Anda di halaman 1dari 5

Dampak Akibat Pengunaaan Mercuri

Pada Tambang Rakyat Buper

Latar belakang

UU No. 3 tahun 2020 tentang perubahan atas undang-undang nomor 4


tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara. Tambang rakyat adalah
suatu usaha penambangan bahan galian mineral Yang dilakukan oleh rakyat
setempat pada secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat
sederhana untuk mata pencaharian.Pertambangan rakyat didasarkan pada izin
pertambangan rakyat (IPR), yaiitu izin untuk melaksanakan usaha pertambangan

dalam wilayah pertambangan rakyat yang luas.

Kegiatan pengolahan emas yang dilakukan di tambang rakyat buper masih


dilakukan secara tradisional dengan mengunakan teknik amalgamasi atau
pengunaan merkuri dalam proses pengolahannya teknik amalgam berpotensi
menyebabkan penyemaran terhadap lingkungan karena akumalasi dari logam
merkuri pada rantai makanan atua ekosistem.

Pada tahap proses amalgamasi pencucian dan pemerasan, limbah cair yang
mengandung dari hasil kegiatan tersebut berpotensi tercecer disekitar area
pengolahan emas sehingga dapat mencemari tanah. Selanjutnya, pada tahap
pembakaran, uap merkuri yang dihasilkan dari kegiatan ini dapat menghasilkan
pencemaran udaara, kemudian mengendap dipermukaan tanah dan akan
terakumulasi di ekosistem perairan.
Mercuri atau air raksa (Hg) merupakan logam yang berbentuk cairan
dalam suhu ruang ( 25°C) berwarna keperakan. Sifat merkuri sama dengan sifat
kimia yang stabil terutama di lingkungan sedimen, yaitu mengikat protein, mudah
menguap dan mengemisi atau melepaskan uap merkuri beracun walaupun pada
suhu ruang. Uap merkuri di atmosfir dapat bertahan selama 3 bulan hingga 3
tahun sedangkan yang melarut dalam air hanya bertahan beberapa minggu.
Beberapa jenis merkuri yang digunakan dalam dunia kesehatan antara lain
Merkuri Elemental (Hg), Merkuri Inorgnanik dan Merkuri Organik. Merkuri
Elemental (Hg) terdapat dalam termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi,
alat elektrik, batu batere dan cat. Selain itu, merkuri elemental juga digunakan
sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk
produksi klorin dari sodium klorida. Sedangkan Merkuri Inorganik dalam bentuk
Hg++(Mercuric)dan Hg+(Mercurous) dapat ditemukan pada desinfektan, teething
powder dan laksansia (calomel) serta mercurous fulminate yang bersifat mudah
terbakar. Serta Merkuri Organik yang terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain
metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek
dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.

Pengolahan emas dengan merkuri pada pertambangan emas skala kecil


(PESK) masih banyak dilakukan, hanya sebagian kecil saja yang telah beralih ke
proses yang tidak mengunakan merkuri seperti penggunaan Sianida, Boraks
ataupun pemisahan secara fisik dengan didulang (diayak) hal ini yang menjadikan
merkuri berada pada lingkungan sekitar kegiatan sebagai sisa proses ataupun yang
terbuang begitu saja ke media lingkungan.

PESK atau biasa disebut dengan penambang emas tradisional biasa dalam
melakukan kegiatannya menggunakan peralatan yang sederhana, untuk mencari
batuan tambang atau ekplorasi dan eksploitasinya menggunakan cangkul, linggis,
palu, skop dan alat angkut yang sederhana

Dampak penggunaan mercuri


Dampak yang di berikan dari penggunaan merkuri pada tambang rakyat
buper sendiri Ialah dampak lingkungan dari penambangan ini pertama
terganggunya kualitas air tanah akibat pencemaran Mercuri, kedua lokasi galian
yang masuk dalam kawasan hutan lindung termasuk dampak lain  yakni
tercemarnya kawasan  sekitar bahkan sampai ke danau.
- Dampak negatif Penambangan emas menggunakan merkuri dapat membawa
dampak yang sangat buruk pada berbagai sektor. Sebab, limbah  merkuri tidak
hanya dapat mencemari air, tetapi juga bahan pangan, binatang ternak hingga
udara yang membahayakan kesehatan manusia. Sayangnya, di Indonesia masih
banyak yang belum memahami bahaya merkuri sehingga penggunaan untuk
kebutuhan tambang emas sangat tinggi bahkan mencapai 57%.
- Dampak Negatif
1.udaran dimana kurangannya udara segar di karenakan adanya penguapan dari
pembakaran penggunaan merkuri.
2.kualitas air terganggu yang akan mengakibatkan krisis air tawar dan air minum
3.kesehatan dimana keracunanan dan gangguan kesahatan
Flora dan fauna dimana tumbuhan dan hewan tidak dapat bertumbuh dengan baik.

- Dampak positif
1. Membantu memisakan mineral berharga dan mineral tidak
berharga .
2. Meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat sekitar

Kebijakan Yang Di Ambil


kebijakan yang diambil dengan dasar hukum ,adanya tindakan yang diambil
pemerintah dan para pekerja yang ada yaitu:
1.  Undang-Undang Nomor 11 tahun 2017 tentang Pengesahan Minamata
Convention on Mercury (Konvensi Minamata Mengenai Merkuri)
(UU/11/2017) pada tanggal 20 September 2017.
2. PP Nomor 21 tahun 2019 ayat 1 dan 2 TENTANG RENCANA AKSI
NASIONAL PENGURANGAN DAN PENGHAPUSAN MERKURI
3. PP Nomor 22 tahun 2021 ayat 2 perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan,pemamfaatan, pengendalian, pengawasan, dan
pergerakan hukum.
Hasil dan Saran

Hasil

Penggunaan merkuri yang berlebihan atau tidak terkontrol dapat merusak


lingkungan yang berada di sekitar tambang.

Saran

Kegiatan penambangan di buper harus melakukan tailing treatmen


menggunakan metode filtoremidasi, dengan memaafkan eceng gondong sebagai
adsorben

Anda mungkin juga menyukai