Jakarta - Dok, kaki saya sering cantengan sampai mengeluarkan
nanah. Belum lama ini saya sudah melakukan operasi cabut kuku tapi kaki saya masih cantengan padahal kuku belum tumbuh sepenuhnya.
Saya sudah konsultasi ke dokter dan sudah minum antibiotik tapi
masih sama saja bahkan makin parah. Apakah diperlukan bedah yang lebih serius ya Dok? Memang kaki dan tangan saya sering berkeringat jadi selalu lembap.
Indah (Wanita) Jawaban
Mencermati uraian singkat Anda di atas, besar kemungkinan Anda
menderita paronychia. Paronychia dibedakan menjadi akut dan kronis. Disebut akut apabila berlangsung kurang dari enam minggu. Paronychia akut memiliki karakteristik: 1. Potret klinis berupa lipatan kuku lunak, terasa perih, kemerahan, dengan atau tanpa abses, purulent (berisi/memproduksi nanah), 2. Sangat berisiko menyerang orang yang tanpa disadarinya suka menggigiti kuku, menghisap kuku, luka kuku akibat manicures, 3. Disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococci sp., bakteri anaerob (seperti: spesies Bacteroides, kokus anaerobik gram-positif, spesies Fusobacteria, Enterococcus faecalis, spesies Proteus, Pseudomonas aeruginosa), jamur Candida albicans, virus herpes simplex. 4. Terapi dilakukan sesuai rekomendasi dokter, berupa: merendam kuku di air hangat, merendam jari yang sakit di dalam larutan Burow (aluminum acetate) atau vinegar, pemberian antibiotik melalui resep dokter secara oral (Clindamycin, Amoxicillin-clavulanate potassium), drainase spontan, jika memungkinkan, dilakukan insisi pembedahan dan drainage, 5. Pencegahan dilakukan dengan cara: menjaga agar kuku tidak terluka atau lecet, stop kebiasaan menghisap atau menggigiti kuku, menjaga kuku jari tetap bersih dan kering.
Paronychia kronis memiliki karakteristik;
1. Potret klinis berupa lipatan kuku yang merah, bengkak, lunak, boggy nail fold, jarang berisi cairan, tidak dapat digerakkan/digoyang, lempeng kuku menjadi menebal dan berubah warna (bisa menghitam), disertai pronounced transverse ridges, kutikula dan lipatan kuku dapat terpisah dari lempeng kuku, membentuk ruang untuk invasi berbagai mikroorganisme, melibatkan satu atau lebih dari tiga lempeng kuku (satu proksimal dan dua lateral). Lempeng kuku memiliki transverse ridges berupa garis Beau (hasil dari peradangan matriks kuku), serta hilangnya kuku, 2. Sangat berpotensi diderita oleh pekerja kantor, asisten rumah tangga, tukang cuci pakaian (laundry), koki (juru masak), perawat, bartender, perenang, penderita diabetes dan HIV-ART, 3. Disebabkan oleh infeksi (bakteri, mikobakteri, atau virus), penyakit Raynaud, penyebaran kanker, melanoma subungual, karsinoma sel squamous, toksisitas obat (retinoid, cetuximab, inhibitor protease), 4. Dokter akan memberikan resep setelah melihat dan memeriksa kuku penderita. Pemberian tacrolimus 1% ointment dan krim betamethasone 17-valerate lebih efektif mengatasi paronychia kronis daripada hanya aplikasi emollient. Bila diperlukan, maka dokter dapat meresepkan obat golongan steroid topikal dan agen antifungal. Operasi dilakukan sebagai upaya terakhir, 5. Pencegahan dilakukan dengan cara: hindari sering terkena air, memberi lotion pelembab setelah mencuci tangan, mencegah terpapar dengan zat iritan (detergen, sabun) dalam waktu yang lama, jaga agar kuku tetap pendek, gunakan sarung tangan karet dengan lapisan bagian dalam terbuat dari katun, hindari menghisap jari.
Diagnosis paronychia ditegakkan terutama berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Studi atau pemeriksaan laboratorium dapat bermanfaat, seperti: pewarnaan gram dan/atau kultur, larutan potassium hydroxide (KOH) 5%, atau Tzanck.
Hal yang perlu dipertimbangkan, yakni: onychocryptosis, herpetic
whitlow, kondisi lainnya seperti psoriasis, sindrom Reiter, pemphigus vulgaris dapat menyerupai paronychia akut atau kronis. Beberapa kelainan/penyakit menyebabkan kondisi menyerupai paronychia, misalnya: karsinoma sel squamous, melanoma, sarkoma Kaposi, digital papillary adenocarcinoma, amiloidosis sistemik terkait mieloma, karsinoma bronkogenik, karsinoma sel ginjal, subungual keratoacanthoma, dan leukemia cutis. Konsultasi berkesinambungan dengan dokter, mutlak diperlukan, mengingat paronychia ini memang pulihnya relatif lama.
Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.
Salam sehat dan sukses selalu.
Dokter Dito Anurogo, penulis 18 buku, S-2 IKD Biomedis FK UGM