Anda di halaman 1dari 204

PENELITIAN SOSIAL

i
Paket Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN SOSIOLOGI


SEKOLAH MENENGAH ATAS
(SMA)

Penelitian Sosial
Penulis:
Lilik Tahmidaten

Penyunting:
Pambudi Handoyo
Susvi Tantoro
Pudjiani Widodo

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa
izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
PENELITIAN SOSIAL

KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saya menyambut baik terbitnya Paket Unit Pembelajaran dalam rangka


pelaksanaan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi.
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran merupakan salah satu upaya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran yang berfokus pada upaya mencerdaskan peserta didik melalui
pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi. Program
berbasis zonasi ini dilakukan mengingat luasnya wilayah Indonesia dan
kualitas pendidikan yang belum merata, sehingga peningkatan pendidikan
dapat berjalan secara masif, merata, dan tepat sasaran.

Paket unit pembelajaran ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan


Kemendikbud yang menekankan pada pembelajaran berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills (HOTS).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir kompleks dalam
menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi,
menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental
yang paling dasar.

Sasaran Program PKB melalui PKP berbasis zonasi ini adalah seluruh guru di
wilayah NKRI yang tergabung dalam komunitas guru sesuai bidang tugas yang
diampu di wilayahnya masing-masing. Komunitas guru dimaksud meliputi
kelompok kerja guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan
Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK).

iii
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Semoga Paket Unit Pembelajaran ini dapat digunakan dengan baik


sebagaimana mestinya sehingga dapat menginspirasi guru dalam
mengembangkan materi dan melaksanakan proses pembelajaran yang
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi yang bermuara pada
meningkatnya kualitas lulusan peserta didik.

Untuk itu, kami ucapkan terima kasih atas kerja keras dan kerja cerdas para
penulis dan semua pihak terkait yang dapat mewujudkan Paket Unit
Pembelajaran ini. Semoga Allah Swt. senantiasa meridai upaya yang kita
lakukan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Juli 2019


Direktur Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Supriano, M.Ed.


NIP. 196208161991031001

iv
PENELITIAN SOSIAL

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan YME, karena atas izin
dan karunia-Nya Paket Unit Pembelajaran Program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui Peningkatan Kompetensi
Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi ini dapat diselesaikan. Paket Unit
Pembelajaran ini disusun berdasarkan analisis Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian serta analisis Ujian Nasional
(UN).

Hasil UN tahun 2018 menunjukkan bahwa peserta didik masih lemah dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) seperti
menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Hasil tersebut ternyata selaras
dengan capaian PISA (Programme for International Student Assessment)
maupun TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study). Oleh
karena itu, perserta didik harus dibiasakan dengan pembelajaran dan soal-
soal yang berorientasi kepada keterampilan berpikir tingkat tinggi agar
meningkat kemampuan berpikir kritisnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Guru dan


Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), berupaya meningkatkan kualitas
pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas lulusan peserta didik
dengan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi. Program ini
dikembangkan dengan menekankan pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi.

v
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan pemerataan mutu pendidikan,


maka pelaksanaan Program PKP dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
kewilayahan (Zonasi). Melalui zonasi ini, pengelolaan komunitas guru seperti
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMA/SMK dan SLB, dan
Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) dilaksanakan dengan
memperhatikan keragaman mutu pendidikan.

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada


seluruh tim penyusun yang berasal dari Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
bidang Kelautan dan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPPPTK
KPTK), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), dan Perguruan Tinggi
serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam mewujudkan penyelesaian
Paket Unit Pembelajaran ini. Semoga Allah Swt. senantiasa meridai upaya yang
kita lakukan.

Wassalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Direktur Pembinaan Guru


Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus,

Ir. Sri Renani Pantjastuti, M.P.A.


NIP. 196007091985032001

vi
PENELITIAN SOSIAL

DAFTAR ISI

Hal

KATA SAMBUTAN __________________________________III


KATA PENGANTAR __________________________________ V
DAFTAR ISI ______________________________________ VII
PENGANTAR PAKET UNIT PEMBELAJARAN ________________ 1
UNIT PEMBELAJARAN 1 PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
SOSIAL ___________________________________________ 3
UNIT PEMBELAJARAN 2 METODE PENELITIAN SOSIAL _____ 51
UNIT PEMBELAJARAN 3 RANCANGAN PENELITIAN SOSIAL _ 107
PENUTUP _______________________________________ 179
DAFTAR PUSTAKA _________________________________ 181
LAMPIRAN ______________________________________ 185

vii
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

viii
PENELITIAN SOSIAL

PENGANTAR PAKET UNIT PEMBELAJARAN

Peningkatan kompetensi guru adalah salah satu komponen yang menjadi


fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan. Sejalan dengan hal
tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran menjadi
sangat penting sebagai penentu keberhasilan siswa. Disisi lain, guru
diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik
sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas.

Program Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) melalui


Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi
diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut target
kompetensi baik kompetensi pengetahuan maupun kompetensi
ketrampilan sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Selanjutnya
kompetemsi dasar dirumuskan dalam Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK) yang dirinci menjadi indikator penunjang, indikator kunci, dan
indikator pengayaan.

Paket modul Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi


mata pelajaran Sosiologi SMA disusun untuk meningkatkan kompetensi
pembelajaran guru sosiologi agar semakin profesional dalam proses
pembelajaran di kelas. Modul Paket 4 yang bertema Penelitian Sosial,
terdiri dari 3 unit pembelajaran, yaitu unit 1. Pendekatan dan Jenis
Penelitian Sosial, unit 2. Metode Penelitian Sosial, dan unit 3. Rancangan
Penelitian Sosial.

1
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Paket unit pembelajaran ini disusun sebagai penentu keberhasilan belajar


siswa. Disisi lain, Guru Sosiologi diharapkan mampu untuk membangun
proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan
yang berkualitas.

2
Unit Pembelajaran

PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)


MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN SOSIOLOGI


SEKOLAH MENENGAH ATAS
(SMA)

Pendekatan dan Jenis


Penelitian Sosial
Penulis:
Lilik Tahmidaten

Penyunting:
Pambudi Handoyo

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI ___________________________________ 5


DAFTAR TABEL _________________________________ 6
PENDAHULUAN ________________________________ 7
KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK __________ 8
A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi ________________________________ 8
B. Indikator Pencapaian Kompetensi __________________________________________ 9
APLIKASI DI DUNIA NYATA ______________________ 11
A. Pengantar ___________________________________________________________________ 11
SOAL-SOAL UN/USBN __________________________ 14
BAHAN PEMBELAJARAN _________________________ 19
A. Aktivitas Pembelajaran ____________________________________________________ 19
Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sosial _________________________________________________________________________________ 20
B. Lembar Kerja Peserta Didik _______________________________________________ 21
LKPD 1 Pendekatan dan jenis penelitian sosial __________________________________ 21
C. Bahan Bacaan _______________________________________________________________ 23
1. Pengertian Penelitian Sosial _________________________________________________ 23
2. Metode Penelitian Sosial _____________________________________________________ 25
3. Jenis Penelitian Sosial_________________________________________________________ 36
PENGEMBANGAN PENILAIAN _____________________ 40
A. Pembahasan Soal-soal _____________________________________________________ 40
B. Pengembangan Soal HOTS _________________________________________________ 42
KESIMPULAN _________________________________ 45
UMPAN BALIK ________________________________ 46

5
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Target Kompetensi Dasar ________________________________________________ 8


Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) _______________________________ 9
Tabel 3. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) ______________________________ 10
Tabel 4. Rincian Aktivitas Pembelajaran _______________________________________ 20
Tabel 5. Perbedaan Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif _____________ 35

6
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

PENDAHULUAN

Unit ini disusun sebagai salah satu alternatif sumber bahan ajar bagi guru
untuk memahami topik pendekatan dan jenis penelitian sosial. Melalui
pembahasan materi yang terdapat pada unit ini, guru dapat memiliki dasar
pengetahuan untuk mengajarkan materi yang sama ke peserta didiknya yang
disesuaikan dengan indikator yang telah disusun, dan terutama dalam
memfasilitasi kemampuan bernalar peserta didik. Selain itu, materi ini juga
aplikatif untuk guru sendiri sehingga mereka dapat menerapkannya dalam
kehidupan kelas pembelajaran.

Dalam rangka memudahkan guru mempelajarinya konten dan cara


mengajarkannya, di dalam unit ini dimuat kompetensi dasar terkait yang
memuat target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi, bahan
bacaan tentang aplikasi topik pendekatan dan jenis penelitian sosial, soal-soal
tes UN topik ini di tiga tahun terakhir sebagai acuan dalam menyusun soal
sejenis, deskripsi alternatif aktivitas pembelajaran, lembar kegiatan peserta
didik (LKPD) yang dapat digunakan guru untuk memfasilitasi pembelajaran,
bahan bacaan yang dapat dipelajari oleh guru, maupun peserta didik, dan
deskripsi prosedur mengembangkan soal HOTS. Komponen-komponen di
dalam unit ini dikembangkan dengan tujuan agar guru dapat dengan mudah
memfasilitasi peserta didik memahami berbagai pendekatan dan jenis
penelitian sosial, dengan menggunakan contoh-contoh untuk mempermudah
pemahaman peserta didik terkait berbagai pendekatan dan jenis penelitian
sosial.

Topik pendekatan dan jenis penelitian sosial yang dikembangkan pada bahan
bacaan terdiri atas subtopik . Selain itu, unit ini dilengkapi dengan LKPD, yang
dikembangkan secara aplikatif agar guru mudah mengimplementasikannya di
kelas.

7
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK

A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar


kelas X:
3.4 Memahami berbagai metode penelitian sosial yang sederhana untuk
mengenali gejala sosial di masyarakat.
4.4 Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk mengenali ragam gejala
sosial dan hubungan sosial di masyarakat.

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar di


kelas X. Kompetensi dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa target
kompetensi. Target kompetensi menjadi patokan penguasaan kompetensi
oleh peserta didik. Target kompetensi pada kompetensi dasar ini dapat dilihat
pada Tabel berikut:

Tabel 1. Target Kompetensi Dasar


KOMPETENSI DASAR TARGET KD
KD PENGETAHUAN
3.4 Memahami berbagai metode 1. Memahami metode penelitian
penelitian sosial yang sosial kualitatif yang sederhana
sederhana untuk mengenali untuk mengenali gejala sosial di
gejala sosial di masyarakat. masyarakat
2. Memahami metode penelitian
kuantitatif yang sederhana untuk
mengenali gejala sosial di
masyarakat
KD KETERAMPILAN
4.4 Melakukan penelitian sosial 1. Melakukan penelitian sosial yang
yang sederhana untuk sederhana untuk mengenali
mengenali ragam gejala ragam gejala sosial dan
sosial dan hubungan sosial hubungan sosial di masyarakat.
di masyarakat.

8
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian


kompetensi. Indikator ini menjadi acuan bagi guru untuk mengukur
pencapaian kompetensi dasar. Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4 di kelas X
dikembangkan menjadi 14 indikator untuk ranah pengetahuan dan 5 indikator
untuk ranah ketrampilan.

Dalam rangka memudahkan guru menentukan indikator yang sesuai dengan


tuntutan kompetensi dasar, indikator dibagi menjadi ke dalam tiga kategori,
yaitu indikator pendukung, indikator kunci, dan indikator pengayaan. Berikut
ini rincian indikator yang dikembangkan pada Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4
di kelas X.
Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Paket Unit Metode Penelitian Sosial

IPK Pengetahuan IPK Ketrampilan


Indikator Pendukung
3.4.1 Menjelaskan pengertian 4.4.1 Mendiskusikan pengertian
penelitian sosial penelitian sosial

3.4.2 Menjelaskan Manfaat 4.4.2 Mendiskusikan manfaat


Penelitian sosial penelitian sosial
3.4.3 Mengidentifikasi 4.4.3 Mendiskusikan karakteristik
karakteristik berbagai metode berbagai metode penelitian
Penelitian sosial sosial
3.4.4 Mengidentifikasi karakteristik 4.4.4 Mendiskusikan karakteristik
jenis penelitian sosial berbagai jenis penelitian
sosial
Indikator Kunci
3.4.5 Mendeskripsikan prosedur 4.4.5 Melakukan penelitian sosial
penelitian sosial kualitatif sederhana

3.4.6 Menjelaskan teknik


pengumpulan dan analisis
data penelitian kualitatif
3.4.7 Mereview contoh hasil
penelitian kualitatif

9
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

3.4.8 Mendeskripsikan prosedur


penelitian sosial kuantitatif
3.4.9 Menjelaskan teknik
pengumpulan dan analisis
data penelitian kuantitatif
3.4.10 Mereview contoh hasil
penelitian kuantitatif
Indikator Pengayaan
3.4.11 Mengidentifikasi topik 4.4.6 Membuat laporan penelitian
penelitian sosial sederhana
3.4.12 Membuat rumusan masalah
Penelitian
3.4.13 Membuat rancangan
penelitian
3.4.14 Menyusun Laporan
Penelitian

IPK yang menjadi pokok bahasan dalam Unit pembelajaran 1 Pendekatan dan
Jenis Penelitian Sosial adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Unit 1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

IPK Pengetahuan IPK Keterampilan


Indikator Pendukung
3.4.1 Menjelaskan pengertian 4.4.1 Mendiskusikan pengertian
penelitian sosial penelitian sosial

3.4.2 Menjelaskan Manfaat 4.4.2 Mediskusikan manfaat


Penelitian sosial penelitian sosial

3.4.3 Mengidentifikasi 4.4.3 Mendiskusikan karakteristik


karakteristik berbagai metode berbagai metode penelitian
Penelitian sosial sosial
3.4.4 Mengidentifikasi karakteristik 4.4.4 Mendiskusikan karakteristik
jenis penelitian sosial berbagai jenis penelitian
sosial

10
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

APLIKASI DI DUNIA NYATA

A. Pengantar

Alam sekitar dan lingkungan tempat manusia menjalankan kehidupannya


menyimpan berbagai fenomena-fenomena. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), fenomena diartikan sebagai hal-hal yang dapat disaksikan
dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti
fenomena alam), diartikan pula sebagai sesuatu yang luar biasa; keajaiban dan
fakta; kenyataan. Selain fenomena, kehidupan manusia juga tidak terlepas dari
berbagai permasalahan yang mengiringinya. Karena manusia pada
hakekatnya makhluk rasional dan memiliki dorongan ingin tahu segala
sesuatu, maka adanya fenomena dan permasalahan tersebut mendorong
sebagian manusia untuk mlekukan kegiatan mengamati, mencermati,
menganalisa lalu mencoba menyimpulkan apa yang terjadi pada fenomena-
fenomena tersebut atau apa yang terjadi pada permasalahan tersebut lalu apa
solusinya.

Semua manusia mempunyai sifat dasar selalu ingin tahu apa yang ada
disekelilingnya, dan selalu berusaha untuk memuaskan keingintahuannya
tersebut. Hanya saja derajat keingintahuan tersebut berbeda-beda. Ada yang
memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar seperti para ilmuwan, ada yang
memiliki rasa ingin tahu ini dalam takaran biasabiasa saja. Untuk memenuhi
hasrat ingin tahu ini, manusia mempunyai berbagai pilihan cara. Ada yang
berpikir mendalam secara mandiri seperti filosof. Ada yang mencari ilham dari
berbagai kekuatan gaib seperti para petapa, atau dengan cara menggunakan
intuisinya untuk mengira-ngira. Semua cara ini telah dilakukan manusia untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam benaknya. Sebagian
membuahkan hasil, sebagian lain tidak menghasilkan apa-apa kecuali
kebuntuan dan kekacauan berpikir. Metode penelitian ilmiah sebenarnya

11
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

hanyalah salah satu cara manusia untuk mencari jawaban dari berbagai
pertanyaan yang diajukannya, sebagai cerminan rasa ingin tahunya yang besar
terhadap berbagai kejadian dan gejala di alam semesta.

Kegiatan manusia mencari tahu tersebut jika dilakukan dengan metode ilmiah
dan saat merumuskan ataupun menyelesaikan permasalahan yang ada
dilakukan dengan sistematis, maka kegiatan tersebut diistilahkan dengan
penelitian. Penelitian merupakan suatu proses yang panjang (Singarimbun,
1989) dan dimulai dari minat seseorang untuk mengetahui fenomena tertentu
yang selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi,
pemilihan metode penelitian yang sesuai. Sebagai hasil akhir dapat berupa
teori/gagasan baru sehingga merupakan proses yang tiada hentinya. Sehingga
minimal ada enam sebab atau latar belakang manusia mempunyai
kecenderungan untuk melakukan penelitian ilmiah, antara lain:
a. pengetahuan manusia sangat terbatas dalam memahami begitu
kompleksnya fenomena kehidupan di jagat raya ini, sehingga manusia
merasa perlu untuk melakukan research ilmiah secara terus menerus
(berakumulasi);
b. manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk berpikir secara
logis, objektif, sistematis dan analitis terhadap gejala sosial dan gejala alam
yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga manusia selalu
ingin melakukan penelitian untuk mengetahui tentang fenomena
kehidupan tertentu dalam rangka pemenuhan beragam kebutuhan hidup
(Suriasumantri, J.S., 1996);
c. manusia selama proses aktivitas hidupnya selalu dihadapkan pada beragam
problema atau permasalahan hidup. Beragam problema hidup tersebut
menuntut pemecahan secara baik,objektif oleh karena itu perlu adanya
research ilmiah;
d. manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk
mengkomunikasikan dengan bahasa yang baik dan kompleks, terhadap

12
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

hasil pengamatan dan kajian terhadap gejala sosial dan gejala alam tersebut
kepada sesamanya (Sukmadinata, N.S., 2007);
e. manusia adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan untuk tidak
puas, selalu ingin membaharui (inovasi) terhadap karya budaya yang telah
dimiliki. Hal ini menyebabkan manusia selalu ingin melakukan penelitian
ilmiah demi kualitas kehidupannya (Sztompka, P., 2004);
f. manusia adalah makhluk yang cenderung pengetahuan dan
ketrampilannya terus bertambah atau berakumulasi dan terus melakukan
kegiatan research ilmiah dalam rangka melakukan revolusi ilmu
pengetahuan di berbagai bidang hidup yang kompleks (Khun, T., 1970).

13
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

SOAL-SOAL UN/USBN

Berikut ini contoh soal-soal UN topik Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial
pada Kompetensi Dasar 3.4. Memahami berbagai metode penelitian sosial
yang sederhana untuk mengenali gejala sosial di masyarakat, di kelas X
(Permendikbud Nomor 37, 2018). Soal-soal ini disajikan agar dapat dijadikan
sebagai sarana berlatih bagi peserta didik untuk menyelesaikannya. Selain itu,
soal-soal ini juga dapat menjadi acuan ketika saudara akan mengembangkan
soal yang setipe pada topik Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial.

1. Contoh soal UN tahun 2016


NO SOAL
1 Peneliti menguji metode belajar yang berbeda dengan cara
memanipulasi atau mengontrol situasi alami menjadi situasi
buatan. Kegiatan penelitian sosial tersebut berdasarkan meto-
denya termasuk jenis penelitian ….
(A) histori
(B) survei
(C) deskriptif
(D) eksploratif
(E) eksperimen
Identifikasi
Level Kognitif : C2 memahami
Indikator yang : Mengidentifikasi jenis-jenis penelitian
bersesuaian
Diketahui : Memanipulasi situasi alami menjadi situasi
buatan
Ditanyakan : Berdasarkan metode, termasuk jenis penelitian
apa?
Materi yang : Jenis-jenis penelitian
dibutuhkan

14
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

2. Contoh soal UN tahun 2017


NO SOAL
1. Derita pengungsi akibat meletusnya gunung sinabung di Sumatra
Utara sering diberitakan melalui TV, radio, surat kabar maupun
media elektronik. Hal yang tampak dari berita tersebut antara
lain penampungan yang tidak memadai, sulitnya air bersih,
sulitnya masyarakat beraktivitas, dan sebagainya. Untuk
mengetahui lebih rinci kondisi pengungsi, peneliti tidak cukup
mengumpulkan data dari studi dokumen, melainkan harus
melakukan penelitian lapangan, dengan tujuan….
A. Pemerintah setempat bisa mempercepat mengatasi bencana
B. Terdapat data sekunder yang informasinya bisa dipercaya
C. Bisa mengetahui kompleksnya penderitaan pengungsi
D. Kerusakan alam akibat bencana bisa segera diperbaiki
E. Pengungsi akan senang jika dimita mengisi angket
Identifikasi
Level Kognitif : C2 memahami
Indikator yang : Memahami manfaat penelitian sosial,
bersesuaian penelitian lapangan
Diketahui : Untuk mengetahui kondisi pengungsi tidak
cukup mengumpulkan data dari studi
dokumen
Ditanyakan : Tujuan dari penelitian lapangan
Materi yang : Manfaat penelitian sosial, penelitian
dibutuhkan lapangan

15
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

NO SOAL
2 Manajemen pusat suatu maskapai secara sepihak
membatalkan penerbangan ke berbagai kota tujuan.
Keputusan tersebut tidak disosialisasikan ke bagian penjualan
tiket, sehingga para calon penumpang tetap berdatangan ke
bandara. Para penumpang marah karena tidak mendapat
penjelasan yang memadai dari manajemen. Seorang peneliti
ingin mengkaji secara rinci sebab-sebab peristiwa tersebut,
sehingga ia melakukan penelitian dengan metode….
A. Grounded research
B. Studi kasus
C. Komparatif
D. Historis
E. Survei
Identifikasi
Level Kognitif : C2 memahami
Indikator yang : Mengidentifikasi karakteristik berbagai metode
bersesuaian penelitian sosial
Diketahui : Seorang peneliti ingin mengkaji secara rinci
sebab-sebab peristiwa pembatalan jadwal
penerbangan yang tidak diinformasikan pada
penjual tiket dan calon penumpang
Ditanyakan : Penelitian dengan metode
Materi yang : Metode penelitian sosial
dibutuhkan

16
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

2. Contoh Soal UN 2018


NO SOAL
1 Adri adalah seorang siswa sebuah SMA yang sedang belajar
sosiologi. Ia ingin meneliti kembali sebuah penelitian yang sudah
ada sebelumnya tentang masyarakat suku tengger ketika
mengadakan ritual pemotongan rambut gimbal. Penelitian
tersebut bertujuan untuk memperluas informasi tentang makna
yang terdapat dalam upacara tersebut. Dari ilustrasi di atas,
berdasarkan tujuannya adalah jenis penelitian ….
A. Kuantitatif
B. Deskriptif
C. Historis
D. Development
E. Eksplanatif
Identifikasi
Level Kognitif : C2 memahami
Indikator yang : Mengidentifikasi berbagai jenis penelitian
bersesuaian
Diketahui : Meniliti kembali sebuah penelitian yang sudah
ada sebelumnya
Ditanyakan : Merupakan jenis penelitian apa?
Materi yang : Jenis-jenis penelitian
dibutuhkan

NO SOAL
1 Amir seorang mahasiswa sedang meneliti kebudayaan suatu
daerah. Dari hasil penelitiannya, kini daerah tersebut ramai
dikunjungi oleh wisatawan baik asing maupun lokal. Manfaat
penelitian tersebut bagi masyarakat lokal adalah ….
A. Memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian
sosial
B. Memudahkan dalam melanjutkan penelitian sosial
selanjutnya
C. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
kebudayaan

17
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

D. Masukan untuk melakukan penataan kembali obyek wisata


E. Peluang usaha untuk memasarkan hasil kesenian daerah
tersebut
Identifikasi
Level Kognitif : C2 memahami
Indikator yang : Menjelaskan manfaat penelitian sosial
bersesuaian
Diketahui : Dari hasil penelitian sehingga suatu daerah
menjadi ramai dikunjungi wisatawan
Ditanyakan : Manfaat penelitian bagi masyarakat lokal
Materi yang : Manfaat penelitian
dibutuhkan

18
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

BAHAN PEMBELAJARAN

Bahan pembelajaran yang diuraikan di sini merupakan contoh panduan


pembelajaran yang dapat dimplementasikan oleh Saudara ketika akan
membelajarkan topik Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosal. Bahan
pembelajaran dikembangkan dengan prinsip berpusat pada peserta didik dan
berusaha memfasilitasi kemampuan berpikir tingkat tinggi. Bahan
pembelajaran ini berisikan rincian aktivitas pembelajaran dan lembar
kegiatan peserta didik yang digunakan serta bahan bacaannya.

A. Aktivitas Pembelajaran

Bahan pembelajaran berisi rincian alternatif kegiatan pembelajaran yang


dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi pada topik
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial. Sebelum menguraikan aktivitas
pembelajaran, terlebih dahulu disusun desain aktivitas pembelajaran yang
dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat submateri yang dibelajarkan terdiri atas:


1) pengertian penelitian sosial; 2) manfaat penelitian sosial; 3) jenis-jenis
penelitian sosial dan 4) pendekatan penelitian sosial. Adapun aktivitas
pembelajaran untuk mencapai masing-masing indikator yang telah
ditetapkan, dapat dicapai dalam satu kali pertemuan. Aktivitas pembelajaran
akan diuraikan lebih rinci menjadi skenario pembelajaran. Pengembangan
skenario pembelajaran mengacu pada kriteria yang ditetapkan pada Standar
Proses (Permendikbud nomor 22 tahun 2016). Berikut ini rincian aktivitas
pembelajaran pada topik pendekatan dan jenis penelitian sosial.

19
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tabel 4. Rincian Aktivitas Pembelajaran


Indikator Bentuk dan
Materi/Sub Aktivitas Alokasi
Pencapaian Jenis Media
materi Pembelajaran Waktu
Kompetensi Penilaian
Menjelaskan Pengertian 1. Diskusi Tes 1. Kertas 3 x 45
pengertian penelitian pengertian Pengetahuan plano menit
penelitian sosial; penelitian a. Tes Tulis 2. Lem
sosial sosial Pilihan atau
Menjelaskan Manfaat Ganda; isolasi
Manfaat penelitian 2. Diskusi b. Tes Tulis 3. Komput
Penelitian sosial; manfaat uraian er atau
sosial penelitian terbuka laptop
Mengidentifika Metode sosial Observasi
si karakteristik penelitian keterampilan
metode sosial dan 3. Diskusi membuat
Penelitian karakteristik tulisan
sosial Jenis metode
Mengidentifika penelitian penelitian
si berbagai sosial sosial
jenis penelitian
sosial 4. Diskusi
karakteristik
jenis
penelitian
sosial

Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-1 Pendekatan dan Jenis


Penelitian Sosial

Aktivitas pembelajaran di pertemuan 1 ini akan mencapai indikator 3.4.1.,


3.4.2., 3.4.3., dan 3.4.4. yang dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning. Sintaks yang akan dilalui adalah 1) Pemberian
rangsangan (Stimulation); 2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem
Statement); 3) Pengumpulan data (Data Collection); 4) Pengolahan data (Data
Processing); 5) Pembuktian (Verification), dan 6) Menarik simpulan/generalisasi
(Generalization).

Tujuan Aktivitas Pembelajaran:


Setelah melakukan aktivitas ini diharapkan peserta mampu memahami
pendekatan dan jenis penelitian sosial.

20
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran :

Satu kali pertemuan atau 3 x 45 Menit

Media yang digunakan adalah:


1. LKPD 1. Pendekatan dan jenis penelitian sosial
2. Gawai (smartphone/laptop/komputer)
3. Proyektor digital
4. Koneksi internet

Kegiatan yang Saudara lakukan sebagai berikut:


 Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapain kompetensi
pada pertemuan hari ini
 Kelas di bagi menjadi 6 kelompok
 Siswa diberikan sebuah fenomena dan permasalahan sosial
 Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi dan menentukan pendekatan
dan jenis penelitian sosial yang sesuai untuk mengkaji fenomena dan
permasalahan sosial yang telah diberikan guru
 Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
 Kelompok lain menanggapi
 Guru memberi penguatan

B. Lembar Kerja Peserta Didik

Berikut ini dua buah Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang digunakan
dalam aktivitas pembelajaran, yaitu:

LKPD 1 Pendekatan dan jenis penelitian sosial

21
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pedoman kerja:

Bacalah ilustrasi fenomena dan permasalahan sosial di bawah ini.

Diskusikan jawaban pertanyaan-pertanyaan di bawahnya.

Ilustrasi fenomena dan permasalahan sosial:


Putusnya Generasi Pewaris Pertanian
Sokorojo merupakan sebuah dusun dengan jumlah penduduk yang
tidak lebih dari 500 orang penduduk dan tidak lebih dari 200 kepala
keluarga. Dusun tersebut memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
Dalam 15 tahun terakhir jumlah penduduk yang benar-benar tinggal
dan menetap di dusun tersebut semakin berkurang, tidak sedikit
rumah-rumah penduduknya menjadi kosong tidak berpenghuni.
Pemuda-pemudinya pergi merantau ke berbagai daerah lantaran
bekerja setelah lulus dari berbagai tingkat pendidikan. Sebagian
mereka lulus dari SMA dan SMK di sekitar dusun tersebut serta
sebagian dari perguruan tinggi. Berbekal pendidikan dan
keterampilan yang mayoritas dari bidang non pertanian, mereka
kemudian merantau ke kota-kota besar. Banyak diantaranya sampai
berkeluarga dan telah menetap sehingga tidak kembali menetap di
dusun tersebut. Hanya momen tertentu saja mereka datang kembali
seperti lebaran atau musim liburan untuk menjenguk orang tuanya
yang telah berusia lanjut. Penduduk yang masih menetap di daerah
tersebut pun rata-rata telah berusia lanjut dengan jumlah kelahiran
yang relatif sangat rendah. Maka sangat mudah menjumpai orang-
orang yang telah berusia sangat lanjut di dusun tersebut. Selain itu
sangatlah jarang melihat sebuah bangunan rumah baru, apalagi
pemukiman baru di daerah tesebut. Akhir-akhir ini para petani yang
mayoritas telah berusia lanjut mengeluh sangat sulit mencari
penggarap sawah atau hanya sekedar membantu bertanam padi,
merawat atau memanennya, akibatnya produktivitas lahan pertanian
di dusun tersebut juga mengalami penurunan yang siginifikan. Hal ini
berbeda dengan di daerah lain terutama perkotaan, produktivitas
pertanian berkurang karena menyusutnya lahan pertanian karena
tergusur oleh pemukiman, pusat bisnis dan fasilitas umum.
Menurunnya geliat pertanian di dusun tersebut berimbas pada usaha
ekonomi baik yang terkait langsung dengan pertanian seperti toko
pertanian maupun usaha ekonomi bidang lainnya. Namun yang paling
mengkhawatirkan adalah imbasnya pada generasi penerus pewaris
pertanian di dusun Sokorojo yang nyaris dikatakan putus atau hilang.

22
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

Pertanyaan untuk didiskusikan:


1. Apakah fenomena dan permasalahan di atas dapat dikaji melalui penelitian
sosial? Jelaskan alasannya dengan berdasar pada pengertian penelitian
sosial!
2. Berdasarkan uraian fenomena dan permasalahan sosial di atas, fenomena
apa saja yang menurut anda menarik untuk diteliti?
3. Manfaat apa yang akan diperoleh jika penelitian sosial tentang fenomena
dan permasalahan sosial di atas dilakukan dan mendapatkan hasil penelitian
yang sesuai harapan?
4. Menurut kelompok anda, metode penelitian sosial apa yang sesuai untuk
meneliti fenomena dan permasalahan sosial di atas? Jelaskan alasannya
dengan berdasar pada karakteristik metode penelitian sosial yang anda
anggap sesuai!
5. Menurut kelompok anda, jenis penelitian sosial apa yang sesuai untuk
meneliti fenomena dan permasalahan sosial di atas? Jelaskan alasannya
dengan berdasar pada karakteristik jenis penelitian sosial yang anda anggap
sesuai!

C. Bahan Bacaan

1. Pengertian Penelitian Sosial

Penelitian atau research (bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin reserare
yang artinya mengungkapkan. Kata research berasal dari kata re yang berarti
melakukan kembali dan search yang dimaknai menjelaskan secara terbuka
dan berhati-hati, menguji dan mencoa atau memeriksa. Sehingga resarch
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan studi dan investigasi yang dilakukan
secara hati-hati dan sistematik dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan
untuk menggali fakta. Ahli sosiologi Indonesia Soerjono Soekanto
mendefinisikan penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk

23
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi hasrat manusia


untuk mengetahui sesuatu.

Penelitian sosial merupakan sebuah kegiatan untuk melakukan penyelidikan


atau suatu fenomena dan masalah sosila dengan menggunakan metode ilmiah
untuk menggali dan menemukan fakta-fakta dibalik fenomena sosial atau
menemukan solusi atas masalah sosial. Berdasarkan beberapa pandangan
para ahli, paling tidak ada tiga belas karakteristik penelitian sosial ilmiah,
antara lain: (1) mempunyai rumusan masalah dan tujuan penelitian yang jelas.
Diantara fungsi rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah untuk
memberikan arah, ruang lingkup dan target apa yang hendak dicapai dalam
proses penelitian; (2) menentukan jenis pendekatan dan strategi penelitian
tertentu, misalnya: menggunakan pendekatan kuantitatif, atau kualitatif atau
pendekatan gabungan kuantitatif-kualitatif (mixing methods); (3) mempunyai
metode pengumpulan data, misalnya: observasi, angket, dokumen dan
wawancara; (4) mempunyai desain atau rancangan penelitian yang sudah
disusun sejak awal sebelum penelitian dilakukan. Rancangan penelitian ini
biasanya dituangkan dalam proposal penelitian; (5) mempunyai sasaran objek
yang dikaji atau populasi dan sampel penelitian; (6) mempunyai orientasi
teoritik dalam proses penelitian. Setiap kegiatan penelitian ilmiah seharusnya
ada orientasi teori yang akan menjadi arahan dalam proses analisis data; (7)
melakukan proses perekaman, pengumpulan data dan pencatatan data secara
akurat dengan menggunakan instrumen penelitian yang dipakai; (8)
melakukan validasi dan reliabelitas instrumen (untuk penelitian kuantitatif)
atau keabsahan data (untuk penelitian kualitatif); (9) melakukan kontrol,
khususnya dalam penelitian eksperimen. Hal ini penting agar variabel lain
yang tidak diperlukan tidak berintervensi pada variabel yang ditelitinya; (10)
menggunakan strategi analisis data yang tepat, logis, misalnya: analisis
statistik, atau analisis deskriptif kualitatif; (11) melakukan interpretasi data
atau melakukan pembahasan hasil analisis data, apakah menolak teori,

24
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

mendukung teori, mengembangkan atau menemukan teori; (12) mempunyai


keberanian untuk mengungkapkan fenomena yang diteliti sesuai dengan data
penelitian; (13) hasil penelitian mempunyai nilai fungsional (aksiologi) bagi
kehidupan masyarakat (Sukmadinata, N.S, 2007; Sugiyono, 2007).
Adapun fokus permasalahan dan fenomena yang diselidiki dalam ranah ilmu
sosial adalah masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitar kehidupan
manusia. Istilah sosial menunjuk pada hubungan-hubungan antara dan
diantara individu, kelompok dan lembaga.

2. Metode Penelitian Sosial


Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono (2018: 3), terdapat 4 kata
kunci yang perlu diperhatikan untuk memahami metode penelitian, yaitu: 1)
cara ilmiah, berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan
yaitu rasional (penelitian dilakukan dengan cara yang masuk akal sehingga
dapat dinalar oleh manusia), empiris (cara yang dilakukan dapat diamati oleh
indera manusia), dan sistematis (proses yang digunakan dalam penelitian
menggunakan prosedur/langkah tertentu yang logis), 2) data penelitian yang
valid (tingkat ketepatan data yang ada pada obyek penelitian dengan data yang
dikumpulkan peneliti, reliabel (tingkat konsistensi data) dan obyektif (data
sesuai dengan data yang sesungguhnya, tidak manipulatif dan subyektif), 3)
Tujuan dan kegunaan penelitian yang jelas berupa penemuan, pembuktian
atau pengembangan.

Terdapat dua metode dalam penelitian sosial, yaitu metode kualitatif dan
kuantitatif.

a. Metode kualitatif
Metode kualitatif merupakan metode penelitian untuk mencari dan menggali
fenomena sosial yang kemudian menghasilkan data dan analisa berupa
deskripsi dan interpretasi data yang biasanya berupa kata-kata, kalimat-
kalimat, gambar dan tidak menekankan pada angka-angka statistik yang

25
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

rumit. Metode ini berusaha memahami apa yang dikatakan atau dilakukan
individu atau kelompok serta makna subjektif dari tindakan yang
dilakukannya tersebut. Peneliti kualitatif harus terjun sepenuhnya serta
beradaptasi dengan subjek penelitian agar pemahaman terhadap perilaku
subjek dapat diperoleh secara komprehensif. Dikatakan subjek karena
individu yang sedang diteliti adalah orang yang pandai atau ahli terhadap
permasalahan yang sedang diteliti. Subjek dalam penelitian kualitatif
diposisikan sebagai aktor yang hebat, kreatif dan inovatif.

Karakteristik penelitian sosial kualitatif


Beragam pengertian telah dikemukakan oleh para ahli tentang penelitian
kualitatif, antara lain: (1) menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya; (2) menurut David Williams, penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada satu latar alamiah, dengan menggunakan metode
alamiah, dan dilakukan oleh peneliti yang tertarik secara alamiah; (3) menurut
Denzin dan Lincoln, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan
latar alamiah, dengan tujuan menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada; dan (4) menurut
Moleong, dia melakukan sintesis tentang definisi penelitian kualitatif dari
pendapat para ahli, yaitu penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, pandangan, motivasi, tindakan sehari-
hari, secara holistik dan dengan metode deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa (naratif) pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, L.J., 2006).
Berdasarkan pandangan para ahli dapat disimpulkan tentang karakteristik
penelitian sosial kualitatif adalah sebagai berikut:

26
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

Pertama, ditinjau dari orientasi filosofis dan teoritis adalah berorientasi pada
paham filsafat idealisme, atau paham konstruktivisme, interpretif, dan
subjektivisme. Sedangkan orientasi teoritisnya adalah berorientasi pada teori-
teori yang berparadigma definisi sosial (Ritzer, G. 2002). Diantara ciri teori-
teori yang berparadigma definisi sosial adalah: (1) seluruh pola perilaku
manusia dipengaruhi oleh faktor internal individu, yaitu pikiran, jiwa,
motivasi, pandangan hidupnya; (2) kerangka berpikirnya bersifat induktif
abstraktif; (3) realitas sosial adalah suatu kondisi yang cair dan mudah
berubah tergantung pikiran dan jiwa manusia yang berinteraksi dalam
memaknainya. Fenomena sosial bersifat multimakna; (4) tidak perlu adanya
pengujian teori, tetapi justru menemukan teori; (5) tindakan atau pikiran
manusialah yang menentukan struktur sosial-budaya (bukan sebaliknya); (6)
mengandalkan pada kebenaran otentisitas, keabsahan data. Realitas dianggap
nyata sejauh para individu bersepakat bahwa hal itu memang nyata (Mulyana,
D. 2002).

Kedua, dilihat dari segi desain penelitian, adalah: (1) bersifat longgar, umum,
fleksibel, berkembang dan muncul dalam proses penelitian; dan (2) usulan
penelitian (proposal) penelitian kualitatif sifatnya sementara; proses
penyusunan desain penelitian akan mudah berubah-ubah disesuaikan dengan
kenyataan di lapangan, hal ini karena: Realitas sosial bersifat jamak dan
dinamik; Fenomena sosial bisa berubah-ubah ketika terjadi interaksi antara
peneliti dengan subjeknya; Sistem nilai dan norma yang berkembang bersifat
kompleks dan sulit diramalkan sebelumnya (Moleong, L.J. 2006).

Ketiga, dilihat dari rumusan judul penelitian adalah: (1) rumusan judul
penelitian sosial kualitatif bisa berubah-ubah, tergantung fenomena sosial
yang terjadi di lapangan; (2) dirumuskan dengan bahasa yang baik, jelas dan
menunjukkan fokus penelitiannya; dan (3) jelas persoalan dan objek
kajiannya; kapan dan dimana situs penelitiannya.

27
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Keempat, dilihat dari rumusan masalah penelitian adalah: (1) rumusan


masalah penelitian sosial kualitatif bisa berubah-ubah dengan
memperhatikan realitas sosial di lapangan; (2) rumusan masalah bisa dalam
bentuk pernyataan suatu fenomena dan pertanyaan, misalnya, bagaimana dan
mengapa?; (4) fungsi rumusan masalah hanya sekedar sebagai arahan,
pembimbing atau acuan pada proses penelitian untuk menemukan teori; (5)
perumusan masalah penelitian memperhatikan prinsip keterkaitan dengan
kriteria inklusi-eksklusi; berkaitan dengan fokus penelitian; berkaitan dengan
hasil penelaahan kepustakaan; dan dirumuskan dengan bahasa yang bagus.

Kelima, dilihat dari segi metode pengumpulan data, adalah lebih


menggunakan strategi multi metode, artinya data yang diperoleh dalam
penelitian sosial kualitatif dari berbagai cara, yaitu melalui metode
wawancara takterstruktur; metode observasi partisipatif (bisa dalam bentuk:
pasif, moderat, aktif dan lengkap); dan studi dokumenter (Seidman, E. 1991).
Disamping itu proses pengumpulan data dalam penelitian sosial kualitatif
tidak cukup sekali, tetapi terus berlangsung sepanjang proses penelitian.
Penelitian sosial kualitatif menggunakan kombinasi metode-metode tersebut
sebagai strategi pengumpulan data, dan lebih menekankan pada metode
observasi partisipatif. Oleh karena itu peneliti kualitatif harus memahami
betul teknik-teknik observasi secara baik.

Keenam, dilihat dari deskripsi teori dalam proses penelitian, yaitu: (1) kajian
teori atau kajian literatur yang digunakan sifatnya sementara, tidak dijadikan
sebagai pegangan utama, karena dalam penelitian kualitatif adalah berusaha
untuk mengungkap latar alamiah dari suatu objek penelitian; dan (2) kajian
teori hanya sekedar sebagai pedoman awal agar tidak terlalu gelap dalam
mengawali kajian fenomena (gejala) tertentu. Oleh karena itu kajian teori
dalam penelitian kualitatif bukan untuk merumuskan hipotesis penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ‘tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan
menemukan hipotesis’ (Bungin, B. 2003; Sugiyono, 2005).

28
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

Ketujuh, dilihat dari segi peranan peneliti dalam proses penelitian adalah: (1)
peneliti sebagai pengamat penuh, peneliti menyatu dengan objek yang diteliti
dalam waktu yang relatif lama, peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian;
(2) peneliti ikut serta dalam kegiatan-kegiatan individu atau kelompok yang
diamati sesuai dengan fokus kajiannya; (3) peneliti juga melakukan
wawancara mendalam (takterstruktur) berkaitan dengan beragam kegiatan
individu atau kelompok yang sesuai dengan fokus kajian; (4) hubungan antara
peneliti dengan objek penelitian adalah empati, akrab, berkedudukan sama
bahkan sebagai guru atau konsultan dengan waktu pertemuan yang relatif
lama (Spradley,1980; Moleong, L.J., 2006).

Kedelapan, dilihat dari segi sampel penelitian, adalah: (1) dalam penelitian
sosial kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif
berangkat dari kasus tertentu (mikro) yang ada pada situasi atau fenomena
sosial (Sugiyono, 2005); (2) tidak menggunakan sampel besar, melainkan
sampel kecil karena tidak untuk menggeneralisasi suatu populasi; (3) sampel
penelitiannya tidak representatif (apabila penelitian kuantitatif harus
representatif); (4) teknik sampling biasanya menggunakan non probability
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Non probability sampling yang sering dipakai adalah:
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan atau tujuan tertentu. Pada umumnya sampel dalam penelitian
sosial kualitatif, adalah menggunakan purposive sampling; dan snowball
sampling (yaitu teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar atau bagaikan bola salju); (5)
penentuan sampel dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan
selama penelitian berlangsung (emergent sampling design) (Bogdan and
Biklen, 1982).

29
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kesembilan, dilihat dari hubungan antar variabel penelitian, adalah: (1) dalam
penelitian kuantitatif, hubungan antar variabel bersifat sebab dan akibat
(hubungan kausal), sehingga dalam penelitian kuantitatif ada variabel
independen (bebas) dan dependen (terikat), kemudian dicari hubungan atau
pengaruh antar variabel tersebut dengan menggunakan analisis statistik
(Djarwanto. 1983; Wibisono, Y. 2005; Sudijono, A. 2006), hal ini tidak berlaku
dalam penelitian kualitatif; (2) dalam penelitian kualitatif, melihat hubungan
antar variabel tidak bersifat kausal (sebab akibat) melainkan bersifat
interaktif atau saling mempengaruhi, sehingga tidak diketahui mana variabel
independen (bebas) dan variabel dependennya (terikat) (Muhadjir, N., 1990;
Strauss, A.C.J. 1990). Jadi, dalam penelitian kualitatif tidak mengenal variabel
independen dan variabel dependen.

Kesepuluh, dilihat dari segi analisis data penelitian, adalah: (1) jenis datanya
berupa uraian kalimat (deskriptif), dokumen pribadi, catatan lapangan hasil
observasi partisipatif, catatan ucapan dari hasil wawancara mendalam, dan
beragam tindakan responden atau objek penelitian, serta dokumen-dokumen
lainnya; (2) analisis data penelitian bersifat interaktif, siklus dan induktif; (3)
proses analisis data berlangsung secara terus menerus, dari awal penelitian
hingga akhir penelitian. Dan kapan analisis data dianggap selesai, yaitu setelah
proses pengumpulan data dan analisis data sudah tidak ada yang dianggap
baru (mengalami titik jenuh); dan (4) hasil analisis data adalah mencari pola
atau menemukan model, proposisi atau teori (Strauss, A.C.J. 1990. Silverman,
D. 1993). Berbeda dengan hasil analisis data pada penelitian kuantitatif, yaitu
menguji teori atau menguji hipotesis penelitian.

b. Metode kuantitatif
Metode penelitian yang menggali fenomena sosial yang kemudian
menghasilkan data berupa angka-angka dan biasanya angka-angka dianalisis
dan diinterpretasi menggunakan metode statistik tertentu. Apabila informasi
atau data yang diperoleh ternyata dangkal, maka peneliti dapat melakukan

30
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

kreativitas berupa wawancara di luar kuesioner yang telah dirancang


sebelumnya. Individu dianggap sebagai objek yang memberikan respon
terhadap perlakuan yang diberikan peneliti (responden).

Karakteristik penelitian sosial kuantitatif


Berdasarkan pandangan para ahli dapat disimpulkan tentang karakteristik
penelitian sosial kuantitatif sebagai berikut:

Pertama, ditinjau dari orientasi filosofis dan teoritis adalah berorientasi pada
paham positivisme, rasionalisme, atau objektivisme Sedangkan orientasi
teoritisnya adalah berorientasi pada teori-teori yang berparadigma fakta
sosial (Ritzer, G. 2002). Diantara ciri teori-teori yang berparadigma fakta
sosial adalah: (1) seluruh pola perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor
eksternal, jiwa dan pikiran serta pola perilaku individu ditentukan oleh
kondisi eksternalnya; (2) kerangka berpikirnya bersifat deduktif verifikatif;
(3) menuntut adanya pembuktian teori atau pengujian hipotesis secara
statistik; dan (4) mengandalkan pada kebenaran objektivitas, validitas dan
reliabilitas. Sejarah awal perkembangan penelitian kuantitatif adalah
berkembang di kalangan ilmuwan eksakta atau disiplin ilmu kealaman.

Kedua, dilihat dari segi desain penelitian, adalah: (1) bersifat terinci, luas, dan
banyak menggunakan literatur yang terkait dengan tema penelitian; (2)
memiliki prosedur research yang rinci, terukur; (3) sejak usulan penelitian
(proposal) penelitian sosial kuantitatif sudah memiliki landasan teoritis yang
kuat dan jelas; dan (4) proses penelitian terikat kuat dengan desain research
yang telah diajukan (desain research tidak berubah), dan isi desain
penelitiannya secara ketat akan dipatuhi untuk dilaksanakan dalam proses
penelitiannya, misalnya rumusan masalah tidak boleh berubah selama proses
penelitian (Hadi, S. 2004; Idrus, M., 2007).

Ketiga, dilihat dari rumusan judul penelitian adalah: (1) rumusan judul
penelitian sosial kuantitatif tidak pernah berubah (sudah ditetapkan sebelum

31
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

pelaksanaan penelitian); (2) ekspresif, jelas, padat dan menunjukkan secara


jelas permasalahan yang akan diteliti; dan (3) menggambarkan variabel
independen atau bebas dan variabel dependen atau tergantung (Bungin.B.,
2001).

Keempat, dilihat dari rumusan masalah penelitian adalah: (1) rumusan


masalah harus jelas sehingga dapat diketahui variabel atau hubungan variabel
yang diteliti; (2) dirumuskan dalam bentuk kalimat bertanya, misalnya:
Apakah?, Bagaimanakah?; Seberapa besar atau tinggi?; Adakah hubungan atau
adakah perbedaan?; (3) rumusan masalah tidak berubah selama proses
penelitian, karena menjadi acuan penelitian (Sudijono, A. 1992).

Kelima, dilihat dari segi penetapan variabel penelitian. Variabel adalah atribut
seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain,
atau variabel adalah suatu kuantitas (jumlah) atau sifat karakteristik yang
mempunyai nilai numerik atau kategori atau sifat yang akan diteliti (Kartono,
K.,1996; Kerlinger, F. 2002). Ciri penelitian sosial kuantitatif dari segi
penetapan variabel adalah: penetapan variabel penelitian (variabel
independen, dependen, moderator, intervening) harus ditetapkan dulu
sebelum memulai penelitian (rancangan penelitian) dan tidak akan berubah
selama penelitian berlangsung.

Keenam, dilihat dari deskripsi teori dalam proses penelitian, yaitu: (1) karena
penelitian sosial kuantitatif adalah menguji teori maka deskripsi teori harus
diuraikan secara sistematis, tidak hanya sekedar pendapat para ahli tetapi
penting mengungkap hasil-hasil research terdahulu yang mengkaji fenomena
sosial yang sama; (2) deskripsi teori harus menjelaskan secara rinci tentang
variabel-variabel yang diteliti dari berbagai referensi ilmiah (Sugiyono, 2007).
Langkah praktis yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan teori dalam
penelitian sosial kuantitatif adalah: (1) tetapkan nama variabelnya dan berapa
jumlah sub variabel penelitian; (2) cari sumber-sumber ilmiah (Buku ilmiah,
Laporan penelitian; Skripsi; Tesis; Disertasi; Jurnal ilmiah) yang membahas

32
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

variabel yang akan diteliti; (3) cari definisi konsep, baca seluruh uraian dalam
sumber ilmiah tersebut yang mengkaji tentang variabel yang akan diteliti; dan
(4) deskripsikan secara sistematis dengan bahasa yang benar dengan tetap
mencantumkan catatan kaki atau buku yang menjadi rujukannya.

Ketujuh, dilihat dari segi rumusan hipotesis penelitian, adalah: (1) dalam
penelitian sosial kuantitatif wajib atau harus dirumuskan hipotesis penelitian
atau hipotesis statistik, karena ciri penelitian kuantitatif adalah menguji teori;
(2) bersifat deterministik terkait dengan variabel-variabel yang akan
ditelitinya. Hipotesis yang diajukan sebagai upaya penguat bahwa ada
keterkaitan antar variabel satu dengan variabel lainnya; dan (3) rumusan
hipotesis bisa dalam bentuk hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho);
(4) perumusan hipotesis harus berdasarkan landasan teori dan kerangka
berpikir (Furqon, 2004; Bungin, B. 2007). Hipotesis penelitian adalah
hipotesis untuk penelitian pada seluruh populasi, sedangkan hipotesis
statistik adalah hipotesis penelitian yang bekerja dengan sampel. Dalam
penelitian kuantitatif dijumpai beragam bentuk hipotesis, yaitu: hipotesis
deskriptif; hipotesis komparatif; dan hipotesis asosiatif.

Kedelapan, dilihat dari segi sampel penelitian, adalah: (1) menggunakan


sampel yang banyak memiliki tingkat representasi tinggi terhadap populasi
yang hendak digeneralisasi; (2) semakin banyak jumlah sampel semakin baik
hasil penelitian, karena akan semakin banyak data yang diperoleh yang
berdistribusi normal; (3) teknik sampling biasanya menggunakan probability
sampling meliputi: simple random; proportionate stratified random;
disproportionate stratified random; dan area (cluster) random (Furqon, 2004;
Sugiyono, 2007); (4) bersifat reduksi, yaitu melakukan penyederhanaan
(simplikasi) terhadap kenyataan yang kemudian dilakukan generalisasi.

Kesembilan, dilihat dari metode pengumpulan data penelitian, adalah: (1)


proses pengumpulan data menggunakan angket, tes, dokumen, wawancara
terstruktur yang terlebih dahulu dilakukan uji instrumen untuk mencari

33
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

validitas dan reliabilitas instrumen; (2) melakukan intervensi terhadap


realitas yang diteliti dengan cara memberikan perlakuan (treatment) baik
berupa pemberian angket, kuesioner, skala maupun pengkondisian perilaku;
(3) hubungan antara peneliti dengan subjek yang diteliti saat pengumpulan
data adalah jauh, tidak akrab (tanpa kontak) sehingga tetap dijamin
objektivitas data (Hadi, S., 2004).

Kesepuluh, dilihat dari segi analisis data penelitian, adalah: (1) dilakukan
pada akhir proses setelah seluruh pengumpulan data dilakukan; (2) bersifat
deduktif serta menggunakan analisis statistik dalam menganalisis gejala atau
objek yang diteliti; (3) tujuan analisis adalah untuk menguji atau
membuktikan hipotesis statistik yang diajukan; dan (4) jenis analisis statistik
yang bisa dipakai adalah: statistik deskriptif, statistik inferensial, statistik
parametris, dan statistik nonparametris. Penggunaan jenis analisis statistik
tersebut adalah tergantung pada jenis data penelitiannya, yaitu: data nominal
(nominal data); data ordinal (ordinal data); data interval (interval data); dan
data rasio (ratio data) (Nurgiyantoro, B. Dkk.2002).

Kesebelas, dilihat dari segi rekomendasi hasil penelitian, adalah: (1)


rekomendasi teoritis adalah hasil penelitian didasarkan atas kriteria
objektivitas, reliabilitas dan validitas instrumen; (2) logika research
berdasarkan hipotesa deduktif verifikatif, karena sifatnya adalah menguji teori;
dan (3) rekomendasi praktisnya adalah memberikan data empirik yang
objektif dan bisa dipertanggungjawabkan karena kebenarannya bersifat etik,
segala ukuran kebenaran telah sesuai dengan teori yang dipakainya.

34
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

Berikut akan disajikan tabel perbedaan dikotomik antara metode penelitian


kualitatif dan kuantitatif.

Tabel 5. Perbedaan Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


No Aspek Metode Kualitatif Metode Kuantitatif
1. Paradigma Definisi sosial Fakta sosial atau perilaku
sosial
2. Sifat Emik (berangkat dari data, Etik (berangkat dari teori,
dasar logika induktif) dasar logika deduktif)
3. Tujuan Membangun teori-teori Menguji teori yang sudah
yang baru ada
4. Kedudukan Sebagai perbandingan dan Sebagai rujukan atau
Teori acuan untuk memahami referensi dalam
dan memperdalam penyusunan hipotesis
masalah yang sedang
diteliti
5. Proposal Bisa berubah-ubah Tetap
Penelitian disesuaikan dengan
kondisi di lapangan
6. Instrumen Peneliti itu sendiri Kuesioner
(diwujudkan melalui
guiding question)
7. Teknik - Participant observert - Kuesioner
Pengumpul - Observasi - Wawancara
an Data - In-depth interview

8. Teknik Tidak menggunakan uji Menggunakan uji statistik


Analisis statistic
Data
9. Penekanan Proses Hasil
Tabel tersebut memberikan gambaran secara komprehensif tentang
perbedaan secara metodologik antara metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif.

c. Metode kombinasi (Mixed Methods)


Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2018: 397), metode penelitian kombinasi adalah
metode penelitian yang menggabungkan antara metode kuantitatif dan
kualitatif. Meskipun secara landasan filsafat antara kedua metode tersebut
sangatlah berbeda bahkan dapat dikatakan bertentangan, sehingga secara

35
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

teoritis kedua metode tersebut tidak dapat digabungkan untuk digunakan


secara bersamaan, namun demikian, Prof. Dr. Sugiyono (2018: 400) dengan
mengutip Susan Stainbak (1988) mengemukakan bahwa setiap metode dapat
digunakan untuk melengkapi metode lainnya, bila penelitian dilakukan pada
lokasi yang sama namun maksud dan tujuan berbeda. Sehingga ia berpendapat
bahwa: 1) Kedua metode tersebut dikombinasikan tetapi digunakan secara
bergantian, misalnya tahap pertama menggunakan metode kualitatif,
selanjutnya setelah temuan penelitian sudah menjurus pada hipotesis maka
pengujian berikutnya menggunakan metode kuantitatif, 2) metode penelitian
tidak dapat digabungkan dalam waktu bersamaan, tetapi tehnik pengumpulan
data yang dapat digabungkan, misalnya penelitian kuantitatif dengan tehnik
pengumpulan data yang utama adalah kuesioner dapat diperkuat dengan
keakuratan, kelengkapan atau perbaikan kebenaran datanya dilakukan
dengan tehnik lain secara kualitatif misal observasi/pengamatan dan
wawancara. Selain itu dijelaskan pula bahwa metode kombinasi ini tidak harus
ditengah-tengah antara kuantitatif dan kualitatif, tetapi bisa saja cenderung ke
salah satu metode, satu metode yang lainnya berfungsi sebagai pelengkap atau
memperkuat dan memperbaiki data. Metode kombinasi ini akan sesuai
digunakan jika penggunaan metode kuantitatif atau kualitatif secara sendiri-
sendiri dianggap tidak cukup menyeluruh dan akurat mengungkap fenomena
yang akan dikaji atau diteliti. Dengan kata lain jika menggunakan metode
kombinasi maka kebenaran, keakuratan, kelengkapan data penelitian tentang
fenomena yang dikaji atau diteliti akan lebih maksimal sehingga kesimpulan
hasil penelitian akan lebih dipercaya.

3. Jenis Penelitian Sosial


Ada beberapa jenis atau bentuk penelitian ilmiah yang dikemukakan oleh para
ahli, antara lain:

Pertama, penggolongan penelitian menurut fungsinya, yaitu dibedakan


menjadi empat jenis: (a) penelitian dasar (basic research), yaitu penelitian

36
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

yang berfungsi untuk perluasan atau pengembangan ilmu pengetahuan tanpa


memikirkan nilai fungsional bagi masyarakat sekarang. Umumnya penelitian
dasar ini dilakukan pada kelompok natural science (Astronomi, Fisika,
Kedokteran; (b) penelitian terapan (applied research), yaitu penelitian yang
berfungsi atau bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang ada di
masyarakat. Jadi, penelitian terapan ini mempunyai nilai fungsional bagi
kehidupan masyarakat. Diantara contoh penelitian terapan adalah: survei
produksi dan konsumsi; action research; penelitian pertanian; implementasi
kurikulum, dan sebagainya (Gay, L.R., 1983); (c) penelitian pengembangan
(research and development), yaitu.penelitian yang berfungsi atau bertujuan
untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk. Jenis
penelitian ini merupakan ‘jembatan’ antara penelitian dasar dan penelitian
terapan (Sugiyono, 2007); dan (d) penelitian evaluatif (evaluation research),
yaitu penelitian yang bertujuan untuk menilai manfaat, sumbangan atau
kelayakan dari suatu kegiatan atau unit tertentu. Penelitian ini membutuhkan
data kuantitatif dan kualitatif, dan lebih bersifat aplikatif. Ada dua jenis
penelitian evaluatif, yaitu penelitian tindakan (action research) dan penelitian
kebijakan (policy research) (Sukmadinata, N.S., 2007).

Kedua, penggolongan penelitian menurut bidang ilmu atau garapan, dapat


dibedakan menjadi: Penelitian Sosiologi; Penelitian Pendidikan dan non
pendidikan; Penelitian Hukum; Penelitian Ekonomi; Penelitian Bahasa,
Penelitian Antropologi, Penelitian Biologi; Penelitian Sejarah dan sebagainya).

Ketiga, penggolongan penelitian menurut tingkat kealamiahan, dapat


dibedakan menjadi: (a) penelitian eksperimen. Penelitian ini sangat tidak
alamiah atau tidak natural karena tempat penelitiannya di laboratorium
dalam kondisi yang terkontrol sehingga tidak terdapat pengaruh dari luar.
Contoh penelitian eksperimen bidang pendidikan ‘Perbedaan prestasi belajar
yang menggunakan multimedia inovatif dengan media konvensional dalam
PBM pada siswa di SD “Maju” Kota “Y” tahun 2017’; (b) penelitian survei, jenis

37
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

penelitian ini sering disebut penelitian normatif atau penelitian status. Pada
umumnya pada penelitian ini menggunakan variabel dan populasi yang luas
sesuai dengan tujuan penelitiannya. Penelitian eksperimen dan survei di atas
adalah termasuk penelitian yang menggunakan metode kuantitatif atau
analisis datanya menggunakan statistik; (c) penelitian naturalistik, yaitu jenis
penelitian yang sering disebut penelitian kualitatif (Sugiyono, 2007) dengan
analisis datanya secara naratif deskriptif kualitatif.

Keempat, penggolongan penelitian menurut tempat penelitian. Dapat


dibedakan menjadi: Penelitian Perpustakaan (Kajian buku-buku ilmiah di
perpustakaan); Penelitian Laboratorium (melakukan uji coba atau
eksperimen di laboratorium); Kelima, penggolongan penelitian menurut aspek
metode dan pendekatan, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: (a)
penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang berusaha untuk
menggambarkan, menjelaskan secara detail, sistematis, logis tentang objek
tertentu. Penelitian ini umumnya dilakukan pada bidang ilmu sosial dan
budaya; (b) penelitian sejarah (historical research atau historiografi), jenis
penelitian ini hampir sama dengan penelitian deskriptif, tetapi ada perbedaan
khusus, yaitu lebih menekankan pada metode wawancara dengan pelaku
sejarah dan dalam melakukan analisis data dokumen melakukan kritik intern
dan kritik ekstern (Abdullah, T., 1985); (c) Penelitian kuantitatif (quantitative
research), yaitu penelitian yang berorientasi pada paham positivisme, dan
bertujuan untuk mencari hubungan dan menjelaskan sebab-sebab perubahan
dalam fakta sosial yang terukur, analisis datanya menggunakan statistik; (d)
penelitian kualitatif (qualitative research), yaitu penelitian yang berorientasi
pada paham konstruktivisme atau interpretif, yang bertujuan untuk
menjelaskan realita secara alamiah, analisis datanya berupa kalimat rinci dan
sistematis, logis (Sukmadinata, N.S., 2007). Secara khusus dalam pembahasan
berikutnya akan dijelaskan tentang perbedaan penelitian kuantitatif dan
kualitatif; (e) penelitian longitudinal, yaitu penelitian yang ingin mengetahui
perkembangan suatu gejala yang cukup lama, misalnya peneliti ingin

38
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

mengetahui perkembangan kemampuan berpikir anak SD kelas I sampai kelas


VI, maka peneliti melakukan pencatatan perkembangan kemampuan berpikir
anak dari kelas I sampai kelas VI pada objek yang sama (jadi butuh waktu 6
tahun); (f) penelitian cross-sectional, yaitu penelitian yang tidak menggunakan
sasaran penelitian yang sama, misalnya ingin mengetahui perkembangan
berpikir anak SD kelas I sampai VI, maka dalam waktu bersamaan merekam
perkembangan berpikir anak SD kelas I sampai kelas VI, jadi kebalikan dari
longitudinal, tidak perlu waktu lama; (g) penelitian evaluasi atau hampir sama
dengan penelitian assesment. Secara umum penelitian evaluasi adalah
bertujuan untuk menjawab apakah suatu proyek tertentu telah berjalan
sesuatu dengan program yang ditetapkan (Bungin, B., 2001).

Keenam, penggolongan penelitian berdasarkan tujuannya, yaitu dibedakan


menjadi: (a) penelitian deskriptif (descriptive research), jenis penelitian ini
bisa juga dilihat dari segi metode atau pendekatan seperti yang disinggung di
atas; (b) penelitian prediktif (predictive research), yaitu penelitian yang
bertujuan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan analisis
data saat dilakukannya penelitian. Umumnya penelitian ini bersifat studi
korelasional (correlational studies) dan studi kecenderungan (trend studies);
(c) penelitian improvetif (improvetive research), yaitu penelitian yang
bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu
keadaan atau pelaksanaan suatu program tertentu. Termasuk dalam jenis
penelitian ini misalnya penelitian tindakan (action research), penelitian dan
pengembangan (research and development), penelitian eksperimental; dan (d)
penelitian eksplanatif (explanation research), yaitu penelitian yang bertujuan
untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau
variabel yang diteliti (Sukmadinata, N.S., 2007).

39
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

PENGEMBANGAN PENILAIAN

Bagian ini memuat contoh soal-soal topik pendekatan dan jenis pendekatan
penelitian sosial yang muncul di UN tiga tahun terakhir. Selain itu, bagian ini
memuat pembahasan tentang cara mengembangkan soal HOTS yang disajikan
dalam bentuk pemodelan, sehingga dapat dijadikan acuan oleh saudara ketika
mengembangkan soal topik ini. Saudara perlu mencermati dengan baik bagian
ini, sehingga saudara dapat terampil mengembangkan soal yang mengacu
pada indikator pencapaian kompetensi yang termasuk HOTS.

A. Pembahasan Soal-soal

Topik pendekatan dan jenis penelitian sosial merupakan topik yang muncul
pada soal UN di tiga tahun terakhir berdasarkan hasil analisis PAMER UN.
Berikut ini pembahasan soal-soalnya.

Soal UN tahun 2016

1. Peneliti menguji metode belajar yang berbeda dengan cara memanipulasi


atau mengontrol situasi alami menjadi situasi buatan. Kegiatan penelitian
sosial tersebut berdasarkan metodenya termasuk jenis penelitian ….
(A) histori
(B) survei
(C) deskriptif
(D) eksploratif
(E) eksperimen
Kunci E
pembahasan :
Penelitian yang berusaha mencari pengaruh variaber tertentu terhadap
variabel lain dalam kondisi terkontrol secara ketat ( situasi buatan ) adalah
penelitian eksperimen.

Soal UN tahun 2017


2. Derita pengungsi akibat meletusnya gunung sinabung di Sumatra Utara
sering diberitakan melalui TV, radio, surat kabar maupun media elektronik.
Hal yang tampak dari berita tersebut antara lain penampungan yang tidak
memadai, sulitnya air bersih, sulitnya masyarakat beraktivitas, dan
sebagainya. Untuk mengetahui lebih rinci kondisi pengungsi, peneliti tidak

40
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

cukup mengumpulkan data dari studi dokumen, melainkan harus


melakukan penelitian lapangan, dengan tujuan….
A. Pemerintah setempat bisa mempercepat mengatasi bencana
B. Terdapat data sekunder yang informasinya bisa dipercaya
C. Bisa mengetahui kompleksnya penderitaan pengungsi
D. Kerusakan alam akibat bencana bisa segera diperbaiki
E. Pengungsi akan senang jika dimita mengisi angket
Pembahasan :
Kunci : C
Pembahasan:
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.
Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan
atau kurang falid tertutup terhadap sumber fenomena. Dalam soal diatas
data primer memberi informasi yang valid tentang kompleksitas
pengungsi.

3. Manajemen pusat suatu maskapai secara sepihak membatalkan


penerbangan ke berbagai kota tujuan. Keputusan tersebut tidak
disosialisasikan ke bagian penjualan tiket, sehingga para calon
penumpang tetap berdatangan ke bandara. Para penumpang marah
karena tidak mendapat penjelasan yang memadai dari manajemen.
Seorang peneliti ingin mengkaji secara rinci sebab-sebab peristiwa
tersebut, sehingga ia melakukan penelitian dengan metode….
A. Grounded research
B. Studi kasus
C. Komparatif
D. Historis
E. Survei
Kunci :B
Pembahasan :
Setudi kasus adalah penelitian yang digunakan untuk mempelajari
peristiwa atau kasus pada unit sosial ( individu, kelompok dsb)

Soal UN tahun 2018

4. Adri adalah seorang siswa sebuah SMA yang sedang belajar sosiologi.
Ia ingin meneliti kembali sebuah penelitian yang sudah ada
sebelumnya tentang masyarakat suku tengger ketika mengadakan
ritual pemotongan rambut gimbal. Penelitian tersebut bertujuan
untuk memperluas informasi tentang makna yang terdapat dalam
upacara tersebut. Dari ilustrasi di atas, berdasarkan tujuannya adalah

41
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

jenis penelitian ….
A. Kuantitatif
B. Deskriptif
C. Historis
D. Development
E. Eksplanatif
Kunci : D
Pembahasan :
Penelitian development adalah penelitian yang bertujuan
mengembangkan, memperluas dan memperdalam suatu teori atau
pengetahuan.

5. Amir seorang mahasiswa sedang meneliti kebudayaan suatu daerah.


Dari hasil penelitiannya, kini daerah tersebut ramai dikunjungi oleh
wisatawan baik asing maupun lokal. Manfaat penelitian tersebut bagi
masyarakat lokal adalah ….
A. Memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian sosial
B. Memudahkan dalam melanjutkan penelitian sosial selanjutnya
C. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kebudayaan
D. Masukan untuk melakukan penataan kembali obyek wisata
E. Peluang usaha untuk memasarkan hasil kesenian daerah tersebut
Kunci :D
Pembahasan:
Berdasarkan manfaatnya penelitian dibedakan menjadi dua yaitu
penelitian dasar dan terapan. Penelitian terapan adalah penelitian
yang didesain untuk memecahkan masalah dan memberi solusi secara
praktis. Penelitian yang dilakukan Amir termasuk penelitian terapan
karena didesain untuk memberi solusi praktis.

B. Pengembangan Soal HOTS

Pada bagian ini akan dimodelkan pembuatan soal yang memenuhi indikator
pencapaian kompetensi yang diturunkan dari kompetensi dasar pengetahuan.
Pengembangan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi agar Saudara dapat
melihat kesesuaian antara kompetensi, lingkup materi, dan indikator soal.

42
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

Selanjutnya, dilakukan penyusunan soal di kartu soal berdasarkan kisi-kisi


yang telah disusun sebelumnya. Contoh soal yang disajikan terutama untuk
mengukur indikator kunci pada level kognitif yang tergolong HOTS.

Kompetensi Lingkup Level Bentuk


NO Materi Indikator Soal No
yang Diuji Materi Kognitif Soal
1 Mengidentifikasi Pendekatan Jenis Disajikan jenis-
berbagai Jenis dan Jenis penelitian jenis
Penelitian sosial penelitian sosial penelitian,
sosial peserta didik
mampu 1 C5 PG
menyimpulkan
yang
merupakan
jenis peneltian
kualitatif
PG

43
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMP Kurikulum : 2018


Kelas : VII Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI Nama Penyusun :
Buku
KOMPETENSI Pengetahuan/ Aplikasi Penalaran
Sumber : √
DASAR Pemahaman
Mengidentifikasi Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL
berbagai Jenis Soal 1. Perhatikan jenis-jenis penelitian berikut!
Penelitian sosial
LINGKUP 1 1) Eksplanatif
MATERI
Pendekatan dan 2) Studi kasus
Jenis penelitian
sosial 3) Fenomenologi

MATERI 4) Korelasional
Jenis penelitian 5) Deskriptif
sosial
Jenis penelitian dalam pendekatan kualitatif
ditunjukkan oleh angka ….
INDIKATOR
SOAL A. 1), 2), dan 3
Disajikan jenis-
jenis penelitian, Kunci B. 1), 3), dan 4)
peserta didik Jawaban
mampu C. 1), 4), dan 5)
menyimpulkan D
yang merupakan D. 2), 3), dan 5)
jenis peneltian
E. 2), 4), dan 5)
kualitatif

44
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

KESIMPULAN

Unit ini dikembangkan berdasarkan pasangan KD 3.4., dan 4.4. berdasrakan


hasil pengamatan di kelas X. Dari pasangan kompetensi dasar tersebut
diturunkan 14 indikator pencapaian kompetensi dimensi pengetahuan dan 6
indikator pencapaian kompetensi dimensi keterampilan.

Sub unit ini dilaksanakan dalam 1 kali bersifat berpusat kepada peserta didik.
Model discovery learning yang digunakan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan saintifik.

Di sub unit ini disediakan soal-soal UN terkait pendekatan dan jenis penelitian
sosial yang muncul di ujian nasional tahun 2016 dan 2017. Disediakan pula
pembahasan soalnya sehingga memudahkan guru dan peserta didik untuk
memahami pemecahan soal tersebut dan memprediksi jenis soal yang rutin
muncul di UN. Soal sudah terkategori HOTS tapi model soal serupa setiap
tahunnya, maka guru perlu melatihkan peserta didik memahami secara
mendalam topik pendekatan dan jenis penelitian sosial serta membuat soal
HOTS yang berbeda dari soal yang pernah muncul di UN.

45
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

UMPAN BALIK

Dalam rangka mengetahui pemahaman terhadap unit ini, Saudara perlu


mengisi lembar persepsi pemahaman. Berdasarkan hasil pengisian instrumen
ini, Saudara dapat mengetahui posisi pemahaman beserta umpan baliknya.
Oleh karena itu, isilah lembar persepsi diri ini dengan objektif dan jujur.

Lembar Persepsi Pemahaman Unit

Kriteria
No Aspek
1 2 3 4
1. Memahami indikator yang telah
dikembangkan berdasarkan Kompetensi
Dasar
2 Mampu menghubungkan konten dengan
fenomena kehidupan sehari-hari
3 Merasa bahwa tahapan aktivitas
pembelajaran dapat mengembangkan
HOTS peserta didik
4 Memahami tahapan aktivitas yang
disajikan dengan baik
5 Mampu dengan baik mengaplikasikan
aktivitas pembelajaran di dalam kelas
6 Memahami dengan baik Lembar Kerja
peserta didik yang dikembangkan
7 Mampu melaksanakan dengan baik
Lembar Kerja peserta didik yang
dikembangkan
8 Memahami Konten secara menyuluh
dengan baik
9 Memami prosedur penyusunan soal HOTS
dengan baik
10 Mampu membahas soal HOTS yang
disajikan dengan tepat
Jumlah
Jumlah Total

46
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

Keterangan Pedoman Penskoran


1=tidak menguasai
2 = cukup menguasai Skor = Jumlah Total X 100
3 = menguasai 40
4 = Sangat Menguasai

Keterangan Umpan Balik

Skor Umpan Balik


< 70 Masih banyak yang belum dipahami, di antara konten, cara
membelajarkannya, mengembangkan penilian dan melaksanakan
penilaian berorientasi HOTS. Saudara membaca ulang unit ini dan
mendiskusikannya dengan dengan fasilitator di MGMP sampai
anda memahaminya.

70-79 Masih ada yang belum dipahami dengan baik, di antara konten,
cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan
melaksanakan penilaian berorientasi HOTS. Saudara perlu
mendiskusikan bagian yang belum dipahami dengan fasilitator
atau teman lain di MGMP.

80-89 Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan


penilaian dan melaksanakan penilaian berorientasi HOTS dengan
baik.

> 90 Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan


penilian dan melaksanakan penilaian berorientasi HOTS dengan
sangat baik. Saudara dapat menjadi fasilitator bagi teman-teman
lain di MGMP untuk membelajarkan unit ini.

47
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

48
Unit Pembelajaran
Pendekatan dan Jenis Penelitian Sosial

49
Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN SOSIOLOGI


SEKOLAH MENENGAH ATAS
(SMA)

Metode Penelitian Sosial


Penulis:
Lilik Tahmidaten

Penyunting:
Susvi Tantoro

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI __________________________________ 53


DAFTAR TABEL ________________________________ 54
PENDAHULUAN _______________________________ 55
KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK _________ 56
A. Kompetensi Dasar Dan Target Kompetensi ______________________________ 56
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ________________________________________ 57
APLIKASI DI DUNIA NYATA ______________________ 59
A. Pengantar ___________________________________________________________________ 59
SOAL-SOAL UN/USBN __________________________ 60
BAHAN PEMBELAJARAN _________________________ 64
A. Aktivitas Pembelajaran ____________________________________________________ 64
Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-2 Prosedur Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif ___________________________________________________________________________ 66
Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-3 Review Contoh Hasil Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif ___________________________________________________________ 67
B. Lembar Kerja Peserta Didik _______________________________________________ 67
Lembar Kerja Peserta Didik 1 ______________________________________________________ 68
Lembar Kerja Peserta Didik 2 ______________________________________________________ 70
C. Bahan Bacaan _______________________________________________________________ 92
Prosedur Penelitian Kuantitatif & Kualitatif______________________________________ 92
PENGEMBANGAN PENILAIAN _____________________ 97
A. Pembahasan Soal-soal _____________________________________________________ 97
B. Pengembangan Soal HOTS ________________________________________________ 100
KESIMPULAN ________________________________ 102
UMPAN BALIK _______________________________ 103

53
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Target Kompetensi Dasar _______________________________________________ 56


Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) ______________________________ 57
Tabel 3. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) ______________________________ 58
Tabel 4. Desain Aktivitas Pembelajaran _________________________________________ 65

54
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

PENDAHULUAN

Unit ini disusun sebagai salah satu alternatif sumber bahan ajar bagi guru
untuk memahami topik penelitian kuantitatif dan kualitatif. Melalui
pembahasan materi yang terdapat pada unit ini, guru dapat memiliki dasar
pengetahuan untuk mengajarkan materi yang sama ke peserta didiknya yang
disesuaikan dengan indikator yang telah disusun, dan terutama dalam
memfasilitasi kemampuan bernalar peserta didik. Selain itu, materi ini juga
aplikatif untuk guru sendiri sehingga mereka dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Dalam rangka memudahkan guru mempelajarinya konten dan cara


mengajarkannya, di dalam unit ini dimuat kompetensi dasar terkait yang
memuat target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi, bahan
bacaan tentang aplikasi topik metode penelitian sosial kualitatif dan
kuantitatif, soal-soal tes UN topik ini di tiga tahun terakhir sebagai acuan
dalam menyusun soal sejenis, deskripsi alternatif aktivitas pembelajaran,
lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang dapat digunakan guru untuk
memfasilitasi pembelajaran, bahan bacaan yang dapat dipelajari oleh guru,
maupun peserta didik, dan deskripsi prosedur mengembangkan soal HOTS.
Komponen-komponen di dalam unit ini dikembangkan dengan tujuan agar
guru dapat dengan mudah memfasilitasi peserta didik mengidentifikasi
metode penelitian sosial dalam penelitian sosiologi.

Topik metode penelitian sosial yang dikembangkan pada bahan bacaan terdiri
atas subtopik . Selain itu, unit ini dilengkapi dengan dua buah LKPD, yaitu 1)
Konsep penelitian kualitatif dan kuantitatif; 2)Review contoh hasil penelitian
kualitatif dan kuantitatif. LKPD dikembangkan secara aplikatif agar guru
mudah mengimplementasikannya di kelas.

55
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK

A. Kompetensi Dasar Dan Target Kompetensi

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar


kelas X:
3.4 Memahami berbagai metode penelitian sosial yang sederhana untuk
mengenali gejala sosial di masyarakat.
4.4 Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk mengenali ragam
gejala sosial dan hubungan sosial di masyarakat.

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar di


kelas X. Kompetensi dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa target
kompetensi. Target kompetensi menjadi patokan penguasaan kompetensi
oleh peserta didik. Target kompetensi pada kompetensi dasar ini dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Target Kompetensi Dasar


KOMPETENSI DASAR TARGET KD
KD PENGETAHUAN
3.4 Memahami berbagai metode 1. Memahami metode penelitian
penelitian sosial yang sosial kualitatif yang sederhana
sederhana untuk mengenali untuk mengenali gejala sosial di
gejala sosial di masyarakat. masyarakat
2. Memahami metode penelitian
kuantitatif yang sederhana untuk
mengenali gejala sosial di
masyarakat
KD KETERAMPILAN
4.4 Melakukan penelitian sosial 1. Melakukan penelitian sosial yang
yang sederhana untuk sederhana untuk mengenali
mengenali ragam gejala ragam gejala sosial dan hubungan
sosial dan hubungan sosial sosial di masyarakat.
di masyarakat.

56
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian


kompetensi. Indikator ini menjadi acuan bagi guru untuk mengukur
pencapaian kompetensi dasar. Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4 di kelas X
dikembangkan menjadi 14 indikator untuk ranah pengetahuan dan 5 indikator
untuk ranah keterampilan.

Dalam rangka memudahkan guru menentukan indikator yang sesuai dengan


tuntutan kompetensi dasar, indikator dibagi menjadi ke dalam tiga kategori,
yaitu indikator pendukung, indikator kunci, dan indikator pengayaan. Berikut
ini rincian indikator yang dikembangkan pada Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4
di kelas X.
Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Paket Unit Metode Penelitian Sosial

IPK Pengetahuan IPK Keterampilan


Indikator Pendukung
3.4.1 Menjelaskan pengertian 4.4.1 Mendiskusikan pengertian
penelitian sosial penelitian sosial

3.4.2 Menjelaskan Manfaat 4.4.2 Mediskusikan manfaat


Penelitian sosial penelitian sosial
3.4.3 Mengidentifikasi berbagai 4.4.3 Mendiskusikan berbagai jenis
Jenis Penelitian sosial penelitian sosial

3.4.4 Mengidentiikasi karakteristik 4.4.4 Mendiskusikan berbagai


berbagai metode penelitian karakteristik berbagai
sosial metode penelitian sosial
Indikator Kunci
3.4.5 Mendeskripsikan prosedur 4.4.5 Melakukan penelitian sosial
penelitian sosial kualitatif sederhana

3.4.6 Menjelaskan teknik


pengumpulan dan analisis
data penelitian kualitatif
3.4.7 Mereview contoh hasil
penelitian kualitatif

57
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

3.4.8 Mendeskripsikan prosedur


penelitian sosial kuantitatif
3.4.9 Menjelaskan teknik
pengumpulan dan analisis
data penelitian kuantitatif
3.4.10 Mereview contoh hasil
penelitian kuantitatif
Indikator Pengayaan
3.4.11 Mengidentifikasi topik 4.4.6 Melakukan penelitian sosial
penelitian sederhana
3.4.12 Membuat rumusan masalah
Penelitian
3.4.13 Membuat rancangan
penelitian
3.4.14 Menyusun Laporan
Penelitian

IPK yang menjadi pokok bahasan dalam Unit pembelajaran 2 Metode


penelitian kualiatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Unit 2 metode penelitian sosial

IPK Pengetahuan IPK Keterampilan


Indikator Kunci
3.4.5 Mendeskripsikan prosedur 4.4.5 Melakukan penelitian sosial
penelitian sosial kualitatif sederhana
3.4.6 Menjelaskan teknik
pengumpula dan analisis data
penelitian kualitatif
3.4.7 Mereview contoh hasil
penelitian kualitatif
3.4.8 Mendeskripsikan prosedur
penelitian sosial kuantitatif
3.4.9 Menjelaskan teknik
pengumpulan dan analisis
data penelitian kuantitatif
3.4.10 Mereview contoh hasil
penelitian kuantitatif

58
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

APLIKASI DI DUNIA NYATA

A. Pengantar

Seperti yang telah diuraikan pada unit sebelumnya bahwa kegiatan penelitian
harus didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang salah satunya adalah sistematis
yaitu proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan
prosedur/langkah tertentu yang logis. Seperti halnya seseorang yang ingin
minum, maka prosedurnya siapkan gelas, menuangkan air pada gelas,
mengangkat gelas, lalu memasukkan air ke mulut melalui gelas. Dengan
demikian terdapat prosedur yang harus dijalani secara sistematis. Demikian
pula kegiatan penelitian, tidak dilakukan hanya dengan satu kegiatan lalu
dapat menyimpulkan hasil yang diteliti, melainkan terdapat prosedur atau
langkah-langkah yang harus dilalui. Melalui prosedur penelitian yang
ditempuh, maka sebuah kegiatan penelitian tidak hanya berorientasi pada
hasil penelitian semata, namun justru lebih pada prosedur yang dilakukan
secara sistematis, cermat dan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahnnya.
Melalui prosedur tersebut maka hasil penelitian yang akan didapatkan
merupakan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan pula keilmiahannya.

59
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

SOAL-SOAL UN/USBN

Berikut ini contoh soal-soal UN topik Metode penelitian sosial pada


Kompetensi Dasar 3.4. Memahami berbagai metode penelitian sosial yang
sederhana untuk mengenali gejala sosial di masyarakat, di kelas X
(Permendikbud Nomor 37, 2018). Soal-soal ini disajikan agar dapat dijadikan
sebagai sarana berlatih bagi peserta didik untuk menyelesaikannya. Selain itu,
soal-soal ini juga dapat menjadi acuan ketika Saudara akan mengembangkan
soal yang setipe pada topik Metode penelitian sosial.

1. Contoh soal UN tahun 2016


NO SOAL
1 Seorang peneliti berusaha mengumpulkan data dengan
menggunakan angket pada masyarakat yang terdapat pada
beberapa ke- lurahan. Berdasarkan hal tersebut, teknik sampling
yang tepat adalah ….
(A) quota sampling
(B) random sampling
(C) stratified sampling
(D) cluster sampling
(E) area sampling
Identifikasi
Level Kognitif : C3 Mengaplikasikan
Indikator yang : Mereview contoh hasil penelitian kuantitatif
bersesuaian
Diketahui : Peneliti mengumpulkan data menggunakan angket
Ditanyakan : Teknik sampling yang tepat adalah ….
Materi yang : Teknik pengumpulan data pada penelitian kuantitatif
dibutuhkan

NO SOAL

60
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

2 Dalam penulisan laporan penelitian terdapat bagian metode


penelitian yang mencantumkan teknik pengambilan sampel. Bagian
tersebut berisi tentang ….
(A) validasi data yang diperoleh
(B) jumlah responden yang dipilih
(C) jenis instrumen yang digunakan
(D) proses analisis data penelitian
(E) konsistensi data penelitian

Identifikasi
Level Kognitif : C2 memahami
Indikator yang : Mendeskripsikan prosedur penelitian kuantitatif
bersesuaian
Diketahui : Dalam penulisan laporan penelitian terdapat teknik
pengambilan sampel yang digunakan
Ditanyakan : Teknik pengambilan sampel dalam laporan penelitian
berisi….
Materi yang : Prosedur peelitian kuantitatif pada poin laporan
dibutuhkan penelitian

Contoh soal UN tahun 2017


NO SOAL
2 Seorang peneliti melakukan penelitian sosial yang berjudul”Dampak
psikologi dari kekerasan yang dialami tenaga kerja wanita di luar negeri”.
Metode dan teknik pengumpulan data yang tepat adalah ….
A. Angket
B. Observasi
C. Wawancara
D. Tes psikologi
E. Analisis berita
Identifikasi
Level Kognitif : C2 memahami
Indikator yang : Menjelaskan teknik pengumulan data penelitian
bersesuaian kuantitatif
Diketahui : Penelitian dampak psikologi dari kekerasan yang
dialami tenaga kerja wanita di luar negeri
Ditanyakan : Metode dan teknik pengumpulan data yang tepat
Materi yang : Teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif
dibutuhkan

NO SOAL

61
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Perhatikan langkah-langkah di bawah ini !


1) Memberi tanda tertentu pada data.
2) Menyederhanakan jawaban responden.
3) Memberi simbol jawaban responden.
Langkah-langkah pengolahan data diatas termasuk dalam
tahapan …
(A) editing
(B) coding
(C) tabulasi data
(D) analisis data
(E) organisasi data
Identifikasi
Level Kognitif : C2 memahami
Indikator yang : Menjelaskan teknik pengumulan data penelitian
bersesuaian kuantitatif

Diketahui : 1) memberi tanda tertentu pada data


2) menyederhanakan jawaban responden
3) memberi simbol jawaban responden
Ditanyakan : Langkah-langkah pengolahan data tersebut
merupakan tahapan …
Materi yang : Teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif
dibutuhkan

NO SOAL
Dalam rancangan penelitian disebutkan salah satu tujuan penelitian
ingin mengetahui latar belakang siswa dalam memilih jurusan di
perguruan tinggi. Untuk mengumpulkan data maka peneliti
menggunakan angket tertutup. Kelebihan metode pengumpulan
data tersebut adalah ….
A. Dapat memperoleh data yang rinci dan detail
B. Pengolahan datanya dapat dilakukan dengan mudah
C. Biaya yang diperlukan untuk pengumpulan data sangat
besar
D. Peneliti memiliki peran yang lebih besar dalam proses
penelitian
E. Data yang didapatkan tidak menggambarkan keseluruhan isi
penelitian
Identifikasi

62
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Level Kognitif : C2 memahami


Indikator yang : Menjelaskan teknik pengumulan data penelitian
bersesuaian kuantitatif
Diketahui : Dalam rancangan penelitian disebutkan salah
satu tujuan penelitian ingin mengetahui latar
belakang siswa dalam memilih jurusan di
perguruan tinggi. Untuk mengumpulkan data
maka peneliti menggunakan angket tertutup
Ditanyakan : Kelebihan metode pengumpulan data angket
adalah ….
Materi yang : Teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif
dibutuhkan

63
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

BAHAN PEMBELAJARAN

Bahan pembelajaran yang diuraikan di sini merupakan contoh panduan


pembelajaran yang dapat dimplementasikan oleh Saudara ketika akan
membelajarkan topik metode penelitian sosial. Bahan pembelajaran
dikembangkan dengan prinsip berpusat pada peserta didik dan berusaha
memfasilitasi kemampuan berpikir tingkat tinggi. Bahan pembelajaran ini
berisikan rincian aktivitas pembelajaran dan lembar kegiatan peserta didik
yang digunakan serta bahan bacaannya.

A. Aktivitas Pembelajaran

Bahan pembelajaran berisi rincian alternatif kegiatan pembelajaran yang


dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi pada topik
Metode penelitian sosial. Sebelum menguraikan aktivitas pembelajaran,
terlebih dahulu disusun desain aktivitas pembelajaran yang dapat dilihat pada
Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat submateri yang dibelajarkan terdiri dari:


1) metode penelitian kualitatif; 2) metode penelitian kuantitatif. Adapun
aktivitas pembelajaran untuk mencapai masing-masing indikator yang telah
ditetapkan, dapat dicapai dalam 2 kali pertemuan. Aktivitas pembelajaran
akan diuraikan lebih rinci menjadi 2 skenario pembelajaran. Pengembangan
skenario pembelajaran mengacu pada kriteria yang ditetapkan pada Standar
Proses (Permendikbud nomor 22 tahun 2016). Berikut ini rincian aktivitas
pembelajaran untuk masing-masing pertemuan.

64
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Tabel 4. Desain Aktivitas Pembelajaran


Indikator Bentuk dan
Materi/ Aktivitas Alokasi
Pencapaian Jenis Media
Submateri Pembelajaran Waktu
Kompetensi Penilaian
Mendeskripsikan  Metode Diskusi konsep Tes Kompu
prosedur penelitian penelitian penelitian Pengetahuan ter atau
sosial kualitatif kualitatif kualitatif dan a. Tes Tulis laptop 3X 45’
 Teknik kuantitatif Pilihan LCD
Menjelaskan teknik pengumpulan Ganda; proyekt
pengumpulan dan data penelitian b. Tes Tulis or
analisis data kualitatif uraian
penelitian kualitatif  Tehnik terbuka
Menjelaskan teknik analisisi data
analisis data penelitian
penelitian kualitatif kualitatif
Mendeskripsikan  Metode
prosedur penelitian penelitian
sosial kuantitatif kuantitatif
Menjelaskan teknik  Teknik
sampling dalam pengumpulan
penelitian data penelitian
kuantitatif kuantitatif
Menjelaskan teknik  Tehnik
pengumpulan data analisisi data
penelitian penelitian
kuantitatif kuantitatif

Menjelaskan teknik
analisis data
penelitian
kuantitatif

Mereview contoh Diskusi review Observasi 3x45 ‘


penelitian contoh hasil aktivitas
kuantitatif dan penelitian diskusi
Kualitatif kualitatif dan
kuantitatif
Penilaian
produk hasil
review

Aktivitas pembelajaran di pertemuan 2 dan 3 ini akan mencapai indikator


3.4.5., 3.4.6., 3.4.7. dan 3.4.8., 3.4.9, 3.4.10 yang dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Sintaks yang akan
dilalui adalah 1) Pemberian rangsangan (Stimulation); 2) Pernyataan/Identifikasi
masalah (Problem Statement); 3) Pengumpulan data (Data Collection); 4)

65
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pengolahan data (Data Processing); 5) Pembuktian (Verification), dan 6) Menarik


simpulan/generalisasi (Generalization).

Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-2 Prosedur Penelitian Kualitatif


dan Kuantitatif

Tujuan Aktivitas Pembelajaran:


Setelah melakukan aktivitas ini diharapkan peserta mampu memahami
prosedur penelitian kualitatif dan kuantitatif

Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran :

Satu kali pertemuan atau 3x45 Menit

Media, alat, dan bahan yang digunakan adalah:


1. LKPD 1 Prosedur Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
2. Gawai (smartphone/laptop/komputer)
3. LCD Proyektor
4. Koneksi internet

Kegiatan yang Saudara lakukan sebagai berikut:


 Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapain kompetensi
pada pertemuan hari ini

 Kelas di bagi menjadi 6 kelompok

 Masing-masing kelompok membaca fenomena dan permasalahan yang


diberikan guru lalu berdiskusi untuk mengidentifikasi prosedur
penelitian dan tehnik pengumpulan data yang sesuai

 Setelah selesai, masing-masing menayangkan dan mempresentasikan


hasil kerja

 Kelompok lain menanggapi

66
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-3 Review Contoh Hasil Penelitian


Kualitatif dan Kuantitatif

Tujuan:
Setelah melakukan aktivitas ini diharapkan peserta mampu mereview contoh
hasil penelitian kualitatif dan mereview contoh hasil penelitian kuantitatif
Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran :

Satu kali pertemuan atau 3x 45 Menit

Media, alat, dan bahan yang digunakan adalah:


1. LKPD 2. Review contoh hasil penelitian
2. Gawai (smartphone/laptop/komputer)
3. Proyektor digital
4. WiFi/koneksi internet

Kegiatan yang Saudara lakukan sebagai berikut:


 Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
pada pertemuan hari ini

 Kelas di bagi menjadi 6 kelompok

 Masing-masing kelompok berdiskusi mereview contoh hasil penelitian


kualitatif dan kuantitatif yang tersedia maupun berdasar hasil
penelusuran sendiri, kemudian menjawab pertanyaan yang tersedia

 Setelah selesai masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

 Kelompok lain menanggapi

B. Lembar Kerja Peserta Didik

Berikut ini dua buah Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang digunakan
dalam aktivitas pembelajaran, yaitu: 1) LKPD 1. Prosedur penelitian sosial

67
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

kualitatif dan kuantitatif 2) LKPD 2. Review contoh hasil penelitian kualitatif


dan kuantitatif

Lembar Kerja Peserta Didik 1

Pedoman kerja:
1. Bacalah ilustrasi fenomena dan permasalahan di bawah ini, lalu tentukan 2
permasalahan yang masing-masing dapat dikaji atau diteliti menggunakan
metode kualitatif atau kuantitatif.
2. Setelah itu, lakukan identifikasi untuk menentukan prosedur penelitiannya
masing-masing (baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif).
3. Lakukan pula identifikasi tehnik pengumpulan dan analisis data yang sesuai
4. Gunakan contoh form di bawah untuk mempermudah dalam membuat
laporan hasil kerja.

Ilustrasi fenomena dan permasalahan sosial:


Putusnya Generasi Pewaris Pertanian
Sokorojo merupakan sebuah dusun dengan jumlah penduduk yang
tidak lebih dari 500 orang penduduk dan tidak lebih dari 200 kepala
keluarga. Dusun tersebut memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
Dalam 15 tahun terakhir jumlah penduduk yang benar-benar tinggal
dan menetap di dusun tersebut semakin berkurang, tidak sedikit
rumah-rumah penduduknya menjadi kosong tidak berpenghuni.
Pemuda-pemudinya pergi merantau ke berbagai daerah lantaran
bekerja setelah lulus dari berbagai tingkat pendidikan. Sebagian
mereka lulus dari SMA dan SMK di sekitar dusun tersebut serta
sebagian dari perguruan tinggi. Berbekal pendidikan dan
keterampilan yang mayoritas dari bidang non pertanian, mereka
kemudian merantau ke kota-kota besar. Banyak diantaranya sampai
berkeluarga dan telah menetap sehingga tidak kembali menetap di
dusun tersebut. Hanya momen tertentu saja mereka datang kembali
seperti lebaran atau musim liburan untuk menjenguk orang tuanya
yang telah berusia lanjut. Penduduk yang masih menetap di daerah
tersebut pun rata-rata telah berusia lanjut dengan jumlah kelahiran
yang relatif sangat rendah. Maka sangat mudah menjumpai orang-
orang yang telah berusia sangat lanjut di dusun tersebut. Selain itu
sangatlah jarang melihat sebuah bangunan rumah baru, apalagi
pemukiman baru di daerah tesebut. Akhir-akhir ini para petani yang

68
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

mayoritas telah berusia lanjut mengeluh sangat sulit mencari


penggarap sawah atau hanya sekedar membantu bertanam padi,
merawat atau memanennya, akibatnya produktivitas lahan pertanian
di dusun tersebut juga mengalami penurunan yang siginifikan. Hal ini
berbeda dengan di daerah lain terutama perkotaan, produktivitas
pertanian berkurang karena menyusutnya lahan pertanian karena
tergusur oleh pemukiman, pusat bisnis dan fasilitas umum.
Menurunnya geliat pertanian di dusun tersebut berimbas pada usaha
ekonomi baik yang terkait langsung dengan pertanian seperti toko
pertanian maupun usaha ekonomi bidang lainnya. Namun yang paling
mengkhawatirkan adalah imbasnya pada generasi penerus pewaris
pertanian di dusun Sokorojo yang nyaris dikatakan putus atau hilang.

Contoh form yang harus diisi:


No Komponen Identifikasi Deskripsi
1 Permasalahan (tulis permasalahan yang akan diteliti berdasarkan
fenomena dan permasalahan di atas)
2 Metode Penelitian (tulis metode peelitian sosial yang dianggap sesuai
untuk meneliti permasalahan tersebut)
3 Prosedur penelitian (Tulis prosedur atau langkah-langkah penelitian
yang akan dilalui jika ingin meneliti permasalahan di
atas dengan metode yang telah anda tentukan,
sebagai referensi anda dapat mencari dan membaca
bahan bacaa tentang prosedur penelitian kualitatif
maupun kuantitatif)
4 Tehnik pengumpulan data (Jelaskan tehnik pengumpulan data yang digunakan
)
5 Alat pengumpulan data (Jelaskan alat pengumpulan data yang diperlukan)
6 Analisis data (jelaskan analisis data yang akan digunakan)

69
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Lembar Kerja Peserta Didik 2

Pedoman kerja:
1. Bacalah dua contoh hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif yang telah
dipublikasikan dalam bentuk jurnal ilmiah elektronik (e-journal) di bawah
ini.
2. Anda dapat mengunduhnya melalui tautan berikut ini
 http://repository.umrah.ac.id/558/1/Jurnal%20Qotimah.pdf
 https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/view/6231
3. Setelah itu, lakukan review atas dua artikel ilmiah tersebut dengan
menggunakan rambu-rambu yang ada pada tabel di bawah ini.
Komponen identifikasi Uraian Hasil Review

Topik Penelitian Sebutkan topik penelitian dalam jurnal tersebut

Pengantar/Pendahuluan/ Gambarkan secara singkat masalah yang


melatar belakangi dilakukannya penelitian
Latar Belakang
dalam jurnal tersebut, dapat menguraikan hal
yang terjadi dan hal yang seharusnya sehingga
muncul permasalahan, lalu apa tindakan
peneliti.

Rumusan masalah Sebutkan rumusan masalah yang diajukan


peneliti dalam jurnal tersebut.

Landasan teori Uraikan secara garis besarnya saja, teori-teori


atau konsep yang digunakan peneliti pada jurnal
tersebut sebagai landasan untuk melakukan
penelitian dan membahas hasil penelitiannya.

70
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Konteks penelitian Uraikan secara singkat dimana penelitian


dilakukan dan gambaran obyek penelitiannya
(responden, sumber data/informasi dll)

Metodologi Uraikan secara singkat metode dan jenis


penelitian, Prosedur/langkah penelitian,
instrumen penelitian dan analisis data yang
digunakan peneliti dalam jurnal tersebut.

Hasil/Temuan penelitian Uraikan secara garis besarnya saja hasil-hasil


atau temuan penelitian dalam jurnal tersebut.

Implikasi/ Kontribusi Uraikan secara garis besarnya saja implikasi


hasil penelitian atau kontribusi hasil penelitian dalam jurnal
tersebut bagi masyarakat, atau hasil penelitian
tersebut memberi solusi apa saja terhadap
permasalahan yang diungkapkan peneliti pada
bagian latar belakang.

Contoh 1 hasil penelitian sosial dalam bentuk artikel jurnal ilmiah:

Dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial Ekonomi


Masyarakat Di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai,
Kota Medan

Mita Novianty
mitanoviaty@yahoo.co.id

Abstrak
Salah satu terobosan besar dalam pengeloaan sampah di Indonesia
adalah program bank sampah. Melalui program ini, paradigma yang
terbentuk dalam pikiran masyarakat bahwa sampah adalah sesuatu yang
tidak berguna dan dibuang begitu saja, diubah menjadi sesuatu yang juga
memiliki nilai dan harga. Melalui bank sampah, masyarakat bisa
menabung sampah, yang kemudian dalam kurun waktu tertentu bisa
menghasilkan uang. Penelitian menggunakan metode penelitian

71
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

deskriptif dengan analisa kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui bagaimana dampak program bank sampah terhadap sosial
ekonomi masyarakat di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai.
Dampak diartikan pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif
maupun negatif. Dalam hal ini dampak ditujukan terhadap kehidupan
sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan
Denai. Berdasarkan hasil analisis data disimpulakn bahwa adanya
dampak yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di
Kelurahan Binjai setelah adanya pembangunan Bank Sampah. Ini
ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan masyarakat walaupun
sedikt tetapi memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat. Tidak
hanya pendapatan saja yang mengalami peningkatan, tetapi kesehatan,
dan interkasi sosial yang lebih baik diantara masyarakat juga yang paling
penting adalah lingkungan yang lebih bersih juga mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu.
Kata kunci : Dampak, Sosial Ekonomi, Bank Sampah

Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk sangat
besar dan memiliki kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, selama 30 tahun terakhir,
jumlah penduduk Indonesia meningkat hampir dua kali lipat, yaitu
147,49 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 179,37 juta jiwa pada tahun
1990 dan pada tahun 2000 bertambah mencapai 206,26 juta jiwa. Angka
tersebut terus mengalami peningkatan dan mencapai 218,86 juta jiwa
pada tahun 2005 hingga peningkatan itu terus meningkat hingga pada
tahun 2011 mencapai 259.940.857 jiwa. Hal tersebut akan
mengakibatkan semakin besarnya volume sampah yang dihasilkan oleh
manusia setiap.1

Jumlah penduduk yang terus meningkat akan mengakibatkan


kemampuan sumber daya alam dapat pulih (misalnya air dan udara)
untuk menyerap limbah yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
menjadi menurun. Kenaikan jumlah penduduk tersebut juga akan
meningkatkan volume sampah yang dihasilkan, terutama di kota-kota
besar yang ada di Indonesia.

Dari segi pendapatan atau penghasilan, kemiskinan digambarkan


sebagai kurangnya pandapatan atau penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok. Menurut BPS salah satu kriteria keluarga
miskin adalah pendapatan keluarga rendah. Garis kemiskinan
dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin tidaknya
seseorang. BPS telah menggunakan batas garis kemiskinan yang baru.
Sejak Maret 2011,batas garis kemiskinan BPS adalah pengeluaran Rp
233.740 per bulan atau naik 10,39 persen dibandingkan dengan batas

72
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

garis kemiskinan Maret 2010 sebesar Rp 211.726. Bank Dunia (2001)


untuk standar internasional memberikan batas garis kemiskinan yang
lebih tinggi dari standar-standar lainnya yaitu dengan pendapatan
perkapita sebesar US$275 per.tahun atau 2 dollar per hari.2

Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia, dengan


luas wilayah 265.10 km2, memiliki jumlah penduduk sekitar 2.949. 830
jiwa dengan kepadatan mencapai 11.127,2/km2. Dengan jumlah
tersebut, tak heran jika pola produksi dan konsumsi di Tanah Deli ini
juga tinggi. Fakta ini pula yang menyebabkan produksi sampah di Kota
Medan terus mengalami kenaikan setiap tahun.

Penanggulangan yang serius sangat dibutuhkan untuk mengatasi


produksi sampah yang cukup besar tersebut. Hal ini dikarenakan,
sampah merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran
lingkungan yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan
lingkungan. Pengelolaan sampah yang tampak selama ini hanya
dilakukan secara konvensional yaitu pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Keterbatasan
lahan menjadi permasalahan bagi pembukaan TPA baru, sehingga saat
ini kondisi TPA yang sudah ada telah mengalami daya tampung yang
berlebih. Diperkirakan paling banyak hanya sekitar 65 persen sampah
yang dapat terangkut ke TPA oleh institusi yang bertanggung jawab atas
masalah sampah dan kebersihan.

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengamanatkan
perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan
sampah yaitu paradigma kumpul-angkut-buang menjadi pengeloaan
yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Kegiatan pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan
masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas
melaksanakan kegiatan timbunan sampah, pendauran ulang dan
pemanfaatan kembali sampah atau yang dikenal dengan sebutan Reduce,
Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-upaya cerdas, efisien dan
terprogram.3

Namun kegiatan 3R masih menghadapi kendala utama, yaitu rendahnya


kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Salah satu solusi untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu melalui pengembangan Bank Sampah
yag merupakan kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan
masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan sampah secara bijak dan pada gilirannya
akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir). Pembangunan Bank Sampah ini harus menjadi momentum awal

73
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah,


mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah, karena sampah
mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah
yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia.

Bank Sampah dapat berperan sebagai dropping point bagi produsen


untuk produk dan kemasan produk yang masa pakainya telah usai.
Sehingga sebagian tanggungjawab pemerintah dalam pengelolaan
sampah juga menjadi tanggungjawab masyarakat. Dengan menerapkan
pola ini diharapkan volume sampah yang dibuang ke TPA berkurang.
Penerapan prinsip 3R sedekat mungkin dengan sumber sampah juga
diharapkan dapat menyelesaikan masalah sampah secara terintegrasi
dan meyeluruh sehingga tujuan akhir kebijakan Pengeleloaan Sampah
Indonesia dapat dilaksankan dengan baik.4

Statistik perkembangan pembangunan Bank Sampah di Indonesai pada


bulan Februari 2012 adalah 471 buah jumlah Bank Sampah yang sudah
berjalan dengan jumlah penabung sebanyak 47.125 orang dan jumlah
sampah yang terkelola adalah 755.600 kg/bulan dengan nilai perputaran
uang sebesar Rp. 1.648.320.000 perbulan. Angka statistik ini meningkat
menjadi 886 buah Bank Sampah berjalan sesuai data bulan Mei 2012,
dengan penabung sebanyak 84.623 orang dan jumlah sampah yang
terkelola sebesar 2.001.788 kg/bulan serta menghasilkan uang sebesar
Rp. 3.182.281.000 perbulan.5

Proses dalam bank sampah ini hampir sama dengan bank konvensional
pada umumnya. Bedanya, jika bisanya masyarakat menabung uang
dapatnya uang, maka melalui bank sampah masayarakat menabung
sampah dapatnya uang. Inilah yang dilakukan pertama kali oleh Bank
Sampah Gemah Ripah di Desa Badegan, Bantul, Yogyakarta, digagas oleh
dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta
Bambang Suwerda pada tahun 2008.6

Dalam 4 tahun, keberadaan bank sampah yang kemudian dikembangkan


oleh pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup ini bertambah
secara drastis menjadi sebanyak 477 unit dengan penghasilan Rp 1,7
miliar. Salah satunya ada di Kota Medan, yaitu Bank Sampah Mutiara
yang berada di Jalan Pelajar Timur, Gang Kelapa, Lorong Gabe, Kelurahan
Binjai, Kecamatan Medan Denai, yang diresmikan pada 12 Mei 2012 lalu.
Selain memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat yang menabungkan
sampahnya melalui bank sampah, keberadaan bank sampah ini juga
diharapkan mampu mengurangi sekitar 10 persen sampah yang masuk
ke TPA. 7

74
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan sebelumnya, maka


penulis tertarik untuk menget dirumuskanlah masalah bagaimana
dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di
Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Dampak
menurut KBBI adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat
baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul
dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan
atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada
hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang
mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.

Kondisi Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang


diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu
dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa
status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya,
pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingklat ekonomi
sepertik pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah


menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah adalah
sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada
umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan
pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank yang
biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam
bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai
ekonomis, sedangkan pengelola bank sampah harus orang yang kreatif
dan inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja bank sampah
pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan
reward kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah
sampah. Konsep bank sampah mengadopsi menajemen bank pada
umumnya. Selain bisa sebagai sarana untuk melakukan gerakan
penghijauan, pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana pendidikan
gemar menabung untuk masyarakat dan anak-anak. Metode bank
sampah juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar peduli
terhadap kebersihan.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif
guna menjawab perumusan masalah bagaimana dampak program Bank
Sampah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Binjai,
Kecamatan Medan Denai. Penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif
bertujuan untuk mencari pengaruh antara variabel independen dengan

75
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

variabel dependen. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam


meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian ini dilakukan di Bank Sampah Mutiara yang berada di Jalan
Pelajar Timur, Gang Kelapa, Lorong Gabe, Kelurahan Binjai, Kecamatan
Medan Denai, Kota Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian
didaerah tersebut dikarenakan bank sampah tersebut merupakan bank
sampah pertama yang ada di Medan dan sudah memiliki banyak nasabah
dan manfaat yang cukup signifikan terhadap masyarakat.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan


data yang dilakukan adalah dengan menggunakan studi kepustakaan dan
dari penelitian lapangan yang diperoleh berdasarkan observasi,
wawancara, dan pembagian kuesioner. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu
dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan
tahapan editing, koding, membuat kategori klasifikasi data dan
menghitung besar frekuensi data pada masing-masing kategori.

Temuan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurhan Binjai, Kecamatan
Medan Denai, peneliti berhasil mengumpulkan 30 responden, dengan
sebgaian besar responden yakni 23 orang (76,6 %) dari 30 responden
adalah lakilaki, sisanya 7 orang ( 23 % ) adalah responden perempuan.
Rata-rata responden adalah masyarakat sekitar lokasi Bank Sampah
Mutiara. Responden yang mayoritas laki-laki cenderung lebih banyak
berpartisipasi dalam hal kegiatan sosial yang ada di lingkungan
masyarakat daripada perempuan yang rata-rata lebih banyak mengurus
rumah tangga daripada aktif dalam urusan sosial.

Dalam tingkat pendidikan, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan


responden paling tinggi tinggi berada pada tingkat SMA yang berjumlah
17 atau 56,6 % dari seluruh jumlah responden 30 orang. Sebagian besar
tingkat pendidikan responden hanya berada pada tingkat SD yakni
berjumlah 2 orang atau 6 %. Sedangkan sisanya yakni 8 orang atau 26,6
% SMP dan 2 orang atau 6,6 % tamatan perguruan tinggi. Sedangkan
yang tidak menyenyam pendidikan ada 1 orang atau 3,3 %. Ini artinya
dikelurahan Binjai ini tingkat pendidikan masih rendah dan perlu
ditingkatkan agar masyarakat mampu berpartisipasi dengan program
pembangunan yang diberikan oleh pemerintah.

76
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Sedangkan dari jenis pekerjaan yang paling banyak terdapat pada


kategori wiraswasta yaitu 16 orang atau 53,3 % dari seluruh jumlah
responden yakni 30 orang. Wiraswasta disini termasuk pedagang
warung sembako, warung nasi, tukang sayur, tukang jahit pakaian dalam,
tukang sepatu, tukang solder selendang, dan tukang sate. Yang
berprofesi Pegawai Negeri Sipil hanya berjumlah 8 orang atau 26,6 %
dan sisanya yaitu karyawan swasta hanya 6 orang atau 20 %. Pekerjaan
seseorang berpengaruh terhadap partisipasinya di dalam masyarakat.
Dari hasil wawancara dengan responden dapat disimpulkan bahwa
pekerjaan yang digeluti sangat mempengaruhi partisipasi warga dalam
mengikuti program bank sampah ini dimana warga yang sudah memiliki
pekerjaan tetap seperti PNS sangat minim dalam mengikuti program
bank sampah ini walaupun ada sebagian warga yang sadar akan
pentingnya bank sampah ini.

Pembahasan 1. Pola Mekanisme Bank Sampah Mutiara


Dalam banyak konsep pengelolaan sampah yang diaplikasikan di
sejumlah negara, secara umum menggunakan konsep hierarki sampah
yang merujuk kepada teori 3M, yaitu mengurangi sampah, menggunakan
kembali sampah dan mendaur ulang. Teori ini mengklasifikasikan
strategi pengelolaan sampah kepada tujuan keuntungan maksimum dari
produk-produk praktis dan menghasilkan jumlah minimum sampah.
Salah satu terobosan besar dalam pengeloaan sampah di Indonesia
adalah program bank sampah. Melalui program ini, paradigma yang
terbentuk dalam pikiran masyarakat bahwa sampah adalah sesuatu yang
tidak berguna dan dibuang begitu saja, diubah menjadi sesuatu yang juga
memiliki nilai dan harga. Melalui bank sampah, masyarakat bisa
menabung sampah, yang kemudian dalam kurun waktu tertentu bisa
menghasilkan uang. Proses dalam bank sampah ini hampir sama dengan
bank konvensional pada umumnya. Bedanya, jika bisanya kita menabung
uang dapatnya uang, maka melalui bank sampah kita menabung sampah
dapatnya malah uang. Pada awal berdirinya, bank sampah membuka
pelayanan tabungan sampah dalam 1 minggu sebanyak 3 kali setiap hari
senin, rabu dan jumat pada pukul 16.00 s.d 20.00. Setelah dilakukan
beberapa kali evaluasi tepatnya sejak tanggal 16 Juni 2012, bank sampah
melakukan perubahan waktu pelayanannya. Pada hari senin, rabu dan
jumat berubah menjadi pukul 15.30 s.d 18.00. Hal ini dikarenakan para
nasabah lebih banyak menabung pada waktu tersebut dan agar para
petugas tidak terganggu jadwal ibadahnya. Selain perubahan waktu
pelayanan, bank sampah juga menambah hari operasional yaitu pada
hari minggu pukul 08.00 s.d 10.00. Pelayanan pada hari minggu sifatnya
situasional karena terkadang teller memiliki kepentingan masing-
masing. Bank sampah memberi jangka waktu hari pelayanan agar
nasabah memiliki kesempatan untuk mengumpulkan sampah dan teller
tidak merasa jenuh. Sifat dari kepengurusan bank sampah ini masih

77
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

sukarela sehingga tidak ada yang dapat memaksakan kehendak kepada


para pengurus. Jenis sampah yang ditampung oleh bank sampah adalah
sampah anorganik.

Bank sampah memiliki dua sistem tabungan sampah yaitu tabungan


sampah individual dan komunal. Tabungan sampah individual adalah
tabungan sampah dimana warga yang menjadi nasabah harus membawa
sampah yang akan ditabungkan langsung ke bank sampah. Sampah
tersebut harus dipilah dalam kelompok kertas, plastik, dan kaleng/botol
yang sudah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Saat ini bank
sampah baru memiliki nasabah individual sebanyak 150 KK. Setiap
nasabah akan diberikan nomor rekening, buku tabungan dan tiga tas
untuk memudahkan pemilahan sampah tersebut. Warga yang menjadi
nasabah individual juga dapat melakukan simpan pinjam dengan
dikenakan biaya administrasi sebesar 5 persen dari besarnya pinjaman.

Pinjaman tersebut wajib dikembalikan dalam jangka waktu 3 bulan dan


tidak dikenakan bunga pinjaman. Sistem individual ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sistem ini adalah pembagian
hasil penjualan sampah akan lebih banyak masuk ke kas nasabah
sedangkan kelemahannya warga harus membawa sampah yang
ditabungkan ke bank sampah. Sistem komunal juga memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan dari sistem ini adalah warga tidak harus
membawa sampah yang ditabungkan ke bank sampah, hanya dengan
membuang sampah sesuai jenisnya ke tempat sampah terpilah
sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah hasil penjualan sampah
akan lebih banyak masuk ke kas bank sampah dan sisanya masuk ke kas
RT bukan untuk warga yang membuang sampah. Dan sistem komunal
sendiri tidak berjalan di Kelurahan ini karena tidak adanya petugas yang
mau mengumpulkan sampah kerumah-rumah warga. Hasil tabungan
dapat diambil selama 3 bulan sekali dan tidak ada bunga yang berlaku.
Waktu pengambilan tersebut, ditetapkan oleh pengelola agar nilai
nominal dari sampah itu ada, karena harga sampah masih relatif murah
dan berfluktuasi tergantung dari keseimbangan demand dan supply dari
sampah. Saat penelitian ini dilakukan, harga sampah yang berlaku di
bank sampah adalah sampah kertas Rp. 1.000/kg, sampah plastik Rp.
1.500/kg dan sampah botol Rp. 500/kg. Selain dijual ke pengepul
sampah, ada sebagian sampah yang langsung dibeli oleh kelompok daur
ulang yang juga merupakan subdivisi dari bengkel kerja kesehatan
lingkungan. Sampah yang dibeli kelompok daur ulang adalah sampah
yang dapat langsung di daur ulang untuk diolah menjadi tas ransel,
tempat pensil, dompet dan penutup galon air. Pihak pengelola bank
sampah menekankan kepada pihak ketiga untuk membuang sampah
yang bersifat residu ke TPA agar tidak menimbulkan dampak negatif
ditempat lain. Bank Sampah Mutiara berencana akan menjalin kerja

78
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

sama dengan beberapa pihak ketiga. Hal ini bertujuan untuk


memudahkan pengelola mendapatkan informasi tentang hargaharga
sampah yang sedang berlaku. Pihak pengelola akan mencoba memilah
sampah secara rinci dan menominalkan sendiri dari sampah yang
ditabungkan. Jika rencana ini sudah berjalan, kemungkinan bank sampah
akan merekrut pekerja lebih banyak untuk membantu pemilahan
sampah secara rinci karena hal tersebut sangat membutuhkan ketelitian
dan waktu yang lama.

Dampak Sosial Keberadaan Bank Sampah Mutiara


Dampak sosial keberadaan Bank Sampah Mutiara dianalisis berdasarkan
jumlah tenaga kerja yang terserap, persepsi warga sekitar, dan ada
tidaknya perubahan perilaku dalam penanganan sampah rumah tangga.
Persepsi masyarakat sekitar tentang pengelolaan sampah yang
dilakukan bank sampah diketahui dari dua bahasan yaitu mengenai
pengetahuan tentang keberadaan bank sampah dan manfaat sosial yang
dirasakan warga sekitar atas keberadaan bank sampah. Dampak sosial
keberadaan Bank Sampah Mutiara salah satunya dapat dilihat dari ada
tidaknya pengaruh dan dorongan terhadap warga sekitar (pada tingkat
rumah tangga) untuk melakukan pemilahan sampah, walaupun
perubahan pola perilaku tersebut tidaklah mudah karena berkaitan
dengan cara perubahan kultur dan cara pandang. Perubahan perilaku
responden dalam menangani sampah rumah tangganya dilihat dari
perilaku responden sebelum dan sesudah adanya bank sampah di
wilayah tempat tinggal responden. Salah satu manfaat sosial adanya
bank sampah yaitu mampu melibatkan masyarakat dengan adanya
penyerapan tenaga kerja. Bank sampah berencana akan merekrut tenaga
kerja lagi jika program menominalkan sendiri sampah yang ditabungkan
warga sudah berjalan, karena untuk menominalkan sampah tersebut
membutuhkan tenaga kerja yang terampil agar tidak terjadi kesalahan
dalam menominalkan sampah. Mengidentifikasi persepsi masyarakat
sekitar mengenai dampak sosial keberadaan Bank Sampah Mutiara
dilakukan dengan wawancara kepada 30 responden yang telah
mengetahui keberadaan bank sampah. Responden mengetahui
keberadaan bank sampah di sekitar rumahnya terutama dari sosialisasi
yang dilakukan oleh pengelola bank sampah sebanyak 30 responden
(100 %). Keberadaan bank sampah sendiri sudah diketahui keseluruhan
responden yaitu sebanyak 30 responden atau sebesar 100% sejak awal
bank sampah berdiri yaitu pada bulan Mei 2012. Pihak pengelola bank
sampah melakukan sosialisasi besar-besaran sebelum bank sampah
tersebut didirikan hingga saat ini masih terus melakukan sosialisasi
sehingga sebagian besar responden telah mengetahui keberadaan bank
sampah sejak awal.

79
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Adanya bank sampah diakui sebagian besar responden telah


memberikan perbaikan dalam pelayanan sampah yaitu sebanyak 25
responden (83,3 %) karena bank sampah memberikan fasilitas tempat
sampah untuk memudahkan pemilahan sampah bagi warga. Responden
yang menjawab tidak ada perbaikan dalam pelayanan sampah
beranggapan bahwa fasilitas yang diberikanbank sampah masih belum
cukup memadai untuk menampung semua sampah yang dihasilkan oleh
warga dan ada juga responden yang sudah menjual sampah yang
dihasilkannya kepada pengepul sampah sehingga mereka tidak merasa
adanya perbaikan dalam pelayanan sampah karena tidak membuang
sampah di tempat sampah yang disediakan oleh Dinas Pekerjaan Umum
atau yang disediakan oleh Bank Sampah Mutiara.

Sebelum Bank sampah Mutiara berdiri, banyak Kelurahan Binjai yang


terserang penyakit demam berdarah. Oleh karena itu, sekelompok
masyarakat mengusahakan pencegahan terjangkitnya penyakit demam
berdarah dengan mendirikan bank sampah. Bank sampah diharapkan
dapat mengurangi sampah yang masih tercecer di tempat-tempat yang
tidak semestinya, salah satunya kaleng yang sering dijadikan tempat
hidup nyamuk pembawa penyakit tersebut. Sebanyak 30 responden atau
sebesar 100 persen berpendapat bahwa keberadaan bank sampah dapat
membantu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kulurahan
Binjai dengan semakin berkurangnya warga yang terserang penyakit
demam berdarah.

Dampak sosial lainnya dari keberadaan Bank Sampah Mutiara adalah


secara tidak langsung dapat memberikan edukasi tentang pentingnya
pengelolaan sampah yang diakui oleh 28 responden (93 %). Hal ini
dikarenakan bank sampah merupakan aplikasi gerakan memilah
sampah dan memanfaatkan kembali sampah. Selain itu, sebanyak 30
responden atau sebesar 100% persen berpendapat bahwa bank sampah
juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya
menabung.

Dampak Ekonomi Keberdaan Bank Sampah Mutiara


Dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat dianalisis melalui persepsi
masyarakat dan sebanyak 30 responden (100% persen) yang
berpendapat bahwa keberadaan bank sampah telah memberikan
manfaat ekonomi dengan mendatangkan keuntungan guna memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan menambah uang saku bagi anak dari hasil
menabung sampah.
Menurut responden, jumlah pendapatan yang diterima masih sangat
kecil karena minimnya jumlah sampah yang dihasilkan dan masih baru
keberadaan bank sampah sehingga manfaat ekonomi yang didapat
belum terlalu berpengaruh untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

80
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Namun begitu, masyarakat juga sangat terbantu dengan pendapatan


yang dihasilkan dari Bank Sampah untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan uang saku sekolah anak.

Dampak Keberadaan Bank Sampah Mutiara Terhadap Lingkungan


Adanya bank sampah diakui sebagian responden telah memberikan
perbaikan kebersihan lingkungan yaitu sebanyak 30 responden (100 %)
dan juga memberikan manfaat langsung dengan berkurangnya
tumpukan sampah di lingkungan yang diakui oleh 28 responden (93,3
%). Dengan adanya bank sampah, keberadaan sampah lebih berarti
karena lebih baik ditabungkan daripada terbuang secara sia-sia atau
dibakar. Oleh karena itu, keberadaan bank sampah juga dapat
meningkatkan kenyaman lingkungan dengan semakin berkurangnya
warga yang membakar sampah, hal ini diakui oleh 30 responden atau
sebesar 100% pendapatan untuk dirinya.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis merumuskan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis data, program Bank Sampah mendatangkan
manfaat positif terhadap lingkungan yakni membuat lingkungan
menjadi lebih bersih dan yang paling banyak dirasakan oleh
masyarakat yaitu berkurangnya tumpukkan sampah di lingkungan
sekitar yang selama ini menjadi pemandangan yang kurang menarik
disekitar kelurahan Binjai. Dari segi pendapatan
2. Berdasarkan analisis data, setelah adanya program bank sampah ini,
terjadi sedikit peningkatan terhadap pendapatan masyarakat di
Kelurahan Binjai. Hal ini didapat dari hasil jawaban responden yang
menjawab kondisi keuangan mereka sedikit meningkat setelah
adanya program bank sampah ini. Walaupun jangka waktu untuk
mendapatkan uang tersebut sekitar 1-3 bulan sekali, tetapi
masyarakat sangat terbantu dengan hasil yang diperoleh untuk
kebututan sehari-hari, pendidikan anak, sampai memperbaiki
kualitas kesehatan.
3. Berdasarkan analisis data, setelah program bank sampah ini berjalan,
ada begitu bayak manfaat yang dirasakan masyarakat dengan
menabung sampah. Masyarakat menabung sampah, masyarakat juga
mendapatkan uang. Dengan pendapatan yang diperoleh dari bank
sampah, masyarakat menjadi semakin mudah dalam membiayai
pendidikan anak. Rata-rata masyarakat yang menabung memiliki
keluraga dan anak yang masih diusia sekolah. Dengan adanya
pendapatan yang diperoleh dari bank sampah, masayarakat menajadi
terbantu dalam membiayai pendidikan anak demi mendapatkan
kualitas pendidikan yang lebih baik.

81
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

4. Berdasarkan analisis data, banyak perubahan yang terjadi pada


sarana kesehatan di Kelurahan Binjai. Karena bank sampah didirikan
di Kelurahan ini, otomatis semua juga mendapatkan dampak setelah
adanya pembangunan bank sampah, termasuk sarana dan prasarana
kesehatan di Kelurahan Binjai. Selain ini, kesehatan masyarakat juga
mengalami peningkatan.
5. Berdasarkan analisis data, rata-rata masyarakat sekitar cukup aktif
dalam organisasi/kegiatan sosial di Kelurahan Binjai. Kebanyakan
masyarakat cukup aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh
Serikat Tolong Menolong (STM) dan kegiatan sosial lainnya seperti
bakti sosial, sunat massal dll.

Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, peneliti merumuskan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Pihak pengelola bank sampah dalam hal ini di naungi oleh Pemko
Medan disarankan untuk terus melakukan sosialisasi kapada
masyarakat meliputi kampanye massal Bank Sampah melalui
penyebaran poster, iklan media cetak, kampanye di sekolah agar
jumlah nasabah yang menabung sampah semakin meningkat dan
masyarakat memahami cara memperlakukan sampah dengan baik
dan benar.. Hal tersebut diperlukan kader-kader yang aktif di setiap
RT untuk mengajak warga lain agar ikut menabung sampah di bank
sampah.
2. Pihak pengelola bank sampah disarankan melakukan kerjasama
dengan instansi-instansi yang peduli terhadap lingkungan. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan manfaat dalam hal sosialisasi
kepada masyarakat untuk membuat bank sampah ini mendapatkan
tempat dimasyarakat bahwa bank sampah ini memiliki dampak yang
begitu besar bagi lingkungan maupun pendapatan.
3. Pihak pengelola bank sampah disarankan juga membuka layanan
pinjaman dengan pengembalian pinjaman dalam bentuk sampah agar
dapat mengurangi beban ekonomi masyarakat sekitar.
4. Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan cara
menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk tidak merusak lingkungan
dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya
masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan

Daftar Pustaka
1Badan Pusat Statistik. 2011. Data Sensus Penduduk Indonesia tahun

2011. BPS: Jakarta


2
Wikipedia, Diakses dari http://www.wikipedia.org/kemiskinan, 20
Juni 2013 pukul 13:23 WIB).
3
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2008. STATUS Lingkungan
Hidup Indonesia 2007. Jakarta

82
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

4Apriadi, Putra. 2012. Bank Sampah dan Program Lingkungan Yayasan


Unilever.
http// www.unilevergreenandclean.co.id/greenandclean. Yayasan Unilever
Indonesia. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013.
5Profil Bank Sampah.2012. Profil Bank Sampah 2012 .Kementrian

Lingkungan Hidup: Jakarta


6 Prihtiyani, E. 2008. ‘Masyarakat Bandegan Dirikan Bank Sampah’,

diakses 7 Agustus 20013.


http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/07/18300420/masyar
akat.bade gan.dirikan.bank.sampah
7 Gelar Priambodo. 2012. Mengangkat Derajat sampah lewat Bank

Sampah. diakses dari


http://green.kompasiana.com/polusi/2013/07/15/mengangkatderaj
at-sampah-lewat-bank-sampah-577051.html

Contoh 2 hasil penelitian sosial dalam bentuk artikel jurnal ilmiah:

Konstruksi Sosial Budaya Populer Korea pada Anggota Komunitas


Korean Pop (K-Pop) Batam

Qotimah Esti Rukmana, Suryaningsih, Marisa Elsera


estiqotimah@gmail.com
Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Maritim Raja Ali Haji

Abstrak
Korean wave merupakan fenomena yang muncul karena adanya era
globalisasi yang membawa produk-produk budaya populer dari negara
Korea Selatan, seperti musik, drama, fashion, make-up. Perlahan tapi
pasti, budaya populer Korea budaya lokal mulai tergeser oleh budaya
pop Korea. Remaja lebih memilih meniru budaya populer Korea
ketimbang budaya local. Sehingga terjadi ketimpangan antara budaya
local yakni budaya Indonesia dan budaya populer Korea. Salah satunya
terjadi di komunitas Korean Pop (K-Pop) Batam, yang tidak hanya
mengagumi budaya populer Korea saja namun juga mengadopsinya ke
dalam perilaku dan kehidupan anggotanya. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pemilihan informan
melalui teknik purposive sampling. Adapun sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer berupa observasi dan
wawancara langsung dengan informan. Data sekunder berupa
bukubuku,dokumen, dan referensi dari perpustakaan dan internet.
Untuk menganalisa permasalahan yang ada dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger yakni adanya

83
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

proses dialektika yang terjadi melalui tiga tahap pertama eksternalisasi,


kedua obyetivasi, dan yang ketiga internalisasi. Hasil dari penelitian ini
adalah bahwa budaya pop Korea mengkonstruksi anggota Komunitas
Korean Pop (K-Pop) Batam ialah pertama, yakni eksternalisasi dimana
remaja anggota komunitas pertama mengenal budaya pop Korea dari
keluarga, lingkungan sosial dan media. Kedua, obyektivasi dimana
setelah remaja anggota komunitas mengenal budaya pop Korea melalui
interaksi dan sosialisasi dari keluarga, lingkungan sosial dan media
mulai adanya anggapan bahwa adanya keunikan, kerja keras dan
kesopanan pada budaya pop Korea. ketiga, internalisasi remaja anggota
komunitas mulai memutuskan untuk meninternalisasi serta mengikuti
dan berperilaku seperti budaya pop Korea karena adanya potensi diri
dan pendirian yang kuat pada budaya popular Korea.
Kata kunci : Konstruksi Sosial, Budaya, Komunitas

PENDAHULUAN
Korea Selatan pada kurun waktu terakhir ini telah berhasil menyebarkan
produk budaya populernya ke dunia internasional. Berbagai produk
budaya Korea mulai dari drama, film, lagu, fashion, gaya hidup hingga
produk-produk industri, mulai mewarnai kehidupan masyarakat di
berbagai belahan dunia. Proses penyebaran budaya Pop Korea dikenal
dengan istilah ‘Korean Wave’ atau ‘Hallyu’. Proses penyebaran budaya
Korea ke dunia internasional tidak bisa dilepaskan dari keberadaan
media masa seperti internet, Facebook, twitter, youtube, dan sebagainya,
bahkan bisa dikatakan bahwa media masa adalah saluran utama
penggerak Korean Wave (Wijayanti dalam Sella, 2013).

Di Indonesia sendiri Korean Wave melanda kalangan remaja, karena


remaja merupakan kelompok masyarakat yang sangat rentan untuk dapat
terpengaruh oleh berbagai macam hal yang menarik untuk mereka ikuti dan
sedang menjadi trend di kalangan remaja, apa yang mereka lihat dan tonton
akan membuat para remaja penasaran dan mengikutinya seperti halnya
pada budaya pop Korea. Jika dibandingkan dengan budaya Jepang yang
sama-sama budaya popular, budaya Jepang yang lebih populer di
Indonesia adalah anime, manga, dan fashion atau gaya pakaian anak
muda Jepang. Sedangkan untuk budaya populer Korea remaja Indonesia
lebih dapat dikatakan keseluruhan mulai dari musik, drama, fashion,
serta kuliner. Hal inilah yang kemudian memunculkan komunitas
pecinta budaya populer Korea di Indonesia, terutama juga yang gterjadi
di Kota Batam.
Remaja yang ada di Kota Batam membentuk satu komunitas yang
bernama Komunitas K-Popers Batam. Dimana anggota dalam komunitas
ini adalah remajaremaja yang menyukai budaya populer Korea.
Komunitas ini tidak jarang berkumpul dan berinteraksi di pusat-pusat
perbelanjaan dan kafe yang ada di Kota Batam. Banyak dari para anggota

84
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

tersebut yang meniru atapun mengikuti apa-apa saja yang banyak


dilakukan ataupun dipakai oleh idol-idol dari Korea.

Remaja anggota komunitas tersebut cenderung mengikuti musik, dance,


fashion dan bahkan budaya yang ada di Korea seperti cara makan, cara
berbicara, berbahasa serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
orang-orang terutama idol-idol dari Negara Korea. Tidak hanya itu
remaja komunitas tersebut rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
untuk dapat mengikuti tren budaya Korea tersebut. Sehingga hal
tersebut terinternalisasi ke dalam dirinya dan merupakan bagian dari
gaya hidup para remaja tersebut. Hal ini tidak dapat kita pungkiri dengan
semakin berubahnya norma, nilai atau kebiasaan yang ada di remaja
pada saat ini seperti halnya penggunaan bahasa di dalam kesehariannya,
cara bertegur sapa serta kebiasaan-kebiasaan yang umumnya dilakukan
oleh orang Indonesia.

Banyak dari remaja yang kurang bisa menyaring dengan baik Hallyu atau
Korean Wave yang mulai masuk ke Indonesia. Hal ini mengakibatkan
budaya popular Korea terkonstruksi ke dalam diri anggota komunitas.
Jika dilihat adanya budaya populer Korea yang masuk ke Indonesia akan
melunturkan nilai-nilai budaya yang sudah ada di dalam masyarakat
kita. Karena para remaja penggemar budaya popular Korea akan meniru
atau mengimitasi apa saja yang dilakukan dan dikenakan oleh idol
mereka.

TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui bagaimana konstruksi sosial budaya populer Korea
pada anggota komunitas K-pop Batam.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif karena dianggap
dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian. Peneliti
dalam penelitian ini akan menggambarkan secara sistematis sesuai
dengan judul penelitian yakni konstruksi sosial budaya populer Korea
pada anggota Komunitas Korean Pop (KPop) Batam yang terdapat di
Kota batam. Dengan Menggunakan menggunakan teknik pemilihan
informan purposive sampling dimana dalam teknik ini menggunakan
karakteristik dalam menentukan informan mana yang berkompeten dan
dapat di teliti. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan
dokumentasi dengan teknik analisa data adalah analisa data kualitatif
dari catatan wawancara serta observasi yang sebelumnya telah
dilakukan di lapangan.

KERANGKA TEORI

85
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dalam menganalisis data yang diperoleh selama penelitian, penulis


menggunakan teori sebagai berikut:
A. Teori Konstruksi Sosial
Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan
dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia.
meskipun institusi sosial dan masyarakat terlihat nyata secara obyektif,
namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif
melalui proses interaksi. Obyektivitas baru bisa terjadi melalui
penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki
definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi,
manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu
pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan
mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai
bidang kehidupan. Pendek kata, Berger dan Luckmann mengatakan
terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan
masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui
eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi (Bungin, 2008:14-15).

B. Budaya Populer Korea


The Korean Wave, or Hallyu, can be divided into two stages
chronologically. The fi rst lasted from 1997 to the early 2000s. During this
period, the wave was taking shape primarily in China, Taiwan, and
Vietnam, with such new Korean miniseries as What Is Love All About and
K-Pop performed by idol groups like H.O.T. The second stage began in the
late 2000s, and K-Pop in Southeast Asia played a leading role in triggering
the “Neo-Korean Wave,”or the “new Hallyu,” with Korea’s pop music
serving as the major driving force behind the global audience’s craving for
Korean culture. (K-POP: A New Force in Pop Music, 2011:26)
Gelombang Korea atau Hallyu, secara kronologis dapat dibagi menjadi
dua tahap. Yang pertama berlangsung dari tahun 1997 sampai awal
2000an.

Selama periode ini, gelombang mulai terbentuk terutama di Cina,


Taiwan, dan Vietnam, dengan yang baru Miniseri Korea Sebagai What Is
All About dan K-Pop dilakukan oleh idola Kelompok seperti H.O.T. Tahap
kedua dimulai pada akhir tahun 2000an, K-Pop di Asia Tenggara
memainkan peran utama dalam memicu "Neo-Korea Wave, "atau" Hallyu
baru ", dengan musik pop Korea yang berperan sebagai kekuatan
pendorong di balik ketertarikan khalayak global pada budaya
Korea. (K-POP: A New Force in Pop Music, 2011:26)

Korea menyebarkan berbagai produk budayanya melalui tayangan


hiburan berupa musik (K-pop), serial drama (K-drama), film (K-Film),
film animasi, variety/reality show (K-show), video game, K-fashion,
hingga produk-produk industri lainnya yang digunakan masyarakat

86
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

sehari-hari seperti kendaraan, peralatan dapur, elektronik, bahkan


kosmetik. Budaya pop Korea tersebut memiliki keunikan tersendiri.

C. Perilaku
Chaplin (1999) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti.
Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu
yang dialami seseorang. Pengertian kedua, perilaku didefinisikan dalam
arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat
diamati.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
adalah segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam menanggapi
stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional dan
kognitif. (Kemala Nasution : 2007)

PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian konstruksi sosial budaya populer Korea pada
anggota komunitas korean pop (k-pop) Batam yakni:
A. Awal Mula Mengenal Budaya Populer Korea
Budaya populer Korea yang semakin menyebar di Indonesia terutama
kota Batam. Dimana budaya populer Korea tersebut didapatkan oleh
para remaja anggota komunitas K-pop Batam dari berbagai sumber.
Seperti yang ada pada remaja anggota komunitas K-pop Batam yang
mulai mengenal budaya populer Korea dari keluarga, lingkungan sosial
serta media.
1. Keluarga
Dalam penyebaran budaya populer Korea kedalam diri seorang individu,
dapat di dapatkan dari keluarga inti. Dimana dapat dikatakan bahwa
seorang individu terkonstruksi untuk mengikuti atau meniru budaya
populer Korea dari proses internalisasi. Proses eksternalisasi
merupakan proses penyesuaian diri seorang individu terhadap produk-
produk sosial yang dikenalkan kepadanya. Sehingga kemudian seorang
individu akan menyesuaikan diri dengan produk yang dikenalkan.

Seperti halnya pada anggota komunitas K-pop Batam yang mulai


menyesuaikan diri mereka dengan budaya popler Korea dari yang
mereka dapatkan di keluarga yakni ibu dan kakak. Karena didalam
keluarganya mempunyai kebiasaan yang sama terhadap kesukaan
remaja anggota komunitas pada budaya popular Korea. Oleh karenanya
anggota komunitas K-pop Batam juga menerima dan mengikuti apa yang
mereka yakini di dalam keluarganya. Hal inilah yang menjadikan anggota
komunitas mulai mengenal budaya popular Korea dan mengikutinya.

2. Lingkungan Sosial
Selain dari keluarga, agen kedua yang dapat mempengaruhi proses
interaksi dan sosialisasi di dalam diri seseorang ialah pengaruh dari
lingkungan sosialnya. Termasuk dalam penyebaran budaya populer

87
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Korea, pengaruh yang didapatkan seseorang individu dari lingkungan


sosial sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku seseorang
uuntk dapat mengkonstruksi budaya populer Korea.

Pada anggota Komunitas K-pop Batam remaja anggota komnitas juga


pertama kali mengenal budaya populer Korea di dapat dari teman
bermain dan sepupu. Karena kebiasaan seringnya berkumpul dan
berinteraksi dengan teman dan sepupu yang juga menyukai atau meniru
budaya populer Korea. Sehingga kemudian hal tersebut menjadi proses
dimana remaja anggotta komunitas K-pop mengenal serta mempelajari
budaya pop Korea dan juga karena lingkungan dimana ia biasa bermain
dan bersosial sehingga remaja anggota Komunitas K-pop Batam juga
menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.

3. Media
Media juga mempunyai peranan penting dalam penyebaran budaya
populer Korea. Sehingga tidak jarang seseorang juga mendapatkan
informasi mengenai budaya populer Korea dari media. Hal ini juga
terjadi di dalam diri anggota Komunita K-pop Batam. Dimana remaja
anggota Komunitas K-pop Batam juga pertama kali mengenal budaya
populer Korea dari media terutama media sosial seperti youtube dan
instagram selain itu juga media televisi. Karena dari media tersebutlah
yang kemudian membuat remaja anggota Komunitas K-pop Batam
menyukai dan meniru budaya populer Korea. Oleh karena hal itu proses
eksternalisasi terhadap budaya populer Korea di dapat dari keluarga,
lingkungan sosial dan media.

B. Budaya Populer Korea Diterima Anggota Komunitas


Setelah adanya proses eksternalisasi yang sebelumnya sudah
didapatkan oleh remaja anggota Komunitas K-pop Batam dari keluarga,
lingkungan sosial serta media. Kemudian akan mempengaruhi mental
atapun fisik dari serang individu. Sehingga kemudian budaya populer
Korea tersebut terobyektivasi atau diterima anggota Komnitas K-pop
Batam kedalam diri remaja anggota komunitas.
1. Unik
Keunikan yang ada pada budaya populer Korea sendiri ialaah dimana
budaya populer Korea mempunyai cirri khas yang membuat budaya
tersebut unik, sehingga kemudian budaya populer Korea menarik untuk
terus diikuti. Remaja anggota Komunitas K-pop Batam menganggap
bahwa budaya populer Korea sesuai dengan budaya Indonesia dan
masih pantas untk ditiru dan diikuti oleh remaja anggota komunitas.
selain itu keunikan lainnya adalah budaya populer Korea dapat
mengikuti perkembangan jaman sehingga untuk mempelajari dan
meniru budaya popler Korea tidaklah sulit.

88
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

2. Kerja Keras
Yang dikataakaan kerja keras adalah ketika seorang idol Korea akan
menjadi artis, seseorang idol harus melewati masa traine yang tidaklah
sebentar. Karena seorang idol membutuhkan waktu yang tidak sebentar
untuk kemudian dapat menjadi artis. Tidak seperti yang terjadi di
Indonesia, jika seseorang ingin terkenal tidak dengan usaha dan kerja
keras terlebih dahulu. Hal inilah yang kemudian diikuti dan dicontoh
oleh remaja anggota komunita K-pop batam.

3. Sopan
Budaya populer Korea dianggap sopan oleh remaja anggota Komunitas
Kpop Batam karena dianggap sopan. Dikatakan sopan ialah budaya
populer Korea tidak seperti budaya barat yang lebih menonjolkan sisi
vulgar. Pada bdaya populer Korea, dalam pembuatan sebuah music video
lebih menampilkan musik, suara dan dance yang kemudian dapat diikuti
oleh remaja anggota Komunitas K-pop Batam.
Oleh karena hal-hal tersebutlah yang kemudian budaya populer Korea
diterima, sehingga kemudian diikuti oleh remaja anggota Komunitas K-
pop Batam.

C. Budaya Populer Korea Terinternalisasi dalam Diri


Remaja anggota komunitas kemudian menginternalisasi budaya populer
Korea ke dalam dirinya karena adanya potensi diri dan pendirian yang
tetap pada budaya populer Korea.
1. Potensi Diri
Potensi diri yang dimaksud ialah remaja anggota komunitas dapat lebih
mengembangkan budaya populer Korea, karena dari adanya bdaya
populer Korea kemampuan atau potensi yang ada dalam diri remaja
anggota komunitas K-pop Batam dapat tersalurkan. Karena dengan
adanya budaya populer Korea remaja tersebut dapat mengembangkan
bakatnya dalam budang dance serta style fashion seperti yang ada pada
budaya populer Korea. Karena remaja anggota komunitas ada yang
mempunyai kemampuan dalam bidang dance dan make up sehingga
lebih bisa mengembangkannya dan terutama dapat bekerja dan
mengahsilkan uang .

2. Memiliki Pendirian Tetap


Remaja angota komunitas K-pop Batam memiliki pendirian yang tetap
pada budaya populer Korea, dimana remaja anggota komunitas sudah
tidak memperdulikan pendapat orang lain selagi hal yang disukai tidak
merugikan orang lain dan tetap memutuskan untk tetap mengkonstruksi
budaya populer Korea. serta mengambil sisi positif dari adanya budaya
populer yang masuk.

PENUTUP

89
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

A. Kesimpulan
Hallyu atau Korean Wave ”gelombang Korea” adalah istilah yang
mengacu pada tersebar luasnya budayapop Korea secara global di
berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini juga diikuti oleh
semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap budaya pop Korea
mulai dari musik, drama, fashion, bahasa, film, variety show bhkan juga
dari segi elektroniknya. Sehingga banyak ditiru dan diikuti oleh
masyarakat. Terutama remaja, karena remaja pada dasarnya adalah
kelompok msyarakat yang paling rentan terhadap berbagai hal yang
masuk. Budaya pop Korea mengkonstruksi remaja anggota Komunitas K-
pop Batam melalui beberapa proses seperti teori kontruksi sosial yang
dikatakan oleh Berger yakni eksternalisasi dimana para remaja anggota
komunitas mulai mengenal budaya populer Korea dimulai dari keluarga,
lingkungan sosial dan media. Yang kedua budaya populer Korea
kemudian diterima karena kunikan, kerja keras serta kesopanan yang
ada pada budaya populer Korea. dan yang terakhir budaya populer
terinternalisasi ke dalam diri remaja anggota Komunitas karena adanya
potensi diri serta pendirian yang kuat terhadap budaya populer Korea.

B. Saran
Diharapkan kepada pemerintah terutama pemerintah Kota Batam untuk
dapat lebih mengembangkan budaya-budaya yang sudah ada. Diharap
juga kepada masyarakat juga turut membantu dalam melestarikan
budaya budaya yang ada di Kota Batam dan juga memeperkenalkan
kepada para remaja dimulai dari hal-hal kecil. Sedangkan bagi komunitas
sendiri harus lebih bisa menghargai dan melestarikan budaya local yang
ada agar tidak terkikis oleh budaya dari Negara lain.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdulsyani. 2015. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Berger, Peter L. 2012. Tafsir Sosial Atas Kenyataan : Risalah tentang
sosiologi penegtahuan. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi (Teori Paradigma, dan
Discours, Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Strinati, Dominic. 2003. Popular Culture – Pengantar menuju teori budaya
populer. Yogyakarta : Bentang Budaya.
Poloma, Margaret M. 2010. Soiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers
Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial: suatu tehknik
penelitian bidang kesejahteraan dan ilmu lainnya. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

90
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif : Dilengkapi Contoh


Proposal dan Laporan Penelitian. Bandung : Alfabeta
Susilo, Rahmad k. Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern: Biografi Para
Peletak Siologi Modern.
Korean Culture and Information Service. 2011. The Korean Wave: A New
Pop Culture Phenomenon, Contemperary Korean Number 1,
Ministry of Culture, Sport, and Tourism. South Korea.
Korean Culture and Information Service. 2011. K-POP: A New Force in Pop
Music, Contemperary Korean Number 2, Ministry of Culture, Sport,
and Tourism. South Korea.
Yusuf L.N, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Zuriah, Nurul.2009. Metode Penelitian Soaial dan Pendidikan: Teori
Aplikasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Jurnal:
Amellita, Nesya. 2010. Kebudayaan Populer Korea: Hallyu
dan
Perkembangannya di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia
Amroshy dan Imron 2013. Hegemoni Budaya Pop Korea Pada Komunitas
Korea Lovers Surabaya (Kloss). Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Ayu pertiwi, Sella. 2013. Konformitas dan Fanatisme Pada Remaja Korean
Wave
(Penelitian pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever Lasting
Friend”) di Samarinda. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Kemala, Nasution. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Ngangi, Charles R. 2011. Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial. Thesis.
Universitas Sam Ratulangi.
Nila Kusuma, Nawang. Tanpa tahun. Hubungan Celebrity Worship
Terhadap Idola K-Pop (Korean Pop) Dengan Perilaku Imitasi Pada
Remaja. Malang:
Universitas Brawijaya.
Vania dan Fandi. 2013. Motivasi Dan Perilaku Penggemar K-Pop Di
Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogya: Universitas Atma Jaya
Venus dan Helmi. 2010. Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan
Studi Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party
Bandung. Universitas Padjadjaran.

Sumber lain :
Undang-Undang No. 40 Tahun 2009
https://smaradenfatah.wordpress.com/2011/02/22/sosialisasi-

91
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

sebagai-prosespembentukan-kepribadian/ diakses pada 15 April


2017; 11:00 WIB
http://kbbi.web.id/perilaku (diakses pada 1 Juni 2017 ; 13:39)

C. Bahan Bacaan

Prosedur Penelitian Kuantitatif & Kualitatif


Secara umum prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Menyusun Instrumen
Identifikasi Masalah Pengambilan Data
Pengambilan Data

Merumuskan judul Merumuskan metode


Analisis Data
atau topik penelitian penelitian

Menentukan fokus
masalah atau Merumuskan Interpretasi Data dan
rumusan masalah hipotesis penelitian Kesimpulan
penelitian

Merumuskan
Melakukan kajian variabel-variabel dan
pustaka definisinya secara
operasional

Pertama, lakukan identifikasi masalah terkait fenomena dan permasalahan


yang menarik untuk diteliti. Sesuatu itu disebut masalah atau problem apabila
sesuatu itu ada kesenjangan antara harapan (apa yang seharusnya terjadi)
dengan kenyataan yang terjadi sehari-hari.

Kedua, setelah melakukan identifikasi masalah, rumuskan judul atau topik


penelitian, Dalam merumuskan topik atau judul penelitian harus didukung
oleh sumber-sumber data yang dapat dipercaya, misalnya: hasil penelitian
terdahulu; publikasi jurnal ilmiah; buku ilmiah; dokumen lembaga. Jangan

92
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

sampai konsep-konsep yang ada pada topik penelitian tersebut sulit diperoleh
sumber-sumber rujukan (buku atau literatur ilmiah) oleh peneliti.

Ketiga, setelah menentukan topik atau judul penelitian tentukan fokus


masalah atau rumusan masalah penelitian. Fokus masalah penelitian harus
bersifat urgen dan penting (esensial), dan segera untuk dicari pemecahannya,
dan masalah tersebut bisa dipecahkan atau dicarai jawaban oleh peneliti
melalui proses penelitian ilmiah, dan hasilnya bermakna bagi perbaikan
praktik pembelajaran di kelas.

Keempat, lakukan kajian pustaka berupa teori-teori, konsep-konsep dan


generalisasi hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai landasan teoritis untuk
pelaksaan penelitian. Hal ini penting dilakukan agar penelitian memiliki
landasan yang kuat dan tidak terkesan trial and error. Adanya landasan teori
ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dan interpretasi data
nantinya. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas
karena akan dijadikan pedoman dalam pengembangan instrumen, hubungan
antar variabel juga harus jelas dan tergambar dalam teori-teori yang
digunakan.Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian masih sifatnya sementara, maka teori yang digunakan juga
bersifat sementara dan akan terus berkembang setelah penelitian
dilaksanakan di lapangan. Dalam hal ini teori hanya sebagai panduan saja
dalam menemukan obyek penelitian dan memasuki lapangan penelitian. Teori
berfungsi membantu peneliti untuk membuat pertanyaan dan memandu
peneliti dalam mengumpulkan data. Jika pada kuantitatif teori akan diuji,
namun pada kualitatif justru teori akan dikembangkan atau menemukan teori
baru.

Kelima, rumuskan variabel-variabel (aspek-aspek) yang akan dikaji atau


diteliti. Dalam menjelaskan atau menjabarkan variabel penelitian ini akan
lebih bagus apabila dibuat dalam bentuk peta variabel. Perlu dipahami bahwa
penetapan variabel ini harus ada landasan teorinya yang bisa diambil dari

93
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

hasil-hasil penelitian terdahulu; laporan jurnal ilmiah; atau buku-buku ilmiah,


jangan sampai landasan atau orientasi teorinya tidak ada. Untuk proposal
penelitian kuantitatif penjabaran variabel ini harus jelas batas-batas yang
akan diteliti, oleh karena itu perlu dirumuskan sub-sub variabelnya yang akan
dijadikan sebagai pedoman tetap dalam proses penelitian. Sedangkan untuk
proposal penelitian kualitatif penjabaran variabelnya lebih bersifat longgar,
karena sifat penelitiannya adalah kajian alami dan apa yang dirumuskan
dalam proposal penelitian kualitatif masih bisa berubah disaat proses
penelitian berlangsung. Setelah merumuskan variabel dan sub variabel
penelitian, buatlah rumusan secara operasional (definisi operasional), yaitu
menjelaskan tentang proses penelitian dan hal-hal yang akan diukur dan
diteliti. Definisi operasional ini diperlukan dalam proposal penelitian
kuantitatif sebagai acuan dalam menyusun instrumen penelitian. Sedangkan
untuk proposal penelitian kualitatif umumnya tidak perlu definisi operasional,
tetapi cukup definisi istilah atau definisi konsep, karena makna sesuatu aspek
dalam penelitian kualitatif akan berkembang dalam proses pengumpulan data
di lapangan.

Keenam, rumuskan hipotesis penelitian. Apabila jenis pendekatan penelitian


yang dipilih adalah penelitian kuantitatif (eksperimen atau non-ekperimen)
dengan menggunakan analisis statistik parametrik atau non parametrik, maka
perlu dirumuskan hipotesis penelitian. Sedangkan untuk jenis penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif dan deskriptif kuantitatif (analisis
statistik sederhana dalam bentuk persentase atau analisi mean) tidak perlu
merumuskan hipotesis penelitian (Sukmadinata, N.S., 2007). Khusus untuk
penelitian kualitatif menurut para ahli tidak perlu merumuskan hipotesis
penelitian, karena penelitian kualitatif tidak menguji hipotesis atau
membuktikan hipotesis, tetapi justru menghasilkan hipotesis. Untuk
mengetahui cara merumuskan hipotesis penelitian kuantitatif perhatikan
pembahasan pada bab berikutnya.

94
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

Ketujuh, rumuskan metode penelitian yang akan digunakan dalam proses


penelitian. Pada bagian ini peneliti perlu menjelaskan tentang enam hal, yaitu:
(a) pendekatan penelitian yang dipilih dalam memecakan masalah penelitian,
kemudian jelaskan alasan secara rasional mengapa memilih pendekatan
penelitian tersebut; (b) setting atau lokasi atau tempat penelitian, dan
dijelaskan alasan memilih lokasi tersebut dijadikan sebagai objek penelitian;
(c) populasi dan sampel penelitian; (d) bentuk instrumen dan jenis data yang
akan dikumpulkan, dan dijelaskan alasan mengunakan instrumen tersebut; (e)
metode pengumpulan data dalam proses penelitian; dan (f) analisis data yang
akan dipakai dalam penelitian.

Kedelapan, menyusun instrumen pengambilan data penelitian. Pada metode


penelitian kuantitatif, kajian teori yang telah dilakukan akan menuntun
peneliti untuk menyusun kisi-kisi instrumen yang akan dikembangkan
menjadi butir-butir instrumen penelitian, ada yang berbentuk pertanyaan
kuesioner, pernyataan kuesioner, soal-soal atau tes kemampuan dan
sebagainya. Sebelum digunakan, instrumen-instrumen penelitian biasanya
diuji validitas dan reliabilitasnya agar instrumen benar-benar dapat dipercaya
dalam mengukur variabel yang akan diteliti. Pada metode penelitian kualitatif,
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh
karena itu, peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan. Agar data yang
diperoleh dapat dipercaya (kredibel) maka peneliti sebagai instrumen
penelitian melakukan berbagai tehnik pengambilan data sekaligus seperti
observasi secara berulang kali, wawancara dengan berbagai sumber dan
diperkuat dengan berbagai dokumen yang mendukung dan menguatkan. Hal
tersebut dikenal dengan istilah triangulasi.

Kesembilan, melaksanakan pengambilan data. Pada penelitian kuantitatif


pengambilan data dilakukan dengan menyebarluaskan instrumen penelitian

95
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

untuk diisi oleh responden penelitian. Pada penelitian kualitatif pengambilan


data dilakukan dengan peneliti yang mendatangi obyek penelitian dengan
melakukan observasi, interview/wawancara dan mengumpukan berbagai
dokumentasi.

Kesepuluh, melakukan analisis data, yaitu kegiatan mengelompokkan data,


mentabulasi data, menyajikan data dan membuat kesimpulan-kesimpulan.
Pada penelitian kuantitatif, analisis data menggunakan statistik karena data-
data yang diperoleh disimbolkan dalam bentuk angka-angka.Analisis data
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis-hipotesis
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada penelitian Kualitatif, data yang
diperoleh dari berbagai sumber mayoritas berupa data kualitatif yaitu data
hasil wawancara, hasil pengamatan/observasi (catatan lapangan) dan
dokumen-dokumen yang terkait. Dalam hal ini analisis data merupakan proses
mencar dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh tersebut dengan
cara mengorganisasikan data dalam ketagori-kategori yang sesuai dengan
fokus enelitian, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilah mana yang terkait fokus penelitian dan yang tidak dan
menyimpulkannya.

Kesebelas, Interpretasi data dan kesimpulan, yaitu menerjemahkan data-data


yang diperoleh sesuai dengan tujuan atau fokus penelitian. Pada penelitian
kuantitatif, data-data statistik yang diperoleh kemudian diinterpretasikan
sehingga memiliki makna yang dikaitkan auatu diperkuat dengan teori atau
konsep yang telah dikaji sebelumnya. Interpretasi-interpretasi data tersebut
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang telah
ditentukan sebelumnya. Hasil interpretasi data berdasarkan angka-angka
statistik itulah yang kemudian menjadi kesimpulan penelitian. Pada penelitian
kualitatif, data disajikan dalam bentuk uraian, bagan dan hubungan antar
kategori, flowchart dan sebagainya. Data-data tersebut kemudian
diinterpretasikan dalam bentuk teks yang naratif.

96
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

PENGEMBANGAN PENILAIAN

Bagian ini memuat contoh soal-soal topik penelitian kualitatif dan kuantitatif
yang muncul di UN tiga tahun terakhir. Selain itu, bagian ini memuat
pembahasan tentang cara mengembangkan soal HOTS yang disajikan dalam
bentuk pemodelan, sehingga dapat dijadikan acuan oleh saudara ketika
mengembangkan soal topik ini. Saudara perlu mencermati dengan baik bagian
ini, sehingga saudara dapat terampil mengembangkan soal yang mengacu
pada indikator pencapaian kompetensi yang termasuk HOTS.

A. Pembahasan Soal-soal

Topik metode penelitian sosial merupakan topik yang muncul pada soal UN di
tiga tahun terakhir berdasarkan hasil analisis PAMER UN. Berikut ini
pembahasan soal-soalnya.

1. Seorang peneliti berusaha mengumpulkan data dengan menggunakan


angket pada masyarakat yang terdapat pada beberapa ke- lurahan.
Berdasarkan hal tersebut, teknik sampling yang tepat adalah ….
(A) quota sampling
(B) random sampling
(C) stratified sampling
(D) cluster sampling
(E) area sampling
Kunci : E
Pembahasan:
Area sampling merupakan teknik sampling yang dipakai ketika peneliti
dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di
berbagai wilayah.

2. Dalam penulisan laporan penelitian terdapat bagian metode penelitian


yang mencantumkan teknik pengambilan sampel. Bagian tersebut berisi
tentang ….
(A) validasi data yang diperoleh
(B) jumlah responden yang dipilih
(C) jenis instrumen yang digunakan

97
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

(D) proses analisis data penelitian


(E) konsistensi data penelitian
kunci : B
Pembahasan:

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya


sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan penyebaran dan sifat-sifat populasi
agar diperoleh sampel yang representatif.

Soal UN tahun 2017


1. Seorang peneliti melakukan penelitian sosial yang berjudul”Dampak
psikologi dari kekerasan yang dialami tenaga kerja wanita di luar
negeri”. Metode dan teknik pengumpulan data yang tepat adalah ….
A. Angket
B. Observasi
C. Wawancara
D. Tes psikologi
E. Analisis berita
Kunci : C
Pembahasan:
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui tanya jawab
antara peneliti dan informan. Kelebihannya adalah: informasi
diperoleh lebih mendalam, peneliti dapat mengembangkan pertanyaan
sesuai kondisi tertentu, dapat dilakukan semua golongan (misalnya
kalangan TKI), dapat menemukan informasi khusus dari informan,
dapat menilai kejujuran informan.

2. Perhatikan langkah-langkah di bawah ini !


1) Memberi tanda tertentu pada data.
2) Menyederhanakan jawaban responden.
3) Memberi simbol jawaban responden.
Langkah-langkah pengolahan data diatas termasuk dalam
tahapan …
(A) editing
(B) coding
(C) tabulasi data
(D) analisis data
(E) organisasi data
Kunci: B
Pembahasan:
Coding adalah kegiatan memberi kode pada setiap data yang
terkumpul pada instrumen yang terkumpul. Bertujuan untuk
mempermudah dalam menganalisis dan menafsirkan data.

98
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

3. Dalam rancangan penelitian disebutkan salah satu tujuan penelitian


ingin mengetahui latar belakang siswa dalam memilih jurusan di
perguruan tinggi. Untuk mengumpulkan data maka peneliti
menggunakan angket tertutup. Kelebihan metode pengumpulan data
tersebut adalah ….
A. Dapat memperoleh data yang rinci dan detail
B. Pengolahan datanya dapat dilakukan dengan mudah
C. Biaya yang diperlukan untuk pengumpulan data sangat besar
D. Peneliti memiliki peran yang lebih besar dalam proses
penelitian
E. Data yang didapatkan tidak menggambarkan keseluruhan isi
penelitian
Kunci : B
Pembahasan:
Angket tertutup adalah angket yang sudah menyediakan jawaban
sehingga responden tinggal menjawabnya. Salah satu kelebihan angket
tertutup adalah dapat dijawab secara serentak sehingga dalam proses
pengolahan datanya lebih mudah.

99
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Pengembangan Soal HOTS


Pada bagian ini akan dimodelkan pembuatan soal yang memenuhi indikator
pencapaian kompetensi yang diturunkan dari kompetensi dasar pengetahuan.
Pengembangan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi agar Saudara dapat
melihat kesesuaian antara kompetensi, lingkup materi, dan indikator soal.
Selanjutnya, dilakukan penyusunan soal di kartu soal berdasarkan kisi-kisi
yang telah disusun sebelumnya. Contoh soal yang disajikan terutama untuk
mengukur indikator kunci pada level kognitif yang tergolong HOTS.

Kompetensi Lingkup Indikator Level Bentuk


NO Materi No
yang Diuji Materi Soal Kognitif Soal
1 Menjelaskan Teknik Teknik Disajikan
teknik pengumpulan pengumpul beberaoa
pengumpula data an data kegiatan,
data penelitian penelitian penelitian siswa mampu 1 C2 PG
kualitatif kualitatif kualitatif menjelaskan
yag termasuk
pengolahan
data kualitatif
Berdasarkan
ilustrasi
penelitian,
siswa mampu
menyimpulka 2 C5 PG
n teknik
pengambilan
sampel yang
digunakan

100
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMA Kurikulum : 2013
Kelas : VII Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI Nama Penyusun :
KOMPETENSI Buku Sumber : Pengetahuan/ Aplikasi Penalaran
DASAR Pemahaman

Menjelaskan RUMUSAN BUTIR SOAL
teknik Nomor Perhatikan kegiatan berikut!
pengumpula Soal
data penelitian 1) Data yang sudah diberi kode dimasukkan dalam tabel
kualitatif 1
LINGKUP 2) Jawaban dari setiap narasumber dicatat sesuai daftar
MATERI pertanyaan
Pengumpulan
data kualitatif 3) Kelengkapan jawaban dari setiap daftar pertanyaan
diperiksa kembali
MATERI
4) Penjelasan dari berbagai sumber dihubungkan dan
Teknik disajikan dalam deskripsi secara menyeluruh
pengumpulan
data penelitian 5) Jawaban-jawaban yang sama dikelompokkan dan
kualitatif dikategorikan sebagai data

Proses pengolahan data kualitatif dirumuskan oleh angka


INDIKATOR A. 1), 2), dan 3)


SOAL
Berdasarkan B. 1), 2), dan 4)
ilustrasi Kunci
penelitian, Jawaban C. 1), 3), dan 5)
siswa mampu
D. 2), 4), dan 5)
menyimpulkan D
teknik E. 3), 4), dan 5)
pengambilan
sampel yang
digunakan

101
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KESIMPULAN

Unit ini dikembangkan berdasarkan pasangan KD 3.4., dan 4.4. berdasarakan


hasil pengamatan di kelas X. Dari pasangan kompetensi dasar tersebut
diturunkan 14 indikator pencapaian kompetensi dimensi pengetahuan dan 6
indikator pencapaian kompetensi dimensi keterampilan.

KD pengetahuan yang kompetensinya menuntut peserta didik untuk


menganalisis sudah menunjukkan level analisis (C4). Artinya, KD ini sudah
menuntut Saudara melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada
peserta didik. Adapun KD keterampilan menuntut Saudara memfasilitasi
peserta didik berkreasi. Hal ini berarti Saudara perlu memberikan ruang dan
waktu kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas penulisan.

Sub unit ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yang masing-masing


pertemuan terdiri dari 2 aktivitas yang bersifat berpusat kepada peserta didik.
Model discovery learning yang digunakan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan saintifik dan mendorong berpikir tingkat
tinggi dalam rangka memecahkan masalah (problem solving).

Di sub unit ini disediakan soal-soal UN terkait metode penelitian sosial yang
muncul di ujian nasional tahun 2016 dan 2017. Disediakan pula pembahasan
soalnya sehingga memudahkan guru dan peserta didik untuk memahami
pemecahan soal tersebut dan memprediksi jenis soal yang rutin muncul di UN.
Soal sudah terkategori HOTS tapi model soal serupa setiap tahunnya, maka
guru perlu melatihkan peserta didik memahami secara mendalam topik
metode penelitian sosial serta membuat soal HOTS yang berbeda dari soal
yang pernah muncul di UN.

102
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

UMPAN BALIK

Dalam rangka mengetahui pemahaman terhadap unit ini, Saudara perlu


mengisi lembar persepsi pemahaman. Berdasarkan hasil pengisian instrumen
ini, Saudara dapat mengetahui posisi pemahaman beserta umpan baliknya.
Oleh karena itu, isilah lembar persepsi diri ini dengan objektif dan jujur.

Lembar Persepsi Pemahaman Unit

Kriteria
No Aspek
1 2 3 4
1. Memahami indikator yang telah
dikembangkan berdasarkan Kompetensi
Dasar
2 Mampu menghubungkan konten dengan
fenomena kehidupan sehari-hari
3 Merasa bahwa tahapan aktivitas
pembelajaran dapat mengembangkan
HOTS peserta didik
4 Memahami tahapan aktivitas yang
disajikan dengan baik
5 Mampu dengan baik mengaplikasikan
aktivitas pembelajaran di dalam kelas
6 Memahami dengan baik Lembar Kerja
peserta didik yang dikembangkan
7 Mampu melaksanakan dengan baik
Lembar Kerja peserta didik yang
dikembangkan
8 Memahami Konten secara menyuluh
dengan baik
9 Memahami prosedur penyusunan soal
HOTS dengan baik
10 Mampu membahas soal HOTS yang
disajikan dengan tepat
Jumlah
Jumlah Total

103
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Keterangan Pedoman Penskoran


1=tidak menguasai
2 = cukup menguasai Skor = Jumlah Total X 100
3 = menguasai 40
4 = Sangat Menguasai

Keterangan Umpan Balik

Skor Umpan Balik


< 70 Masih banyak yang belum dipahami, di antara konten, cara
membelajarkannya, mengembangkan penilian dan melaksanakan
penilaian berorientasi HOTS. Saudara membaca ulang unit ini dan
mendiskusikannya dengan dengan fasilitator di MGMP sampai
anda memahaminya.

70-79 Masih ada yang belum dipahami dengan baik, di antara konten,
cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan
melaksanakan penilaian berorientasi HOTS. Saudara perlu
mendiskusikan bagian yang belum dipahami dengan fasilitator
atau teman lain di MGMP.

80-89 Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan


penilaian dan melaksanakan penilaian berorientasi HOTS dengan
baik.

> 90 Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan


penilian dan melaksanakan penilaian berorientasi HOTS dengan
sangat baik. Saudara dapat menjadi fasilitator bagi teman-teman
lain di MGMP untuk membelajarkan unit ini.

104
Unit Pembelajaran
Metode Penelitian Sosial

105
Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN SOSIOLOGI


SEKOLAH MENENGAH ATAS
(SMA)

Rancangan Penelitian
Sosial
Penulis:
Lilik Tahmidaten

Penyunting:
Pudjiani Widodo

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI _________________________________ 109


DAFTAR TABEL _______________________________ 110
PENDAHULUAN ______________________________ 111
KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK ________ 112
A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi _____________________________ 112
B. Indikator Pencapaian Kompetensi _______________________________________ 113
APLIKASI DI DUNIA NYATA _____________________ 115
Pemprov NTT Akan Jual Miras Tradisional, Apa Dampaknya? ______ 115
Regulasi ‘Sudah Ketat’, Mengapa Miras Oplosan Terus Saja Memakan
Korban? _______________________________________________________________________ 116
SOAL-SOAL UN/USBN _________________________ 119
BAHAN PEMBELAJARAN ________________________ 123
A. Aktivitas Pembelajaran ___________________________________________________ 123
Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-4 Rancangan Penelitian _____________ 124
Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-5, 6, 7, 8 _______________________________ 125
B. Lembar Kerja Peserta Didik ______________________________________________ 126
LKPD 1. Mengidentifikasi Topik Penelitian _____________________________________ 126
LKPD 2. Merumuskan Masalah Penelitian ______________________________________ 128
LKPD 3. Menyusun Rancangan Penelitian ______________________________________ 129
LKPD 4. Menyusun Laporan Penelitian _________________________________________ 130
C. Bahan Bacaan ______________________________________________________________ 132
A. Topik Atau Masalah Penelitian ____________________________________________ 132
B. Merumuskan Masalah Penelitian __________________________________________ 141
C. Rancangan Penelitian _______________________________________________________ 143
D. Laporan Penelitian __________________________________________________________ 164
PENGEMBANGAN PENILAIAN ____________________ 167

109
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

A. Pembahasan Soal-soal ____________________________________________________ 167


B. Pengembangan Soal HOTS _______________________________________________ 170
KESIMPULAN ________________________________173
UMPAN BALIK________________________________175

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Target Kompetensi Dasar _____________________________________________ 112


Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) ____________________________ 113
Tabel 3.. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Unit 3 Rancangan Penelitian
______________________________________________________________________________ 114
Tabel 4. Desain Aktivitas Pembelajaran ______________________________________ 124

110
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

PENDAHULUAN

Unit ini disusun sebagai salah satu alternatif sumber bahan ajar bagi guru
untuk memahami topik rancangan penelitian. Melalui pembahasan materi
yang terdapat pada unit ini, guru dapat memiliki dasar pengetahuan untuk
mengajarkan materi yang sama ke peserta didiknya yang disesuaikan dengan
indikator yang telah disusun, dan terutama dalam memfasilitasi kemampuan
bernalar peserta didik. Selain itu, materi ini juga aplikatif untuk guru sendiri
sehingga mereka dapat menerapkannya pada kelas pembelajaran.

Dalam rangka memudahkan guru mempelajarinya konten dan cara


mengajarkannya, di dalam unit ini dimuat kompetensi dasar terkait yang
memuat target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi, bahan
bacaan tentang rancangan penelitian, soal-soal tes UN topik ini di tiga tahun
terakhir sebagai acuan dalam menyusun soal sejenis, deskripsi alternatif
aktivitas pembelajaran, lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang dapat
digunakan guru untuk memfasilitasi pembelajaran, bahan bacaan yang dapat
dipelajari oleh guru, maupun peserta didik, dan deskripsi prosedur
mengembangkan soal HOTS. Komponen-komponen di dalam unit ini
dikembangkan dengan tujuan agar guru dapat dengan mudah memfasilitasi
peserta didik menentukan topik penelitian, merumuskan masalah penelitian,
dan menyusun rancangan penelitian.

Topik Pencemaran Lingkungan yang dikembangkan pada bahan bacaan terdiri


atas subtopik . Selain itu, unit ini dilengkapi dengan dua buah LKPD, yaitu 1)
menentukan topik penelitian dan rumusan masalah penelitian 2) menyusun
rancangan penelitian

111
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK

A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar


kelas X:

3.4 Memahami berbagai metode penelitian sosial yang sederhana untuk


mengenali gejala sosial di masyarakat

4.4 Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk mengenali ragam


gejala sosial dan hubungan sosial di masyarakat.

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar di


kelas X. Kompetensi dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa target
kompetensi. Target kompetensi menjadi patokan penguasaan kompetensi
oleh peserta didik. Target kompetensi pada kompetensi dasar ini dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Target Kompetensi Dasar


KOMPETENSI DASAR TARGET KD
KD PENGETAHUAN
3.4 Memahami berbagai metode 1. Memahami metode penelitian
penelitian sosial yang sosial kualitatif yang sederhana
sederhana untuk mengenali untuk mengenali gejala sosial di
gejala sosial di masyarakat. masyarakat
2. Memahami metode penelitian
kuantitatif yang sederhana untuk
mengenali gejala sosial di
masyarakat
KD KETERAMPILAN
4.4 Melakukan penelitian sosial 1. Melakukan penelitian sosial yang
yang sederhana untuk sederhana untuk mengenali
mengenali ragam gejala ragam gejala sosial dan hubungan
sosial dan hubungan sosial sosial di masyarakat.
di masyarakat.

112
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian


kompetensi. Indikator ini menjadi acuan bagi guru untuk mengukur
pencapaian kompetensi dasar. Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4 di kelas X
dikembangkan menjadi 14 indikator untuk ranah pengetahuan dan 5 indikator
untuk ranah ketrampilan.

Dalam rangka memudahkan guru menentukan indikator yang sesuai dengan


tuntutan kompetensi dasar, indikator dibagi menjadi ke dalam tiga kategori,
yaitu indikator pendukung, indikator kunci, dan indikator pengayaan. Berikut
ini rincian indikator yang dikembangkan pada Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4
di kelas X.
Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Paket Unit Metode Penelitian Sosial

IPK Pengetahuan IPK Keterampilan


Indikator Pendukung
3.4.1 Menjelaskan pengertian 4.4.1 Mendiskusikan pengertian
penelitian sosial penelitian sosial

3.4.2 Menjelaskan Manfaat 4.4.2 Mediskusikan manfaat


Penelitian sosial penelitian sosial
3.4.3 Mengidentifikasi berbagai 4.4.3 Mendiskusikan berbagai jenis
Jenis Penelitian sosial penelitian sosial

3.4.4 Mengidentifikasi karakteristik 4.4.4 Mendiskusikan berbagai


berbagai metode penelitian karakteristik berbagai metode
sosial penelitian sosial
Indikator Kunci
3.4.5 Mendeskripsikan prosedur 4.4.5 Melakukan penelitian sosial
penelitian sosial kualitatif sederhana

3.4.6 Menjelaskan teknik


pengumpulan dan analisis
data penelitian kualitatif
3.4.7 Mereview contoh hasil
penelitian kualitatif

113
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

3.4.8 Mendeskripsikan prosedur


penelitian sosial kuantitatif
3.4.9 Menjelaskan teknik
pengumpulan dan analisis
data penelitian kuantitatif
3.4.10 Mereview contoh hasil
penelitian kuantitatif
Indikator Pengayaan
3.4.11 Mengidentifikasi topik 4.4.6 Membuat laporan penelitian
penelitian sosial sederhana
3.4.12 Membuat rumusan masalah
penelitian
3.4.13 Membuat rancangan
penelitian
3.4.14 Menyusun Laporan
Penelitian

IPK yang menjadi pokok bahasan dalam Unit pembelajaran 3 Rancangan


Penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Unit 3 Rancangan Penelitian

IPK Pengetahuan IPK Keterampilan


Indikator Pengayaan
3.4.11 Mengidentifikasi topik 4.4.6 Membuat laporan penelitian
penelitian sosial sederhana
3.4.12 Membuat rumusan masalah
penelitian
3.4.13 Membuat rancangan
penelitian

3.4.14 Menyusun Laporan


Penelitian

114
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

APLIKASI DI DUNIA NYATA

Bahan Bacaan 1.

Pemprov NTT Akan Jual Miras Tradisional, Apa Dampaknya?


bbc.com, 3 April 2019.
Pemerintah Provinsi NTT berharap wacana ini tidak hanya melestarikan
budaya lokal, tapi juga memicu aktivitas ekonomi. Adapun pengamat
menilai wacana itu ibarat dua sisi dari sekeping mata uang: bisa
mencegah peredaran miras oplosan, tapi tingkat konsumsinya
berpotensi kebablasan jika tidak dikontrol secara ketat. Niat pemda
menjual sopi secara legal didasarkan masifnya pada jual-beli minumas
keras tradisional tersebut di berbagai wilayah mereka. Namun, kata Juru
Bicara Pemprov NTT, Marius Jelamu, produksi sopi selama ini tidak
menggunakan standar kualitas baku. Di sisi lain, penjualan ilegal
disebutnya membatasi nilai ekonomis sopi. "Dalam setiap pesta, di mana
pun di NTT, di pesta adat, kematian, atau kelahiran, warga kami pasti
minum sopi. Ini sudah sangat melekat dengan budaya," kata Marius
kepada wartawan BBC, Abraham Utama. "Pemerintah ingin mengatur
agar minuman ini tidak liar. Konsumsi budaya ini ternyata juga bisa
meningkatkan pendapatan masyarakat," tuturnya. Rencana penjualan
sopi atas sokongan Pemprov NTT ini diklaim akan dimulai dengan kajian
formula produksi sopi terbaik. Penelitian itu akan dilakukan Universitas
Nusa Cendana, Kupang. Marius berkata, dalam setahun ke depan hasil
penelitian itu sudah harus menjadi dasar produksi massal sopi berkadar
alkohol 45%.

Pemprov NTT telah menunjuk perusahaan swasta, PT NAM Nasional,


sebagai distributor sopi itu, tapi belum menentukan harga jual. "Mimpi
kami sopi ini suatu saat bisa duduk sama tinggi dengan sake dari Jepang.
Pangsa pasar utamanya adalah tetangga terdekat: Timor Leste dan
Australia," kata Marius.

Apa Dampak Legalisasi Sopi?


Penjualan miras secara resmi dianggap bisa mencegah kematian massal
akibat konsumsi minuman alkohol oplosan. Alasannya, miras yang dijual
di publik harus melewati uji kelayakan di Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM). Merujuk penelitian Center for Indonesian Policy
Studies (CIPS), selama 10 tahun terakhir setidaknya 800 orang tewas
setelah menenggak miras oplosan di Bandung, Jawa Barat. Angka itu bisa
lebih besar jika dikalkulasi dari seluruh wilayah Indonesia, kata peneliti
CIPS, Mercyta Jorsvinna. "Kita tidak bisa mengontrol tendensi orang

115
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

meminum alkohol. Kalaupun mereka mau mabuk, harus minuman legal


yang pemicu kematiannya rendah." "Minuman keras legal melalui
verifikasi pemerintah, sudah ada kajian kesehatan. Jadi lebih baik
melegalkan daripada orang membuat miras dengan bahan yang tidak
pernah diuji," ujar Mercyta. Bagaimanapun, kata Mercyta, peredaran
miras legal tetap perlu diawasi agar tak memicu penggunaan yang
berlebihan. Ia menyebut pengawasan itu harus bersifat umum agar
pelaksanaannya sama di setiap daerah. "Kontrol alkohol semestinya
terpusat," ujarnya. Terkait kontrol ini, Pemprov NTT mengklaim akan
segera menerbitkan aturan konsumsi sopi. Salah satu poin yang disebut
akan masuk regulasi itu adalah batas usia konsumen.

Apa Kata Konsumen?


Legalisasi sopi dianggap bakal menghilangkan kekhawatiran dampak
miras itu terhadap kesehatan. Joko Panji, warga Surabaya, mengaku
selalu berpikir dua kali untuk meminum miras tradisional itu. "Tahun
2015 saya minum sopi di desa Sikka. Harga per liter Rp150 ribu. Pagi-
paginya saya muntah dan kepala sakit sekali." "Saya harap akan ada
pengawasan ketat, lokasi pembuatannya harus steril. Kemasannya juga
bukan botol bekas lagi," ujarnya. Adapun, Lalu Rahadian, warga Jakarta,
menilai legalisasi sopi tidak akan banyak mengubah cita rasa maupun
citra sopi. "Kalau dilegalisasi, rasa dan kualitasnya akan tetap sama saja,"
katanya.

Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47788428 , diakses pada


26/05/2019 pukul 20:17 wib.

Bahan Bacaan 2.

Regulasi ‘Sudah Ketat’, Mengapa Miras Oplosan Terus Saja


Memakan Korban?
Bbc.com, 11 April 2018
Hingga Selasa (10/04/2018), korban minuman keras oplosan mencapai
45 orang dan dikhawatirkan bisa terus bertambah. Menurut peneliti
kebijakan publik hal itu disebabkan produk miras legal dengan standar
baku terjamin tak terjangkau oleh konsumen di Indonesia, sementara di
sisi lain ada sejumlah komunitas yang memiliki tradisi minum alkohol.
Penjualan minuman keras di Jawa Barat dan di seluruh daerah lain di
Indonesia sebenarnya cukup ketat, namun mengapa masih banyak orang
ingin mengkonsumsi miras buatan sendiri yang berisiko?

116
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Antropolog Iwan Meulia Pirous dari Universitas Indonesia mengatakan


bahwa konsumsi alkohol bagaimanapun adalah sebuah tradisi di
Indonesia. Berdasarkan studi antropologi, tuturnya, masyarakat
agrikultur seperti Indonesia kerap mengkonsumsi alkohol yang berasal
dari surplus pertanian seperti beras. "Surplus itu di banyak kebudayaan
tidak bisa habis dimakan atau dijual. Disimpan pun masih terlalu banyak.
Akhirnya difermentasi untuk makanan, sebagian untuk minuman,"
terang Iwan Pirous.

"Nah jadi kebiasaan untuk minum di Nusantara itu berawal dari


tradisisurplus yang sangat biasa di masa lalu. Tapi menjadi problem
karena bertentangan dengan norma sesudahnya yaitu Islam."

'Regulasi terlalu ketat'


Ironisnya, ketatnya peraturan minuman keras justru mendorong orang-
orang mengkonsumsi miras oplosan, seperti yang terungkap lewat
penelitian Center for Indonesian Policy Studies pada 2016 lalu.
"Pilihannya pemerintah membebaskan penjualan alkohol resmi
kemudian dikontrol dengan berbagai peraturan penjualan," kata peneliti
CIPS, Sugianto Tandra.

Dijelaskannya yang dimaksudkan dengan membebaskan penjualan


alkohol adalah dengan mencabut pelarangan alkohol di minimarket dan
convenient store yang ditetapkan pemerintah pada 2015 lalu. "Toh lebih
mudah mengawasi toko-toko resmi daripada warung-warung tak berizin
yang menjual bebas alkohol tidak resmi," kata Sugianto. Rekomendasi ini
diperkuat oleh data monitoring yang dilakukan CIPS dari tahun 2008
sampai 2018.

Selama 10 tahun, total korban tewas akibat miras oplosan mencapai 837
orang dengan sekitar 300 orang tewas selama tahun 2008 dan 2013,
yang melonjak tajam sepanjang tahun 2014 hingga 2018 dengan jumlah
korban mencapai lebih dari 500 orang. "Kemungkinan ada hubungannya
dengan pelarangan penjualan alkohol di minimarket," kata Sugianto.

Harga terlalu mahal


Faktor lainnya, menurut penelitian CIPS, adalah harga yang terlalu tinggi
akibat pajak yang terlalu besar untuk minuman beralkohol. Oleh karena
itu Sugianto juga merekomendasikan agar pemerintah
mempertimbangkan penurunan pajak atas minuman beralkohol karena
penelitian menunjukkan sejumlah pelanggan akan terus mencarinya.

"Asumsi dasarnya dengan membuat alkohol mahal, masyarakat akan


semakin menjauhi. Tapi kenyataannya tidak seperti itu, orang tetap ingin
minum," kata Sugianto. Dan lagipula, seperti pendapat antropolog Iwan

117
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pirous, tradisi meminum alkohol tidak akan bisa dikubur. "Tidak


mungkin. Kalau dia sudah menjadi kebutuhan hiburan orang akan tetap
melakukannya," kata Iwan.

Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43715119 ,
diakses pada 26/05/2019 pukul 20:40 wib.

Dua bahan bacaan di atas membahas tentang fenomena sosial yaitu minuman
keras yang ada di tengah-tengah masyarakat. Fenomena tersebut selalu
menjadi permasalahan sosial di masyarakat Indonesia yang tak kunjung ada
solusi yang komprehensif. Berbagai kebijakan tentang minuman keras telah
dilakukan oleh pemangku kebijakan seperti rencana Pemerintah Provinsi
NTT. Namun demikian perlu digali data dan informasi yang menyeluruh agar
kebijakan tersebut benar-benar dapat menjadi solusi, apalagi menyangkut
minuman keras oplosan yang kian merajalela dan memakan banyak korban.
Kondisi seperti ini memerlukan sebuah kajian atau penelitian sosial yang
mampu memberikan data dan informasi secara menyeluruh, baik secara
makro maupun mikro di tengah-tengah masyarakat, misal bagaimana
sebenarnya budaya minuman keras di tengah-tengah masyarakat, seperti apa
sesungguhnya sanksi sosial bagi para penggemar minuman keras di tengah-
tengah masyarakat, mengapa harga mahal tidak menyurutkan para
penggemar minuman keras membeli minuma keras dan sebagainya. Hal inilah
yang menjadi salah satu nilai pentingnya penelitian sosial sebagai salah satu
sarana mencari solusi atas berbagai fenomena dan permasalahan sosial
ditengah-tengah masyarakat.

118
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

SOAL-SOAL UN/USBN

Berikut ini contoh soal-soal UN topik Rancangan penelitian sosial pada


Kompetensi Dasar 3.4. Memahami berbagai metode penelitian sosial yang
sederhana untuk mengenali gejala sosial di masyarakat, di kelas X
(Permendikbud Nomor 37, 2018). Soal-soal ini disajikan agar dapat dijadikan
sebagai sarana berlatih bagi peserta didik untuk menyelesaikannya. Selain itu,
soal-soal ini juga dapat menjadi acuan ketika Saudara akan mengembangkan
soal yang setipe pada topik Rancangan penelitian sosial.

1. Contoh soal UN tahun 2018


NO SOAL
1 Sebagian anak muda di kota besar cenderung menyukai makanan
cepat saji dibandingkan dengan sayur mayur dan buah-buahan.
Pada usia tertentu kesehatan mereka lebih buruk dibandingkan
dengan usia sama pada anak muda yang menyukai menu sayur
dan buah. Jika diadakan penelitian, rumusan masalah yang tepat
dari ilustrasi obyek tersebut adalah ….
A. Mengapa makanan cepat saji lebih digemari daripada
makanan kampung?
B. Bagaimana pengaruh makanan cepat saji terhadap tingkat
kesehatan masyarakat?
C. Masyarakat kelas sosial mana yang gemar mengkonsumsi
makanan cepat saji?
D. Kandungan apa yang terdapat pada makanan cepat saji
E. Menu apa sajakah yang bisa digolongkan sebagai makanan
cepat saji?
Identifikasi
Level Kognitif : C4(menyimpulkan)

119
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Indikator yang : Membuat rumusan masalah


bersesuaian penelitian

Diketahui : Sebagian anak muda di kota besar cenderung


menyukai makanan cepat saji dibandingkan
dengan sayur mayur dan buah-buahan. Pada usia
tertentu kesehatan mereka lebih buruk
dibandingkan dengan usia sama pada anak muda
yang menyukai menu sayur dan buah. Jika
diadakan penelitian
Ditanyakan : rumusan masalah yang tepat dari ilustrasi obyek
tersebut adalah ….
Materi yang : Membuat rumusan masalah penelitian
dibutuhkan

NO SOAL
1 Salah satu pertimbangan dalam menentukan topik penelitian adalah
sesuai dengan minat peneliti. Hal ini penting untuk diperhatikan
dalam merancang suatu penelitian yang baik. Tujuan pertimbangan
pemilihan topik penelitian tersebut adalah ….
A. Mudah mendapatkan data di lapangan dan dana dari sponsor
dalam penelitian
B. Mempunyai tenaga yang cukup handal dalam melakukan
penelitian sosial
C. Merasa bergairah dan memiliki motivasi tinggi dalam
melakukan penelitian
D. Hasil penelitian berguna untuk dirinya, masyarakat dan ilmu
pengetahuan
E. Dapat memilih masalah yang belum pernah diteliti dan
dilakukan orang lain

120
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Identifikasi
Level Kognitif : C2 (memahami)
Indikator yang : Merumuskan topik penelitian
bersesuaian
Diketahui : Salah satu pertimbangan dalam menentukan
topik penelitian adalah sesuai dengan minat
peneliti
Ditanyakan : Tujuan pertimbangan pemilihan topik penelitian
tersebut adalah ….
Materi yang : Memilih topik penelitian
dibutuhkan

Soal UN 2017
NO SOAL
2 Judul penelitian sosial “Pengaruh tinggal di apartemen terhadap
lingkungan sosial”, rumusan masalah dari judul penelitian sosial tersebut
adalah ….
A. Apakah apartemen merupakan solusi tempat tinggal di perkotaan?
B. Bagaimana privasi orang-orang yag tinggal di apartemen terjaga?
C. Apakah apatemen menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi
masyarakat?
D. Bagaimana kesenjangan sosial masyarakat yang tinggal di
apartemen?
E. Apakah tinggal di apartemen mempengaruhi tingkat kepedulian
sosial?
Identifikasi
Level Kognitif : C4(menyimpulkan)
Indikator yang : Membuat rumusan masalah
bersesuaian penelitian
Diketahui : Judul penelitian sosial “Pengaruh tinggal di
apartemen terhadap lingkungan sosial”
Ditanyakan : rumusan masalah dari judul penelitian sosial tersebut
adalah ….
Materi yang : Rumusan masalah penelitian
dibutuhkan

Soal UN tahun 2016


NO SOAL
3 Perhatikan pernyataan di bawah ini !
(1) Memilki kegunaan praktis.

121
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

(2) Mudah dibuat duplikasinya.


(3) Sangat menarik minat untuk diteliti.
(4) Terdapat variabel yang akan diteliti.
(5) Sesuai dengan bidang keahlian.

Yang perlu diperhatikan dalam memilih topik penelitian yang baik


ditunjukkan nomor ….

(A) 1, 2 dan 3
(B) 1, 2 dan 4
(C) 1, 3 dan 5
(D) 2, 4 dan 5
(E) 3, 4 dan 5
Identifikasi
Level Kognitif : C2 (memahami)
Indikator yang : Merumuskan topik penelitian
bersesuaian
Diketahui : Perhatikan pernyataan di bawah ini !
1) Memilki kegunaan praktis.
2) Mudah dibuat duplikasinya.
3) Sangat menarik minat untuk diteliti.
4) Terdapat variabel yang akan diteliti.
5) Sesuai dengan bidang keahlian.

Ditanyakan : Yang perlu diperhatikan dalam memilih topik


penelitian yang baik ditunjukkan nomor ….

Materi yang : Memilih topik penelitian


dibutuhkan

122
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

BAHAN PEMBELAJARAN

Bahan pembelajaran yang diuraikan di sini merupakan contoh panduan


pembelajaran yang dapat dimplementasikan oleh Saudara ketika akan
membelajarkan topik Rancangan Penelitian Sosal. Bahan pembelajaran
dikembangkan dengan prinsip berpusat pada peserta didik dan berusaha
memfasilitasi kemampuan berpikir tingkat tinggi. Bahan pembelajaran ini
berisikan rincian aktivitas pembelajaran, lembar kegiatan peserta didik yang
digunakan dan bahan bacaannya.

A. Aktivitas Pembelajaran

Bahan pembelajaran berisi rincian alternatif kegiatan pembelajaran yang


dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi pada topik
Rancangan penelitian sosial. Sebelum menguraikan aktivitas pembelajaran,
terlebih dahulu disusun desain aktivitas pembelajaran yang dapat dilihat pada
Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat submateri yang dibelajarkan terdiri atas:


1) mengidentifikasi topik penelitian; 2) menentukn permasalahan penelitian;
3) menyusun proposal atau rancangan penelitiian. Adapun aktivitas
pembelajaran untuk mencapai masing-masing indikator yang telah
ditetapkan, dapat dicapai dalam dua kali pertemuan. Aktivitas pembelajaran
akan diuraikan lebih rinci menjadi dua skenario pembelajaran. Pengembangan
skenario pembelajaran mengacu pada kriteria yang ditetapkan pada Standar
Proses (Permendikbud nomor 22 tahun 2016). Berikut ini rincian aktivitas
pembelajaran untuk mesing-masing pertemuan.

123
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tabel 4. Desain Aktivitas Pembelajaran


Indikator Bentuk dan
Materi/ Aktivitas Alokasi
Pencapaian Jenis Media
Submateri Pembelajaran Waktu
Kompetensi Penilaian
Merumuskan Rumusan Observasi dan Observasi Komput 8 X 45’
topik topik diskusi kegiatan er atau
penelitian penelitian merumuskan merumuskan laptop
Membuat topik dan topik dan LCD
rumusan Rumusan merumuskan rumusan proyekt
masalah masalah masalah masalah or
penelitian penelitian penelitian penelitian
Membuat Observasi dan Penilaian
rancangan Rancangan diskusi membuat produk
penelitian penelitian rancangan rancangan
penelitian penelitian
Melaksanakan
penelitian
sosial

Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-4 Rancangan Penelitian

Aktivitas pembelajaran di pertemuan 4 ini akan mencapai indikator 3.4.11.,


dan 3.4.12 yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran project
based learning dengan Sintaks yang akan dilalui adalah 1) pertanyaan
mendasar; 2) mendesain perencanaan produk; 3) menyusun jadwal
pembuatan; 4) memonitoring keaktifan dan perkembangan proyek; 5)
menguji hasil; 6) evaluasi pengalaman belajar. Model project based learning ini
akan dilakukan selama 4 kali pertemuan. Aktivitas pembelajaran pertemuan 1
difokuskan pada kegiatan mengidentifikasi topik penelitian dan masalah
penelitian.

Tujuan Aktivitas Pembelajaran:


Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik mampu mengidentiikasi topik
dan permasalahan penelitian
Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran :

Satu kali pertemuan atau 3 x 45 Menit

124
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Media, alat, dan bahan yang digunakan adalah:


1. LKPD 1 Mengidentifikasi topik penelitian dan LKPD 2 Merumuskan
permasalahan penelitian
2. Gawai (smartphone/laptop/komputer)
3. LCD Proyektor
4. Koneksi internet

Kegiatan yang Saudara lakukan sebagai berikut:


1. Peserta didik berkelompok untuk mengidentifikasi dan merumuskan
permasalahan penelitian meggunakan panduan LKPD1 dan 2 yang tersedia
2. Guru membimbing kerja kelompok
3. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi

Aktivitas Pembelajaran Pertemuan Ke-5, 6, 7, 8

Aktivitas pembelajaran di pertemuan ke-5 ini akan mencapai indikator


3.4.13.,dan 3.4.14 yang dilakukan dengan melanjutkan model project based
learning pada pertemuan sebelumya

Tujuan Aktivitas Pembelajaran:


Setelah melakukan aktivitas ini diharapkan peserta mampu menyusun
rancangan penelitian sosial
Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran

Satu kali pertemuan atau 3 x 45 Menit

Media, alat, dan bahan yang digunakan adalah:


1. LKPD 3 Menyusun proposal penelitian
2. LKPD 4 Menyusun Laporan Penelitian
3. Gawai (smartphone/laptop/komputer)
4. LCD Proyektor
5. Koneksi internet

125
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kegiatan yang Saudara lakukan sebagai berikut:


1. Peserta didik berkelompok menyusun rancangan penelitian dengan
panduan LKPD 3 yang tersedia dengan mengacu pada topik dan
permasalahan penelitian yang dipilih pada pertemuan sebelumnya
2. Setelah menyusun rancangan penelitian dilanjutkan kegiatan penyusunan
jadwal hingga selesainya kegiatan proyek penelitian sosial di lapangan,
serta membuat laporan penelitian.

B. Lembar Kerja Peserta Didik

Berikut ini dua buah Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang digunakan
dalam aktivitas pembelajaran, yaitu: 1) LKPD 1 Mengidentifikasi topik
penelitian, 2) LKPD 2 Merumuskan permasalahan penelitian; 3) LKPD 3
Menyusun proposal penelitian, dan 4) LKPD 4 Menyusun laporan penelitian

LKPD 1. Mengidentifikasi Topik Penelitian


Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini, diharapkan Anda dapat mengidentifikasi
sebuah topik penelitian.

Pedoman kerja:
1. Cermatilah berbagai fenomena atau permasalahan sosial di masyarakat di
sekitar yang anda anggap menarik untuk digali informasinya melalui
sebuah kegiatan penelitian sederhana.
2. Pilihlah dua topik dari berbagai fenomena atau permasalahan sosial
tersebut yang anda anggap paling menarik untuk diteliti.
3. Setelah anda mendapatkan dua topik tersebut, buatlah identifikasi yang
akan menggambarkan dua topik yang anda pilih tersebut, sehingga dapat
menjadi topik penelitian yang menarik. Gunakan tabel berikut untuk
mempermudah membuat laporannya.

126
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Topik atau Masalah Penelitian 1:


………………………………………………………………………………………….....…………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………..……………………………………………………………………………………………..

Komponen
No Deskripsi
Identifikasi
1 Sumber  Sumber Teoritis, berupa ……
Pemerolehan
Masalah  Sumber Praktis/Pragmatis, berupa …..

2 Deskripsi Topik Gambaran singkat situasi dan kondisi


seharusnya:
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..

Gambaran singkat situasi dan kondisi yang ada:


………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..

Masalah yang timbul sehingga perlu dipecahkan:


………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..

3 Deskripsi Kebermafaatan hasil kajian tentang topik:


kebermanfaatan ………………………………………………………………………..
dan ………………………………………………………………………..
kemenarikan ………………………………………………………………………..
topik
Kemenarikan hasil kajian tentang topik:
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..

4 Gambaran ………………………………………………………………………..
singkat ………………………………………………………………………..
ketersediaan ………………………………………………………………………..
data dan
informasi

127
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Komponen
No Deskripsi
Identifikasi
5 Gambaran Sumber daya manusia (kemampuan dan minat):
singkat ………………………………………………………………………..
ketersediaan ………………………………………………………………………..
sumber daya ………………………………………………………………………..
manusia, waktu
dan biaya Waktu:
penelitian ………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..

Biaya:
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..

Buatlah identifikasi serupa untuk topik penelitian yang kedua.

4. Setelah anda mengidentifikasi dua topik penelitian di atas,


pertimbangkanlah dan pilihlah satu topik penelitian yang paling anda
anggap memungkinkan, bermanfaat dan menarik untuk diteliti.

LKPD 2. Merumuskan Masalah Penelitian


Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini, diharapkan Anda dapat merumuskan sebuah
masalah penelitian.

Cara kerja
Pada LKPD 1 anda telah menentukan sebuah topik penelitian. Pada LKPD 2 ini
anda diminta untuk merumuskan masalah penelitian yang sesuai dengan topik
penelitian yang telah anda tentukan tersebut. Gunakan tabel berikut ini untuk
menyusun rumusan penelitian anda tersebut.

128
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Komponen
No Deskripsi
Identifikasi
1 Topik Penelitian ………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..

2 Metode yang  Kuantitatif


akan digunakan  Kualitatif
3 Rumusan 1. ……
masalah 2. ……
penelitian 3. ……

LKPD 3. Menyusun Rancangan Penelitian


Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini, diharapkan Anda dapat menyusun sebuah
rancangan penelitian.

Cara kerja
Pada LKPD 1 dan 2 anda telah menentukan topik penelitian beserta rumusan
masalahnya. Berdasarkan hal tersebut, pada LKPD 3 ini anda diminta untuk
membuat rancangan penelitian sosial sederhana. Buatlah rincian rancangan
agar penelitian dengan topik dan permasalahan tersebut dapat dilaksanakan.
Gunakan format berikut ini untuk proses penyusunannya.
1. Untuk metode kuantitatif:
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Hasil Penelitian
II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir Dalam Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Strategi Penelitian
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
C. Variabel dan Definisi Operasional
D. Instrumen Peneliian
E. Tehnik Pengumpulan Data

129
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

F. Tehnik Analisis Data


IV. ORGANISASI, JADWAL DAN ANGGARAN PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
C. Anggaran Penelitian

2. Untuk metode kualitatif:


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Hasil Penelitian
II. LANDASAN TEORI
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Strategi Penelitian
B. Setting atau Lokasi Penelitian
C. Sampel dan Instrumen Penelitian
D. Metode Pengumpulan Data
E. Analisis Data
IV. ORGANISASI, JADWAL DAN ANGGARAN PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
C. Anggaran Penelitian

LKPD 4. Menyusun Laporan Penelitian


Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini, diharapkan Anda dapat menyusun sebuah
laporan penelitian.
Cara kerja
Pada LKPD 3 anda telah melakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian
yag dilakukan tersebut, pada LKPD 4 ini anda diminta untuk membuat laporan
penelitian sosial. Gunakan format berikut ini untuk panduan penyusunannya.

130
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Komponen identifikasi Hasil Penelitian

Topik Penelitian Sebutkan topik penelitian yang telah anda


lakukan

Pengantar/Pendahuluan/ Gambarkan secara singkat masalah yang


melatar belakangi dilakukannya penelitian
Latar Belakang

Rumusan masalah Sebutkan rumusan masalahnya

Landasan teori Uraikan secara garis besarnya saja, teori-teori


atau konsep yang digunakan sebagai landasan
untuk melakukan penelitian dan membahas hasil
penelitiannya.

Konteks penelitian Uraikan secara singkat dimana penelitian


dilakukan dan gambaran obyek penelitiannya
(responden, sumber data/informasi dll)

Metodologi Uraikan secara singkat metode dan jenis


penelitian, Prosedur/langkah penelitian,
instrumen penelitian dan analisis data yang
digunakan.

Hasil/Temuan penelitian Uraikan secara garis besarnya hasil-hasil atau


temuan penelitian.

131
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

C. Bahan Bacaan

A. Topik Atau Masalah Penelitian


Kegiatan penelitian berawal dari masalah, kemudian penelitian dilakukan
untuk menemukan jawaban atau pembuktian dari masalah tersebut, dan akhir
dari kegiatan penelitian memberikan solusi atas masalah tersebut. Masalah
untuk penelitian dapat didasarkan dari teori atau kondisi di lapangan, atau
berdasarkan perpaduan diantara keduanya. Masalah yang dipilih kemudian
dirumuskan menjadi masalah yang akan diteliti. Untuk memudahkan dalam
memilih dan merumuskan masalah penelitian, harus didasarkan pada
pengetahuan dan kemampuan Anda sendiri tentang masalah tersebut.

Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, suatu perasaan tidak


menyenangkan atas suatu situasi atau gejala tertentu. Masalah dapat diartikan
setiap situasi yang didalamnya terdapat ketidaksesuaian (discrepancy) antara
aktual dan ideal yang diharapkan, atau antara apa yang ada (what is) dan
seharusnya ada (should be). Masalah untuk penelitian bisa berkenaan dengan
kondisi atau kegiatan yang berjalan pada saat ini, atau pada saat yang lampau,
atau perkiraan pada masa yang akan datang. Keadaan dan kegiatan pada saat
ini bisa dilihat dalam konteks saat ini, juga dilihat hubungannya dengan
keadaan pada masa lalu atau kemungkinan perkembangannya pada masa yang
akan datang. Walaupun dalam permulaan penelitian Anda mendapatkan
kesulitan dalam mencari masalah, tetapi Anda harus mencoba menentukan
secara jelas dan tepat berkaitan dengan topik atau pada bidang yang akan
diteliti. Topik penelitian merupakan konsep utama yang dibahas dalam suatu
penelitan dan penulisan ilmiah. Setelah menentukan topik atau judul
penelitian, Anda memperdalam masalah penelitian tersebut melalui telaah
literatur yang relevan dengan permasalahan yang terkandung dalam topik
atau judul.

132
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Penemuan Topik Atau Masalah Penelitian


Sumber utama untuk memperoleh masalah penelitian dapat diperoleh
melalui: (a) pengalaman praktik atau pragmatis, (b) konsiderasi teoritis.

Sumber Teoritis
Masalah penelitian yang bersumber dari teori atau literatur dapat ditemukan
dari berbagai sumber bahan tertulis. Sumber bahan tertulis tersebut dapat
dikelompokkan atas: (a) secondary sources material, (b) primary sources
materials. Sumber yang bersifat secondary sources material dapat berupa buku
teks, dan sumber yang bersifat primary sources materials dapat berupa jurnal,
abstrak, laporan penelitian, pertemuan ilmiah.

Contoh-contoh penemuan masalah:


1) Dalam buku teks psikologi, misalnya banyak teori yang relevan tentang
motivasi. Dari hasil membaca literatur tentang motivasi belajar, misalnya
ditemukan proposisi sebagai berikut: “siswa yang memiliki motivasi belajar
yang tinggi memiliki tingkatan kecerdasan yang tinggi”. Berdasarkan
informasi teoritis tersebut Anda dapat menjabarkan masalah penelitiannya,
yaitu:”Sejauh mana pengaruh tingkat motivasi belajar terhadap tingkat
kecerdasan siswa disuatu sekolah”?.
2) Jurnal ilmiah sering memuat artikel yang membahas aspek-aspek tertentu
dari suatu ilmu pengetahuan, bahkan menyajikan hasil-hasil penelitian
yang lebih khusus. Ketika membaca jurnal yang berhubungan dengan kajian
tertentu, dapat dijadikan dasar oleh Anda untuk munculnya suatu masalah
penelitian.
Contoh: ada artikel dalam jurnal tentang pemanfaatan potensi lokal untuk
pembelajaran. Dengan artikel tersebut dapat mendorong Anda untuk
membuktikannya tentang pemanfaatan potensi lokal tersebut untuk
digunakan dalam pembelajaran.

133
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Sumber Praktik/Pragmatis
Anda dapat menemukan masalah dari kajian empiris, terutama untuk
penelitian terapan yang problem oriented. Menurut Silalahi (2006), sumber
pragmatis dapat diperoleh melalui: 1) pengalaman pribadi peneliti, 2)
pemegang kekuasaan, 3) media massa.

Makna dari sumber pragmatis tersebut dapat ditelaah oleh Anda beserta
contoh penerapannya dalam kegiatan penelitian.
1) Pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai sumber masalah penelitian.
Ide tentang suatu masalah dapat muncul karena pengamatan pribadi
tentang suatu gejala. Berdasarkan pengalaman pribadi memungkinkan
Anda mampu melihat dan mengungkap masalah, berdasarkan informasi
dari pengalaman pribadi orang lain diperoleh suatu masalah
Contoh; ketika Anda menggunakan pendekatan student centered dalam
pembelajaran, banyak sekali siswa yang aktif, sehingga kreativitas siswa
dapat terlihat. Dengan pengalaman tersebut, maka Anda tertarik lebih jauh
untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang efektifitas dari
pendekatan student centered.
2) Pernyataan-pernyataan pemegang kekuasaan atau pejabat dari birokrasi
pemerintah maupun pihak lainnya, dapat dijadikan sebagai sumber
masalah pragmatis. Biasanya mereka mengungkapkan permasalahan yang
dialami atau diahadapi secara langsung secara lebih terperinci dan jelas.
Dari permasalahan tersebut dapat dijadikan sumber bagi kita untuk
menemukan masalah penelitian.
Contoh: ketika Anda rapat dengan Kepala Sekolah tentang pentingnya
ekstra kurikuler, maka mendorong Anda untuk melakukan penelitian
tentang dampat ekstrakurikuler terhadap kemandirian anak didik Anda.
3) Media masa sering memuat berita tentang berbagai masalah di suatu
tempat tertentu, baik di lingkungan organisasi maupun masyarakat, berita-
berita tersebut dapat dijadikan sebagai sumber masalah untuk
dikembangkan menjadi masalah penelitian.

134
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Contoh, ketika Anda membaca koran banyak anak usia sekolah dasar yang
tidak bersekolah, maka Anda langsung tertarik untuk mengadakan
penelitian faktor penyebab anak usia sekolah dasar tidak bersekolah.

Selanjutnya Nazir (2003), mengungkapkan bahwa masalah dapat diperoleh


melalui:
1) Pengamatan terhadap kegiatan manusia. Pengamatan sepintas terhadap
kegiatan-kegiatan manusia dapat merupakan sumber dari masalah yang
akan diteliti. Seorang guru dapat menemukan masalah ketika melihat anak
didiknya gembira ketika pembelajaran menggunakan metode diskusi
2) Pengamatan terhadap alam sekeliling. Peneliti-peneliti ilmu natura
seringkali memperoleh masalah dari alam sekelilingnya. Seorang guru IPA
dapat memanfaatkan berbagai sumber tanaman yang ada di sekitar
lingkungan sekolahnya.
3) Bacaan. Bacaan dapat merupakan sumber dari masalah yang dipilih untuk
diteliti. Melalui bacaan karya ilmiah akan ditemukan rekomendasi yang
memerlukan penelitian lebih lanjut, baik berupa pengembangan ataupun
teknik dan metode yang ingin dikembangkan lebih lanjut.
4) Anda pasti mempunyai pengalaman, dengan berbagai sumber bacaan.
Misalnya ada bacaan yang menunjukkan seorang anak desa dari keluarga
golongan ekonomi lemah, tetapi selalu menjadi perangkat pertama di
kelasnya. Masalah tersebut menarik Anda untu menelitinya, mengapa hal
tersebut bisa terjadi?
5) Ulangan serta perluasan penelitian. Masalah dapat diperoleh melalui
percobaan yang diulang-ulang, akibat percobaan pertama belum
memuaskan Apabila Anda guru IPA, mungkin pernah mengalami
percobaan di lab IPA yang gagal mencampurkan bahan kimia tertentu,
sehingga ada rasa penasaran untuk terus menelitinya, sampai pada tujuan
yang ingin dicapai.
6) Catatan dan Pengalaman Pribadi. Pengalaman pribadi sering merupakan
sumber dari masalah penelitian. Seorang guru yang pernah mengalami

135
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

peringkat terbaik ketika menjadi siswa, dapat mengembangkan masalah


penelitian melalui penyiapan siswa-siswanya dalam belajar.
7) Praktik serta keinginan masyarakat. Adanya gejolak rasa dari masyarakat
dapat mendatangkan sumber masalah. Seseorang yang memiliki otorita
dalam ilmu pengetahuan dapat merupakan sumber masalah Ketika Anda
mendengar keluhan dari orang tua tentang kebiasaan anak malas belajar
di rumah, maka timbul pada diri Anda untuk mengetahui lebih jauh
kenapa hal tersebut terjadi?
8) Bidang Spesialisasi. Bidang spesialisasi seseorang dapat merupakan
sumber masalah Dengan dimilikinya keahlian tertentu, Anda mungkin
terus ingin mengadakan penelitian sesuai dengan keahliannya dalam
rangka meningkatkan keahliannya
9) Pelajaran yang sedang diikuti. Pelajaran yang sedang diikuti dapat
merupakan sumber dari masalah penelitian. Ketika Anda melanjutkan ke
S1, ternyata ada dosen yang menjelaskan tentang berbagai model
pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran. Dari materi
pembelajaran tersebut, Anda tertarik untuk mencobakannya di dalam
tugas Anda sebagai guru.
10) Diskusi-Diskusi Ilmiah. Masalah-masalah penelitian dapat bersumber dari
diskusi-diskusi ilmiah, seminar, serta pertemuan-pertemuan ilmiah.
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, Anda dapat memperoleh analisis-
analisis ilmiah, serta argumentasi-argumentasi professional yang dapat
menjurus kepada permasalahan baru.
11) Perasaan Intuisi. Perasaan intuisi dapat timbul tanpa disangka, dan
kesulitan tersebut dapat merupakan masalah penelitian.

136
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Pertimbangan Memilih Masalah


Memilih masalah untuk dijadikan masalah penelitian bukanlah tahap yang
mudah. Hal ini terjadi karena tidak semua masalah layak untuk dijadikan
masalah penelitian. Ada juga masalah tetapi bukan masalah penelitian,
masalah yang belum tentu masalah penelitian adalah masalah yang
penyelesaiannya tidak memerlukan penelitian. Hal ini terjadi bahwa suatu
masalah yang sebelum dilakukan penelitian sudah dapat diketahui secara
pasti jawaban dari masalah tersebut karena tidak ada alternatif lain. Contoh
masalah yang tidak memerlukan penelitian, siswa banyak yang tidak masuk
sekolah karena banjir disekitar lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa
tersebut.

Memilih masalah lebih baik diawali dengan melakukan survey literatur atau
observasi pendahuluan. Melalui observasi dapat diidentifikasi general problem
area dan fokus masalah yang akan diteliti. Berkonsultasi dan berdiskusi
dengan para ahli dapat membantu Anda memilih masalah yang dapat diteliti.
Melalui konsultasi dengan para ahli, diharapkan dapat ditemukan masalah
yang akan diteliti secara terfokus. Untuk memilih masalah penelitian, ada
beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu:

Pertama, Memilih topik dan masalah penelitian harus didasarkan pada minat
Anda. Adanya kesesuaian dengan minat Anda, diharapkan akan berdampak
pada peningkatan pengetahuan dan pemahaman Anda dalam keahlian
tertentu, sehingga Anda menjadi lebih baik. Mengenali suatu masalah umum
yang berhubungan dengan bidang pengetahuan dan keahlian Anda, dan secara
khusus menarik bagi Anda, merupakan cara terbaik dalam memilih suatu
masalah dan topik. Hal ini harus dijadikan pertimbangan, kerena banyak topik
dan masalah tetapi belum tentu layak untuk diteliti, bahkan belum tentu sesuai
dengan keahlian Anda, dan juga belum tentu menarik untuk Anda.

Kedua, Memilih masalah penelitian, didasarkan pada: (a) ada perbedaan


antara apa yang ada dan apa yang seharusnya ada atau antara harapan dan

137
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

kenyataan, (b) ada satu pertanyaan tentang mengapa perbedaan ada, (c) ada
dua atau lebih jawaban yang mungkin untuk dipertanyakan

Ketiga, Masalah penelitian harus memiliki karakteristik masalah yang baik.


Karakteristik masalah penelitian yang baik, yaitu: (a) dapat diteliti, masalah
dapat diteliti melalui pengumpulan dan analisis data, (b) mempunyai
signifikansi teoritis dan pragamatis. Masalah sangat berarti jika didasarkan
pada teori, sehingga teori tersebut dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki
masalah-masalah yang ditemukan sebagai hasil penelitian, (c) masalah
penelitian yang baik harus menarik dan sesuai dengan minat Anda, dan juga
seusai dengan kemampuan Anda.

Dipertegas oleh pendapat Silalahi (2006), ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam mempertimbangkan kelayakan masalah, yaitu:

Pertama, Masalah penelitian harus merupakan sesuatu yang berguna untuk


dipecahkan. Kegunaan ini dapat ditinjau dari beberapa segi. Untuk itu
sekurang-kurangnya harus ditinjau dari segi manfaatnya, baik secara teoretis
maupun praktis di lingkungan disiplin ilmu yang berkenaan dengan masalah
tersebut. Secara sederhana Anda harus menyadari bahwa dengan
memecahkan masalah yang dipilih, akan diperoleh sesuatu yang berguna, baik
bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi kepentingan kehidupan
manusia.

Kedua, Peneliti harus memiliki kemampuan yang memadai untuk


memecahkan masalah yang diselidiki. Pemecahan masalah penelitian secara
menyeluruh dan tuntas sangat tergantung pada kemampuan yang dimiliki
oleh Anda. Pemecahan masalah secara dangkal karena kurangnya kemampuan
Anda dalam mengungkapkannya, tidak akan banyak keguanaannya. Oleh
karena itu sebelum memutuskan salah satu dari sekian banyak masalah yang
dapat diselidiki, Anda harus melakukan instrospeksi tentang kemampuan
untuk memecahkan masalah tersebut. Kemampuan yang perlu dimiliki itu

138
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

menyangkut dua aspek, pertama berupa kemampuan yang berkenaan dengan


penguasaan materi pengetahuan yang diperlukan dalam memecahkan
masalah yang akan dipilih. Aspek yang kedua menyangkut kemampuan
melakukan penelitian, sebagai jaminan ilmiah yang bersifat maksimal tentang
kemungkinan menghasilkan kebenaran yang obyektif dalam memecahkan
masalah yang akan dipilih.

Ketiga, Masalah harus menarik untuk dipecahkan. Anda harus memiliki motif
yang kuat dalam memilih salah satu dari sekian banyak masalah yang dihadapi
untuk diselidiki. Masalah yang tidak menarik perhatian Anda, tidak akan
diiringi dengan perasaan bertanggung jawab dan kesungguhan dalam mencari
pemecahannya. Pada gilirannya maka tidak akan menimbulkan rasa puas
terhadap hasil yang diperoleh karena cenderung bersifat dangkal. Suatu
masalah menjadi tidak menarik bagi Anda, mungkin karena terlalu sulit,
memerlukan waktu terlalau lama, terlalu luas, terlalu sederhana, tidak
berhubungan dengan keahlian atau spesialisasi yang dipelajari, tidak
mendapat dukungan masyarakat atau para ahli dan lain-lain. Masalah yang
tidak menarik bukan saja menimbulkan ketidaksungguhan dalam
memecahkannya, tetapi bahkan mungkin sama sekali terbengkalai, sehingga
dana yang telah dipergunakan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, dalam memilih
masalah penelitian sangat diperlukan motif yang kuat untuk mencari
pemecahannya. Dengan kata lain masalah yang dipilih harus yang menarik
bagi Anda.

Keempat, Masalah yang diselidiki sedapat mungkin akan menghasilkan


sesuatu yang baru. Masalah yang sudah pernah diselidiki atau yang secara
umum dan teoritis diakui kebenarannya, tidak banyak gunanya untuk
diselidiki kembali, lebih-lebih jika hanya akan menghasilkan sesuatu yang
sama dengan hasil penelitian sebelumnya. Masalah seperti itu hanya patut
diselidiki jika berdasarkan hasil pemikiran rasional yang mendalam dan
melalui studi kepustakaan yang cukup, memperoleh keyakinan bahwa

139
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

penelitian ulang akan menghasilkan kesimpulan lain yang lebih baik atau yang
berbeda dari hasil penelitian sebelumnya. Untuk meyakini bahwa pemecahan
suatu masalah akan menghasilkan sesuatu yang baru, diperlukan pengetahuan
yang luas dan menyeluruh dalam bidang masing-masing, khususnya yang
berkenaan dengan masalah yang akan diselidiki.

Kelima, Peneliti harus meyakini data yang dibutuhkan cukup dan relevan.
Pemecahan masalah akan menghasilkan kesimpulan yang mendalam dan
obyektif, bilamana dapat dihimpun data secara lengkap. Untuk itu dalam
memilih masalah untuk diselidiki dari sekian banyak masalah yang dihadapi,
perlu dipertimbangkan tersedia tidaknya sumber data, kemungkinan
memperoleh data yang cukup dari sumber data tersebut, tersedia tidaknya
alat pengumpul data yang tepat dan manjamin tingkat obyektivitas data yang
akan diperoleh, tersedia tidaknya biaya dan tenaga untuk menghimpun data
yang diperlukan dan lain-lain. Dari segi data yang akan terhimpun, Anda tidak
boleh bersikap berat sebelah dalam arti hanya menghimpun data yang akan
mendukung teorinya atau sebaliknya hanya yang bertentangan dengan teori
yang tidak disetujuinya. Data yang cukup harus dihimpun, baik yang
mendukung maupun yang menolak sesuatu yang akan dibuktikan
kebenarannya oleh si Anda. Selanjutnya ditinjau dari sumber data harus
diusahakan kecukupannya, terutama bilamana tidak seluruh sumber data
akan diselidiki.

Keenam, Masalah penelitian tidak boleh terlalu luas, tetapi juga tidak boleh
terlalu sempit. Masalah penelitian yang terlalu luas dapat menimbulkan
kesulitan untuk diselesaikan, tidak saja karena banyaknya aspek-aspek yang
harus diungkapkan, tetapi juga mungkin akan dihadapi kesulitan tenaga, biaya
dan keterbatasan waktu. Sebaliknya masalah yang terlampau sempit akan
kehilangan artinya untuk diselidiki dan diungkapkan secara ilmiah. Dengan
kata lain masalah yang terlalu sempit kerap kali kehilangan bobot ilmiahnya
karena terlalu dangkal.

140
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

B. Merumuskan Masalah Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan yang dinamis yang ditandai dengan adanya
permasalahan. Seorang peneliti tidak selalu dapat merumuskan masalah
penelitian dengan baik, sederhana, jelas dan lengkap. Bahkan yang terjadi
justru sebaliknya, peneliti banyak yang mengalami kebingungan untuk
menentukan masalah penelitian, bahkan gagasan yang dimiliki peneliti masih
bersifat umum bahkan membingungkan. Permasalahan muncul karena
adanya kesenjangan (disparitas) antara das sein (kenyataan) dan das solen
(harapan). Masalah juga muncul dari sebuah keadaan yang merupakan
hubungan antara dua faktor atau lebih sehingga menghasilkan situasi yang
membingungkan. Apabila dua faktor tersebut dihubungkan, maka
mengakibatkan kesukaran atau kebingungan yang pemecahannya menuntut
segera dilakukan dengan cara melakukan penelitian secara empiris di
lapangan.

Masalah yang dikategorikan sebagai masalah sosial adalah masalah yang


research question atau research problem (theoretical problem), yaitu masalah
yang dapat dipecahkan atau dikaitkan melalui landasan teori atau kajian
pustaka. Hal ini mengandung pengertian bahwa masalah sosial adalah
masalah yang berimplikasi teori dan harus dipecahkan melalui penelitian
secara empiris. Peneliti harus memperhatikan beberapa aspek tentang ciri
khas masalah yang baik. Ciri-ciri masalah yang baik, antara lain:

a. Mempunyai nilai ilmiah penelitian


Masalah harus mempunyai nilai penelitian, artinya bahwa penelitian harus
mempunyai kegunaan tertentu. Oleh karena itu, masalah penelitian harus
menyatakan suatu hubungan dan dapat diuji (untuk penelitian yang
menggunakan metode kuantitatif), masalah harus merupakan hal yang
penting, dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya, (original) dari gagasan
peneliti, tidak melakukan duplikasi dan baru (up date) dan belum pernah

141
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

diteliti orang lain. Apabila permasalahan penelitian sudah pernah diteliti


orang lain, maka dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain dengan
menggunakan paradigma yang berbeda, mencari fokus penelitian yang lain
atau menentukan lokasi yang berbeda. Masalah penelitian harus menarik
karena akan merangsang minat peneliti untuk meneliti. Ketertarikan terhadap
masalah juga bergantung pada minat, kepekaan dan pemahaman peneliti.

b. Fisibel
Masalah yang dipilih harus mempunyai unsur fisibilitas, artinya bahwa
masalah tersebut harus dapat dipecahkan. Hal ini berarti data serta metode
untuk memecahkan masalah harus tersedia, dibutuhkan biaya untuk
memecahkan masalah yang secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan, faktor tenaga dan waktu untuk memecahkan masalah harus
wajar serta biaya dan hasil harus seimbang.

c. Sesuai dengan kualifikasi peneliti


Masalah penelitian harus sesuai dengan kualifikasi peneliti, artinya bahwa
masalah penelitian haruslah menarik dan sesuai dengan kualifikasi peneliti.
Kemampuan peneliti untuk menggali dan mengidentifikasi masalah serta
mengetahui sumber-sumber dimana masalah penelitian tersebut diperoleh
dengan mudah masih menjadi kendala seorang peneliti, terutama peneliti
pemula. Sumber atau cara menentukan secara tepat bahwa suatu
permasalahan merupakan masalah penelitian, antara lain melalui observasi
(dibutuhkan kepekaan yang tinggi), studi literatur dan diskusi ilmiah.

4. Merumuskan Masalah Penelitian Sosial Kuantitatif


Adapun jenis-jenis rumusan masalah penelitian sosial kuantitatif:
a. Rumusan Masalah Deskriptif (Penelitian Deskriptif)
1) Berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri (satu
variable atau lebih)

142
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

2) Peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel lain dan
tidak mencari hubungan variabel tertentu dengan variabel yang lain

Contoh:
1) Seberapa baik kinerja kepala desa periode 2013-2018 di mata masyarakat?
2) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan kemudahan pengurusan sertifikat
yang diterapkan pemerintah?

b. Rumusan Masalah Komparatif


Membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda.
Contoh:
1) Adakah perbedaan antara produktivitas belajar antara siswa yang kos di
masyarakat umum, kos di pesantren dan tidak kos? (1 variabel pada 3
sampel)
2) Adakah perbedaan kemampuan dan disiplin kerja antara siswa perempuan
dan laki-laki di SMA? (2 variabel pada 2 sampel)

c. Rumusan Masalah Assosiatif (Hubungan Kausal)


Hubungan yang bersifat sebab akibat (variabel independen & dependen)
Contoh:
1) Adakah pengaruh antara frekuensi membaca buku pelajaran terhadap
prestasi belajar siswa?
2) Adakah pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa?

C. Rancangan Penelitian

Rancangan atau dikenal dengan proposal penelitian adalah pedoman yang


berisi langkah-langkah sistematis dan akan diikuti oleh peneliti dalam
melaksanakan kegiatan penelitiannya. Untuk itu proposal penelitian harus

143
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

dibuat sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman kegiatan yang
mudah diikuti. Pada dasarnya sistematika penulisan proposal penelitian
kuantitatif dan kualitatif adalah sama. Hanya dalam penelitian kuantitatif,
karena permasalahan yang diteliti sudah jelas, realita dianggap tunggal,
tetapui, teramati, pola fikir deduktif, maka proposal kuantitatif dipandang
sebagai pedoman baku untuk melaksanakan dan mengontrol kegiatan
penelitian. Sedangkan pada proposal kualitatif, realitas merupakan sesuatu
yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan pola fikir induktif,
sehingga permasalahan di lapangan yang akan diteliti belum sepenuhnya jelas,
sehingga proposal hanya sifatnya panduan awal saja dan selanjutnya
berkembang sesuai dengan obyek penelitian dan situasi sosial yang terjadi di
dalamnya. Sugiyono dengan mengutip pendapat Bogdan (Sugiyono, 2018:375)
mengibaratkan proposal kualitatif sebagai rencana rekreasi ke tempat wisata
yang baru pertama kali dikunjungi. Tempat-tempat yang akan dikunjungi telah
ditentukan, hal yang ingin diketahui pun baru sekedar gambaran umum,
sementara hal-hal detail yang akan diketahui di tempat tersebut akan
berkembang sesuai dengan fakta, situasi dan kondisi yang sesungguhnya ada
saat benar-benar telah berkunjung ke tempat tersebut.

Dalam memahami cara membuat proposal penelitian yang baik, diperlukan


pemahaman terlebih dahulu tentang format-format penelitian pendidikan
atau penelitian sosial. Ada dua format penelitian sosial bidang pendidikan
yang paling banyak dibahas atau diperbincangkan oleh para peneliti, yaitu: (1)
format penelitian kuantitatif; dan (2) format penelitian kualitatif. Semua
format penelitian kuantitatif, baik eksperimen maupun non-eksperimen
mempunyai kesamaan dalam melakukan tahap-tahap penelitian dari awal
hingga akhir, dan sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu tahap-tahap
penelitian tersebut perlu dirumuskan secara rinci dalam proposal penelitian.
Sedangkan dalam format penelitian kualitatif, proposal penelitian atau desain
penelitiannya tidak harus disusun secara rinci, karena sifat dari proposal
penelitian kualitatif adalah fleksibel, dan rancangan penelitiannya bisa dibuat

144
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

pada saat melakukan penelitian (tidak harus sebelum penelitian), disamping


itu rumusan masalah penelitian dalam penelitian kualitatif memungkinkan
terjadi perubahan, karena data dilapangan mengharuskan adanya perubahan.
Setiap rancangan penelitian kuantitatif harus disusun secara sistematis, logis,
terperinci sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman peneliti dalam proses
penelitiannya. Berikut ini uraian tentang proposal penelitian kuantitatif dan
kualitatif selengkapnya.

Proposal Penelitian Sosial Kuantitatif


Pada umumnya sistematika proposal penelitian kuantitatif, baik eksperimen
maupun non-eksperimen adalah sebagai berikut:
PENDAHULUAN
E. Latar Belakang Masalah
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Hasil Penelitian
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir Dalam Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Strategi Penelitian
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
C. Variabel dan Definisi Operasional
D. Instrumen Peneliian
E. Tehnik Pengumpulan Data
F. Tehnik Analisis Data
ORGANISASI, JADWAL DAN ANGGARAN PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
C. Anggaran Penelitian

145
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Unsur-unsur yang ada dalam proposal penelitian kuantitatif adalah sebagai


berikut.

Pendahuluan
Beberapa hal yang perlu diuraikan pada bagian pendahuluan adalah:
Pertama, latar belakang masalah. Pada bagian ini peneliti menjelaskan
tentang: (a) permasalahan yang muncul berkaitan dengan proses layanan
pendidikan di sekolah atau masalah pembelajaran di kelas sehari-hari, dan
permasalahan tersebut sangat menarik untuk diteliti. Perlu di pahami bahwa
yang disebut masalah adalah adanya suatu ‘penyimpangan dari apa yang
seharusnya (das sollen) dengan apa yang terjadi (das sain)’; atau
‘penyimpangan antara teori dengan praktik sehari-hari’; atau ‘penyimpangan
antara aturan dengan pelaksanaan sehari-hari’; (b) dari permasalahan
tersebut, kemudian peneliti mencari rujukan teori-teori dari sumber-sumber
laporan penelitian, jurnal ilmiah atau buku-buku ilmiah. Referensi yang
dijadikan rujukan tersebut adalah yang membahas tentang konsep-konsep
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu dalam
pemaparan latar belakang penelitian pada alinea pertama sebaiknya
diungkapkan tentang landasan-landasan teori atau das sollen dengan tetap
mencantumkan catatan kaki atau sumber rujukannya; (c) setelah
memaparkan landasan teori, kemudian pada alinea berikutnya peneliti
menjelaskan tentang realitas sehari-hari (das sain). Dari paparan antara das
sollen dengan das sain tersebut akan tergambar adanya kesenjangan antara
apa yang seharusnya (das sollen) dengan apa yang terjadi (das sain), dari
sinilah kemudian pada alinea berikutnya peneliti menjelaskan hal-hal yang
menjadi alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen atau
non-eksperimen.

Kedua, rumusan masalah. Masalah yang muncul berkaitan dengan proses


layanan pendidikan di sekolah tentunya sangat banyak, dalam hal ini peneliti
harus tegas dan fokus dalam memilih masalah, bahwa masalah yang

146
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

dirumuskan hanyalah yang sesuai dengan judul penelitian. Rumusan masalah


sebaiknya dalam bentuk kalimat tanya, dengan kalimat yang benar dan logis.

Ketiga, tujuan penelitian. Cara merumuskan tujuan penelitian dianggap paling


mudah, karena rumusan tujuan penelitian mengikuti rumusan masalah
penelitian, caranya tinggal membuang kata tanya yang ada di depan kalimat
rumusan masalah penelitian dan membuang tanda tanya di akhir kalimat
rumusan masalah penelitian. Jadi, rumusan tujuan penelitian tidak boleh
menyimpang dari rumusan masalah penelitian.

Kelima, manfaat penelitian. Pada bagian ini perlu diuraikan pentingnya atau
manfaat penelitian itu dilakukan. Penjelasan tentang manfaat penelitian ini
minimal menyangkut tiga hal, yaitu: (a) manfaat bagi peserta didik dalam
meningkatkan prestasi belajar; (b) manfaat bagi peneliti atau guru, misalnya
‘diharapkan hasil penelitian ini dapat memotivasi peneliti untuk melakukan
kajian atau penelitian lanjutan, dan mendorong guru lain untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan profesinya’; dan (c)
manfaat bagi lembaga atau sekolah, misalnya ‘dapat menambah referensi atau
bahan bacaan di perpustakaan sekolah, atau dapat memberi masukan bagi
kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas proses layanan pendidikan di
sekolah’.

Landasan teori, kerangka berpikir dan hipotesis


Pada bagian ini peneliti perlu menjelaskan tentang tiga hal, yaitu:
Pertama, deskripsi teori. Dalam mendeskripsikan teori, hal-hal yang perlu
dijelaskan antara lain: (a) landasan teori yang akan dijadikan sebagai rujukan
dalam penelitian. Teori-teori yang dipilih adalah yang revelan dengan
variabel-variabel penelitiannya; (b) uraian tentang landasan teori tersebut
diharapkan mampu memberikan jawaban sementara dari hipotesis penelitian.
Jadi, jawaban hipotesis pada bagian ini adalah berdasarkan kajian-kaijan teori
atau kajian pustaka, dan secara jujur peneliti tetap konsisten untuk

147
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

mencantumkan catatan kaki atau rujukannya; (c) uraian dalam landasan teori
ini sebaiknya disusun secara rinci, detail, dan berkaitan dengan variabel
penelitian, berdasarkan laporan-laporan penelitian terdahulu, atau
berdasarkan jurnal-jurnal ilmiah, atau buku-buku ilmiah; dan (d) dalam
menyusun deskripsi teori ini sebaiknya tidak hanya sekedar mengutip
pandangan atau pendapat dari para ahli, tetapi betul-betul berdasarkan pada
teori-teori yang telah teruji.

Perlu dipahami oleh setiap peneliti llmu sosial, bahwa apabila peneliti akan
memilih teori-teori ilmu sosial tertentu untuk dijadikan sebagai orientasi
penelitian, maka teori yang cocok untuk pendekatan penelitian kuantitatif
adalah teori-teori yang berparadigma fakta sosial atau teori yang termasuk
dalam payung pandangan positivis, jangan sampai salah memilih paradigma
teori, misalnya, pendekatan penelitiannya adalah kuantitatif, kemudian
orientasi teorinya menggunakan paradigma definisi sosial atau berparadigma
konstruktivis (hal ini adalah langkah pemilihan teori yang salah).

Kedua, kerangka berpikir dalam penelitian. Kerangka berpikir dalam


penelitian adalah suatu model konseptual yang menggambarkan hubungan
antara orientasi filosofi, teori, pendekatan penelitian dan variabel serta sub-
variabel penelitian serta analisis data. Kriteria kerangka berpikir penelitian
yang baik adalah mampu menjelaskan secara konseptual atau teoritis
hubungan antar variabel yang akan diteliti dengan jenis pendekatan penelitian
dan analisis data secara jelas. Jadi, perlu dijelaskan hubungan antara variabel
independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).
Meskipun dalam penelitian kuantitatif tersebut hanya membahas satu variabel
secara mandiri, dalam kerangka berpikir tetap dijelaskan argumentasi
terhadap variasi besaran variabel (sub variabel) yang diteliti (Sugiyono,
2007).

148
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Ketiga, hipotesis penelitian. Setelah peneliti melakukan kajian teori sesuai


dengan fokus masalah yang akan dikaji dan menyusun kerangka berfikir
dalam penelitian, langkah berikutnya adalah menyusun hipótesis penelitian.
Pengertian hipotesis adalah kesimpulan sementara yang perlu diuji melalui
penelitian. Perumusan hipotesis penelitian dalam format penelitian kuantitatif
adalah sangat penting. Ada beberapa fungsi hipotesis, antara lain: (a) hipotesis
dapat memberi arahan yang jelas tentang fokus penelitian; (b) hipotesis dapat
berfungsi sebagai guide selama proses penelitian; (c) eksistensi penelitian
kuantitatif yang terpenting adalah untuk menguji hipotesis; dan (d) hipotesis
dapat memberi batasan atau ruang lingkup yang akan dianalisis dalam
penelitian (Kerlinger, F.N.,1980; Chadwick, A.B.,dkk., 1984). Ada beberapa
syarat perumusan hipotesis penelitian, yaitu: (a) harus menunjukkan
keterkaitan dengan teori dan masalah yang diteliti; (b) hipotesis harus
memungkinkan untuk dijawab melalui penelitian; dan (c) hipotesis harus
dapat diuji atau terukur oleh data empirik (Soerjabrata, S., 1983; Hadi, S.,
2004). Contoh perumusan dan macam-macam hipotesis penelitian lihat pada
pembahasan di Bab IV.

Metode Penelitian
Pertama, pendekatan dan strategi penelitian. Dalam proposal penelitian
kuantitatif perlu dijelaskan tentang pendekatan dan strategi penelitian apa
yang dipakai untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan untuk menguji
hipotesis penelitian. Contoh rumusan pendekatan dan strategi penelitian
adalah, ‘Dalam rangka menjawab rumusan masalah penelitian sebagaimana
yang tercantum pada bab pendahuluan, maka pendekatan penelitian yang
dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan strategi
penelitian eksperimen’, dan seterusnya.

Kedua, Populasi dan sampel penelitian. Dalam proposal penelitian kuantitatif


harus dijelaskan tentang populasi dan sampel penelitian yang nantinya
dijadikan sebagai sumber data. Apabila penelitian kuantitatif tersebut

149
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

bertujuan untuk menggeneralisasi fenomena (kesimpulan data sampel yang


dapat diberlakukan untuk populasi penelitian) maka sampel yang digunakan
harus representatif. Bagaimana cara pengambilan sampel penelitian, lihat
pembahasan pada bab IV.

Ketiga, Variabel dan Definisi operasional. Pada penelitian kuantitatif, baik


bentuk eksperimen maupun non-ekperimen harus merumuskan variabel dan
definisi operasionalnya, karena seluruh proses penelitian kuantitatif dan
indikator-indikator yang akan dikaji harus sudah jelas secara rinci
dirumuskan dari awal sebelum melakukan penelitian, atau tidak boleh
berubah pada saat penelitian berlangsung. Rumusan definisi operasional
adalah menjelaskan tentang: (a) uraian tentang variabel atau aspek dan
hubungan antar variabel atau aspek yang menggambarkan keadaan atau
perilaku yang dapat diukur atau diamati; (b) menggambarkan hierarki dan
keluasan segi yang dicakup oleh variabel atau aspek tersebut. Dalam hal ini
perlu dijelaskan sub-sub variabelnya, yang kemudian dari sub variabel inilah
disusun instrumen penelitian; dan (c) definisi variabel atau aspek yang
menjadi acuan dalam menyusun instrumen penelitian. Definisi hubungan
antar variabel atau aspek menjadi acuan dalam analisis statistik. Dalam
merumuskan definisi operasional bisa dirumuskan dalam bentuk deskripsi
(uraian kalimat) atau dalam bentuk bagan (dibuat lima kolom, yaitu kolom 1
tentang konsep judul penelitian, kolom 2 tentang variabel penelitian, kolom 3
tentang sub variabel/ indikator, kolom 4 tentang metode pengumpulan data,
dan kolom 5 tentang strategi analisis data).

Keempat, instrumen penelitian. Pengertian dasar dari instrumen penelitian


antara lain: (a) instrumen penelitian menempati posisi penting dalam hal
bagaimana dan apa yang harus dilakukan dalam memperoleh data penelitian;
(b) instrumen penelitian merupakan bagian relatif rumit dari proses
penelitian, karena kesalahan dalam menentukan instrumen penelitian bisa
dipastikan suatu penelitian kuantitatif dianggap gagal; dan (c) instrumen

150
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

penelitian kuantitatif mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai substitusi


(pengganti) peneliti dalam mengumpulkan data dan sebagai alat suplemen
(pelengkap) peneliti dalam mengumpulkan data (karena beragam alat bantu
bisa dipakai oleh peneliti) (Bungin, B., 2001). Contoh salah satu instrumen
dalam penelitian kuantitatif adalah angket penelitian. Jadi, dalam proposal
penelitian kuantitatif harus dijelaskan tentang: (a) instrumen apa saja yang
akan digunakan dalam penelitian; (b) skala pengukuran yang ada pada setiap
jenis instrumen; dan (c) prosedur pengujian validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian. Bagaimana cara membuat instrumen penelitian dan
cara mencari validitas-reliabilitas instrumen, lihat pembahasan pada bab IV.

Kelima, metode pengumpulan data. Dalam menguraikan tentang metode


pengumpulan data, yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah ketepatan
dalam memilih teknik atau metode pengumpulan data, sehingga betul-betul
akan diperoleh data yang valid dan reliabel. Oleh karena itu tidak semua teknik
pengumpulan data dicantumkan kalau sekiranya tidak diperlukan dan tidak
dilaksanakan. Untuk jenis penelitian kuantitatif bisa menggunakan metode
pengumpulan data antara lain: (a) angket/kuesioner; (b) tes; (c) observasi
terstruktur (bukan observasi partisipatif); dan (d) wawancara terstruktur
(bukan wawancara mendalam atau takterstruktur).
Metode pengambilan data dalam penelitian kualitatif dapat meliputi data
primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan cara :
1) Observasi atau pengamatan secara langsung dilapangan, observasi ini
menjadi tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam mengamati
subjek penelitian. Peneliti diharuskan dapat memposisikan diri dan tidak
terbawa akan segala peritiwa yang sedang dialami subjek yang akan
diteliti (Salim, 2006).
2) Wawancara mendalam dengan subjek penelitian hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi secara mendalam untuk menggali semua
yang menjadi permasalahan dalam penelitian secara lengkap.
Wawancara ini dilakukan secara terstruktur dengan menyiapkan

151
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

pedoman wawancara yang telah disusun serta sudah disesuaikan


dengan penggunaan tema atau teori-teori yang akan digunakan
(Salim,2006). Sebelum melakukan wawancara peneliti kemungkinan
akan mengatur waktu dan lokasi sebelum melakukan wawancara, selain
itu pada proses wawancara dibangun secara efektif sesuai pedoman
wawancara yang telah disiapkan. Akan tetapi peneliti dapat lebih kritis
lagi dalam menggali informasi dan data-data yang dibutuhkan pada saat
wawancara dilakukan.
3) Dokumentasi yang berarti suatu pengumpulan data-data sebagai
pendukung dari penelitian. Dokumentasi dapat diambil dari berbagai
media yang dapat menunjukkan permasalahan yang sedang terjadi baik
berupa foto, gambar maupun dokumen-dokumen pendukung lain yang
dapat menunjukkan kegiatan yang dilakukan oleh sesuatu yang sedang
diteliti.
Selanjutnya, Data sekunder yaitu dapat dilakukan dengan berbagai referensi
sumber bacaan dari buku, jurnal dan media online lainnya sebagai sumber
pendukung informasi yang sudah didapatkan.

Keenam, Analisis data. Dalam proposal penelitian kuantitatif sudah harus


dijelaskan tentang teknik analisis data yang akan dipakai dalam menjawab
rumusan masalah dan pengujian hipotesis penelitian kuantitatif. Oleh karena
itu dalam memilih jenis analisis statistik tertentu harus dijelaskan alasan atau
argumentasi. Misalnya, analisis data statistik yang dipakai adalah dengan
rumus Test ”t”; atau menggunakan Chi Kuadrat (untuk mengetahui uji
perbedaan); atau menggunakan Korelasi Product Moment (untuk uji korelasi),
dan sebagainya, maka peneliti perlu menjelaskan alasan-alasan mengapa
menggunakan rumus statistik tersebut dalam melakukan analisis data
penelitian.
Teknik analisis data yang dikemukakan oleh Milles dan Hubberman yang
meliputi 3 tahap yaitu : 1, reduksi data atau pengumpulan data yang berarti
proses pemilihan untuk penyederhanaan atau abstraksi. Pada tahap ini

152
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

dilakukan pemilihan sesuai fokus yang ada pada penelitian. Pemilihan ini
dilihat mulai dari hasil observasi, wawancara hingga dokumentasi.

2, display data atau penyajian data yang berarti deskripsi dari berbagai
sumber informasi yang sudah tersusun sehingga dapat dijadikan peneliti
dalam pengambilan kesimpulan atau pengambilan tindakan, dalam
penyajian data ini berupa teks naratif (Salim, 2006). Pada tahap ini peneliti
melakukan penyajian data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dalam
bentuk catatan naratif. Sehingga dari penyajian tersebut dapat dilakukan
pengambilan kesimpulan.

Organisasi, jadwal dan anggaran penelitian


Pertama, Organisasi penelitian. Apabila proses penelitian itu dilakukan oleh
Tim (beberapa orang) dan ada pihak lain atau lembaga tertentu yang menjadi
sponsor proses penelitian, maka dalam proposal perlu disusun organisasi
penelitian, misalnya siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi
anggotanya, serta disebutkan lembaga yang mensponsorinya. Tetapi apabila
proses penelitian itu dilakukan secara mandiri dan tidak ada lembaga yang
mensponsorinya maka organisasi penelitian tidak perlu dirumuskan, langsung
membuat jadwal penelitian.

Kedua, Jadwal penelitian. Setiap proposal penelitian kuantitatif sebaiknya


dilengkapi dengan jadwal kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Dalam
jadwal penelitian berisi tentang tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan termasuk berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses
penelitiannya. Berikut ini merupakan contoh dalam pembuatan jadwal
penelitian kuantitatif.

Ketiga, anggaran penelitian. Dalam proposal penelitian sebaiknya


dicantumkan rincian dana yang diperlukan selama proses penelitian, terlebih
lagi apabila penelitian tersebut didukung oleh sponsor atau lembaga tertentu
yang membiayainya. Sedangkan apabila penelitian itu dibiayai secara mandiri

153
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

(tidak didanai oleh sponsor) maka perincian dana penelitian dalam proposal
tidak harus dirumuskan.

Proposal penelitian sosial kualitatif


Pada umumnya sistematika proposal penelitian kualitati adalah sebagai
berikut:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Hasil Penelitian
LANDASAN TEORI
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Strategi Penelitian
B. Setting atau Lokasi Penelitian
C. Sampel dan Instrumen Penelitian
D. Metode Pengumpulan Data
E. Analisis Data
ORGANISASI, JADWAL DAN ANGGARAN PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
C. Anggaran Penelitian

Jika memperhatikan sistematikanya maka hal yang berbeda dengan proposal


kuantitatif adalah pada bagian: 1) Fokus penelitian, yaitu batasan obyek dan
situasi sosial tertentu yang akan diteliti. Penentuan fokus penelitian ini
didasarkan atas hasil studi penahuluan, pengalaman, referensi atau pendapat
orang yang dipandang ahli. Fokus penelitian ini juga sifatnya sementara,
karena bisa berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. 2)
Tidak adanya hipotesis, sebab penelitian kualitatif tidak dalam rangka menguji
toeri namun berusaha menggali lebih dalam tentang teori dan
implementasinya di lapangan bahkan mengembangkan dan menemukan teori,
dan 3) Setting dan Lokasi penelitian, yaitu penjelasan tentang tempat dan
obyek penelitian secara detail sehingga memberikan gambaran yang jelas
hubungan antara lokasi dengan fokus penelitian yang akan diteliti dan digali

154
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

informasinya. Pada penelitian kualitatif setting dan lokasi penelitian menjadi


sangat bermakna karena dapat menunjukkan ketepatan dan kepercayaan
penelitian secara keseluruhan. Hal ini kembali lagi karena seting dan lokasi
penelitian harus terkait dengan fokus penelitian yang akan diteliti. Selain dua
hal tersebut, penjelasan komponen proposal penelitian kualitatif lainnya
adalah sama dengan penelitian kuantitatif.

Contoh Proposal Penelitian

Judul Proposal:
Dampak Pengembangan Program Desa Berbasis Wisata Pada
Perubahan Sosial Masyarakat Desa Sukamaju Kecamatan
Sumbermekar

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan salah satu upaya strategis dalam pembangunan desa
yang mulai dikembangkan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerah. Hal tersebut
dikarenakan pariwisata merupakan sektor terunggul dalam perekonomian
dunia. Pariwisata dianggap telah termasuk dalam model industri dengan gaya
baru yang dapat meningkatkan peningkatan dalam segi ekonomi masyarakat
melalui adanya kemunculnya lowongan kerja dengan terbukanya ruang kerja
dalam lokasi wisata, sehingga secara tidak langsung dapat menambah
pendapatan masyarakat (Pratiwi, 2017).

Keberadaan pariwisata dalam suatu desa dapat menjadi peluang dalam


peningkatan sektor ekonomi. Menurut JJ Spilance (dalam Sabtimarlia, 2015)
terdapat peranan dari pariwisata dalam pembangunan yaitu meliputi tiga
aspek mulai dari aspek ekonomi yang dapat menjadi peningkatan pada devisa
negara, aspek sosial sebagai pembuka lapangan kerja,serta aspek budaya
sebagai wadah menunjukkan budaya yang ada kepada masyarakat secara luas.
Oleh karena itu pembangunan pada sektor pariwisata pada dasarnya
merupakan upaya dalam meningkatkan serta memanfaatkan objek wisata
sebagai daya tarik tersendiri yang diwujudkan dalam keindahan alam,
keragaman hayati, tradisi budaya, hingga berbagai peninggalan yang
bersejarah lainnya (Mariana,2016). Sehubungan dengan itu dapat diketahui
bahwa pariwisata tidak hanya berperan dalam peningkatan ekonomi, akan
tetapi juga dapat memberikan pengaruh akan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat.

155
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Sekitar tahun 2017 pengembangan wisata ini mulai terlihat dikalangan


masyarakat luas, dimana konsep wisata yang ditawarkan yaitu bernuansa
alam dilengkapi berbagai pilihan spot-spot foto dengan menampilkan gaya
anak muda kekinian. Munculnya objek wisata baru yang berada ditengah-
tengah kehidupan masyarakat desa tersebut tentunya akibat adanya proses
dari pengembangan program yang dijalankan oleh masyarakat setempat,
sehingga terdapat berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat mulai dari aspek sosial, ekonomi hingga budaya. Keberadaan
wisata ini menjadikan masyarakat di Desa Tanjungan mengalami perubahan
karena secara tidak langsung terbentuknya desa wisata tersebut menjadikan
masyarakat harus mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Perubahan ini dapat dilihat melalui beberapa aspek yaitu dari aspek sosial
yang berarti segala bentuk perubahan yang terjadi dalam struktur sosial
masyarakat. Aspek ekonomi yang berarti adanya perubahan dalam pola mata
pencaharian serta pendapatan masyarakat. Hal tersebut seperti munculnya
ruang kerja baru bagi masyarakat setelah adanya wisata. Aspek budaya berarti
adanya perubahan budaya pada masyarakat setempat misalnya perubahan
tradisi yang mengikuti tuntutan zaman yang semakin modern. Adanya
berbagai perubahan sosial dalam masyarakat tersebut juga mencerminkan
adanya dinamika sosial dimana masyarakat akan terus mengalami perubahan
dan perkembangan dalam kehidupan sosialnya.

Pengembangan desa wisata di Desa Sukamaju berawal dari swadaya


masyarakat dengan melihat potensi air terjun dan kondisi geografis desa yang
dikelilingi oleh hutan pinus di sebelah barat dan kebun teh di sebalah
selatannya. Selama hampir 1 tahun berjalan, meski tidak maksimal namun
usaha masyarakat mulai nampak perkembangannya yaitu mulainya
masyarakat umum sekitar Desa Sukamaju mengenal dan mengunjungi lokasi-
lokasi yang menjadi pusat kegiatan desa wisata terutama di titik air terjun,
hitan wisata dan kebun teh. Tahun 2015 mulai lah potensi tersebut dilirik oleh
pemerintah, seiring itu pula titik-titik wisata desa Sukamaju tersebut beredar
luas (viral) di media sosial dan liputan media masa. Maka di tahun 2016 dan
2017 perkembangan wisata di Desa Sukamaju menjadi pesat dengan
bermunculnya pusat-pusat bisnis penunjang wisata seperti toko oleh-oleh dan
suvenir, pusat kuliner, penginapan dan sebagainya. Maka terhitung sejak
2014 sampai 2018 desa tersebut dikenal dengan Desa Wisata Sukamaju.
Seiring dengan hal tersebut, perekonomian masyarakat menjadi berkembang
pesat.

Secara konsep, program pengembangan desa berbasis wisata yang dilakukan


bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki desa dengan
melakukan revitalisasi sebuah waduk yang dulunya masih belum terberdaya
agar dapat dikembangkan sebagai objek wisata. Melalui kegiatan revitalisasi
diharapkan mampu meningkatkan potensi dari daerah melalui sumber daya
yang dimiliki dengan dikembangkannya berbagai program pengembangan
desa wisata yang mengambil konsep ekowisata. Program tersebut dilakukan

156
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

dengan kerjasama dari pemerintah dan masyarakat yang dimulai sekitar tahun
2010. Selain itu program yang dikembangkan sekaligus menjadi sarana
pengembangan desa serta pemberdayaan masyarakat melalui potensi yang
ada dimiliki daerah. Desa wisata Sukamaju memang telah membuktikan
keberhasilan program pengembangan desa wisata.

Selain berdampak ekonomi, adanya pengembangan desa berbasis wisata yang


berhasil, terindikasi berdampak pula pada perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat pasca berkembangnya desata wisata. Menurut Robert H Lauer
(dalam Muslim, 2012) mengartikan terkait dengan perubahan sosial
merupakan suatu gejala sosial pada kehidupan masyarakat baik dalam tingkat
individu maupun tingkat masyarakat secara luas. Sedangkan menurut Gillin
dan Gillin (dalam Muslim, 2012) mengartikan terkait dengan perubahan
sosial merupakan adanya keanekaragaman sebagai suatu cara hidup yang
dapat diterima masyarakat, baik sebab perubahan secara geografis, budaya,
unsur penduduk, gagasan hingga inovasi-inovasi baru yang diciptakan oleh
masyarakat. Perubahan yang terjadi pada setiap kehidupan masyarakat
tersebut dapat terjadi dalam segala bidang mulai dari industri, pertanian,
pendidikan hingga pariwisata. Saat ini muncul upaya pengembangan desa
khususnya dalam pengembangan pada sektor wisata yang menjadi strategi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka menjadi menarik diteliti bagaimana


perubahan sosial masyarakat setelah berhasil mengembangkan program desa
berbasis wisata di Desa Sukamaju.

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini akan fokus pada perubahan sosial masyarakat di Desa Wisata
Sukamaju setelah berhasil mengembangkan program desa wisatanya.

C. Rumusan Masalah
Bagaimana perubahan sosial masyarakat setelah berhasil mengembangkan
program desa wisata di Desa Sukamaju?

D. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengidentifikasi keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
Desa Sukamaju sebelum adanya pengembangan program desa berbasis
wisata.
2) Untuk mengidentifikasi proses keberhasilan program pengembangan desa
berbasis wisata di Desa Sukamaju.
3) Untuk mengidentifikasi keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
Desa Sukamaju setelah berhasil mengembangkan program desa berbasis
wisata di Mojokerto.
4) Untuk menganalisis proses perubahan sosial masyarakat desa Sukamaju
setelah berhasil mengembangkan program desa berbasis wisata dengan
menggunakan teori sosiologi.

157
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

E. Manfaat Penelitian
Menjadi bahan referensi terkait dampai positif dan negatif yang mungkin
terjadi pada masyarakat desa yang mengalami sebuah perubahan cukup
signifikan pada situasi dan kondisi perekonomiannya, yaitu pada desa yang
awalnya berbasis agraris berubah menjadi desa berbasis wisata, terutama pada
sisi perubahan sosial masyarakatnya. Dengan demikian menjadi sumber
informasi terkait bagaimana proses perubahannya, sisi atau komponen
perubahannya dan efek dari perubahannya.

Bab II Kajian Pustaka


A. Perubahan Sosial Masyarakat
Menurut Himes dan Moore (dalam Cholifah, 2017) perubahan sosial terjadi
dalam 3 aspek yaitu : Aspek struktural, yang melihat perubahan dalam
struktur masyarakat yang meliputi perubahan peranan baru, struktur kelas dan
lembaga sosial. Aspek kultural, yang melihat perubahan dalam penemuan
baru pada kebudayaan dengan adanya teknologi yang membuat kehidupan
masyarakat semakin efektif dalam memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut
berakibat adanya pengaruh dari kebudayaan lain yang dapat menyebabkan
perubahan dalam budaya masyarakat atau pembauran budaya. Aspek
interaksional, yang melihat dalam hubungan yang ada pada kehidupan
masyarakat yang meliputi perubahan dalam bentuk interaksi.

Perubahan sosial masyarakat dalam perspektif teori structural fungsional


melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang saling berhubungan dalam
menciptakan keseimbangan. Jika adanya perubahan yang terjadi pada suatu
tatanan masyarakat maka akan ikut membawa perubahan juga pada sisi
lainnya. Dinamika sosial dalam struktur mempelajari suatu perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Sehingga struktur sosial yang ada dalam
masyarakat memberikan potensi dalam menstabilkan, ketertiban, struktur
organisasi atau nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Pandangan dari teori
struktural fungsional ini melihat setiap perubahan yang dianggap membawa
manfaat maka akan diterima oleh masyarakat dan sebaliknya jika tidak dapat
memberikan manfaat maka akan ditinggalkan sehingga lebih memilih sesuatu
yang memiliki daya guna tinggi (Hatu, 2013).

Menurut Parsons terdapat beberapa tipe jenis proses perubahan yaitu :


Pertama, Keseimbangan yang berarti proses menyeimbangkan dari
permasalahan yang ada pada sistem sosial. Kedua, Perubahan structural yang
meliputi adanya perubahan secara ekonomi. Ketiga, Diferensiasi structural
yang berarti perubahan dalam sistem yang tidak membuat perubahan secara
keseluruhan. Keempat, Evolusi yang berarti suatu proses dalam
menggambarkan suatu perkembangan masyarakat secara setiap waktu
(Lauer, 1993).

Perubahan sosial yang dikemukakan oleh Parsons merupakan perubahan


yang terjadi secara evolusi atau perubahan secara bertahap dan cenderung

158
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

menjadi terstruktur. Asumsi yang dimukakan adalah memprioritaskan


analisis yang teratur dalam struktur yang terdapat di masyarakat. Parsons juga
memberikan pembeda terkait empat aspek yang terdapat dalam skema
tindakan (AGIL) seperti : Aspek ekonomi, yang berkaitan dengan fungsi
adaptasi masyarakat untuk menyesuaikan kondisi lingkungannya seperti
melalui produktivitas kerja. Hal tersebut berfungsi dalam penyesuaian pada
kebutuhan dari masyarakat dan dapat membantu masyarkat untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada didalam lingkungan sosialnya.
Aspek politik, yang berkaitan dengan fungsi dalam mencapai tujuan melalui
tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat serta adanya penggerak dalam
menumbuhkan potensi sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan
tersebut. Aspek hukum, yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang dapat
dilakukan dengan mengkoordinasi masyarakat dalam setiap kegiatan yang
ingin dicapai, hal tersebut dapat dilakukan oleh organisasi atau komunitas.
Aspek kepercayaan, yang berkaitan dengan fungsi dalam pemeliharaan pola
melalui pelestarian budaya yang ada dalam masyarakat seperti adanya nilai-
nilai atau norma dalam meningkatkan motivasi yang ada dalam masyarakat
(Ritzer, 2012).

Gambar 1
Adaptasi Pencapaian Tujuan
(Ekonomi) (Pemerintah)
Integrasi Pemeliharaan Pola
(Organisasi) (Sistem Kepercayaan
atau Budaya)
Sumber : Skema masyarakat dan sistem fungsional (Ritzer, 2012)

Pandangan teori ini akan digunakan dalam melihat proses perubahan sosial
masyarakat pasca adanya program pengembangan desa berbasis wisata akan
melihat terkait adanya program dalam menciptakan perubahan sosial pada
masyarakat di Desa Tanjungan, Mojokerto. Perubahan sosial menurut
Parsons tersebut memandang tindakan masyarakat dengan skema AGIL
(Adaptation, Goal attainment, Integration,Latensi). Jika dikaitkan dengan
penelitian yang akan dilakukan dengan skema tersebut dapat dijelaskan
melalui :

Pertama, Adaptasi berarti bagaimana individu atau kelompok masyarakat


dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sesuai dengan
kebutuhannya. Perubahan sosial yang terjadi terdapat dalam masyarakat itu
sendiri, namun perubahan yang terjadi akibat adanya pengarahan dari
program yang mulai dikembangkan dalam menciptakan suatu perubahan
melalui adanya wisata. Fungsi dari adaptasi disini terkait dengan aspek
ekonomi dalam masyarakat. Ketika berada disuatu lingkungan sosial pasca
pengembangan program desa wisata masyarakat harus mampu beradaptasi
dalam lingkungan baru dengan adanya wisata yang dibangun sehingga dapat
memberikan bentuk perubahan pola pemikiran dan pola perubahan mata

159
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

pencaharian yang akan menumbuhkan keinginan untuk maju dengan


mencoba dari adanya peluang usaha dalam peningkatan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.

Kedua, Pencapaian Tujuan (Goal attainment) yang berarti tindakan yang


dilakukan individu atau kelompok masyarakat terkait fungsi dalam mencapai
tujuan. Jika dikaitkan dengan penelitian yang akan dilakukan fungsi
pencapaian tujuan ini berkaitan dengan aspek politik yang ada dalam
masyarakat. Perubahan sosial yang ada lingkungan wisata pada fungsi ini
bertujuan untuk peningkatan dalam jangka panjang dengan menstabilkan
pengembangan desa wisata. Hal tersebut berkaitan dengan aspek politik
dimana pengembangan desa wisata disini adanya peran dari pemerintah dan
lembaga yang menjadi fasilitator dan pendukung dana dalam mendukung
pencapaian tujuan dengan terciptanya desa wisata.

Ketiga, Integrasi yang berarti bagaimana individu atau kelompok masyarakat


dapat terkoordinasi terkait fungsi dari tujuan yang ingin dicapai. Perubahan
sosial dalam fungsi ini berkaitan dengan aspek sosial, dimana terdapat adanya
kelompok masyarakat dalam suatu organisasi dalam mendukung terciptanya
pengembangan desa wisata untuk menciptakan pembangunan desa, maka dari
itu peran organisasi sangat mendukung dalam menginformasikan kepada
masyarakat luas pada setiap kegiatan pengembangan desa wisata, hal ini juga
harus sesuai dengan kesepakatan bersama dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan demi menciptakan keberhasilan program dalam pengembangan
desa wisata.

Keempat, Pemeliharaan Pola yang berarti bagaimana individu atau kelompok


masyarakat dapat tetap menjaga pola dan motivasi yang telah dibangun dalam
lingkungan agar tetap berjalan baik seperti yang semestinya. Perubahan sosial
dalam fungsi ini berkaitan dengan aspek budaya atau kepercayaan yang ada
dalam masyarakat, dimana keberadaan desa wisata yang dibangun juga dapat
melambangakan kebudayaan yang dimiliki oleh desa sebagai pemeliharaan
atau pelestarian budaya yang mulai ditampilkan dalam bentuk atraksi yang
ada dilokasi wisata. Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dalam
mengembangkan motivasi-motivasi masyarakat terkait dengan nilai dan
norma yang sudah ada. Skema yang dikemukakan oleh Parsons tersebutlah
yang akan digunakan dalam melihat fenomena dalam penelitian ini untuk
melihat proses masyarakat dalam mengalami perubahan yang terjadi pasca
adanya program pengembangan desa wisata setelah adanya revitalisasi
Wisata Desa Sukamaju.

Desa Wisata
Desa wisata merupakan suatu lokasi dimana di daerah pedesaan yang
menawarkan suasana dengan mencerminkan kemurnian desa baik secara
sosial, ekonomi, budaya, adat istiadat dengan bangunan yang khas dan unik
yang dapat dikembangkan menjadi potensi wisata seperti sebuah penampilan,

160
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

makanan atau minuman hingga kebutuhan wisata lainnya. Menurut


Hadiwijoyo (dalam Pamungkas, 2015) terdapat dua komponen utama yang
ada di desa wisata yaitu : Pertama, Akomodasi yang berarti desa wisata
berada dalam tempat tinggal dari sebagian masyarakat setempat yang
berkembang sehingga menyesuaikan konsep tempat tinggal dari masyarakat.
Kedua, Atraksi yang berarti kehidupan keseharian masyarakat setempat
diatur dengan lokasi desa yang memungkinkan adanya informasi yang dapat
mengundang wisatawan dalam berpartisipasi dalam kegiatan misalnya
adanya kegiatan budaya yang ditampilkan dilokasi wisata.

Program Pengembangan Desa Berbasis Wisata


Program pengembangan desa merupakan suatu program yang disusun oleh
lembaga pemerintah atau masyarakat dengan upaya untuk meningkatkan
potensi yang dimiliki oleh suatu desa sebagai bentuk pengembangan sumber
daya baik dalam peningkatan kualitas sumber daya alam maupun sumber
daya manusia. Program yang dijalankan memiliki konsep tersendiri dalam
setiap daerah seperti salah satunya yaitu terkait program pengembangan desa
berbasis wisata. Adanya program pengembangan desa berbasis wisata ini
mengambil potensi yang dimiliki oleh daerah dengan membangun atau
menciptakan objek wisata dalam suatu daerah sebagai bentuk pengembangan
kualitas desa. Pembentukan program pengembangan desa wisata ini seperti
halnya yang terjadi di Desa Tanjungan, Mojokerto dimana terdapat salah satu
program pengembangan desa berbasis wisata yang dilakukan dengan program
kemitraan yang dijalankan oleh salah satu Universitas, Pemerintah dan
Masyarakat. Program tersebut merupakan salah satu program Ipteks bagi
Wilayah (IbW) yang mengambil tema pengembangan wisata disuatu daerah
dengan basis pemberdayaan masyarakat. Pembentukan program dilakukan
dengan merancang beberapa visi dan misi yang akan dikembangkan dalam
pengembangan wisata yang diwujudkan dalam pembaharuan sebuah waduk
yang dijadikan sebagai objek wisata dengan konsep ekowisata.

Pengembangan program tersebut tidak lain karena adanya latar belakang dari
beberapa permasalahan yang terdapat di masyarakat, hal tersebut meliputi :
a. Ketidakmampuan dalam melaksanakan pembangunan baik dalam
kehidupan pribadi hingga masyarakat pada zaman modern saat ini.
b. Ilmu pengetahuan dan teknologi dari perguruan tinggi masih belum dapat
terealisasikan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.
c. Terdapat adanya potensi dari sumber daya alam atau lingkungan hingga
masyarakat yang masih belum dimanfaatkan secara optimal.
d. Kurangnya keprofesionalan dari penataan fisik wilayah yang dimiliki
daerah.

Adanya program pengembangan desa wisata yang dijalankan di Desa


Tanjungan tersebut memiliki tema dengan Visi “Tanjungan Persada” yang
berarti Permai, Sejahtera, Aman serta Damai. Permai, yang artinya terkait
dengan keelokan dan keindahan agar bagus dipandang dengan melakukan

161
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

beberapa strategi yaitu melalui penghijauan dengan pembibitan dan


perawatan tanaman serta menjaga kebersihan di area lokasi wisata. Sejahtera,
yang artinya dari masyarakat telah mampu mendapatkan kehidupan
selayaknya dengan melalui berbagai pelatihan dan pembinaan wirausaha dan
pertanian serta memberikan fasilitas usaha untuk meningkatkan kreativitas
yang dimiliki warga baik dari aspek sosial dan budaya dan menyimpan hasil
karya masyarakat dilokasi wisata. Aman, yang artinya bebas dari segala
permasalahan baik dari tindak kejahatan, kualitas pangan, pembuangan
limbah, keamanan beribadah, bebas narkoba, hingga melestarikan satwa yang
ada dari pemburuan liar dengan melalui pembangunan lokasi wisata yang
dilengkapi parkir, area beribadah, pembinaan remaja, adanya peraturan
daerah dan lain sebagainya. Damai, yang artinya hidup tanpa konflik dengan
selalu menjunjung nilai gotong royong di dalam masyarakat dengan
membangun pola pemikiran masyarakat secara lebih maju melalui beberapa
kegiatan seperti kerja bakti, sosialisasi, serta pelatihan-pelatihan bagi
masyarakat.

Selain itu terdapat misi yang dibangun yaitu terkait dengan pengembangan
wisata meliputi : pengembangan pengelolaan desa yang berbudaya serta
berwawasan lingkungan, menumbuhkan dan mengembangkan usaha
masyarakat dengan kreativitas dan produktif dari potensi sumber daya yang
dimiliki daerah, serta mengembangkan kerja sama secara produktif
(Setyaningrum, 2011).

Bab III Metode Penelitian


A. Pendekatan dan Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode atau pendekatan kualitatif yang berarti
penelitian yang memusatkan pada suatu proses dalam melihat realitas yang
diteliti. Menurut Moleong (dalam Jane Richie, 2017) metode kualitatif
diartikan sebagai upaya dalam penyajian realitas sosial serta teori yang ada
mulai dari konsep, tindakan, permasalahan, tanggapan dari individu yang
sedang diteliti. Penelitian ini juga menggunakan perspektif teori struktural
fungsional Talcot Parsons dalam melihat proses perubahan sosial yang ada di
masyarakat. Penelitian ini berfokus pada perubahan sosial masyarakat Desa
Sukamaju setelah berhasil mengembangkan program desa berbasis wisata.

B. Seting dan Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini berfungsi untuk memperjelas penentuan lokasi sebagai
fokus dari penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sukamaju
Kabupaten Sumbermekar. Lokasi tersebut merupakan desa yang berhasil dan
memiliki program dalam mengembangkan desa berbasis wisata.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu masyarakat Desa Sukamaju. Penentuan subjek
penelitian ini yaitu dengan teknik purposive yang berarti penetuan subjek

162
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

penelitian dengan batasan-batasan yang ditentukan oleh peneliti sesuai


dengan karakteristik yang ditentukan. Menurut Powerwandari (dalam Salim,
2006) penentuan subjek ini berdasarkan teori yang digunakan yaitu
berdasarkan dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan dalam
penggunaan teori penelitian. Sehingga penentuan dari subjek penelitian
memiliki batasan meliputi :
a. Adaptasi : Masyarakat desa Sukamaju yang bekerja pada pusat bisnis
wisata seperti toko oleh-oleh dan suvenir, pusat kuliner, penginapan dll.
b. Pencapaian Tujuan : Pemerintah Desa Sukamaju, Organisasi Penggerak
Desa Wisata
c. Integrasi : Organisasi masyarakat Desa Sukamaju seperti karang taruna
dan ibu-ibu PKK.
d. Pemeliharaan Pola : Tokoh masyarakat Desa Sukamaju

D. Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data dalam penelitian ini yaitu melalui data primer dan
sekunder. Data primer dilakukan dengan cara :
 Observasi atau pengamatan secara langsung dilapangan, Pengamatan
ini dilakukan disekitar daerah wisata waduk Tanjungan di Mojokerto
karena dilokasi tersebut dapat mengetahui secara langsung bagaimana
kondisi masyarakat setempat.
 Wawancara secara terstruktur dengan menyiapkan pedoman
wawancara yang telah disusun serta sudah disesuaikan dengan
penggunaan tema atau teori-teori yang akan digunakan (Salim,2006).
 Dokumentasi yang berarti suatu pengumpulan data-data sebagai
pendukung dari penelitian.
Selanjutnya, pengambilan Data sekunder yaitu dapat dilakukan dengan
berbagai referensi sumber bacaan dari buku, jurnal dan media online
lainnya sebagai sumber pendukung informasi yang sudah didapatkan.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis
data yang dikemukakan oleh Milles dan Hubberman yang meliputi 3 tahap
yaitu : Pertama, reduksi data atau pengumpulan hasil observasi, wawancara
hingga dokumentasi.

Kedua, display data atau penyajian data yaitu penyajian data yang telah
dikumpulkan dan dianalisis dalam bentuk catatan naratif. Sehingga dari
penyajian tersebut dapat dilakukan pengambilan kesimpulan.

Ketiga, Verifikasi atau pengambilan kesimpulan yang berarti pengambilan


kesimpulan yang dilakukan peneliti secara terus menerus hingga
mendapatkan data yang dianggap benar-benar valid.

163
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

D. Laporan Penelitian
Laporan hasil penelitian apapun jenis penelitiannya dan apapun
metode penelitiannya, dibagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian awal,
bagian utama, dan bagian akhir.

Bagian Awal
Bagian awal laporan penelitian sosial terdiri dari:
- Sampul
- Halaman pengesahan oleh sekolah atau guru (jika diperlukan)
- Halaman kata pengantar
- Halaman daftar isi
- Halaman daftar tabel
- Halaman daftar gambar
- Halaman daftar lampiran
Bagian Utama Karya Ilmiah

Bagian utama laporan penelitian sosial terdiri-dari:

Bab I Pendahuluan

Bab II Tinjuan Pustaka/ Kerangka Dasar Teoritik

Bab III Metode Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan atau Bab-bab yang memuat Isi


Pokok Bahasan

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bagian Akhir laporan penelitian sosial dapat berisi lampiran-lampiran,


jika diperlukan dapat ditambah dengan surat surat pendukung dan
curiculum vitae para peneliti.

164
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

Untuk Bab I sampai demgan Bab III penjelasan isinya pada prinsipnya
sama dengan penjelasan Bab I sampai dengam Bab III pada penyusunan
proposal. Khusus untuk Bab IV Hasil dan Pembahasan, untuk
penelitian luantitatif cenderung memisahkan hasil dan pembahasan.
Bagian hasil menyajikan data data statistik deskriptif ataupun
parametrik/nonparametrik yang biasanya dilengkapi dengan grafik
dan tabel. Lalu pada bagian pembahasan menyajikan uraian
pemaknaan atau mengartikan data data statistik yang telah diuraikan
pada bagian hasil. Data statistik yang telah diartikan dan dijelaskan
maknyanya lalu diarahkan untuk menguji hipotesis dan pada akhirnya
akan menjawab rumusan masalah. Selain itu dijelaskan pula pada
bagian pembahasan adalah penguatan hasil penelitian dengan
mengaitkan teori atau konsep konsep sosiologi yang sejalan dengam
hasil atau temuan penelitian, dapat pula dilakukan dengan membuat
analisis analisis hasil penelitian dengan hasil penelitian penelitian
terdahulu yang relevan dengan variabel yang diteliti.

Selanjutnya untuk penelitian kualitatif, cenderung tidak memisahkan


antara hasil dan pembahasan hasil tidak dipisahkan sehingga
diharapkan tidak terjadi loncatan-loncatan uraian terhadap temuan
lapangan. Penyajian hasil dan pembahasan harus mengacu pada
rumusan masalah penelitian yang ada pada Bab Pendahuluan. Temuan
atau data penelitian yang didapatkan dari lapangan langsing diuraikan
maknanya lalu dikaitkan dengan konsep atau teori atau hasil penelitian
penelitian terdahulu yang terkait atau menjadi acuan dalam penelitian
tersebut sehingga pada akhirnya akan mengerucut pada sebuah
kesimpulan.

Bab 5. Kesimpulan dan Saran, kesimpulan berisi jawaban atas


rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan pada bagian
pendahuluan. Kesimpulan juga merupakan sintesis dari analisis data

165
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

dan pembahasan. Alangkah baiknya jika menonjolkan sisi manfaat dan


kontribusi penelitiannya pada masalah sosial yang diteliti. Sementara
saran berisi pendapat peneliti terkait implikasi hasil atau temuan-
temuan penelitian kepada berbagai pihak yang terkait dengan
permasalahan sosial yang diteliti.

166
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

PENGEMBANGAN PENILAIAN

Bagian ini memuat contoh soal-soal topik terkait rancangan penelitian sosial
yang muncul di UN tiga tahun terakhir. Selain itu, bagian ini memuat
pembahasan tentang cara mengembangkan soal HOTS yang disajikan dalam
bentuk pemodelan, sehingga dapat dijadikan acuan oleh saudara ketika
mengembangkan soal topik ini. Saudara perlu mencermati dengan baik bagian
ini, sehingga saudara dapat terampil mengembangkan soal yang mengacu
pada indikator pencapaian kompetensi yang termasuk HOTS.

A. Pembahasan Soal-soal

Topik rancangan penelitian sosial merupakan topik yang muncul pada soal UN
di tiga tahun terakhir berdasarkan hasil analisis PAMER UN. Berikut ini
pembahasan soal-soalnya.

Soal UN tahun 2018


1. Sebagian anak muda di kota besar cenderung menyukai makanan cepat
saji dibandingkan dengan sayur mayur dan buah-buahan. Pada usia
tertentu kesehatan mereka lebih buruk dibandingkan dengan usia sama
pada anak muda yang menyukai menu sayur dan buah. Jika diadakan
penelitian, rumusan masalah yang tepat dari ilustrasi obyek tersebut
adalah ….
A. Mengapa makanan cepat saji lebih digemari daripada makanan
kampung?
B. Bagaimana pengaruh makanan cepat saji terhadap tingkat kesehatan
masyarakat?
C. Masyarakat kelas sosial mana yang gemar mengkonsumsi makanan
cepat saji?
D. Kandungan apa yang terdapat pada makanan cepat saji

167
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

E. Menu apa sajakah yang bisa digolongkan sebagai makanan cepat saji?

Kunci :B
Pembahasan:
Rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya, mengungkapkan
atau mewakili variabel penelitian dan menjelaskan hubungan antar
variabel. Dalam contoh soal diata variabel penelitiannya adalah
:”makanan cepat saji” dan “tingkat kesehatan masyarakat”.

2. Salah satu pertimbangan dalam menentukan topik penelitian adalah sesuai


dengan minat peneliti. Hal ini penting untuk diperhatikan dalam merancang
suatu penelitian yang baik. Tujuan pertimbangan pemilihan topik penelitian
tersebut adalah ….
A. Mudah mendapatkan data di lapangan dan dana dari sponsor dalam
penelitian
B. Mempunyai tenaga yang cukup handal dalam melakukan penelitian
sosial
C. Merasa bergairah dan memiliki motivasi tinggi dalam melakukan
penelitian
D. Hasil penelitian berguna untuk dirinya, masyarakat dan ilmu
pengetahuan
E. Dapat memilih masalah yang belum pernah diteliti dan dilakukan
orang lain
Kunci : A
Pembahasan:
Syarat penentuan topik yang baik adalah: Memiliki data-data pendukung
yang relevan, dapat dijangkau, bermanfaat, dapat diteliti atau rasional, sesuai
keahlian dan menarik minat.

3. Judul penelitian sosial “Pengaruh tinggal di apartemen terhadap lingkungan


sosial”, rumusan masalah dari judul penelitian sosial tersebut adalah ….
A. Apakah apartemen merupakan solusi tempat tinggal di
perkotaan?

168
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

B. Bagaimana privasi orang-orang yag tinggal di apartemen terjaga?


C. Apakah apatemen menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi
masyarakat?
D. Bagaimana kesenjangan sosial masyarakat yang tinggal di
apartemen?
E. Apakah tinggal di apartemen mempengaruhi tingkat kepedulian
sosial?

Kunci :E
Pembahasan:
Rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya, mengungkapkan
atau mewakili variabel penelitian dan menjelaskan hubungan antar
variabel. Variabel pada judul diatas adalah : “Tinggal di apartemen” dan
“lingkungan sosial., Maka rumusan masalah yang lebih tepat adalah :”
Apakah tinggal di apartemen mempengaruhi tingkat kepedulian
sosial?”

4. Perhatikan pernyataan di bawah ini !


1) Memilki kegunaan praktis.
2) Mudah dibuat duplikasinya.
3) Sangat menarik minat untuk diteliti.
4) Terdapat variabel yang akan diteliti.
5) Sesuai dengan bidang keahlian.

Yang perlu diperhatikan dalam memilih topik penelitian yang baik


ditunjukkan nomor ….

A. 1, 2 dan 3
B. 1, 2 dan 4
C. 1, 3 dan 5
D. 2, 4 dan 5
E. 3, 4 dan 5
Kunci : C
Pembahasan:
Syarat penentuan topik yang baik adalah: Memiliki data-data pendukung
yang relevan, dapat dijangkau, bermanfaat, dapat diteliti atau rasional, sesuai
keahlian dan menarik minat.

169
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Pengembangan Soal HOTS

Pada bagian ini akan dimodelkan pembuatan soal yang memenuhi indikator
pencapaian kompetensi yang diturunkan dari kompetensi dasar pengetahuan.
Pengembangan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi agar Saudara dapat
melihat kesesuaian antara kompetensi, lingkup materi, dan indikator soal.
Selanjutnya, dilakukan penyusunan soal di kartu soal berdasarkan kisi-kisi
yang telah disusun sebelumnya. Contoh soal yang disajikan terutama untuk
mengukur indikator kunci pada level kognitif yang tergolong HOTS.

Kompetensi Lingkup Indikator Level Bentuk


Materi No
yang Diuji Materi Soal Kognitif Soal
Membuat Rumusan Rumusan Disajikan
rumusan masalah masalah judul
masalah penelitian penelitian penelitian, 1
penelitian siswa
mampu dan C4 PG
membuat 2
rumusan
masalah
yang tepat

170
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMA Kurikulum : 2013
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI Nama Penyusun :
KOMPETENSI Buku Sumber : Pengetahuan/ Aplikasi Penalaran
DASAR Pemahaman

Membuat RUMUSAN BUTIR SOAL
rumusan Nomor
Soal Peneliti melakukan penelitian dengan judul “peran
masalah karang taruna terhadap keikutsertaan pemuda mencegah
penelitian 1 kasus kejahatan desa X”
LINGKUP
MATERI Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus.
Rumusan Contoh rumusan masalah yang sesuai untuk penelitian ini
masalah adalah ….
penelitian
A. Mengapa pemuda ikut serta dalam mencegah
MATERI kejahatan desa X?

Rumusan B. Bagaimana program kerja karang taruna untuk


masalah menjaga ketertiban umum?
penelitian
C. Bagaimana kondisi keamanan desa X sehingga
mendorong partisipasi pemuda?

D. Bagaimana peran pemuda terkait keikutsertaanya


INDIKATOR mencegah kasus kejahatan di desa X?
SOAL
Disajikan judul E. Apakah terdapat hubungan antara kegiatan karang
penelitian, Kunci taruna dan keikutsertaan pemuda dalam mencegah
siswa mampu Jawaban kasus kejahatan di desa X?
membuat
rumusan D
masalah yang
tepat

171
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMA Kurikulum : 2013
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI Nama Penyusun :
KOMPETENSI Buku Sumber : Pengetahuan/ Aplikasi Penalaran
DASAR √ Pemahaman
Menentukan Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL
topik Soal Perhatikan kriteria berikut:
penelitian
LINGKUP 2 Manarik minat sponsor
MATERI
topik penelitian Mudah dibuat/ditiru

MATERI Menarik minat peneliti


topik penelitian Memuat variabel yang akan diteliti

Sesuai bidang keahlian

Topik penelitian yang baik ditunjukkan oleh angka ….


INDIKATOR
SOAL A. 1), 2), dan 3)
Disajikan
kriteria, siswa Kunci B. 1), 2), dan 4)
mampu Jawaban
memilih C. 1), 3), dan 5)
kriteria topik E
penelitian yang D. 2), 4), dan 5)
baik

172
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

KESIMPULAN

Unit ini dikembangkan berdasarkan pasangan KD 3.4., dan 4.4. berdasrakan


hasil pengamatan di kelas X. Dari pasangan kompetensi dasar tersebut
diturunkan 14 indikator pencapaian kompetensi dimensi pengetahuan dan 6
indikator pencapaian kompetensi dimensi keterampilan.

KD pengetahuan yang kompetensinya menuntut peserta didik untuk


menganalisis sudah menunjukkan level analisis (C6). Artinya, KD ini sudah
menuntut Saudara melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada
peserta didik. Adapun KD keterampilan menuntut Saudara memfasilitasi
peserta didik berkreasi dengan membuat proyek. Hal ini berarti Saudara perlu
memberikan ruang dan waktu kepada peserta didik untuk mengembangkan
kreativitas.

Sub unit ini dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan, pertemuan awal 2 aktivitas
di kelas yang bersifat berpusat kepada peserta didik yaitu mengidentifikasi
topik penelitian dan merumuskan permasalahan penelitian, kemudian
pertemuan selanjutnya membuat rancangan peneltian hingga melakukan
penelitian sosial hingga membuat laporannya. Adapun dalam unit
pembelajaran ini memberi panduan hingga menyusun proposal penelitian
saja. . Model project based learning learning yang digunakan memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan keterampilan saintifik dan mendorong
ketrampilan berpikir tingkat tinggi.

Di sub unit ini disediakan soal-soal UN terkait rancangan penelitian sosial yang
muncul di ujian nasional tahun 2016,2017 dan 2018. Disediakan pula
pembahasan soalnya sehingga memudahkan guru dan peserta didik untuk
memahami pemecahan soal tersebut dan memprediksi jenis soal yang rutin
muncul di UN. Soal sudah terkategori HOTS tapi model soal serupa setiap
tahunnya, maka guru perlu melatihkan peserta didik memahami secara

173
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

mendalam topik rancangan penelitian sosial serta membuat soal HOTS yang
berbeda dari soal yang pernah muncul di UN.

174
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

UMPAN BALIK

Dalam rangka mengetahui pemahaman terhadap unit ini, Saudara perlu


mengisi lembar persepsi pemahaman. Berdasarkan hasil pengisian instrumen
ini, Saudara dapat mengetahui posisi pemahaman beserta umpan baliknya.
Oleh karena itu, isilah lembar persepsi diri ini dengan objektif dan jujur.

Lembar Persepsi Pemahaman Unit

Kriteria
No Aspek
1 2 3 4
1. Memahami indikator yang telah
dikembangkan berdasarkan Kompetensi
Dasar
2 Mampu menghubungkan konten dengan
fenomena kehidupan sehari-hari
3 Merasa bahwa tahapan aktivitas
pembelajaran dapat mengembangkan
HOTS peserta didik
4 Memahami tahapan aktivitas yang
disajikan dengan baik
5 Mampu dengan baik mengaplikasikan
aktivitas pembelajaran di dalam kelas
6 Memahami dengan baik Lembar Kerja
peserta didik yang dikembangkan
7 Mampu melaksanakan dengan baik
Lembar Kerja peserta didik yang
dikembangkan
8 Memahami Konten secara menyuluh
dengan baik
9 Memami prosedur penyusunan soal HOTS
dengan baik
10 Mampu membahas soal HOTS yang
disajikan dengan tepat
Jumlah
Jumlah Total

175
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Keterangan Pedoman Penskoran


1=tidak menguasai
2 = cukup menguasai Skor = Jumlah Total X 100
3 = menguasai 40
4 = Sangat Menguasai

Keterangan Umpan Balik

Skor Umpan Balik


< 70 Masih banyak yang belum dipahami, di antara konten, cara
membelajarkannya, mengembangkan penilian dan melaksanakan
penilaian berorientasi HOTS. Saudara membaca ulang unit ini dan
mendiskusikannya dengan dengan fasilitator di MGMP sampai
anda memahaminya.

70-79 Masih ada yang belum dipahami dengan baik, di antara konten,
cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan
melaksanakan penilaian berorientasi HOTS. Saudara perlu
mendiskusikan bagian yang belum dipahami dengan fasilitator
atau teman lain di MGMP.

80-89 Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan


penilaian dan melaksanakan penilaian berorientasi HOTS dengan
baik.

> 90 Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan


penilian dan melaksanakan penilaian berorientasi HOTS dengan
sangat baik. Saudara dapat menjadi fasilitator bagi teman-teman
lain di MGMP untuk membelajarkan unit ini.

176
Unit Pembelajaran
Rancangan Penelitian Sosial

177
PENELITIAN SOSIAL

PENUTUP

Besar harapan kami, Unit-unit pembelajaran yang telah dikembangkan ini


dapat menjadi acuan Saudara dalam mengembangkan desain pembelajaran
dan penilaian yang berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang
terintegrasi dengan 5 (lima) unsur utama Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) dan literasi dalam rangka mencapai kecakapan Abad ke-21. Selanjutnya,
saudara dapat menerapkan desain yang telah disusun dalam pembelajaran
kepada peserta didik di kelas masing-masing.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Saudara perlu memahami unit-unit


ini dengan baik. Oleh karena itu, unit-unit perlu dipelajari dan dikaji lebih
lanjut oleh Saudara bersama guru-guru sosiologi lainnya dalam Program
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) di MGMP di Zona masing-
masing. Saudara bersama guru-guru lainnya perlu mengkaji dengan baik
semua komponen unit pembelajaran yang disajikan sehingga dapat
memudahkan Saudara mengimplementasikannya di kelas. Selain itu, saudara
dapat mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi.

Unit-unit pembelajaran dikembangkan agar memudahkan Saudara dalam


menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini karena aktivitas
pembelajaran yang disajikan merupakan acuan umum langkah pembelajaran
untuk mencapai masing-masing KD. Saudara perlu memerinci aktivitas
pembelajaran menjadi skenario di dalam RPP agar lebih mudah
diimplementasikan. Selain itu, Saudara masih perlu mengembangkan soal-soal
tes dan instumen penilaian lainnya yang berorientasi HOTS dengan mengacu
pada contoh yang disajikan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai LKPD, Saudara dapat


memenuhi kebutuhan alat dan bahan yang digunakan dengan bahan-bahan
yang terdapat di lingkungan masing-masing (kontekstual). Begitu pula dalam

179
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

mengalokasikan waktu pembelajaran, saudara dapat menyesuaikannya.


Selain itu, Saudara dapat mengadaptasi langkah-langkah pembelajaran yang
disajikan di unit pembelajaran untuk mengembangkan RPP topik-topik
lainnya.

Selama mengimplementasikan unit-unit ini, Saudara perlu terus


merefleksikan dan mengevaluasi keefektifan, keberhasilan serta
permasalahannya. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dapat
langsung didiskusikan bersama guru lainnya, instruktur, kepala sekolah, atau
pengawas agar dapat dengan segera menemukan solusinya. Setiap
keberhasilan, permasalahan, dan solusi yang ditemukan selama pembelajaran
perlu Saudara tuliskan dalam bentuk karya tulis best practice atau lainnya.
Pada akhirnya, Saudara dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik,
peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal, sekaligus Saudara dapat
menghasilkan karya tulis yang berguna bagi pengembangan keprofesian.

Dalam rangka perbaikan dan pengembangan unit-unit lainnya, Kami


mengaharapkan saran, masukan, dan usulan penyempurnaan yang dapat
disampaikan kepada tim penulis melalui surat elektronik (e-mail).

180
PENELITIAN SOSIAL

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T., Eds. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi, Arah dan Perspektif.
PT. Gramedia. Jakarta
Bogdan, R.C. and Biklen, K., 1982. Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.Inc.
Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., Zamroni (2018). Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Jakarta. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2018). Surat Keputusan BSNP Nomor


0296/SKEP/BSNP/XI/2018 tentang Kisi-Kisi Ujian Nasional untuk
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Badan Standar
Nasional Pendidikan

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Format-format Kuantitatif dan


Kualitatif, Airlangga University Press. Surabaya.

_____, (Ed). 2003. (a) Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

_____. B. (Ed). 2003. (b) Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi


Metodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer), PT. Raja Grafindo
Persada. Yogyakarta.

Djarwanto. 1983. Statistik Non Parametrik, Cet. Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Furchan, A., 1992. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Usaha Nasional


Surabaya.

Gay, L.R. 1983. Educational Research Competencies for Analysis & Application.
2 nd Edition. Ohio: A Bell & Howell Company.

Hadi, S., 2004. Metodologi Research 1,2 dan 3. Andi Yogyakarta.

Idrus, M., 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif).UII Press Yogyakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Permendikbud Nomor 37


tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

181
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kerlinger, F.N. 1980. Foundation of Behavioral Research, (third edition)


Simatupang LR (penterjemah), Asas-asas Penelitian Behavioral. 2002.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya.


Bandung.

Muhadjir, N. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif, Telaah Positivistik,


Rasionalistik, Phenomenologik, Realisme Metaphisik, Rake Sarasin.
Yogyakarta.

Mulyana, D. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, Rosdakarya. Bandung.

Nasir, M. 1988. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Jakarta

Nurgiyantoro, B, dkk. 2002. Statistik Terapan, Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Ritzer, G. 1980. Sociology: A Multiple Paradigm Science, Alimandan


(penerjemah), Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. 2002. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

_____. (Eds). 2001. Sociological Theory, Fourth Edition. The McGraw-Hill


Companies, INC. New York.

Seidman, E. 1991. Interviewing as Qualitative Research. A Guide for Reseachers


in Education and the Social Sciences, Teachers College Columbia
University. New York.

Silalahi, U., 2009. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama. Bandung.

Silverman, D. 1993. Interpreting Qualitative Data. Methods for Analysing Talk,


text and Interaction, First publ. SAGE Publications. London.

Spradley, J. P. 1980. Participant Observation, Holt Rinehart and Winston. New


York, Chicago.

Strauss, A.C.J. 1990. Basics of Qualitative Research, Grounded Theory Procedures


and Technique, Shodiq. M. (penerjemah). Dasar-dasar penelitian
kualitatif. 2003. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

182
PENELITIAN SOSIAL

Sudijono, A. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Raja Grafindo persada.


Jakarta.

Sugiyono. 2000. Statistik Untuk Penelitian, CV. ALFABETA. Bandung.

_____. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif (Dilengkapi, Contoh Proporsal dan


Laporan Penelitian), CV. Alfabeta. Bandung.

_____, 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R &D. Alfabeda. Bandung.

_____,2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeda. Bandung.

Sukmadinata, N.S., 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Pascasarjana UPI dan


PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Wibisono, Y. 2005. Metode Statistik, Gadjah Mada University press.


Yogyakarta.

Sumber Artikel Ilmiah

Novianty, Mita. 2014. Dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial


Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai,
Kota Medan. Diakses melalui
http://repository.umrah.ac.id/558/1/Jurnal%20Qotimah.pdf

Rukmana, Qotimah Esti . Suryaningsih, Marisa Elsera. 2018. Konstruksi Sosial


Budaya Populer Korea pada Anggota Komunitas Korean Pop (K-Pop)
Batam. Diakses melalui
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/view/6231

183
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Sumber berita:

Bbc.com.2019. Pemprov NTT Akan Jual Miras Tradisional, Apa Dampaknya?.


Diakses di https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47788428 ,
pada 26/05/2019 pukul 20:17 wib.

Bbc.com.2018. Regulasi ‘Sudah Ketat’, Megapa Miras Oplosan Terus Saja


Memakan Korban?. Diakses di
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43715119 , pada
26/05/2019 pukul 20:40 wib.

184
PENELITIAN SOSIAL

LAMPIRAN

SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 37 TAHUN 2018
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN
DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA

KELAS: X

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap


spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler,dan/atau ekstra kurikuler. Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual
yaitu “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun
rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua
kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan

185
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai


pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan
sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 4
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
(KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, serta 4. Mengolah, menalar, dan
menganalisis pengetahuan menyaji dalam ranah
faktual, konseptual, dan konkret dan ranah abstrak
prosedural berdasarkan rasa terkait dengan
ingin tahunya mengenai ilmu pengembangan dari yang
pengetahuan, teknologi, seni, dipelajarinya di sekolah
budaya, dan humaniora dengan secara mandiri, dan
wawasan kemanusiaan, mampu menggunakan
kebangsaan, kenegaraan, dan metode sesuai kaidah
peradaban terkait penyebab keilmuan.
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.1 Memahami pengetahuan dasar 4.1 Menalar suatu gejala sosial
Sosiologi sebagai ilmu di lingkungan sekitar
pengetahuan yang berfungsi dengan menggunakan
untuk mengkaji gejala sosial di pengetahuan sosiologis.
masyarakat.

186
PENELITIAN SOSIAL

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.2 Mengenali dan mengidentifikasi 4.2 Mengolah realitas
realitas individu, kelompok, dan individu, kelompok, dan
hubungan sosial di masyarakat. hubungan sosial sehingga
mandiri dalam
memposisikan diri dalam
pergaulan
sosial di masyarakat.
3.3 Menerapkan konsep-konsep dasar 4.3 Mengaitkan realitas sosial
Sosiologi untuk memahami dengan menggunakan
ragam gejala sosial di konsep-konsep dasar
masyarakat. Sosiologi untuk mengenali
berbagai gejala sosial di
masyarakat.
3.4 Memahami berbagai metode 4.4 Melakukan penelitian
penelitian sosial yang sosial yang sederhana
sederhana untuk mengenali untuk mengenali ragam
gejala sosial di gejala sosial dan hubungan
masyarakat. sosial di masyarakat.

KELAS: XI

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi


sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/ atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “Menghayati dan mengamalkan


ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial
yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan

187
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

proaktif; sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam


berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching), yaitu melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang


proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan


sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4


(KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, dan 4. Mengolah, menalar, dan
menganalisis pengetahuan menyaji dalam ranah
faktual, konseptual, prosedural, konkret dan ranah abstrak
dan metakognitif berdasarkan terkait dengan
rasaingin tahunya tentang ilmu pengembangan dari yang
pengetahuan, teknologi, seni, dipelajarinya di sekolah
budaya, dan humaniora dengan secara mandiri, bertindak
wawasan kemanusiaan, secara efektif dan kreatif,
kebangsaan, kenegaraan, dan serta mampu menggunakan
peradaban terkait penyebab metode sesuai kaidah
fenomena dan kejadian, serta keilmuan.
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

188
PENELITIAN SOSIAL

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.1 Memahami pengelompokan 4.1 Menalar tentang terjadinya
sosial di masyarakat dari pengelompokan sosial di
sudut pandang dan masyarakat dari sudut pandang
pendekatan Sosiologis. dan pendekatan Sosiologi.
3.2 Menganalisis 4.2 Memberikan respons dalam
permasalahan sosial mengatasi permasalahan sosial
dalam kaitannya dengan yang terjadi di masyarakat dengan
pengelompokan sosial cara memahami kaitan
dan kecenderungan pengelompokan sosial dengan
eksklusi sosial di kecenderungan eksklusi dan
masyarakat dari sudut timbulnya permasalahan sosial.
pandang dan pendekatan
Sosiologis.
3.3 Memahami arti penting 4.3 Menerapkan prinsip-prinsip
prinsip kesetaraan kesetaraan untuk mengatasi
untuk menyikapi perbedaan sosial dan mendorong
perbedaan sosial demi terwujudnya kehidupan sosial
terwujudnya kehidupan yang damai dan demokratis.
sosial yang damai dan
demokratis
3.4 Menganalisis konflik 4.4 Memetakan konflik untuk dapat
sosial dan cara melakukan resolusi konflik dan
memberikan respons menumbuhkembangkan
untuk melakukan perdamaian di masyarakat.
resolusi konflik demi
terciptanya kehidupan
yang damai di
masyarakat.

189
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.5 Menganalisis cara 4.5 Melakukan penelitian sederhana
melakukan pemecahan yang berorientasi pada pemecahan
masalah untuk masalah berkaitan dengan
mengatasi permasalahan sosial dan konflik
permasalahan sosial, yang terjadi di masyarakat sekitar.
konflik dan kekerasan
di masyarakat.

KELAS: XII
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/ atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menghayati dan


mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan
Kompetensi Sikap Sosial yaitu “Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu melalui
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah; dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang


proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.

190
PENELITIAN SOSIAL

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan


sebagai berikut :
KOMPETENSI INTI 4
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
(KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, 4. Mengolah, menalar,
menganalisis dan mengevaluasi menyaji, dan mencipta
pengetahuan faktual, konseptual, dalam ranah konkret dan
prosedural, dan metakognitif ranah abstrak terkait
berdasarkan rasa ingin tahunya dengan pengembangan
tentang ilmu pengetahuan, dari yang dipelajarinya di
teknologi, seni, budaya, dan sekolah secara mandiri
humaniora dengan wawasan serta bertindak secara
kemanusiaan, kebangsaan, efektif dan kreatif, dan
kenegaraan, dan peradaban mampu menggunakan
terkait penyebab fenomena dan metode sesuai kaidah
kejadian, serta menerapkan keilmuan.
pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.1 Memahami berbagai jenis dan 4.1 Menalar berdasarkan
faktor-faktor perubahan sosial pemahaman dari
serta akibat yang ditimbulkannya pengamatan dan diskusi
dalam tentang perubahan sosial
kehidupan masyarakat. dan
akibat yang ditimbulkannya.
3.2 Memahami berbagai 4.2 Mengategorisasikan
permasalahan sosial yang berbagai permasalahan
disebabkan oleh perubahan sosial yang disebabkan

191
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


sosial di tengah-tengah pengaruh oleh globalisasi serta
globalisasi. akibat-akibatnya dalam
kehidupan nyata di
masyarakat sehinggadapat
merespons berbagai
permasalahan sosial dan
ketimpangan yang
disebabkan proses
globalisasi.
3.3 Memahami faktor penyebab 4.3 Mengolah hasil kajian dan
ketimpangan sosial dan pengamatan tentang
pertautannya dengan perubahan ketimpangan sosial
sosial di tengah-tengah sebagai akibat dari
globalisasi. perubahan sosial di
tengah-tengah
globalisasi.
3.4 Mendeskripsikan cara melakukan 4.4 Merancang,
strategi pemberdayaan melaksanakan, dan
komunitas dengan melaporkan aksi
mengedepankan nilai-nilai pemberdayaan komunitas
kearifan lokal di tengah-tengah dengan mengedepankan
pengaruh globalisasi. nilai-nilai kearifan lokal di
tengah- tengah pengaruh
globalisasi.
3.5 Mengevaluasi aksi 4.5 Mengelaborasikan
pemberdayaan komunitas berbagai alternatif
sebagai bentuk kemandirian pemberdayaan sosialyang
dalam menyikapi ketimpangan diperlukan untuk
sosial. mengatasi ketimpangan
sosial di masyarakat.

192
PENELITIAN SOSIAL

KISI-KISI UJIAN NASIONAL


SEKOLAH MENENGAH ATAS MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Lingkup Materi
Level Kognitif

Konsep dan Kehidupan sosial, Masyarakat


Objek Kajian permasalahan dan Multikultural dan
Penelitian Sosial
Sosiologi solusinya Perubahan Sosial

Pengetahuan dan Peserta didik Peserta didik dapat Peserta didik dapat Peserta didik dapat
Pemahaman dapat memahami memahami dan menguasai memahami dan memahami dan
• Menjelaskan dan menguasai tentang: menguasai tentang: menguasai tentang:
tentang: - nilai dan norma - masyarakat - jenis-jenis penelitian
• Menentukan - teori dan
• Mengkategorikan pengetahuan
- sosialisasi multikultural - prosedur danpilihan
- metode penelitian
• Membedakan sosiologi penyimpangandan - perubahan sosial
pengendalian sosial
- globalisasi dan
- pendekatan
• Memberi contoh - objek sosiologi
- struktur sosial penelitian
- fungsi dan dampaknya
- diferensiasi sosial - data penelitian
manfaat
- kelompok sosial - teknik pengumpulan
sosiologi
- mobilitas sosial data
- konflik dan integrasi
sosial
- lembaga sosial
Aplikasi Peserta didik dapat Peserta didik dapat Peserta didik dapat Peserta didik dapat
• Menghubungkan mengaplikasikan mengaplikasikan mengaplikasikan mengaplikasikan
pengetahuan dan pengetahuan dan pengetahuan dan pengetahuan dan
• Menerapkan pemahaman pemahaman tentang: pemahaman tentang: pemahaman tentang:
• Menginterpretasi tentang: - nilai dan norma - hubungan antar - penentuan topik
• Mengidentifikasi - interaksi sosial
antar individu, - hubungan sosialisasi kelompok dalam penelitian
masyarakat
• Menentukan kelompok,dan dengan perilaku
multikultural
- perumusan masalah
menyimpang penelitian
antar kelompok
dengan konsep - dinamika struktur sosial - menciptakan - rancangan
dan deferensiasi sosial masyarakat penelitian(jenis dan
dasar sosiologi
multikultural yang data penelitian,
dalam kehidupan
harmonis sampel penelitian,
masyarakat di berbagai
bidang - proses dan dampak instrumen
perubahan sosial penelitian, dan
- mobilitas sosial dan
terhadap kehidupan
dinamika kelompok sosial teknik analisis data
masyarakat penelitian)
- terjadinya permasalahan-
- perubahan sosial di
permasalahan sosial dan
tengah-tengah pengaruh
dampaknya terhadap
globalisasi
kehidupan masyarakat di
berbagai bidang
- praktik lembaga sosial

193
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

194
PENELITIAN SOSIAL

195

Anda mungkin juga menyukai