Anda di halaman 1dari 7

BAB 3

Metode Penelitian
3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis
3.1.1 Definisi Operasional Problematic Internet Use (PIU)
Secara operasional individu dikatakan memiliki Problematic Internet Use ketika
individu tersebut memiliki karakter yang sesuai dengan domain yang ada seperti
Preference for online social interaction (POSI), Mood Regulation, Cognitive
Preoccupation, Compulsive Internet Use, Negative Outcome yang dapat dilihat dari
total skor Generalized Problematic Internet Use Scale2 (GPIUS2).

3.1.2 Definisi Operasional Perceived Stress


Definisi operasional dari Perceived Stress adalah sejauh mana seseorang
mempersepsikan bahwa ia sedang mengalami stress yaitu dengan merasa adanya
perasaan atau emosi yang tidak dapat diprediksi, tidak dapat mengontrol segala hal dan
perasaan penuh dengan beban dalam beberapa waktu terakhir yang dapat dilihat melalui
hasil pengukuran dan total skor dari Perceived Stress Scale-10 (PSS-10).

3.1.3 Hipotesis
H0 : tidak ada hubungan antara Problematic Internet Use (PIU) dan Perceived Stress
pada remaja pengguna Twitter di Jakarta.
Ha : ada hubungan antara Problematic Internet Use (PIU) dan Perceived Stress pada
remaja pengguna Twitter di Jakarta.

3.2 Subjek Penelitian & Teknik Sampling


3.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Populasi yang ingin diteliti adalah remaja pengguna jejaring sosial Twitter di
Jakarta yang mana menurut Papalia (2004) remaja terdapat pada rentang usia 11-15
tahun. Usia tersebut sesuai dengan remaja pada Sekolah Menengah Pertama (SMP),
sehingga peneliti menjadikan remaja SMP pada rentang usia 11-15 tahun yang
menggunakan jejaring sosial Twitter sebagai subjek penelitian yang diharapkan dapat
mewakili dari populasi yang ingin diteliti.
3.2.2 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan cara pengambilan sampel dalam penelitian. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling non probability-Purposive
sampling. Non Probability Sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota
populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel, hal ini
dilakukan karena populasi yang tidak diketahui secara lengkap, kemungkinan individu
tidak dapat diketahui, dan metode sampling ini didasarkan pada faktor common sense
atau kemudahan, dengan upaya menjaga keterwakilan dan menghindari bias (Gravetter
& Forzano, 2009). Purporsive sampling adalah teknik pengambilan sampel didasarkan
pada tujuan tertentu dengan memperhatikan ciri-ciri dan karakteristik subjek yang akan
diteliti (Arikunto, 2010).
Sampel diperoleh dari responden pelajar sekolah menengah pertama yang
berasal dari beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri maupun Swasta di
lima wilayah bagian di Jakarta.

3.3 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non-eksperimental dan
penelitian korelasional karena pada penelitian ini data diolah berdasarkan statistik,
dalam penelitian bertujuan untuk melihat hubungan antara kedua variabel, dimana
penelitian korelasional ini biasanya mengobservasi dan merekam dua variabel, dan
kedua variabel itu ada secara alami, tidak ada usaha untuk mengontrol, manipulasi. Dan
penelitian ini menggunaan pendekatan korelasi koefisien karena belum diketahui
terlebih dahulu bentuk arah dari hubungan yang ada (Gravetter dan Forzano, 2009).

3.4 Alat Ukur Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang mana hubungan antar
variabel akan diukur dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner dan
dianalisis berdasarkan literasi yang ada. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan alat ukur GPIUS2 dari Caplan telah diperbaharui oleh para ahli (Caplan,
2010) sebagai alat ukur problematic internet use dan Perceived Stress Scale untuk
mengukur perceived stress.
3.4.1 Alat Ukur Problematic Internet Use (PIU)
Untuk mengukur Problematic Internet Use peneliti menggunakan alat ukur yang
bernama Generalized Problematic Internet Use Scale-2 (GPIUS2). GPIUS2 dikonstruk
oleh Caplan dan terdiri dari 15 item yang terdiri dari lima domain yaitu : Preference for
online social interaction (POSI), Mood Regulation, Cognitive Preoccupation,
Compulsive Internet Use, Negative Outcome, Negative outcome (Caplan, 2010).

3.4.2 Alat Ukur Perceived Stress


Alat ukur yang digunakan peneliti untuk mengukur Perceived Stress adalah
Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) yang dibuat oleh Sheldon Cohen tahun 1983.
Perceived Stress Scale adalah self report questionnaire yang terdiri dari 10 pertanyaan
yang terdiri dari 6 item negatif dan 4 item positif yang digunakan untuk mengevaluasi
tingkat stres seseorang dalam satu bulan terakhir dalam kehidupan subjek penelitian.
Skor PSS-10 diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dengan reversing
responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0) terhadap empat item yang bersifat
positif (pertanyaan 4, 5, 7 dan 8). Jumlah skor dalam PSS-10 adalah 0-40. Interpretasi
pengukuran PSS-10 menurut Cohen (1996) dengan skor tersebut dikategorikan menjadi:
(1) skor 0-7, normal. (2) skor 8-11, stres ringan. (3) skor 12-15, stres sedang. (4) skor
16-20, stres berat. (5) skor ≥ 21, stres cukup berat.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur


Pengujian validitas alat ukur dengan cara melakukan validitas konten. Validitas
konten yang terkait dengan isi dari alat ukur dapat menghasilkan respon yang
representatif serta sesuai dengan kesuluruhan domain yang ingin diukur (Aiken &
Groth-Marnat, 2006) sedangkan Menurut Gravetter dan Forzano (2009), reliabilitas
suatu alat ukur adalah sifat stabil dan konsisten dari alat ukur yang digunakan terhadap
pengukuran.

3.4.4 Validitas GPIUS2


Validitas diperoleh dengan melakukan face validity dan content validity. Face
validity dilakukan dengan memberikan kuesioner pada 5 orang remaja SMP untuk
melihat sejauh mana remaja dapat memahami item yang ada pada kuesioner.
Pengujian Content Validity diperoleh dengan melakukan expert judgement. Alat
ukur GPIUS2 dilakukan expert judgement oleh Ibu Esther Widhi, Dosen Psikologi di
Universitas Bina Nusantara. Melalui expert judgement diperoleh hasil bahwa secara
keseluruhan item sudah dianggap cukup baik untuk digunakan pada partisipan.
Sedangkan item validity dari GPIUS2 dilihat dari hasil Corrected Item-Total Correlation.
Nilai terendah yang dimiliki oleh alat tes GPIUS2 adalah 0,248 sedangkan nilai tertingginya
adalah 0,650.

3.4.5 Reliabilitas GPIUS2


Reliabilitas internal dari GPIUS2 yang dibuat oleh Caplan adalah α= 0.91 dengan
reliabilitas perdomain yaitu Preference for Online Social Interaction (POSI) dengan α =
0,82, Mood Regulation dengan α = 0,86, Cognitive Preoccupation dengan α = 0,86,
Compulsive Internet Use dengan α = 0,86 , serta Negative Outcomes dengan α = 0,83
(Caplan,2010). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah GPIUS2 yang telah
diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia melalui expert judgement diberikan kepada 233
pelajar SMP dari lima bagian wilayah di Jakarta. Hasil dari data yang diperoleh melalui
pilot tes kemudian diinput dan diolah menggunakan SPSS 22.00 dan memperoleh
cronbach alpha sebesar 0.84.

Tabel 3.1 Reliabilitas GPIUS2


α N item
Caplan .91 15
adaptasi .82 15
Sumber: Data olahan peneliti 2014

3.4.6 Validitas PSS-10


Sama halnya dengan GPIUS2, validitas diperoleh dengan melakukan face validity
pada 5 orang remaja SMP untuk melihat sejauh mana item-item dalam alat tes dapat
dipahami. Terdapat dua item dalam PSS-10 memiliki bahasa yang dianggap masih
terlalu baku sehinga kurang dapat dipahami oleh remaja sehingga perlu diperbaiki.
Pengujian Content Validity dilakukan oleh Ibu Pingkan Rumondor dan Ibu Greta
Vidya, Dosen Psikologi di Universitas Bina Nusantara sebagai expert atau ahli dalam
proses expert judgement. Saran yang diberikan berupa perbaikan pada empat item dalam
tata bahasa adaptasi dan pemberian instruksi pengerjaan alat tes. Item Validity dari alat
tes PSS-10 dilihat dari hasil Corrected Item-Total Correlation. Nilai terendah yang dimiliki
oleh alat tes PSS-10 adalah -0,113 sedangkan nilai tertingginya adalah 0,545.

3.4.7 Reliabilitas PSS-10


Reliabilitas internal untuk PSS-10 yang dibuat oleh Cohen (1983) adalah α = 0,78.
Kemudian dalam penelitian digunakan PSS-10 yang telah diadaptasi ke dalam bahasa
Indonesia. Pengambilan data uji coba yang diberikan kepada 233 pelajar SMP dari lima
bagian wilayah di Jakarta kemudian diolah menggunakan SPSS 22 dan diperoleh nilai
reliabitas yaitu α = 0,48. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui uji coba pertama
diketahui bahwa PSS-10 memiliki internal reliabilitas yang rendah karena terdapat 4
item yang memiliki reliabilitas item yang rendah yaitu pada item nomor 4,5,7 dan 8
untuk itu dilakukan uji coba kedua yang juga digunakan untuk studi lapangan. Dari uji
coba kedua diperoleh internal reliability yaitu α = 0,55 dengan item dengan reliabilitas
rendah pada item nomor 4,5,7 dan 8 yang mana item tersebut juga memiliki reliabilitas
yang rendah pada uji coba pertama sehingga berdasarkan hasil tersebut dilakukan
penghapusan item dengan reliabilitas rendah sebanyak empat item dan menghasilkan
internal reliability yaitu α = 0.72.

Tabel 2.2 Reliabilitas PSS-10

Alat Ukur α N item


Cohen .78 10
Uji coba 1 .48 10
Uji coba 2 .72 6
Sumber: Data olahan peneliti 2014

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
melakukan studi literatur mengenai variabel yang terkait dan juga merujuk pada
penelitian sebelumnya yang terkait dengan variabel yang akan diteliti oleh peneliti yaitu
Problematic Internet Use dan Perceived Stress. Studi literatur dan penelitian
sebelumnya didapatkan oleh peneliti melalui jurnal, buku dan skripsi. Peneliti juga telah
melakukan survey sebagai studi awal peneliti untuk melihat penggunaan jejaring sosial
dikalangan remaja. Selain studi tersebut, peneliti juga mencari mengenai alat ukur yang
digunakan untuk mengukur Problematic Internet Use dan Perceived Stress. Kedua alat
ukur yang asli menggunakan bahasa Inggris, maka peneliti menerjemahkan terlebih
dahulu kedua alat tes tersebut menjadi bahasa Indonesia agar dapat disesuaikan dengan
keadaan lingkungan pengambilan data. Untuk menguji validitas konten, dilakukanlah
expert judgement untuk kemudian dilakukan backward forward bahasa, yaitu dengan
menerjemahkan kembali alat ukur berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dan
melihat apakah alat ukur memiliki arti yang sama atau tidak dengan alat ukur dalam
bahasa Inggris.
Face validity dilakukan kemudian untuk melihat bagaimana alat ukur dapat
dipahami oleh responden yang mana alat ukur diberikan kepada lima responden yang
sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Tahapan selanjutnya adalah dengan
melakukan pilot tes. Hasil dari pilot tes diolah untuk melihat kualitas alat tes yang akan
digunakan untuk kemudian alat siap untuk digunakan pada studi lapangan.

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada partisipan. Partisipan
atau respoden adalah pelajar SMP. Dalam penyebaran kuesioner peneliti melakukan
dengan langsung mengunjungi sekolah di lima wilayah bagian di Jakarta. Sebelum
meminta responden untuk mengisi kuesioner, peneliti menjelaskan terlebih dahulu
mengenai sistem pengisian, instruksi serta tujuan penelitian kepada responden.
Kuesioner yang disebarkan berbentuk booklet yang terdiri dari lima bagian alat ukur
dan satu bagian data kontrol. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian payung
sehingga terdapat beberapa kuesioner tambahan dalam booklet yang terpisah. Kuesioner
dapat diselesaikan oleh responden kurang lebih dalam waktu satu jam. Setelah pengisian
kuesioner selesai kuesioner dikembalikan secara langsung kepada peneliti untuk
kemudian dilakukan tahap input dan pengolahan data.
Pelaksanaan pengambilan data dari sampel penelitian dilakukan dalam waktu
dua minggu dan memperoleh sampel sebanyak 411 responden.

3.5.3 Teknik Pengolahan Data


Proses input data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2010,
sedangkan untuk pengolahan data pencarian validitas serta reliabilitas alat ukur akan
diolah menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS 22.0 untuk
memperoleh data berupa data stastistik. Hubungan yang terdapat di antara kedua
variabel di peroleh dengan uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman Correlation
dan rumus Alpha Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas dan uji validitas alat
ukur yang seluruhnya dihitung menggunakan program SPSS 22.0 pada komputer.

Anda mungkin juga menyukai