Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MATA KULIAH

PENENTUAN STATUS GIZI (3 sks)

Oleh :
KELOMPOK 1
SEMESTER/TAHUN AJARAN : VI / 2016-2017

DWI KURNIA YULIYAWATI 25010114120108

LABORATORIUM ILMU GIZI


DEPARTEMEN ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI RI
JUNI TAHUN 2017
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Penulis menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Laporan


Praktikum Mata Kuliah Penentuan Status Gizi Departemen Ilmu Gizi FKM Undip
ini berdasarkan hasil pemikiran asli dari saya sendiri. Topik judul yang dikerjakan
: penentuan status gizi antropometri, biokimia, biofisik. Jika terdapat karya orang
lain, saya akan mencantumkan sumber referensi yang jelas. Demikian pernyataan
ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi berupa peringatan lisan hingga pencabutan gelar yang telah
diperoleh dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas
Diponegoro. Apabila ternyata ada kekeliruan dalam penetapan sanksi, maka saya
berhak mendapatkan pemulihan nama baik dari Universitas Diponegoro.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Semarang, 2 Juni 2017


Penulis

Dwi Kurnia Yuliyawati


25010114120108
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan seorang anak
untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada
masa usia sekolah. Upaya peningkatan kulaitas sumber daya manusia
harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan berkembangnya anak usia sekolah
yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas
yang baik serta benar. Anak sekolah pada umumnya berada dalam masa
pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif, pengaturan makanan yang
bergizi baik, seimbang dan beraneka ragam jenis akan memastikan
kecukupan gizinya (Susilowati,2008).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur tubuh.
Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan
syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan
ini berperan penting dalam kehidupan. Meskipun pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai arti yang berbeda namun keduanya saling
mempengaruhi dan berjalan secara simultan (bersamaan). Pertumbuhan
ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan atau
perkembangan anak (Nursalam, 2008).
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran
tubuh manusia.Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status
gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan.
Selain itu juga ukuran tubuhlainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan
lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-
ukuran antropometri tersebut bisaberdiri sendiri untuk menentukan status
gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan membandingkan ukuran
lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U (Susilowati, 2008).
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan
hasil yang lebih tepat dan objektif dari pada menilai konsumsi pangan dan
pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah
teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain
dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan
keadaan normal yang telah ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui
melalui pemeriksaan feses, urinedan darah, karena kurang gizi sering
dikaitkan dengan prevelensi penyakit karena parasit. Dalam berbagai hal,
pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat
kesehatan. Keadaan ini, memberi gambaran bahwa sarana yang tersedia
tidak dijangkau oleh penduduk yang tinggal di daerah yang jauh dari
sarana tersebut. Meskipun demikian, pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cara memeriksa contoh darah, urine dan feses yang dikumpulkan oleh
keluarga di daerah tersebut, perawat atau petugas kesehatan lain dan
dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Dalam pemeriksaan secara
biokimia ini yang diteliti adalah kadar gula darah, kadar asam urat dan
kadar kolesterol dari probandus ( Supariasa, 2010).
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunaakan
dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of
night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap, step test,
dan masih banyak kagi yang dapat dilakukan utnuk mengetahui tingkat
ketahanan fisik seseorang (Supariasa,2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dnegan benar berbagai
jenis parameter antropometri.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pemeriksaan biokimia
dengan specimen darah secara benar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pemeriksaan biofisik
secara baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran berat badan
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran panjang badan
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tinggi badan
4. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tinggi lutut
5. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar pinggul
6. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar panggul
7. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar kepala
8. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar lengan atas
9. Untuk mengetahui kadar gula darah pada probandus dengan
menggunakan specimen darah
10. Untuk mengetahui kadar hemoglobin pada probandus dengan
menggunkaan specimen darah
11. Untuk mengetahui kadar kolesterol pada probandus dengan
menggunakan specimen darah
12. Untuk menegtahui kadar trigliserida pada probandus dengan
menggunakan specimen darah
13. Untuk mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap
denyut nadi

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat terlatih kemampuannya dalam melakukan Penentuan
Status Gizi pada probandus secara baik dan benar sesuai prosedur dan
petunjuk pengukuran
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH

PENENTUAN STATUS GIZI (3 sks)

ANTROPOMETRI

Oleh :
KELOMPOK 1
SEMESTER/TAHUN AJARAN : VI / 2016-2017
DWI KURNIA YULIYAWATI 25010114120108

LABORATORIUM ILMU GIZI


DEPARTEMEN ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI RI
JUNI TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MATA KULIAH PENENTUAN STATUS GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO

1. Judul : Antropometri
2. Penyusun : Kelompok 1
Nama/NIM : Dwi Kurnia Yuliyawati / 25010114120108
3. Semester/Tahun Ajaran : VI / 2016-2017
4. Laboratorium/Departemen : Ilmu Gizi / Ilmu Gizi FKM Undip
5. Nama Mata Kuliah/sks : Penentuan Status Gizi / 3 sks
6. Lokasi Kegiatan : Kota Semarang
7. Waktu Kegiatan : 5 Mei 2017

Laporan Praktikum Mata Kuliah Penentuan Status Gizi sudah disetujui dan
sesuai dengan Kompetensi Ilmu dan Teknologi Gizi.

Semarang, 2 Juni 2017


Dosen PJMK PSG
Departemen Ilmu Gizi FKM Undip,

Dr. Martha Irene Kartasurya, M.SC., Ph.D.


NIP 196407261991032003

ii
PRAKATA PENULIS

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga atas Rahmah
dan Hidayah-Nya, maka Laporan Praktikum Penentuan Status Gizi dapat
diselesaikan dengan baik. Baik disusun oleh penulis: Dwi Kurnia Yuliyawati
guna keperluan pelaksanaan Mata Kuliah dengan Praktikum Penentuan Status
Gizi (3sks) di Laboratorium Gizi Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Laporan ini dibuat pada tahun 2017 berupa draf hasil praktikum. Dalam
pembuatan laporan praktikum ini Penulis dapat mengetahui bagaimana cara
menghitung status gizi seseorang secara dengan menggunakan metode
antropometri.
Akhir kata Penulis berharap agar Laporan Praktikum Mata Kuliah Penentuan
Status Gizi FKM Undip ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kompetensi dan
keilmuan Ilmu Gizi di Indonesia dan di dunia.

Wassalamualaikum wr. wb

iii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
PRAKATA PENULIS ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 2
C. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi Bayi ................................................................................. 3
B. Tujuan Umum Angka Kecukupan Gizi .............................................. 4
C. Penilaian Status Gizi .......................................................................... 6
D. Pemeriksaan Antropometri ................................................................. 6
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu ................................................................................................. 9
B. Tempat............................................................................................... 9
C. Alat dan Bahan .................................................................................. 9
D. Skema Alur Kerja ............................................................................. 10
E. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ................................................................................................. 17
B. Pembahasan ...................................................................................... 23
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 30

iv
B. Saran ................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32
LAMPIRAN ........................................................................................... 33

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia..7


Tabel 2.2 Ambang Batas Pengukuran LiLA..............8
Tabel 3.1. Batas Ambang IMT untuk Indonesia...15
Tabel 3.2 Klasifikasi Persentase Body Fat.16
Tabel 3.3 Klasifikasi Waist to Hip Ratio (WHR)16
Tabel 4.1 pengukuran pos antropometri dewasa..................17
Tabel 4.2 hasil pengukuran pos antropometri dewasa II.18
Tabel 4.3 hasil pengukuran pos lansia.19
Tabel 4.4 hasil pengukuran pos pada bayi...19

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema alur kerja perhitungan umur..................10


Gambar 3.2 Skema alur kerja perhitungan berat badan.10
Gambar 3.3 Skema kerja pengukuran tinggi badan...11
Gambar 3.4 Skema kerja pengukuran panjang badan11
Gambar 3.5 Skema kerja pengukuran lingkar lengan atas.12
Gambar 3.6 Skema kerja pengukuran lingkar pinggang panggul..12
Gambar 3.7 Skema kerja pengukuran lingkar kepala12
Gambar 3.8 Skema pengukuran triceps skinfold13
Gambar 3.9 Skema kerja pengukuran body fat..13
Gambar 3.10 Skema kerja pengukuran tinggi lutut14

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur tubuh.
Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan
syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan
ini berperan penting dalam kehidupan. Meskipun pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai arti yang berbeda namun keduanya saling
mempengaruhi dan berjalan secara simultan (bersamaan). Pertumbuhan
ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan atau
perkembangan anak. (Nursalam, 2008).
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia.Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.
Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain
itu juga ukuran tubuhlainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak
bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-
ukuran antropometri tersebut bisaberdiri sendiri untuk menentukan status
gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan membandingkan ukuran
lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U (Susilowati, 2008)..
Status gizi pada remaja dihitung dengan menggunakan rumus
indeks massa tubuh atau yang biasa disingkat dengan istilah IMT atau
BMI (Body Mass Index). Akan tetapi IMT bukan tanpa kelemahan, karena
IMT hanya menggambarkan proporsi ideal tubuh seseorang antara berat
badan saat ini terhadap tinggi badan yang dimilikinya. IMT tidak mampu
mengambarkan tentang proporsi lemak yang terkandung di dalam tubuh
seseorang (Santoso,2008).
Meskipun demikian, jika nilai IMT sudah menunjukkan ke arah
kelebihan berat badan atau overweight/obesitas, biasanya seseorang
diminta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, apakah kelebihan berat

1
2

badan tersebut merupakan hasil dari timbunan lemak atau otot, bisanya
dengan menggunakan beberapa pengukuran antropometri seperti
pengukuran lemak bawah kulit. Oleh karena itu, untuk pentin mengetahui
status gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran antropometri seperti
yang akan dilakukan pada praktikum kali ini (Santoso,2008).
Praktikum kali ini praktikan akan melakukan pengukuran pada
berat badan, panjang badan, tinggi badan, tinggi lutut, lingkar pinggul,
lingkar panggul,lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Dimana dalam
pengukuran ini praktikan dapat mengetahui bagaimana status gizi
seseorang diliaht dari metode antripometri.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dnegan benar berbagai
jenis parameter antropometri.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran berat badan
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran panjang badan
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tinggi badan
4. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tinggi lutut.
5. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar pinggul
6. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar panggul
7. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar kepala
8. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar lengan atas
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat terlatih kemampuannya dalam melakukan
pengukuran antropometri.
2. Mahasiswa dapat menghitung penentuan status gizi antropometri
dengan baik dan benar.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi Bayi


Zat gizi atau nutrient merupakan substansi yang diperoleh dari
makanan dan digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan
jaringan tubuh. Ada enam zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air. Status gizi merupakan salah satu faktor yang
menentukan sumber daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program
perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan,
agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat (Muchtadi, 2008).
Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas
kehidupan berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya menimbulkan
gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan
produktivitas ketika dewasa. Berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi
telah dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui program Upaya
Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), pemberian kapsul vitamin A untuk anak
1- 4 tahun, distribusi kapsul yodium untuk penduduk pada daerah rawan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), pemberian tablet Fe
untuk ibu hamil dan upaya pemantauan tingkat konsumsi gizi penduduk
secara berkala, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), serta Pemantauan
Status Gizi (PSG) anak balita. Status gizi merupakan indikator kesehatan
yang penting karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok
yang rentan terhadap kesehatan dan gizi (Muchtadi, 2008).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber
daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan
angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat
pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan
keterbelakangan. Berbagai masalah yang timbul akibat gizi buruk antara
lain tingginya angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil menderita KEP akan berpengaruh
4

pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, juga meningkatkan


resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat besi
dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang
dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak (Krisnansari, 2010).
Menurut Supariasa, mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah
yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut adalah:
a. Gizi, adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan unruk mempertahankan kehdupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy.
b. Keadaan gizi, adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi
tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersdianya zat gizi dalam
seluler tubuh.
c. Malnutrition (Gizi salah), adalah keadaan patofisiologis akibat dari
kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau
lebih zat gizi, ada empat bentuk malnutrisi diantaranya adalah : (1)
Under nutrition, kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau
absolut untuk periode tertentu, (2) Specific deficiency, kekurangan zat
gizi tertentu, (3) Over nutrition, kelebihan konsumsi pangan untuk
periode tertentu.
Masalah Gizi buruk tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor
kesehatan. Gizi buruk merupakan dampak dari berbagai macam penyebab,
seperti rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, ketersediaan pangan,
transportasi, adat istiadat (sosial budaya), dan sebagainya (Krisnansari,
2010).
B. Tinjauan Umum Angka Kecukupan Gizi
Menurut Pudjiadi (2010) kecukupan gizi rata-rata bagi anak usia di
bawah 3 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi badan 89 cm, energi
yang dibutuhkan sebanyak 1220 kkl dan kebutuhan protein sebesar 23
gram (Rahmah, 2010). Balita merupakan masa peralihan makanan dari
5

makanan pendamping ASI ke makanan orang dewasa. Namun,


pemberiannya juga masih bertahap disesuaikan dengan kemampuan sistem
pencernaan anak dan kebutuhan gizinya. Di usia ini, saatnya dikenalkan
ragam makanan yang sehat dan alami karena akan menentukan pola
makan anak selanjutnya. Sesuai dengan kemampuan pencernaan dan
kebutuhan gizi, batita merupakan konsumen pasif, artinya dia masih
menerima saja makanan yang diberikan orang tuanya. Berikan makan
dalam porsi kecil dengan frekuensi sering (7-8 kali) sehari, terdiri atas tiga
kali makan pagi, siang dan sore, 2-3 kali makan selingan dan 3-4 kali
minum susu. Masing-masing usia ini memerlukan makanan yang berbeda
sesuai tahap perkembangan saluran pencernaannya dan kebutuhan gizinya
(Nursalam, 2011).
Sepanjang usia balita, selera makan dan kebiasaan makan terus
berubah-ubah. Setelah ulang tahun pertama, pertumbuhan melambat dan
selera makan pun cenderung menurun. Pada masa tumbuh kembangnya,
gizi seimbang sangat besar pengaruhnya. Pada masa ini otak balita telah
siap menghadapi berbagai stimulasi seperti belajar berjalan dan berbicara
lebih lancar. Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang
dewasa. Mereka butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat
(Nursalam, 2011). Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat
konsumsi zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-hari. Tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan
menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam suatu
susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kualitas
menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.
Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi
kesehatan gizi yang sebaik-baiknya, disebut konsumsi adekuat. Kalau
konsumsi baik dari kuantitas dan kualitasnya melebihi kebutuhan tubuh,
dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih.
Sebaliknya konsumsi yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan
6

memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisit


(Soedjatmiko, 2010).
C. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses
pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data
penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian
dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat
diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber
lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai (Arisman, 2010).
Komponen penilaian status gizi meliputi :
1. survei asupan makanan,
2. pemeriksaan biokimia,
3. pemeriksaan klinis, serta
4. pemeriksaan antropometris (Arisman, 2010).
D. Pemeriksaan Antopometri
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang mudah
dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai
indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja
(Permaisih,2003). Antropometri sebagai indikator status gizi dapat
dilakukan dengan mengukur beberapa parameter (ukuran tunggal dari
tubuh manusia), antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul, dan tebal lemak
di bawah kulit (Supariasa,2008).
Dalam penelitian antropometri yang penting dilakukan adalah
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan (Arisman,2010).
1. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan
mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat,
dan protein otot menurun (Supariasa,2008).
2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan
7

tepat (Supriasa, 2008). Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan


berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan,
punggung dan pantat menempel pada dinding dan pandangan
diarahkan ke depan. Kedua tangan bergantung relaks disamping badan.
Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi badan
digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks)
kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal
(Ashar,2012).
Tabel 2.1 : Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Status Gizi IMT
Kurus Kurus tingkat berat < 17
Kurus tingkat ringan 17,0 18,4
Normal Normal 18,5 -25,0
Gemuk Gemuk tingkat ringan 25,1 27,0
Gemuk Tingkat berat >27
3. LILA (Lingkar Lengan Atas)
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data
umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit (Ashar,2012).
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari 6
cm dari radial. Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik
pertengahan antara titik paling proksimal tulang patella dan titik
pertengahan lipat paha. Titik tengah lipat paha ditentukan dengan jalan
menentukan terlebih dahulu letak SIAS ketika (subjek masih berdiri),
dan simfasis pubis. Lingkar betis dapat diukur baik dalam keadaan
berdiri maupun duduk. Jika subjek berdiri, berat badan harus tertumpu
pada kedua kaki secara merata, dan jarak kedua kaki sekitar 25 cm.
Jika subjeknya duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita pengukur
kemudian dilingkarkan ke betis (tegak lurus dengan aksis memanjang
betis), dan diturun-naikkan untuk mencari diameter terbesar. Hasil
pengukuran ulang tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm (ashar,2012).
8

Tabel 2.2 Ambang Batas Pengukuran LiLA


Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP < 9,5 cm
Normal 9,5 cm
Balita
KEP < 12,5 cm
Normal 12,5 cm

Sumber: ashar , 2012.


LILA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
a. Status KEP pada balita
b. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
Kelemahan dari pengukuran LILA:
a. Baku LILA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang
memadai untuk digunakan di Indonesia.
b. Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
c. Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang
sensitif untuk golongan dewasa.
9

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu
Praktikum dilaksankan pada hari kamis 4 mei 2017, praktikum
dimulai pada pukul 13.00 WIB.
B. Tempat
Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas
Diponegoro.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan berat badan digital
b. Microtoise
c. Pita meteran
d. Caliper
e. BIA ( Biolectric Impedence Analysis)
f. Infantometer
g. Pita LILA
h. Alat ukur tinggi lutut (knee high caliper )
2. Bahan
a. Boneka Bayi
10

D. Skema Alur Kerja

Dimulai

Dipersiapkan alat berupa timbangan berat badan digital, pita


meteran, dan microtoise

Dilakukan pengukuran berat badan, seorang mahasiswa diminta


untuk naik ke atas timbangan yang telah menunjukkan angka nol 0,
dengan pakaian seminimal mungkin. Pandangan lurus kedepan,
kedua tangan diletakkan di samping tubuh. Mahasiswa yang lain
membaca hasil pengukuran dan catat.

Dilakukan pengukuran tinggi badan, seorang mahasiswa diminta


berdiri tegak, tumit menempel ke lantai dan menyentuh tembok.
Pandangan lurus kedepan dan kedua tangan diletakkan di samping
tubuh. Mahasiswa lain membaca skala yang muncul. Apabila
microtoise lebih tinggi daripada pembaca skala, ambil alas untuk
dinaiki hingga pandangan sejajar. Dan catat hasil

Dilakukan pengukuran % lemak tubuh menggunakan BIA.


Dimasukkan data berat badan, tinggi badan, usia, dan jenis kelamin
pada alat. Tekan start untuk memulai, dipegang alat dengan kedua
tangan mengarah kedepan. Tunggu beberapa saat hasil akan keluar
dan catat

Selesai

Gambar 3.1 Skema Kerja pengukuran pos antropometri dewasa pos1


11

Dimulai

Dipersiapkan alat berupa pita meteran dan pita LILA

Dilakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Diawali dengan


menggulung lengan pakaian hingga lengan tidak tertutupi. Dicari
titik tengah lengan menggunakan kain

Dijulurkan kain dari sambungan tulang bahu hingga siku, posisi


tangan menyiku di depan tubuh. Tandai titik tengah lengan

Diukur LILA dengan menggunakan pita LILA bagi wanita.


Lingkarkan perlahan hingga terlihat angka, catat hasilnya

Dilakukan pengukuran lingkar pinggang menggunakan pita meteran.


Mahasiswa diminta untuk menunjukkan letak pusar, mahasiswa lain
mengukur secara melingkar dan catat hasilnya

Selesai

Gambar 3.2 skema kerja pengukuran pos antropometri dewasa pos II


12

Dimulai

Dipersiapkan alat berupa timbangan bayi, infantometer,dan pita meteran

Dilepaskan pakaian yang menempel pada bayi dan aksesoris yang bisa
mempengaruhi pengukuran, termasuk sepatu dan lainnya

Dialasi timbangan bayi dengan handuk bersih, tera hingga terlihat angka 0

Diletakkan bayi diatas timbangan secara perlahan-lahan. Tunggu sesaat


hingga berat badan terlihat dalam layar, catat hasilnya

Diletakkan bayi diatas infantometer. Ujung infantomeetr yang tidak dapat


digeser diletakkan di bagian kepala. Sesuaikan hingga tercapai panjang
badan bayi yang tepat. Catat hasilnya

Digendong bayi untuk diukur lingkar kepala. Sisihkan rambut kepala agar
tidak mempengaruhi hasil pengukuran

Dilingkarkan pita meteran pada dahi bayi, ukur dan catat hasilnya

Dipakaikan kembali pakaian ke bayi

Selesai

Gambar 3.3 skema kerja pengukuran pos antropometri bayi pos III
13

Dimulai

Dipersiapkan alat berupa pita knee high caliper

Diukur subyek yang sebelumnya ditempatkan dalam posisi duduk, atau


berbaring (tidur)

Diukur pada kaki kiri antara tulang tibia dengan tulang paha dan
membentuk sudut 900

Ditempatkan alat ukur diantara tumit sampai bagian proksimal dari


tulang platea

Dibaca sakla pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm. Hasil pengukuran
dikonversikan menggunakan rumus Chumlea

Selesai

Gambar 3.4 skema kerja pengukuran pos antropometri lansia pos IV


14

E. Pengolahan data
Pengolahan data yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
menggunakan rumus :
()
1. IMT =
2 ()

2. WHR =

3. TB Wanita = 84,88- (0,24 x usia dalam tahun )+ (1,83 x tinggi
lututu dalam cm)
4. Estimasi TB (panjang Depa) = 28,32 + 0,784 + Panjang Depa
5. Estimasi TB (tinggi lutut) = 84,88- (0,24 x Umur ) + (1,83 x
Tinggi lutut)
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan responden
mahasiswa gizi sebagai subjek dalam pengukuran untuk penentuan status
gizi. Berikut ini merupakan pengukuran dalam berbagai jenis parameter
antropometri :
1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dianalisis dengan
menghitung indeks massa tubuh dan dibandingkan dengan klasifikasi
indeks massa.
Tabel 3.1. Batas Ambang IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat
< 17,0
berat
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat
17,0 18,4
ringan
Normal 18,5 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

2. Pengukuran persen lemak dianalisis dengan membandingkan dengan


klasifikasi persen lemak menurut jenis kelamin.

Tabel 3.2 Klasifikasi Persentase Body Fat


15

Klasifikasi Laki-laki Wanita


Lean <8% < 13 %
Optimal 8 % - 15 % 14 % - 23 %
Slightly overfat 16 % - 20 % 24 % - 27 %
Fat 21 % - 24 % 28 % - 32 %
Obesitas > 33 % 25.

3. Pengukuran lingkar lengan atas, lingkar lengan pinggang, lingkar


lengan panggul dianalisis dengan membandingkan standar lingkar
lengan atas dan rasio lingkar lengan pinggang panggul sesuai jenis
kelamin.
Tabel 3.3 Klasifikasi Waist to Hip Ratio (WHR)
Jenis Kelompok Resiko
kelamin umur Low Moderate High Very high
Laki-laki 20 29 < 0.83 0.83 - 0.88 0.89 0.94 > 0.94
30 39 < 0.84 0.84 0.91 0.92 0.96 > 0.96
40 49 < 0.88 0.89 0.95 0.96 1.00 > 1.00
Perempuan 20 29 < 0.71 0.71 0.77 0.77 0.82 > 0.82
30 39 < 0.72 0.73 0.78 0.79 0.84 > 0.84
40 49 < 0.73 0.74 0.79 0.80 0.87 > 0.87
16

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Table 4.1 pengukuran pos antropometri dewasa I
Kelompok Nama LILA (cm) Lingkar Lingkar RLPP
Pinggang (cm) Panggul
1 Lulu 22 95 71 1,35
Nia 20 65,5 83,2 0,78
Fani 25,5 70,5 96,1 0,73
Inna 20,8 62,3 86,5 0,72
Deti 31,6 72,5 111 0,65
2 Melinda 24,5 79 93 0,85
Finia 22,5 70 86 0,81
Faiq 22,2 72 88 0,82
Rini 25,1 74 95 0,78
Elsa 28,0 84 97 0,87
3 Jatu 23,2 73,5 89,5 0,82
Camel 26,3 76,5 95,0 0,80
Susi 23,5 66,5 86,4 0,70
Silvi 27,1 77,3 96,0 0,80
Ais 22,9 72,0 92,0 0,78
4 Dinda 24,0 73 90,5 0,80
Lita 20,9 65,3 87,1 0,75
Safina 27 70,3 97,6 0,72
Syofi 28 83 95,5 0,86
Mba nia 30 83,8 101,6 0,82
Meylda 29,5 84,6 100,5 0,84
17

Tabel 4.2 hasil pengukuran pos antropometri dewasa II


Kelompok Nama BB (kg) TB (cm) % Lemak
Tubuh
1 Lulu 48,0 159,8 24,0
Nia 38,6 150,5 17,7
Fani 56,2 160,2 28,3
Inna 40,0 151,4 20,5
Deti 70,8 154,1 40,1
2 Rini 50,1 152,2 31,9
Melinda 50,7 157,6 25,6
Elsa 53,6 153,1 30,2
Faiq 43,2 157,6 22,9
Finia 39,9 151 21,3
3 Jatu 46,5 156,4 19,0
Camel 56,4 154,5 31,5
Susi 45,0 153,4 23,5
Silvi 53,0 150,5 29,0
Ais 47,7 158,3 25,4
4 Dinda 48,3 154,4 26,8
Lita 41,8 161 20,1
Safina 56,1 159 33,0
Syofi 53,9 152,4 29,4
Mba nia 64,3 159 35,6
Meylda 61,7 148,4 36,8
18

Tabel 4.3 hasil pengukuran pos lansia


Kelompok Nama Panjang Depa Tinggi Lutut
Panjang Estimasi Tinggi Estimasi
Depa TB Lutut TB
1 Lulu 160 153,7 48,9 169,56
Nia 157 151,4 46 164,5
Fani 158,8 152,8 47,4 166,34
Deti 158,8 152,8 48,1 167,86
Inna 155 149,8 46 164,02
2 Rini 161 151,7 49,2 169,876
Elsa 157,5 148,6 48,8 169,384
Faiq 153,5 153,7 49,3 170,299
Finia 160 148,6 48,1 168,103
melinda 153,5 154,5 49,6 170,848
3 Jatu 161,3 154,7 47,8 167,31
Camel 159,5 153,3 46,6 165,35
Susi 157, 2 151,5 46,9 165,90
Silvi 150,0 145,9 45,7 164,01
Ais 159,5 153,3 48,5 168,59
4 Lita 163,7 156,6 49,2 170,116
Safina 159 152,9 50,5 172,495
Mba nia 161,4 154,8 49,7 170,551
Dinda 149 145,1 48,2 168,551
Syofi 156 150,6 47,3 166,526
Meylda 149,7 145,6 44,1 160,543
19

Tabel 4.4 hasil pengukuran pos pada bayi


Kelompok BB Bayi (Kg) Panjang Badan (m) Lingkar Kepala (m)
1 1,040 58,9 37,6
2 1,050 59 41
3 1,050 60 38,7
4 1,050 59,3 38,0

1. IMT
a. Lulu
Berat Badan = 48 kg, Tinggi badan = 159,8 cm = 1,598 m
()
IMT = ()
48
= (1,598)x (1,598)

= 18,79 (Normal)
b. Nia
Berat Badan = 38,6 kg, Tinggi badan = 150,5 cm = 1,505 m
()
IMT = ()
38,6
= (1,505 )(1,505)

= 17,04 (underweight)
c. Fani
Berat Badan = 56,2 kg, Tinggi badan = 160,2 cm = 1,602 m
()
IMT = ()
56,2
= (1,602 )(1,602 )

= 21,89 (Normal)
d. Inna
Berat Badan = 40 kg, Tinggi badan = 151,4 cm = 1,514 m
()
IMT = ()
40
= (1,514 )(1,514 )

= 17,45 (underweight)
20

e. Deti
Berat Badan = 70,8 kg, Tinggi badan = 154,1 cm = 1,541 m
()
IMT = ()
70,8
= (1,541 )(1,541 )

= 29,81 (overweight)
2. Rasio Lingkar Pinggang Panggul
a. Lulu
Lingkar Pinggang (Lpi)
WHR = Lingkar Panggul (Lpa)
96 cm
= 71 cm

= 1,35 (Very High)


b. Nia
Lingkar Pinggang (Lpi)
WHR = Lingkar Panggul (Lpa)
65,5 cm
= 83,2 cm

= 0,78 (Moderate)
c. Fani
Lingkar Pinggang (Lpi)
WHR = Lingkar Panggul (Lpa)
70,5 cm
= 96,1cm

= 0,73 (Moderate)
d. Inna
Lingkar Pinggang (Lpi)
WHR = Lingkar Panggul (Lpa)
62,3 cm
= 86,5 cm

= 0,72 (Moderate)
e. Deti
Lingkar Pinggang (Lpi)
WHR =
Lingkar Panggul (Lpa)
72,5 cm
= 111 cm

= 0,65 (Low)
21

3. Antropometri pada Lansia


a. Lulu
Estimasi TB (PD) = 28,312 + 0,784 x panjang depa
= 28,312 + 0,784 x 160
= 153,7 cm
Estimasi TB (TL) = 84,88 (0,24 x usia) + (1,83 x tinggi lutut)
= 84,88 (0,24 x 20) + (1,83 x 48,9)
= 169,56 cm
b. Nia
Estimasi TB (PD) = 28,312 + 0,784 x panjang depa
= 28,312 + 0,784 x 157
= 151,4 cm
Estimasi TB (TL) = 84,88 (0,24 x usia) + (1,83 x tinggi lutut)
= 84,88 (0,24 x 19) + (1,83 x 46)
= 164,5 cm
c. Fani
Estimasi TB (PD) = 28,312 + 0,784 x panjang depa
= 28,312 + 0,784 x 158,8
= 152,8 cm
Estimasi TB (TL) = 84,88 (0,24 x usia) + (1,83 x tinggi lutut)
= 84,88 (0,24 x 22) + (1,83 x 47,4)
= 166,34 cm
d. Inna
Estimasi TB (PD) = 28,312 + 0,784 x panjang depa
= 28,312 + 0,784 x 155
= 149,8 cm
Estimasi TB (TL) = 84,88 (0,24 x usia) + (1,83 x tinggi lutut)
= 84,88 (0,24 x 21) + (1,83 x 46)
= 164,02 cm
e. Deti
Estimasi TB (PD) = 28,312 + 0,784 x panjang depa
= 28,312 + 0,784 x 158,8
22

= 152,8 cm
Estimasi TB (TL) = 84,88 (0,24 x usia) + (1,83 x tinggi lutut)
= 84,88 (0,24 x 21) + (1,83 x 48,1)
= 167,86 cm
B. Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi dari sampel yang diukur terutama pada sampel
yang di diagnosa sebagai Gizi Buruk, Gizi Kurang, Pendek, Kurus dan
sangat Kurus :
a. Anthropometri Dewasa Pos I
1. Pada sampel pertama dari hasil pengukuran antropometri
didapatkan hasil perhitungan :
a. Berdasarkan pengukuran LILA pada lulu hasilnya adalah 22
cm, jadi dapat dikategorikan beresiko KEK karena berada
dibawah standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur
(WUS) yaitu 23,5 cm. Karena LILA wanita usia subur berada
dibawah standar (normal) maka Lulu beresiko KEK
(kekurangan energi kronik).
b. Berdasarkan lingkar pinggang pada lulu hasilnya 95 cm jadi
dapat dikategorikan bahwa lingkar pinggang lulu diatas normal
karena berada diatas standar pengukuran lingkar pinggang pada
wanita yaitu 80 cm. sehingga dapat beresiko untuk gemuk tipe
Gynoid (tipe pear) pada bagian bawah pinggang.
c. Berdasarkan rumus WHR lingkar pinggang/lingkar panggul
didapatkan hasil 1,35 berada diatas normal dari standar
pengukuran WHR yaitu rasio 0,8 dikatakan normal. Sehingga
WHR lulu dikatakan tidak baik Karena melewati batas normal.
2. Pada sampel kedua dari hasil pengukuran antropometri didapatkan
hasil perhitungan :
a. Berdasarkan pengukuran LILA pada nia hasilnya adalah 20
cm, jadi dapat dikategorikan beresiko KEK karena berada
dibawah standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur
23

(WUS) yaitu 23,5 cm. Karena LILA wanita usia subur berada
dibawah standar (normal) maka Lulu beresiko KEK
(kekurangan energi kronik).
b. Berdasarkan lingkar pinggang pada nia hasilnya 65,5 cm jadi
dapat dikategorikan bahwa lingkar pinggang nia dibawah
normal karena berada dibawah standar pengukuran lingkar
pinggang pada wanita yaitu 80 cm. sehingga dapat beresiko
untuk gemuk tipe android (apple) pada bagian bawah atas
perut.
c. Berdasarkan rumus WHR lingkar pinggang/lingkar panggul nia
didapatkan hasil 0,78 berada normal dari standar pengukuran
WHR yaitu rasio 0,8 dikatakan normal. Sehingga WHR dari
nia dikatakan baik.
3. Pada sampel ketiga dari hasil pengukuran antropometri didapatkan
hasil perhitungan :
a. Berdasarkan pengukuran LILA pada Fani hasilnya adalah 25,5
cm, jadi dapat dikategorikan normal karena berada diatas
standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS)
yaitu 23,5 cm. Karena LILA wanita usia subur berada diatas
standar (normal) maka fani tidak beresiko KEK (kekurangan
energi kronik).
b. Berdasarkan lingkar pinggang pada fani hasilnya 70,5 cm jadi
dapat dikategorikan bahwa lingkar pinggang fani dibawah
normal karena berada dibawah standar pengukuran lingkar
pinggang pada wanita yaitu 80 cm. sehingga dapat beresiko
untuk gemuk tipe android (apple) pada bagian bawah atas
perut.
c. Berdasarkan rumus WHR lingkar pinggang/lingkar panggul
fani didapatkan hasil 0,73 berada normal dari standar
pengukuran WHR yaitu rasio 0,8 dikatakan normal. Sehingga
WHR dari fani dikatakan baik.
24

4. Pada sampel keempat dari hasil pengukuran antropometri


didapatkan hasil perhitungan :
a. Berdasarkan pengukuran LILA pada inna hasilnya adalah 20,8
cm, jadi dapat dikategorikan beresiko KEK karena berada
dibawah standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur
(WUS) yaitu 23,5 cm. Karena LILA wanita usia subur berada
dibawah standar (normal) maka Lulu beresiko KEK
(kekurangan energi kronik).
b. Berdasarkan lingkar pinggang pada fani hasilnya 62,3 cm jadi
dapat dikategorikan bahwa lingkar pinggang inna dibawah
normal karena berada dibawah standar pengukuran lingkar
pinggang pada wanita yaitu 80 cm. sehingga dapat beresiko
untuk gemuk tipe android (apple) pada bagian bawah atas
perut.
c. Berdasarkan rumus WHR lingkar pinggang/lingkar panggul
inna didapatkan hasil 0,72 berada normal dari standar
pengukuran WHR yaitu rasio 0,8 dikatakan normal. Sehingga
WHR dari inna dikatakan baik.
5. Pada sampel kelima dari hasil pengukuran antropometri didapatkan
hasil perhitungan :
a. Berdasarkan pengukuran LILA pada Deti hasilnya adalah 31,6
cm, jadi dapat dikategorikan normal karena berada diatas
standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS)
yaitu 23,5 cm. Karena LILA wanita usia subur berada diatas
standar (normal) maka deti tidak beresiko KEK (kekurangan
energi kronik).
b. Berdasarkan lingkar pinggang pada deti hasilnya 72,5 cm jadi
dapat dikategorikan bahwa lingkar pinggang dibawah normal
karena berada dibawah standar pengukuran lingkar pinggang
pada wanita yaitu 80 cm. sehingga dapat beresiko untuk gemuk
tipe android (apple) pada bagian bawah atas perut.
25

c. Berdasarkan rumus WHR lingkar pinggang/lingkar panggul


didapatkan hasil 0,65 berada normal dari standar pengukuran
WHR yaitu rasio 0,8 dikatakan normal. Sehingga WHR dari
deti dikatakan baik.
b. Anthropometri Dewasa Pos II
1) Pada sampel pertama dari hasil pengukuran antropometri
didapatkan hasil perhitungan :
IMT (BB/ TB2), Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat
kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel
pertama dalam keadaan normal yaitu 18,79. Dengan demikian
sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami KEK.
2) Pada sampel kedua dari hasil pengukuran antropometri
didapatkan hasil perhitungan :
IMT (BB/ TB2), Berdasarkan hasil perhitungan dengan
melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari
sampel dalam keadaan kurus (underweight) yaitu 17,04. Dengan
demikian sampel beresiko mengalami gizi kurang maupun
mengalami KEK.
3) Pada sampel ketiga dari hasil pengukuran antropometri
didapatkan hasil perhitungan :
IMT (BB/ TB2), Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat
kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel
ketiga dalam keadaan normal yaitu 21,89. Dengan demikian
sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami KEK.
4) Pada sampel keekmpat dari hasil pengukuran antropometri
didapatkan hasil perhitungan :
IMT (BB/ TB2), Berdasarkan hasil perhitungan dengan
melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari
sampel dalam keadaan kurus (underweight) yaitu 17,45. Dengan
demikian sampel beresiko mengalami gizi kurang maupun
mengalami KEK.
26

5) Pada sampel kelima dari hasil pengukuran antropometri


didapatkan hasil perhitungan :
IMT (BB/ TB2), Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat
kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel
ketiga dalam keadaan overweight yaitu 29,81. Dengan
demikian sampel beresiko mengalami obesitas.
Perhitungan Persentase Lemak Tubuh
Salah satu cara mengukur persen lemak tubuh dan lemak
visceral adalah dengan menggunakan metode BIA (Bioelectric
Impedance Analysis), yang mengukur berdasarkan konduktivitas
elektrik. Jaringan lemak tubuh memiliki konduktivitas elektrik yang
kecil, sedangkan otot, pembuluh darah, dan tulang memiliki
konduktivitas elektrik yang besar. Distribusi body fat atau lemak tubuh
cenderung lebih berhubungan dengan peningkatan risiko NIDDM
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) daripada status gizi lebih
(Riyadi, 2010)
Pada tabel 4.5 hasil perhitungan persentase lemak responden
kelompok 1 yaitu lulu 24,0 %, nia 17,7%, fani 28,3 %, inna 20,5%,
deti 40,1 % . Nia dan Inna memiliki lemak tubuh normal. Lulu dan
Fani memiliki lemak tubuh diatas batas normal sehingga
memungkinkan orang tersebut mempunyai risiko obesitas. Sedangkan
Deti memiliki lemak tubuh berkategori obesitas. Perbedaan hasil bisa
dieproleh karena berat badan tubuh yang berbeda beda dari probandus,
gaya hidup, pola makan dan kebiasaan olahraga juga dapat
mempengaruhi persantase lemak setiap orang.
Perhitungan tersebut menggunakan BIA. BIA menganalisa
komposisi cairan tubuh secara tidak langsung dengan mencatat
perubahan impedansi arus listrik segmen tubuh. Prinsip BIA adalah
mengukur perubahan arus listrik jaringan tubuh yang didasarkan pada
asumsi bahwa jaringan tubuh merupakan konduktor silinder ionik di
mana lemak bebas ekstraselular dan intraselular berfungsi sebagai
resistor dan kapasitor. Arus listrik dalam tubuh adalah jenis ionik dan
27

berhubungan dengan jumlah ion bebas dari garam, basa, asam dan
berhubungan dengan konsentrasi, mobilitas dan temperatur medium
(Supariasa, 2008)
c. Pengukuran Anthropometri pada Bayi
Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial
dan dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Kepala yang tumbuh
tidak normal maka kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi
mental sebaliknya bila kepala membesar kemungkinan ada
penyumbatan aliran serebrospinal seperti pada hidrosefalus yang akan
meningkatkan volume kepala. Bayi baru lahir berjenis kelamin
perempuan mempunyai kisaran 31-36 cm, sementara untuk bayi laki-
laki berkisar antara 32-28 cm.16 Ukuran kepala bayi yang melewati
batas normal dikhawatirkan menderita kelainan. Panjang bayi normal
adalah 48-52 cm (Saifudin, 2009).
Berdasarkan tabel 4.4. hasil pengukuran pada boneka
kelompok 1 yaitu 37,6 cm artinya lingkar kepala bayi lebih besar dari
angka normal, sedangkan panjang pengukuran pada boneka bayi
kelompok 1 yaitu 58,9 cm artinya panjang bayi lebih panjang daripada
panjang normalnya. Perbedaan pengukuran yang terjadi antara 1
kelompok dengan kelompok lain bisa berbeda beda di sebabkan seperti
praktikan kurang memperhatikan hal hal kecil yang dapat
mempengruhi hasil pengukuran seperti kurang teliti saat membaca
hasil yang dalam skala pengukuran, tidak memperhatikan aksesoris
pada bayi yang masih melekat yang juga dapat mempengaruhi hasil
pengukuran. Bisa saja hal ini dipengaruhi oleh hal-hal diluar
kemampuan dari praktikan saat melakukan praktikum.
d. Pengukuran Anthropometri pada Lansia
Tinggi badan (TB) merupakan komponen beberapa indikator
status gizi sehingga pengukuran TB seseorang secara akurat sangatlah
penting untuk menentukan nilai IMT (Indeks Massa Tubuh). IMT
berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi kasus
KEK (Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Namun
28

untuk memperoleh pengukuran TB yang tepat pada usila cukup sulit


karena masalah postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang
menyebabkan harus duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Beberapa
penelitian menunjukkan perubahan TB usila sejalan dengan
peningkatan usia dan efek beberapa penyakit seperti osteoporosis. Oleh
karena itu, pengukuran tinggi badan usila tidak dapat diukur dengan
tepat sehingga untuk mengetahui tinggi badan usila dapat dilakukan
dari prediksi tinggi lutut (knee height). Tinggi lutut dapat digunakan
untuk melakukan estimasi TB usila dan orang cacat. Proses penuaan
tidak mempengaruhi panjang tulang di tangan, kaki, dan tinggi tulang
vertebral. Selanjutnya prediksi TB usila dianggap sebagai indikator
cukup valid dalam mengembangkan indeks antropometri dan m
elakukan interpretasi pengukuran komposisi tubuh (Fatmah, 2009)
Tinggi badan diukur dengan alat Microtoise, tinggi lutut diukur
dengan alat Knee Height Caliper dalam posisi duduk dan atau
berbaring, dan panjang depa dengan alat arm span. Teknik pengukuran
tinggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan sehingga
sering digunakan untuk mengestimasi tinggi badan dengan gangguan
lekukan spinal atau tidak dapat berdiri. Tinggi lutut diukur dengan
caliper berisi mistar pengukuran dengan mata pisau menempel pada
sudut 90o. Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat
dari kayu. Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau
berbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subyek antara
tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 900 . Alat
ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang
platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian
0,1 cm (Fatmah, 2009)
Teknik pengukuran panjang depa. Dilakukan pengukuran
panjang depa bagi subyek dengan alat mistar panjang 2 meter. Panjang
depa biasanya menggambarkan hasil pengukuran yang sama dengan
tinggi badan normal dan dapat digunakan untuk menggantikan
pengukuran TB. Subyek yang diukur harus memiliki kedua tangan
29

yang dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral


dan tidak dikepal. Jika salah satu kedua tangan tidak dapat diluruskan
karena sakit atau sebab lainnya, maka pengukuran ini tidak dapat
dilakukan (Fatmah, 2009)
Pengukuran panjang depa dan tinggi lutut bertujuan untuk
mengetahui tinggi badan pada responden jika pada responden tidak
bisa di ukur dalam kondisi berdiri. Estimasi tinggi pada responden
kelompok 1 dengan mengukur panjang depa adalah Lulu 153,7 cm,
Nia 151,4 cm, Fani 152,8 cm, Deti 152,8 cm, Inna 149,8 cm.
Sedangkan untuk estimasi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut adalah
lulu 169,56 cm, Nia 164,5 cm, Fani 166,34 cm, Deti 167,86 cm, Inna
164,02 cm. setelah dilakukan pengukuran makan didapapatkan hasil
seperti diatas, hasil yang berbeda-beda dari setiap probandus
dipengaruhi dari tinggi badan setiap orang yang berbeda beda, dimana
probandus yang memiliki tinggi badan yang tinggi kemungkinan
panjang depa akan lebih panjang daripada probandus yang memiliki
tinggi badan rendah. Factor lain yang mempengaruhi juga bisa karena
posisi badan saat melakukan pengukuran yang kurang benar juga dapat
mempengaruhi hasil pengukuran (Fatmah,2009).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengukuran berat badan dilakukan dengan mengguankan timbangan
digital. Hasil pengukuran berat badan tertinggi pada kelompok 1
adalah Deti sebesar 70,8 kg dan yang paling rendah adalah Nia sebesar
38,6. Berat badan bersama tinggi badan dapat digunakan untuk
menentukan status gizi berdasarkan IMT ( Indeks Massa Tubuh ).
2. Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan microioise. Hasil
pengukuran tinggi badan tertinggi pada kelompok 1 adalah Fani
sebesar 160,2 cm dan paling pendek adalah Inna sebesar 151,4 cm.
Tinggi badan bersama berat badan dapat digunakan untuk menentukan
status gizi berdasarkan IMT ( Indeks Massa Tubuh ).
3. Pengukuran panjang badan dilakukan menggunakan infantometer.
Hasil pengukuran panjang badan pada bayi adalah 58,9 cm. Hasil
panjang badan bayi tergolong normal untuk bayi berusia 3 bulan.
4. Pengukuran tinggi lutut menggunakan Alat ukur tinggi lutut (knee high
caliper). Hasil tinggi lutut tertinggi adalah Lulu sebesar 48,9 cm dan
terendah adalah Nia sebesar 46 cm. Tinggi lutut dapat digunakan untuk
estimasi tinggi badan pada lansia.
5. Pengukuran lingkar pinggang menggunakan pita meteran. Hasil
lingkar pinggang yang tersebsar adalah Deti sebesar 72,5 cm dan yang
terkecil adalah Inna sebesar 62,3 cm. Lingkar pinggang yang terlalu
besar dapat meningkatkan resiko penyakit obesitas sentral.
6. Pengukuran lingkar panggul menggunakan pita meteran. Hasil lingkar
panggul yang terbesar adalah Deti sebesar 111 cm, dan yang terkecil
adalah Nia sebesar 83,2.
7. Perbandingan lingkar pinggang dan panggul akan menghasilkan Rasio
Lingkar Pinggang Panggul (RLPP ). Rasio lingkar panggul normal
pada laki-laki ialah 1,0 dan untuk perempuan sebesar 0,8

30
31

8. Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita meteran. Hasil


pengukuran pada bayi sebesar 37,6 cm.
9. Pengukuran LILA dilakukan menggunakan pita LILA. Hasil
pengukuran yang terbesar adalah Deti sebesar 31,6 yang termasuk
dalam kategori obesitas tipe 1, dan yang paling kecil adalah Nia
sebesar 20,0 yang termasuk dalam kategori underweight dan akan
meningkatkan resiko KEK.
10. Pengukuran % tebal lemak dilakukan dengan menggunakan alat body
fat. Hasil pengukuran terbesar adalah Deti sebesar 40,1%, dan yang
terkecil adalah Nia sebesar 17,7.
B. Saran
1. Kepada praktikan disarankan lebih memperhatikan cara melakukan
pengukuran tubuh atau antropometri statis lebih serius pada saat
melakukan praktikum sehingga tidak terjadi kesalahan peda saat
melakukan pengukuran antropometri statis.
2. Kepada responden diharapkan untuk lebih memperhatikan asupan
gizinya agar responden yang memiliki status gizi kurang bisa
memperbaiki status gizinya untuk lebih baik lagi sehingga bisa
menjadi normal, dan responden yang memiliki status gizi lebih untuk
memperhatikan pola konsumsinya serta membarengi dengan
berolahraga agar berat badannya dapat menjadi normal
DAFTAR PUSTAKA

Ashar. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.


Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan. Palembang : Universitas
Sriwijaya Press
Fatmah. 2009. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut
(Manula) Berdasarkan Usia dan Etnis pada 6 Panti Terpilih di DKI
Jakarta dan Tangerang tahun 2005. J UI X:ISSN 16.
Krisnansari, D. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health ,
60-62 Vol. 4 No. 1.
Muchtadi, Deddy.2008. Gizi untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Nursalam.2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta:Salemba Medika.
Pudjiadi, Solihin. 2010. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
Riyadi, H. 2010. Metode penilaian Gizi Diktat urusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Bogor: IPB
Saifudin, Abdul Bahri. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Neonatal. Jakarta
Santoso, Soegeng dan Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta :
Jakarta.
Soedjatmiko.2010. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita. Sari Pediatri.
Desember;3(3):175-88.
Supariasa. 2008. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Cimahi.

32
LAMPIRAN

Gambar 1 : pengukuran tinggi badan gambar 2: pengukuran panjang depa

Gambar 3 : pengukuran body fat gambar 4 : pengukuran LILA

33
34

LAMPIRAN

Gambar 5 : pengukuran lingkar pinggang Gambar 6 : timbangan

Gambar 7 : pengukuran panjang badan Gambar 8 : pengukuran lingkar


kepala
34

Gambar 9 : Pengukuran tinggi lutut


LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH

PENENTUAN STATUS GIZI (3 sks)

BIOKIMIA

Oleh :
KELOMPOK 1
SEMESTER/TAHUN AJARAN : VI / 2016-2017
DWI KURNIA YULIYAWATI 25010114120108

LABORATORIUM ILMU GIZI


DEPARTEMEN ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
RI
JUNI TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MATA KULIAH PENENTUAN STATUS GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO

1. Judul : Biokimia
2. Penyusun : Kelompok 1
Nama/NIM : Dwi Kurnia Yuliyawati / 25010114120108
3. Semester/Tahun Ajaran : VI / 2016-2017
4. Laboratorium/Departemen : Ilmu Gizi / Ilmu Gizi FKM Undip
5. Nama Mata Kuliah/sks : Penentuan Status Gizi / 3 sks
6. Lokasi Kegiatan : Kota Semarang
7. Waktu Kegiatan : 8 Mei 2017

Laporan Praktikum Mata Kuliah Penentuan Status Gizi sudah disetujui dan
sesuai dengan Kompetensi Ilmu dan Teknologi Gizi.

Semarang, 2 Juni 2017


Dosen PJMK PSG
Departemen Ilmu Gizi FKM Undip,

Dr. Martha Irene Kartasurya, M.SC., Ph.D.


NIP 196407261991032003

ii
PRAKATA PENULIS

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga atas Rahmah
dan Hidayah-Nya, maka Laporan Praktikum Penentuan Status Gizi dapat
diselesaikan dengan baik. Baik disusun oleh penulis: Dwi Kurnia Yuliyawati guna
keperluan pelaksanaan Mata Kuliah dengan Praktikum Penentuan Status Gizi (3sks)
di Laboratorium Gizi Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro.
Laporan ini dibuat pada tahun 2017 berupa draf hasil praktikum. Dalam
pembuatan laporan praktikum ini Penulis dapat mengetahui bagaimana cara
menghitung status gizi seseorang secara dengan menggunakan metode biokimia.
Akhir kata Penulis berharap agar Laporan Praktikum Mata Kuliah Penentuan
Status Gizi FKM Undip ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kompetensi dan
keilmuan Ilmu Gizi di Indonesia dan di dunia.

Wassalamualaikum wr. wb

iii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
PRAKATA PENULIS ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 3
C. Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kolesterol ............................................................................ 4
B. Fungsi Lemak dan Akibatnya ................................................................ 5
C. Fungsi dan sumber kolestero ................................................................ 6
D. Pengertian Trigliserida .......................................................................... 7
E. Pengertian Glukosa ............................................................................... 9
F. Pengertian Hemoglobin ....................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu ................................................................................................. 13
B. Tempat ................................................................................................ 13
C. Alat dan Bahan.................................................................................... 13
D. Skema Alur Kerja ............................................................................... 14
E. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ................................................................................................... 20
B. Pembahasan ........................................................................................ 20

iv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25
LAMPIRAN ............................................................................................. 26

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai normal kadar hemoglobin menurut WHO ........................ 18


Tabel 3.2 Intrepetasi tes GDP, GDS, GD2PP ........................................... 18
Tabel 3.3 Analisis Hasil kolesterol ........................................................... 18
Tabel 3.4 Analisis Hasil Trigliserida ........................................................ 19
Tabel 4.1 Tabel hasil pemeriksaan pengukuran biokimia .......................... 20

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema kerja pemeriksaan hemoglobin ................................... 14


Gambar 3.2 Skema kerja pemeriksaan kadar gula darah ............................ 15
Gambar 3.3 Skema kerja pemeriksaan kolesterol total .............................. 16
Gambar 3.4 Skema kerja pemeriksaan kadar trigliserida ........................... 17

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan
hasil yang lebih tepat dan objektif dari pada menilai konsumsi pangan dan
pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah
teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain
dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan
keadaan normal yang telah ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui
melalui pemeriksaan feses, urinedan darah, karena kurang gizi sering
dikaitkan dengan prevelensi penyakit karena parasit. Dalam berbagai hal,
pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat
kesehatan. Keadaan ini, memberi gambaran bahwa sarana yang tersedia
tidak dijangkau oleh penduduk yang tinggal di daerah yang jauh dari
sarana tersebut. Meskipun demikian, pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cara memeriksa contoh darah, urine dan feses yang dikumpulkan oleh
keluarga di daerah tersebut, perawat atau petugas kesehatan lain dan
dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Dalam pemeriksaan secara
biokimia ini yang diteliti adalah kadar gula darah, kadar asam urat dan
kadar kolesterol dari probandus ( Supariasa, 2010).
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu
kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau
tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang
dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit
sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah
makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum
orang makan. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan
glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan
dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang

1
2

disebut insulin,menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi


glikogen. Prosesini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula
darah (Graha, 2010). Hemoglobin adalah metal protein pengangkut
oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan
hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan
empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi
(Wikipedia, 2007).
Kolesterol adalah suatu substansi seperti lilin yang berwarna putih,
secaraalami ditemukan di dalam tubuh kita. Kolesterol diproduksi di
hati,fungsinya untuk membangun dinding sel dan membuat hormon-
hormon tertentu.Tubuh kita sebetulnya akan menghasilkan sendiri
kolesterol yang kita perlukan. Tetapi, karena produk hewani yang kita
konsumsi, menyebabkan banyak orang memiliki kelebihan kolesterol
(Graha, 2010). Trigliserida merupakan jenis lemak yang ditemukan dalam
darah. Jenis ini merupakan hasil dari uraian kerja tubuh terhadap makanan
yang mengandung lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk
ketubuh,serta juga dibentuk di hati. Trigliserida adalah penyebab utama
penyakit-penyakit arteri dan biasanya dibandingkan dengan kolesterol
dengan menggunakan lipoprotein elektroforesis. Bila terjadi peningkatan
trigliserida maka terjadi peningkatan VLDL yang menyebabkan
hiperlipoproteinemia (Kee, 2007).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pemeriksaan biokimia
dengan specimen darah secara benar.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar gula darah pada probandus dengan
menggunakan specimen darah
2. Untuk mengetahui kadar hemoglobin pada probandus dengan
menggunkaan specimen darah
3

3. Untuk mengetahui kadar kolesterol pada probandus dengan


menggunakan specimen darah
4. Untuk mengetahui kadar trigliserida pada probandus dengan
menggunakan specimen darah

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat terlatih kemampuannya dalam melakukan
pemeriksaan biokimia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat penentuan status
gizi biokimia dengan baik dan benar.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti
lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam lever (hati).
Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol
merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan
bermacam-macam fungsi, antara lain untuk membuat hormon seks,
hormon korteks adrenal, vitamin D, dan untuk membuat garam empedu
yang membantu usus untuk menyerap lemak. Jadi, bila takarannya pas
atau normal, kolesterol adalah lemak yang berperan penting dalam tubuh.
Namun, jika terlalu banyak, kolesterol dalam aliran darah justru berbahaya
bagi tubuh (Nilawati, 2008).
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kelebihan kolesterol akan
menyebabkan zat tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dalam tubuh dan
akan mengendap dalam pembuluh darah arteri. Hal yang akan terjadi
selanjutnya adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (lazim
dikenal sebagai atherosklerosis) hingga penyumbatan dan pemblokiran
aliran darah (atherosklerosis). Akibatnya, jumlah suplai darah ke jantung
berkurang, terjadi sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat
menjurus ke serangan jantung (Nilawati, 2008).
Kolesterol berasal dari organ binatang terutama bagian otak,
kuning telur, dan jeroan. Demikian juga produksi yang berasal darinya,
seperti susu asli, keju, mentega, dan lain-lain. Sementara bahan makana
yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan tidak mengandung kolesterol.
Dengan demikian, cara yang efektif untuk mengurangi kadar kolesteol
dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengkonsumsi sayuran dan buah
(Nilawati, 2008).
5

B. Fungsi Lemak dan Akibat Kelebihan Kolesterol didalam Darah


Lemak juga dibutuhkan tubuh terutama dalam proses produksi
berbagai macam hormon, sebagai pembungkus jaringan saraf (mielin),
melapisi membran sel, prekursor prostaglandin dan merupakan pelarut
vitamin (A, D, E, dan K). Pada anak-anak, lemak, kolesterol dan
derivatnya sangat dibutuhkan bagi perkembangan sel-sel otaknya dan hal
ini yang akan menentukan tingkat kecerdasannya kelak di kemudian hari
(Dalimartha, 2008). Seperti dikemukakan sebelumnya, kolesterol hanya
didapat dari makanan yang berasal dari hewan dan trigliserida berasal dari
karbohidrat. Namun, hati pun bisa membentuk kolesterol dan trigliserida
dari makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak jenuh seperti
daging, margarin, mentega, keju, minyak sawit, dan minyak kelapa
(Dalimartha, 2008). Saat ini kelebihan kolesterol menjadi momok yang
sangat ditakuti orang karena sebagai salah satu faktor penyempitan
pembuluh darah yang dinamakan aterosklerosis, yaitu suatu proses
pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah, terutama di jantung,
otak, ginjal, dan mata. Pada otak, aterosklerosis menyebabkan stroke,
sedangkan pada jantung menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK)
(Dalimartha, 2008).
Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel dibagi menjadi
LDL, HDL, total kolesterol dan trigliserida. Kolesterol sebenarnya
merupakan salah satu komponen lemak. Seperti kita ketahui, lemak
merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita
disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori
paling tinggi. Disamping sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya
lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh kita terutama untuk membentuk dinding sel-sel
dalam tubuh. Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan
hormon-hormon steroid. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara
normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi ia
bisa meningkat jumlahnya karena asupan makanan yang berasal dari
6

lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai makanan sampah (junkfood).
Kolesterol dalam tubuh yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding
pembuluh darah dan menimbulkan suatu kondisi yang disebut
aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah.
Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke
(Indica, 2010).
Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL
(Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang
memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan diangkut
kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein)
untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu
dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu. LDL
mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan
mengambang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah
Apo-B (apolipoprotein-B). LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat"
karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh
darah. Sebaliknya, HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam
operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh
darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang
membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai
kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga
lebih berat (Parker, 2010).

C. Fungsi dan Sumber Kolesterol


Kolesterol adalah komponen penting dari semua membran
biologis, termasuk membran sel yang memisahkan sel ke bagian luar dan
berbagai membran di dalam sel. Tekstur membrane, viskositasnya
ditentukan oleh jumlah kolesterol, yang membuat membrane menjadi
stabil pada kisaran temperature yang besar (Skiver, 2008). Kolesterol
adalah bahan awal utama untuk sintesis vitamin D, hormon steroid seperti
7

kortisol dan aldosteron dari kelenjar adrenal dan hormon seperti


progesteron , estrogen dan testosteron (Skiver, 2008).
Jumlah terbesar kolesterol dalam tubuh manusia disintesis dari
asetil koenzim A- di banyak jenis sel dan jaringan . Sekitar 20-25% dari
produksi harian, biasanya sekitar 1 gram per hari, terjadi di dalam hati.
organ lain yang mensintesis kolesterol adalah usus , kelenjar adrenal dan
alat kelamin . Seorang pria yang memiliki berat 70 kilogram, yang
umumnya sekitar 25 gram kolesterol dalam tubuh, dan mungkin setiap hari
di 200-250 miligram melalui diet. Sekitar 1,2-1,3 miligram untuk
memasuki usus, di mana sekitar setengah diserap ke dalam darah. Anda
melakukannya dengan baik bahkan jika Anda tidak menerima kolesterol
melalui diet, ketika sel-sel kekebalan tubuh sendiri dapat menghasilkan
semua kolesterol yang mereka butuhkan (Macnair, 2007).

D. Pengertian Trigliserida
Trigliserida adalah lemak darah yang dibawa oleh serum
lipoprotein. Trigliserida adalah penyebab utama penyakit-penyakit arteri
dan biasanya dibandingkan dengan kolesterol dengan menggunakan
lipopritein elektroforesis. Bila terjadi peningkatan konsentrasi trigliserida
maka terjadi peningkatan very low density lipoprotein (VLDL) yang
menyebabkan hiperlipoproteinemia. Masuknya alkohol dapat
menyebabkan peningkatan sementara kadar trigliserida serum (Kee, 1997).
Di dalam darah hanya ada 3 jenis lemak dasar, yaitu kolesterol, trigliserida
dan fosfolipid. Oleh karena sifat lemak yang tidak dapat larut dalam air
(sedangkan darah kita terdiri dari air sebagai komponen utama), maka 3
bentuk lemak tersebut harus bercampur dengan zat pelarut untuk dapat
beredar dalam darah. Zat tersebut adalah suatu jenis protein yang disebut
Apoprotein (disingkat Apo). Senyawa lemak (gabungan dari 3 jenis lemak
diatas) yang bergabung dengan Apo membentuk lipoprotein (LP). Jadi LP
adalah kolesterol + trigliserida + fosfolipid + Apo (Tenggara, 2008).
Trigliserida bukan kolesterol melainkan salah satu jenis lemak
yang terdapat dalam darah yang dikemas dalam bentuk partikel
8

lipoprotein. Makan makanan yang mengandung lemak akan meningkatkan


kadar trigliserida dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar
kolesterol. lemak yang berasal dari nabati memang tidak mengandung
kolesterol namun mengandung trigliserida yang tinggi contohnya durian,
kelapa. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi tingginya trigliserida dalam
darah seperti kegemukan, makanan berlemak jenuh tinggi, makanan yang
tinggi glukosa / karbohidrat serta minuman alkohol. Pada beberapa kasus
ditemukan adanya hubunagn faktor genetik dan trigliserida yang tinggi
untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida harus dibarengi dengan
perubahan pola makan / memilah- milah jenis makanan (Luxor, 2008).
Trigliserida merupakan lemak darah yang secara khusus berada
pada lapis kedua low-density lipoprotein atau LDL, yang dikenal sebagai
kolesterol "jahat" karena perannya dalam memicu serangan jantung dan
stroke. Obat penurun kolesterol yang dikenal sebagai 'statin' memang
dapat mengurangi LDL, tapi obat itu seringkali tak mampu menurunkan
trigliserida -- lemak darah yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi
dan lemak dalam tubuh. harusdimengerti bahwa istilah HDL atau LDL dll
itu adalah suatu bentuk gabungan kolesterol, trigliserid, fosfolipid dan
protein (Tenggara, 2008).
Trigliserida, sebagai komponen utama -low-density lipoprotein sangat
(VLDL) dan kilomikron, memainkan peran penting dalam metabolisme
sebagai sumber energi dan pengangkutan lemak makanan. Mereka
mengandung lebih dari dua kali sebagai banyak energi (9 kkal / g atau 38 kJ /
g) sebagai karbohidrat dan protein. Dalam usus, trigliserida dibagi menjadi
asam lemak bebas dan monoacylglycerol dalam proses yang disebut lipolisis ,
dengan sekresi lipase dan empedu, yang kemudian pindah ke serap enterosit ,
sel-sel lapisan usus. Trigliserida yang dibangun di enterosit dari fragmen
mereka dan dikemas bersama-sama dengan kolesterol dan protein untuk
membentuk kilomikron, hal ini dikeluarkan dari sel dan dikumpulkan oleh
sistem limfe dan diangkut ke kapal besar di dekat jantung sebelum dicampur
ke dalam darah. Berbagai jaringan dapat menangkap kilomikron, melepaskan
trigliserida untuk digunakan sebagai sumber energi. Lemak dan sel-sel hati
dapat mensintesis dan menyimpan trigliserida. Ketika tubuh membutuhkan
9

asam lemak sebagai sumber energi, hormon glukagon sinyal rincian


trigliserida oleh hormon sensitif lipase untuk melepaskan asam lemak bebas.
Karena otak tidak dapat menggunakan asam lemak sebagai sumber energi
(kecuali diubah menjadi keton ), yang gliserol komponen trigliserida dapat
dikonversi menjadi glukosa , melalui glukoneogenesis , untuk bahan bakar
otak ketika rusak. Sel lemak juga dapat dipecah karena alasan itu, jika
kebutuhan otak yang pernah lebih besar daripada tubuh (Nancy, 2008).

E. Pengertian Glukosa dan Pemeriksaan Glukosa Darah


Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa,
karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan.
Di alam, glukosa terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah
manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi
tetap, yaitu antara 70 100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat
bertambah setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat, namun kira-
kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan
semula. Pada penderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar
dari 130 mg per 100 ml darah ( Dalimartha, 2008).
Level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi
yang bisa fatal, yang disebut dengan hipoglikemia, yang mempunyai
gejala perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah
tersinggung dan kehilangan kesadaran. Apabila levenya tetap tinggi,
disebut dengan hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu
yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan
masalah-masalah kesehatan, berkaitan dengan diabetes, termasuk pada
mata, ginjal dan saraf ( Kee, 2007).
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk
mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam
darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena
dikonsumsi untuk membutuhkan energi tubuh, pankreas melepaskan
glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di hati, kemudian sel-sel in
mengubah glikogen menjadi glukosa ( Kee, 2007).
Macam-macam pemeriksaan glukosa darah
10

1. Glukosa darah sewaktu ,pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap


waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang
dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut ( Depkes RI, 2009).
2. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan, pemeriksaan glukosa
darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah pasien
berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam
setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung
setelah pasien menyelesaikan makan ( Depkes RI, 2009 ).

F. Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang
mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan
lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat
gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi (Supariasa,
2010).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui
fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah
(Supariasa, 2010).
Kegunaan Hemoglobin (Hb) :
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh
sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai
reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam
sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam
hemoglobin (Supariasa,2010).
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringan-jaringan tubuh.
11

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh


jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari
normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia
(Tenggara,2008).
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
adalah :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh , Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan
untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan
kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan
mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi
mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk
dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain
pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan
peroksidase.
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin
dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom
dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun
mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam
transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-
sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria
yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam
proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang
merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh
mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan
bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen
sekolah dan penurunan prestasi belajar (WHO dalam Supriasa, 2010).
12

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh , Menurut Wirakusumah, Besi yang


terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram.
Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih
dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa
sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu
bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian
yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta
enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah
antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila
dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg
berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang
biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi
dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,
penyimpanan dan pengeluaran (Supriasa, 2010).
13

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Praktikum
Praktikum dilaksankan pada hari kamis 9 mei 2017, praktikum
dimulai pada pukul 07.00 WIB.

B. Tempat Praktikum
Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas
Diponegoro.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Hemocue
b. Baterai
c. Microcuvet
d. Lancet steril
e. Kapas kering
f. On Call Plus
g. Blood Glucose Strip
h. Accutrend GCT
2. Bahan
a. Spesimen darah
b. Alcohol 70 %
c. Strip test kolesterol
d. Strip kode kolesterol
e. Strip kode trigliserid
f. Strip test trigliserid
14

D. Skema Kerja

Dimulai

Dipersiapkan alat dan bahan

Dipersiapkan alat hemocue, dipasang baterai dan


adaptor

Dibersihkan tempat yang mau diambil darahnya dengan


alcohol dan biarkan sampai kering

Ditusukkan dengan cepat dengan menggunakan lancet


steril pada bagian samping jari, buang darah yang keluar
pertama dengan kapas kering dan pakai darah yang
kedua sebagai sampel

Diambil microcuvet dan tempelkan ujung microcuvet ke


darah, dan pastikan darah masuk ke dalam microcuvet
hingga penuh

Dipasang microcuvet pada hemocue baca dan catat


hasilnya

Selesai

Gambar 3.1 skema kerja pemeriksaan hemoglobin


15

Dimulai

Dipersiapkan alat dan bahan

Dibuka penutup baterai yang ada disebelah kiri On Call


Plus dan masukkan batreai kedalamnya

Diambil Blood Glucose Strip dan masukkan ke dalam


ON Call Plus sebelah kanan

Dimasukkan Blood Glucose strip sampai terdengar


tanda beep dan layar menunjukkan kode strip

Dibersihkan tempat pengambilan darah dengan alcohol


dan tekan bagian jari yang akan ditusuk

Didekatkan sampel darah ke ujung blood glucose strip


sampai darah mengalir dari tepi blood glucose strip
hingga penuh

Ditusukkan dengan cepat dengan menggunakan lancet


steril pada bagian samping jari, buang darah yang keluar
pertama dengan kapas kering dan pakai darah yang
kedua sebagai sampel

Pada layar alat akan terlihat nilai kadar gula darah yang
telah diukur. Ambil blood glucose strip yang telah
dipakai masukkan dalam plastic dan buang

Selesai

Gambar 3.2 skema kerja pemeriksaan kadar gula darah


16

Dimulai

Dipersiapkan alat dan bahan

Ditekan tombol ON/OFF dan akan muncul dilayar tanda


CODE

Dimasukkan strip kode untuk kolesterol. Segera dicabut


lagi dari accutrend hingga terdengar suara beep

Pegang bagian yang akan ditusuk dan tekan sedikit agar


rasa nyeri berkurang

Ditusukkan dengan cepat dengan menggunakan lancet


steril pada bagian samping jari, buang darah yang keluar
pertama dengan kapas kering dan pakai darah yang
kedua sebagai sampel

Dimasukkan strip test hingga terdengar suara beep,


diteteskan darah hingga memenuhi area test pada strip
test

Hindari jari tangan menyerap area test, tutup flap akan


tampak hasil test perhitungan mundur 180 detik, baca
dan catat hasilnya

Selesai

Gambar 3.3 skema kerja pemeriksaan kolesterol total


17

Dimulai

Dipersiapkan alat dan bahan

Ditekan tombol ON/OFF kemudian muncul dilayar


tanda code

Dimasukkan strip test kode untuk trigliserid, segera


cabut kembali dari accutrend hingga terdengar suara
beep satu kali

Dibersihkan tempat pengambilan darah dnegan alcohol


dan ditekan bagian jari yang akan ditusuk untuk
mengurangi rasa nyeri

Dimasukkan blood glucose strip sampai terdengar tanda


beep dan layar akan menunjukkan kode strip

Ditusukkan dengan cepat dengan menggunakan lancet


steril pada bagian samping jari, buang darah yang keluar
pertama dengan kapas kering dan pakai darah yang
kedua sebagai sampel

Didekatkan sampel darah keujung blood glucose strip


smapai darah mengalir dari tepi blood glucose strip
hingga penuh

Pada layar alat akan terlihat nilai kadar gula dara yang
telah diukur. Ambil blood glucose strip masukkan
dalam plastic dan buang

Selesai

Gambar 3.4 skema kerja pemeriksaan kadar trigliserida


18

E. Pengolahan data dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Berikut ini merupakan pengukuran dalam berbagai jenis
parameter pemeriksaan biokimia:
Tabel 3.1 Nilai normal kadar hemoglobin menurut WHO:
Kelompok Umur Batas nilai hemoglobin
6 bulan 5 tahun >11 gr%
5 tahun -11 tahun > 11,5 gr%
12 tahun 13 tahun >12 gr%
Laki- laki >13 gr %
Wanita hamil >11 gr%
Wanita tidak hamil 12 gr%

Tabel 3.2 intrepetasi tes GDP, GDS, GD2PP


Tes Bukan DM Belum Pasti DM
DM
GDS
Darah Vena <110 110-199 200
Darah Kapiler <90 90-199 200
GDP
Darah vena <100 110-125 126
Darah kapiler <90 90-109 110
GD2PP
Darah Vena <140 140-200 >200
Darah Kapiler <120 120-200 >200

2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan responden
mahasiswa gizi sebagai subjek dalam pengukuran untuk penentuan
status gizi. Membandingkan hasil pemeriksaan pada probandus lalu
diinterpretasikan berdasarkan referensi klasifikasi dari analisis masing-
masing pemeriksaan pada kadar hemoglobin, kadar gula darah
(glukosa), kadar kolesterol total, kadar trigliserida.
Tabel 3.3 Analisis Hasil kolesterol
Batasan Normal Keterangan
< 200 mg/dL Normal
200-239 mg/dL Borderline
240 mg/dL Hiperkolesterolemia
Setiap peninggian kolesterol akan meningkatkan 2% terjadi penyakit
jantung koroner
19

Tabel 3.4 Analisis Hasil Trigliserida


Batasan Normal Keterangan
< 150 mg/dL Normal
150-199 mg/dL Borderline
200-499 mg/dL Hipertrigliseridemia
500 mg/dL Sangat Tinggi
20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 4.1 tabel hasil pemeriksaan pengukuran biokimia
Kelompok Kadar Hb (%) Kolesterol Glukosa Trigliserida
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
1 13,2 161 83,2 167
2 15,8 179 86 176
3 13,1 182 88 134
4 12,6 188 90 107

B. Pembahasan
1. Kadar Hb
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-
butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah
normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini
biasanya disebut 100 persen (Evelyn, 2009). Batas normal nilai
hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin
bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan
batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin
(WHO dalam Arisman, 2002).
Setelah melihat hasil pengukuran hemoglobin pada kloter 1
didapatkan hasil seperti pada tabel 4.1. Dari hasil menunjukkan jika kadar
Hb dari probandus kelompok 1- 4 berada pada batas normal yaitu berada
12 gr% maka dapat dikatan jika kadar Hb probandus dari masing masing
normal atau baik sehingga tidak beresiko untuk mengalami anemia.
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit
dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk
perorangan (Arisman, 2008). Anemia sebagai keadaan dimana level
hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan
salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab
anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007).
21

Hasil dari setiap kelompok bisa berbeda-beda hasil karena Hb bisa


tergantung dari aktivitas fisik dari masing individu yang berbeda-beda,
berat badan, serta pola gaya hidup dari masing masing indovidu yang
pastinya berbeda beda dari setiap orang (Kee, 2007).
2. Kadar Kolesterol
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti
lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam lever (hati).
Kolesterol terbentuk secara alamiah. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
kelebihan kolesterol akan menyebabkan zat tersebut bereaksi dengan zat-
zat lain dalam tubuh dan akan mengendap dalam pembuluh darah arteri.
Hal yang akan terjadi selanjutnya adalah penyempitan dan pengerasan
pembuluh darah (lazim dikenal sebagai atherosklerosis) hingga
penyumbatan dan pemblokiran aliran darah (atherosklerosis). Akibatnya,
jumlah suplai darah ke jantung berkurang, terjadi sakit atau nyeri dada
yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung
(Nilawati, 2008).
Dari hasil perhitungan kolesterol yang diperoleh dari kelompok 1-4
dapat dilihat hasilnya jika kadar kolesterol probandus pada kelompok 4
merupakan hasil yang tertinggi dari yang lain yaitu 188 mg/dL. Kadar
kolesterol terkecil berada pada kelompok 1 yaitu 161 mg/dL. Tetapi jika
dibandingkan dengan standar normal kolesterol dari ke 4 kelompok, kadar
kolesterol masih berada pada batas normal yaitu < 200 mg/dL. Sehingga
probandus tidak beresiko untuk terkena Penyakit Jantung Koroner.
Saat ini kelebihan kolesterol menjadi momok yang sangat ditakuti
orang karena sebagai salah satu faktor penyempitan pembuluh darah yang
dinamakan aterosklerosis, yaitu suatu proses pengapuran dan pengerasan
dinding pembuluh darah, terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata. Pada
otak, aterosklerosis menyebabkan stroke, sedangkan pada jantung
menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK) (Dalimartha, 2008).
Hasil yang berbeda dari setiap kelompok pada kadar koelsterol
karena bisa tergantung dari aktivitas fisik dari masing individu yang
berbeda-beda, berat badan, serta pola gaya hidup dari masing masing
individu yang pastinya berbeda beda dari setiap orang. Namun selama
22

kolesterol masih berada pada batas normal hal ini berarti pola hidup
probandus masih dikatakan baik (Nilawati, 2008).
3. Kadar Glukosa
Pemeriksaan gula darah gula bersifat larut air, sehingga di dalam
darah gula akan larut di dalam plasma. Semakin tinggi kadar gula di dalam
darah, maka semakin kental darah yang ada di dalam tubuh kita dan
semakin lambat alirannya. Lambatnya aliran darah bisa menyebabkan sel-
sel tubuh lambat menerima suplai oksigen dan sari makanan serta lebih
mudah terbentuknya gumpalan darah. Kadar gula puasa normal: 70 - 110.
Kadar gula di atas normal berarti kemugkinan besar menderita diabetes
(Kee, 2007).
Dilihat dari tabel 4.1 kadar glukosa yang didapatkan dari kelompok
1-4 kadar glukosa yang didapatkan masih berada pada batas normal yaitu
berada pada darah kapiler 90-109 yang berarti probandus belom pasti DM
karena hasil analisis kadar glukosa menunjukkan angka 90 mg/dL.
Sehingga dapat dikatakn kadar glukosa probandus normal atau baik dan
tidak beresiko untuk terkena diabetes (Kee, 2007).
Kadar glukosa tertinggi didapatkan pada probandus kelompok 4
hingga mencapai 90 mg/dL dan kadar terkecil didapatkan oleh probandus
kelompok 1 perbedaan ini bisa terjadi karena pola makan dari masing-
masing individu yang berbeda dan aktivitas fisik yang dilakukan pada
setiap orang pasti berbeda-beda.
4. Kadar Trigliserida
Seperti sudah dijelaskan, bahwa trigliserida (TG) adalah salah satu
bentuk dari 3 lemak dasar manusia. Tidak seperti kolesterol yang disimpan
dalam jaringan hati atau dinding pembuluh darah, TG akan disimpan dalam
sel lemak dibawah kulit (yang menjadikan six pack abs sangat sulit
diperoleh). Kadar TG yang tinggi akan merubah metabolisme VLDL menjadi
suatu bentuk large VLDL. Bentuk L-VLDL ini akan menjadi LDL yang
sangat mudah teroksidasi dan merusak HDL yang pada akhirnya akan
memperberat kandungan kolesterol pembuluh darah (Tenggara, 2008).
Dari hasil analisis kadar trigliserida didapatkan hasil kelompok 1-4
mendapatkan ahsil yang berbeda-beda dimaan kel 1 dan 2 hasil trigliserida
23

menunjukkan angka 167 dan 176 mg/dL dimana masuk dalam kategori
borderline ( 150-199mg/dL). Sedangkan kelompok 3 dan 4 hasil
probandus masih berada dalam kategori normal <150 mg/dL (Tenggara,
2008).
Trigliserida bukan kolesterol melainkan salah satu jenis lemak yang
terdapat dalam darah yang dikemas dalam bentuk partikel lipoprotein. Makan
makanan yang mengandung lemak akan meningkatkan kadar trigliserida
dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Hasil yang
berbeda dari setiap kelompok bisa dipengaruhi Karena berat badan dari
masing-maisng probandus yang berbeda beda, pola makan yang berbeda bisa
dikatakan probandus pada kelompok 1 dan 2 kemiungkinan terlalu sering
untuk mengkonsumsi makanan berlemak sehingga kadar trigliserida menjadi
tinggi. Bisa juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik dari setiap robandus yang
berbeda-beda (Tenggara, 2008).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengukuran kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan
alat hemocue. Hasil pengukuran menunjukkan jika probandus dari
kelompok 1-4 kadar Hb berada pada batas normal 12 gr% sehingga
tidak beresiko terkena anemia.
2. Pengukuran kadar kolesterol dapat dilakukan dengan alat accutrend
GCT. Hasil pengukuran menunjukkan jika probandus dari kelompok
1-4 kadar kolesterol berada pada batas normal yaitu < 200 mg/dL
sehingga probandus tidak beresiko terkena PJK
3. Pengukuran kadar glukosa dapat dilakukan dengan menggunakan alat
ON Call Plus. Hasil pengukuran menunjukkan jika probandus dari
kelompok 1-4 kadar glukosa berada pada batas normal 90-109mg/dL.
Sehingga probandus tidak beresiko untuk terkena diabetes.
4. Pengukuran kadar trigliserida dapat dilakukan dengan menggunakam
Accutrend GCT. Hasil pengukuran menunjukkan jika probandus dari
kelompok 1-4 kadar trigliserida berbeda beda dimana kelompok 1 dan
2 dimana masuk dalam kategori borderline ( 150-199mg/dL).
Sedangkan kelompok 3 dan 4 hasil probandus masih berada dalam
kategori normal <150 mg/dL. Sehingga probandus bagi kelompok 1
dan 2 beresiko terkena kolesterl tinggi.
B. Saran
1. Kepada praktikan disarankan lebih memperhatikan cara melakukan
pengukuran kadar Hb, Glukosa, Trigliserida dan kolesterol lebih serius
pada saat melakukan praktikum sehingga tidak terjadi kesalahan pada
saat melakukan pengukuran.
2. Kepada responden diharapkan untuk lebih memperhatikan asupan
gizinya agar responden yang beresiko dapat lebih memeperhatikan
pola makan dan aktivitas fisik nya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. 2008. 36 Resep Tumbuhan Obat Untuk Menurunkan Kolesterol.


Penerbit Niaga Swadaya. Jakarta.
Graha . 2010. High Cholesterol. Tersedia pada
http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-cholesterol/DS00178
[diakses pada 15 mei 2017]
Indica. 2010. Kolesterol. Tersedia pada
http://www.farmasiku.com/index.php?targe t=categories
&category_id=194 [diakses pada 14 mei 2017 ]
Kee, J. L. 2007. Pemeriksaan Laboratorium and Doagnostik. Penerbit EGC.
Jakarta.
Luxor. 2008. Trigliserida. Tersedia pada
http://luxorinma.forumotion.com/kesehatan-dan-solusinya-f4/tentang-
trigliserida-t4.htm [diakses pada 13 mei 2017]
Macnair, T. 2007. Cholesterol. Tersedia pada
http://www.bbc.co.uk/health/physical_health/
conditions/cholesterol1.shtml [diakses pada 13 mei 2017]
Nilawati, S. 2008. Care Yourself Kolesterol. Penerbit Penebar Plus. Jakarta.
Parker, T. 2010. Cholesterol. Tersedia pada
http://health.nytimes.com/health/guides/nutritio
n/cholesterol/overview.html [diakses pada 14 mei 2017]
Skriver, M . 2008. Crash Cours in Cholesterol. Tersedia pada
http://www.kostdoktorn.se/ kolesterol [diakses pada 13 mei 2017]
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2010.Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Tenggara, J. 2008. Lemak Kolesterol dan Trigliserida. Tersedia pada
http://www.dennysantoso.com/lemak-kolesterol-dan-trigliserida.html
[diakses pada 15 mei 2017]

25
LAMPIRAN

Gambar 1 : Kadar Hb Gambar 2 : pengambilan sampel darah

Gambar 3: Kadar Glukosa Gambar 4 : Accutrend GCT

Gambar 5 : dibersihkan pakai alcohol Gambar 5 : pengukuran trigliserida

26
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH

PENENTUAN STATUS GIZI (3 sks)

BIOFISIK

Oleh :
KELOMPOK 1
SEMESTER/TAHUN AJARAN : VI / 2016-2017
DWI KURNIA YULIYAWATI 25010114120108

LABORATORIUM ILMU GIZI


DEPARTEMEN ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
RI
JUNI TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MATA KULIAH PENENTUAN STATUS GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO

1. Judul : Biofisik
2. Penyusun : Kelompok 1
Nama/NIM : Dwi Kurnia Yuliyawati / 25010114120108
3. Semester/Tahun Ajaran : VI / 2016-2017
4. Laboratorium/Departemen : Ilmu Gizi / Ilmu Gizi FKM Undip
5. Nama Mata Kuliah/sks : Penentuan Status Gizi / 3 sks
6. Lokasi Kegiatan : Kota Semarang
7. Waktu Kegiatan : 8 Mei 2017

Laporan Praktikum Mata Kuliah Penentuan Status Gizi sudah disetujui dan
sesuai dengan Kompetensi Ilmu dan Teknologi Gizi.

Semarang, 2 Juni 2017


Dosen PJMK PSG
Departemen Ilmu Gizi FKM Undip,

Dr. Martha Irene Kartasurya, M.SC., Ph.D.


NIP 196407261991032003

ii
PRAKATA PENULIS

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga atas Rahmah
dan Hidayah-Nya, maka Laporan Praktikum Penentuan Status Gizi dapat diselesaikan
dengan baik. Baik disusun oleh penulis: Dwi Kurnia Yuliyawati guna keperluan
pelaksanaan Mata Kuliah dengan Praktikum Penentuan Status Gizi (3sks) di
Laboratorium Gizi Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro.
Laporan ini dibuat pada tahun 2017 berupa draf hasil praktikum. Dalam
pembuatan laporan praktikum ini Penulis dapat mengetahui bagaimana cara
menghitung status gizi seseorang secara dengan menggunakan biofisik.
Akhir kata Penulis berharap agar Laporan Praktikum Mata Kuliah Penentuan
Status Gizi FKM Undip ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kompetensi dan
keilmuan Ilmu Gizi di Indonesia dan di dunia.

Wassalamualaikum wr. wb

iii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
PRAKATA PENULIS ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Biofisik .................................................................................... 3
B. Definisi Denyut Nadi ............................................................................ 3
C. Latihan Fisik untuk Meningkatkan Kebugaran Fisik ............................. 4
D. Pengertian Hardvar Step Up Test .......................................................... 5
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu ................................................................................................... 7
B. Tempat .................................................................................................. 7
C. Alat dan Bahan...................................................................................... 7
D. Skema Alur Kerja ................................................................................. 8
E. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ................................................................................................... 10
B. Pembahasan ........................................................................................ 10
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................... 12

iv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13
LAMPIRAN ............................................................................................. 14

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prediksi Rata-rata Maksimum Denyut Jantung Pada Tes Latihan4
Tabel 3.1.Penilaian Steptest pada Wanita Selama 3 Menit9
Tabel 4.1 Hasil Step Test.10

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema alur kerja Biofisik ......................................................... 8

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada
seluruh permukaan yang tertutup; yaitu, pada dinding bagian dalam
jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah berasal dari aksi pemompaan
jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-
pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena ada
perbedaan tekanan atau gradient tekanan antara ventrikel kiri dan atrium
kanan Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dengan memasukkan
kanula ke dalam pembuluh darah arteri dan dimonitor dengan alat
pendeteksi tekanan darahnya (tidak lazim dipakai). Cara tidak langsung
dengan menggunakan alat sphygmomanometer (Ganong, 2007).
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang
mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung.
Denyut nadi sering diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan
denyut jantung. Denyut nadi dapat dengan mudah diperiksa dengan jari
tangan atau dengan cara palpasi, disamping itu dapat pula ditentukan
dengan menggunakan peralatan elektronik yang sederhana maupun yang
modern. Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang
dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang.
Selain dua hal tersebut, biasanya dapat dilakukan pengukuran kolesterol
dalam darah yakni dengan mengukur rasio LDL atau kolesterol jahat
terhadap HDL atau kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan
untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem
kardiovaskular. Pemeriksaan ini menggunakan instrumen komputer yang
canggih untuk mengukur secara akurat tekanan darah atau volume darah,
yang mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan, kaki, tungkai,
lengan dan leher (Sanif, 2008).

1
2

Pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah seseorang dipengaruhi


oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perubahan posisi tubuh dan
aktifitas tubuh yang dapat dipakai sebagai indikator menilai sistem
kardiovaskuler seseorang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pemeriksaan biofisik
secara baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap
denyut nadi

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat terlatih kemampuannya dalam melakukan
pemeriksaan biofisik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat penentuan status
gizi biofisik dengan baik dan benar.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunaakan
dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of
night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap, step test,
dan masih banyak kagi yang dapat dilakukan utnuk mengetahui tingkat
ketahanan fisik seseorang (Supariasa,2010).
B. Definisi Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang
dihitung tiap menitnya dengan hitungan repetisi (kali/menit), dengan
denyut nadi normal 60-100 kali/menit (Majid, 2005). Jantung merupakan
organ berongga empat dan berotot yang berfungsi memompa darah lewat
sistem pembuluh darah. letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan
(cavum mediastinum anterior) sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang kiri, pada
tempat ini terjadi pukulan jantung yang disebut iktus kordis.jantung
menggerakkan darah dengan konstraksi yang kuat dan teratur dari serabut
otot yang membentuk dinding pada rongga-rongganya. Pola konstraksi
sedemikian rupa, sehingga kedua bilik berkontraksi serempak dan hampir
1/10 detik kemudian dan kedua serambi berkontraksi bersama-sama
(supariasa, 2010).
Untuk mengetahui kecepatan denyut jantung seseorang dapat
dilakukan dengan menggunkaan pulse rate, yaitu dengan cara menghitung
perubahan tiba-tiba dari tekanan yang dirambatkan sebagai gelombang
pada dinding darah, sedangkan pengukuran dapat dilakukan pada :
1. Arteri Karotis (daerah leher)
2. Arteri Radialis (peregelangan tangan)
4

3. Arteri Femoralis (lipat paha)


4. Arteri Poplitea
5. Arteri Dorsalis Pedis (daerah dorsum pedis)
6. Arteri Temporalis (ventral daun telinga)
Sedangkan untuk mengetahui sirkulasi darah tersebut yang paling
sederhana dengan pemeriksaan denyut nadi. Jadi secara tidak langsung
denyut nadi sebagai indeks kerja jantung memiliki peranan yang penting
bahkan dapat mengukur tingkatan seseorang saat latihan. Denyut nadi
merupakan sebagaian besar indeks pekerjaan jantung tetapi elastilitas
pembuluh darah yang lebih besar, viskositas darah, resistensi arteriol dan
kapiler memegang peranan dalam menetapkan sifat-sifat tertentu dari
denyut nadi. Usia sangat berperan penting dalam menentukan denyut nadi
seseorang saat latihan (Atmarita,2008)
Tabel 2.1 Prediksi Rata-rata Maksimum Denyut Jantung Pada Tes Latihan
Usia

Denyut 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80

Nadi 197 195 193 191 189 187 184 182 180 178 176 174 172

C. Latihan Fisik untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani


1. Macam latihan
Macam latihan harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang
diharapkan. Pelari jarak jauh yang dominan daya tahan, maka
endurance yang perlu dikembangkan dan dibina. Pemain sepakbola,
diperlukan kapasitas aerobik dan anaerobik, kekuatan dan daya tahan
otot, serta daya ledak otot. Parameter untuk menentukan kapasitas
aerobik adalah dengan VO2 max Kapasitas anaerobik dengan
konsentrasi asam laktat dalam darah Kekuatan otot diukur dalam
kg/cm2 (Guyton, 2007).
2. Volume/Kwantitas
Latihan fisik ditentukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
cabang. Untuk membina kebugaran jasmani non atlit diperlukan waktu
minimal 20 menit latihan inti tidak termasuk latihan pemanasan dan
pendinginan (Guyton, 2007).
5

3. Frekuensi latihan
Untuk non atlit latihan dilakukan 3 kali seminggu sudah cukup
baik Frekuensi latihan tidak terlepas dari intensitas latihan. Jika
intensitas rendah maka frekuensi lebih besar dan waktu lebih lama.
Frekuensi latihan pada olahragawan tentunya lebih tinggi, untuk atlit
dianjurkan 5 kali seminggu, namun prinsip individual tetap berlaku
(Pearce,2008).
4. Intensitas latihan
Intensitas latihan sangat individual, Setiap kegiatan fisik tubuh
memerlukan bahan bakar trutama karbohidrat guna menyediakan
tenaga dan pembakarnya yaitu oxygen. Paru-paru, jantung dan
pembuluh darah adalah alat-alat yang menampung dan menyalurkan
oxygen keseluruh jaringan tubuh. Makin banyak tubuh dapat
menyediakan oxsigen, maka makin besar kapasitas aerobic (VO2 Max)
seseorang (Guyton, 2007).

D. Pengertian Harvard Step Up Test


Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk
mendeteksi dan atau mendiagnosa kelainan kardivaskuler. Tes ini juga
salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran, dan kemampuan untuk pulih
dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka semakin
bugar tubuhnya (Despopoulos,2011). Otot dibagi kedalam tiga kelompok
utama menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian
tubuh. Pengelompokannya adalah sebagai berikut :
1. Otot rangka (otot lurik) terdapat pada sistem skelet ,memberikan
pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan
menghasilkan panas.
2. Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan, pembuluh darah. Otot-otot ini mendapat rangsangan dari
saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran.
3. Otot cardiak hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar
pengendalian (Odhemila.2008).
6

Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi,


antara lain :
a. Untuk menggerakkan skelet
b. Untuk menghasilkan panas
c. Untuk mempertahankan sikap badan
7

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Praktikum
Praktikum dilaksankan pada hari kamis 9 mei 2017, praktikum
dimulai pada pukul 07.00 WIB.
B. Tempat Praktikum
Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas
Diponegoro.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Stopwatch
b.Metronome
c. Bangku Harvard Step Test
2. Bahan
a. Tabel normal tes bangku
8

D. Skema Kerja Biofisik

Mulai

Dipersiapkan alat yang dibutuhkan

Dilakukan pelatihan step test sehingga dapat melengkapi irama dua kali naik
turun dalam 5 detik

Dilakukan Step test dengan naik turun bangku sesuaikan langkahnya dengan
irama metronome selama 3 menit

Dilakukan sikap duduk secara langsung dan dihitung selama 60 detik dan
dicatat

Dibandingkan hasil dengan grafik yang tersedia (dilihat norma tes bangku)

Selesai

Gambar 3.1 Skema Kerja Biofisik


9

E. Pengolahan data dan Analisis Data


1. Pengolaahan Data
Rumus Menghitung Denyut Nadi Wanita :

Jumlah denyut nadi 30 detik x 2 (dalam 60 detik)

2. Analisis Data
Membandingkan hasil kelompok dengan norma tes bangku pada
tabel penilaian Steptest pada Wanita Selama 3 Menit.
Tabel 3.1.Penilaian Steptest pada Wanita Selama 3 Menit

Umur 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+

Prima <85 <88 <90 <94 <95 <50

Baik sekali 85-98 88-99 90-102 94-104 96-194 90-102

Baik 99-108 100-111 103-110 105-116 105-112 103-115

Sedang 108-117 112-119 111-118 116-120 113-118 116-122

Kurang 118-126 120-126 119-128 121-129 119-128 123-125

Kurang 127-140 127-138 129-140 130-135 129-132 126-134


sekali
Buruk >140 >138 >140 >136 >133 >134
10

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 4.1 Hasil Step Test
Kelompok Nama Jumlah Nadi Kategori

1 Deti 128 Kurang sekali

2 Faiq 152 Buruk

3 Silvi 160 Buruk

4 Lita 136 Kurang Sekali

B. Pembahasan
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk
mendeteksi dan atau mendiagnosa kelainan kardivaskuler. Tes ini juga
salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran, dan kemampuan untuk pulih
dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka semakin
bugar tubuhnya (Despopoulos,2011)
Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200
denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam
waktu beberapa menit saja. Tempat meraba denyut nadi adalah:
pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan
(Arteri radialis) , dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido
mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat diapex jantung (Arteri
temparalis) dan di pelipis (Muffichatum, 2006). Faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin, keadaan kesehatan,
riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, sikapkerja, faktor fisik dan
kondisi psikis (Odhemila,2008).
Dari hasil yang didapatkan oleh kelompok 1-4, hasil biofisik yaitu
kelompok 1 dan 4 memperoleh jumlah nadi 128 dan 136 hal ini
menunjukkan masuk dalam kategori kurang sekali, karena seharusnya
11

pada uasia 18-25 tahun denyut nadi normal setelah melakukan Harvard
test yaitu sebesar 127-140. Namun kedua praktikan berada dibawah
normal dari umur mereka. Hal ini bisa disebabkan karena praktikan yang
melakukan uji biofisik jarang melakukan olah raga dan sedikit beraktivitas
diluar sehingga hasil yang didapatkan kurang dari normal.
Pada praktikan uji biofisik kelompok 2 dan 3 mendapatkan angka
152 dan 160 amgka ini lebih besar dibandingkan dengan kelompok 1 dan 4
tadi. Namun jika dibandingkan dengan tabel step test wanita usia 18-25
tahun yang hanya sebesar 127-140 batas normalnya, maka praktikan
kelompok 2 dan 3 melebihi batas dan masuk dalam kategori buruk. Jadi
semakin tinggi denyut nadi yang di dapatkan maka semakin buruk juga
kategori denyut nadi yang didaptkan. Hal ini bisa terjadi praktikan yang
susah atau tidak pernah melakukan olahraga sehingga denyut nadi mereka
setelah melakukan harcard test terenggah-enggah kehabisan tenaga karena
melakukan hal yang tidak biasa mereka lakukan sebelumnya
(Supriasa,2010).
Aktivitas fisik dapat meningkatkan konsumsi oksigen maksimum
(VO2 maks) yang dihasilkan oleh gerak badan. VO2 maks akan lebih
rendah pada individu yang banyak duduk. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa istirahat di tempat tidur selama 3 minggu akan menurunkan daya
tahan kardiovaskuler sebanyak 17-27%. Sementara itu, latihan fisik selama
8 minggu dapat memperlihatkan daya tahan kardiovaskuler yang
meningkat sebanyak 62% (Supriasa, 2010).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada praktikum penentuaan status gizi biofisik, praktikan dapat
melakukan peentuan indeks kesanggupan badan dalam melakukan
kerja, penilaian tingkat kebugaran pada tubuh dan kemampuan untuk
pilih dari kerja berat melalui tes Harvard (step test).
2. Hasil perhitungan tingkat kebugaran fisik melalui penentuan status gizi
biofisik (step test), dengan probandus 4 orang dari masing masing
kelompok 1-4 yaitu probandus kelompok 1 jumlah nadi sebesar 128
kategori kurang sekali, probandus kelompok 2 jumlah nadi sebesar 152
kategori buruk, probandus kelompok 3 jumlah nadi sebesar 160
kategori buruk dan probandus kelompok 4 jumlah nadi sebesar 136
dan kategorinya kurang sekali
B. Saran
1. Praktikan menguasai setiap materi dan prosedur percobaan, cermat dan
juga teliti agar mendapat haisl yang baik dan maksimal.
2. Praktikan mengetahui kegunaan dan fungsi alat pemeriksaan dalam
biofisik dan dapat melakukan pengukuran secara baik dan teliti

12
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa. et.al. 2010. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.


Atmarita, Tatang S. Fallah. 2008. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII,
Jakarta 17-19 Mei 2008
Ganong WF. Review of medical physiology. Ed 21. United States : The McGraw-
Hill Companies Inc; 2008.
Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2007. Textbook of Medical Physiology. USA:
Elsevier.
Despopoulos, Agamemnon.2011.Color Atlas of Physiology.Edisi 5.Jerman:
Georg Thieme Verlag.
Odhemila.2008.Laporan Fisiologi Harvard.in www.odhemila.blogspot.com.
Last Update Senin, 20 Mei 2017.
Pearce, Everlyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:
Gramedia.
Sanif, Edial, dr. 2008. Tes Untuk Memelihara Kebugaran Kardiovaskuler.
(Online, http://www.jantunghipertensi.com/content/2/3/32, diakses 6 April
2010).
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2010. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Kee, J. L. 2007. Pemeriksaan Laboratorium and Doagnostik. Penerbit EGC.
Jakarta.

13
LAMPIRAN

Gambar 1 : metronome Gambar 2 : pelatihan biofisik

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengukuran berat badan dilakukan dengan mengguankan timbangan
digital. Hasil pengukuran berat badan tertinggi pada kelompok 1
adalah Deti sebesar 70,8 kg dan yang paling rendah adalah Nia sebesar
38,6. Berat badan bersama tinggi badan dapat digunakan untuk
menentukan status gizi berdasarkan IMT ( Indeks Massa Tubuh ).
2. Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan microtoise. Hasil
pengukuran tinggi badan tertinggi pada kelompok 1 adalah Fani
sebesar 160,2 cm dan paling pendek adalah Inna sebesar 151,4 cm.
Tinggi badan bersama berat badan dapat digunakan untuk menentukan
status gizi berdasarkan IMT ( Indeks Massa Tubuh ).
3. Pengukuran panjang badan dilakukan menggunakan infantometer.
Hasil pengukuran panjang badan pada bayi adalah 58,9 cm. Hasil
panjang badan bayi tergolong normal untuk bayi berusia 3 bulan.
4. Pengukuran tinggi lutut menggunakan Alat ukur tinggi lutut (knee high
caliper). Hasil tinggi lutut tertinggi adalah Lulu sebesar 48,9 cm dan
terendah adalah Nia sebesar 46 cm. Tinggi lutut dapat digunakan untuk
estimasi tinggi badan pada lansia.
5. Pengukuran lingkar pinggang menggunakan pita meteran. Hasil
lingkar pinggang yang tersebsar adalah Deti sebesar 72,5 cm dan yang
terkecil adalah Inna sebesar 62,3 cm. Lingkar pinggang yang terlalu
besar dapat meningkatkan resiko penyakit obesitas sentral.
6. Pengukuran lingkar panggul menggunakan pita meteran. Hasil lingkar
panggul yang terbesar adalah Deti sebesar 111 cm, dan yang terkecil
adalah Nia sebesar 83,2.
7. Perbandingan lingkar pinggang dan panggul akan menghasilkan Rasio
Lingkar Pinggang Panggul (RLPP ). Rasio lingkar panggul normal
pada laki-laki ialah 1,0 dan untuk perempuan sebesar 0,8
8. Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita meteran. Hasil
pengukuran pada bayi sebesar 37,6 cm.
9. Pengukuran LILA dilakukan menggunakan pita LILA. Hasil
pengukuran yang terbesar adalah Deti sebesar 31,6 yang termasuk
dalam kategori obesitas tipe 1, dan yang paling kecil adalah Nia
sebesar 20,0 yang termasuk dalam kategori underweight dan akan
meningkatkan resiko KEK.
10. Pengukuran % tebal lemak dilakukan dengan menggunakan alat body
fat. Hasil pengukuran terbesar adalah Deti sebesar 40,1%, dan yang
terkecil adalah Nia sebesar 17,7.
11. Pengukuran kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan
alat hemocue. Hasil pengukuran menunjukkan jika probandus dari
kelompok 1-4 kadar Hb berada pada batas normal 12 gr% sehingga
tidak beresiko terkena anemia.
12. Pengukuran kadar kolesterol dapat dilakukan dengan alat accutrend
GCT. Hasil pengukuran menunjukkan jika probandus dari kelompok
1-4 kadar kolesterol berada pada batas normal yaitu < 200 mg/dL
sehingga probandus tidak beresiko terkena PJK
13. Pengukuran kadar glukosa dapat dilakukan dengan menggunakan alat
ON Call Plus. Hasil pengukuran menunjukkan jika probandus dari
kelompok 1-4 kadar glukosa berada pada batas normal 90-109mg/dL.
Sehingga probandus tidak beresiko untuk terkena diabetes.
14. Pengukuran kadar trigliserida dapat dilakukan dengan menggunakam
Accutrend GCT. Hasil pengukuran menunjukkan jika probandus dari
kelompok 1-4 kadar trigliserida berbeda beda dimana kelompok 1 dan
2 dimana masuk dalam kategori borderline ( 150-199mg/dL).
Sedangkan kelompok 3 dan 4 hasil probandus masih berada dalam
kategori normal <150 mg/dL. Sehingga probandus bagi kelompok 1
dan 2 beresiko terkena kolesterl tinggi.
15. Pada praktikum penentuaan status gizi biofisik, praktikan dapat
melakukan peentuan indeks kesanggupan badan dalam melakukan
kerja, penilaian tingkat kebugaran pada tubuh dan kemampuan untuk
pilih dari kerja berat melalui tes Harvard (step test).
16. Hasil perhitungan tingkat kebugaran fisik melalui penentuan status gizi
biofisik (step test), dengan probandus 4 orang dari masing masing
kelompok 1-4 yaitu probandus kelompok 1 jumlah nadi sebesar 128
kategori kurang sekali, probandus kelompok 2 jumlah nadi sebesar 152
kategori buruk, probandus kelompok 3 jumlah nadi sebesar 160
kategori buruk dan probandus kelompok 4 jumlah nadi sebesar 136
dan kategorinya kurang sekali

B. Saran
1. Praktikan menguasai setiap materi dan prosedur percobaan, cermat dan
juga teliti agar mendapat hasil praktikum yang baik dan maksimal
2. Praktikan mengetahui kegunaan dan fungsi alat pemeriksaan dalam
antropometri,biokimia, dan biofisik serta dapat melakukan pengukuran
secara baik dan teliti

Anda mungkin juga menyukai