Anda di halaman 1dari 30

http://deerham.

com/menulis-artikel-seo-friendly/

http://panduanim.com/artikel-seo/

9 Tahap Menulis Artikel yang Baik


untuk Website agar Mendapatkan
Peringkat 1 di Google
26 MEI 2016 oleh DARMAWAN Follow Like

Gara-gara semakin populernya dunia blogging, banyak orang yang


tertarik untuk membuat artikel.

Membuat artikel itu sepertinya gampang…

…tinggal ngetik.

Tapi jangan anggap remeh.

Membuat artikel yang menarik itu tidak mudah.

Apalagi untuk website!


Website beda dengan buku. Saat orang-orang browsing website,
mereka biasanya tidak suka baca artikel yang terlalu panjang.

Inilah masalah terbesar dari pemilik website dan blog.

Sudah capek-capek bikin artikel…

Tidak ada yang baca sampai selesai…

Lalu tidak ada yang berkunjung ke websitenya…

Akhirnya artikel mereka gagal mendapatkan peringkat di Google.


Meskipun sudah belajar yang namanya SEO.

Tapi jangan khawatir, ada solusinya.

Di dalam panduan ini saya akan mengajarkan anda bagaimana cara


menulis artikel yang tidak membosankan bagi pengunjung website.

Mari kita mulai.

0. Lupakan SEO
Kalau anda baca di situs-situs lain, katanya supaya website kita
banyak yang baca, maka artikelnya harus dioptimasi untuk mesin
pencari atau SEO.

Istilahnya “artikel SEO-friendly”.

Sayangnya, konsep ini sudah ketinggalan jaman.

Yang terjadi justru sebaliknya.

Mereka yang mengaplikasikan teknik SEO (jadul) justru gagal, dan


mereka yang melupakan SEO ketika menulis artikel justru
mendapatkan peringkat tinggi.

Gila kan?
Ini karena mereka yang fokus dengan SEO secara tidak sadar malah
membuat artikel untuk mesin.

Artikel yang tidak menarik dibaca oleh manusia.

Oleh karena itu, dalam panduan ini saya mengajak anda untuk
melupakan SEO-friendly dan fokus ke “human-friendly”.

Dulu, yang kita anggap sebagai artikel SEO adalah yang seperti ini:

1. Memiliki keyword density sekian persen


2. Panjang minimal 300/500 kata
3. Bold, underline, italic di setiap keyword
4. Keyword di judul, paragraf pertama, paragraf terakhir
5. Keyword di meta description
6. Menggunakan subheader (h2-h6) yang berisi keyword
Tapi sekarang…lupakan semua aturan tadi.

Ini alasannya:

Google menggunakan perilaku manusia untuk menentuk


an peringkat di hasil pencarian
Bingung?

Maksud saya begini…

…ketika kita (manusia) membaca artikel, kita tahu jelas bedanya


antara yang bagus dan jelek.

Artikel yang bagus biasanya dibaca dalam waktu lama, sering


direkomendasikan kepada orang lain, dan pembaca tidak perlu
mencari artikel yang lain lagi.

Google bisa menerjemahkan perilaku ini menjadi data.

Data perilaku inilah yang digunakan untuk menentukan peringkat.


Makanya saya bilang Google menggunakan perilaku manusia.

Sudah dapat maksudnya?

Ini gambarnya supaya agak lebih jelas lagi:

Di era SEO modern, artikel yang human-friendly


berarti juga SEO-friendly
CLICK TO TWEET
Mari kita balik lagi ke 6 aturan jadul di atas…

Anggaplah anda menulis buku.

Buku fisik, bukan website.


Apakah menggunakan banyak bold, italic, underline, dan keyword
density tertentu bisa membuat buku anda jadi lebih menarik?

Mestinya tidak berpengaruh.

Emangnya iya kalau kita nulis kata ABC sekian kali lalu artikelnya tiba-
tiba jadi lebih menarik?

Nggak logis…

Justru kalau menggunakan suatu kata secara berlebihan malah akan


membuat manusia yang membaca artikel anda jadi lebih terganggu.

Akibatnya, mereka tidak jadi baca.

Nah, karena kita sudah tahu bahwa artikel di website SAMA dengan
artikel di buku (sama-sama dinilai oleh manusia) maka caranya mesti
sama.

Anda harus melupakan teknik SEO jadul dan fokus kepada manusia.

Itulah artikel yang akan bisa jadi viral, dibaca banyak orang, dan
mendapatkan peringkat tinggi di mesin pencari.

Inilah caranya.

1. Pelajari karakter calon pembaca


Beda topik, peminatnya juga beda.

Anak muda, dewasa, mayoritas pria, mayoritas wanita, dan lain-lain.

Misalnya artikel tentang “keuangan” mungkin pembacanya usia 25 ke


atas, ya kan? Lalu artikel mengenai game peminatnya lebih muda.

Jadi cara nulisnya juga beda.

Repot ya…
…Untuk apa sih kita mesti mempelajari karakter?

Tujuannya supaya anda bisa menyesuaikan isi artikel terutama gaya


penulisan dengan karakter pembaca anda.

Dengan kata lain:

Supaya artikel anda enak dibaca.

Supaya pembaca tidak bosan.

Contohnya, kalau pembaca anda mayoritas anak muda, anda gunakan


bahasa yang lebih santai. Kalau anda kaku, maka mereka bakal
merasa aneh.

Kalau sudah begitu, mereka akan pergi.

Ada satu hal lagi, anda tidak harus menulis sesuai EYD seperti yang
diajarkan bu guru di sekolah.

Yang penting enak dibaca.

Mari kita balik ke karakter pembaca…

Untuk mengetahui demografi pembaca website, anda bisa lihat dari


beberapa media berikut:

1. Google Analytics (Audience > Demographics > Overview)


2. Situs komunitas dimana orang-orang yang antusias terhadap
topik anda berkumpul
Gambar di atas merupakan demografi pembaca situs ini.

Diambil dari Google Analytics.

Dari situ saya bisa tahu bahwa pembaca situs PanduanIM ini adalah
mayoritas pria berumur 18-24 tahun. Tulisan saya juga menyesuaikan.

2. Pancing pembaca dengan judul yang menarik


Tahukah anda…kalau ada 100 orang yang mampir ke website anda,
80 orang akan membaca judul artikelnya.

Tapi hanya 20 orang yang lanjut baca isinya.

Parah ya.

Artinya anda kehilangan potensi pembaca yang sangat besar.

Coba kita ingat kembali ketika melakukan pencarian di Google. Apa


yang membuat kita memilih salah satu website?

Judulnya…ya kan?
Jadi pertempuran kita dimulai dari judul.

Kalau artikelnya bagus, sebagus apapun, kalau judulnya jelek maka


tidak akan ada yang membaca.

Satu hal lagi:

Kalau kita bicara rangking. Judul juga salah satu faktor terbesar yang
akan membuat peringkat artikel anda di Google jadi tinggi.

Lihat gambar berikut untuk memahami logikanya:


Google mengikuti perilaku manusia…

Manusia akan mengeklik judul yang lebih menarik…

Maka kalau manusia menganggap artikel kedua lebih baik, maka


Google akan menaikkan peringkat artikel tersebut jadi ke peringkat
satu.

Itu logikanya, sekarang kita lihat caranya.

Misalkan kalau anda search di Google dengan kata kunci “cara


mengusir lalat”, kemudian di peringkat 1-3 ada artikel berjudul seperti
ini:

1. 5 Cara Mengusir Lalat


2. 5 Cara Praktis untuk Mengusir Lalat dari Rumah dalam 30 Menit
3. Tutorial Tips Cara Mengusir Lalat Secara Alami Terbaru
Terlengkap
Judul artikel pertama…biasa.
Format penulisan judul seperti nomor 1 terlalu standar, tidak ada faktor
X yang membuat orang lain tertarik untuk membaca.

Sekarang kita lihat judul kedua:

Ada kata-kata seperti “praktis” dan “dalam 30 menit”.

Dari judulnya kita bisa membayangkan bahwa artikel kedua punya nilai
lebih dari artikel pertama. Kalau saya cuma boleh baca 1 artikel, saya
akan pilih yang kedua.

Judul pertama itu ibarat makan tahu.

Judul kedua ibarat makan tahu + kecap.

Manusia yang melakukan pencarian di Google selalu ingin solusi


terbaik dan termudah dari permasalahan mereka.

Inilah yang harus kita tawarkan.

Karena itu, di judul harus ada “kecapnya”.

TAPI bukan hanya judulnya saja…

Artikel anda juga harus ada kecapnya.

Kalau anda menulis seperti contoh di atas (tips praktis 30 menit), maka
isinya juga harus sesuai dengan judulnya. Jangan membohongi
pembaca.

Oh ya, kita belum bahas judul ketiga.

Intinya sih jangan buat judul seperti nomor tiga.

Judul ketiga adalah korban dari optimasi


berlebihan dengan memasukkan kata-kata yang terlihat heboh,
padahal justru jadi aneh dibaca.

Ini tren konyol yang sering dilakukan blogger Indonesia.


Jangan pernah gunakan judul ke-3.

Untuk cara ngeceknya, coba ucapkan judul tersebut. Kalau tidak lazim
diucapkan, berarti judulnya aneh, jangan digunakan.

Teknik pembuatan judul sangat penting.

Bahkan karena pentingnya maka saya membuat 1 artikel khusus yang


membahas judul. Silahkan baca 7 teknik pembuatan judul konten ini.

3. Artikel anda tidak akan dibaca kata-per-kata,


lakukan ini untuk mengakali
Saya tadi sempat bilang ini:

Artikel di website beda dengan buku.

Saat baca buku atau koran atau majalah, kita memang sedang ingin
fokus membaca.

Di internet tidak demikian.

Di internet, orang-orang ingin bergerak dengan cepat dari website A ke


website B. Maka mereka tidak akan membaca artikel kata per kata.

Anda pun juga pasti sudah melewati sebagian besar tulisan di atas.

Ini wajar.

Pola pembaca ini diberi nama F-shaped pattern, karena seperti huruf F.

Jadi mereka melakukan scanning secara vertikal, kemudian ketika


menemukan kalimat yang menarik barulah mereka membaca secara
horizontal.

Gambar berikut ini didapatkan dari penelitian menggunakan alat


pelacak gerakan mata ketika membaca konten di website.
Seperti terlihat dalam gambar, sebagian besar orang hanya membaca
lengkap di bagian atas. Semakin ke bawah, semakin sedikit yang
mereka baca.

Seperti huruf F kan?

Sebagai penulis, kita ingin meminimalisir yang seperti ini.

Kita ingin supaya mereka membaca selama mungkin.

Alasannya penting:

Semakin lama mereka menghabiskan waktu di website anda, maka


akan tercipta “ikatan” yang kuat antara anda dengan pembaca.

Pembaca akan semakin “cinta” dengan anda dan tulisan anda.

Untuk itu, ada 2 cara untuk mengakali.

Jangan ikuti saran dari guru Bahasa Indonesia


Sebuah paragraf sebaiknya terdiri dari minimal 5 kalimat dan
harus mengandung sebuah ide pokok. Kalau tidak, saya beri nilai nol.

Itu waktu di sekolah.


Ini tidak bagus untuk artikel di website.

Kenapa?

Karena paragraf yang berisi terlalu banyak tulisan akan membuat mata
lelah.

Karena itulah sebaiknya satu paragraf untuk artikel website


maksimal 3-4 baris (bukan kalimat), dengan panjang horizontal tidak
lebih dari 20 kata.

Selain paragraf singkat, anda juga bisa menggunakan subheader


untuk memotong atar bagian supaya artikel anda jadi lebih “ringan”.

Lihat gambar ini sebagai perbandingan:

Lebih enak mana, baca yang kiri atau yang kanan?

Yang kanan, pasti.

Terapkan inverted-pyramid (piramida terbalik)


Mulai nulis itu susah.
Apa yang ditulis duluan? Apa selanjutnya? Apakah ini perlu dibahas
atau tidak?

Bingung.

Untungnya, ada suatu metode yang bisa memperjelas kebingungan


anda.

Metode piramida terbalik.

Metode ini sering digunakan oleh jurnalis untuk membuat berita yang
menarik untuk dibaca.

Teknik ini akan kita manfaatkan.

Kira-kira seperti ini:

Bagian atas (depan) artikel harus mengandung gambaran utama dari


artikel anda dan alasan mengapa mereka harus membaca artikel
tersebut lebih lanjut.
Paham maksudnya?

Jadi di bagian awal artikel mesti ada suatu informasi berupa “manfaat”
dan “iming-iming” supaya pembaca mau melanjutkan membaca
sampai habis.

Lalu di tengah artikel kita jelaskan lebih lanjut detailnya.

Butuh contoh?

Coba scroll sedikit ke atas ke awal bagian metode ini.

Di awal saya menjelaskan bahwa metode ini bisa membantu anda


mengatasi kebingungan dan bisa digunakan untuk membuat artikel
yang menarik.

Itu manfaat dan iming-imingnya.

Dengan demikian akan semakin banyak pembaca yang akan


melanjutkan membaca sampai akhir.

4. Ikuti format berikut agar tulisan anda terbaca


Saya sering nemu artikel seperti ini:

Topiknya menarik.

Tapi tulisannya SUSAH dibaca.

Akhirnya meskipun sepertinya menarik tapi jadi susah dibaca.

Coba deh, apa perasaan anda kalau anda harus membaca artikel
yang:

 Hurufnya terlalu kecil


 Jarak antar barisnya kecil
 Menggunakan jenis font yang sulit dibaca
Sebagus apapun isi artikelnya, percuma kalau tidak terbaca.
Saya sering dengar orang-orang berusia 40+ yang mengeluh ketika
membaca artikel di depan komputer, katanya terlalu kecil dan sulit
dibaca.

Jangan menyiksa mereka.

Gunakan font dan ukuran yang mudah untuk dibaca.

Font-font seperti Arial, Helvetica, Open Sans, Roboto, Georgia,


merupakan font yang umum dipakai di website, gunakan font seperti
ini daripada yang tidak umum.

Kalau bingung, lebih baik tidak usah gunakan font khusus.

Lebih jelasnya:

 Gunakan font yang mudah dibaca atau tidak usah gunakan font
khusus kalau anda bingung
 Ukuran antara 14-22px
 Lebar horizontal antara 480-720px
 Line-height antara 1.5-2em
 Margin di bawah paragraf antara 1.5-2em
Itu secara tulisan…

…masih ada lagi.

Ini beberapa cara yang bisa anda lakukan supaya artikel anda jadi
lebih mudah dibaca:

1. Gunakan banyak gambar


2. Gunakan subheader supaya artikel panjang menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil
3. Gunakan list (seperti ini)

5. Tingkatkan kualitas dan bobot isi artikel anda


Akhirnya, kita masuk ke inti utama dari artikel ini.
Bobot dan kualitas adalah faktor utama penentu bagus-tidaknya artikel
anda.

Semakin berbobot artikel anda, maka pembaca semakin puas.

Masuk akal kan?

Enak mana baca 1 artikel dapat informasi yang lengkap atau baca 10
artikel yang isinya sepotong-sepotong dan bikin bingung?

Enak yang pertama.

Untuk membuat artikel berbobot yang bisa memuaskan pembaca anda


harus melakukan riset.

Tapi masalahnya ini:

Artikel yang berbobot hanya bisa dibuat oleh penulis yang paham betul
mengenai topiknya.

Anda tidak akan bisa menciptakan artikel yang berbobot tanpa


mengerti apa yang dibahas dan hanya bermodal contek sana contek sini.

Solusinya mudah…

Kalau anda bukan seorang ahli dalam topik artikel yang akan anda
buat, perbanyak waktu untuk membaca artikel-artikel lain yang sejenis.

Kemudian gunakan metode KTP untuk membuat konten


berkualitas.

Tahap riset ini sering dilewatkan oleh blogger.

Oleh karena itu, sayangnya, di Indonesia masih banyak artikel-artikel


yang tidak berbobot.

Salah satunya contoh berikut:


Artikel ini saya temukan di Google, topiknya adalah “cara meningkatkan
produktivitas“.

Coba perhatikan inti dari artikel tersebut:

1. Pengertian produktivitas
2. Pentingnya produktivitas
3. Bangun lebih pagi
4. Miliki tujuan
5. Belajar dari orang lain
6. Hindari merasa kewalahan
7. Ambil waktu beristirahat
8. Berdoa sebelum bekerja
Ini ekspresi saya setelah baca artikel tadi:

Mari kita bedah satu per satu inti dari artikel tadi (tanpa bermaksud
menjelekkan penulisnya):

1. Pengertian produktivitas — Kalau seseorang mencari info tentang


cara meningkatkan produktivitas, mereka TIDAK perlu diberitahu
apa itu pengertian produktivitas, mereka sudah paham.
2. Pentingnya produktivitas — sama seperti nomor 1
3. Bangun lebih pagi — ya iyalah, ini sih sudah jelas
4. Miliki tujuan — kalau nggak punya tujuan ya sudah pasti tidak
bisa produktif
5. Belajar dari orang lain — justru baca artikel ini karena mau
belajar, kok malah disuruh belajar ke orang lain lagi
6. Hindari merasa kewalahan — semua orang juga sudah tahu
7. Ambil waktu beristirahat — sama seperti nomor 6
8. Berdoa sebelum bekerja — kalau orangnya religius, berdoa
memang bagus, tapi ini bukan langkah yang bisa meningkatkan
produktivitas
Sudah jelas?

Mari kita bahas lebih lanjut.

Jenis artikel yang umum di internet ada 2:

Informasi atau panduan.

Kalau artikel berupa panduan, isinya harus benar-benar bisa menjadi


panduan.

Bukan sekedar bacaan…

…harus bisa langsung digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.

(Contoh artikel tadi mestinya sih panduan)

Artikel panduan yang baik isinya dapat digunakan sebagai pedoman


pegangan ketika pembaca akan melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan artikel tersebut.

Misalnya:

 Resep makanan yang bisa langsung dilakukan ketika mereka


memasak
 Panduan membeli HP bekas yang bisa dijadikan panduan ketika
membeli HP bekas
 Cara meningkatkan produktivitas kerja yang bisa langsung
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
Kalau kita cuma memberikan informasi yang tidak berbobot (seperti
contoh di atas), maka artikel anda tidak bermanfaat.

Kembali ke contoh artikel di atas.

Setelah membaca isi artikel tersebut kira-kira apa yang dilakukan


pembaca?

Apakah produktivitas mereka meningkat?

Saya rasa mereka langsung menutup tab browser tanpa melakukan


apapun yang bisa meningkatkan produktivitas, kemudian langsung
lupa isinya dalam 10 menit.

Ada beberapa panduan yang bisa anda baca setelah ini untuk
menciptakan konten yang berbobot:

 Metode KTP untuk membuat konten yang berkualitas


 Strategi content marketing untuk bisnis
 Membuat konten unggulan yang mampu mendapatkan
backlink
Satu hal lagi yang perlu anda ingat:

Artikel berbobot biasanya lebih panjang, tapi artikel yang


lebih panjang belum tentu berbobot
Ada kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh penulis konten, yaitu
menulis terlalu banyak basa-basi karena ingin mendapatkan jumlah
kata tertentu.

Ini gara-gara orang bilang artikel panjang = bagus untuk SEO.

Tapi yang penting sebetulnya bukan panjangnya, tapi bobotnya.


Berikut 2 contoh komposisi artikel:

 Artikel A hanya dibuat untuk sekedar mencapai jumlah kata


tertentu tanpa memberikan manfaat
 Artikel B dibuat untuk mengedukasi. Melalui proses riset dan
perencanaan yang mendetail sehingga hasilnya “berdaging”
Sadar atau tidak, banyak penulis yang membuat Artikel A.

Karena mudah…

Tinggal basa-basi.

Untuk membuat artikel B, anda mau-tidak-mau harus paham tentang


topiknya. Kalau tidak, maka artikel anda tidak akan bisa “mengajarkan”
sesuatu kepada orang lain.

Karena itulah ikuti Metode KTP ini sebelum menulis artikel.

Tapi bagaimana kalau topiknya cuma bisa dibahas


singkat?
Gampang:

Jangan dipanjang-panjangkan.

Topik sangat berpengaruh dengan panjang artikel.


Kalau topik yang anda pilih memang sempit, maka artikelnya memang
akan jadi pendek.

Tapi ini berlaku sebaliknya juga:

Kalau topiknya besar, jangan buat artikel yang pendek (karena malas).
Ini jadinya artikel yang tidak berbobot.

Atau kalau bisa, pilihlah topik yang memang bisa dibahas jadi panjang.
Karena rata-rata memang artikel panjang mendapatkan hasil yang
lebih bagus di search engine:

Ini gambar penelitian yang menunjukkan bahwa artikel di halaman 1


Google saat ini rata-rata panjangnya melebihi 2000 kata.

Saya simpulkan:

Kalau bisa, pilih topik yang luas.

Lalu buat artikel yang berbobot.


Tapi kalau memang topiknya singkat, jangan dipanjang-panjangkan.

6. Temukan dan gunakan keyword LSI


Sejujurnya saya belum mau bahas yang ini…

…tapi banyak pembaca yang protes, kenapa saya tidak bahas tentang
SEO padahal ini panduan membuat artikel website.

Oleh karena itu, sekarang kita masuk ke teknikal SEO.

(kalau anda belum tahu SEO, saya sarankan baca ini dulu)

Ini salah satu tips paling ampuh untuk membuat keyword yang bisa
mendapatkan peringkat tinggi.

Ada 2 manfaat menggunakan keyword LSI:

 Mendapatkan peringkat untuk berbagai long tail keyword


 Meningkatkan relevansi & rangking untuk keyword utama
Untuk anda yang belum pernah mendengar istilah ini, mari kita bahas
dulu…

…apa sih LSI?

Singkatnya, LSI (Latent Semantic Index) adalah fitur yang diadopsi


oleh mesin pencari seperti Google supaya bisa mengerti maksud dari
artikel.

Misalnya “Apple”.

Istilah Apple bisa ambigu antara buah atau nama perusahaan.

Mesin pencari mampu membedakan mana yang buah dan mana yang
perusahaan dengan cara membaca kata-kata yang mengelilingi kata
utamanya.
Jadi kalau anda mencari di Google dengan kata kunci “apple store”,
maka Google paham yang dimaksud bukan toko buah apel melainkan
tokonya perusahaan Apple.

Tapi apa hubungan LSI dengan SEO?

Begini…

Masih ingat teknik SEO jadul tadi?

Mengulang-ulang keyword untuk mencapai persentase tertentu.

Daripada seperti itu, lebih baik manfaatkan keyword LSI untuk


memberitahu mesin pencari bahwa artikel kita relevan dengan yang
diinginkan user.

Hasilnya, peringkat anda akan jadi lebih baik.

Pembaca juga jadi tidak merasa aneh.

Teknik ini juga jadi lebih ampuh daripada SEO jadul (keyword density)
karena kita tidak melakukan banyak pengulangan kata kunci yang
sama.

Tidak hanya itu.


Anda juga akan mendapatkan rangking untuk berbagai variasi keyword
LSI.

Mencari keyword LSI tidak sulit. Lakukan pencarian di Google dengan


keyword utama anda.

Dalam contoh ini saya gunakan “belajar gitar”.

Scroll ke bagian bawah. anda akan menemukan ini:

Inilah berbagai variasi yang bisa anda gunakan.

Yang perlu anda perhatikan sekarang adalah penggunaannya.

Anda bisa tulis kalimat-kalimat yang menggunakan kata yang dicetak


tebal. Tapi ingat, kalimat-kalimat anda harus alami, menggunakan tata
bahasa yang baik.

Ini contohnya:

Hari ini kita akan belajar cara bermain gitar untuk pemula.

10 tahun yang lalu saya pertama kali belajar bermain gitar


secara otodidak menggunakan suatu teknik yang sangat efektif
sehingga saya bisa jadi mahir dalam 6 bulan. Kali ini saya akan
mengajarkan teknik yang sama agar anda juga bisa jadi
mahir dengan cepat.

Silahkan persiapkan gitar akustik atau klasik. Pertama-tama, kita


akan belajar bermain melodi dari beberapa lagu mudah.

Ingat, anda tidak perlu menggunakan semuanya.


Menggunakan sebagian saja sudah cukup, yang penting masuk akal.

7. Lakukan pemeriksaan tata bahasa dan ejaan


Kedengarannya sangat sepele, tapi sebetulnya sangat penting…

…apalagi karena di Indonesia kita sangat jarang menggunakan


bahasa baku dalam kehidupan sehari-hari.

Akibatnya, bahkan di situs-situs berita pun banyak terjadi kesalahan.

Sepele memang, tapi ketika terjadi kesalahan penulisan maka artikel


anda langsung mendapatkan kesan tidak profesional. Ini berbahaya.

Bayangkan kalau anda mengunjungi sebuah website yang menjual


produk seharga Rp 10juta, tapi ternyata di kontennya banyak terdapat
kesalahan penulisan.

“Gimana mau dianggap serius, nulis aja nggak becus.”

Masalahnya lagi:

Untuk artikel berbahasa Indonesia kita belum punya software yang


mampu memeriksa kesalahan tata bahasa (grammar). Hanya
ejaan yang bisa kita periksa.

Jadi satu-satunya solusi yaitu memeriksa secara manual.

Lakukan tahapan seperti berikut:

1. Tulis artikel anda sampai selesai tanpa melakukan pemeriksaan


2. Baca artikel anda dengan suara (bukan dalam hati)
3. Perbaiki setiap kalimat yang terdengar janggal ketika diucapkan
Poin terpenting di nomor 2.

Ada 2 alasannya…
Pertama, karena kalau anda membaca dalam hati maka kesalahan-
kesalahan kecil akan terlewatkan.

Kedua, saya yakin ini pasti terjadi, di artikel anda akan muncul
BANYAK kalimat-kalimat yang terdengar aneh ketika diucapkan.
Keanehan ini baru akan muncul kalau artikelnya dibaca dengan suara.

Ketika membaca, bayangkan anda sedang presentasi di depan umum


atau sedang bercerita dengan teman anda (tergantung jenis
artikelnya).

8. Lakukan optimasi on-page SEO lainnya


Lho katanya lupakan SEO, kok bahas SEO lagi?

Saat menulis, lupakan SEO. Tapi optimasi on-page SEO ini kita
lakukan SETELAH artikel selesai ditulis.

Lupakan SEO saat menulis, ingat SEO lagi saat selesai menulis.

Proses SEO ini tidak lama, paling-paling hanya memakan waktu 1


menit. Tapi banyak orang yang terlalu pusing dengan ini dan
mengabaikan yang lebih penting di atas.

Maka dari itu, ini saya bahas di akhir.

Meta description
Meta description terkadang akan muncul di hasil pencarian sebagai
ringkasan artikel anda. Ini bisa meningkatkan klik ke website anda
apabila dimanfaatkan dengan tepat.

Hati-hati:

Kesalahan terbesar dalam penulisan meta description adalah


menumpuk terlalu banyak keyword.

Sebetulnya tidak perlu menyertakan keyword….

…tapi kalau anda memang ingin menulis keyword, jangan lebih dari 1.
Yang terpenting adalah teknik penulisannya bagaimana anda bisa
mengundang calon pembaca untuk mengunjungi website anda.

URL
Umumnya URL website akan muncul secara otomatis, dibuat sama
dengan judul artikel anda. Tetapi beberapa orang (seperti saya) lebih
suka menggunakan URL yang dimodifikasi.

Tips dalam penulisan URL:

1. Mengandung keyword utama


2. Tidak terlalu panjang
3. Usahakan tidak mengandung preposisi
Gambar
Artikel tanpa gambar itu membosankan.

Jangan mentang-mentang karena menulis artikel, lantas anda merasa


tidak perlu menyertakan gambar. Entah karena malas atau alasan lain.

Jangan pula sekedar untuk penghias.

Gambar dalam artikel untuk menerangkan konsep yang susah


dijelaskan hanya dengan tulisan.

Melihat lebih jauh, ini manfaat gambar dalam artikel:

1. Tingkat bacaan jadi lebih tinggi (artikel dibaca lebih jauh)


2. Share ke FB dan Twitter meningkat 216% dan 110%
3. Jumlah retweet meningkat 35%
4. Jumlah share di Facebook meningkat 85%
Dalam HTML, gunakan atribut alt untuk gambar. Jika memang
berhubungan dengan gambarnya, gunakan keyword LSI dalam alt.

Link ke halaman lain dan ke website lain


Apabila memungkinkan, sertakan internal link ke artikel lain yang
berhubungan dengan topik artikel yang sedang anda tulis karena akan
meningkatkan struktur website.

Selan internal link, link ke website lain juga sangat penting.

Lihat alasannya di penjelasan on-page SEO ini.

9. Sekarang saatnya mencari pembaca


Banyak penulis artikel website yang merasa setelah menekan tombol
‘publish’ maka tugasnya selesai.

Belum, tantangan sebetulnya baru akan dimulai.

Di hari yang sama ketika anda menerbitkan artikel, ada jutaan artikel
lain yang juga diterbitkan.

Artikel anda tidak akan ditemukan kalau tidak dipromosikan.

Kalau tidak ada manusia yang membaca, maka Google tidak akan
tahu kualitasnya sehingga artikel anda tidak akan mendapatkan
peringkat tinggi.

Jadi jangan puas dulu setelah menerbitkan artikel.

Tidak cukup membuat konten yang berkualitas kemudian ditinggalkan


begitu saja. Anda harus mendistribusikan artikel yang sudah anda tulis
barusan.

Bahkan website yang sudah sukses pun secara konsisten


mempromosikan kontennya.

Distribusi yang tepat akan meningkatkan jumlah pengunjung anda


hingga berkali-kali lipat.
Ada beberapa tips mendasar yang bisa anda lakukan untuk
memasarkan konten:

1. Beritahukan orang lain di jejaring sosial dan situs komunitas


(forum). Jangan spam, lakukan hanya kalau ada yang
membutuhkan info terkait
2. Pasang tombol share di setiap artikel untuk mempermudah
pembaca sharing artikel
3. Beritahukan ke akun Twitter yang membahas topik serupa
Ketiga tips di atas hanya yang paling dasar.

Masih ada yang lainnya, baca panduan 13 teknik


mempromosikan konten yang lebih lanjut.

Kalau anda membaca panduan membuat artikel ini sampai habis, anda
mungkin akan tertarik dengan panduan-panduan berikut:

 Strategi content marketing untuk mengembangkan bisnis


 Membuat konten unggulan yang mampu mendapatkan
backlink
 14 teknik SEO untuk meningkatkan traffic dari mesin pencari
 Membuat konten yang populer dengan 6 elemen pemicu
popularitas

Anda mungkin juga menyukai