Anda di halaman 1dari 3

Mengatasi Kuku yang Sering

Cantengan Hingga Bernanah

Share 0 Tweet 0 Share 0 0 komentar

 
Foto: Thinkstock

Jakarta - Dok, kaki saya sering cantengan sampai mengeluarkan


nanah. Belum lama ini saya sudah melakukan operasi cabut kuku
tapi kaki saya masih cantengan padahal kuku belum tumbuh
sepenuhnya.

Saya sudah konsultasi ke dokter dan sudah minum antibiotik tapi


masih sama saja bahkan makin parah. Apakah diperlukan bedah
yang lebih serius ya Dok? Memang kaki dan tangan saya sering
berkeringat jadi selalu lembap.

Indah  (Wanita)
Jawaban

Mencermati uraian singkat Anda di atas, besar kemungkinan Anda


menderita paronychia. Paronychia dibedakan menjadi akut dan
kronis. Disebut akut apabila berlangsung kurang dari enam minggu.
Paronychia akut memiliki karakteristik:
1. Potret klinis berupa lipatan kuku lunak, terasa perih, kemerahan,
dengan atau tanpa abses, purulent (berisi/memproduksi nanah),
2. Sangat berisiko menyerang orang yang tanpa disadarinya suka
menggigiti kuku, menghisap kuku, luka kuku akibat manicures,
3. Disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococci sp.,
bakteri anaerob (seperti: spesies Bacteroides, kokus anaerobik
gram-positif, spesies Fusobacteria, Enterococcus faecalis, spesies
Proteus, Pseudomonas aeruginosa), jamur Candida albicans, virus
herpes simplex.
4. Terapi dilakukan sesuai rekomendasi dokter, berupa: merendam
kuku di air hangat, merendam jari yang sakit di dalam larutan Burow
(aluminum acetate) atau vinegar, pemberian antibiotik melalui resep
dokter secara oral (Clindamycin, Amoxicillin-clavulanate
potassium), drainase spontan, jika memungkinkan, dilakukan insisi
pembedahan dan drainage,
5. Pencegahan dilakukan dengan cara: menjaga agar kuku tidak
terluka atau lecet, stop kebiasaan menghisap atau menggigiti kuku,
menjaga kuku jari tetap bersih dan kering.

Paronychia kronis memiliki karakteristik;


1. Potret klinis berupa lipatan kuku yang merah, bengkak, lunak,
boggy nail fold, jarang berisi cairan, tidak dapat
digerakkan/digoyang, lempeng kuku menjadi menebal dan berubah
warna (bisa menghitam), disertai pronounced transverse ridges,
kutikula dan lipatan kuku dapat terpisah dari lempeng kuku,
membentuk ruang untuk invasi berbagai mikroorganisme,
melibatkan satu atau lebih dari tiga lempeng kuku (satu proksimal
dan dua lateral). Lempeng kuku memiliki transverse ridges berupa
garis Beau (hasil dari peradangan matriks kuku), serta hilangnya
kuku,
2. Sangat berpotensi diderita oleh pekerja kantor, asisten rumah
tangga, tukang cuci pakaian (laundry), koki (juru masak), perawat,
bartender, perenang, penderita diabetes dan HIV-ART,
3. Disebabkan oleh infeksi (bakteri, mikobakteri, atau virus),
penyakit Raynaud, penyebaran kanker, melanoma subungual,
karsinoma sel squamous, toksisitas obat (retinoid, cetuximab,
inhibitor protease),
4. Dokter akan memberikan resep setelah melihat dan memeriksa
kuku penderita. Pemberian tacrolimus 1% ointment dan krim
betamethasone 17-valerate lebih efektif mengatasi paronychia
kronis daripada hanya aplikasi emollient. Bila diperlukan, maka
dokter dapat meresepkan obat golongan steroid topikal dan agen
antifungal. Operasi dilakukan sebagai upaya terakhir,
5. Pencegahan dilakukan dengan cara: hindari sering terkena air,
memberi lotion pelembab setelah mencuci tangan, mencegah
terpapar dengan zat iritan (detergen, sabun) dalam waktu yang
lama, jaga agar kuku tetap pendek, gunakan sarung tangan karet
dengan lapisan bagian dalam terbuat dari katun, hindari menghisap
jari.

Diagnosis paronychia ditegakkan terutama berdasarkan anamnesis


dan pemeriksaan fisik. Studi atau pemeriksaan laboratorium dapat
bermanfaat, seperti: pewarnaan gram dan/atau kultur, larutan
potassium hydroxide (KOH) 5%, atau Tzanck.

Hal yang perlu dipertimbangkan, yakni: onychocryptosis, herpetic


whitlow, kondisi lainnya seperti psoriasis, sindrom Reiter,
pemphigus vulgaris dapat menyerupai paronychia akut atau kronis.
Beberapa kelainan/penyakit menyebabkan kondisi menyerupai
paronychia, misalnya: karsinoma sel squamous, melanoma, sarkoma
Kaposi, digital papillary adenocarcinoma, amiloidosis sistemik
terkait mieloma, karsinoma bronkogenik, karsinoma sel ginjal,
subungual keratoacanthoma, dan leukemia cutis. Konsultasi
berkesinambungan dengan dokter, mutlak diperlukan, mengingat
paronychia ini memang pulihnya relatif lama.

Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.

Salam sehat dan sukses selalu.

Dokter Dito Anurogo, penulis 18 buku, S-2 IKD Biomedis FK UGM


Yogyakarta. (hrn/vit)

Anda mungkin juga menyukai