parit yang bermuara ke sungai. Saluran drainase atau parit tersebut akan melalui
lahan sawah yang nantinya digunakan sebagai sumber air irigasi. Sehingga
sumber air irigasi ini dapat berpotensi mengandung kontaminan logam-logam
berat seperti merkuri. (Nurcholis, et al., 2016)

Merkuri atau Hg merupakan logam berat berbentuk cair, berwarna putih


perak, serta mudah untuk menguap pada suhu ruangan. Merkuri akan memadat
pada tekanan 7.640 Atm. Merkuri memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59
g/mol, titik beku -39oC, dan titik didih 356,6oC. Di dalam air, merkuri dapat
mengalami biotransformasi menjadi senyawa organik metil merkuri atau fenil
merkuri akibat proses dekomposisi oleh bakteri. Selanjutnya, senyawa organik
tersebut akan terserap oleh jasad renik yang akan masuk ke dalam rantai makanan
dan akhirnya akan terjadi akumulasi dan biomagnifikasi dalam tubuh hewan air
seperti ikan dan kerang yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang
mengonsumsinya. Risiko tinggi pemaparan merkuri pada pengolahan emas
tradisional adalah pada saat proses penyaringan dan pemijaran. Pada proses
penyaringan, merkuri yang masih dalam bentuk anorganik akan diserap dan
masuk ke dalam tubuh melalui kulit karena pada proses penyaringan dilakukan
pencampuran merkuri. Pada proses pemijaran pengolah akan terpajan uap merkuri
melalui inhalasi karena bijih emas yang telah diikat dengan merkuri akan
dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi dan akan terjadi penguapan merkuri.
(Rianto, et al., 2012)

Tiga kelompok gejala keracunan merkuri anorganik adalah pemajanan


kadar tinggi uap merkuri, pemajanan berulang uap merkuri, dan pemajanan
senyawa merkuri anorganik. Pemajanan ini berpotensi menimbulkan gejala klinik
pada manusia berupa : respiratory distress (bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonitis
interstitialis, sukar bernafas, batuk), kerusakan tubuli ginjal, kasus berat
membawa kematian, gejala neurologi (tremor) dan irritability (tak dapat tidur,
ketidakstabilan emosi). Bila pemajanan tidak berlangsung lama bisa diharapkan
penderita bisa pulih kembali. (Rianto, et al., 2012)

Pemajanan berulang uap merkuri merupakan pemajanan jangka panjang


dan organ sasarannya adalah susunan syaraf pusat. Pada konsentrasi tinggi akan
timbul gejala - gejala : “Mercury erethism” (tremor dan perubahan kepribadian),
gejala penting rongga mulut (sensasi gigi mengambang, nyeri gigi, gingivitis,
hipersalivasi), proteinuria tanpa kejelasan adanya disfungsi ginjal. Pada
konsentrasi rendah akan timbul gejala-gejala Asthenicvegetative syndrome (lemah,
cepat lelah, kehilangan nafsu makan, kehilangan berat, dan disfungsi pencernaan).
Pemajanan senyawa Merkuri anorganik terjadi karena terminum HgCl2 (sengaja
atau tidak). Pada konsentrasi tinggi akan timbul efek korosif tractus digestivus,
vomitus, nyeri lambung, shock (pada kasus berat), degenerasi tubuli renalis,
disfungsi ginjal, dan sindroma nefrotik. (Rianto, et al., 2012)
ISI

Banyaknya dampak yang ditimbulkan limbah merkuri yang dihasilkan dari


proses penambangan emas tradisional di Wonogiri kurang memperhatikan aspek
dari K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terfokus pada lingkungan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, K3 merupakan keselamatan kerja dalam segala tempat kerja
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara,
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Kurangnya
kepedulian penambang emas tradisional setempat terhadap aspek K3 dan
lingkungan menyebabkan teknik penambangan yang diterapkan kurang tepat dan
tidak memperhatikan AMDAL. AMDAL merupakan singkatan dari Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa AMDAL
merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki AMDAL wajib memiliki izin lingkungan (Pasal 36 ayat (1) UU
Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
barang siapa yang melanggar dapat dikenai pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga tahun) dan denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 3.000.000.000 (tiga milyar rupiah)
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 109 ayat (1) UU Nomor 32 tahun 2009.

Seharusnya dengan adanya peraturan tersebut pemerintah setempat dapat


bertindak dengan tegas mengenai pengelolaan limbah yang dihasilkan dari proses
pengolahan penambangan emas sehingga dampak limbah yang dihasilkan tidak
merusak lingkungan setempat. Dengan adanya permasalahan di atas, kami
memiliki gagasan atau ide terkait bagaimana cara mengatasi permasalahan
tersebut. Gagasan atau ide ini bertujuan untuk memperbaiki pengelolaan AMDAL
pada pertambangan emas tradisional di wilayah kabupaten Wonogiri, mengurangi
dampak pencemaran limbah merkuri yang sudah mencemari lingkungan pada area
pertambangan dan pemukiman masyarakat setempat serta memperdayakan
masyarakat setempat dengan cara melakukan penanaman pohon sorgum, dan
mengoptimalkan aspek digitalisasi dalam pengelolaan lingkungan pertambangan
emas tradisional.

Dengan adanya tujuan tersebut kami menciptakan sebuah aplikasi yang


bernama “E-digidaw”. Aplikasi ini dilatarbelakangi dengan adanya generasi
milenial yang berhubungan erat dengan teknologi dalam sehari-harinya, sehingga
kami memanfaatkan kesempatan tersebut dengan membuat aplikasi “E-digidaw”.
E-digidaw merupakan singkatan dari Elektronik Digitalisasi Amdal Wonogiri.
Aplikasi E-digidaw nantinya akan bekerjasama dengan Dewan Lingkungan Hidup
(DLH) setempat untuk mengawasi pengelolaan AMDAL pada pertambangan
emas tradisional khususnya di kabupaten Wonogiri, selain itu E-digidaw dapat
digunakan untuk penjualan biodiesel yang merupakan hasil dari pengolahan
pohon sorgum yang dapat mengurangi efek dari pencemaran limbah merkuri pada
lingkungan tanah. Isi dari aplikasi E-digidaw meliputi database kontrol dalam hal
pengelolaan AMDAL pada setiap pertambangan emas tradisonal. Database
kontrol tersebut wajib diisikan pada aplikasi E-digidaw yang berupa data
mengenai bagaimana pengolalaan AMDAL yang berjalan setiap harinya pada
setiap bulannya. Database kontrol tersebut dapat digunakan oleh perusahaan
pertambangan emas tradisional dan Dewan Lingkungan Hidup (DLH) sebagai
acuan pada saat melakukan monitoring dan evaluasi. Dalam melakukan
monitoring dan evaluasi tersebut, Dewan Lingkungan Hidup (DLH) dapat dibantu
dengan adanya suatu sistem yang ada pada aplikasi E-digidaw yaitu dengan
adanya sistem call center yang nantinya akan menerima pelaporan mengenai
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
pertambangan emas mengenai pengelolaan AMDAL. Database kontrol tersebut
juga dapat digunakan sebagai dasar penilaian setiap bulannya oleh Dewan
Lingkungan Hidup (DLH). Nilai yang terbaik dari perusahaan-perusahaan
pertambangan emas tradisional di wilayah Wonogiri pada setiap bulannya akan
diberikan sertifikat. Sertifikat tersebut diharapkan dapat digunakan untuk
memotivasi perusahan agar tetap menjaga dan mempertahankan pengelolaan
AMDAL yang baik, dan sertifikat tersebut dapat menjadi daya tarik sebuah
investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Selain itu, dalam
aplikasi E-digidaw terdapat database mengenai profil dari perusahaan-perusahaan
pertambangan emas tradisional di Wonogiri, profil tersebut berisi tentang
informasi-informasi dari perusahaan-perusahaan pertambangan emas tradisional
yang meliputi surat perizinan mengenai AMDAL. Dengan seperti itu diharapkan
terdapat pihak investor yang ingin berkerjasama dengan suatu perusahan
pertambangan emas tradisional tersebut. Selain itu, di dalam aplikasi E-digidaw
terdapat fungsi yang lain yaitu adanya e-commerce yang menjual hasil olahan
pohon sorgum yang ditaman oleh masyarakat setempat guna mengurangi unsur
merkuri yang ada ditanah dengan proses fitoremediasi. Hasil olahan tersebut
berupa biodiesel yang dapat digunakan untuk dijual sebagai bahan bakar mesin.
Diharapkan hasil penjualan dari biodiesel juga dapat meningkatkan pendapatan
ekonomi masyarakat setempat. Dalam aplikasi E-digidaw juga dapat berfungsi
sebagai edukasi untuk masyarakat yang masih belum mengetahui bagaimana cara
pengelolaan AMDAL yang baik dan benar karena di dalam aplikasi tersebut
terdapat sebuah halaman pembelajaran mengenai AMDAL.

PENUTUP

Limbah cair dari hasil proses amalgamasi pertambangan emas tradisional


di kabupaten Wonogiri yang mengandung merkuri merupakan permasalahan
pencemaran lingkungan yang harus diperhatikan dengan cara mengurangi risiko-
risiko yang akan terjadi. Risiko tersebut berupa dampak dari merkuri yang sudah
terkontaminasi melalui saluran drainase atau parit yang bermuara ke sungai.
Saluran drainase atau parit tersebut akan melalui lahan sawah sehingga dapat
mencemari lingkungan sekitar. Lalu, kurangnya perhatian penambang emas
tradisional setempat terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja mengenai
lingkungan juga menyebabkan teknik penambangan yang diterapkan kurang tepat
dan tidak memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Perlu adanya solusi untuk mengurangi permasalahan pencemaran lingkungan
yang terjadi di sana. Solusi tersebut berupa ide untuk menciptakan aplikasi gratis
yang dapat diakses para penambang emas khususnya di kabupaten Wonogiri.
Aplikasi tersebut bernama E-digidaw (Elektronik Digitalisasi Amdal Wonogiri) .
hal ini merupakan langkah kecil untuk mengurangi permasalahan lingkungan
yang sudah tercemar oleh limbah merkuri serta mengontrol pengelolaan AMDAL
pada setiap pertambangan emas tradisional. aplikasi tersebut tentu saja akan
bekerjasama dengan Dewan Lingkungan Hidup (DLH) untuk monitoring dan
evaluasi pengelolaan AMDAL pada pertambangan emas tradisional. selain itu,
pada aplikasi ini terdapat e-commerce yang menjual biodiesel hasil dari
pengolahan pohon sorgum yang dapat mengurangi efek dari pencemaran limbah
merkuri pada lingkungan tanah. Hasil penjualan tersebut dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat. Dengan semakin berkembangnya teknologi,
diharapkan aplikasi ini dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan yang
terjadi di pertambangan emas tradisional khususnya di kabupaten Wonogiri
dengan aspek digitalisasi yang dapat memudahkan orang-orang untuk
mengaksesnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nurcholis, M., Yudiantoro, D. & Haryanto, D., 2016. Studi Lingkungan Tambang Emas
Rakyat di Gunung Mas Kabupaten Wonogiri. Seminar Nasional Tahun ke-2 Call For
Papers dan Pameran Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kemenristekdikti RI, 1(16), p. 104.

Rianto, S., Setiani, O. & Budiyono, 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Behubungan
Dengan Keracunan Merkuri Pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan
Selogiri Kabupaten Wonogiri. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Volume 11, p. 54.

Anda mungkin juga menyukai