SKRIPSI
Oleh
DWI PURWANTI
i
MORFOMETRIK TUBUH DAN PENGARUH INDEKS UKURAN TUBUH
TERHADAP LITTER SIZE KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA
BERBAGAI PARITAS DI BBPTT KABUPATEN KENDAL
Oleh
DWI PURWANTI
NIM : 23010114130103
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Apabila di kemudian hari dalam skripsi ini ditemukan hal-hal yang menunjukkan
telah dilakukannya kecurangan akademik, maka penulis bersedia gelar Sarjana
yang telah penulis dapatkan ditarik sesuai dengan ketentuan dari Program Studi S1
Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.
Dwi Purwanti
Mengetahui :
Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M.Agr.
iii
Judul Skripsi : MORFOMETRIK TUBUH DAN PENGARUH
INDEKS UKURAN TUBUH TERHADAP
LITTER SIZE KAMBING PERANAKAN
ETTAWA PADA BERBAGAI PARITAS DI
BBPTT KABUPATEN KENDAL
Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M.Agr.
Dr. Ir. Bambang Waluyo H. E. P., M.S., M.Agr. Dr. Sri Sumarsih, S.Pt., M.P.
iv
RINGKASAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk mengetahui dan mengkaji
pengaruh antara ukuran-ukuran tubuh kambing Peranakan Ettawa (PE) dengan
paritas serta untuk mengetahui pengaruh indeks ukuran tubuh (IUT) kambing PE
terhadap litter size. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2018 di
Balai Budidaya dan Pembibitan Ternak Terpadu Dusun Klangsen, Desa Sumberejo,
Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 47 ekor induk kambing
PE. Metode penelitian adalah observasional dengan mengukur langsung ukuran-
ukuran tubuh ternak. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan
peneliti (catatan aktivitas reproduksi yang lengkap) serta mempertimbangkan lokasi
yang merupakan tempat pengembangan dan pembibitan ternak ruminansia.
Kambing PE yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah induk kambing yang
paritas 1 = 19 ekor, paritas 2 = 6 ekor, paritas 3 = 18 dan paritas 4 = 4 ekor serta
memiliki catatan litter size yang lengkap dari kelahiran pertama. Paritas ternak
diketahui melalui buku rekording reproduksi dan wawancara yang dilakukan
dengan petugas lapangan. Kambing terpilih kemudian diukur ukuran-ukuran tubuh
yang meliputi panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pundak,
lebar pinggul dan tinggi pinggul. Selanjutnya, dihitung indeks ukuran tubuh dengan
rumus panjang badan:lingkar dada. Rentang indeks ukuran ramping adalah 0,896 -
1,037 dan indeks ukuran besar adalah 0,754-0,895. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan General Linear Model (GLM) dan dilanjutkan dengan Principal
Component Analysis (PCA) dengan alat bantu analisis Statistical Analysis System
(SAS) Ver 6.12.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran-ukuran tubuh kambing PE
memiliki keragaman dan perbedaan berdasarkan paritas. Ukuran tubuh yang
menjadi parameter pembeda berdasarkan nilai Principal Component (PC) 1 yaitu
panjang badan dengan nilai 0,695 dan lingkar dada dengan nilai 0,530. Litter size
induk kambing PE pada paritas 1 sebesar 1,06; paritas 2 sebesar 1,25; paritas 3
sebesar 1,60 dan paritas 4 sebesar 1,38. Litter size kambing PE berdasarkan indeks
ukuran tubuh adalah 1,34 dan indeks ukuran tubuh kecil adalah 1,29.
Simpulannya panjang badan dan lingkar dada dapat digunakan sebagai
parameter pembeda antar paritas. Litter size dipengaruhi oleh paritas tetapi tidak
dipengaruhi indeks ukuran tubuh.
v
KATA PENGANTAR
sangat bergantung pada sistem reproduksi. Kelahiran anak kembar (lebih dari satu)
merupakan salah satu hal yang sangat diharapkan karena dapat memberikan
keuntungan dari segi ekonomi. Semakin banyak anak yang dilahirkan dalam setiap
kelahiran, maka seekor induk dapat dikatakan memiliki produktivas yang tinggi
kepada anak untuk meningkatkan produktivitas. Salah satu upaya peningkatan mutu
genetik dan populasi ternak dapat dilakukan melalui seleksi induk. Seleksi induk
yang unggul dapat dilihat dari mormometrik tubuh. Kambing yang memiliki sifat
prolifik pada umumnya memiliki tubuh yang besar dan pertumbuhannya cepat.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan
berjudul “Morfometrik Tubuh dan Pengaruh Indeks Ukuran Tubuh terhadap Litter
skripsi ini. Oleh karena itu penulis dengan setulus hati menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. sebagai pembimbing utama, dan
Prof. Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M. Agr. sebagai pembimbing anggota
vi
bimbingan serta pengarahan sehingga skripsi dapat diselesaaikan dengan
2. Dr. Ir. Sutiyono, M.S. dan Daud Samsudewa, S.Pt., M.Si., Ph.D. sebagai
dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Yon Soepri Ondho, M.S. sebagai panitia ujian skripsi yang telah
4. Dr. Ir. Bambang Waluyo H. E. P., M.S., M.Agr. sebagai Dekan Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Dr. Sri Sumarsih, S.Pt., M.P. sebagai plt. Ketua
5. Ir. Sutrisno, M.P. sebagai dosen wali yang selalu memberi semangat dan
menyelesaikan skripsi.
memberi dukungan secara moral dan material serta do’a yang tiada henti
8. Kakak tercinta Sudarni dan Eko Sumedi yang selalu mengingatkan untuk
vii
9. Kepala dan staf Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Terpadu
10. M. Abdillah Yahaq, M. Aziz Zaiful, Dela Ayu Lestari, Rizki Hawari A.,
11. Mas Alam Surya Wijaya dan Asisten Laboratorium Genetika, Pemuliaan
dan Reproduksi yang selalu memberi tawa, solusi ketika sudah sampai di
12. Kos Kawai 2A, teristimewa untuk Annisa Dyah, Annisa Akhsani, Sri Puji
Astuti, Retno dan Ranita yang menjadi saksi suka duka penyelesaian
skripsi ini.
13. Peternakan C 2014 dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
5.2. Saran .................................................................................... 28
LAMPIRAN ................................................................................................ 33
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xi
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
10. Analisis Pengaruh Indeks Ukuran Tubuh dengan Litter Size ..... 52
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
sangat bergantung pada sistem reproduksi. Kelahiran anak kembar (lebih dari satu)
merupakan salah satu hal yang sangat diharapkan karena dapat memberikan
keuntungan dari segi ekonomi. Semakin banyak anak yang dilahirkan dalam setiap
kelahiran, maka seekor induk dapat dikatakan memiliki produktivas yang tinggi
besar dikarenakan jarak beranak yang pendek, jumlah anak sekelahiran yang
banyak, kandang yang dibutuhkan tidak terlalu luas serta perputaran modalnya
adaptasi yang baik dengan kondisi iklim dan lingkungan di Indonesia serta memiliki
prolifik yaitu suatu sifat yang mampu melahirkan anak 2 - 3 ekor per kelahiran.
indeks produktivitas induk. Induk dengan genetik yang unggul akan menurunkan
gen tersebut pada keturunannya. Sifat prolifik dapat diturunkan kepada anak untuk
tubuh dan produksi susu) serta sifat-sifat reproduksi (fertilitas, litter size dan service
Produktivitas ternak dapat dicapai apabila faktor genetik, pakan dan menejemen
mendapat perhatian yang baik (Kurnianto, 2009). Salah satu upaya peningkatan
mutu genetik dan populasi ternak dapat dilakukan melalui seleksi induk.
generasi berikutnya yang memiliki sifat unggul pula (Kurnianto, 2009). Seleksi
induk yang unggul dapat dilihat dengan mengukur morfometrik tubuh. Ukuran-
ukuran tubuh ternak diprediksi dapat menurun kepada anak. Morfometrik tubuh
kambing PE beranak kembar akan nampak lebih besar disebabkan karena anak
kembar akan membutuhkan ruang abdomen dan uterus yang lebih besar. Lebar
pinggul dan panjang badan dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat prolifik
(Sutiyono et al., 2006). Kambing yang memiliki sifat prolifik pada umumnya
memiliki tubuh yang besar, pertumbuhannya cepat dan memiliki ukuran panjang
badan dan tinggi pundak yang lebih besar dibandingkan dengan induk yang beranak
pengaruh indeks ukuran tubuh (IUT) kambing PE terhadap litter size. Manfaat
PE pada berbagai paritas yang diharapkan dapat menjadi kriteria penilaian dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan salah satu jenis kambing yang
kambing yang lain adalah memiliki kemampuan adaptasi yang baik serta termasuk
2008). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari kambing Ettawa dan kambing
Kacang dengan ciri-ciri mirip kambing Ettawa namun memiliki ukuran tubuh yang
lebih besar dari pada kambing Kacang (Batubara et al., 2006). Taksonomi kambing
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Genus : Capra
dahi dan hidung cembung ke depan serta memiliki bulu berwarna belang hitam-
4
putih atau cokelat putih (Setiawan dan Fam, 2011). Kambing PE memiliki sifat
prolifik, yaitu mampu menghasilkan anak 2 - 4 ekor dalam setiap kelahiran dengan
lama kebuntingan kambing tersebut selama 154 - 157 hari (Suharto et al., 2008).
bobot badan berkisar antara 12 - 23,8 kg (Sutama et al., 1999). Bobot betina berkisar
2013).
sifat tersebut dapat dijadikan dasar seleksi dalam pemuliaan. Keragaman fenotip
nutrien yang lebih banyak daripada induk yang bunting tunggal untuk mencukupi
(Zulkharnaim et al., 2016). Pakan juga memiliki peran penting dalam pertumbuhan
kendala yang dapat menghambat pertumbuhan pada ternak (Gunawan et al., 2016).
Ukuran-ukuran tubuh yang meliputi panjang badan, tinggi pinggul, tinggi pundak
dan lebar dada merupakan paramater yang dapat digunakan sebagai penduga bobot
5
badan ternak dan dapat dijadikan kriteria dalam seleksi calon induk yang unggul
(Susanto, 2014). Induk yang memiliki ukuran tubuh yang besar lebih berpotensi
memiliki sifat prolifik dibandingkan dengan ukuran tubuh induk yang memiliki
anak tunggal (Zulkharnaim et al., 2016). Panjang badan dan lebar pinggul dapat
Panjang badan merupakan kriteria yang harus diperhatikan dalam seleksi induk
karena induk dengan anak kembar memiliki panjang badan yang lebih panjang
dibandingkan induk yang beranak tunggal (Zulkharnaim et al., 2016). Induk ternak
yang memiliki postur tubuh yang panjang menunjukkan luasnya bagian abdomen
yang menunjang ternak untuk menghasilkan anak yang besar atau memiliki jumlah
yang banyak karena memiliki ruang yang cukup untuk perkembangan janin
(Ulfah, 2016).
Lingkar dada erat kaitnya dengan besar kecilnya tubuh ternak dan dapat
digunakan untuk menduga bobot badan ternak. Perubahan ukuran lingkar dada
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan tulang rusuk dada dan
penimbunan daging yang semakin tebal (Lake, 2016). Lingkar dada juga
Ukuran dalam dada kambing PE beranak tunggal, kembar dan kembar lebih
dari 2 masing-masing yaitu 30,76 ± 3,90 cm; 31,60 ± 45 cm; 30,38 ± 5,15 cm
6
(Sutiyono et al., 2003). Ukuran lebar dada kambing PE betina berkisar antara 29 -
dan lebarnya rongga dada suatu ternak. Perubahan ukuran lebar dada dipengaruhi
oleh perkembangan organ-organ dalam dan pertumbuhan daging atau jaringan otot
Tinggi pundak kambing yang beranak kembar memiliki ukuran tubuh yang
besar dibandingkan kambing yang beranak tunggal (Zulkharnaim et al., 2016). Laju
pertumbuhan kambing beranak kembar sejak lahir hingga masa pubertas lebih cepat
sehingga menyebabkan ukuran tinggi pundak yang besar ketika dewasa dengan
rata-rata 69,77 ± 4,65 cm (Sutiyono et al., 2006). Tinggi pundak tidak berhubungan
langsung dengan ruang abdomen yang berkaitan dengan luasnya ruang abdomen
terdiri dari tulang-tulang kaki depan yang tersusun sebagai penopang tubuh dan
tumbuh lebih awal dibandingkan tulang-tulang yang lain karena berfungsi sebagai
penunjang aktivitas induk dan tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
(Sutiyono et al., 2006). Tinggi pinggul kambing PE betina yaitu 80,1 cm (Batubara
et al., 2006). Tulang pinggul merupakan tulang yang menyusun tulang pelvis.
Tulang ini mampu melebar untuk membantu proses partus sehingga dapat dilalui
umur ternak. Laju pertumbahan terjadi sangat pesat sebelum ternak berumur 9
bulan dan akan melambat pada umur 9 - 42 bulan (Septiani et al., 2015). Laju
perlahan terhenti dan terjadi penimbunan lemak pada tubuh (Hamdani, 2013).
Sifat prolifik adalah suatu sifat yang menunjukkan kemampuan seekor induk
untuk menghasilkan anak kembar (Sutama, 2011). Sifat prolifik pada kambing
dapat diukur berdasarkan jumlah anak yang dihasilkan dalam sekelahiran oleh
seekor induk. Sifat tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik yang didukung dengan
faktor lingkungan. Sifat prolifik dapat diturunkan sehingga gen prolifikasi mampu
2011). Prolifikasi ternak salah satunya dipengaruhi oleh gen FeJ F yang
seekor induk. Rata-rata jumlah anak sekelahiran pada kambing Ettawa yaitu
1,51 ± 0,43 (Sudewo et al., 2012). Sutama et al. (1999) menyatakan, jumlah anak
anak sekelahiran akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur dan paritas
induk. Litter size akan terus meningkat pada umur induk 2 - 6 tahun. Tingkat
bobot badan induk ketika kawin dan bobot lahir (Kostaman dan Sutama, 2006).
8
Faktor yang mempengaruhi litter size adalah jumlah ovum yang diovulasikan
saat berahi, umur induk, kematian embrio dan kondisi selama kebuntingan
(Kostaman dan Sutama, 2005). Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan bobot
badan induk, umur induk, suhu lingkungan dan genetik tetua (Kaunang et al., 2013).
Induk yang secara genetik memiliki kemampuan prolifik akan tetapi tidak didukung
dengan pakan yang baik maka akan menyebabkan rendahnya laju ovulasi dan dapat
pula menyebabkan kematian prenatal pada anak akibat kekurangan nutrien dari
pakan (Sutiyono et al., 2006). Faktor lingkungan juga memiliki pengaruh sifat
kualitas vegetasi dan tingkat stres ternak yang berpengaruh terhadap penampilan
Kejadian bunting kembar disebabkan oleh adanya lebih dari satu sel folikel
yang berkembang cepat menjadi folikel de Graaf yang kemudian sel ovum
dipengaruhi oleh status energi tubuh yang didapatkan dari ransum (Winugroho,
9
2002). Sistem pemeliharaan peternak masih menggunakan cut and carry, di mana
hijauan telah disediakan setiap hari dan ternak tidak merumput sendiri baik di
jumlah partus (kelahiran) pada induk ternak (Filian et al., 2016). Kondisi anak pada
kelahiran kedua memiliki bobot badan dan ukuran tubuh yang lebih besar
dibandingkan dengan paritas pertama. Hal tersebut dikarenakan pada paritas kedua
sistem reproduksi induk sudah jauh lebih matang dibanding paritas pertama
(Hamdani, 2015).
Ternak yang memasuki masa pubertas perlu diperhatikan asupan nutrien yang
terdapat pada pakan yang diberikan kepada ternak. Bobot badan pada saat ternak
akan memasuki paritas 1 perlu diperhatikan karena bobot badan memiliki peranan
et al., 1999). Namun, bobot badan dan berahi erat kaitanya dengan pakan yang
munculnya tanda-tanda berahi pada ternak. Rata-rata jumlah anak sekelahiran pada
paritas 1 sebesar 1,38; paritas 2 sebesar 1,60; paritas 3 sebesar 1,44 dan paritas 4
Induk yang memiliki paritas 1 cenderung melahirkan anak dengan bobot lahir
yang kecil. Hal ini dikarenakan pada paritas 1 ternak belum mencapai dewasa
kelamin sehingga pakan yang dikonsumsi tidak hanya digunakan untuk mencukupi
10
Paritas ternak memiliki hubungan yang erat dengan umur. Jumlah anak
dikarenakan induk yang semakin dewasa dan sistem reproduksi yang semakin
sempurna (Mahmilia et al., 2005). Jumlah anak sekelahiran akan terus bertambah
dan mencapi puncaknya pada paritas ke-6 kemudian akan mulai menurun pada
paritas ke-7 (Sudewo et al., 2012). Ternak yang sudah tua dan memiliki paritas yang
penampilan tubuh suatu ternak. Nilai indeks dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor genetik dan faktor non genetik (Banerjee, 2017). Induk yang memiliki postur
tubuh yang besar akan menghasilkan anak seperinduk yang lebih besar pula
(Kaunang et al., 2013). Semakin besar indeks ukuran tubuh induk makan bobot
Indeks ukuran tubuh diperoleh dari hasil pembagian ukuran panjang badan
dengan ukuran lingkar dada. Indeks ukuran tubuh dibedakan menjadi 3 kategori
yaitu kecil, sedang dan besar. Apabila nilai indeks lebih besar dari 0,90 maka ternak
11
tergolong besar, apabila berada pada kisaran 0,86 - 0,88 tergolong sedang, dan jika
nilai indeks kurang dari 0,85 ternak tergolong ramping (Khargharia et al., 2015).
variabel dalam jumlah yang banyak untuk mengetahui pengaruhnya terhadap suatu
pengaruh beberapa variabel terhadap variabel lain secara bersamaan. Salah satu
et al.,2018 ).
data yang diuji, sedangkan komponen utama yang lainnya menjelaskan proporsi
keragaman yang semakin mengecil (Astutik et al., 2018). Nilai angka pada
Principal Component 1 (PC 1) yang tinggi dapat digunakan sebagai standar utama
pembeda (Udeh dan Ogbu, 2011). Variabel dengan nilai PC negatif tidak dapat
BAB III
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2018 di Balai Budidaya
Diponegoro, Semarang.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk kambing PE yang
sudah pernah beranak sebanyak 47 ekor. Alat yang digunakan dalam penelitian
adalah tongkat ukur dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi pundak,
panjang badan, lebar pinggul, dalam dada dan lebar dada, pita ukur dengan
ketelitian 0,1 cm untuk mengukur lingkar dada, alat tulis untuk mencatat hasil
oleh peneliti yaitu induk pada paritas 1, paritas 2, paritas 3 dan paritas 4 serta
memiliki catatan litter size yang lengkap dari kelahiran pertama. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
indeks ukuran tubuh, sedangkan data sekunder yaitu paritas dan litter size diperoleh
dari catatan reproduksi di BPBTT dan hasil wawancara dengan petugas lapangan.
paritas. Umur kambing ditetapkan berdasarkan kondisi gigi seri. Cara penentuan
Kambing dewasa memiliki sususan gigi dengan sepasang gigi seri sentral
(central incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang gigi seri
intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri sudut (corner incisors) pada
14
rahang bawah dan atas, tiga buah gigi premolar dan gigi molar pada rahang atas
dan rahang bawah (Sulastri dan Sumadi, 2015). Paritas ternak diketahui melalui
terlebih dahulu agar tenang dan tidak memberontak sehingga mempermudah proses
pada Ilustrasi 1.
K
G C’
C I
A
E
J
B
F D’ D
H L
1. Panjang badan= PB= body length: diukur dari tonjolan tulang duduk
2. Lingkar dada= LD= heart girth: diukur dengan melingkarkan pita ukur
3. Dalam dada= DD= chest depth: diukur dari belakang tonjolan tulang
4. Lebar dada= Ledada= chest width: diukur dari dada kiri sampai dada
kanan (E-F)
pundak (G) sampai ujung kaki depan. Posisi tongkat ukur tegak lurus
mulai dari sisi terluar dari sendi paha kanan dan paha kiri (I-J)
7. Tinggi pinggul= Tinggul= hip height: jarak yang terukur dari ujung kaki
depan (L) sampai tonjolan tulang pinggul (K). Permukaan tanah harus
rata.
teliti. Kemudian hasil pengukuran dicatat dalam buku catatan untuk selanjutnya
al. 2015):
indeks tertinggi (1,037) dikurangi dengan nilai indeks terendah (0,754). Hasil
indeks tertinggi atau indeks terendah dengan 0,141. Sehingga didapatkan rentang
nilai indeks ukuran tubuh besar yaitu 0,754 sampai dengan 0,895 (0,754+0,141=
0,895) dan rentang nilai indeks ukuran tubuh ramping yaitu 0,896 sampai dengan
Data ukuran-ukuran tubuh yang meliputi dalam dada, lebar dada, lebar
pinggul, tinggi pinggul, lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak, litter size
dan indeks ukuran tubuh dianalisis menggunakan prosedur General Linear Model
(GLM) untuk menganalisis perbedaan nilai rata-rata. Model linier aditif untuk
Keterangan:
µ = Nilai tengah
paritas, litter size antar paritas dan litter size antar indeks ukuran tubuh dilanjutkan
dengan analisis Mean Comparison Duncan’s New Multiple Range Test (MRT)
mengkompres data dalam jumlah yang banyak untuk menganalisis pengaruh antar
alat bantu analisis yaitu Statistical Analysis System (SAS) Ver 6.12 SAS (1990).
Hipotesis:
BAB IV
Peranakan Ettawah didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 2 untuk perhitungan
memiliki tampilan yang berbeda-beda sesuai kemampuan genetik dan sifat yang
populasi berada pada lingkungan yang homogen maka sifat fenotip merupakan
ukuran-ukuran tubuh pada ternak setiap tahun akan mengalami pertumbuhan karena
ternak akan mengalami laju pertumbuhan sejak lahir hingga mencapai dewasa
tubuh.
(umur 0 - 9 bulan) dan akan melambat setelah dewasa tubuh (9 - 42 bulan) hingga
akhirnya terhenti kemudian terjadi deposit lemak pada tubuh (Septiani et al., 2015).
kendala besar dalam proses pertumbuhan. Nutrien dari pakan yang dikonsumsi
ternak akan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
paritas 2 relatif tidak berbeda nyata dengan paritas 3. Tabel 2 juga menunjukkan
bahwa hasil ukuran-ukuran tubuh paling berbeda terdapat pada paritas 1 dan paritas
4. Hal tersebut dikarenakan pada paritas 1, kambing PE masih berada dalam fase
merupakan ukuran yang paling kecil diantara paritas yang lainnya. Lake (2016)
Hasil analisis menunjukan bahwa ukuran panjang badan (PB) pada paritas 1
sebesar 64,47 cm; paritas 2 sebesar 66,91 cm; paritas 3 sebesar 70,08 cm dan paritas
4 sebesar 74,93 cm. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada parameter PB pada
20
paritas 1 tidak berbeda nyata dengan paritas 2, tetapi berbeda nyata (P<0,05)
pertumbuhan tulang masih terus berlangsung hingga mencapai titik dewasa tubuh.
Induk dengan ukuran PB yang lebih panjang memiliki ruang abdomen yang cukup
yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang berjumlah banyak.
Salah satu parameter ukuran tubuh perlu diperhatikan untuk kepentingan seleksi
induk atau breeding yaitu ukuran panjang badan. Zulkharnaim et al. (2016)
79,24 cm. Ukuran LD kambing PE dewasa tersebut termasuk normal, sesuai dengan
pendapat Rasminati (2013) bahwa rata-rata ukuran lingkar dada induk kambing PE
ukuran tulang rusuk dada dan pertumbuhan jaringan otot. Semakin bertambahnya
umur, maka ukuran lingkar dada masih akan mengalami perubahan. Gunawan et al.
(2016) menyatakan bahwa semakin panjang tulang rusuk ternak maka akan
semakin banyak jaringan otot yang melekat sehingga lingkar dada ternak bertambah
untuk memperkirakan bobot badan dan dapat digunakan untuk mengestimasi besar
cm; 29,23 cm; 30,33 cm; dan 30,85 cm. Sutiyono et al. (2006) menyatakan bahwa
rata-rata ukuran dalam dada (DD) induk kambing PE dewasa pada umur 3 tahun
yaitu ± 30 cm. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran DD pada paritas 3 dan
paritas 4 tidak berbeda nyata dengan paritas 2, tetapi berbeda nyata dengan paritas1.
Ukuran DD paritas 1 sangat kecil dibanding dengan paritas yang lain. Hal tersebut
ukuran tubuhnya masih bisa bertambah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kostaman
dan Sutama (2006) yang menyatakan bahwa ternak yang baru pertama kali beranak
masih dalam fase pertumbuhan sehingga asupan yang masuk ke tubuh dibagi 2
kandungan.
Lebar dada (ledada) pada paritas 1, paritas 2, paritas 3 dan paritas 4 masing-
masing adalah 16,23 cm; 17,59 cm; 17,60 cm; dan 18,52 cm. Rasminati (2013)
menyatakan bahwa ukuran tubuh induk kambing PE dewasa yaitu 29,73 - 30,81
cm. Hasil analisis menunjukkan bahwa paritas 4 berbeda nyata dengan paritas 3 dan
paritas 2, tetapi berbeda nyata dengan paritas 1. Besar kecilnya ukuran ledada
tulang bahu dan rongga dada. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulfahmi (2016)
bahwa ukuran lebar dada dipengaruhi oleh perkembangan organ-organ dalam dan
lebar dada.
22
Tinggi pundak (tipun) pada paritas 1 sebesar 68,65 cm; paritas 2 sebesar 72,72
cm; paritas 3 sebesar 72,85 cm dan paritas 4 sebesar 73,34 cm. Tipun tidak
berkaitan langsung dengan ruang abdomen dan tidak dapat mempengaruhi luas
tinggi pundak dipengaruhi oleh tulang kaki yang tubuh lebih awal dari pada
pertumbuhaan panjang badan dan tulang lainnya karena berkaitan dengan tulang
paritas 4 berbeda nyata dengan paritas 1, paritas2, dan paritas 3 (P <0,05). Ukuran
lepin induk kambing PE yaitu 17,58 cm; 18,55 cm; 18,85 cm; dan 21,23 cm.
Kemudian hasil analisis tinggi pinggul (tipun) menunjukkan bahwa rata-rata tinggi
pinggul kambing PE tidak berbeda nyata pada berbagai paritas. Tulang pinggul
berhubungan erat dengan ruang abdomen dan ruang uterus induk. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutiyono et al. (2006) bahwa ruang abdomen yang lebar dan luas
lebih dari 1 di dalam uterus. Pelvis yang lebar akan membantu mempermudah
proses partus dan dapat menekan angka kematian anak akibat distokia. Hal ini
sesuai dengan pendapat Alfah (2009) yang menyatakan bahwa selama fase
23
kebuntingan hingga proses partus persendian pada tulang pelvis dapat berdilatasi
lebih variabel pada suatu individu atau objek secara simultan. Hasil Analisis
pada Lampiran 8.
dan lingkar dada merupakan hasil angka yang paling besar. Nilai PC 1 terbesar
pada kambing Peranakan Ettawa adalah panjang badan dengan nilai 0,695, diikuti
dengan lingkar dada dengan nilai 0,530. Panjang badan dan lingkar dada dapat
paritas 1 hingga paritas 4. Tinggi pundak memiliki nilai yang tinggi sebesar 0,735
pada PC namun tidak dapat digunakan sebagai parameter pembeda karena memiliki
nilai yang rendah pada PC 1 yaitu 0,290. Nilai pada PC 1 selalu berbeda dan nilai
yang tertinggi dapat digunakan sebagai standar utama pembeda (Udeh dan Ogbu,
2011). Irianingsih (2015) menyatakan bahwa variabel dengan nilai PC negatif tidak
Paritas menunjukkan jumlah partus yang dialami oleh suatu induk ternak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa litter size (LS) pada paritas 1, paritas 2, paritas
3 dan paritas 4 masing-masing yaitu 1,06; 1,25; 1,60; dan 1,38. Paritas 3 tidak
berbeda nyata dengan paritas 4 akan tetapi berbeda nyata dengan paritas 1 dan
paritas 2. Rata-rata litter size pada kambing PE berdasarkan paritas didapatkan hasil
yang disajikan pada Tabel 4 dan untuk perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9.
Jumlah anak sekelahiran yang tertinggi terdapat pada paritas 3 yaitu sebesar
1,60. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Sudewo et al.
(2012) sebesar 1,44. Hal tersebut dikarenakan induk dengan paritas 3 telah
25
mencapai dewasa tubuh dan dewasa kelamin serta sistem reproduksi telah
sempurna dan laju pertumbuhan telah optimum. Mahmilia et al. (2005) menyatakan
bahwa seiring bertambahnya paritas induk maka sistem reproduksi akan semakin
Litter size paritas 1 menunjukkan hasil yang terendah yaitu sebesar 1,06.
Hasil tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan hasil penelitian Sudewo et al.
(2012) litter size kambing PE pada paritas 1 sebesar 1,38. Mahmilia et al. (2005)
menyatakan bahwa rendahnya jumlah anak yang pertama kali dilahirkan tersebut
dikarenakan induk masih dalam fase pertumbuhan dan sistem reproduksi belum
sepenuhnya siap dan berfungsi sempurna baik secara fisiologi maupun hormonal,
sehingga pada paritas 1 induk cenderung melahirkan anak tunggal, namun seiring
dibandingkan paritas 3. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sudewo et al. (2012)
bahwa semakin bertambahnya umur induk dan paritas induk maka jumlah anak
sekelahiran yang dilahirkan juga akan bertambah hingga mencapai puncaknya pada
paritas 6 atau pada saat induk mencapai umur 6 tahun. Diduga kebutuhan pakan
kandang yang terdiri dari 2 - 4 ekor yang mengakibatkan kurangnya nutrien untuk
pematangan sel ovum. Winugroho (2002) menyatakan bahwa pengaktifan sel ovum
perbedaan ketinggian akan mempengaruhi pola makan, kualitas pakan hijauan dan
kecepatan angin yang berakibat pada tingkat stres ternak dan mempengaruhi
tampilan reproduksi.
penampilan tubuh suatu ternak. Indeks ukuran tubuh (IUT) diperoleh dari 47 ekor
induk PE yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu ramping dan besar. Rata-rata litter
size kambing PE berdasarkan IUT disajikan pada Tabel 4 dan untuk perhitungan
Indeks Ukuran
Jumlah Induk Litter size
Tubuh
--------------------------(ekor)------------------------
Ramping 11 1,29
Besar 36 1,34
maupun besar menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap jumlah anak
sekelahiran pada kambing PE. Indeks ukuran tubuh kambing PE hasil penelitian
besar. Khargharia et al. (2015) menyatakan bahwa besar kecilnya indeks ukuran
Kelompok IUT ramping 1memiliki rata-rata litter size sebesar 1,29 sedangkan
kelompok IUT besar memiliki rata-rata litter size sebesar 1,34. Jumlah anak
sekelahiran (litter size) dipengaruhi oleh ukuran-ukuran tubuh induk akan tetapi
menurut Kaunang et al. (2013), fakor genetik, faktor lingkungan dan jumlah paritas
memiliki peranan yang penting dalam menentukan jumlah anak sekelahiran. Induk
dengan tetua yang mampu beranak kembar secara genetik akan diturunkan pada
anaknya, didukung dengan kebutuhan nutrien induk yang cukup. Fourie et al.
(2002) menyatakan bahwa ternak yang memiliki indeks ukuran tubuh yang besar
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan ditunjang dengan pakan yang mampu
BAB V
5.1. Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan dan lingkar dada dapat
digunakan sebagai parameter pembeda antar paritas. Litter size dipengaruhi oleh
5.2. Saran
dan dalam jumlah data lebih banyak untuk mendapatkan informasi litter size yang
lebih teliti.
29
DAFTAR PUSTAKA
Alfah, N. 2009. Ukuran Panggul pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi
Panggul Sempit. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan
(Tesis).
Astutik, S., Solimun dan Darmanto. 2018. Analisis Multivariat: Teori dan
Aplikasinya dengan SAS. UB Press, Malang.
Banerjee, S. 2017. Body indices of Garole sheep reared in West Bengal (India).
Proc. Zool. Soc. 70(1): 61-73.
Batubara, A., M. Doloksaribu dan B. Tiesnamurti. 2006. Potensi keragaman
sumberdaya genetik kambing lokal Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional
Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia. Bogor, 20
Desember 2006. Hal: 206–214.
Fajemilehin, O. K. S. dan E. Saloko. 2008. Body measurement characteristics of
the West African Dwarf (WAD) goat in deciduous forest zone of
Southwestern Nigeria. Afr. J. Biothechno. 7(14): 2521-2526.
Filian, B. V., S. A. B. Santoso, D. W. Harjanti dan W. D. Prastiwi. 2016. Hubungan
paritas, lingkar dada dan umur kebuntingan dengan produksi susu sapi
Friesian Holstein di BBPTU-HPT Baturraden. Jurnal Agripet. 16 (2): 83-89.
Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Oliver dan C. Van Der Westhuizen. 2002.
Relationship between production performance, visual appraisal and body
measurement of young Dorper rams. South African. J. Anim. Sci. 32(4): 256-
262.
Gunawan, I. W., N. K. Suwiti dan P. Sampurna. 2016. Pengaruh pemberian mineral
terhadap lingkar dada, panjang dan tinggi tubuh sapi Bali jantan. Buletin
Veteriner Udayana. 8(2): 128-134.
Hamdani, M. D. I. 2013. Hubungan antara berat badan sapi betina Peranakan
Ongole dan sapi persilangan pada tingkatan umur yang Berbeda terhadap
ukuran dan karakteristik Ovariumnya. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
1(3): 37-39.
Hamdani, M. D. I. 2015. Perbandingan berat lahir, persentase jeniss kelamin anak
dan sifat prolifik induk kambing Peranakan Ettawah pada paritas pertama
dan kedua di Kota Metro. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(4):245–250.
Irianingsih, D. 2015. Analisis Keragaman dan Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh
dengan Bobot Badan Itik Magelang yang Berbeda Lebar Kalung Putih pada
Bulu Leher. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,
Semarang (Skripsi).
Kaunang, D., Suyadi dan S. Wahjuningsih. 2013. Analisis litter size, bobot lahir
dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan
kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE). Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan.
23(3):41–46.
Khargaria, G., G. Kadirvel, S. Kumar, S. Doley, P.K. Bharti dan M. Das. 2015.
Principal component analysis of morphological traits of Assam hill goat in
Eastern Himalayan India. J. Anim. Plant Sci. 25(5): 1251-1258.
30
Purwanti, A. I., M. Arifin dan A. Purnomoadi. 2014. Hubungan antara lingkar dada
dengan bobot badan kambing Jawarandu betina di Kabupaten Kendal. Anim.
Agric. J. 3(4): 606-611.
Rasminati, N. 2013. Grade kambing Peranakan Ettawa pada kondisi wilayah yang
berbeda. Sains Peternakan. 11(1): 43-48.
Rohmat, N., M. Y. Sumaryadi dan Prayitno. 2017. Hubungan pola migrasi isozim
LDH dan aktivitasnya terhadap tingkat prolifikasi domba. Prosiding
Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakan V: Teknologi dan Agribisnis
Peternakan untuk mendukung ketahanan pangan, Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman 18 November 2017. Hal: 480-486.
SAS. 1990. SAS/STAT User’s Guide Version 6. 4th Edition. Volume 2. SAS
Campus Drive, Cary, North California.
Septiani, A.D., M. Arifin dan E. Rianto. 2015. Pola pertumbuhan kambing Kacang
jatan di Kabupaten Grobogan. Anim. Agric. J. 4(1): 1-6.
Setiawan, B. S. dan M. T. Fam. 2011. Beternak Domba & Kambing. PT
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sudewo, A. T. A., S. A. Santosa dan A. Susanto. 2012. Produktivitas kambing
Peranakan Etawah berdasarkan litter size, tipe kelahiran dan mortalitas di
village breeding centre Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II.
LPPM Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto, 27-28 November 2012.
Hal: 1-7.
31
LAMPIRAN
run;
proc glm;
class paritas;
model padan=paritas;
means paritas/duncan;
run;
34
Lampiran 1. (Lanjutan)
The SAS System 1
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
PARITAS 4 1 2 3 4
Number of observations in data set = 47
Number of Means 2 3 4
Critical Range 4.022 4.229 4.365
B 70.082 19 3
B
C B 66.905 6 2
C
C 64.472 18 1
35
run;
proc glm;
class paritas;
model lgkrdada=paritas;
means paritas/duncan;
run;
36
Lampiran 2. (Lanjutan)
The SAS System 1
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
PARITAS 4 1 2 3 4
Number of observations in data set = 47
Number of Means 2 3 4
Critical Range 4.158 4.372 4.513
run;
proc glm;
class paritas;
model dlmdada=paritas;
means paritas/duncan;
run;
38
Lampiran 3. (Lanjutan)
The SAS System 1
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
PARITAS 4 1 2 3 4
Number of observations in data set = 47
Number of Means 2 3 4
Critical Range 1.546 1.625 1.678
run;
proc glm;
class paritas;
model ledada=paritas;
means paritas/duncan;
run;
40
Lampiran 4. (Lanjutan)
The SAS System 1
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
PARITAS 4 1 2 3 4
Number of observations in data set = 47
Number of Means 2 3 4
Critical Range 1.356 1.426 1.472
run;
proc glm;
class paritas;
model tipun=paritas;
means paritas/duncan;
run;
42
Lampiran 5. (Lanjutan)
The SAS System 1
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
PARITAS 4 1 2 3 4
Number of observations in data set = 47
NOTE: Due to missing values, only 46 observations can be used in
this analysis.
Number of Means 2 3 4
Critical Range 3.907 4.109 4.240
Means with the same letter are not significantly different.
B 68.646 17 1
43
run;
proc glm;
class paritas;
model lepin=paritas;
means paritas/duncan;
run;
44
Lampiran 6. (Lanjutan)
The SAS System 1
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
PARITAS 4 1 2 3 4
Number of observations in data set = 47
Number of Means 2 3 4
Critical Range 1.871 1.967 2.030
B 18.8542 19 3
B
B 18.5533 6 2
B
B 17.5778 18 1
45
run;
proc glm;
class paritas;
model tinggul=paritas;
means paritas/duncan;
run;
46
Lampiran 7. (Lanjutan)
The SAS System 1
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
PARITAS 4 1 2 3 4
Number of observations in data set = 47
Number of Means 2 3 4
Critical Range 3.175 3.339 3.446
Means with the same letter are not significantly different.
data;
input idn paritas dlmdada ledada lepin tinggul lgkrdada padan tipun
cards;
1 1 27.82 16.23 17.58 75.07 75.02 64.47 68.65
2 2 29.23 17.59 18.55 76.36 77.89 66.91 72.72
3 3 30.33 17.60 18.85 77.29 81.45 70.08 72.85
4 4 30.85 18.52 21.23 78.03 82.61 74.93 73.34
run;
proc princomp cov out=prin;
var dlmdada ledada lepin tinggul lgkrdada padan tipun;
run;
proc plot;
plot prin2*prin1=paritas/vpos=24 hpos=48
tittle 'plot princomp';
run;
48
Lampiran 8. (Lanjutan)
The SAS System 1
Principal Component Analysis
4 Observations
7 Variables
Simple Statistics
DLMDADA LEDADA LEPIN TINGGUL
Mean 29.55750000 17.48500000 19.05250000 76.68750000
StD 1.34082997 0.94348644 1.54954563 1.27656766
Lampiran 8. (Lanjutan)
The SAS System 2
Principal Component Analysis
Eigenvectors
run;
proc glm;
class paritas;
model LZ=paritas;
means paritas/duncan;
run;
51
Lampiran 9. (Lanjutan)
The SAS System 1
General Linear Models Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
PARITAS 4 1 2 3 4
Number of observations in data set = 47
Number of Means 2 3 4
Critical Range .2939 .3090 .3190
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N PARITAS
A 1.5979 19 3
A
B A 1.3750 4 4
B
B C 1.2500 6 2
C
C 1.0556 18 1
52
Lampiran 10. Hasil Analisis Pengaruh Indeks Ukuran Tubuh dengan Litter Size
Perhitungan Indeks Ukuran Tubuh
Contoh Perhitungan:
Indeks Ukuran Tubuh
= 0,141
run;
proc glm;
class IUT;
model LZ=IUT;
means IUT/duncan;
run;
55
A 1.3386 36 2
A
A 1.2882 11 1
56
RIWAYAT HIDUP
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis aktif
juga aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh Dirjen Peternakan dalam Progam
Penguatan Pakan Induk Sapi Potong (PPPISP) tahun 2017 dengan penempatan di
Kabupaten Rembang.