Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Zukruf Fefen, Muhammad Hakim Asyyura


Universitas Negeri Padang, Jl Prof. Dokter Hamka, Air Tawar Barat,
Padang, West Sumatera, Indonesia

*zukruffefen05@gmail.com

Abstract. Matematika menjadi landasan ilmu dalam mempelajari ilmu-ilmu lain. Pembelajaran
matematika pada dasarnya ditujukan untuk mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan logis
serta untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, agar siswa dapat
menghadapi situasi kehidupan nyata dengan efektif. (Švecová, Rumanová, & Pavlovičová,
2013). Namun, pada kenyataannya kualitas pembelajaran matematika sekolah di Indonesia
belum konsisten dengan harapan dan tujuan pembelajaran matematika yang disebutkan
sebelumnya. Kualitas pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa.
Pembelajaran matematika rendah
hasil siswa sekolah dasar ditemui di Kecamatan Karangpandan, yang dapat
dilihat dari data prestasi belajar pada Ujian Nasional tahun ajaran 2016/2017
Kata Kunci: Pendekatan matematika, pembelajaran matematika relaistik

1. Introduction
Pada zaman sekarang ini, perubahan proses belajar berubah dari awalnya Teacher centered ke
Student centered. Hal ini dikarenakan tuntutas dari perkembangan zaman yang semakin
modernisasi dan berkembang pesat. Sumber daya satu-satunya bukan hanya guru, namun banyak
penyedia informasi yang disediakan pada zaman sekarang ini. Seperti yang dapat di akses pad
media online sebagai penunjang dalam proses pembelajaran. Jadi, siswa dituntut untuk aktif
dalam mencari dan menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang apa yang sedang mereka
pelajari. Pembelajaran merupakan proses memperoleh informasi oleh siswa. Prosesnya melalui
persepsi, penyimpanan informasi, dan pemanfaatan kembali informasi tersebut untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Belajar merupakan aktifitas siswa dalam membangun
makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa
untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada
pada diri siswa, sedangkan guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong
dan memotivasi siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Melihat dari perkembangan zaman yang semakin hari semakin kompleks, fungsi dari
pengajaran matematika kepada siswa adalah untuk mempersiapkan siswa berpikir kritis, logis,
rasional, cermat, dan efisien. Namun, tugas ini menjadi semakin berat untuk dilakukan oleh guru,
sehingga seorang guru dituntut harus lebih professional dalam mengajar dan meningkatkan
kreativitas siswa yang beragam melakui latihan-latihan pemecahan masalah. Untuk itu,
diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa yang beragam,
salah satunya adalah dengan pendekatan open-ended.
Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang
pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan ini lahir sekitar dua
puluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada,
Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Afgani dalam (Nohda, 2000)). Munculnya pendekatan ini
sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas kelasnya disebut dengan
“issei jugyow” (frontal teaching); guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada para siswa,
kemudian memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa soal.

Seperti diketahui bahwa masalah rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan
atau tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya proses
atau prosedur yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal tersebut kurang atau
bahkan tidak mendapat perhatian guru. Padahal perlu disadari bahwa proses penyelesaian
masalah merupakan tujuan utama dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika.
Gambaran tersebut sebagaimana dikemukakan Afgani dalam (Anthony (1996)) yang
mengemukakan bahwa pemberian tugas matematika rutin yang diberikan pada latihan atau
tugas-tugas matematika selalu terfokus pada prosedur dan keakuratan, jarang sekali tugas
matematika terintegrasi dengan konsep lain dan juga jarang memuat soal yang memerlukan
kemampuan berfikir tingkat tinggi. Akibatnya ketika siswa dihadapkan pada tugas yang sulit dan
membutuhkan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau jawabannya tidak langsung diperoleh,
maka siswa cenderung malas mengerjakannya, akhirnya dia menegosiasikan tugas tersebut
dengan gurunya.
Tugas dalam pembelajaran matematika diharapkan mampu membuat siswa berpartisipasi
aktif, mendorong pengembangan intelektual siswa, mengembangkan pemahaman dan
ketrampilan matematika, dapat menstimulasi siswa, menyusun hubungan dan mengembangkan
tatakerja ide matematika, mendorong untuk memformulasi masalah, pemecahan masalah dan
penalaran matematika, mamajukan komunikasi matematika, menggambarkan matematika
sebagai aktifitas manusia, serta mendorong dan mengembangkan keiinginan siswa mengerjakan
matematika (Afgani dalam (NCTM, 1991; Silver, 1985)).

2. Tentang Pendekatan Open-ended


Pendekatan opem-ended berasal dari Jepang kisaran tahun 1971 dan 1977., peneliti
Jepang melakukan serangkaian proyek penelitian dalam rangka mengembangkan metode
evaluasi untuk menilai keterampilan dan pemikiran tingkat tinggi siswa dalam pembelajaran
matematika. Evaluasi tersebut menggunakan masalah terbuka sebagai tema, meski pada mulanya
soal terbuka digunakan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, namun
ditemukan bahwa pendekatan ini secara signifikan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pendekatan dimulai dengan melibatkan siswa dalam masalah terbuka yang diformulasikan untuk
memiliki beberapa jawaban yang benar “tidak lengkap” atau “terbuka” (Aras dalam (Inprashita,
2006)).
Pada dasarnya pendekatan open-ended ini sudah lama digunakan di Jepang sebagai
assement approach dalam melakukan test formatif. Walaupun masih banyak sekolah-sekolah
yang melakukan penilaian test formatif menggunakan paper and pencil test. (Aras dalam
(Nagasaki & Becker, 1993)). Hal ini dikarekan jika siswa dapat menyelesaikan suatu masalah
dengan menggunakan lebih dari satu solusi, memungkinkan guru untuk menilai kemamupuan
berfikir siswa secara harfiah berbeda-beda.
Pada awal tahun 1970-an kolaborasi antara guru Jepang dan ahli pendidikan matematika
Amerika Serikat mulai dilakukan dan merupakan titik tolak dari perkembangan pendekatan
open- ended. Setelah bertahun-tahun, pada jenjang yang lebih komprehensif, kolaborasi kedua
negara ini telah melakukan berbagai kegiatan, mulai dari proyek penelitian lintas-nasional,
pertukaran kunjungan oleh delegasi dari guru matematika dari kedua negara maupun kunjungan
pendidikan secara resmi baik jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu, seminar
internasional telah dilakukan di kedua negara, bahkan prosiding konferensi telah diterbitkan dan
disebarluaskan. Hal ini tentu memiliki dampak yang sangat besar bagi perkembangan perspektif
yang berbeda pada pengajaran matematika (Aras dalam (Becker & Epstein, 2006)).
Pendekatan open-ended menurut kholil (dalam Shimada, 1997) adalah pendekatan yang
menyajikan suatu permasalahan (problem) yang memiliki lebih dari satu metode atau selesaian
benar. Pendekatan open-ended ini tidak berorientasi pada hasil akhir tetapi lebih mengutamakan
bagaimana siswa mengembangkan metode, cara, atau pendekatan untuk menjawab permasalahan
yang diberikan. karakteristik masalah open-ended yang digunakan dalam pembelajaran
matematika disajikan dengan tujuan mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan membantu
mereka berpikir dari titik yang berbeda.
Menurut Suherman (2003) yang menjadi pokok pikiran pada pembelajaran dalam
pendekatan open-ended adalah pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara
matematika dan siswa sehingga akan membantu siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dengan berbagai macam cara. Kegiatan mateamtik dan kegiatan sisw disebut terbuka juga
memenuhi tiga aspek, yaitu:
1. Kegiatan siswa harus terbuka, artinya guru harus memberikan kebebasan kepada siswa
dalam melakukan segala sesuatu.
2. Kegiatan matematik adalah ragam berfikir, artinya kegiatan yang di dalamnya terjadi
proses pengabstrasisan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia
matematika maupun sebaliknya.
3. Kegiatan siswa dan kegiatan mematik merupakan satu kesatuan

Pendekatan open-ended adalah pendekatan yang menggunakan masalah terbuka (open-


ended problems) dimana suatu masalah mempunyai banyak solusi dan penyelesaiannya.
Keterbukaan tersebut diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu :
1. Prosesnya terbuka,
Maksud dari proses yang terbuka ialah tipe soal yang diberikanmempunyai banyak cara
penyelesaian yang benar.
2. Hasil akhir terbuka.
Hasil akhir terbuka, maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang banyak
(multipel).
3. Cara pengembangan lanjutannya terbuka.
Cara pengembangan lanjutan terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan
masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi dari kondisi
yang ada diawal.

Tujuan dari pendekatan open-ended menurut Nohda (Suherman, 2003 : 124) adalah untuk
mendorong siswa dalam berpikir kreatif dan sistematis dalam menyelesaikan suatu masalah
secara berkelanjutan. Dengan kata lain kemampuan berpikit siswa harus dikembangkan dengan
baik sesuai dengan kemampuan tiap-tiap siswa. Hal ini perlu diperhatikan bahwa guru harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dengan bebas dengan minat dan
kemampuannya.
Menurut Afgani dalam (Shimada & Becker (1997)) munculnya pendekatan open-ended
bermula pada pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif dalam kemampuan
berpikir kreatif tingkat tinggi dalam matematika. Seperti yang telah diketahui bahwa dalam
pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan, ketrampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip
atau aturan-aturan biasanya diberikan kepada siswa dalam langkah sistematis. Rangkaian
tersebut tidak diajarkan secara langsung terpisah-pisah atau masing-masing, namun harus
disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap setiap siswa. Dengan
demikian akan terbentuk suatu keteraturan atau pengorganisasian intelektual yang optimal.

Menurut Nurjaman dalam (Akihiko Takahashi (2007) beberapa manfaat menggunakan


open-ended (masalah terbuka) dalam pembelajaran mateamtika, yaitu:
1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan mengekspresikan ide-ide mereka
secara lebih intensif.
2. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilanya
secara komprehensif.
3. Setiap siswa bisa merespon masalah dengan menggunakan cara mereka sendiri.
4. Siswa termotivasi untuk memberikan pembuktian.
5. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya untuk menikmati proses penemuan dan menerima
persetujuan dari siswa lainya terhadap strategi atau solusi yang mereka hasilkan.

3. Keunggulan dan kelemahan pendekatan open-ended

Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa yang solusinya tidak
perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau
prosedur yang ditempuh siswa dalam memecahkan masalah. Hal tersebut akan memberikan
pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan,
ketrampilan dan cara berfikri matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa
keunggulan dari pendekatan ini, antara lain :
1. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta memungkinkan
untuk mengekspresikan idenya
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
matematika secara komprehensif
3. Siswa dari kemampuan matematika lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri
4. Siswa termotivasi secara intrinsik untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban
yang mereka berikan
5. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri maupun dari
temannya dalam menjawab permasalahan

Namun demikian, pendekatan ini juga terdapat berbagai kelemahan. Adapun kelemanahan yang
muncul antara lain :
1. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna bagi siswa
2. Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah secara sempurna. Seringkali siswa menghadapi
kesulitan untuk memahami bagaimana caranya merespon atau menjawab permasalahan yang
diberikan
3. Karena jawabannya bersifat bebas, maka siswa yang memiliki kemampuan matematika yang
tinggi seringkali merasa cemas atau ragu atas jawabannya sendiri.
4. Terdapat kecenderungan bahwa siswa merasa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan
karena mereka merasa kesulitan dalam mengajukan kesimpulan secara tepat dan jelas.
(Suherman dkk, 2003: 133)
DAFTAR PUSTAKA

Akihiko Takahashi, “Communication as a Procces for Students to Learn Mathematical”


(makalah dipresentasikan dalam konferensi internasional Tsukuba III - APEC, Kyoto, 9
Desember 2007),h. 2, diakses 18 Januari 2015,
http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2008/papers/PDF/14.Akihiko_Takahashi_USA.p
df.

Aras. I, “Pendekatan Open-ended Dalam Pembelajaran Matematika,” Jurnal Edukasia, vol. 5, no.
2, th. 2018.

Anthony, G., (1996). Classroom Instructional Factors Affecting Mathematics Stidents’ Strategics
Learning Behaviours. Dalam Philip C. Clarkson (editor) Technology in Mathematics Education.
Australia : Mathematics Educatiuon Research Group of Australia

Nacional Council of Teacher of Mathematics (NCTM), (2000). Principles and Standards for
School Mathematics. USA : NCTM.

Nohda, N., (2000). Learning and Teaching Through Open-ended Approacrh Method. Dalam
Tadao Nakahara dan Masataka Koyama (editor) Proceeding of the 24th of the Intenational
Group for the Psychology of Mathematics Education. Hiroshima : Hiroshima University.

Becker, J.P. & Shimada, S. 1997. The Open-Ended approach: A New Proposal for teaching
mathematics. Virginia: the National Coucil of Teachers of mathematics. Hlm. 23

Silver, R. E. (1996). Research on Teaching Mathematical Problem Solving : Some


Underrepresented Themes and Needed Directions. Dalam Edwar A. Silver (editor) Teaching and
Learning Mathematical Problem Solving : Multiple Research. New Jersey : Lawrence Earlbaum
Associates Publisher.

Shimada, S., & Becker J.P., (1997). The Open-Ended Approach. A New Proposal for Teaching
Mathematics. Virginia : NCTM.

Suherman, Erman. dkk, 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.
OPEN-ENDED APPROACH IN MATHEMATICS INSTRUCTION
Zukruf Fefen, Muhammad Hakim Asyyura
Universitas Negeri Padang, Jl Prof. Dokter Hamka, Air Tawar Barat,
Padang, West Sumatera, Indonesia

*zukruffefen05@gmail.com

Abstract. Mathematics learning conducted at this time is still far from what is expected, because
learning is still dominated by teachers and is only a delivery of information, it does not involve
much student activity. Thus the learning obtained by students is less meaningful and students are
less able to apply their knowledge in daily life. So we need an approach that requires students to
be active in learning. The open-ended approach is very suitable to be applied today, because this
approach is more focused on student centered. The use of open-ended questions in mathematics
learning has been widely used as an assessment in the assessment of learning outcomes. This is
done because through open-ended questions the teacher can explore students' diverse thinking
abilities and levels of understanding. As the development of innovation in learning, open
questions are no longer just a tool for evaluating, but developed into a learning approach with the
term open-ended approach. for this reason it is necessary to conduct a literature study to examine
matters that are theoretical related to this approach for use in mathematics learning. Based on the
literature search, an explanation is made about why an open-ended approach needs to be applied,
the steps to implement it, and how to evaluate it. With the hope to increase the treasury of
knowledge about the open-ended approach.

Keywords: Mathematics, Approach, Open-ended

1. Introduction
In this day and age, changes in the learning process change from originally Teacher centered to
Student centered. This is due to demands from the development of an increasingly modernization
and rapid development. The only resource is not just teachers, but many information providers
are provided in this day and age. As can be accessed on online media as a support in the learning
process. So, students are required to be active in finding and exploring as much information
about what they are learning. Learning is the process of obtaining information by students. The
process is through perception, information storage, and reuse of the information to solve the
problem at hand. Learning is a student activity in building meaning or understanding. Thus, the
teacher needs to give encouragement to students to use their authority in developing ideas. The
responsibility for learning rests with students, while the teacher is responsible for creating
situations that encourage and motivate students to learn throughout life.
Seeing from the times that are increasingly complex, the function of teaching
mathematics to students is to prepare students to think critically, logically, rationally, carefully,
and efficiently. However, this task becomes increasingly difficult for the teacher to do, so that a
teacher is required to be more professional in teaching and increasing students' diverse creativity
through problem-solving exercises. For this reason, a learning approach that is appropriate to the
diverse circumstances of students is needed, one of which is the open-ended approach.
The Open-ended approach is one of the first mathematics education innovation efforts
undertaken by Japanese mathematics education experts. This approach was born about twenty
years ago from the results of research conducted by Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko
Yashimoto, and Kenichi Shibuya (Afgani in (Nohda, 2000)). The emergence of this approach as
a reaction to school mathematics education at that time whose class activities were called "issei
jugyow" (frontal teaching); The teacher explains the new concepts in front of the class to
students, then provides examples for solving some problems.
It is well known that routine problems that are usually given to students as exercises or
assignments are always oriented towards the final goal, namely the correct answer. As a result,
the process or procedure that has been carried out by students in solving these problems is
lacking or not even getting the teacher's attention. Though it needs to be realized that the
problem solving process is the main goal in learning mathematical problem solving. This
description as stated by Afgani in (Anthony (1996)) which states that the provision of routine
mathematical tasks given in math exercises or tasks is always focused on procedures and
accuracy, rarely mathematical tasks are integrated with other concepts and also rarely contains
questions that require high-level thinking ability. As a result when students are faced with a
difficult task and require the ability to think high-level or the answer is not directly obtained,
then students tend to be lazy to do it, finally he negotiated the task with his teacher.
The task in learning mathematics is expected to be able to make students actively
participate, encourage students' intellectual development, develop understanding and
mathematical skills, be able to stimulate students, arrange relationships and develop
mathematical ideas work, encourage to formulate problems, solve problems and mathematical
reasoning, show mathematical communication, describe mathematics as a human activity, and
encourage and develop students' desire to do mathematics (Afgani in (NCTM, 1991; Silver,
1985)).

2. Open-ended approach in mathematics instruction


The open-ended approach originated in Japan in the range of 1971 and 1977., Japanese
researchers conducted a series of research projects in order to develop evaluation methods to
assess students' high-level skills and thinking in mathematics learning. The evaluation uses open
problems as a theme, although initially open questions were used to evaluate students' higher-
order thinking skills, but it was found that this approach could significantly improve the quality
of learning. The approach begins by involving students in open problems that are formulated to
have some answers that are "incomplete" or "open" (Aras in (Inprashita, 2006)).
Basically this open-ended approach has long been used in Japan as an assement approach
in conducting formative tests. Although there are still many schools that conduct formative test
assessments using paper and pencil tests. (Aras in (Nagasaki & Becker, 1993)). This is claimed if
students can solve a problem by using more than one solution, allowing teachers to assess
students' ability to think literally literally differently.
In the early 1970s collaboration between Japanese teachers and US mathematics
education experts began and was the starting point for the development of the open-ended
approach. Over the years, at a more comprehensive level, collaboration between the two
countries has carried out a variety of activities, ranging from cross-national research projects,
exchange visits by delegates from mathematics teachers from both countries as well as official
educational visits both short and long term. In addition, international seminars have been held in
both countries, even the proceedings of the conference have been published and disseminated.
This certainly has an enormous impact on the development of different perspectives on teaching
mathematics (Aras in (Becker & Epstein, 2006)).
The open-ended approach according to Kholil (in Shimada, 1997) is an approach that
presents a problem that has more than one method or completion. This open-ended approach is
not oriented towards the final result but rather prioritizes how students develop methods, ways,
or approaches to answer the given problem. Characteristics of open-ended problems used in
mathematics learning are presented with the aim of developing students' thinking abilities and
helping them think from different points.
According to Suherman (2003) the main thoughts on learning in the open-ended approach
is learning that builds interactive activities between mathematics and students so that it will help
students solve problems in a variety of ways. Mathematical activities and student activities called
open also fulfill three aspects, namely:
1. Student activities must be open, meaning teachers must give freedom to students in doing
everything.
2. Mathematical activity is a variety of thinking, meaning activities in which the process of
abstracting real experiences in everyday life into the world of mathematics and vice
versa.
3. Student activities and mematik activities are one unit

Open-ended approach is an approach that uses open-ended problems where a problem has
many solutions and solutions. Openness is classified into 3 types, namely:
1. The process is open,
The purpose of an open process is that the type of problem given has many correct ways
of solving it.
2. The final result is open.
The final result is open, meaning that the type of question given has many correct
answers (multiple).
3. The method of further development is open.
The way of continued development is open, namely when students have finished solving
the problem, they can develop new problems by changing the conditions of the existing
conditions at the beginning.
The purpose of the open-ended approach according to Nohda (Suherman, 2003: 124) is to
encourage students to think creatively and systematically in solving a problem on an ongoing
basis. In other words students' ability to think must be well developed in accordance with the
abilities of each student. It is important to note that teachers must provide opportunities for
students to think freely with their interests and abilities.
According to Afgani in (Shimada & Becker (1997)) the emergence of an open-ended
approach begins with the view of how to objectively assess student abilities in high-level creative
thinking abilities in mathematics. As is well known that in mathematics learning, a series of
knowledge, skills, concepts, principles or rules are usually given to students in a systematic step.
The series is not taught separately or individually, but it must be realized as a series that is
integrated with the abilities and attitudes of each student. Thus an optimal intellectual order or
organization will be formed.
According to Nurjaman in (Akihiko Takahashi (2007) some of the benefits of using
open-ended (open problems) in learning mathematics, namely:
1. Students participate more actively in learning and express their ideas more intensively.
2. Students have more opportunities to use their knowledge and skills comprehensively.
3. Every student can respond to problems using their own way.
4. Students are motivated to provide proof.
5. Students have rich experience to enjoy the process of discovery and receive approval
from other students of the strategies or solutions they produce.

3. Strengths and weaknesses of the open-ended approach

In the open-ended approach the teacher gives problems to students whose solutions do not
need to be determined in only one way. The teacher must utilize the diversity of ways or
procedures adopted by students in solving problems. This will provide students with experience
in discovering something new based on knowledge, skills and ways of thinking mathematically
that have been obtained previously. There are several advantages of this approach, including:
1. Students have the opportunity to participate more actively and to express their ideas
2. Students have the opportunity to apply mathematics knowledge and skills
comprehensively
3. Students of weak mathematical ability even though still have the opportunity to express
the problem solving given in their own way
4. Students are intrinsically motivated to get used to providing evidence of the answers they
give
5. Students have a lot of experience, both through their own findings and from their friends
in answering problems

However, this approach also has many drawbacks. As for the softness that comes from it:
1. It is difficult to make or present a meaningful mathematical problem situation for
students
2. It is difficult for teachers to present problems perfectly. Often students face difficulty
understanding how to respond or answer the given problem
3. Because the answers are free, students who have high mathematical abilities often feel
anxious or doubtful about their own answers.
4. There is a tendency that students feel their learning activities are not fun because they
find it difficult to submit conclusions precisely and clearly. (Suherman dkk, 2003: 133)
DAFTAR PUSTAKA

Akihiko Takahashi, “Communication as a Procces for Students to Learn Mathematical”


(makalah dipresentasikan dalam konferensi internasional Tsukuba III - APEC, Kyoto, 9
Desember 2007),h. 2, diakses 18 Januari 2015,
http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2008/papers/PDF/14.Akihiko_Takahashi_USA.p
df.

Aras. I, “Pendekatan Open-ended Dalam Pembelajaran Matematika,” Jurnal Edukasia, vol. 5, no.
2, th. 2018.

Anthony, G., (1996). Classroom Instructional Factors Affecting Mathematics Stidents’ Strategics
Learning Behaviours. Dalam Philip C. Clarkson (editor) Technology in Mathematics Education.
Australia : Mathematics Educatiuon Research Group of Australia

Nacional Council of Teacher of Mathematics (NCTM), (2000). Principles and Standards for
School Mathematics. USA : NCTM.

Nohda, N., (2000). Learning and Teaching Through Open-ended Approacrh Method. Dalam
Tadao Nakahara dan Masataka Koyama (editor) Proceeding of the 24th of the Intenational
Group for the Psychology of Mathematics Education. Hiroshima : Hiroshima University.

Becker, J.P. & Shimada, S. 1997. The Open-Ended approach: A New Proposal for teaching
mathematics. Virginia: the National Coucil of Teachers of mathematics. Hlm. 23

Silver, R. E. (1996). Research on Teaching Mathematical Problem Solving : Some


Underrepresented Themes and Needed Directions. Dalam Edwar A. Silver (editor) Teaching and
Learning Mathematical Problem Solving : Multiple Research. New Jersey : Lawrence Earlbaum
Associates Publisher.

Suherman, Erman. dkk, 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Anda mungkin juga menyukai