Anda di halaman 1dari 144

KARTIKA SARI, M.

HUM

SEJARAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM


Dengan berbagai macam dalih kepentingan
pembangunan peradaban manusia,

PERADABAN
penguasa membuat sejarah yang menguntungkan rezimnya.
Fakta-fakta sejarah ditafsirkan
sesuai dengan keinginan penguasa.

KARTIKA SARI, M.HUM


Akibatnya muncullah ungkapan “sejarah memihak”,
tentunya memihak kepada yang berkuasa.
Ungkapan ini mengandung pengertian
sejarah dalam arti peristiwa.
Penguasa memiliki kepentingan

ISLAM
untuk mendesain sebuah peristiwa
agar kekuasaannya langgeng
dan dapat diterima oleh masyarakat,
meskipun harus memutarbalikkan sejarah.

S P
SEJARAH
PERADABAN
ISLAM

Kartika Sari, M.Hum


SEJARAH PERADABAN ISLAM

Penulis:
Kartika Sari, M.Hum

Tata Letak dan Desain Sampul


Saiful Anwar

Cetakan I, Desember 2015


x + 133 hlm
14,8 x 21,0 cm

@copyright SHIDDIQ PRESS, 2015


Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak buku
ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apa
pun, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi,
rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh:
SHIDDIQ PRESS
Kampus STAIN Syaikh abdurrahman Siddik Bangka Belitung
Jl Raya Pangkalpinang-Mentok Km 13 Petaling Mendo Barat
Kabupaten Bangka.
PENGANTAR PENERBIT

Sejarah adalah seluruh aspek kehidupan manusia pada masa


lalu, seperti politik, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum, seni,
budaya, peradaban, pemikiran, dan lain sebagainya. Dengan demkian,
semua hal yang berkaitan dengan manusia dan masa lalu merupakan
kajian dari sejarah. Oleh sebab itu, sejarah memiliki kaitan dengan ilmu-
ilmu lainnya, terutama ilmu-ilmu yang mengkaji manusia. Ilmu-ilmu
tersebut dapat digunakan sebagai “alat bantu” untuk memperdalam
fakta-fakta sejarah. Agar tak melenceng menafsirkan sejarah, apalgi yang
berkaitan dengan emosi terdalam manusia, yakni agama, maka buku ini
sangat bermanfaat tak hanya bagi mahasiswa, namun juga bagi
masyarakat umum yang ingin mengkaji sejarah peradaban Islam.

Dengan terbitnya buku ini, Shiddiq Press patut bersyukur telah


menjadi bagian dari upaya memperkaya tulisan-tulisan tentang sejarah
peradaban Islam yang telah cukup banyak beredar di tengah masyarakat.
Shiddiq Press juga harus berterimakasih kepada penulis yang telah
mempercayakan naskahnya untuk diterbitkan.

Semoga ini menjadi sesuatu yang bermanfaat dan barokah,


terutama bagi sidang pembaca dalam memperkaya wawasan sejarahnya.

Penerbit
PENGANTAR PENULIS

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt. Tuhan Penguasa alam semesta
beserta isinya dan penentu setiap langkah gerak manusia. Berkat
Rahman dan Rahim-Nya umat Islam dapat terus berkembang dalam
menjalani berbagai perjalanan sejarah yang telah berlangsung selama
lebih dari 14 abad. Shalawat dan salam semoga selalu dikumandangkan
kepada Nabi Muhammad Saw. tercinta, seorang negarawan sejati,
ekonom mumpuni, jenderal yang gagah berani, laki-laki penuh prestasi,
Rasul umat manusia, dan suri tauladan bagi umatnya. Tak pernah
sekalipun melupakan umatnya meskipun di ujung tarikan nafasnya
menuju Allah Sang Kekasihnya. Semoga kita menjadi pengikutnya yang
terbaik.

Buku ini adalah buku daras (pelajaran) untuk mata kuliah


Sejarah Peradaban Islam di lingkungan STAIN Syaikh Abdurrahman
Siddik Bangka Belitung. Kehadiran buku daras ini dimaksudkan untuk
membantu mahasiswa dalam belajar Sejarah Peradaban Islam. Melalui
buku ini diharapkan mahasiswa mendapatkan “rangsangan” untuk
mengetahui Sejarah Peradaban Islam secara lebih luas. Buku ini
diharapkan menjadi pintu cakrawala untuk mengetahui dan memahami
sejarah peradaban Islam secara lebih luas. Oleh karena itu, mahasiswa
tetap diharuskan membaca buku-buku sejarah peradaban Islam lainnya
guna mendukung perkembangan intelektual mereka.

Mengingat kebanyakan buku-buku sejarah peradaban Islam


selalu menyuguhkan fakta-fakta manis sejarah Islam maka buku ini
selain menyuguhkan fakta-fakta manis dalam sejarah peradaban Islam,
juga menjelaskan fakta-fakta pahit atau kelam dalam periode sejarah
Islam. Kedua fakta tersebut disampaikan dengan berimbang dan
objektif. Fakta manis dalam sejarah penting untuk diketahui agar kita
bersemangat dalam membangun peradaban Islam. Sementara itu, fakta
pahit atau kelam juga harus diketahui agar hal itu tidak terulang kembali.
Melalui buku ini, kami mengharapkan mahasiswa Islam pada khususnya
dan umat Islam pada umumnya tidak terjebak dalam romantisme
sejarah tetapi kita semua bisa menjadikan fakta-fakta sejarah itu sebagai
refleksi historis untuk kemajuan peradaban Islam.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada P3M (Pusat
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) STAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menulis materi ini. Terima kasih juga
kepada P3M yang telah menerbitkan buku daras ini. Kepada semua
pihak, kami mengharapkan kritikan dan masukan guna perbaikan buku
ini selanjutnya.

Pangkalpinang, Juni 2015


Penulis,

Kartika Sari, M.Hum


DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi

Bab 1
PENGANTAR SEJARAH PERADABAN ISLAM
A. Pengertian Sejarah ................................................................. 1
B. Pengertian Peradaban Islam ................................................ 3
C. Pengertian Sejarah Peradaban Islam .................................. 4
D. Ruang Lingkup Sejarah Peradaban Islam .......................... 4
E. Metode dan Metodologi Sejarah ......................................... 5
F. Periodesasi Sejarah Pradaban Islam ................................... 7
G. Manfaat Sejarah Peradaban Islam ....................................... 9

Bab 2
BANGSA ARAB MENJELANG KELAHIRAN ISLAM
A. Keyakinan Masyarakat Arab pra-Islam dan Kedudukan Ka’bah
................................................................................................. 14
B. Kehidupan Arab pra-Islam ................................................ 15

Bab 3
MUHAMMAD SANG NABI ......................................................... 17

Bab 4
ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD
A. Misi Kerasulan Nabi Muhammad Saw .................................... 24
B. Periode Mekkah .......................................................................... 25
C. Periode Madinah ......................................................................... 26

Bab 5
PERIODE KHULAFA AL-RASYIDIN
A. Khalifah Abu Bakar As-Shidiq
a. Pribadinya dan Tsaqifah bani Sa’idah .............................. 28
b. Tantangan di Awal Masa Kekhlifahannnya ..................... 30
c. Perluasan Daerah Islam ...................................................... 30
d. Peradaban Islam Pada Masa Abu Bakar .......................... 31
B. Khalifah Umar bin Khattab
a. Pribadi dan Pengangkatannya Sebagai Khalifah ............. 32
b. Perluasan Wilayah Pada Masa Umar ................................ 33
c. Kepemimpinan Umar ......................................................... 34
d. Peradaban Islam Pada Masa Umar ................................... 35
C. Khalifah Utsman bin Affan
a. Pribadi dan Pengangkatannya Sebagai Khalifah ............. 36
b. Perluasan Wilayah Pada Masa Utsman ............................ 38
c. Kodifikasi Alquran .............................................................. 38
d. Tuduhan Nepotisme ........................................................... 39
e. Peradaban Islam Pada Masa Utsman ............................... 40
D. Khalifah Ali bin Abi Thalib
a. Pribadi dan Pengangkatannya Sebagai Khalifah ............. 40
b. Peradaban Islam Pada Masa Ali Ibn Thalib .................... 41
c. Konflik Internal dan Peristiwa Tahkim ........................... 42

Bab 6
PERSATUAN DAN PEMERINTAHAN DINASTI UMAYYAH
A. Berdirinya Dinasti Umayyah ..................................................... 43
B. Kebijakan Politik dan Kondisi Sosial Pada Masa Dinasti Umayyah
........................................................................................................ 43
C. Kejayaan Dinasti Umayyah ....................................................... 45
D. Warisan Peradaban Dinasti Umayyah ..................................... 47
E. Keruntuhan Dinasti Umayyah .................................................. 48

Bab 7
KEJAYAAN DINASTI ABBASIYYAH
A. Berdirinya Dinasti Abbasiyah ................................................... 51
B. Kehidupan Masyarakat Pada Masa Dinasti Abbasiyyah ....... 52
C. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah ......................................... 54
D. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah ................................................ 55

Bab 8
PERADABAN ISLAM DI SPANYOL (ANDALUSIA)
A. Penaklukan Spanyol .................................................................... 58
B. Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia ............................... 60
C. Sumbangsih Islam Andalusia Terhadap Kemajuan Barat .... 62
D. Kemuduran dan Kehanduran ................................................... 65

Bab 9
PERANG SALIB DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PERADABAN ISLAM
A. Penyebab Terjadinya Perang Salib ........................................... 66
B. Jalannya Perang Salib .................................................................. 67
C. Periode Salahuddin al-Ayyubi ................................................... 68
D. Implikasi Perang Salib Terhadap Peradaban Islam ............... 69

Bab 10
INVASI MONGOL
A. Asal Usul Bangsa Mongol ......................................................... 71
B. Invasi Mongol Sampai Baghdad Jatuh .................................... 73
C. Implikasi Invasi Mongol Terhadap Peradaban Islam ........... 73
Bab 11
ISLAM DI ASIA TENGGARA
A. Malaka ........................................................................................... 75
B. Sarawak, Sulu, dan Mindanau ................................................... 76
C. Thailand dan Birma (Myanmar) ............................................... 77
D. Singapura ...................................................................................... 80
E. Brunei ........................................................................................... 81

Bab 12
ISLAM DI NUSANTARA
A. Teori kedatangan Islam di Nusantra ........................................ 83
B. Sejarah Awal Masuknya Islam ke Nusantara .......................... 84
C. Perkembangan Peradaban Islam Sebelum Kemerdekaan .... 84
D. Islam Pada Masa Revolusi (1945-1949) ................................... 85
E. Islam pada masa Demokrasi Parlementer (1950-1959) ........ 87
F. Islam pada masa Demokrasi Terpimpin (1960-1965) ........... 88
G. Islam Pada Masa Orde Baru ..................................................... 91
H. Islam Pada Masa Reformasi ...................................................... 94

Bab 13
DINASTI SYAFAWI DAN DINASTI MUGHAL
A. Dinasti Syafawi
a. Kondisi Politik dan Sosial Dinasti Syafawi ..................... 99
b. Kondisi Seni Arsitektur .................................................... 100
c. Kondisi Ekonomi .............................................................. 100
d. Kondisi Ilmu Pengetahuan .............................................. 100
e. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi ............. 101
B. Dinasti Mughal
a. Kelahiran Dinasti Mughal ................................................ 102
b. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Mughal ................ 102
c. Keruntuhan Dinasti Mughal ............................................ 106

Bab 14
DINASTI UTSMANI (TURKI OTTOMAN)
A. Asal Usul Dinasti Utsmani ...................................................... 107
B. Puncak Kegemilangan Dinasti Utsmani ................................ 108
C. Keruntuhan Dinasti Utsmani .................................................. 110

Bab 15
PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA-NEGARA MODERN
A. Turki ............................................................................................ 114
B. Mesir ........................................................................................... 116
C. Saudi Arabia ............................................................................... 118
D. Iran .............................................................................................. 120
E. Eropa .......................................................................................... 122
F. Amerika ...................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 129
BAB 1
MENGENAL KONSEP DASAR SEJARAH PERADABAN
ISLAM

A. PENGERTIAN SEJARAH

Sejarah memiliki peran yang besar dalam sebuah peradaban manusia.


Oleh sebab itu, tidak jarang sejarah dibuat memihak kepada penguasa.
Dengan berbagai macam dalih kepentingan pembangunan peradaban
manusia, penguasa membuat sejarah yang menguntungkan rezimnya.
Fakta-fakta sejarah ditafsirkan sesuai dengan keinginan penguasa. 1
Akibatnya muncullah ungkapan ―sejarah memihak‖, tentunya memihak
kepada yang berkuasa. Ungkapan ini mengandung pengertian sejarah
dalam arti peristiwa. Penguasa memiliki kepentingan untuk mendesain
sebuah peristiwa agar kekuasaannya langgeng dan dapat diterima oleh
masyarakat, meskipun harus memutarbalikkan sejarah.

Pengertian di atas merujuk kepada sejarah dalam kehidupan


manusia sehari-hari yang tentunya sarat dengan berbagai kepentingan.
Pengertian sejarah dalam artian sebuah kajian ilmu pengetahuan lebih
luas dan mendalam dari sekedar peristiwa. Kata sejarah memiliki
padanan dengan kata history dalam bahasa Inggris. Kata history berasal
dari bahasa Yunani historia yang berati: inquiry (penyelidikan), interview
(wawancara), interogasi dari seorang saksi mata, dan juga laporan
mengenai hasil-hasil tindakan dari seorang saksi, hakim, dan orang yang
tahu. Dengan demikian, dalam teks-teks Yunani kuno istilah historia
mempunyai tiga arti: (1) penelitian (research) dan laporan tentang
penelitian itu; (2) suatu cerita puitis; dan (3) suatu deskripsi yang persis

1Dalam sejarah, fakta-fakta menunjukkan benda-benda, peristiwa-peristiwa,

kegiatan-kegiatan manusia baik perorangan maupun kelompok, tanggal-tanggal dari


peristiwa, dan lokasi atau tempat kejadian yang benar-benar ada atau pernah terjadi.
Terjadinya perbedaan dalam melihat suatu fakta sejarah lebih disebabkan oleh
perbedaan penafsiran dan sudut pandang terhadap fakta-fakta tersebut. Namun
demikian, ada fakta-fakta sejarah yang tidak menimbulkan perbedaan pandangan dan
penafsiran. Ini biasanya berkaitan dengan fakta-fakta sejarah yang sudah diketahui
secara umum oleh masyarakat. Misalnya Nabi Muhammad dilahirkan di Mekkah atau
STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik adalah kampus Islam negeri pertama di provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Setiap orang, baik yang memihak dan tidak memihak akan
menganggap pernyataan itu adalah fakta sejarah karena buktinya ada untuk mendukung
pernyataan tersebut.
1
tentang fakta-fakta. Selain istilah historia ditemukan juga kata Yunani
historeo, yang ditafsirkan sebagai mencari (to search), meneliti atau
menanya (to inquire), dan memeriksa (to examine). Dalam proses
selanjutnya, terjadi perkembangan kata yang memiliki makna serupa
dengan historia, yaitu history, historie, histoire, storia, dan istoria.
(Sjamsuddin, 2007: 1-2)

Saat ini secara umum kata history diartikan sebagai masa lampau
umat manusia. (Gottschalk, 1985: 33) Sjamsuddin mencatat beberapa
definisi sejarah yang dikemukakan oleh ilmuwan, (Sjamsuddin, 2007: 7)
yaitu:

 E. Bernheim mengatakan bahwa ―sejarah adalah suatu sains


mengenai perkembangan kemanusiaan.‖

 R.G. Collingwood menyatakan bahwa riset sejarah adalah mengenai


tindakan-tindakan manusia pada masa lalu.

 R. Aron, sejarah adalah kajian tentang masa lalu manusia.

 Lucien Febre menekankan bahwa sejarah bukan mengkaji orang,


manusia, melainkan masyarakat-masyarakat manusia dengan
kelompok-kelompok terorganisasi.

Sementara itu, Kuntowijoyo menyebutkan pengertian sejarah


adalah menafsirkan, memahami, mengerti. (Kuntowijoyo, 2008: 2)
Sartono Kartodirdjo membagi pengertian sejarah kepada dua macam,
(Supriyadi, 2008: 14) yaitu:

 Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, bangunan yang


disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Disebut subjektif
tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur dan isi subjek
(penulis).

 Sejarah dalam arti objektif adalah menunjuk kejadian atau peristiwa itu
sendiri, yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.

Dalam historiografi tradisional Nusantara, kita mengenal


sejumlah istilah seperti babad, serat kanda, sajarah, carita, wawacan, hikayat,
2
sejarah, tutur, dan salsilah. Semuanya naratif dalam bentuk prosa maupun
puisi (syair). Istilah sajarah berasal dari kata Arab syajaratun yang artinya
―pohon‖ yang mirip pengertiannya dengan salasilah kemudian diadopsi
menjadi sejarah yang akhirnya digunakan secara umum yang sama
maksudnya dengan istilah history sebagai hasil dari sebuah penelitian
ilmiah dalam bahasa Inggris. (Sjamsuddin, 2007: 10)

Dari beberapa pengertian sejarah di atas dapat disimpulkan


bahwa sejarah adalah penelitian terhadap semua aspek kehidupan
manusia pada masa lalu, seperti politik, sosial, ekonomi, ilmu
pengetahuan, hukum, seni, budaya, peradaban, pemikiran, dan lain
sebagainya. Dengan demkian, semua hal yang berkaitan dengan manusia
dan masa lalu merupakan kajian dari sejarah. Oleh sebab itu, sejarah
memiliki kaitan dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama ilmu-ilmu yang
mengkaji manusia, seperti politik, hukum, ekonomi, dan lainnya. Ilmu-
ilmu tersebut dapat digunakan sebagai ―alat bantu‖ untuk
memperdalam fakta-fakta sejarah.

B. PENGERTIAN PERADABAN ISLAM

Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-hadharah al-Islamiyah.


Kata Arab ini juga sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kebudayaan Islam. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan
Barat, masih banyak orang yang menyinonimkan dua kata kebudayaan
(Arab, ats-tsaqafah; Inggris, culture) dan peradaban (Arab, al-hadharah;
Inggris, civilization) (Supriyadi, 2008: 18). Kata kebudayaan berasal dari
kata ―budi‖ dan ―daya‖ ditambah awalan ke dan akhiran an. Budi berarti
akal dan daya berarti kekuatan. Sementara itu, peradaban berasal dari
bahasa Arab ―adab‖ yang berarti bernilai tinggi. (Musyrifah, 2003: 3)

Menurut Koentjaraningrat, sebagaimana dikutip dari Supriyadi,


kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud. (1) wujud ideal, yaitu
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Adapun istilah peradaban
digunakan untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang
halus dan indah. Selain itu, istilah peradaban juga dipakai untuk
3
mengungkapkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi,
seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan
yang maju dan kompleks. (Supriyadi, 2008: 18)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa


kebudayaan Islam adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan
akal manusia muslim. Adapun peradaban Islam adalah kebudayaan
Islam yang bernilai tinggi. (Musyrifah, 2003: 3)

C. PENGERTIAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dari pengertian sejarah dan peradaban Islam di atas maka dapat


dirumuskan pengertian tentang Sejarah Peradaban Islam, yaitu:

1. Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan


peradaban Islam dari waktu ke waktu, sejak zaman kelahiran
Islam sampai dengan masa sekarang.
2. Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam, baik dari
segi ide, pemikiran, konsepsi, institusi, dan operasionalisasi
sejak zaman Nabi Muhammad Saw. sampai sekarang.

D. RUANG LINGKUP SEJARAH PERADABAN ISLAM

Ruang lingkup sejarah peradaban Islam berkaitan erat dengan objek


kajian sejarah. Objek kajian sejarah peradaban Islam adalah fakta-fakta
pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam, baik formal,
informal, dan non formal serta baik individual maupun kelompok.
Dengan demikian, akan diperoleh apa yang disebut dengan sejarah
serba objek. Hal ini sejalan dengan peranan agama Islam sebagai agama
dakwah penyeru kebaikan, pencegah kemungkaran, dan penuntun
menuju kehidupan yang sejahtera lahir batin secara material maupun
spiritual di dunia maupun di akhirat kelak.

Akan tetapi, sebagai cabang dari ilmu pengetahuan, khususnya


ilmu sosial, objek sejarah peradaban Islam umumnya tidak jauh berbeda
dengan yang dilakukan oleh ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti mengenai
sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan kata lain, bersifat menjadi sejarah
serba subjek. Namun yang membedakan sifat sejarah dengan ilmu sosial
4
lainnya adalah sejarah bersifat memanjang dalam waktu sedangkan ilmu
sosial meruang dalam waktu.

E. METODE DAN METODOLOGI SEJARAH

Metode dan metodologi adalah dua kata yang memiliki hubungan erat
namun tetap dapat dibedakan. Metode adalah cara, prosedur, atau
teknik melakukan penyelidikan sistematis yang dipakai oleh suatu ilmu
atau disiplin tertentu (misalnya sejarah) untuk mendapatkan objek
(fakta-fakta sejarah) yang diteliti. Sementara, metodologi adalah suatu
cabang filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang metode atau
prosedur. Dengan demikian, metode dan metodologi adalah dua fase
kegiatan yang berbeda untuk tugas yang sama. (Sjamsuddin, 2007: 14)

Menurut Sartono Kartodirdjo metode adalah bagaimana orang


memperoleh pengetahuan (how to know) dan metodologi adalah
mengetahui bagaimana harus mengetahui (to know how to know).
(Kartodirdjo, 1992: ix) Dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan
sendirinya metode sejarah ialah bagaimana mengetahui sejarah,
sedangkan metodologi sejarah adalah mengetahui bagaimana
mengetahui sejarah. (Sjamsuddin, 2007: 14) Misalnya seorang sejarawan
ingin mengetahui sejarah masuknya Islam ke Pulau Bangka, maka ia
akan menempuh secara sistematis prosedur penyelidikan dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu pengumpulan bahan-bahan
sejarah, baik dari arsip-arsip dan perpustakaan-perpustakaan maupun
dari wawancara dengan tokoh-tokoh atau orang-orang yang mengetahui
peristiwa bersejarah tersebut. Selain itu, seorang sejarawan juga harus
tahu dan melengkapi diri dengan pengetahuan-pengetahuan
metodologis seperti konsep-konsep dan teori-teori yang relevan dengan
kajian peristiwa bersejarah tersebut.

Untuk mengkaji dan menulis sejarah peradaban Islam


dibutuhkan suatu metode ilmiah agar penelitian sejarah dapat
dibuktikan kebenarannya dan hasil yang dicapai dapat seobjektif
mungkin. Metode SPI pada dasarnya sama dengan metode yang
diterapkan dalam penelitian ilmu sejarah. Metode dalam ilmu sejarah
adalah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Heuristik
(heuristics) merupakan kegiatan mencari sumber-sumber untuk
mendapatkan data-data, materi sejarah, atau evidensi sejarah.
5
(Sjamsuddin, 2007: 86) Dalam hal ini, sumber dalam sejarah terbagi ke
dalam dua macam, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer merupakan sumber yang langsung berasal dari tangan (orang)
pertama. Adapun sumber sekunder berasal dari tangan (orang) kedua.

Setelah sumber-sumber berhasil dikumpulkan, maka langkah


selanjutnya adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut.
Kritik terbagi dua yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal
adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek
‗luar‘ dari sumber sejarah. Kritik internal menekankan pada aspek
‗dalam‘ yaitu isi dari sumber: kesaksian. (Sjamsuddin, 2007: 132-143)
Setelah melakukan kritik terhadap sumber yang didapatkan, langkah
selanjutnya adalah melakukan interpretasi atau penafsiran.

Langkah terakhir setelah melalui proses heuristik, kritik, dan


interpretasi adalah historiografi. Secara bahasa historiografi maknanya
adalah sejarah penulisan sejarah. Artinya sumber-sumber sejarah yang
telah melalui proses kritik dan interpretasi pada akhirnya menghasilkan
suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan dalam suatu
penulisan utuh yang disebut historiografi.

Metodologi dalam ilmu sejarah sampai saat ini secara garis


besar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu metodologi narrative,
metodologi struktural, dan metodologi strukturistik. Metodologi
narrative lebih menekankan kepada peristiwa. Dalam metodologi ini
sebuah peristiwa diceritakan secara naratif dan deskriptif serta melihat
sebuah peristiwa dari atas/penguasa. Selain itu, dalam metodologi ini
teori menjadi tidak dibutuhkan. Yang terpenting dalam metodologi ini
adalah sumber. Apabila sumber telah didapatkan, maka seorang
sejarawan sudah dapat merekonstruksi sejarah.

Adapun metodologi struktural mencoba mengangkat sejarah


dari bawah, history from below. Munculnya metodologi ini didasari atas
ketidakpuasan terhadap metodologi narrative yang lebih menekankan
kepada peristiwa dan orang-orang besar (individu). Dalam metodologi
struktural, struktur dilihat sebagai peran. Akibatnya, struktur menjadi
sangat berpengaruh terhadap peran individu, bahkan individu tidak
memiliki kemampuan untuk mengubah struktur.

6
Keberadaan kedua metodologi tersebut menimbulkan
perdebatan panjang dalam kajian sejarah. Metodologi narrative yang
lebih mementingkan peristiwa dan individu mengakibatkan struktur
tidak penting. Sebaliknya, metodologi struktural lebih mementingkan
struktur, sehingga peristiwa dan individu menjadi tidak begitu penting.
Perdebatan kedua metodologi ini di Indonesia diwakili oleh Prof.
Nugroho Notosusanto dalam metodologi narrative dan Prof. Sartono
Kartodirdjo dalam metodologi struktural. Pada masa kedua sejarawan
ini hidup, perbedaan kedua metodologi tersebut nampaknya sangat sulit
dipertemukan. Namun, pada tahun 1980-an muncul metodologi baru
dalam ilmu sejarah yang mencoba ―mengawinkan‖ kedua metodologi di
atas yang sebelumnya nampak bertolak belakang dan sulit untuk
dipertemukan. Metodologi baru tersebut adalah metodologi
strukturistik.

Metodologi strukturistik melihat struktur sebagai aturan-aturan.


Dikarenakan struktur sebagai aturan, individu sebagai agent yang
mempunyai power mampu merubah struktur. Dalam metodologi ini
individu tidak dikesampingkan sebagaimana dalam metodologi
struktural. Selain itu, dalam metodologi ini struktur juga dianggap
penting yang dalam metodologi narrative kurang diperhatikan.
Munculnya metodologi strukturistik rupanya berhasil menjembatani
perbedaan mencolok antara dua metodologi yang lebih dulu ada
sebelumnya. Metodologi ini di Indonesia dikembangkan oleh guru besar
ilmu sejarah Universitas Indonesia, Prof. R. Z. Leirissa.

F. PERIODESASI SEJARAH PERADABAN ISLAM

Terdapat perbedaan di kalangan sejarawan mengenai permulaan sejarah


peradaban Islam. Sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah
peradaban Islam dimulai ketika Rasulullah Saw. mulai menerima wahyu.
Namun, sebagian lagi berpendapat bahwa sejarah peradaban Islam
dimulai sejak Rasulullah hijrah ke Madinah. Dua pendapat ini secara
langsung akan berakibat kepada kerunutan dalam penulisan sejarah
peradaban Islam.2

2Perbedaan kerunutan dalam sejarah peradaban Islam dapat dilihat dengan

historiografi Muhammad. Kalau awal sejarah peradaban Islam dimulai pada saat Nabi
7
Selain perbedaan dalam penentuan permulaan sejarah
peradaban Islam, sejarawan juga berbeda pendapat mengenai
periodesasi sejarah peradaban Islam. Menurut Harun Nasution sejarah
peradaban Islam terbagi ke dalam tiga periode, yaitu (1) periode klasik
(650 M - 1250 M), (2) periode pertengahan (1250 M - 1800 M), dan (3)
periode modern (1800 M - sekarang). (Nasution, 1975: 13-14) Adapun
menurut A. Hasjimi periode sejarah peradaban Islam adalah sebagai
berikut: (Hasjimy, 1978:58)

1. Permulaan Islam (610-661)

2. Dinasti Ummayyah (661-750)

3. Dinasti Abbasiyyah I (750-847)

4. Dinasti Abbasiyyah II (847-946)

5. Dinasti Abbasiyyah III (946-1075)

6. Dinasti Mughal (1261-1520)

7. Dinasti Utsmaniyah (1520-1801)

8. Kebangkitan (1801-sekarang)

Perbedaan yang terjadi dalam penentuan awal penulisan dan


periodesasi sejarah peradaban Islam masih dapat ditoleransi karena
hanya berakibat kepada kerunutan dalam peristiwa sejarah peradaban
Islam. Dalam hal isi, sebenarnya tidak jauh berbeda karena para
sejarawan Islam pada umumnya telah menyepakati fakta-fakta sejarah

menerima wahyu maka historiografi Islam dapat dimulai pada masa Arab pra-Islam.
Meskipun Arab pra-Islam belum mengenal Islam tetapi dalam historiografi Islam
penting untuk ditulis agar bisa diketahui kesinambungan atau keterputusan budaya,
politik, adat istiadat Arab pra-Islam terhadap agama Islam. Namun, jika historiografi
Islam diawali pada saat Islam hijrah ke Madinah maka historiografi Islam hanya ditulis
pada masa Nabi, baik pada masa kelahiran, dewasa, dan penerimaan wahyu. Masa Arab
pra-Islam tidak perlu lagi dituliskan karena hijrahnya umat Islam merupakan peristiwa
keterputusan umat Islam dengan Arab Mekkah.
8
peradaban Islam. Hanya sebagaian kecil saja yang memandang berbeda
terhadap fakta-fakta sejarah tersebut.

G. MANFAAT SEJARAH PERADABAN ISLAM

Berbicara mengenai manfaat mempelajari SPI tentunya sangat banyak.


Di antaranya yang saya anggap penting adalah mahasiswa khususnya
dan Muslim pada umumnya menjadi tahu kemajuan yang berhasil
dicapai oleh umat Islam terdahulu. Pengetahuan ini penting karena
dapat memotivasi kita semua untuk maju sebagaimana umat Islam
terdahulu. Selain itu, dengan mempelajari SPI umat Islam terhindar dari
sikap minder terhadap perdaban lain, Barat misalnya. Hal ini dikarenakan
melalui SPI dapat dibuktikan bahwa umat Islam berperan besar dalam
memajukan peradaban Barat sehingga mereka dapat maju seperti
sekarang ini.

Manfaat di atas penting diketahui namun umat Islam tidak


boleh terjebak dengan romantisme sejarah. Dengan mempelajari sejarah
pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan
kembali Islam maka akan memberikan refleksi historis terhadap Islam.
Dengan demikian, belajar sejarah peradaban Islam akan memberikan
semangat untuk membuka lembaran, mengukir kejayaan, dan kemajuan
peradaban Islam yang lebih baik lagi.

Untuk mengetahui secara jelas manfaat sejarah peradaban


Islam maka penulis akan memberikan penjelasan manfaat sejarah
peradaban Islam dalam dua bagian, yaitu manfaat umum dan manfaat
akademis. Manfaat umum yang dapat diperoleh dalam mempelajari
sejarah peradaban Islam adalah sejarah dapat digunakan sebagai
keteladanan, cermin pembanding, dan perbaikan keadaan. Dengan
mengetahui sejarah peradaban Islam, umat Islam dapat meneladani
proses pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam sejak dari
masa Nabi Muhammad Saw., khulafaur Rasyidin, para sahabat, ulama-
ulama atau ilmuwan besar, dan tokoh-tokoh besar Islam.

Sebagai cermin ilmu sejarah berupaya menafsirkan pengalaman


masa lampau manusia dalam berbagai kegiatan. Umat Islam tentunya
mengetahui bahwa dalam umat Islam dahulu menjalani kehidupan tidak
semua kegiatannya dapat berjalan mulus dan sesuai dengan
9
keinginannya. Terkadang umat Islam menemui rintangan kecil. Bahkan
terkadang menemui rintangan dan halangan besar yang kadangkala
mengancam jiwanya. Maka kita perlu bercermin atau mengambil
pelajaran dari peristiwa-peritiwan dan kejadian pada masa lampau
sehingga umat Islam dapat melakukan kegiatan yang lebih baik lagi.

Adapun sebagai pembanding dapat diketahui bahwa suatu


peristiwa atau kejadian yang terjadi dari masa ke masa tentu memiliki
kesamaan dan kekhususan.3 Dengan demikian, hasil proses pembanding
antara masa silam, sekarang, dan yang akan datang diharapkan dapat
memberi andil bagi perkembangan peradaban Islam. (Syukur, 2012 :9)

Setelah manfaat keteladanan, cerminan, dan pembanding dapat


diperoleh maka manfaat selanjutnya yang tidak kalah penting adalah
sebagai perbaikan. Dengan mengetahui sejarah pada masa lampau maka
kita berusaha untuk memperbaiki keadaan yang sebelumnya kurang
konstruktif menjadi lebih konstruktif. (Rukiati, 2006: 17) Artinya kalau
ditemukan sesuatu yang tidak baik, kurang sempurna, dan tidak sesuai
dengan zaman sekarang, maka kejadian pada masa lalu itu harus
diperbaiki. Bahkan kalau tidak bisa diperbaiki maka harus ditinggalkan
demi kemajuan peradaban Islam.

Adapun kegunaan sejarah peradaban Islam yang bersifat


akademis adalah:

1. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan


perkembangan peradaban Islam, sejak zaman kelahirannya
sampai masa sekarang;
2. Mengambil manfaat dari proses perkembangan peradaban
Islam sehingga dapat memecahkan berbagai masalah
peradaban umat Islam saat ini;
3. Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan
pembaruan-pembaruan dalam proses perkembangan

3Inilah yang kemudian dikenal dengan ungkapan ―sejarah berulang‖.

Ungkapan ini harus dimaknai bahwa peristiwa sejarah dalam suatu masa tidak mungkin
berulang persis sama di masa-masa selanjutnya karena suatu peristiwa pasti terjadi hanya
sekali. Akan tetapi, pola, proses, atau cara peristiwa itu terjadilah yang berulang di masa-
masa berikutnya. Inilah yang dimaksud dengan ―sejarah berulang‖.
10
peradaban Islam. Hal itu dikarenakan sejarah menunjukkan
bahwa dalam sejarah peradaban Islam pembaruan bukan
merupakan hal yang asing, aneh, dan dilarang tetapi hal
yang didukung demi kemajuan peradaban Islam;
4. Melaksanakan teori dan ilmu pengetahuan yang didapat
dari peradaban Islam masa lampau yang masih dapat
diaplikasikan pada masa sekarang.

11
BAB 2
BANGSA ARAB MENJELANG KELAHIRAN ISLAM

Bangsa Arab adalah bangsa yang saat ini menghuni wilayah Timur
Tengah. Pada masa menjelang kelahiran Islam, bangsa Arab adalah
bangsa yang tidak dikenal di ―peta dunia‖. Artinya mereka adalah
bangsa yang tidak memiliki peran besar dalam peradaban manusia. Oleh
karena itulah, mereka tidak dianggap oleh bangsa-bangsa lainnya. Dari
sisi peran dalam peradaban manusia mereka kalah jauh dengan
tetangganya yaitu bangsa Persia.4

Sejarah Arab secara umum terbagi ke dalam tiga periode (Hitti,


2010: 108), yaitu:

1. Periode Saba-Himyar, berakhir pada awal abad keenam masehi;

2. Periode Jahiliyah, dimulai satu abad menjelang kelahiran Islam;

3. Periode Islam, dimulai sejak kelahiran Islam sampai sekarang.

Hal yang menyebabkan bangsa Arab menjelang kelahiran Islam


tidak memiliki peran besar dan signifikan dalam peradaban manusia
dikarenakan budaya jahiliyah mereka. Bangsa Arab disibukkan dengan
peperangan antar suku. Tidak jarang dikarenakan hal sepele mereka
melakukan perang besar yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Misalanya perang Basus yang terjadi pada akhir abad kelima
berlangsung sekitar 40 tahun. Perang ini melibatkan suku Bakr di satu
sisi dan suku Taghlib di sisi lainnya. Pemicu terjadinya perang ini
sebenarnya adalah hal kecil dan sepele yaitu karena seekor unta betina
milik seorang perempuan tua suku Bakr bernama Basus dilukai oleh
kepala suku Taghlib. Kedua suku itu beragama kristen dan mengklaim

4Bangsa Persia pada masa sebelum kelahiran Islam dikenal sebagai bangsa

yang besar karena mereka menguasai hampir semua wilayah di Timur Tengah. Bahkan,
mereka juga berupaya menganeksasi wilayah Yunani Kuno dan Romawi. Namun
kedigdayaan Persia itu runtuh ditangan Islam, tepatnya pada masa pemerintahan Umar
Ibn Khattab. Pasca penaklukan Islam sampai sekarang bangsa Persia menjadi bangsa
yang memeluk agama Islam. Mereka tidak lagi meyakini agama Majusi yang sebelumnya
menjadi agama resmi mereka. Islam tidak hanya berhasil menaklukkan wilayah mereka
tetapi juga berhasil menaklukkan hati, pikiran, dan keyakinan mereka.
12
sebagai keturunan Wa‘il. Menurut legenda Ayyam al-Arab, perang itu
berlangsung selama 40 tahun dengan cara menyerang dan merampok
satu sama lain. Sementara itu, api peperangan terus dikobarkan lewat
ungkapan-ungkapan puitis. Perang saudara itu berakhir pada 525 setelah
kedua belah pihak lelah berperang dan akhirnya didamaikan oleh al-
Mundzir III dari Hirah. (Hitti, 2010: 111)

Perang lain yang terjadi tidak lama setelah perang Basus atau
tepatnya pecah pada paruh kedua abad keenam adalah Perang Dahis
dan al-Ghabra. Peperangan ini melibatkan suku ‗Abs dan suku saudara
perempuannya, yaitu Dzubyan di Arab Tengah. Sama halnya dengan
pemicu perang Basus, perang Dahis dan al-Ghabra ini juga dipicu oleh
hal kecil dan tidak terlalu penting yaitu adanya tindakan curang orang-
orang Dzubyan dalam sebuah balapan antara kuda yang bernama Dahis
milik kepala suku ‗Abs dan keledai yang bernama al-Ghabra milik
kepala suku Dzubyan. Peperangan ini pecah pada paruh kedua abad
keenam, tidak lama setelah tercapainya perdamaian Basus, dan berhenti
selama beberapa dekade hingga masa Islam. (Hitti, 2010: 112)

Dari kedua perang di atas dapat dilihat bahwa hal kecil dan
tidak terlalu penting dapat menimbulkan peperangan bagi bangsa Arab
sebelum Islam. Bagi mereka kehormatan adalah segalanya. Mereka siap
menutup mata untuk membela kehormatannya. Inilah yang dikenal
dengan membabi buta dalam membela kehormatan. Hal itulah yang
membuat mereka terkenal dengan sebutan bangsa jahiliyah. Hal itu pula
yang membuat mereka tidak dikenal oleh bangsa-bangsa lain ketika itu.

Tidak hanya dikenal sebagai bangsa yang hobby berperang5,


bangsa Arab juga memiliki budaya yang tidak mencerminkan suatu
kehidupan kebudayaan yang maju, baik diukur dengan masa sekarang
maupun masa saat itu. Mereka memiliki kebiasaan menikahi banyak
perempuan, tidak jarang sampai puluhan bahkan sampai ratusan. Belum
lagi dalam hal kepemilikan budak yang bisa digunakan kapan pun tanpa

5Ungkapan ―sejarah berulang‖ dapat dilihat dari maraknya peperangan di

Timur Tengah saat ini. Peperangan yang terjadi akibat masalah sepele pada masa lalu
juga berulang pada saat ini. Sesama bangsa Arab saling berperang, misalnya di Yaman,
Irak, Suriah, Lebanon, dan lain sebagainya. Di negara-negara itu suku-suku membentuk
milisi-milisi yang memiliki senjata lengkap dan siap berperang kapan pun dan di mana
pun.
13
harus terbebani oleh aturan. Dikarenakan stok perempuan terbatas
maka mereka mau bertukar pasangan untuk memenuhi hasrat nafsunya.
Bahkan, mereka mewariskan istri-istri dari ayah tirinya yang telah
meninggal dunia. Tidak cukup sampai di situ, perempuan juga harus
menerima kenyataan dikubur hidup-hidup karena dianggap tidak
membawa keuntungan atau kegunaan kecuali hanya sebagai pemuas
hawa nafsu. Jadi, perempuan pada masa Arab sebelum kelahiran Islam
tidak lebih berharga dari hewan ternak, bahkan perempuan lebih rendah
dari hewan ternak karena bangsa Arab tidak akan mau menguburkan
hewan ternaknya hidup-hidup sementara mereka mau menguburkan
perempuan hidup-hidup.

A. KEYAKINAN MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM DAN


KEDUDUKAN KA’BAH

Agama orang Arab pra-Islam adalah Paganisme, Yahudi, dan Kristen.


Paganisme atau menyembah berhala merupakan agama mayoritas Arab
pra-Islam. Terdapat tiga berhala besar yang disembah orang Arab pra
Islam yaitu Uzza, Latta, dan Manat. Selain ketiga berhala besar itu masih
terdapat 300-an berhala yang diletakkan disekitar Ka‘bah. Berhala-
berhala tersebut dibuat oleh mereka sesuai dengan kepentingan dan
tujuan hidup mereka. Bagi bangsa Arab, sebelum mereka melakukan
aktifitas sehari-hari mereka akan menemui berhala-berhala mereka
untuk meminta perlindungan.

Adapun agama Yahudi banyak dianut oleh para imigran yang


bermukim di Yastrib (nama kota Madinah sebelum hijrahnya Rasul) dan
Yaman. Sementara agama Kristen disebarkan oleh para misionaris
Kristen yang banyak berbahasa Yunani. Pada waktu itu, mazhab-
mazhab filsafat dan aliran-aliran gnostik dan Hermes menyerbu daerah
itu. Hal inilah yang mendorong munculnya pertentangan antara
misionaris dan pemikir Yunani yang memunculkan usaha-usaha
mendamaikan antara filsafat Yunani yang bertumpu pada akal dan
doktrin Kristen yang bertumpu pada iman.

Inilah yang melahirkan sekte-sekte Kristen yang kemudian


menyebar ke berbagai penjuru, termasuk Jazirah Arab dan sekitarnya.
Sekte Arius menyebar di bagian selatan Jazirah Arab, yaitu dari Suriah
dan Palestina ke Irak dan Persia. Misionaris sekte ini telah menjelajahi
14
penjuru-penjuru Jazirah Arab yang memastikan bahwa dakwah mereka
telah sampai di Mekkah, baik melalui misionaris atau pedagang Quraisy.

Ka‘bah pada masa pra Islam memiliki kedudukan yang sangat


penting bagi bangsa Arab. Sentralnya Ka‘bah dalam kehidupan
masyarakat Arab ketika itu dibuktikan dengan banyaknya berhala di
Ka‘bah. Bangunan berbentuk kubus sederhana dan menjadi tempat
penyimpanan Hajar Aswad ini ―dihiasi‖ dengan ratusan berhala. Orang-
orang Arab dari berbagai penjuru Arabia datang ke bangunan ini untuk
melakukan ibadah penyembahan berhala.6 Dikarenakan banyaknya
peziarah yang datang setiap tahun ke Ka‘bah, para saudagar Mekkah
pada masa itu melihat adanya peluang bisnis yang besar. Mereka
kemudian membangun penginapan, bar, restoran, dan sarana-sarana
lainnya untuk para peziarah. Dalam hal ini kita dapat melihat kejelian
saudagar Mekkah dalam melihat keuntungan ekonomi dari kegiatan
keagamaan. Nampaknya, kondisi seperti ini juga dilakukan oleh
saudagar Mekkah saat ini, yaitu penguasa Arab Saudi modern saat ini di
mana mereka gencar membangun hotel-hotel mewah dan megah di
Mekkah.

B. KEHIDUPAN BANGSA ARAB PRA-ISLAM

Bangsa Arab pra-Islam hidup dengan berternak dan berdagang.


Beternak identik dengan Arab pedalaman dan berdagang identik dengan
Arab perkotaan. Mereka yang beternak sangat mengandalkan lembah-
lembah subur (oase) untuk mengembalakan binatang ternaknya karena
hanya di oase itulah terdapat air dan rumput-rumput subur.
Dikarenakan oase tidak ada di semua tempat di jazirah Arab maka
acapkali oase menjadi rebutan suku-suku Arab sehingga memicu
peperangan. Bagi suku yang memenangi peperangan maka mereka akan
menguasai oase tersebut. Sementara yang kalah akan pergi mencari oase

6Alasan inilah yang kemudian menyebabkan Abrahah menyerang Mekkah

dan bermaksud meruntuhkan Ka‘bah. Dia berkeyakinan apabila Ka‘bah telah tidak ada
maka orang-orang tidak akan berzirah ke Mekkah lagi melainkan ke daerahnya. Oleh
karena itulah dia mendirikan gereja yang besar untuk menampung orang-orang yang
akan berziarah. Untuk merealisasikan tujuannya itu Abrahah bergerak ke Mekkah
dengan pasukan besar bergajah. Namun, usahanya itu gagal dan Ka‘bah tetap ada
sampai sekarang.
15
yang lain. Inilah salah satu penyebab mengapa bangsa Arab pra-Islam
dikenal sebagai bangsa nomaden(tidak menetap).

Sementara itu, bagi orang-orang Arab yang tinggal di perkotaan


mereka menggantungkan hidupnya dengan berdagang. Melalui
perdagangan, bangsa Arab menjadi kenal dengan bangsa Syiria, Persia,
Habsyi, Mesir, dan Romawi. Perkenalan ini mendorong bangsa Arab
untuk mengembangkan peradabannya. Selain bangsa-bangsa yang
disebutkan di atas itu, penganut Yahudi memiliki peran yang cukup
besar bagi perkembangan peradaban Arab pra Islam. Melalui tangan
mereka, sistem bercocok tanam berkembang baik di Arab. Selain itu,
penganut Yahudi juga pandai dalam membuat alat-alat dari besi, seperti
persenjataan dan perhiasan. Penganut Kristen juga memiliki andil dalam
mengembangkan peradaban Arab pra Islam.

16
BAB 3
MUHAMMAD SANG NABI

Muhammad dilahirkan pada tahun 570 M, menurut Hitti tahun 571 M


(Hitti, 2010: 139), ketika pasukan gajah Abrahah menyerang Mekkah
guna menghancurkan Ka‘bah. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul
Mutahlib dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Ayah Muhammad
saw wafat ketika Muhammad masih berada dalam rahim ibundanya.
Adapun ibunya meninggal enam tahun kemudian pada saat dalam
perjalanan pulang ke Mekkah sehabis mengunjungi paman-paman
ayahnya, yakni Bani Najjar, di Yastrib.

Abdul Muthalib, kakeknya, kemudian mengambil alih


pengasuhannya. Selama dalam pengasuhan kakeknya, Muhammad mulai
dapat menghilangkan kesedihan atas meninggalnya ibunya tercinta.
Muhammad mulai terbiasa hidup tanpa seorang ibu, meski tidak berarti
kehilangan cinta dan kasih sayang. Sebab, semua perempuan di
sekitarnya—istri semua pamannya, perempuan-perempuan sahabat
ibunya, bahkan perempuan asing yang tidak ia kenal—memberinya
curahan cinta dan kasih sayang serta perhatian lebih. Meski,
Muhammad menyadari hal itu tidak lantas memutus tali kenangannya
pada sang ibu; perempuan yang di matanya begitu agung tak tertanding.
(Abazhah, 2011: 25)

Selama dalam pengasuhan kakeknya curahan dan perhatian


tidak pernah luput kepada Muhammad. Ia mendapatkan perlindungan
dan perhatian yang luar biasa dari kakeknya. Memang sejak dari kecil
Abdul Muthallib sudah sangat menyayangi Muhammad bahkan nama
Muhammad 7 adalah nama yang diberikan oleh kakeknya ini. Sang kakek
selalu berpesan kepada pengasuhnya, Ummu Aiman, dan siapa pun agar
menjaga Muhammad dari segala sesuatu yang membahayakan atau tidak
menyenangkannya. Lebih dari itu, jika Abdul Muthallib berada di suatu

7Nama Muhammad merupakan nama yang asing pada saat itu. Orang-orang

Arab tidak lazim atau biasa memberikan nama Muhammad kepada anaknya. Bahkan
bisa dikatakan bahkan nama Muhammad merupakan nama baru di kalangan bangsa
Arab ketika itu. Ketika orang-orang bertanya kepada Abdul Muthallib alasan mengapa
ia memberi nama cucunya Muhammad, sang kakek menjawab, ―Saya ingin ia dipuji
semua orang.‖ Sila baca Nizar Abazhah, Bilik-Bilik Cinta Muhammad: Kisah Sehari-Hari
Rumah Tangga Nabi. Jakarta: Zaman, 2011
17
jamuan, sang cucu selalu diajak mendampinginya. (Abazhah, 2011: 25)
Apa yang dilakukan oleh Abdul Muthallib ini tidak pernah dilakukan
oleh pembesar-pembesar Quraisy pada masa itu.8 Namun dikarenakan
rasa cinta dan sayangnya terhadap Muhammad maka Abdul Muthallib
sebagai pembesar yang dihormati di kota Mekkah ketika itu melakukan
tindakan yang tidak biasa.

Namun, kasih sayang besar yang didapatkan dari kakeknya itu


hanya berlangsung dua tahun. Setelah dua tahun berada dalam
pengasuhan Abdul Muthallib, kakeknya wafat. Dengan kesedihan yang
mendalam Muhammad harus menerima kenyataan kembali kehilangan
orang yang mencintai dan menyayanginya. Dikarenakan ia masih kecil,
pengasuhan Muhammad kemudian beralih ke pamannya, yaitu Abu
Thalib bin Abdul Muthalib.9 Pada saat pertama kali tiba di rumah Abu
Thalib, pamannya ini memeluknya dengan penuh kasih sayang dan
menyampaikan pesan kepada semua orang yang ada di rumah itu agar
memperlakukan Muhammad seperti anak-anaknya yang lainnya.

Masa kecil Muhammad diisi dengan menggembalakan domba


orang-orang Quraisy. Hal itu ia lakukan untuk membantu
perekonomian pamannya. Meskipun niat mulianya ini pada awalnya
ditentang keras oleh paman dan bibinya, namun dengan tekad dan
alasan yang kuat akhirnya Abu Thalib mengizinkan keinginan
Muhammad tersebut. Di sela-sela menggembalakan hewan ternak ini,
Muhammad banyak merenung dan berpikir. Suatu tindakan yang tidak
lazim dilakukan oleh seorang anak kecil. Namun demikian, proses ini
kemudian menjadikan Muhammad berbeda dengan anak-anak kecil
Arab lainnya. Salah satu perbedaan itu yang kemudian dikenal luas oleh
masyarakat Mekkah ketika itu adalah kejujuran yang sangat menonjol

8Abdul Muthallib adalah pembesar Quraisy pada masa itu. Ia memiliki

tanggung jawab atas Baitul Haram yang di dalamnya terdapat Ka‘bah. Ia juga
bertanggung jawab menyediakan air untuk orang-orang yang beribadah ke Ka‘bah. Ia
pula yang menggali sumur Zamzam setelah sekian lama tertimbun dan tidak terwat.
Dikarenakan tanggung jawab besar inilah pada saat Abrahah akan menghancurkan
Ka‘bah orang pertama yang dipanggilnya adalah Abdul Muthallib.
9Abu Thalib bin Abdul Muthallib adalah satu-satunya saudara sekandung
ayah Muhammad, Abdullah bin Abdul Muthallib dari seorang ibu yang bernama
Fatimah bint Umar ibn Aidz dari suku Makzum. Oleh karena itulah, Abu Thalib juga
sangat menyayangi Muhammad sebagaimana ia menyayangi anak-anaknya.
18
pada diri Muhammad. Dikarenakan kejujuran itu kemudian dia diberi
gelar Al-Amin, orang yang terpercaya. Gelar ini selanjutnya sangat
mendukung proses dakwah Muhammad dikemudian hari.

Selain itu, pada masa kecilnya Muhammad nampak berbeda


bila dibandingkan dengan anak-anak kecil lainnya karena ia memiliki
sifat-sifat layaknya orang dewasa. Pada saat Muhammad diasuh oleh
Abu Thalib kondisi kehidupan pamannya itu sangat sederhana. Dengan
anak yang banyak Abu Thalib harus menambah beban hidupnya
dengan mengasuh keponakannya. Tidak jarang pada saat mau makan
anak-anak Abu Thalib berebut makanan karena takut tidak kebagian.
Hal yang berbeda dilakukan oleh Muhammad. Ia sama sekali tidak mau
berebut makanan. Muhammad rela menunggu apa yang ia dapatkan dan
mendapatkan makanan apa adanya. Melihat hal itu istri Abu Thalib,
Fatimah bint Asad, kemudian selalu menyisakan makanan untuk
Muhammad sehingga setiap akan makan ia tidak perlu menunggu
karena makanan telah disisakan oleh istri Abu Thalib. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan anak-anak Abu Thalib menilai ibunya lebih
sayang kepada Muhammad dibandingkan kepada mereka.

Semasa kecilnya Muhammad juga tidak pernah menyembah


berhala dan menyentuh apalagi memakan makanan hewan kurban yang
disembelih untuk sesaji berhala. Padahal hal itu lazim dilakukan oleh
anak-anak di Mekkah. Pada suatu ketika Muhammad pernah dimarahi
paman dan bibinya karena ia menolak memberi hormat kepada berhala,
tidak menyucikan, dan tidak menyebutnya dengan sebutan yang baik.
Abu Thalib dan bibinya marah karena ia khawatir Muhammad akan
mengalami sesuatu yang buruk bila ia terus menerus membangkang
pada berhala itu. Mereka takut berhala-berhala itu menyakitinya dan
membiarkan Muhammad dikuasai iblis, setan, dan segala hal buruk.
Untuk menghindari terjadinya hal buruk itu, Muhammad kemudian
diajak paman dan bibinya menghadiri upacara Bawwanah. 10 Namun
pada saat memasuki area upacara Muhammad menghilang. Hal itu
membuat paman dan bibinya sangat kecewa.

10Bawwanah adalah berhala besar yang sangat dihormati dan diagungkan oleh

suku Quraisy. Setiap tahun mereka mengadakan upacara khusus di berhala ini dengan
melakukan ritual sumpah dan meditasi selama semalam suntuk.
19
Mereka kemudian mencari Muhammad untuk memarahinya.
Namun, mereka tidak jadi memarahinya karena mereka menemukan
Muhammad berada di pojok suatu rumah dalam keadaan tubuh
bergetar dan wajahnya pucat pasi. Melihat hal itu Abu Thalib bertanya
apa yang terjadi kepadanya. Muhammad pun menjelaskan bahwa pada
saat ia akan mendekati berhala yang berdampingan dengan berhala
besar Bawwanah, ada sesosok laki-laki putih panjang berdiri di
depannya sambil menyeru, ‗Awas! Di belakangmu, Muhammad, jangan
sentuh dia!‘. Mendengar penjelasan Muhammad ini paman dan bibinya
terkesima dan terkejut. Setelah kejadian ini mereka menyadari bahwa
ada yang melindungi Muhammad. Oleh karena itu, mereka tidak pernah
memarahi Muhammad lagi. (Abazhah, 2011: 33-34)

Pada saat berusia 25 tahun, Muhammad bekerja sebagai


pedagang yang membawa dagangan penduduk Mekkah ke luar negeri.
Pada waktu itu, dagangan yang dibawa Muhammad adalah dagangan
milik Khadijah, seorang saudagar perempuan terkaya di Mekkah yang
hidup menjanda. Pada saat Muhammad mengajukan dirinya untuk
membawa daganganya ke Syam dengan senang hati Khadijah
menyetujuinya. Khadijah sadar dan tahu bahwa ia akan mendapatkan
keuntungan besar karena dagangannya dibawa oleh orang yang bergelar
Al-Amiin. Dalam perdagangan yang dilakukan Muhammad di Syam,
diperoleh keuntungan yang besar atau berlipat ganda. Muhammad juga
membeli barang-barang dari Syam untuk dijual di Mekkah dengan harga
berlipat ganda.

Singkatnya, kejujuran dan kehormatan Muhammad kemudian


menarik hati Khadijah. Mereka kemudian menikah. Usia Muhammad
ketika itu 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Perkawinan Muhammad
dengan Khadijah ini dikaruniai enam orang anak, yaitu Qasim,
Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah.

Semasa hidup dengan Khadijah inilah Muhammad menerima


wahyu pertama dari Allah Swt. Ketika itu ia berusia sekitar 40 tahun.
Sejarah mencatat bagaimana dukungan besar Khadijah terhadap Nabi
ketika itu. Pada saat semua orang tidak perduli dan tidak percaya
dengan kenabiannya, Khadijah menjadi orang pertama yang perduli dan
percaya dengan kenabiannya itu. Dukungan Khadijah kepada Nabi
tidak hanya hartanya yang siap ia berikan berapa pun Nabi mau, tetapi
20
bahkan Khadijah rela mengorbankan jiwa dan raganya demi Nabi
Muhammad, suaminya tercinta.

Semasa Khadijah masih hidup, Muhammad tidak pernah


menikah dengan perempuan lain. Setelah istri tercintanya ini meninggal
barulah ia menikah dengan perempuan-perempuan lain. Istri-istrinya itu
adalah Saudah, Aisyah, Ummu Salamah, Hafshah, Zainab bint
Khuzaimah, Raihanah, Juwairiyah, Zainab bint Jahsy, Mariyah al-
Qibtiyah, Ummu Habibah, Shafiyyah, dan Maimunah. Muhammad juga
pernah menikah dengan perempuan lainnya, tetapi sebelum dikumpuli
mereka ditalak karena berbagai macam alasan. Mereka adalah putri al-
Jaun dari Bani Anbar11, Kindah12, Khaulah bint al-Hudzail13, Laila bint
al-Khatim al-Ausiyah14. (Abazhah, 2011: 175-176)

Sebagai seorang pemimpin agung dan Rasul, Muhammad tetap


menjadi seorang suami yang bisa menempatkan posisinya di hadapan
para istrinya. Ia tidak menjadikan posisinya sebagai seorang pemimpin
agung dan Rasul dalam bergaul dengan istrinya. Di hadapan istri-istrinya
ia adalah suami yang baik yang bahkan mau menjahit baju dan sandal
sendiri tanpa harus memerintahkan istrinya. Padahal ia adalah
pemimpin umat Islam. Namun, ia tidak memperdulikan itu semua.

11Putri al-Jaun ini ditalak oleh Muhammad dikarenakan ia mengucapkan kata-

kata, ―Aku berlindung kepada Allah darimu.‖ Mendengar perkataan perempuan ini
Muhammad kemudian berkata, ―Kau telah berlindung dengan benar,‖ dan Muhammad
kemudian mengembalikan perempuan ini kepada keluarga. Menurut beberapa sumber
penyebab putri al-Jaun mengatakan itu dikarenakan disuruh oleh istri-istri Muhammad
yang lainnya yang cemburu atas kecantikan putri al-Jaun. Namun, adapula yang
berpendapat bahwa putri al-Jaun mengatakan perkataan itu atas kemauannya sendiri,
bukan atas suruhan istri-istri Muhammad yang lainnya.
12Kindah dikembalikan ke keluarganya atas permintaannya sendiri kepada

Muhammad. Mendengar permintaan ini Muhammad kemudian mengabulkannya dan


segera mengembalikannya ke keluarganya.
13Khaulah bint al-Hudzail meninggal dunia dalam perjalanan sebelum ia

sampai kepada Muhammad.


14Laila bint al-Khatim al-Ausiyah ditalak oleh Muhammad atas
permintaannya sendiri. Pada awalnya Laila yang datang kepada Muhammad untuk minta
dinikahi tetapi atas saran dari keluarga dan kaumnya yang mengatakan bahwa ia sangat
pencemburu sementara Muhammad memiliki banyak istri maka ia minta diceraikan.
Muhammad pun mengabulkan keinginannya itu.
21
Muhammad adalah seorang suami yang sangat dicintai oleh
istri-istrinya. Ia tidak membeda-membedakan para istrinya. Semua
istrinya diperlakukan sama. Ketika ada di antaranya istrinya yang
melakukan kesalahan Muhammad tidak pernah marah tapi ia
menasehati istrinya tersebut. Seandainya kesalahan itu sudah terlalu
besar maka amarah Muhammad ditunjukkan dengan diam dan pergi
dari rumah. Inilah yang menyebabkan istri-istrinya begitu mencintai,
menyayangi, dan menghormati Muhammad.

Muhammad juga dikenal sangat menyayangi anak-anak.


Perlakuannya terhadap anak kecil sangat berbeda bila dibandingkan
perlakukan orang-orang Arab pada saat itu. Kasih sayang Muhammad
terhadap anak-anak tidak hanya kepada cucunya saja, Hasan dan
Husain, tetapi juga kepada semua anak-anak yang ada di Madinah.
Sebagai salah satu bentuk cinta dan kasing sayang Muhammad terhadap
anak-anak ditunjukkan dengan menemui anak-anak pada saat ia kembali
dari suatu perjalanan. Jadi, orang yang pertama ditemui Muhammad
setelah kembali dari melakukan perjalanan adalah anak-anak. Apabila
Muhammad sedang berjalan dan bertemu dengan anak-anak maka ia
akan berhenti dan mencium kepala anak tersebut disertai dengan doa-
doa untuk kebaikan anak itu.

Cinta dan kasih sayang Muhammad terhadap anak-anak, yaitu


cucunya juga ditunjukkan dengan menggendong cucunya itu di atas
pundaknya. Sambil menggendong cucunya itu Muhammad berjalan
keliling kota Madinah. Pada masa itu, apa yang dilakukan Muhammad
ini sangat aneh dan asing karena orang tua di Arab tidak pernah
memperlakukan anak-anaknya seperti itu. Bagi orang tua di Arab
menggendong anak-anak di atas pundak akan menurunkan wibawa
orang tuanya. Tapi bagi Muhammad tidak. Hal itu justru menunjukkan
salah satu bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya.

Bahkan pada saat Muhammad sedang sujud dalam salat lalu


Hasan atau Husain datang menaiki punggungnya maka Muhammad
akan menunggu sampai cucunya itu sendiri yang turun barulah ia
bangun dari sujudnya. Ia tidak akan memarahi kedua cucunya itu atas
tindakannya tersebut tapi ia menyayanginya. Bagi Muhammad tindakan
anak-anak itu dapat dimengerti karena mereka belum mengerti dan
paham terhadap apa yang mereka lakukan.
22
Demikianlah sosok Muhammad Sang Nabi. Meskipun ia adalah
manusia yang tidak jauh berbeda dengan manusia-manusia lainnya
namun ia adalah sosok yang sempurna untuk dijadikan tauladan bagi
semua umat manusia. Sebagai seorang pemimpin dan negarawan ia
adalah sosok yang sempurna untuk dijadikan panutan bagi pemimpin-
pemimpin di dunia. Sebagai seorang ayah dan suami ia menjadi pribadi
yang paripurna untuk anak-anak dan istrinya. Dan sebagai seorang Nabi
ia menjadi uswatun hasanah untuk umatnya. Dalam sosok Nabi
Muhammad Saw. dapat ditemukan pribadi seorang negarawan, ayah,
suami, sekaligus Nabi atau pemimpin umat Islam. Semoga kita semua
dapat meneladani Nabi kita tercinta, Muhammad Saw.

Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, setelah 13 hari ia


mengeluh sakit, Nabi Muhammad Saw. berpulang ke rahmatullah. Ia
meninggal di pangkuan istrinya, Aisyah. Pada saat menghembuskan
nafas terakhirnya ini, Nabi hanya mengenakan dua lembar pakaian,
yakni selembar baju lapuk dan selembar sarung tebal. Hanya dengan
itulah manusia paling mulai ini menghadap Allah Swt. (Abazhah, 2011:
375)

23
BAB 4
ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD

A. MISI KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW

Sebelum menerima wahyu kerasulannya, Muhammad sering melakukan


kontemplasi (perenungan) di gua Hira. Dalam perenungannya itu,
Muhammad memikirkan kondisi masyarakat Arab yang gemar
melakukan kekerasan dan menyembah berhala. Perenungan itu sebagai
usaha Muhammad dalam mencari jawaban terhadap kondisi masyarakat
Arab ketika itu. Usaha Muhammad itu kemudian memperoleh hasilnya.
Tepat berusia 40 tahun, Muhammad menerima wahyu dari Allah. Sejak
saat itu, Muhammad resmi menyandang status sebagai Rasulullah
(utusan Allah).

Misi Rasulullah sebagai pembawa wahyu dari Allah mencakup


misi duniawi dan akhirat. Artinya, Rasulullah bertugas menata
masyarakat dari sisi moral dan bertugas merubah kondisi masyarakat
Arab ketika itu. Dengan kata lain, Rasulullah membawa misi doktrin
teologis dan doktrin teologis politis. Doktrin teologis artinya doktrin
yang menekankan moralitas dalam mempersatukan ideal moral manusia
dengan ideal moral Allah tanpa melakukan perubahan sosial politik.
Adapun doktrin teologis politis menekankan moralitas sekaligus
berusaha melakukan perubahan sistem sosial dan politik.

Dengan misi tersebut di atas maka sosok Nabi Muhammad


dikenal sebagai seorang Nabi sekaligus sebagai negarawan. Ia adalah
rasul pembawa ajaran Allah sekaligus negarawan yang memimpin
umatnya. Nabi Muhammad bertugas memimpin umat Islam agar sukses
di dunia dan di akhirat kelak. Dikarenakan misi besarnya itulah ia
menjadi sosok yang dicontoh (suri tauladan) bagi umatnya.

Misi Nabi Muhammad yang termaktub dalam ajaran Islam


berhasil membawa bangsa Arab yang sebelumnya barbar dan tidak
dikenal oleh bangsa lainnya menjadi bangsa yang maju dan menguasai
dunia. Ia berhasil merubah kehidupan bangsa Arab dari berbagai sisi
dan keadaan. Inilah yang membuat Nabi menjadi sosok yang dikenal
sebagai sosok agung dan besar dalam dalam sejarah manusia.

24
B. PERIODE MEKKAH

Dakwah Rasulullah terbagi ke dalam dua periode, yaitu periode Mekkah


dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung lebih kurang 13
tahun dan periode Madinah 10 tahun. Dakwah pada periode Mekkah
dibagi menjadi tiga bentuk:

Pertama dakwah sirriyyah (sembunyi-sembunyi). Dakwah ini


berlangsung selama tiga tahun. Dalam dakwah ini Rasulullah
mendakwahkan ajaran Islam terbatas kepada keluarganya. Rasulullah
belum mengetahui cara berdakwah ke kaum Quraisy. Dalam dakwah
secara sembunyi-sembunyi ini Rasulullah berhasil mengislamkan
Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar Siddiq.
Melalui Abu Bakar inilah beberapa orang (teman-teman Abu Bakar)
dari kalangan Quraisy ikut mengucapkan dua kalimat syahadat. Mereka
adalah Usman bin ‗Affan, Abdurrahman bin ‗Auf, Talhah bin
‗Ubaidillah, Sa‘d bin Abi Waqqash, dan Zubair bin ‘Awwam. Kemudian
menyusul pula Abu ‗Ubaidah bin Djarrah, dan banyak lagi yang lain dari
penduduk Mekah.

Kedua dakwah secara terang-terangan. Dakwah ini dimulai dari


permulaan tahun keempat kenabian sampai Rasulullah hijrah ke
Madinah. Dalam dakwah secara terang-terangan ini Rasulullah
menerima banyak perlakuan yang tidak menyenangkan. Bahkan,
perlakuan penduduk Mekkah kepada Rasulullah dan pengikutnya
semakin buas dan beringas. Bilal menjadi salah satu korban
keberingasan penduduk Mekkah di mana ia disiksa di bawah batu agar
ia meninggalkan keyakinannya. Tidak hanya penghinaan dan pelecehan
yang diterima pemeluk agama baru ini, ancaman kematian juga harus
mereka terima. Namun, penghinaan dan pelecehan itu tidak
menyurutkan semangat umat Islam yang masih sedikit. Justru semua itu
menjadi penyemangat dan penebal keimanan mereka. Untuk
menghindari hal terburuk akhirnya umat Islam yang masih sedikit itu
hijrah ke Madinah.

Nabi sendiri melihat umatnya disiksa dan dilecehkan dengan


keji merasa sedih dan terpukul. Namun ia tetap yakin dan semangat
Allah akan menolongnya. Di samping terus berdoa kepada Allah agar
melindungi dan memberikan pertolongan kepada umat Islam, Nabi juga
25
mencarikan solusi bagi umat Islam. Akhirnya, Nabi menemukan solusi
untuk menyelamatkan umat Islam. Mereka diperintahkan Nabi hijrah ke
Abesinia dan selanjutnya ke Yastrib (Madinah). Di Madina lah umat
Islam dapat membangun kehidupannya dan mengembangkan Islam
hingga suatu ketika mampu menaklukkan Mekkah.

C. PERIODE MADINAH

Dakwah di luar Mekkah atau di Madinah dimulai dari penghujung tahun


kesepuluh kenabian sampai akhir hayat Rasulullah. Hijrah Rasulullah
dan ummat Islam ke Madinah tidaklah terwujud begitu saja. Ada
kondisi yang mendukung terjadinya hijrah tersebut, yaitu Bai`at Aqabah
(pertama dan kedua). Maksud penduduk Yastrib mengundang
Rasulullah datang ke negerinya adalah guna mendamaikan pertikaian
antar suku yang tidak kunjung berhenti. Dengan adanya Rasulullah
diharapkan pertikaian itu dapat berhenti. Peta demografis Madinah saat
itu adalah sebaagai berikut: (1) Kaum Muslimin yang terdiri dari
Muhajirin dan Anshar, (2) Anggota suku Aus dan Khazraj yang masih
berada pada tingkat nominal muslim, bahkan ada yang secara rahasia
memusuhi Rasulullah, (3) Anggota suku Aus dan Khazraj yang masih
menganut paganisme, (4) Orang-orang Yahudi yang terbagi dalam tiga
suku utama: Banu Qainuqa, Banu Nadhir, dan Banu Quraizha.

Kemajemukan komunitas tersebut tentu saja melahirkan conflict


dan tension. Pertentangan Aus dan Khazraj sudah terlalu terkenal dalam
sejarah Islam. Bahkan diduga diterimanya Rasulullah di Yastrib dengan
baik di kedua klan tersebut karena kedua klan tersebut membutuhkan
"orang ketiga" dalam konflik diantara mereka. Hal ini bisa dipahami
dalam manajemen konflik politik. Adapun diterimanya Rasulullah oleh
kaum Yahudi merupakan catatan tersendiri. Tentu saja Yahudi
menerima Rasulullah dengan penuh kecurigaan tetapi pendekatan yang
dilakukan Rasulullah mampu "menjinakkan" mereka, paling tidak,
sampai Rasulullah eksis di Madinah.

Kemajemukan komunitas Madinah membuat Rasulullah


melakukan negosiasi dan konsolidasi melalui perjanjian tertulis yang
terkenal dengan "Piagam Madinah". Piagam Madinah sesungguhnya
merupakan rangkaian penting dari proses berdirinya negara Madinah,
meskipun Rasulullah, selaku "mandataris" Piagam Madinah tidak
26
pernah mengumumkan bahwa beliau mendirikan negara, dan tak
satupun ayat Qur'an yang memerintahkan beliau untuk membentuk
suatu negara.

Dari sudut pandang ilmu politik, obyek yang dipimpin oleh


Rasulullah.memenuhi syarat untuk disebut sebagai negara. Syarat
berdirinya negara ialah ada wilayah, penduduk dan pemerintahan yang
berdaulat. Kenyataan sejarah menunjukkan adanya elemen negara
tersebut.Walhasil, setelah melalui proses Ba`iat dan Piagam Madinah
Nabi dipandang bukan saja sebagai pemimpin ruhani tetapi juga sebagai
kepala negara.

Kita beralih pada persoalan ajaran Islam. Pada periode


Madinah ajaran Islam merupakan kelanjutan dari periode Mekkah. Bila
pada periode Mekkah, ayat tentang hukum belum banyak diturunkan,
maka pada periode Madinah kita mendapati ayat hukum mulai turun
melengkapi ayat yang telah ada sebelumnya. Ini bisa dipahami
mengingat hukum bisa dilaksanakan bila komunitas telah terbentuk.
Juga dapat dicatat kemajemukan komunitas Madinah turut
mempengaruhi ayat hukum ini. Satu contoh menarik pada peristiwa
kewajiban zakat dan pelarangan riba. Setting sosio-ekonomi Madinah
yang dikuasai oleh Yahudi memerlukan sebuah "perlawanan" dalam
bentuk zakat (untuk pemerataan ekonomi di kalangan muslim) dan
pelarangan riba. Yang terakhir ini membawa implikasi baik secara
ekonomi maupun politik bagi praktek riba kaum Yahudi.

Bukan hanya ayat hukum saja yang berangsur-angsur


"sempurna", juga ayat tentang etika, tauhid dan seluruh elemen ajaran
Islam berangsur-angsur mendekati titik kesempurnaan,dan mencapai
puncaknya pada QS 5:3. Setelah Nabi wafat, dimulailah era khulafaur
rasyidin. Tidak dapat dipungkiri, di Madinah Islam sempurna dan
disinilah awal sebuah peradaban yang dibangun oleh umat Islam mulai
tercipta.

27
BAB 5
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KHULAFA AL-
RASYIDIN

A. KHALIFAH ABU BAKAR

Abu Bakar diperkirakan lahir pada tahun 573 M. Nama lengkapnya


adalah Abu Bakar bin Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr
bin Masud bin Taim bin Murah bin Ka‘ab bin Lu‘ay bin Ghalib bin
Fihr al-Quraisy at-Tamimi. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada
kakeknya Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ai. Ibu Abu Bakar adalah Ummu al-
Khair Salma bint Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang
berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.

Panggilan Abu Bakar sebelum memeluk Islam adalah Abdul


Ka'bah, hamba Ka'bah. Setelah memeluk Islam, Rasulullah kemudian
mengubah panggilan itu menjadi Abdullah, hamba Allah. Rasulullah
juga memberikan ash-Shiddiq, yang berkata benar, kepada Abu Bakar
karena dia percaya 100% peristiwa Isra Mi‘raj Rasulullah. Gelar itulah
yang kemudian melekat sampai sekarang sehingga dikenal dengan nama
Abu Bakar ash-Shiddiq. Abu Bakar meninggal diperkirakan pada
tanggal 21 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus 634 M.

a. Pribadinya dan Tsaqifah Bani Sa‘idah

Abu Bakar dilahirkan dari lingkungan suku yang berpengaruh. Dengan


demikian, dia memiliki relasi yang luas di kalangan suku Quraisy. Abu
Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam. Penerimaan
Abu Bakar terhadap Islam dikarenakan dia telah sangat mengenal
pribadi Rasulullah. Oleh karena itu, pada saat Rasullullah mengajaknya
masuk ke agama Islam dia langsung menerimanya karena dia percaya
apa yang dikatakan Nabi itu pasti benar. Sikap ini pula yang ditunjukkan
Abu Bakar ketika mempercayai peristiwa Isra Mi‘raj Nabi.

Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam sudah banyak diakui


oleh sejarawan. Berkat dia, banyak teman-teman dekatnya yang masuk
Islam. Mereka yang masuk Islam diajak oleh Abu Bakar itu kemudian
menjadi sosok penting dalam penyebaran Islam selanjutnya. Berkat
28
pengorbanan besarnya itu dalam Islam, tidaklah mengherankan kalau
Abu Bakar kemudian menjadi ―tangan kanan‖ Rasul.

Peristiwa Tsaqifah Bani Saidah juga menjadi bukti


pengorbanan besar Abu Bakar dalam Islam setelah meninggalnya Rasul.
Sebagaimana diketahui, setelah Rasul meninggal dan jenazah Rasul pun
belum dikebumikan, sebagian umat Islam yang masih baru ini telah
disibukkan dengan siapa yang akan menggantikan Rasul. Masing-masing
dari kalangan Muhajirin, Anshar, dan Bani Hasyim mengklaim bahwa
merekalah yang paling berhak menggantikan Rasul. Perselisihan ini
berlangsung di sebuah rumah yang bernama Tsaqifah Bani Sai‘dah. Abu
Bakar, yang ketika itu sedang mengurus jenazah Rasul, mendapatkan
laporan mengenai pertemuan dan perselisihan itu. Dia kemudian
bersegera pergi ke tempat pertemuan itu. Sesampainya di sana, Abu
Bakar menemui para pemuka Muhajirin dan Anshar sedang berdebat
dengan sengit akan keunggulannya masing-masing. Perdebatan itu
semakin memanas.

Abu Bakar yang melihat kondisi yang semakin memanas itu


kemudian mengambil inisiatif dengan berkata, ―Ini Umar dan Abu
Ubaidah, siapa yang kamu kehendaki di antara mereka berdua, maka
bai‘atlah‖. Namun, ucapan Abu Bakar ini justru tidak diterima oleh
keduanya. Keberatan keduanya disebabkan alasan Abu Bakar pernah
menjadi imam menggantikan Rasul ketika sakit. Oleh karena itu, dia
berhak menggantikan Rasul. Selanjutnya, Basyir bin Sa‘ad langsung
membaiat Abu Bakar diikuti Umar dan Abu Ubaidah, kemudian diikuti
umat Islam lainnya. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 13 Rabiul Awwal
11 H.

Dengan diangkatnya Abu Bakar menjadi khalifah maka potensi


perpecahan umat Islam dapat terhindarkan. Semua pihak dapat
menerima Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Nabi, termasuk Ali bin
Abi Thalib.15 Dalam memimpin umat Islam yang masih sangat muda

15Ada yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib tidak setuju dengan

diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah. Mereka yang mengatakan ini bersandarkan
kepada bukti Ali tidak langsung membai‘at Abu Bakar. Padahal, Ali terlambat
membai‘at Abu Bakar bukan dikarenakan tidak setuju, tetapi dikarenakan ia mengurus
jenazah Nabi terlebih dahulu.
29
Abu Bakar berpegang penuh terhadap apa yang dilakukan oleh Nabi.
Dia akan menolak dan menindak tegas setiap tindakan yang
bertentangan dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Nabi.

b. Tantangan di Awal Masa Kekhlifahannnya

Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar banyak menemui tantangan.


Hal itu dikarenakan umur pemerintahan Islam masih sangat muda.
Selain itu, suku-suku yang masuk kepada agama Islam pada masa Nabi
Muhammad hidup ada yang kembali murtad. Rupanya mereka masuk
kepada agama Islam hanya dikarenakan alasan politik atau terdesak oleh
semakin kuatnya umat Islam yang dipimpin oleh Nabi. Untuk
menghindari kekuatan umat Islam itu maka mereka masuk Islam.
Namun, setelah Nabi meninggal maka mereka kembali kepada agama
nenek moyangnya. Bahkan mereka dengan terang-terangan menentang
aturan yang telah digariskan oleh Nabi.

Di antara aturan atau ajaran Islam yang ditolak oleh mereka


adalah tidak mau membayar zakat. Mereka beralasan kewajiban
membayar zakat hanya ada pada saat Nabi masih hidup. Dengan
demikian, meninggalnya Nabi sekaligus menggugurkan kewajiabn zakat
tersebut. Selain itu, tantangan muncul juga dari nabi-nabi palsu yang
bermunculan pasca meninggalnya Nabi.

Melihat apa yang dilakukan oleh para pembangkang tersebut,


maka Khalifah Abu Bakar segera bertindak tegas. Dia mengirimkan
pasukan untuk memerangi para murtadin tersebut. Akan tetapi, perang
terhadap kaum yang tidak mau membayar zakat dan nabi-nabi palsu itu
menyebabkan banyak para penghafal Alquran yang meninggal dunia.
Menurut catatan sejarah, dalam perang Yamamah saja sebanyak 70
orang penghafal Alquran meninggal dunia atau mati syahid. (Al-Hamidi,
1957: 63) Namun, perang ini berhasil meredam ―masalah‖ internal
dalam tubuh Islam. Keberhasilan ini selanjutnya mempermudah
khalifah setelahnya dalam menyebarkan Islam.

c. Perluasan Daerah Islam

Pada masa khalifah Abu Bakar usaha perluasan wilayah Islam


diintensifkan. Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah dipilih Abu
30
Bakar memimpin tentara Islam dalam perang melawan Persia. Tentara
ini berhasil merebut beberapa daerah penting di Irak. Sementara itu,
dalam menghadapi kekuatan Romawi Abu Bakar memilih empat
panglima Islam, yaitu Amr bin Ash di front Palestina, Yazid bin Abi
Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di front Hims, dan Syurahbil
bin Hasanah di front Yordania. Perjuangan pasukan-pasukan ini baru
tuntas pada masa pemerintahan Umar bin Khattab.

d. Peradaban Islam Pada Masa Abu Bakar

Pada masa Abu Bakar tindakan terbesar yang dia lakukan adalah
melakukan konsolidasi ke dalam internal umat Islam. Selain itu, prestasi
terbesarnya adalah menghimpun Alquran atas saran Umar ibn Khattab.
Sebagaimana diketahui, Alquran pada masa itu masih tercecer pada
pelepah kurma, kulit binatang, tulang, dan hafalan para sahabat.
Sementara semuanya itu bisa hilang dan musnah. Apalagi banyak
sahabat penghafal Alquran meninggal dalam perang melawan kaum
murtad. Kondisi itulah yang kemudian menyebabkan Umar memberi
saran kepada Abu Bakar untuk memerintahkan pengumpulan Alquran.

Pada awalnya, Abu Bakar tidak langsung menerima saran dari


Umar tersebut. Dia menolak saran Umar dengan alasan, ―Patutkan saya
membuat sesuatu yang tidak dibuat oleh Rasulullah?‖ (Al-Hamidi, 1957:
64) Abu Bakar juga meminta pendapat Zaid bin Tsabit, sekretaris Nabi.
Zaid pun mengemukakan alasan yang sama dengan Abu Bakar. Akan
tetapi, Umar terus mendesak Abu Bakar agar menerima sarannya
tersebut karena menurut Umar pasti ada kebaikan dalam tindakan
mengumpulkan Alquran itu. Melihat kuatnya desakan Umar akhirnya
Abu Bakar menerima saran Umar dan segera memerintahkan para
sahabat penulis dan penghafal Alquran mengumpulkan Alquran.

Pada masa Abu Bakar inilah Alquran berhasil disatukan.


Setelah Alquran berhasil disatukan maka ia disimpan oleh Abu Bakar.
Alquran ini menjadi kitab pedoman bagi umat Islam ketika itu. Setiap
ada masalah yang membutuhkan solusi maka pemecahannya selalu
merujuk kepada Alquran.

Adapun dalam bentuk pemerintahan, Abu Bakar berusaha


mewujudkan keadilan dan kesejahteran sosial umat Islam. Realisasinya
31
adalah dengan mengelola zakat, sedekah, infak, harta rampasan perang,
dan pajak dari non-muslim. Pengelolaan itu ditangani oleh satu badan
yang bernama Baitul Mal. Badan inilah yang bertugas membagikan
pendapatan negara tersebut kepada umat Islam sesuai dengan Alquran.

B. KHALIFAH UMAR IBN KHATTAB

Umar ibn Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin
Nufail bin Abdl Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin
‗Adi bin Ka‘ab bin Lu‘ay. Dia dilahirkan di Mekkah sekitar tahun 586
M. Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim. Umar meninggal di
Madinah pada 27 Zulhijjah 23 H atau bertepatan dengan 7 November
644 M. Menurut sejarawan Umar ditikam oleh seorang budak Persia
bernama Abu Lukluk (Fairuz) yang memiliki dendam pribadi
kepadanya, yaitu dendam dan sakit hati karena kekalahan Persia, pada
waktu menunaikan salat Subuh. Akibat tikaman itu Umar jatuh sakit
dan akhirnya meninggal dunia.

Umar berasal dari keluarga yang tergolong kelas menengah.


Pada masa mudanya, Umar merupakan sedikit di antara pemuda Arab
yang bisa membaca dan menulis. Selain kemampuan intelektualnya itu,
Umar juga dikenal dengan kekuatan fisiknya. Hal itu dibuktikan dengan
kemenangannya dalam beberapa kompetisi gulat pada masa itu.
Kecemerlangan dan kekuatan Umar terbukti sangat berguna bagi
kemajuan umat Islam. Di tangannya lah panji-panji ajaran Islam
tersebar ke seantero jazirah Arab, bahkan berhasil merobohkan
kokohnya benteng Persia.

a. Pribadi dan Pengangkatannya Sebagai Khalifah

Umar dikenal memiliki pribadi yang pemberani, keras, dan cerdas.


Sebelum masuk Islam, Umar merupakan salah satu orang yang paling
ditakuti oleh orang-orang yang telah masuk Islam. Karena
kepribadiannya itu, Umar memiliki keinginan yang kuat dalam
menentang Islam. Bahkan, dia berkeinginan untuk membunuh Rasul.
Namun, setelah masuk Islam kepribadian Umar berubah 180 derajat.
Dia berubah menjadi sosok yang sangat setia dan gigih dalam membela
Rasul dan agama Islam.

32
Banyak sejarawan yang menganggap Umar sebagai sosok
terbesar kedua dalam sejarah Islam setelah Rasulullah Saw. Michael
Hart (1978) dalam bukunya menempatkan Umar ibn Khattab dalam
posisi ke 51 di antara 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh di atas
Julius Caesar dan Charlemagne.

Pengangkatan Umar sebagai khalifah melalui proses


penunjukan langsung oleh Abu Bakar setelah Abu Bakar berkonsultasi
dengan beberapa sahabat utama, seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman
bin Affan, dan Asid bin Hadhir. Umar diangkat menjadi khalifah pada
hari Selasa tanggal 22 Jumadil Akhir 13 H bertepatan dengan tanggal 23
Agustus 634 M. Dia memimpin umat Islam selama lebih kurang 10
tahun. Dalam rentang waktu 10 tahun itulah Umar berhasil
membangun kejayaan Islam.

b. Perluasan Wilayah Pada Masa Umar

Michael Hart (1982) berkata:

Keberhasilan `Umar betul-betul mengesankan. Sesudah Nabi


Muhammad, dia merupakan tokoh utama dalam hal penyerbuan
oleh Islam. Tanpa penaklukan-penaklukannya yang secepat kilat,
diragukan apakah Islam bisa tersebar luas sebagaimana dapat
disaksikan sekarang ini. Lebih-lebih, kebanyakan daerah yang
ditaklukkan dibawah pemerintahannya tetap menjadi Arab hingga
kini. Jelas, tentu saja, Muhammad lah penggerak utamanya jika dia
harus menerima penghargaan terhadap perkembangan ini. Tetapi,
akan merupakan kekeliruan berat apabila kita mengecilkan saham
peranan `Umar. Penaklukan-penaklukan yang dilakukannya
bukanlah akibat otomatis dari inspirasi yang diberikan Muhammad.
Perluasan mungkin saja bisa terjadi, tetapi tidaklah akan sampai
sebesar itu kalau saja tanpa kepemimpinan `Umar yang brilian.

Perkataan Hart di atas sudah tidak diragukan lagi


kebenarannya. Banyak sejarawan yang mengamini pernyataan Hart
tersebut. Pada masa Umar, dua kekuatan besar dunia pada masa itu,
yaitu Romawi dan Persia, berhasil dibuat bertekuk lutut. Bahkan, Persia
berhasil dibuat Umar menghilang selama-lamanya dari dunia.

33
c. Kepemimpinan Umar

Umar memimpin satu negara baru yang memiliki kekuasan yang luas
dan besar. Kekuasaan negara adikuasa baru ini meliputi Semenanjung
Arabia, Palestina, Syiria, Mesir, dan Persia. Dalam memimpin negara
Umar memiliki kecakapan sebagai seorang pemimpin negara. Dia
dikenal sebagai negarawan, administrator, dan pembaru. Semua
kemampuan itu diaplikasikan dengan sistem pemerintahan yang
menanamkan semangat demokrasi. Umar seringkali mengadakan
musyawarah dengan rakyat untuk memecahkan masalah-masalah umum
dan kenegaraan yang bermunculan seiring dengan perjalanan waktu.

Sebagai seorang pemimpin, Umar memiliki pandangan yang


sangat maju atau visioner. Ia juga seorang pembaru yang berani
melakukan terobosan-terobosan demi kemajuan umat Islam. Salah satu
terobosan penting yang dilakukan Umar adalah keberaniannya dalam
berijtihad dan menafsirkan Alquran serta Hadits Nabi. Ia seorang
pemimpin yang bisa melihat situasi dan kondisi masyarakatnya dalam
menegakkan suatu hukum.

Sejarah menyebutkan bahwa suatu ketika Umar pernah tidak


menghukum potong tangan seorang pencuri. Padahal Alquran dengan
jelas memerintahkan untuk memotong tangan seorang yang melakukan
pencurian. Umar tidak melakukan potong tangan itu bukan bermaksud
tidak menaati Alquran, tetapi dia mempunyai penafsiran bahwa si
pencuri tidak boleh dihukum potong tangan apabila dia melakukan
pencurian dengan terpaksa. Dengan kata lain si pencuri melakukan
pencurian hanya mengisi perutnya yang lapar. Selain itu, pada saat
terjadi pencurian kondisi umat Islam pada saat itu sedang dalam masa
paceklik. Lebih jauh Umar memiliki argumen tidak memotong tangan si
pencuri dikarenakan harta yang dicuri itu adalah miliki tetangganya yang
kaya tetapi tidak memberikan bantuan kepada si pencuri.

Peristiwa tidak dipotongnya tangan si pencuri bukanlah sebuah


peristiwa sederhana tanpa makna. Peristiwa itu menunjukkan keluasan
berpikir seorang Umar. Peristiwa itu juga menunjukkan bahwa dalam
menerapkan hukum tidak boleh tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.
Umar memberikan contoh yang jelas kepada umat muslim bahwa
ijtihad adalah hal terpenting dalam kehidupan. Tanpa ijtihad kehidupan
34
umat Islam akan terbelakang karena tanpa ijtihad pikiran akan menjadi
beku (jumud).

d. Peradaban Islam Pada Masa Umar

Peradaban Islam pada masa Umar berkembang sangat pesat. Hal itu
dikarenakan Umar memiliki kecerdasan dan keberanian. Jauh sebelum
dia diangkat menjadi khalifah, Umar telah memberikan sumbangsih
pemikiran brillian kepada Abu Bakar mengenai pengumpulan Alquran.
Meskipun pada awalnya Abu Bakar dan Zaid bin Tsabit menolak saran
Umar itu tapi Umar tidak menyerah. Dia bahkan bersumpah dengan
mengatakan, ―Tidak akan berdosa kalau tuan-tuan kerjakan. Demi
Allah! Sungguh di dalamnya ada satu kebaikan‖. (Al-Hamidi, 1957: 64-
65) Berkat argumen dan keyakinannya itu akhirnya Abu Bakar
menerima saran Umar itu. Dan terbukti apa yang dikatakan Umar
tersebut adalah benar. Bahkan bukan hanya satu kebaikan yang
diperoleh dari pengumpulan Alquran, tapi kebaikan yang tak terhitung
banyaknya.

Berkat saran Umar itu Alquran dapat ―dinikmati‖ oleh umat


Islam sampai sekarang. Kejeniusan Umar berlanjut pada saat dia
menjadi khalifah. Berkat kejeniusan dan keberaniannya, semasa
kepemimpinannya pasukan Islam berhasil menguasai banyak wilayah.
Keberanian Umar lah menyebabkan Kekaisaran Persia berhasil
bertekuk lutut kepada pasukan Islam. Padahal, ketika itu pasukan Islam
adalah pasukan yang tidak ada apa-apanya, baik dari segi jumlah dan
perlengkapan perang, bila dibandingkan dengan pasukan Persia. Tetapi,
berkat kepemimpinan Umar, pasukan Persia berhasil dikalahkan dan
wilayah Persia menjadi wilayah kekuasaan Islam hingga sampai
sekarang.

Pada masa Umar sistem administrasi pemerintahan diatur


dengan rapi dan sistematis agar wilayah kekuasaan yang luas dapat
berjalan dengan baik. Umar membentuk beberapa lembaga untuk
mendukung kelancaran pemerintahannya. Lembaga-lembaga itu di
antaranya adalah:

1. Baitul Mal (Lembaga Keuangan Negara)


2. Dewan al-Jund (Lembaga militer)
35
3. Nazar al-Nafiat (Lembaga Pekerjaan Umum)
4. Dewan al-Addats (Lembaga Kepolisian)
5. Dewan al-Kharraj (Lembaga Pajak)
Selain pembentukan lembaga-lembaga tersebut, Umar juga
membentuk satu sistem peradilan yang tegas dan adil. Di antara
peraturan perundang-undangan dalam sistem peradilan Umar adalah
hakim harus memahami kasus baru kemudian memutuskan kasus itu,
kebenaran dan keadilan adalah masalah universal, dan larangan
bersidang ketika sedang emosional. Umar juga menegaskan bahwa
semua orang sama di muka hukum sehingga hukum harus ditegakkan
kepada siapa pun, termasuk kepada dirinya sendiri. Masih banyak lagi
peraturan-peraturan peradilan yang relevan diterapkan pada masa
sekarang.

C. KHALIFAH UTSMAN IBN AFFAN

Utsman ibn Affan lahir di Taif sekitar tahun 579 M. Nama lengkapnya
adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abd al-
Manaf al-Quraisy. Ibu Utsman adalah Urwy bint Kuraiz bin Rabi‘ah bin
Habib bin Abdi asy-Syam bin Abd al-Manaf. Utsman berasal dari klan
Umayyah, salah satu klan terhormat dalam suku Quraisy. Utsman
termasuk orang pertama yang menerima ajaran Islam. Dia masuk Islam
setelah Abu Bakar mengajaknya. Tanpa berpikir panjang Utsman
menerima ajakan Abu Bakar tersebut dan mengucapkan syahadat di
hadapan Nabi. Utsman meninggal pada 18 Zulhijjah 35 H atau
bertepatan dengan 17 Juli 656 M di Madinah. Menurut sejarawan
Utsman meninggal dibunuh oleh para demonstran di rumahnya ketika
sedang membaca Alquran.

Sebagai generasi pertama yang masuk Islam, Utsman turut serta


merasakan getirnya cacian dan hinaan penduduk Mekkah. Dia
kemudian hijrah ke Abesinia bersama dengan istrinya atas perintah
Nabi. Utsman dikenal sebagai sosok yang saleh. Pada siang hari Utsman
berpuasa dan pada malam hari untuk salat. Utsman juga sangat gemar
membaca Alquran bahkan sampai kematian menjemputnya Alquran
berada dalam pangkuannya.

a. Pribadi dan Pengangkatannya Sebagai Khalifah


36
Utsman dikenal sebagai saudagar kaya yang dermawan dan saleh. Ketika
telah memeluk Islam dia tidak segan-segan membelanjakan hartanya
demi kepentingan Islam. Di antara tindakan dermawannya yang sering
terdengar adalah tindakannya membeli telaga milik Yahudi seharga
12.000 dirham dan menghibahkannya kepada umat Islam pada saat
hijrah ke Yastrib. Utsman juga pernah mewakafkan tanahnya seharga
15.000 dinar untuk perluasan mesjid Nabawi. Utsman mendapat gelar
Dzun Nurain karena menikahi dua putri Rasul, yaitu Ruqayyah dan
Ummu Kultsum.

Utsman diangkat menjadi khalifah menggantikan Umar setelah tiga


hari jenazah Umar dikuburkan. Proses pengangkatannya melalui dewan
formatur yang telah ditunjuk oleh Umar. Anggota dewan formatur itu
adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman, Saad bin Abi Waqqash,
Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin
Ubaidillah. Menurut wasiat Umar keenam anggota itu memilih satu di
antara mereka untuk menjadi penggantinya. Rincian mekanisme
pemilihannya adalah (1) yang berhak menjadi khalifah adalah yang
memiliki suara terbanyak, (2) apabila suara berimbang, maka Abdullah
bin Umar yang berhak menentukannya. Dalam hal ini, Abdullah bin
Umar menjadi anggota dewan formatur yang tidak memiliki hak dipilih,
tapi hanya hak memilih. (3) jika calon Abdullah bin Umar tidak
diterima, calon yang dipilih Abdurrahman bin Auf yang harus diangkat
menjadi khalifah. Jika masih ada yang menentang keputusan itu, maka
penentang itu dapat dibunuh (Ibrahim Hasan, 1954: 254-255). Setelah
melalui rapat maka akhirnya terpilihnya Utsman ibn Affan sebagai
khalifah ketiga. Utsman memerintah selama lebih kurang 12 tahun.

Pembentukan dewan formatur yang dilakukan oleh Umar ini


adalah contoh ijtihad dalam pemilihan khalifah. Setelah sebelumnya
Umar ditunjuk langsung oleh Abu Bakar, maka Umar berijtihad
membentuk dewan formatur untuk memilih khalifah yang
menggantikannya. Ijtihad Umar ini menunjukkan fakta bahwa dalam
pemilihan khalifah bukanlah melalui satu cara, tetapi banyak cara.
Pemiliharan metode atau cara itu di samping keputusan khalifah
sebelumnya juga disesuaikan dengan kondisi dan masyarakat ketika itu.
Dengan demikian, pemilihan seorang khalifah atau pemimpin dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara asalkan umat Islam sepakat
dengan cara itu.
37
b. Perluasan Wilayah Pada Masa Utsman

Pada masa Utsman perluasan wilayah terus dilanjutkan. Pemerintahan


Utsman berhasil memperluas wilayah kekuasaannya ke daerah Kabul,
Herat, Ghazni, Asia Tengah, Armenia, Tunisia, Cyprus, dan Rhodes.
Sebagian wilayah Persia yang memberontak juga berhasil dipadamkan
oleh Utsman.

Pada masa Utsman terjadi peperangan yang belum pernah


terjadi pada masa Nabi, Abu Bakar, maupun Umar. Peperangan itu
dinamakan dengan Perang Zatis Sawari (Perang Tiang Kapal).
Peperangan yang terjadi di Laut Tengah dekat kota Iskandariyah
melibatkan pasukan Romawi di bawah pimpinan Kaisar Constantine
dan pasukan Islam di bawah pimpinan Abdullah bin Abi Sarah.
Dikatakan peperangan ini belum pernah terjadi pada masa sebelumnya
dikarenakan sebelumnya peperangan yang dilakoni pasukan Islam hanya
terjadi di daratan. Sementara peperangan Zatis Sawari ini terjadi di
lautan.

c. Kodifikasi Alquran

Pada masa pemerintahannya, Khalifah Utsman telah melakukan suatu


tindakan yang sangat besar dalam sejarah Islam, yaitu kodifikasi
(pembukuan) Alquran. Sebagaimana diketahui Alquran sejak zaman
Abu Bakar sampai Umar hanya satu buah. Padahal, pada masa
pemerintahan Utsman wilayah Islam telah meluas ke berbagai wilayah.
Untuk menjaga jangan sampai ada yang dikurangi atau ditambah dalam
bacaannya dan untuk menjaga jangan sampai bertukar ayat-ayat Alquran
atau berbubah susunannya maka sebagian sahabat mengusulkan kepada
Utsman untuk membukukan Alquran. (Al-Hamidi, 1957: 68-69) Mereka
mengusulkan agar Alquran yang hanya satu buah itu diperbanyak
menjadi beberapa buah.

Mendengar usulan sahabat itu, Utsman segera mengutus utusan


ke Hafsah bint Umar (istri Nabi) untuk meminjam Alquran asli yang
dikumpulkan pada masa Abu Bakar. Alquran asli itu dijadikan pedoman
bagi kodifikasi Alquran. Zaid bin Tsabit, kembali ditunjuk sebagai ketua
tim kodifikasi Alquran, dengan anggota Abdullah bin Zubair, Said bin
Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Setelah melalui proses
38
yang panjang akhirnya lima Alquran berhasil dibuat. Alquran pertama
disimpan di Madinah. Adapun Alquran yang lainnya dikirim ke Mekkah,
Damaskus, Basrah, dan Kufah. Utsman juga memerintahkan untuk
membakar lembaran-lemabran Alquran yang belum lengkap agar tidak
terjadi perselisihan di kemudian hari. Alquran hasil kodifikasi Utsman
inilah yang dikenal umat Islam dengan nama Mushaf Utsmani atau
Mushaf al-Imam.

d. Tuduhan Nepotisme

Pemerintahan Utsman merupakan pemerintahan terlama di antara


keempat pemerintahan Khulafa ar-Rasyidin, yaitu dari 11 November
644 – 17 Juli 656. Pemerintahan yang berlangsung selama 12 tahun itu
memunculkan tuduhan nepotisme terhadap Utsman. Menurut kalangan
yang menuduh Utsman nepotisme, dia menunjuk orang-orang
terdekatnya menjadi pejabat-pejabat dan gubernur di beberapa wilayah.
Selain itu, reformasi ekonomi yang dilakukan oleh Utsman menurut
penentangnya dianggap hanya menguntungkan keluarganya dari klan
Umayyah.

Tuduhan nepotisme ini dan ketidakpuasan atas kebijakan


Utsman selanjutnya mendorong terjadinya demonstrasi bersar-besaran
yang kemudian menyebabkan jatuhnya pemerintahan Utsman bin
Affan. Bahkan, demonstrasi ini pula yang menyebabkan Utsman
terbunuh secara menyedihkan. Jenazahnya baru bisa dimakamkan
setelah dua hari akibat para demonstran menghalang-halangi upaya
pemakan tersebut. Bahkan, para demonstran melarang jasad Utsman
dimakamkan di Baqi. Akhirnya jasad Utsman dimakamkan di
pemakaman Yahudi bernama Hisy Kaukab.16 (Fouda, 2012: 37)

Peristiwa pembunuhan Utsman ini tentunya sangat


menyedihkan sekali karena Utsman terbunuh oleh umat Islam sendiri.
Harus diakui bahwa fanatisme buta dan radikalisme lah yang
menyebabkan umat Islam ketika itu tega membunuh Utsman dan
memperlakukan jasadnya dengan tidak layak. Seandainya tidak ada

16Untuk lebih lengkapnya mengenai peristiwa pemakaman Utsman bin Affan

sila baca Faraq Fouda, Kebenaran Yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan
dalam Sejarah Kaum Muslim, Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2012, hlm. 35-37
39
fanatisme buta maka tidak akan pernah ada dalam sejarah Islam seorang
khalifah dan sahabat Nabi dibunuh oleh kaumnya sendiri.

e. Peradaban Islam Pada Masa Utsman

Peradaban Islam pada masa Utsman mengalami kemajuan yang pesat.


Utsman memperluas Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di
Madinah. Selain itu, dalam bidang militer pada masa Utsman dibentuk
angkatan laut (AL) yang memiliki armada kapal sekitar 1.700 kapal.
Kekuatan besar ini kemudian digunakan untuk mengepung
Konstantinopel. Namun, karena Utsman meninggal dunia,
pengepungan itu ditarik mundur. Selain pembangunan dalam armada
militer, Utsman juga membangun berbagai fasilitas umum, seperti jalan,
tempat persediaan air, jembatan, mesjid, wisma tamu, dan daerah-
daerah pemukiman.

D. KHALIFAH ALI BIN THALIB

Ali bin Abi Thalib merupakan sepupu Rasul. Ali adalah anak paman
Rasul yang paling dicintainya, yaitu Abu Thalib. Dia dilahirkan di
Mekkah pada tahun 599 M. Menurut pengikut Syiah, Ali dilahirkan di
dalam Ka‘bah. Bagi kalangan Syiah, Ali adalah orang yang paling berhak
menjadi khalifah setelah Nabi meninggal. Oleh karena itu, beberapa
kalangan Syiah tidak menyukai Abu Bakar, Umar, dan Utsman karena
mereka bertiga dianggap merebut atau mengambil hak kepemimpinan
Ali.

Ali merupakan pemeluk Islam pertama dan satu-satunya yang


menjadi sahabat Rasul yang tidak pernah memeluk agama non-Islam.
Hal itu dikarenakan dia memeluk agama Islam ketika berusia 10 tahun.
Ali tinggal bersama dengan Nabi disebabkan kemauan Nabi sendiri
yang ingin meringankan beban hidup pamannya. Ali meninggal pada
usia 63 tahun karena dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam saat
mengimami salat Subuh di mesjid Kifah. Dia menghembuskan nafas
terakhirnya pada 21 Ramadhan 40 H atau bertepatan dengan 28
Februari 661 M.

a. Pribadi dan Pengangkatannya Sebagai Khalifah

40
Selain sebagai sepupu dan sahabat Rasul, Ali juga sebagai menantu
Rasul. Dia menikahi putri Rasul, yaitu Fatimah. Kepribadian Ali
dibentuk langsung oleh Rasul. Hal ini dikarenakan dia diasuh langsung
oleh Rasul. Selain dikenal sebagai orang yang pandai dan bijaksana, Ali
juga dikenal pemberani. Dalam beberapa peperangan, dia merupakan
orang yang maju pertama kali ke medan perang. Kedekatan Ali dengan
Rasul mendorong munculnya mazhab Syiah yang menganggap Ali
sebagai pewaris sah dari Rasul.

Proses pengangkatan Ali menjadi khalifah dilakukan dalam


kondisi yang kacau. Para pendemonstrasi dari Mesir masih berada di
Madinah dan menuntut segera diangkat khalifah. Jika khalifah tidak
segera diangkat, maka mereka tidak akan pergi dari Madinah. Setelah
melalui proses yang berat akhirnya Ali dibaiat menjadi khalifah. Namun
demikian, ada beberpa sahabat senior yang tidak mau membaiat Ali,
mereka di antaranya adalah Saad bin Abi Waqqas, Abdullah bin Umar,
Muhammad bin Maslamah, Hasan bin Tsabit, dan Abdullah bin Salam.

Ali sendiri pada awalnya tidak menerima diangkat menjadi


khalifah. Menurutnya para demonstran dari Mesir lah yang bertanggung
jawab dalam kematian Utsman sehingga harus mereka sendiri yang
mencari khalifah dan menyelesaikan kekacauan itu. Namun, setelah
melihat kekacauan yang semakin parah dan meluas dan desakan dari
umat Islam di Madinah akhirnya Ali menerima diangkat menjadi
khalifah.

b. Peradaban Islam Pada Masa Ali Ibn Thalib

Walaupun Ali memerintah dalam kondisi yang kacau karena banyaknya


konflik internal dalam tubuh umat Islam, namun Ali berhasil membuat
beberapa prestasi selama memerintah. Di antaranya adalah perbaikan
sistem pemerintahan, seperti penghapusan sistem kontrol yang kuat
oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah provinsi. Selain itu, Ali juga
mengembalikan sistem pertanahan ke sistem sebelumnya yang telah
dirubah oleh Utsman. Ali juga berusaha membagikan pajak dan
rampasan perang yang adil kepada seluruh penduduk.

Pada masa pemerintahan Ali ini pusat pemerintahan Islam


dipindahkan ke Kufah. Salah satu alasan pemindahan pusat
41
pemerintahan itu adalah dikarenakan Kufah merupakan basis
pendukung Ali. Di samping itu, menurut Ali setelah peristiwa
demontrasi yang menyebabkan Utsman terbunuh kondisi Madinah
sudah tidak kondusif lagi sebagai pusat pemerintahan.

c. Konflik Internal dan Peristiwa Tahkim

Kematian Utsman ternyata masih menjadi masalah dalam pemerintahan


Ali. Kelompok yang tidak puas atas tindakan Ali dalam menyelesaikan
kasus kematian Ali terus melakukan perlawanan. Kelompok ini
dikomandoi oleh Muawiyah bin Abi Sufyan, keluarga Utsman.
Ketidakpuasan itu kemudian mendorong terjadinya peperangan.
Peperangan dengan Muawiyah hampir saja dimenangkan oleh Ali.
Namun, atas kecerdikan Muawiyah kemenangan yang sudah didepan
mata Ali itu berbalik menjadi kemenangan bagi Muawiyah.
Kemenangan Muawiyah itu diperoleh melalui peristiwa yang bernama
Tahkim. Akibat peristiwa ini, perpecahan dalam tubuh umat Islam
semakin parah dan terus berkembang. Kelompok pendukung Ali
kemudian dikenal dengan Syiah. Sementara itu, Muawiyah berhasil
mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti Umayyah.

Bibit perpecahan umat Islam telah ditanam pada masa Utsman


dan mulai menuai hasilnya pada masa Ali. Perpecahan di kalangan umat
Islam ketika itu bukanlah diakibatkan oleh akidah atau keyakinan, tetapi
disebabkan oleh politik dan kekuasaan. Perpecahan itu selanjutnya
menyebar ke berbagai sendi kehidupan umat Islam. Ia bahkan merasuk
ke dalam akidah, tauhid, fiqh, dan lain sebagainya. Hingga hari ini umat
Islam banyak yang tercerai berai diakibatkan oleh perselisihan.
Akibatnya, umat Islam selalu berada di bawah ―kangkangan‖ bangsa
lain yang selalu mendapatkan keuntungan dari perpecahan umat Islam
tersebut.

42
BAB 6
PERSATUAN DAN PEMERINTAHAN DINASTI
UMAYYAH

A. BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH

Berdirinya Dinasti Umayyah berkaitan erat dengan peristiwa Tahkim


pada masa pemerintaha Ali bin Abi Thalib. Peristiwa itu memunculkan
pemenang baru yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan. Dinasti Umayyah
memerintah selama ± 90 tahun (40-132 H / 661-750 M). Selama
hampir setengah abad berkuasa, Dinasti Umayyah memberikan
berbagai pengaruh bagi peradaban Islam. Pusat pemerintahan dinasti ini
terletak di Damaskus. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin
'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu
Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan
Muawiyah I.

Dinasti Umayyah berdiri di atas bangunan perpecahan umat


Islam. Berbagai peristiwa perpecahan umat Islam sebelumnya
membayangi dinasti ini. Bahkan, dinasti ini berdiri dari hasil perpecahan
yang menyebabkan peperangan antara Ali dan Muawiyah. Berkat
kejeniusan Amr bin Ash, Muawiyah berhasil memenangkan peperangan
dengan Ali dan mendirikan Dinasti Umayyah.

Muawiyah menyadari bahwa perpecahan di kalangan umat


Islam tidak dapat dibiarkan lagi karena akan mengganggu kemajuan
umat Islam sendiri. Untuk itu dia melakukan segala hal untuk
menyatukan umat Islam. Bahkan, dalam upaya menyatukan umat Islam
itu Muawiyah dan keturunannya tidak segan-segan melakukan tindakan
tegas dan kejam terhadap pemberontakan. Mereka tidak mentolerir
setiap potensi yang akan merusak persatuan umat Islam. Berkat
tindakan tegas itu maka umat Islam dapat bersatu pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah. Meskipun harus diakui masih ada
pemberontakan tetapi itu hanyalah pemberontakan kecil yang dengan
mudah dapat dikalahkan oleh Dinasti Umayah. Berkat persatuan umat
Islam, Dinasti Umayyah berhasil mengembangkan peradaban Islam.

B. KEBIJAKAN POLITIK DAN KONDISI SOSIAL PADA


MASA DINASTI UMAYYAH
43
Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab, artinya dalam segala hal dan
segala bidang para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu
pula dengan corak peradaban yang dihasilkan pada masa dinasti ini.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa Arab yang dimaksudkan di sini
bukanlah Arab setelah masa keislaman, tetapi Arab sebelum masa
keislaman. Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan,
perkembangan, dan perluasan daerah yang dicapai.

Selain itu, Dinasti Umayyah juga mengadopsi sistem


pemerintahan kuno yang ada di dunia ketika itu. Mereka menggunakan
sistem kerajaan dalam pemerintahannya. Seorang pemimpin bukanlah
berasal dari rakyat tetapi berasal dari keluarga kerajaan. Raja atau
pemimpin telah ―disiapkan‖ oleh raja yang berkuasa. Jadi, setelah
kematiannya, maka raja yang telah ―disiapkan‖ itu langsung
menggantikannya.

Dikarenakan raja berasal dari keluarga kerajaan dan pewaris


tahta ditunjuk langsung oleh raja maka tidak heran muncul
ketidakpuasan dari rakyat. Sebagaimana diketahui, Islam tidak pernah
mengajarkan seorang pemimpin harus dipilih dari keluarga tertentu.
Menurut Islam siapa pun orang yang memiliki potensi dan kemampuan
berhak menjadi pemimpin. Inilah yang dibuktikan oleh Nabi dan para
khulafa ar-rasyidin.

Akan tetapi, semua itu tidak berlaku pada masa Dinasti


Umayyah berkuasa. Mereka membuang jauh-jauh ajaran Islam tersebut
dan mengadopsi sistem pemerintahan non-Islam. Akibat kebijakan
Dinasti Umayyah ini muncul ketidakpuasan di kalangan umat Islam
sehingga memicu perlawanan dan pemberontakan-pemberontakan.
Salah satu yang melakukan perlawanan adalah cucu Nabi yang bernama
Husain. Namun, semua perlawanan itu dapat dihancurkan termasuk
perlawanan Husain yang berakibat kepada dipenggalnya kepala Husain
oleh pasukan Yazid.

Adapun jika melihat kondisi sosial pada masa Dinasti Umayyah


dapat dirujuk kepada dua kondisi sosial, yaitu kondisi sosial keluarga
istana dan kondisi sosial masyarakat. Secara umum, para khalifah
Umayyah menyenangi hiburan dan jamuan sosial. Di antara anggota
kerajaan yang suka mabuk-mabukan adalah Yazid. Ia bahkan
44
mendapatkan gelar Yazid al-khumur (Yazid Arak). Selain Yazid, al-Walid
I (minum dua hari sekali), Hisyam (minum setelah salat Jumat), dan
Abd al-Malik (sekali sebulan) juga dikategorikan menyukai arak. Para
khalifah juga senang berburu, balapan kuda, sabung ayam, dan dadu.

Akan tetapi, pada masa Dinasti Umayyah ini terdapat satu


orang khalifah yang benar-benar menjalankan pemerintahan dengan adil
dan bijaksana. Ia juga dikenal sebagai sosok yang wara‘, zuhud, dan taat
kepada Allah. Khalifah tersebut adalah Umar bin Abdul Aziz. Selama
memerintah hampir 3 tahun ia berhasil membangun masyarakat dengan
adil dan bijaksana. Hasilnya masyarakat sangat menghormatinya.

Adapun kondisi sosial masyarakat terbagi kedalam kelas-kelas


sosial. Terdapat empat kelas sosial dalam sistem kemasyarakatan, yaitu
kelas tertinggi ditempati oleh penguasa, kaum aristokrat Arab, dan
kaum muslim Kelas sosial berikutnya adalah para mualaf. Adapun kelas
yang ketiga adalah anggota-anggota sekte dan pemilik kitab suci yang
diakui, yaitu Yahudi, Kristen, dan Saba. Kelas yang paling rendah adalah
budak.

C. KEJAYAAN DINASTI UMAYYAH

Prestasi Dinasti Umayyah cukup besar dalam hal perluasan wilayah.


Dinasti ini berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai
penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina,
Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan,
Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis. Selain keberhasilan dalam
hal perluasan wilayah, dinasti ini juga memiliki keberhasilan dalam
bidang-bidang lainnya, yaitu:

1. Pemisahan kekuasaan
Pemisahan kekuasaan antara kekuasaan agama (spiritual power)
dengan kekuasaan politik (temporal power). Hal itu dilakukan
karena Muawiyah bukanlah seorang yang ahli dalam soal-soal
keagamaan, maka masalah keagamaan ia serahkan kepada para
ulama.
2. Pembagian wilayah
Pada masa khalifah Umar bin Khattab terdapat 8 propinsi.
Maka pada masa Dinasti Umayyah menjadi 10 propinsi. Tiap-
45
tiap propinsi dikepalai oleh gubernur yang bertanggung jawab
langsung kepada khalifah. Gubernur berhak menunjuk
wakilnya di daerah yang lebih kecil dan mereka dinamakan
‗amil.
3. Bidang administrasi pemerintahan

Dinasti umayyah membentuk beberapa diwan (departemen)


yaitu :

a. Diwan al Rasail, semacam sekretaris jenderal yang


berfungsi untuk mengurus surat-surat negara yang
ditujukan kepada para gubernur atau menerima surat-surat
dari mereka.
b. Diwan al Kharraj, yang berfungsi untuk mengurus masalah
pajak
c. Diwan al Barid, yang berfungsi sebagai penyampai berita-
berita rahasia daerah kepada pemerintah pusat
d. Diwan al Khatam, yang berfungsi untuk mencatat atau
menyalin peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah
e. Diwan Musghlihat, yang berfungsi untuk menangani
berbagai kepentingan umum
4. Organisasi keuangan

Percetakan uang dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik ibn


Marwan, Walaupun pengelolaan asset dari pajak tetap di baitul
mal.

5. Organisasi ketentaraan

Pada masa ini keluar kebijakan yang agak memaksa untuk


menjadi tentara yaitu dengan adanya undang-undang wajib
militer yang dinamakan ‗Nidhomul Tajnidil Ijbary‖

6. Organisasi Kehakiman

Kehakiman pada masa ini mempunyai dua ciri khas yaitu:

a. Seorang qadhi atau hakim memutuskan perkara dengan


ijtihad.
46
b. Kehakiman belum terpengaruh dengan politik.
7. Bidang seni dan sastra

Ketika Walid ibn Abdul Malik berkuasa terjadi penyeragaman


bahasa, yaitu semua administrasi negara harus memakai bahasa
Arab.

8. Bidang seni rupa

Seni ukir dan pahat yang sangat berkembang pada masa itu dan
kaligrafi sebagai motifnya.

9. Bidang arsitektur

Telah dibangunnya kubah al sakhrah di Baitul Maqdis yang


dibangun oleh khalifah Abdul Malik ibn Marwan.

D. WARISAN PERADABAN DINASTI UMAYYAH

Dinasti Umayyah juga mencatatkan banyak kemajuan dalam berbagai


bidang, seperti bidang perekonomian, ilmu pengetahuan, seni, dan
arsitektur. Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan
terhadap pembangunan sektor pertanian. Pemerintahan ini telah
memperkenalkan sistem pengairan dengan tujuan meningkatkan hasil
pertanian.

Pada masa Dinasti Umayyah penulisan Alquran mengalami


penyempurnaan. Sebagaimana diketahui bahwa Alquran pada masa
Nabi dan Khulafa ar-Rasyidin belum memiliki tanda titik huruf dan
harakat sehingga hal itu membuat umat Islam yang non Arab kesulitan
dalam membaca Alquran. Atas perintah Ziyad bin Abiyah17 kepada Abu

17Ziyad adalah gubernur Basrah dan Kufah. Pada awalnya dia adalah pengikut

Ali. Pada saat perang Ali dan Muawiyah, Ziyad berada di pihak tentara Ali. Tetapi,
setelah Muawiyah berkuasa dia mendapatkan pengampunan dari Muawiyah dan
dianggap sebagai salah satu keluarga Umayyah. Dia kemudian menjelma menjadi salah
satu orang kepercayaan Muawiyah dan ditunjuk menjadi gubernur. Posisi sebagai orang
kepercayaan Muawiyah tidak disia-siakan oleh Ziyad. Dia memberangus setiap
perlawanan yang berpotensi merusak kekuasaan Muawiyah (Dinasti Umayyah) tanpa
kenal ampun.
47
al-Aswad Ad-Du‘ali dibuatlah harakat akhir terhadap Alquran. Pada
waktu itu, Abu al-Aswad Ad-Du‘ali memberikan titik di atas sebagai
tanda fathah, titik di bawah sebagai tanda kasrah, titik di tepi sebagai
tanda dommah, dan dua titik sebagai tanda tanwin. (Al-Hamidi, 1957:
75-76)

Selanjutnya, penulisan Alquran terus mengalami


penyempurnaan. Atas perintah Hajjaj18 kepada Nasr bin Ashim
dibuatlah tanda titik pada huruf-huruf Alquran. Nasr membuat titik
satu, dua, dan tiga pada masing-masing huruf Alquran. (Al-Hamidi,
1957: 75-76) Berkat usaha dari Nasr ini umat Islam non Arab tidak lagi
kesulitan dalam membaca Alquran karena setiap hurufnya sudah bisa
dibedakan. Proses penulisan Alquran terus mengalami penyempurnaan
pada masa Dinasti Umayyah hingga Alquran menjadi seperti yang kita
lihat sekarang, yaitu memiliki titik dan baris.

E. KERUNTUHAN DINASTI UMAYYAH

Runtuhnya Dinasti Umayyah bukanlah semata-mata disebabkan oleh


serangan Bani Abbas. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan
tumbangnya kekuasaan Dinasti Umayyah, di antaranya adalah:

1. Pengangakatan lebih dari satu putra mahkota


Sebagian besar khalifah Bani Umayyah mengangkat lebih dari
seorang putra mahkota. Biasanya, putra tertua diwasiatkan
terlebih dahulu untuk menduduki tahta. Setelah itu, wasiat
dilanjutkan kepada putra kedua dan ketiga, atau salah seorang
kerabat khalifah, seperti paman atau saudaranya. Putra mahkota
yang lebih dahulu menduduki takhta cenderung mengangkat
putranya sendiri. Hal itu menimbulkan perselisihan karena
putra mahkota kedua dan ketiga yang telah diangkat oleh
khalifah sebelumnya merasa dilangkahi. Perselisihan itu tidak
jarang berakhir dengan pertumpahan darah.

18Hajjaj adalah orang kepercayaan dan tangan kanan Abdul Malik bin

Marwan. Hajjaj dikenal sebagai jagal manusia karena reputasi kejamnya dalam
memberantas pemberontakan. Saking kejamnya Hajjaj ada pameo yang mengatakan,
―apabila Hajjaj datang, malaikat akan menyingkir dan setan pun akan mendekat.‖ Sila
baca Faraq Fouda, Kebenaran Yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam
Sejarah Kaum Muslim, Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2012, hlm. 131
48
2. Timbulnya fanatisme kesukuan
Sejak pertama kali diturunkan, ajaran Islam berhasil
melenyapkan fanatisme kesukuan antara bangsa Arab yang
sebelumnya mendarah daging dalam kehidupan orang Arab.
Namun, pada masa Bani Umayyah, fanatisme ini muncul
kembali, terutama setelah kematian Yazid bin Muawiyah (Yazid
I). Tidak jarang perlawanan yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok pembenci Dinasti Umayyah menggunakan isu-isu
kesukuan.
Fanatisme Arab Utara dan Arab Selatan juga muncul
pada masa Dinasti Umayyah. Bangsa Arab Selatan yang pada
masa itu diwakili kabilah Qalb adalah pendukung utama
Muawiyah dan putranya, Yaid I. Ibu Yazid I yang bernama
Masum berasal dari Kabilah Qalb. Pengganti Yazid I,
Muawiyah II, ditolak oleh bangsa Arab Utara yang diwakili oleh
kabilah Qais dan mengakui kekhalifahan Abdullah bin Zubair
(Ibnu Zubair). Ketika terjadi bentrokan di antara kedua belah
pihak, kabilah Qalb dapat mengalahkan kabilah Qais yang
mengantarkan Marwan I ke kursi kekhalifahan.
3. Kehidupan khalifah yang melampaui batas
Beberapa khalifah Umayyah yang pernah berkuasa diketahui
hidup mewah dan berlebih-lebihan. Hal ini menimbulkan rasa
antipati rakyat kepada mereka. Kehidupan dalam istana
Bizantium agaknya memengaruhi gaya hidup mereka. Yazid bin
Muawiyah (Yazid I), misalnya, dikabarkan suka berhura-hura
dengan memukul gendang dan bernyanyi bersama para budak
wanita sambil minum minuman keras. Yazid bin Abdul Malik
(Yazid II) juga tidak lebih baik dari Yazid I. Ia suka berfoya-
foya dengan budak wanita. Putranya, al Walid II, ternyata tidak
berbeda dengan ayahnya. Semua tindakan khalifah itu
menimbulkan kebencian dalam diri masyarakat ketika itu
sehingga tidak jarang ada di antara mereka yang berani
melakukan gerakan bawah tanah untuk menghancurkan Dinasti
Umayyah.
4. Fanatisme kearaban Bani Umayyah
Dinasti Umayyah memiliki watak kearaban yang kuat. Sebagian
besar khalifahnya sangat fanatik terhadap kearaban dan bahasa
Arab yang mereka gunakan. Mereka memandang rendah

49
kalangan mawali (orang non-Arab). Orang Arab merasa diri
mereka sebagai bangsa terbaik dan bahasa Arab sebagai bahasa
tertinggi.
Fanatisme ini tentunya menimbulkan kebencian
penduduk non Muslim kepada Bani Umayyah. Oleh karena itu,
mereka ikut ambil bagian setiap kali timbul pemberontakan
untuk menumbangkan Dinasti Umayyah. Keberhasilan Bani
Abbas dalam menumbangkan Bani Umayyah disebabkan
antara lain oleh dukungan dan bantuan mawali, khususnya
Persia, yang merasa terhina oleh perlakuan pejabat Bani
Umayyah.
5. Kebencian golongan Syi‘ah
Dinasti Umayyah yang didirikan oleh Muawiyah sangat dibenci
oleh golongan Syi‘ah karena dipandang telah merampas
kekhalifahan dari tangan, Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.
Menurut golongan Syi‘ah, khilafah atau yang mereka sebut
imamah adalah hak Ali dan keturunannya, karena diwasiatkan
oleh Nabi Muhammad Saw. Kebencian Syia‘ah ini tidak pernah
surut. Mereka selalu melakukan perlawanan terhadap
kekuasaan Dinasti Umayyah sehingga menyebabkan
pemerintahan Dinasti Umayyah melemah.

50
BAB 7
KEJAYAAN DINASTI ABBASIYAH

A. BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH

Dinasti Abbasiyah berkuasa cukup lama, yaitu dari 750 M sampai 1258
M. Nama dinasti ini merujuk kepada paman Rasul, yakni al-Abbas.
Khalifah pertama dinasti Abbasiyyah adalah Abu al-Abbas (750-754),
bergelar al-saffah (Si Penjaga atau Penumpah Darah).19 Ketika pertama
kali berdiri di atas mimbar untuk melakukan pidato kemenangannya dia
berikrar, ―Allah telah mengembalikan hak kami (untuk memimpin), dan
Ia akan menutup kepemimpinan ini dengan kami sebagaimana ia
bermula. Waspadalah, karena saya adalah penjagal yang siap
menghalalkan darah siapa saja (al-safah al-mubih) dan pembalas dendam
yang siap membinasakan siapa pun juga (al-tsa’ir al-mubir)!‖ (Fouda,
2012: 159)

Penguasa pertama Abbasiyah ini berjasa dalam meletakkan


dasar bagi penerus-penerusnya. Dalam rentang waktu yang panjang,
dinasti ini banyak menorehkan sejarah emas bagi peradaban Islam,
tentunya sejarah kelam juga tidak dapat dihilangkan begitu saja.
Menurut Hitti terdapat 10 khalifah Abbasiyah yang dapat dikategorikan
sebagai khalifah berprestasi dalam memimpin negara. Mereka adalah al-
Saffah, al-Manshur, al-Mahdi, al-Hadi, al-Rasyid, al-Amin, al-Ma‘mun,
al-Mu‘tashim, al-Watsiq, dan al-Mutawakkil. (Hitti, 2009: 369)

19Gelar Al-Saffah atau Penumpah Darah ini bukanlah gelar tanpa alasan,

maksud, dan tujuan. Dia menyematkan gelar ini kepada dirinya sendiri untuk
memberikan ketakutan kepada musuh-musuhnya. Di samping itu, gelar ini memang
pantas diberikan kepada Abu al-Abbas karena reputasinya sebagai Penumpah Darah.
Dikatakan bahwa pada saat berhasil menjadi khalifah Abbasiyah perintah pertama yang
dia lakukan adalah mencari kuburan dan memburu apa yang tersisa dari jenazah para
pemimpin Umayyah, melecut, menyalib, membakar, dan menabur abunya ke udara.
Kisah lengkap mengenai kebengisan Al-Saffah ini dapat dibaca dalam buku Faraq
Fouda, Kebenaran Yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum
Muslim, Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2012, hlm. 160-161
51
B. POLITIK DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA
MASA DINASTI ABBASIYYAH

Setelah cukup lama melakukan gerakan bawah tanah, kelompok


Abbasiyah berhasil menggulingkan kekuasaan Dinasti Umayyah di
Damaskus. Setelah berhasil merebut kekuasaan, Abbasiyah mengklaim
pemerintahannya mengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan
negara teokrasi. (Hitti, 2009: 358) Mereka mengganti total sistem
pemerintahan Umayyah yang sekuler. Selain itu, mereka mengambil
pusat pemerintahan di Bagdad. Dinasti ini nampaknya berusaha total
untuk tampil beda dengan dinasti sebelumnya. Selain sistem dan pusat
pemerintahan, dinasti ini juga memilih gelar sebagai nama khalifah. Hal
ini berbeda dengan dinasti Umayyah yang memilih nama sebenarnya
untuk khalifah.

Pada masa pemerintahan Abbasiyah, sistem mementingkan


suku (suku Arab) dalam pemerintahan berusaha dihilangkan. Dalam
pemerintahan, siapa pun berhak menjabat asalkan memiliki
kemampuan. Dalam hal ini khalifah juga demikian. Dinasti Abbasiyah
tidak mempermasalahkan ibu si khalifah berasal dari suku Arab atau
bukan, dari ibu yang merdeka atau dari budak. Asalkan memiliki
kemampuan maka dia berhak dipilih jadi khalifah. Bahkan, dari sekian
banyak khalifah Abbasiyah hanya tiga khalifah yang lahir dari ibu yang
merdeka, yaitu Abu al-Abbas, al-Mahdi, dan al-Amin. Ibu al-Manshur
seorang budak Berber, ibu al-Ma‘mum seorang budak Persia, ibu al-
Watsiq dan al-Muhtadi berasal dari Yunani, ibu al-Muntashir seorang
Yunani-Abissinia, ibu al-Musta‘in seorang Slavia, ibu al-Muktafi dan al-
Muqtadir adalah budak dari Turki, dan ibu al-Mustadhi berasal dari
Armenia. (Hitti, 2009: 414)

Kedudukan perempuan pada masa awal pemerintahan


Abbasiyah cukup baik. Artinya, wanita dapat menikmati kebebasannya.
Pada masa ini banyak wanita yang berprestasi di berbagai bidang.
Banyak di antara mereka yang pergi berperang, memimpin pasukan,
menggubah puisi, sastra, tokoh pencerah, dan pemusik. Misalnya
Ubaydah al-Thunburiyah yang terkenal sebagai biduanita dan musisi.
Namun, kebebasan itu berakhir pada masa pemerintahan Buwayhi (945-
1105). Pada masa pemerintahan ini, kaum wanita mulai mengalami
pemingitan. Praktik perseliran merajalela dan moralitas seksual turun
52
drastis. Akibatnya, wanita pada masa ini ditampilkan sebagai
perwujudan dari sikap licik, khianat, dan wadah bagi semua perilaku
tercela dan pemikiran yang tidak berguna.

Kehidupan berbudaya dalam masyarakat Abbasiyah terungkap


dalam beberapa karya penulis abad ke-9 dan ke-10. Di dalam karya
tersebut ditemukan pernyataan orang yang berbudaya adalah orang yang
memiliki perilaku sopan, menjaga wibawa, berperilaku elegan, tidak
suka bergurau, bersahabat dengan orang yang tepat, memiliki integritas
yang tinggi, menepati janji, memelihara kerahasiaan, tidak memakai
pakaian kotor dan bertambal, makan tanpa menyuap berlebihan, sedikit
bicara dan tertawa, mengunyah makanan dengan pelan, tidak menjilati
jarinya, dan tidak menggunakan kayu pembersih gigi di kamar kecil,
tempat mandi, ruang pertemuan, dan di jalanan. (Hitti, 2009: 419-420)

Dalam masyarakat Abbasiyah, minuman berakohol menjadi


semacam minuman favorit yang dapat dikonsumsi pada saat bersama-
sama, seperti pada pesta persahabatan, maupun pada saat sendirian. Ar-
Rasyid terkenal dengan kecanduannya terhadap khamr. Selain al-Rasyid,
khalifah-khalifah yang terbiasa mengkonsumsi arak di antaranya adalah
al-Hadi, al-Amin, al-Ma‘mun, al-Mu‘tashim, al-Watsiq, dan al-
Mutawakkil. Sementara itu, al-Manshur dan al-Muhtadi dikenal sebagai
penentang minuman arak. (Hitti, 2009: 420-421) Masyarakat pada masa
Abbasiyah juga memiliki kebiasaan berendam di tempat pemandian
umum. Menurut Hitti (2009), Bagdad pada al-Muqtadir (908-932)
memiliki sekitar 27.000 tempat pemandian umum.

Olahraga ruangan yang menjadi permainan favorit dalam


mengisi waktu senggang adalah catur. Adapun olahraga luar ruangan
yang banyak digemari masyarakat adalah panahan, polo, lempar
lembing, lomba pacuan kuda, dan berburu. Di sela-sela olahraga
tersebut, perjudian menambah semarak acara.

Kondisi di atas dengan jelas menunjukkan bahwa Dinasti


Abbasiyah berada dalam puncak kejayaan peradaban Islam di Timur.
Jika melihat kondisi kehidupan masyarakat ketika itu, maka kriteria
orang berbudaya pada masa Dinasti Abbasiyah bisa dikatakan sangat
maju bahkan modern. Semua kriteria itu menunjukkan bahwa
masyarakat hidup dalam kemakmuran dan kemajuan. Hal itu
53
dikarenakan sangat sulit bagi orang yang susah atau tidak sejahtera
dapat melakukan apa-apa yang telah disebutkan di atas.

C. MASA KEEMASAN DINASTI ABBASIYAH

Masa keemasan dinasti Abbasiyah meliputi beberapa aspek, yaitu:

1. Ilmu Pengetahuan

Sudah tidak dapat dibantah lagi kalau kemajuan ilmu


pengetahuan pada masa Abbasiyah sangat pesat. Kemajuan
ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan besar-besaran
karya-karya berbahasa Persia, Sansekerta, Suriah, dan Yunani ke
bahasa Arab. ―Ketua Para Penerjemah‖ adalah Hunayn ibn
Ishaq, seorang pemeluk Kristen Nestor. Dengan dukungan
penuh dari khalifah umat Islam dengan giat melakukan
penerjemahan. Dukungan besar khalifah dibuktikan dengan
memberikan imbalan berupa emas kepada setiap orang yang
menerjemahkan buku. Berat emas yang diberikan disesuaikan
dengan berat buku hasil terjemahannya. Imbalan besar khalifah
ini membuat kaum muslim berlomba-lomba menerjemahkan
buku.

Pada rentang waktu tiga perempat abad, dunia literatur


Arab telah memiliki karya-karya besar filsafat Yunani, seperti
Aristoteles, karya para komentator neo-Platonis, karya
kedokteran Galen, di antaranya tujuh buku Galen tentang
anatomi yang versi Yunaninya tidak ditemukan lagi, juga karya
ilmiah Persia (kesenian dan kaligrai) dan India (mistisme,
astronomi, dan matematika).

Melalui penerjemahan karya-karya ilmuwan sebelum


Islam menyebabkan kaum muslim bisa mempelajari ilmu-ilmu
di Yunani Kuno, Persia, dan India. Ilmu-ilmu yang mereka
pelajari itu selanjutnya dikembangkan dan diberi teori baru oleh
ilmuwan-ilmuwan Islam. Berbagai penemuan penting berhasil
dilakukan oleh ilmuwan Islam. Ibn Sina misalanya menjadi
Bapak Kedokteran Modern karena bukunya menjadi rujukan
ilmuwan Barat selama berabad-abad.
54
2. Organisasi Militer

Organisasi militer pemerintahan Abbasiyah terdiri dari para


tentara sukarelawan, tentara bayaran, tentara dari suku dan
distrik, serta tentara pengawal khalifah. Pasukan sukarelawan
menerima gaji ketika bertugas saja. Mereka ini beranggotakan
petani, orang badui, dan orang kota. Pasukan pengawal khalifah
memperoleh bayaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pasukan lainnya. Mereka juga memiliki persenjataan lengkap
dan berseragam.

3. Wilayah Pemerintahan

Pemerintahan pada masa Abbasiyah terbagi ke dalam beberapa


propinsi yang dipimpin oleh amir. Di antara propinsi pada
masa Abbasiyah adalah Afrika, Mesir, Suriah dan Palestina,
Hijaz dan Yamamah, Yaman dan Arab Selatan, Bahrain dan
Oman, Sawad, Jazirah, Azerbaijan, Jibal, Kuzistan, Faris,
Karman, Mukran, Sijistan, Khurasan, Kawarizm, Shougda,
Farganah, Tashken, dan Turki.

4. Biro Pemerintahan

Dinasti Abbasiyah memiliki beberapa biro pemerintahan, yaitu


biro pajak, kantor pegawas, dewan korespondensi atau kantor
arsip, dewan penyelidik keluhan, dewan kepolisian dan pos.

D. KERUNTUHAN DINASTI ABBASIYAH

Keruntuhan Dinasti Abbasiyah didorong oleh dua faktor, yaitu faktor


internal dan faktor eksternal. Di antara yang menjadi faktor internal
adalah kebijakan menyewa tentara bayaran dari Turki untuk
mengamankan pemerintahan. Kebijakan itu menyebabkan keuangan
negara menjadi sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk
menggaji tentara bayaran sangat besar. Padahal pada saat itu, khalifah
sudah tidak lagi punya kekuatan untuk memaksa propinsi-propinsi
membayar pajak ke Baghdad. Tentara bayaran asal Turki, pada akhirnya
semakin kuat menguasai pemerintahan.

55
Selanjutnya, pada masa khalifah al-Mutawakkil, orang-orang
Turki berhasil merebut kekuasaan. Sejak saat itu, kekuasaan tidak lagi
berada di tangan Bani Abbas. Faktor internal lainnya adalah kegemaran
hidup bermewah yang dilakukan oleh para khalifah sepeninggal Harun
ar-Rasyid. Setiap khalifah ingin hidupnya lebih mewah dari khalifah
sebelumnya. Gaya hidup mewah itu juga menjangkiti para hartawan dan
anak-anak pejabat. Ini mengakibatkan jumlah masyarakat miskin naik
tajam. Kemudian, terjadilah guncangan politik, ekonomi, dan sosial.
Adapun yang menjadi faktor eksternal adalah Perang Salib dan serangan
tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam, terutama serangan
langsung ke jantung kekuasaan Abbasiyah, Bagdad.

56
BAB 8
PERADABAN ISLAM DI SPANYOL (ANDALUSIA)

Sebelum pasukan Islam datang ke daratan Spanyol wilayah ini dikuasai


oleh Visigoth atau Gotik Barat. Mereka ini adalah suku liar yang
menghuni salah satu provinsi Kekaisaran Roma. Istilah ―suku liar‖
mengindikasikan bahwa mereka sebelum berhasil menguasai suatu
wilayah, kehidupan mereka berpindah dari satu wilayah ke wilayah
lainnya. Hidup mereka tergantung dengan alam. Tidak jarang pada saat
mereka bertemu dengan suatu perkampungan maka mereka akan
melakukan tindakan brutal dengan merampas dan membunuh
penduduk kampung tersebut. Mereka gemar melakukan peperangan
dengan kelompok lain yang mereka anggap sebagai musuh.

Visigoth menguasai Spanyol pada abad ke 5 M dengan


menaklukkan penguasa Spanyol ketika itu yaitu Suevi atau Swabian. Di
awal kekuasaannya di Spanyol, penguasa Gotik Barat berhasil membuat
masyarakat hidup aman dan teratur. Keadaan seperti ini membuat
masyarakat Spanyol mendukung mereka. Dukungan yang diberikan
oleh masyarakat Spanyol menyebabkan mereka dapat berkuasa di
daerah ini selama 200 tahun. Akan tetapi, setelah berkuasa sekian lama,
penguasa Gotik Barat melakukan tindakan yang menyebabkan mereka
harus angkat kaki dari wilayah Spanyol.

Para bangsawan dan orang-orang kaya yang dekat dengan


penguasa tenggelam dalam kehidupan berfoya-foya dan sensualitas. Hal
itu menyebabkan kebencian rakyat Spanyol terhadap penguasa Gotik
Barat. Selama Roderick20 memerintah kondisi masyarakat yang telah
terpuruk tidak mengalami perbaikan. Bahkan kondisi masyarakat
menjadi lebih buruk dari sebelumnya karena Roderick memerintah
dengan kejam dan tanpa belas kasihan. Kemiskinan menjadi hal yang
biasa dijumpai pada masyarakat Spanyol. Selain itu, perampokan,

20Roderick adalah penguasa terakhir Gotik Barat di Spanyol. Dia naik tahta

dengan merebut kekuasaan Witiza. Roderick pada awalnya adalah seorang pangeran
yang baik. Disebutkan bahwa dia adalah seorang pangeran yang pada masa mudanya
rajin beribadah dan pergi ke gereja. Akan tetapi setelah berkuasa dia menjadi takluk oleh
kekuasaan dan kekayaan. Kecenderungan dirinya yang mencintai kesenangan
mengakibatkan kerajaannya berada dalam jurang kehancuran.
57
kekerasan, pelecehan kehormatan, dan pemerkosaan terjadi hampir di
pelosok negeri. Berbagai faktor hal inilah yang menyebabkan pasukan
Islam dapat menguasai Spanyol.

A. PENAKLUKAN SPANYOL

Sejarah penaklukan Spanyol oleh pasukan Islam banyak menyimpan


kisah heroik yang terutama dilakoni oleh pasukan Thariq ibn Ziyad.
Sudah umum diketahui bahwa Thariq menghancurkan semua kapal-
kapal pasukannya untuk membakar semangat anggota pasukannya yang
dari segi jumlah kalah dibandingkan pasukan musuh. Dengan semangat
yang besar akhirnya pasukan Thariq bisa menaklukkan pasukan musuh.
Namun sebenarnya, jauh sebelum itu sudah ada usaha dari pasukan
perintis Islam untuk menaklukkan Spanyol. Atau kalau tidak disebut
sebagai penaklukan usaha itu adalah sebuah ekspedisi penyelidikan dan
pembukaan. Usaha itu dilakukan untuk membuktikan kebenaran cerita
Julian yang disampaikan kepada Musa ibn Nushair.

Usaha pertama itu dirintis oleh pasukan Tharif, seorang


panglima kepercayaan gubernur Afrika Utara, Musa ibn Nushair. Pada
saat itu sekitar bulan Juli 710 Tharif membawa sekitar 500 tentara yang
terdiri dari 100 tentara kavaleri dan 400 tentara invanteri. Musa sengaja
tidak mengirimkan pasukan besar karena pasukan Tharif ini adalah
pasukan ekspedisi. Pendaratan Tharif pertama kali di semenanjung
Tarifa, yang terambil nama dari namanya, Tharif. Di semenanjung yang
terletak di paling ujung Spanyol ini pasukan Tharif berhasil
menaklukkan pasukan musuh. Pasukan musuh yang menjaga wilayah itu
dengan mudah dapat dibuat kocar-kacir oleh pasukan Tharif.

Setelah berhasil menaklukkan pasukan musuh, pasukan Tharif


kemudian mengambil rampasan perang. Setelah berhasil mendapatkan
harta rampasan perang, pasukan ini kembali ke Afrika Utara. Pasukan
Tharif memang tidak melakukan peperangan atau masuk lebih dalam ke
wilayah Spanyol karena pasukan ini memang hanya ditugaskan sebagai
pasukan awal dan pasukan perintis.

Keberhasilan pasukan Tharif yang hanya berjumlah 500 orang


tersebut membawa angin segar bagi Musa ibn Nushair. Pasukan Tharif
selain berhasil membawa harta rampasan perang yang sangat berharga
58
juga berhasil membuktikan kebenaran cerita dari Julian. Pasukan Tharif
menegaskan bahwa cerita Julian ternyata memang benar dan bukan
cerita bohong belaka. Musa ibn Nushair menyimpan semangat besar
untuk segera melakukan penaklukan selanjutnya.

Musa kemudian mengirimkan utusan kepada Khalifah al-Walid


ibn Abdul Malik di Damaskus untuk meminta izin melakukan
penaklukan. Khalifah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi umat Islam
pada masa itu sebenarnya tidak mengizinkan usaha Musa tersebut
karena menurut Khalifah penaklukan ke wilayah Spanyol sama saja
menyerahkan nyawa berharga pasukan Islam ke tangan musuh.
Menurut khalifah wilayah Spanyol adalah wilayah yang ―gelap‖ sehingga
sangat berisiko mengirimkan pasukan ke sana. Bagi Khalifah di
Damaskus terlalu berisiko mengirimkan pasukan muslim untuk
menghadapi bahaya yang belum diketahui. Akan tetapi, Musa
nampaknya telah mengetahui keputusan khalifah tersebut sehingga
bersamaan dengan pengiriman utusan untuk meminta izin ke khalifah di
Damaskus, Musa juga mengirimkan pasukan penakluk ke Spanyol.
Tindakan Musa inilah yang kemudian hari menyebabkannya menerima
hukuman dari khalifah meskipun dia berhasil menaklukkan Spanyol.

Keberhasilan gemilang pasukan Tharif dan kondisi Spanyol


yang membuka peluang untuk ditaklukkan mendorong gubernur Musa
ibn Nushair mengirim Thariq ibn Ziyad dan pasukannya ke Spanyol
pada tahun 711. Thariq membawa pasukan sekitar 7000 orang, yang
sebagian besar terdiri atas orang-orang Berber. Dengan jumlah pasukan
demikian besar, pasukan Thariq mulai bergerak ke wilayah Spanyol.
Pasukan besar Thariq tersebut tentunya membutuhkan kapal untuk
menyeberang ke Spanyol. Menurut sejumlah riwayat, kapal-kapal
mereka, disediakan oleh Julian. Ini sesuai dengan janji yang disampaikan
oleh Julian pada saat menemui Musa ibn Nushair.

Setelah melalui pertempuran besar melawan pasukan Roderick,


pasukan Thariq berhasil meraih kemenangan. Selanjutnya, pasukan
Thariq menyapu wilayah Spanyol dengan mudah karena Spanyol sudah
tidak memiliki raja lagi. Kemenangan dalam pertempuran di Guadalete
itu menjadi kunci utama bagi kemenangan selanjutnya di wilayah
Spanyol. Thariq, dengan pasukannya yang besar, menyapu jalan
melewati Ecija menuju Toledo dan mengirimkan sejumlah pasukan ke
59
kota-kota tetangga. Untuk mempermudah langkahnya menaklukkan
kota-kota di Spanyol, Thariq dengan pintar membagi pasukannya
menjadi tiga brigade/pasukan yang masing-masing pasukan bertugas
menaklukkan kota-kota di Spanyol.

B. KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA

Kejayaan Islam di Andalusia dapat dilihat dari berbagai sisi, di antaranya


dari sisi ilmu pengetahuan, sastra, musik, dan fisik. Dari sisi ilmu
pengetahuan, musik, dan sastra kemajuan peradaban dapat dilihat dari
banyaknya ilmuwan atau tokoh-tokoh yang berkarya di wilayah ini. Di
antara yang dapat disebutkan adalah Muhammad ibn as-Sayiqh (Ibn
Bajah), Ibn Tufail, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Tufail, Ibn Maimun, Ibn
Arabi, Ibn Rusyd, Ibn Saffat dan al-Kimmy, ar-Razi, Abbas ibn Farmas,
Ibn Yahya an-Naqqosh, Zahrawi, al-Qali, Zaryab, Ibn Qutyah, Ibn al-
Khathib, Ibn Hayyan, Ibn Hazin, dan lain sebagainya.

Ilmuwan-ilmuwan hebat dapat dengan mudah ditemukan di


Spanyol Islam. Mereka melakukan berbagai penelitian ilmiah sehingga
dapat menghasilkan karya-karya atau buku-buku yang berguna bagi
orang-orang setelahnya. Mereka juga berhasil menciptakan berbagai
penemuan baru yang sangat bermanfaat bagi ilmuwan sesudah mereka.
Ilmuwan-ilmuwan itu menjadi perintis, pelopor, dan pionir bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa. Tidak hanya itu, mereka
menancapkan pengaruh besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan Eropa.
Ilmu matematika, fisika, kedokteran, astronomi, sejarah, botani, filsafat,
dan hukum adalah ilmu-ilmu yang berkembang luas di Spanyol Islam.
Pengetahuan mengenai irigasi, keterampilan pertahanan dan membuat
kapal, teknologi penenunan, pembuatan roda, dan lain sebagainya
menjadi sempurna di tangan peradaban Spanyol Islam.

Perempuan-perempuan juga didorong atau dianjurkan untuk


serius belajar dan mencari ilmu. Hasilnya, pada masa kejayaannya di
Spanyol Islam doktor-doktor perempuan merupakan hal yang biasa di
Kordova. Artinya doktor-doktor perempuan dengan mudah dapat
ditemukan di kota Kordova yang pada saat itu menjadi pusat
pemerintahan Emirat Umayyah di Spanyol.

60
Sementara itu, di bidang fisik kemajuan peradaban Islam
meninggalkan jejak yang dapat dilihat sampai saat ini. Penguasa
Umayyah membangun taman-taman indah yang sisa-sisanya masih
dapat dilihat sampai sekarang. Di antaranya yang terkenal adalah taman
Generalife (dari bahasa Arab, jannah al-arif, Surga Sang Pengawas). Taman
ini termasyhur karena tempat berteduhnya luas, air terjun dan tiupan
anginnya lembut. Arsitektur taman ini dibuat berjenjang-jenjang seperti
ampiteater. Sungai-sungai kecil berbentuk jeram-jeram kecil menghiasi
keindahan taman ini.

Selain bangunan-bangunan tersebut, penguasa Spanyol-Islam


seperti Abdurrahman III juga membangun istana yang megah.
Kemegahan dan kemewahan istana khalifah pada masa itu tidak ada
tandingannya di seluruh Eropa sehingga menjadikannya satu-satu istana
yang termegah dan termewah di seluruh daratan Eropa. Di istana ini
terdapat ruangan-rungan khusus untuk para duta negara asing seperti
duta dari Byzantium, Jerman, Italia, dan Prancis. Di dalam istana
terdapat 400 kamar dan barisan rumah-rumah yang dapat menampung
ribuan budak dan pengawal. Kemegahan dan kemewahan istana ini
dikarenakan ia dihiasi oleh marmer yang didatangkan langsung dari
Numidia dan Kartago. Selain itu, istana ini juga dihiasi dengan tiang-
tiang dan kolam-kolam dengan patung emas yang diperoleh dari
Konstantinopel. Istana megah dan mewah ini dibangun selama
bertahun-tahun dan memperkerjakan sekitar 10.000 pekerja dan 1.500
hewan pengangkut. Istana ini bernama Istana al-Zahra. Hingga saat ini
sisa-sisa kemegahan dan kemewahan istana al-Zahra masih bisa dilihat.

Sementara itu kota Kordova yang berfungsi sebagai pusat


pemerintahan Emirat Umayyah selain dihiasi oleh masjid megah,
jembatan besar, dan istana mewah, juga dipenuhi dengan 300 tempat
pemandian umum, 73 perpustakaan, toko buku, dan 700 masjid.
Dengan keadaan yang demikian itu, kota Kordova berhasil memperoleh
popularitas dan pujian dunia internasional. Kota ini dihubungkan oleh
bermil-mil jalan yang rata dan disinari lampu-lampu dari rumah-rumah
di kedua sisinya. Padahal, di kota London tujuh abad setelah periode ini
hanya memiliki satu lampu umum, dan di Paris beberapa abad setelah
periode kejayaan Spanyol-Islam jalan-jalannya masih dipenuhi dengan
kubangan lumpur. Sementara itu, pada saat Oxford University masih
menganggap mandi berendam sebagai kebiasaan para penyembah
61
berhala, kalangan ilmuwan Kordova sejak lama terbiasa berendam di
pemandian-pemandian mewah.

Masjid Kordova juga menjadi salah satu bukti fenomenal


keberhasilan pembangunan fisik peradaban Islam di Spanyol. Masjid ini
dibangun oleh Abdurrahman ad-Dakhil, keturunan Dinasti Umayyah
yang berhasil meloloskan diri dari pembantaian Dinasti Abbasiyah.
Arsitektur masjid ini menandingi kemegahan masjid di Yerussalem dan
Mekkah. Masjid ini dibangun dengan tiang-tiang yang banyak dan
pelataran yang luas. Pada tahun 1236, Masjid Kordova dirubah
Ferdinand III menjadi katedral pada saat dia berhasil merebut kota ini.
Masjid Kordova tetap menjadi katedral sampai sekarang.

Hingga saat ini bangunan Masjid Kordova masih kokoh berdiri


dengan nama Chathedral of Cordova atau dalam bahasa Spanyol
disebut La Mezquita (masjid). Bangunan ini diakui oleh UNESCO
sebagai salah satu situs warisan peradaban dunia. Pada awal tahun 2000-
an kaum muslim Spanyol berusaha melobi Gereja Katolik Roma agar
diizinkan melakukan salat di dalamnya. Usaha itu dilakukan karena
muslim Spanyol mengetahui sejarah tempat itu sehingga mereka
menginginkan hak mereka yang diambil oleh pihak Katolik. Akan tetapi
usaha ini ditolak keras oleh Katolik Spanyol dan Vatikan sehingga
sampai sekarang ia tetap menjadi katedral umat Katolik. Selain
bangunan Masjid Kordova, peradaban Spanyol-Islam juga berhasil
membangun bangunan fenomenal lainnya. Misalanya penguasa Emirat
Umayyah membangun jembatan megah yang berbentuk tujuh belas
lengkungan yang melintasi sungai Guadalquivir.

C. SUMBANGSIH ISLAM ANDALUSIA TERHADAP


KEMAJUAN BARAT

Kemajuan peradaban Islam di Andalusia memberikan pengaruh yang


besar bagi Eropa. Banyak orang Eropa yang datang ke Andalusia untuk
menuntut ilmu di Universitas Cordova. Selain itu, orang-orang Eropa
juga menerjemahkan karya-karya umat Islam ke dalam bahasa Latin
sehingga orang Eropa yang tidak dapat berbahasa Arab dapat membaca
karya-karya monumental umat Islam. Usaha-usaha orang Eropa itu
pada akhirnya membuahkan hasil. Eropa berhasil bangkit dari zaman

62
kegelapan untuk selanjutnya mencapai zaman keemasan sampai
sekarang.

Bangsa Eropa yang sebelumnya berada dalam kondisi


kebodohan dan tahayul kemudian menjadi bangsa yang maju. Mereka
yang meyakini bahwa bumi itu datar seperti sebilah papan setelah
melihat dan membaca karya al-Idrisi menjadi tahu dan berubah pikiran
menjadi meyakini bahwa bumi itu bundar. Zaman Kegelapan (The Dark
Ages) berhasil mereka tinggalkan dengan cara menggunakan pemikiran
dan penemuan yang dihasilkan oleh ilmuwan-ilmuwan dari Spanyol
Islam. Pemikiran filsafat Ibn Rusyd dengan cemerlang berhasil merubah
pola pikir bangsa Eropa menjadi rasional dan empiris.

Sejarah mencatat bahwa proses awal penerjemahan karya-karya


ilmuwan Spanyol Islam ke dalam bahasa Latin dilakukan pada tahun
950 M. Pusat kegiatan penerjemahan ada di kota Sisilia. Akan tetapi
setelah tahun 1085, pusat utama dalam kegiatan penerjemahan terletak
di kota Toledo setelah kota ini berhasil dikuasai oleh penguasa Kristen
Eropa. Kegiatan penerjemahan ini mengalami puncaknya pada abad ke-
12 hingga abad ke-13 M.

Kegiatan penerjemahan kebanyakan dilakukan atas inisiatif


penerjemah sendiri meskipun ada beberapa yang dilakukan atas
perintah penguasa dan dukungan lembaga tertentu. Ini sedikit berbeda
dengan Islam di Baghdad di mana pemerintah Abbasiyah memberikan
dukungan penuh bagi penerjemah-penerjemah untuk menghasilkan
karya-karya terjemahan yang bermanfaat. Perbedaan perlakuan terhadap
para penerjemah ini dikarenakan pada masa gerakan penerjemahan
marak dilakukan oleh penerjemah Eropa, bangsa Eropa tidak memiliki
penguasa yang tunggal. Artinya kekuasaan di Eropa dipegang oleh
berbagai penguasa maka tidak mengherankan kalau misalnya Raja
Roderick II yang memerintah Sisilia mendukung kegiatan penerjemahan
sementara penguasa lainnya tidak. Selain itu, sebagian besar bangsa
Eropa juga masih dalam suasana kebodohan (The Dark Ages). Inilah
yang menyebabkan kegiatan penerjemahan di Eropa kebanyakan
dilakukan atas inisiatif pribadi para penerjemah.

Banyak sekali penerjemah-penerjemah Eropa yang dicatat oleh


sejarah, di antara yang terkenal dan paling berjasa adalah Adelard dari
63
Bath (1080-1152), seorang sarjana Inggris yang banyak menerjemahkan
karya matematika dan astronomi ilmuwan Islam. Kemudian Gerard dari
Cremona (1114-1187), seorang penerjemah yang memiliki kemampuan
berbahasa Arab yang baik sehingga dia memiliki kemampuan
menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab dari berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Untuk melakukan penerjemahan dia sengaja pergi ke kota
Toledo yang menjadi kota penting penerjemahan. Gerard dianggap
sebagai penerjemah terbesar dan terhebat di antara semua penerjemah
Eropa. Dia menerjemahkan 21 buku kedokteran dan sekitar 30 buku
dari berbagai bidang kajian seperti matematika, astronomi, dan lainnya.
Pengaruh besar Gerard bagi Eropa tidak dapat dibantah lagi. Dia
menyebabkan terjadinya perubahan kurikulum di universitas-universitas
Eropa setelah terjemahannya dibaca oleh pelajar dan sarjana-sarjana
Eropa.

Sosok penerjemah terkenal lainnya adalah raja Alfonso X


(1221-1284). Dia adalah raja Castile dari tahun 1252-1254. Alfonso
seringkali memerintahkan sarjana Eropa untuk menerjemahkan buku-
buku karya ilmuwan Islam Spanyol. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah buku-buku dalam bidang hukum, astronomi, dan
sejarah. Dalam hal ini Alfonso mungkin lebih layak disebut sebagai
pendukung kegiatan penerjemahan, seperti al-Ma‘mun dan Harun ar-
Rasyid pada masa dinasti Abbasiyah.

Penerjemah lainnya yang cukup banyak menerjemahkan buku-buku


ilmuwan Islam adalah Michael Scot (1217-1235). Dia adalah seorang
konsultan ilmuwan raja Sisilia Frederick II (1194-1250). Raja-raja Sisilia
memang terkenal mendukung pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, mereka seringkali mendukung penerjemah yang akan
melakukan penerjemahan. Bahkan, untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan di Eropa, raja Sisilia mengajak ilmuwan-ilmuwan dari
Spanyol Islam untuk melakukan penelitian di wilayah kekuasaannya.
Salah satu ilmuwan Spanyol Islam terkemuka yang bekerja di Sisilia
adalah Syarif al-Idrisi.

Penerjemah-penerjemah di atas membuktikan bahwa telah


terjadi proses penerjemahan karya-karya ilmuwan Islam Spanyol ke
dalam bahasa Latin, Ibrani (Hebrew), dan bahasa-bahasa Eropa lainnya.
Karya-karya terjemahan itu selanjutnya dipelajari secara luas di sekolah-
64
sekolah dan universitas di Eropa sehingga mereka kemudian berhasil
mengembangkannya. Dari teori-teori dasar yang dikembangkan oleh
ilmuwan Spanyol Islam selanjutnya ilmuwan Eropa berhasil
menciptakan teori-teori yang lebih lengkap dan kompleks. Dari
penemuan-penemuan dasar (pada Abad Pertengahan penemuan-
penemuan itu sudah sangat maju untuk ukuran masa itu) ilmuwan
Spanyol Islam selanjutnya ilmuwan Eropa dapat menciptaan
penemuan-penemuan yang lebih maju dan canggih. Ilmuwan-ilmuwan
Spanyol Islam telah berhasil membuat bangsa Eropa yang sebelumnya
tidak mengenal ilmu pengetahuan, bahkan cenderung tidak
menyukainya, menjadi kenal dan menyukainya.

D. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN

Banyak faktor yang menyebabkan kekuasan Islam di Andalusia


berakhir. Di antaranya adalah adanya khalifah-khalifah yang lemah
dalam memerintah, konflik berkepanjangan dengan wilayah yang
dikuasai oleh Kristen, munculnya muluk ath-thawaif (dinasti-dinastti
kecil), kemerosotan ekonomi, dan sistem peralihan kekuasaan yang
tidak jelas.

Faktor penting yang menyebabkan kehancuran peradaban


Islam di Spanyol adalah perpecahan di kalangan internal penguasa umat
Islam. Akibat perpecahan itu tidak ada penguasa yang kuat. Masing-
masing kota dipimpin oleh raja-raja yang berbeda. Akibatnya kekuatan
pun menjadi lemah karena tidak terpusat pada satu penguasa.

Kondisi itu sangat menguntungkan penguasa Kristen yang


sejak lama berusaha merebut kembali Spanyol dari tangan Islam.
Mereka terus berusaha merongrong kekuatan penguasa Islam di
Spanyol. Pada akhirnya, kesempatan itu mereka dapatkan dan mereka
berhasil memusnahkan peradaban Islam di Spanyol untuk selama-
salamanya. Hanya beberapa bukti fisik peninggalan peradaban Islam
yang dapat ditemui di Spanyol. Selebihnya, peradaban Islam yang
pernah mengharumkan dan memajukan Eropa hilang tak berbekas dari
tanah Spanyol.

65
BAB 9
PERANG SALIB DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PERADABAN ISLAM

A. PENYEBAB TERJADINYA PERANG SALIB

Ada dua pendapat mengenai sebab terjadinya Perang Salib. Pendapat


pertama menyatakan bahwa Perang Salib terjadi karena perintah dari
Paus Urbanus II. Perintah Paus itu muncul sebenarnya atas permintaan
kaisar Bizantium (Alexius Connenus) yang meminta bantuan kepada
Romawi karena kekuatan Islam semakin mengancam wilayah
kekuasaannya. Pasukan Islam seringkali mengancam Konstantinopel
dan wilayah-wilayah yang dikuasai Bizantium. Alexius Connenus takut
terhadap kekutan Islam dikarenakan banyak wilayah kekuasaannya yang
berhasil dikuasai oleh pasukan Islam. Bahkan, pasukan Islam setelah
berhasil menguasai daerah-daerah yang dikuasai oleh Bizantium
mencoba untuk merebut pusat kekuasaan kekaisaran Bizantium di
Konstantinopel. Sementara, Alexius Connenus menyadari bahwa
kekuatan pasukannya tidak mampu sendirian menghadapi pasukan
Islam. Oleh karena itulah dia meminta bantuan kepada Paus Urbanus II
dengan harapan Paus akan membantunya.

Mengetahui permintaan itu, Paus Urbanus II dengan cerdik


memanfaatkannya untuk kebaikan atau keuntungan agama Katolik,
yaitu menyatukan gereja Timur dan Barat yang selama ini telah terpecah
belah. Paus memunculkan isu Palestina agar rakyat Kristen Eropa mau
berjuang melawan Islam. Bagi yang mati dalam peperangan ini menurut
Paus Urbanus II akan masuk surga, walaupun pada masa lalunya
memiliki dosa. Untuk menguatkan keyakinan rakyat Eropa
digunakanlah Salib sebagai simbol perang itu. Dengan penggunaan
simbol ini maka resmilah perang ini dinamakan dengan Perang Salib.21

21Menurut penulis ada kerancuan penamaan Perang Salib berdasarkan

penggunaan simbol Salib dalam peperangan. Kerancuan itu dikarenakan dalam ajaran
Katolik atau Kristen salib adalah simbol kasih sayang Yesus kepada umatnya yang
menyiratkan kerelaan Yesus disalib untuk menyelamatkan dosa umatnya. Akan tetapi
dalam Perang Salib simbol salib digunakan untuk peperangan. Siapa pun sepakat bahwa
dalam peperangan tidak ada kasih sayang. Di sinilah letak kerancuan atau bahkan
66
Pendapat kedua menyatakan bahwa Perang Salib terjadi
disebabkan oleh faktor ekonomi. Kekuasaan Islam ketika itu hampir
menguasai seluruh wilayah pantai timur dan selatan Laut Tengah.
Akibatnya, para pedagang Eropa mengalami kesulitan dalam melakukan
perdagangan karena ada di antara penguasa Islam yang melakukan pajak
tinggi bagi pedagang Eropa. Untuk merebut wilayah-wilayah itu
dikobarkanlah perang Salib. Untuk tujuan ini, para pedagang Eropa rela
menanggung biaya peperangan. Jadi, para pedagang Eropa bertindak
sebagai sponsor atau penyedia dana peperangan ini.

B. JALANNYA PERANG SALIB

Perang Salib memakan waktu yang panjang. Artinya Perang Salib


bukanlah peperangan yang sekali terjadi, tetapi Perang Salin adalah
peperangan yang berlangsung berkali-kali. Sejarawan membagi perang
Salib dalam beberapa periode, yaitu:

Periode pertama: periode penaklukan. Pada periode ini pasukan Salib


berhasil merebut Palestina (7 Juli 1099). Sebelum menduduki Palestina,
pasukan Salib berhasil menaklukkan Anatolia Selatan, Tarsus, Antiocia,
Allepo, Edessa, Tripoli,, Syam, dan Arce. Dalam penaklukan Baitul
Maqdis pasukan Godfrey melakukan pembantaian besar-besaran
terhadap penduduk Palestina tanpa membedakan jenis kelamin dan
usia. Mereka yang menjadi sasaran pembantaian itu adalah yang
beragama Islam dan Yahudi. Bahkan, pemeluk agama Gereja Timur
juga ada yang dibantai oleh pasukan Godfrey. Menurut beberapa
sumber sejarah, darah penduduk Palestina yang dibunuh mencapai lutut
kuda pasukan Godfrey.

Periode kedua: periode reaksi Islam (1144-1192). Pada periode ini umat
Islam memberikan reaksi dengan melakukan perlawanan kepada
pasukan Salib. Pada tahun 1144, pasukan Islam berhasil merebut Allepo
dan Edessa. Selanjutnya, pasukan Islam berhasil merebut Damaskus

kontradiksi dalam penamaan Perang Salib tersebut jika mengacu kepada salib yang
digunakan. Menurut penulis penamaan Perang Salib bukanlah dikarenakan penggunaan
simbol salib tapi dikarenakan Katolik atau Kristen identik dengan salib sehingga
dikarenakan dalam perang ini pihak Katolik atau Kristen yang melakukan penyerangan
dinamakanlah perang ini dengan Perang Salib.
67
(1147), Antiocia (1149), dan Mesir (1169). Bahkan pada periode ini
Baitul Maqdis berhasil direbut dari tangan pasukan Salib.

Lambatnya reaksi pasukan Islam dikarenakan kekuatan Islam


pada masa periode pertama masih disibukkan dengan perpecahan.
Pasukan Islam disibukkan dengan upaya pemberantasan
pemberontakan di kota-kota yang dikuasai Islam. Selain itu, pada
periode pertama ada penguasa-penguasa Islam yang satu sama lain
saling bermusuhan sehingga apabila satu kota musuh yang dikuasai
pasukan Salib tidak akan dibantu oleh pasukan Islam lainnya.

Setelah melihat banyaknya kota-kota yang dikuasi Islam jatuh


ke tangan pasukan Salib akhirnya penguasa-penguasa Islam mulai
menyadari dampak negatif perpecahan dan perselisihan sesama Islam.
Mereka kemudian bersatu untuk melawan pasukan Salib. Hasilnya kota-
kota penting yang sebelumnya dirampas oleh pasukan Salib berhasil
direbut kembali oleh pasukan Islam.

Periode ketiga: periode perang kecil-kecilan (1193-1291). Disebut perang


kecil-kecilan karena dalam periode ini ekspedisi pasukan Salib tidak
melibatkan pasukan besar. Mereka datang hanya dengan satu pasukan
tanpa melibatkan sekutu-sekutu di Eropa. Selain itu, dalam periode ini
perang terjadi adalah pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan
pasukan Salib di kota-kota yang dikuasi oleh pasukan Islam. Dalam
salah satu peperangan di periode ini, pasukan Syajar ad-Dur berhasil
menghancurkan pasukan Raja Louis IX dari Perancis sekaligus
menangkap raja tersebut. Namun demikian, Syajar ad-Dur tidak
membunuh atau menganiaya raja tersebut melainkan melepaskannya.

C. PERIODE SALAHUDDIN AL-AYYUBI

Perang Salib pada masa Salahuddin merupakan masa yang dikenang


oleh umat Islam dan Kristen. Indutri film Hollywood pun tidak
ketinggalan membuat film mengenai Perang Salib periode Salahuddin
dengan judul Kingdom of Heaven. Melalui film tersebut, kita dapat melihat
Perang Salib pada masa Salahuddin dari kacamata industri film Barat.
Film itu menunjukkan bagaimana kebijaksaan Salahuddin selama
periode Perang Salib.

68
Perang pada masa ini berhasil merebut kembali Palestina dari
tangan pasukan Salib. Peperangan yang dipimpin Salahuddin membawa
kemenangan demi kemenangan bagi pasukan Islam. Satu demi satu
wilayah yang dikuasai pasukan Salib berhasil direbut. Pada tanggal 1 Juli
1187, Salahuddin berhasil merebut Tiberias setelah melakukan
peperangan selama enam hari. Palestina (Yerussalem), berhasil direbut
pada 2 Oktober 1187. Peperangan merebut kota ini memakan waktu
selama seminggu. Setelah kemengan pasukan Salahuddin, salib emas
yang berada di atas kubah Masjid al-Aqsa diturunkan dan segera seruan
azan menggantikan lonceng gereja.

Ada perbedaan perlakuan pasukan Salahuddin dan Godfrey


terhadap penduduk Palestina. Kalau pasukan Godfrey melakukan
pembantaian kepada penduduk Palestina, maka pasukan Salahuddin
melakukan sebaliknya. Penduduk Palestina dibiarkan hidup. Mereka
tetap diberikan kebebasan memeluk agama mereka dan bebas
menjalankan kehidupan sehari-harinya. Apa yang dilakukan oleh
Salahuddin ini dengan jelas menunjukkan kebijaksaan dan kesalehannya.
Dia benar-benar mentaati perintah Nabi Muhammad Saw. dalam
peperangan.

Kemenangan pasukan Salahuddin itu menimbulkan reaksi dari


Eropa. Orang Eropa kemudian mengumpulkan pasukan besar guna
membalas kekalahan mereka. Pasukan besar itu dipimpin oleh Richard
Si Hati Singa. Peperangan pada periode ini (27 Agustus 1187-12 Juli
1191) dianggap sejarawan sebagai salah satu operasi militer terbesar
sepanjang Abad Pertengahan. Dikarenakan kedua pasukan memiliki
kekuatan dan semangat yang sama, maka peperangan besar ini berakhir
dengan perdamaian. Pada tanggal 2 November 1192 ditandatanganilah
perdamaian antara Islam dan Kristen. Dalam perjanjian perdamaian itu
dihasilkan kesepakatan bahwa daerah pantai menjadi milik bangsa
Eropa, sedangkan ‗daerah pedalaman‘ menjadi milik Islam. Selain itu,
peziarah yang datang ke Yerusalem tidak boleh diganggu. Keagungan
Salahuddin dalam peperangan telah membawa dirinya menjadi teladan
Islam. Bahkan di Eropa, Salahuddin dihormati Inggris sebagai raja yang
memiliki sikap teladan dan kepahlawanan.

D. IMPLIKASI PERANG SALIB TERHADAP PERADABAN


ISLAM
69
Perang Salib yang berlangsung selama lebih dari dua abad membawa
dampak yang besar bagi peradaban Islam dan Barat. Peperangan ini
mengakibatkan terjadinya kontak langsung antara Barat dan Timur.
Kontak langsung ini menyebabkan terjadinya pertukaran pikiran dan
budaya antara keduanya. Namun demikian, Eropa sebagai kelompok
yang mendatangi Timur memiliki implikasi yang sangat baik bagi
kemajuan peradabannya. Dengan perang Salib mereka menjadi tahu
kemajuan peradaban Timur sehingga mereka dapat meniru itu.
Beberapa keuntungan orang Eropa dengan adanya peperangan ini
adalah perdagangan yang semakin luas, mempelajari kesenian, dan
penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan lain
sebagainya.

Sementara itu, bagi Islam peperangan itu selain membuat


kehancuran fisik peradabannya, kekuasaan perdagangan di Laut Tengah
menjadi kecil karena sebagian telah dikuasai oleh orang Eropa. Akibat
perang ini, umat Islam bukannya belajar tetapi malah banyak yang
terjun ke dunia mistis sehingga untuk selanjutnya peradaban Islam
tertinggal jauh dari peradaban Barat sampai sekarang.

70
BAB 10
INVASI MONGOL

A. ASAL USUL BANGSA MONGOL

Asal mula bangsa Mongol adalah dari masyarakat hutan yang mendiami
Siberia dan Mongol Luar di sekitar danau Baikal dan pegunungan Altani
tepatnya di bagian barat laut Cina. Pemimpin atau Khan bangsa Mongol
yang pertama diketahui dalam sejarah adalah Yesugei (w. 1175). Dia
adalah ayah Chinggis (Chingis atau Jengis). Chinggis aslinya bernama
Temijin, seorang pandai besi yang mencuat namanya karena
perselisihan yang dimenangkannya melawan Ong Khan atau Togril,
seorang kepala suku Kereyt. Chinggis sebenarnya adalah gelar bagi
Temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku
Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu
pada tahun 1206, atau juga disebut Chingis Khan/Raya yang Agung.
Pengangkatan itu ketika dia berumur 44 tahun. Perlu diketahui juga,
bahwasannya bangsa Mongol adalah bangsa yang pemberani dan tegar
dalam berperang.

Bangsa Mongol tidak memeluk salah satu dari ketiga agama


samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi dengan pengikut agama
Yahudi, Kristen, dan Islam. Jengis Khan mengatur moral
masyarakatnya dengan undang-undang yang dibuatnya, yaitu Ilyasa atau
Yasaq. Di samping itu, Jengis Khan juga mengatur kehidupan beragama
dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang
lainnya. Rakyat Mongol harus menghormati rajanya. Raja membuat
peraturan bahwa tentara yang akan perperang harus diinspeksi terlebih
dahulu dan perempuan harus siap membayar pajak jika lelakinya pergi
berperang. Raja juga mendirikan pos untuk mengetahui berita tentang
kerajaanya. Jengis Khan melarang penyerbuan terhadap agama dan
sekte agama.

B. INVASI MONGOL SAMPAI BAGHDAD JATUH

Wilayah Arab menjadi jajahan Mongol setelah Bagdad ditaklukkan oleh


Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Dia membentuk kerajaan II
Khaniyah yang berpusat di Tabris dan Maragha. Atas kepercayaan
Mongke Khan, Hulagu Khan ditugaskan untuk mengembalikan
71
wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasan
Mongol setelah kematian Chinggis. Pada tahun 1253, dia berangkat dari
Mongolia dengan disertai pasukan yang besar untuk menunaikan tugas
itu. Atas kepercayaan saudaranya tersebut, Hulagu Khan dapat
menguasai wilayah yang luas seperti Persia, Irak, Caucasus, dan Asia
Kecil.

Sebelum menundukkan Bagdad, Hulagu Khan terlebih dahulu


menguasai pusat gerakan Syi‘ah Isma‘iliyah di Persia Utara pada tahun
1256. Pada awal tahun 1258 M, Hulagu Khan mengirimkan pasukan ke
Bagdad di bawah pimpinan dua amirnya sebagai pasukan awal sebelum
kedatangannya. Selanjutnya, pada 10 Februari 1258, pasukan yang
berkekuatan 200.000 personel dan dipimpin langsung oleh Hulagu
Khan menyerang kota Baghdad. Mereka mengepung Baghdad dari dua
arah, barat dan timur. Akhirnya, khalifah beserta 300 pejabat tinggi
negara menyerah tanpa syarat kepada Hulagu Khan. Mereka yang
menyerah itu pada akhirnya dibunuh oleh Hulagu Khan. Pasukan
Mongol ini juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah dan
penduduk yang tak berdosa. Akibat pembunuhan dan kerusakan kota
itu timbullah wabah penyakit. Hal ini dikarenakan mayat-mayat yang
bergelimpangan belum sempat dikebumikan. Hulagu Khan selanjutnya
menguasai wilayah yang lebih luas lagi hingga ke Syiria Utara, seperti
kota Aleppo, Hama, dan Harim.

Selanjutnya Hulagu Khan bermaksud merebut Mesir. Tetapi


malang, pasukan Mamluk ternyata lebih kuat dan lebih cerdik sehingga
pasukan Mongol dapat dipukul di ‗Ain Jalut, Palestina, pada tahun 1260
sehingga mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Akibat kekalahan
itu sikap percaya diri Hulagu Khan mengalami keruntuhan. Praktis
setelah kekalahan di ‗Ain Jalut pasukan Hulagu Khan tidak pernah lagi
melakukan penaklukan besar. Nampaknya Hulagu Khan sadar bahwa
keyakinan selama ini salah. Dia berkeyakinan bahwa pasukannya tidak
akan terkalahkan dan tidak ada yang mampu melawan, apalagi
mengalahkan pasukannya. Tetapi, pasukan Mamluk berhasil
meruntuhkan keyakinan Hulagu Khan tersebut dan menyebabkan
dirinya patah semangat serta tidak percaya diri lagi melakukan
penaklukan-penaklukan.

72
C. IMPLIKASI INVASI MONGOL TERHADAP
PERADABAN ISLAM

Invasi Mongol terhadap wilayah Islam membawa dampak yang positif


maupun negatif terhadap peradaban Islam. Namun demikian, dampak
negatif lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya.
Kehancuran tampak jelas dimana-mana, sejak dari wilayah timur hingga
ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah
dan perpustakaan- perpustakaan yang mengoleksi banyak buku
memperburuk situasi ummat Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam
terjadi, bukan hanya pada masa Hulagu Khan saja yang membunuh
khalifah Abbasiyyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan
juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan
oleh Argun Khan ke empat pada dinasti II Khaniyyah terhadap
Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam,
Argun Syamsuddin, seorang administrator dari keluarga Juwaini yang
tersohor dihukum mati tahun 1284, Syihabuddin penggantinya juga
dibunuh tahun 1289, dan Sa‘id ad-Daulah yang orang Yahudi itu
dihukum mati pula pada tahun 1289. Yang lebih fatal lagi ialah
hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyyah yang di dalamnya
terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan,
hilang lenyap dibakar oleh Hulagu. Suatu kerugian besar bagi khazanah
ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.

Dampak-dampak negatif di atas ternyata tidak menghilangkan


adanya dampak positif invasi Mongol. Lalu apa dampak positif itu?
Dampak positifnya adalah setelah para pemimpinnya memeluk agama
Islam. Mengapa mereka dapat menerima dan masuk ke agama Islam?
Antara lain adalah disebabkan karena mereka berasimilasi dan bergaul
dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang, seperti yang
dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam
sebagai agama resmi kerajaan, walaupun ia pada mulanya beragama
Budha. Rupanya dia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum
menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam
adalah karena pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang
terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialog
dengannya, dan Nawruz, seorang Gubernurnya untuk beberapa
propinsi Syiria.

73
Gazan Khan menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk
membayar Jizyah, dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan
Islam, melarang riba‘, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan
sorban. Dia gemar pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai
beberapa bahasa seperti Mongol, Arab, Persia, Cina, Tibet dan Latin.
Gazan Khan mati muda ketika berumur 32 tahun, karena tekanan batin
yang berat. Tekanan batin itu muncul ketika pasukannya kalah di Syiria
dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk menggusurnya
dari kekuasaannya. Sepeninggal Gazan, Uljaitu Khuda Banda (1305-
1316) ditunjuk menggantikannya. Dia memberlakukan aliran Syi‘ah
sebagai hukum resmi kerajaanya. Uljaitu mendirikan ibu kota baru yang
bernama Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur
khas II Khaniyyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz, dan
II Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang menghubungkan antara
dunia Barat dan India serta Timur Jauh. Namun perselisihan dalam
keluarga dinasti II Khaniyyah menyebabkan runtuhnya kekuasaan
mereka.

74
BAB 11
ISLAM DI ASIA TENGGARA

Para pedagang dan sufi memiliki andil besar dalam menyebarluaskan


Islam di Asia Tenggara. Melalui mereka Islam masuk ke Asia Tenggara
dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam
sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara. Mengenai
kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir
semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah
kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat,
Iran, Yaman, dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 SM Kepulauan
Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar
ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar
Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang
Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar
pesisir.

Terdapat beberapa sarana yang mempermudah proses


masuknya Islam ke Asia Tenggara, yaitu melalui perdagangan,
perkawinan, Tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik. Perkembangan
Islam di Asia Tenggara dapat dilihat dari beberapa wilayah di bawah ini.

A. MALAKA

Kesultanan ini terletak di Semenanjung Malaka. Islam di Malaka berasal


dari Kesultanan Samudera Pasai. Pendiri Kesultanan Malaka adalah
Paramesywara, seorang pangeran dari Sriwijaya. Paramesywara menikah
dengan putri sultan Samudera Pasai dan kemudian masuk Islam.
Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Muzaffar Syah (1445-1459).

Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan


mengalahkan Malaka pada 1511. Peninggalan sejarah Kesultanan
Malaka yang dapat disaksikan berupa mata uang yang merupakan
peninggalan dari akhir abad ke-15 dan benteng A'Farmosa yang
merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis. Di
Semenanjung Malaya, Islam mula-mula berhasil meyakinkan penguasa
di kota Malaka yang tadinya berada di bawah kekuasaan raja Siam yang

75
beragama Budha. Beberapa abad sebelumnya telah datang agama Hindu
dan Budha.

Pada zaman Muzhaffar Syah, Islam disebarkan langsung oleh


sultan sehingga Islam mengalami perkembangan pesat. Pada tahun 1511
M, Malaka dikuasai Portugis. Akibatnya, peran Malaka sebagai pusat
penyebaran Islam menjadi berkurang. Selanjutnya, Aceh menggantikan
peran Malaka sebagai pusat penyebaran Islam.

B. SARAWAK, SULU, DAN MINDANAU

Sarawak, yang terletak di Pulau Kalimantan, merupakan salah satu


wilayah Malaysia Timur. Populasi Sarawak berkisar 2.36 juta.
Masyarakat Islam di Sarawak diperkirakan berjumlah sekitar 31 % yang
mayoritasnya berasal dari kalangan bangsa Melayu dan Melanau.

Kesultanan Sulu merupakan kesultanan Islam yang terletak di


Filipina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di Sulu melalui
orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filipina.
Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang Arab
yang ahli ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah
dengan putri dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu
dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.

Seorang sejarawan, Abhoud Syed M. Lingga, menyebutkan,


sultan pertama Sulu, Paduka Mahasari Maulana Al-Sultan Sharif Ul-
Hashim, yang memerintah tahun 1450-1480, berasal dari Sumatera.
Sultan ini menikah dengan putri Raja Baguinda, yang berasal dari
Minangkabau (―Menangkabaw‖ dalam istilah di Mindanao). Sharif
Muhammad Kabungsuwan, pendiri Kesultanan Maguindanao, yang tiba
di Mindanao pada 1515, ayahnya berasal dari Arab dan ibunya adalah
keluarga Kesultanan Johor (kini bagian dari Malaysia). Sementara itu,
Sultan Sulu ke-7 memiliki darah Brunei (kini Brunei Darussalam).

Datangnya penjajah Spanyol pada tahun 1521 mengubah


semuanya. Perluasan dakwah Islam dari selatan (Mindanao dan Sulu)
terhambat, dan pertempuran terjadi di banyak tempat selama tiga abad
lebih kekuasaan kolonial Spanyol. Perang dengan Spanyol baru mereda
pada tahun 1898, saat beralihnya kekuasaan negeri Filipina dari Spanyol
76
ke Amerika Serikat melalui Perjanjian Paris 10 Desember 1898. Filipina
merdeka tahun 1946. Tapi nasib bangsa Moro tidak pernah berubah
sampai sekarang. Filipina menjelma menjadi penjajah yang lainnya,
bahkan sama kejamnya. Dalam masa kemerdekaan Filipina, muslim
Moro sadar bahwa perjuangannya harus bersatu, tidak boleh bercerai-
berai. Kemudian dibentuklah MIM, Anshar-el-Islam, MNLF, MILF,
MNLF-Reformis, BMIF.

Namun kekurangannya, pada saat yang sama juga hal itu


memecah kekuatan bangsa Moro menjadi faksi-faksi yang melemahkan
perjuangan mereka sendiri secara keseluruhan. Dibandingkan dengan
masa pemerintahan semua presiden Filipina dari Jose Rizal sampai Fidel
Ramos, masa pemerintahan Ferdinand Marcos merupakan masa
pemerintahan paling represif bagi bangsa Moro. Pembentukan Muslim
Independent Movement (MIM) pada 1968 dan Moro Liberation Front
(MLF) pada 1971 tak bisa dilepaskan dari sikap politik Marcos.

Perkembangan berikutnya, kita semua tahu. MLF sebagai induk


perjuangan bangsa Moro akhirnya terpecah. Pertama, Moro National
Liberation Front (MNLF), pimpinan Nurulhaj Misuari, yang
berideologikan nasionalis-sekuler. Kedua, Moro Islamic Liberation
Front (MILF), pimpinan Salamat Hashim, seorang ulama pejuang, yang
murni berideologikan Islam dan bercita-cita mendirikan negara Islam di
Filipina Selatan. Namun dalam perjalanannya, ternyata MNLF
pimpinan Nur Misuari mengalami perpecahan kembali menjadi
kelompok MNLF-Reformis, pimpinan Dimas Pundato (1981), dan
kelompok Abu Sayyaf, pimpinan Abdurrazak Janjalani (1993). Tentu
saja perpecahan ini lagi-lagi memperlemah perjuangan bangsa Moro
secara keseluruhan dan memperkuat posisi pemerintah Filipina dalam
menghadapi mereka.

C. THAILAND DAN BIRMA (MYANMAR)

Penyebaran Islam di Thailand melalui perdagangan. Di wilayah ini,


Islam tidak berhasil mendesak pengaruh Budha secara kultural maupun
politik. Kaum muslimin yang merupakan minoritas memang merasa
tertekan dan tertindas. Dengan bukti terjadinya berbagai
pemberontakan bersenjata yang selalu timbul sejak awal abad ini. Islam
di Thailand adalah agama minoritas, yaitu hanya 4%. Orang Melayu
77
Muslim merupakan golongan minoritas terbesar ke-dua di Thailand,
setelah golongan Cina. Mereka tergolong Muslim Sunni dari madzab
Syafi‘i yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di
Thailand.

Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan


keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial,
budaya, dan politik Muangthai. Perkembangan Islam di Thailand telah
banyak membawa peradaban-peradaban, misalnya :

1. Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat


megah dan indah.

2. Golongan Tradisional dan golongan ortodoks telah menerbitkan


majalah Islam ―Rabittah‖.

3. Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal ―Al Jihad‖.

Sementara itu, generasi awal Muslim yang datang ke delta


Sungai Ayeyarwady Burma, yang terletak di pantai Tanintharyi dan di
Rakhine bermula pada abad ke 9. Orang-orang Islam yang tiba di
Burma umumnya sebagai pedagang yang kemudian menetap, anggota
militer, tawanan perang, pengungsi, dan korban perbudakan.
Bagaimanapun juga, ada di antara mereka yang mendapat posisi
terhormat sebagai penasehat raja, pegawai kerajaan, penguasa
pelabuhan, kepala daerah, dan ahli pengobatan tradisional.

Orang-orang Islam Burma kadang-kadang di sebut Pathi,


sebuah nama yang dipercayai berasal dari Persia. Banyak perkampungan
di utara Burma dekat dengan Thailand tercatat sebagai penduduk
Muslim, dengan jumlah orang-orang Islam yang sering melebihi
penduduk lokal Burma. Dalam sebuah catatan, Pathein dikatakan
mendiami Pathis, dan pernah dipimpin oleh Raja India Muslim pada
abad ke 13.

Muslim Myanmar terdiri dari dua kelompok etnik, yaitu yang


berasal dari Indo Pakistan mereka hidup terutama di kota-kota besar
mempunyai hubungan yang kuat dengan anak benua India dan yang
lainnya berasal dari orang Burma (penduduk asli). Penduduk Muslim di
78
Myanmar memiliki nasib sama dengan penduduk Muslim di Thailand
dan Filipina. Pemerintah Myanmar memperlakukan Muslim secara
kejam, Muslim diusir dari negerinya, harta dirampas dan pemerintah
juga menafikan hak kewarganegaraan mereka.

Tahun 1930-an merupakan permulaan era kemelaratan dan


penindasan bagi orang-orang Islam di Myanmar. Beberapa serangan
kejam telah dilakukan terhadap Muslim pada tahun 1931 sampai 1938
dan serangan yang paling ganas serta kejam telah terjadi di Yangon dan
Mandanay. Di perkirakan dalam peristiwa tersebut sebanyak 200 orang
Muslim terbunuh akibat keganasan tentara Myanmar. Tanah-tanah
Muslim dirampas, pemerintah dengan masyarakat Buddha juga
menindas masyarakat Islam dengan memeras uang dan memaksa
mereka memberi opeti serta memenjarakan mereka dengan sewenang-
wenang. Sebagian umat Islam di usir dan tidak boleh kembali
kekampung halamannya. Menjelang tahun 1971 dan tahun-tahun
berikutnya, kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar
terhadap Muslim terus meningkat tajam. Pada tahun 1977 pemerintah
Myanmar melancarkan Operasi Raja Min yang juga dikenal dengan
Operasi Naga Min, yaitu operasi benci untuk memeriksa semua
penduduk dan mengklasifikasikan mereka kepada dua kategori, yaitu
penduduk Burma dan rakyat asing.

Orang-orang Buddha mulai ditempatkan di daerah-daerah


Muslim dan mesjid-mesjid dibakar, gedung-gedung perniagaan milik
orang-orang Islam di kota Akyab juga dibakar. Orang-orang Islam
diejek, dipukul dan dibunuh sewenang-wenang, wanita-wanita
diperkosa serta sebagian besar dipaksa menikah dengan tentara
Myanmar yang beragama Buddha. Kondisi yang lebih parah lagi pada
tahun 1964 orang Muslim tidak dibenarkan lagi melaksanakan ibadah
haji, walaupun pada tahun 1980 kebijakan itu dicabut tetapi
perbelanjaannya sangat mahal dan terpaksa melalui berbagai prosedur
yang sangat rumit.

Tindakan kejam pemerintah Myanmar terhadap minoritas


Rohingya menyebabkan mereka melarikan diri dari kampung
halamannya. Pemerintah Myanmar mencabut KTP mereka sehingga
mereka tidak lagi diakui sebgai warga negara Myanmar. Tahun 2015
menandai nasib tragis muslim minoritas Rohingya. Mereka terombang-
79
ambing di lautan dalam keadaan kelaparan pada saat melarikan diri dari
Myanmar. Untung lah saudara muslim mereka di Indonesia, khususnya
di Aceh dan Medan, mau memberikan bantuan dan menyelamatkan
mereka untuk kemudian dibawa ke penampungan sementara. Presiden
Jokowi juga memberikan kepastian kesiapan membantu para pengungsi
Rohingya ini.

D. SINGAPURA

Saat ini jumlah muslim di Singapura sekitar 15 persen dari jumlah


penduduk keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3.5 juta jumlah
penduduk keseluruhan). Muslim di Singapura mayoritas berasal dari
Malaysia. Banyak kesamaan baik dalam tatacara maupun kultur
kehidupan di antara muslim di kedua negara tersebut.

Proses Islamisasi yang terjadi di Singapura tidak bisa dilepaskan


dari keberadaan etnis Melayu yang mendiami pulau itu. Seperti
disebutkan di atas, identifikasi Islam tidak bisa dilepaskan dari etnis
Melayu. Namun persoalan yang sejak permulaan dirasakan dalam
perkembangan komunitas Muslim Singapura adalah kurangnya
pemimpin tradisional pribumi. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap
kepentingan-kepentingan mereka ketika berhadapan dengan
pemerintah, kolonial Inggris, yang memiliki prioritas tersendiri. Pada
abad ke-19 komunitas Muslim Singapura terbagi atas dua kategori:
Muslim-pribumi dan Muslim-migran. Muslim pribumi adalah yang sejak
awal sudah bertempat tinggal di sana. Muslim pribumi ini adalah orang-
orang Melayu. Kelompok ini merupakan Muslim-mayoritas. Sedang
Muslim-migran antara lain adalah berasal dari migran Bugis, Jawa,
Sumatera, Riau, Arab, dan Muslim-India. Sementara itu Sharon
Siddique membedakan antara kelompok migran yang berasal dari dalam
wilayah, yaitu Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau dan Bawean; dan
kelompok yang bermigrasi dari luar wilayah, yaitu Arab dan India.

Dalam dua puluh tahun, antara tahun 1970 sampai tahun 1990,
menurut Sharon Siddique, telah terjadi perubahan yang dramatis atas
Muslim Melayu Singapura. Telah terjadi peningkatan, misalnya dalam
bidang pendidikan: untuk pendidikan tingkat menengah pertama dari
36.4% menjadi 47.3%; pada tingkat menengah atas dari 1.0% menjadi
3.5% dan pada pendidikan tinggi dari 0.2% menjadi 1.4%. Dalam
80
bidang pekerjaan, yang paling menarik adalah menurunnya prosentase
dalam bidang pertanian (dari 5.3% menjadi 0.3%); sales dan pelayan
(dari 27% menjadi14.%), dan menaiknya secara tajam pada bidang
produksi (43% menjadi 57%). Pergeseran juga terjadi pada kemampuan
keahlian etnis Melayu untuk mengikuti perkembangan teknologi tinggi.
Karena upah yang lebih tinggi hanya mungkin diperoleh dengan tingkat
keahlian dan produktifitas yang tingi. Rata-rata pendapatan keluarga
perbulan adalah S$ 2,246 % (Sharon Siddique, 1995:4).

Sebagai minoritas, Muslim Singapura menghadapi pilihan-


piliham ketika berhadapan dengan pemerintahan Singapura atau
penduduk mayoritas. Pilihan-pilihan nyata bagi komunitas minoritas
adalah melakukan berbagai sikap yang adaptasionis, melakukan
kerjasama yang menguntungkan dan berjuang untuk mempertahankan
identitasnya yang spesifik atau melepaskan diri dari ikatan nasional.
Pengalaman sejumlah negara memperlihatkan adanya keinginan yang
kuat bagi kelompok minoritas dengan identitas tertentu untuk
melepaskan dari ikatan nasionalitasnya.

E. BRUNEI

Kesultanan Brunei Darussalam merupakan kesultanan Islam yang


terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara. Islam pertama kali masuk ke
Brunei pada 977, dibawa saudagar Cina. Setelah raja Awang Alak
Betatar (1406-1408) masuk Islam, ia mengubah kerajaan itu menjadi
kesultanan. Kata "Darussalam" ditambahkan pada kata "Brunei" pada
abad ke-15 untuk menekankan Islam sebaga agama negara. Kesultanan
Brunei Darussalam berkembang menjadi pusat penyebaran Islam dan
perdagangan wilayah Melayu ketika Kesultanan Malaka jatuh ke tangan
Portugis. Kesultanan Brunei Darussalam pernah dikuasai Inggris pada
1888, di masa kepemimpinan Sultan Hasyim Jalilu Ageramaddin, sultan
ke-15, namun dapat meraih kemerdekaannya dari Inggris 1983.

Islam mulai berkembang dengan pesat di Kesultanan Brunei


sejak Syarif Ali diangkat menjadi Sultan ke-3 Brunei pada tahun 1425.
Sultan Syarif Ali adalah seorang Ahlul Bait dari keturunan cucu
Rasulullah SAW, Hasan, sebagaimana yang tercantum dalam Batu
Tarsilah atau prasasti dari abad ke-18 M yang terdapat di Bandar Sri
Begawan, ibu kota Brunei Darussalam
81
Pemerintah berperan penting dalam mendorong
perkembangan Islam. Berbagai pusat kajian Islam didirikan sebagai
upaya memperkuat akidah umat. Mayoritas penduduknya beragama
Islam. Negara ini terletak di bagian utara Pulau Kalimantan (Borneo)
dan berbatasan dengan Malaysia. Berdasarkan data statistik, penduduk
Brunei Darusalam hanya berjumlah 370 ribu orang. Sekitar 67 persen
dari total populasinya beragama Islam, Buddha 13 persen, Kristen 10
persen, dan kepercayaan lainnya sekitar 10 persen. Sama seperti
Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam dengan
Mazhab Syafii, di Brunei juga demikian. Konsep akidah yang dipegang
adalah Ahlussunnah waljamaah. Bahkan, sejak memproklamasikan diri
sebagai negara merdeka, Brunei telah memastikan konsep ‖Melayu
Islam Beraja‖ sebagai falsafah negara dengan seorang sultan sebagai
kepala negaranya. Saat ini, Brunei Darussalam dipimpin oleh Sultan
Hasanal Bolkiah.

82
BAB 12
ISLAM DI NUSANTARA

A. TEORI KEDATANGAN ISLAM DI NUSANTRA

Terdapat beberapa teori mengenai kedatangan Islam di Nusantara22,


yaitu:

1) Gujarad (India). Teori ini menyatakan bahwa Islam di


Nusantara berasal dari Gujarad. Penganut teori ini
mendasarkan teorinya dengan bukti-bukti di bawah ini:
 Batu nisan di Indonesia sama dengan di India.
 Jalan dagang India-Indonesia lebih ramai.
2) Arab. Teori ini menyatakan bahwa Islam di Nusantara berasal
langsung dari Arab. Penganut teori ini mendasarkan teorinya
dengan bukti bahwa gelar Al-Malik yang dipakai raja-raja
Samudera Pasai sama dengan gelar raja di Mesir.
3) Persia. Teori ini menyatakan bahwa Islam di Nusantara berasal
dari Persia. Penganut teori ini mendasarkan teorinya dengan
bukti-bukti di bawah ini:
 Adanya upacara Tabut (peringatan kematian Hasan
dan Husein) di Pariaman dan Bengkulu.
 Nama daerah ‖Leran‖ merupakan nama suku di
Persia.
 Di Persia ada tulisan ‖Pegon‖ yang merupakan tulisan
Jawa.
4) Cina. Teori ini menyatakan bahwa Islam di Nusantara berasal
dari Cina. Penganut teori ini mendasarkan teorinya dengan
bukti-bukti di bawah ini:
 Gedung Batu di semarang (masjid gaya Cina).

22Nusantara atau Kepulauan Nusantara merupakan kawasan yang dikenal

dengan Indo-Malaysia. Saat ini, Nusantara dikenal dengan nama Indonesia. Kepulauan
Nusantara terletak di persimpangan jalan antara Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik, yang dalam jalur perdagangan tradisional menghubungkan Teluk Benggala dan
Laut Cina. Kepulauan Nusantara membentang dari barat ke timur sejauh 5000 km, dan
dari utara ke selatan sejauh 2000 km. Sebelum agama Islam tersebar luas di wilayah ini,
penduduk Nusantara memeluk ajaran Kapitayan, Hindu, dan Buddha. Untuk lebih
jelasnya sila baca Agus Sunyoto, Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan,
Jakarta: Transpustaka, 2011.
83
 Beberapa makam Cina muslim.
 Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan Cina.

B. SEJARAH AWAL MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA

Masuknya Islam ke Nusantara dapat dibagi ke dalam tiga gelombang,


yaitu:

Gelombang pertama pada abad ke 1 H/7 M. Rombongan ini berasal dari


Basrah, dipimpin oleh Makhada Khalifah. Gelombang kedua pada abad ke
6 H/13 M, dipimpin oleh Sayyid Jamaluddin al-Akbar al-Husaini, yang
anak cucunya lebih dari 17 orang tiba di Gresik. Pendakwah lainnya
adalah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Malik Ishak, Raden Rahmat,
dan lain-lainnya. Gelombang ketiga pada abad ke 9 H/16 M, dipimpin
oleh ulama Arab dan Tarim, Hadramaut. Mereka berjumlah lebih
kurang 45 orang dan datang berkelompok berkisar 2, 3, atau 5 orang.
Mereka ini menetap dan berdakwah di Aceh, Riau, Sadang, Kalimantan
Barat dan Selatan, Sulawesi Tengah dan Utara, Ternate, Bali, Sumba,
dan Timor.

C. Perkembangan Peradaban Islam Sebelum Kemerdekaan

Perkembangan peradaban Islam sebelum masa kemerdekaan


menunjukkan kejayaan yang membanggakan. Pada masa ini, banyak
kerajaan-kerajaan besar yang menggunakan Islam sebagai pedoman
dalam kehidupan kerajaan. Di antara kerajaan-kerajaan itu adalah
Samudera Pasai, Perlak, Aceh Darussalam, Demak, Mataram Islam,
Cirebon, Banten, Ternate, dan Goa Tallo. Kerajaan-kerajaan tersebut
memberikan kemajuan di masing-masing wilayah kekuasaannya.

Namun demikian, kerajaan-kerajaan Islam tidak ada yang


menguasai kepulauan Nusantara secara keseluruhan. Ini berbeda
dengan kerjaan Sriwijaya dan Majapahit. Kegagalan kerajaan Islam
nampaknya dikarenakan kedatangan bangsa Eropa yang dalam segi
kemampuan militer memiliki keunggulan. Satu persatu kerajaan Islam
ditaklukkan oleh bangsa Eropa.

Tidak adanya kerajaan Islam yang menguasai secara total


kepulauan Nusantara mengakibatkan tidak adanya pengaruh Islam
84
dalam perpolitikan di Indonesia. Selain itu, dalam peninggalan
bersejarah Indonesia, peninggalan sejarah Hindu dan Buddha lebih
mendapatkan perhatian bangsa Indonesia jika dibandingkan oleh
peninggalan Islam. Padahal, mayoritas penduduk Indonesia beragama
Islam.

D. ISLAM PADA MASA REVOLUSI (1945-1949)

Pada masa revolusi, perjuangan Islam diarahkan guna melawan


kembalinya Belanda. Namun demikian, umat Islam juga tidak
melupakan penegakan kehidupan bernegara yang baik. Untuk itu, umat
Islam membentuk partai politik guna mendukung sistem pemerintahan
demokratis di Indonesia dan guna memudahkan umat Islam dalam
menyampaikan aspirasinya serta memudahkan penyatuan umat Islam
dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. (Jamil, 2010:
67)

Untuk merealisasikan tujuan-tujuan di atas dibentuklah partai


politik Masjumi. Masjumi dibentuk dalam Muktamar Islam Indonesia di
Gedung Madrasah Mu‘allimin Muhammadiyah, Yogyakarta, tanggal 7-8
November 1945. Dalam muktamar tersebut diputuskan bahwa Masjumi
adalah satu-satunya partai politik Islam di Indonesia, dan Masjumi lah
yang akan memperjuangkan nasib politik umat Islam Indonesia.
Dengan keputusan ini, keberadaan partai politik Islam yang lain tidak
diakui. Dengan adanya satu partai politik Islam diharapkan cita-cita
Islam menjadi mudah untuk direalisasikan. (Jamil, 2010: 67)

Partai ini mendapat dukungan yang luar biasa dari para ulama,
modernis dan tradisionalis, di samping dari pemimpin-pemimpin umat
non-ulama Jawa-Madura. Pemimpin-pemimpin umat dari luar Jawa juga
berdiri sepenuhnya di belakang partai baru ini, sekalipun mereka tidak
dapat menghadiri Kongres di Yogyakarta karena sulitnya transportasi
antarpulau pada waktu itu. Masjumi mewakili kepentingan-kepentingan
politik umat Islam. Dalam Anggaran Dasar Masjumi ditegaskan bahwa
―tujuan partai ialah terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam
kehidupan orang seorang, masyarakat, dan negara Republik Indonesia,
menuju keridhaan Illahi‖. Dengan tegas disebutkan bahwa tujuan
politik partai Masjumi adalah terbentuknya Negara Republik Indonesia
berdasarkan Islam. (Thaba, 1996: 159)
85
Partai ini dianggap sebagai partai yang terbesar di Republik
Indonesia, walaupun sampai terselenggaranya pemilihan umum hal ini
hanya dapat menjadi anggapan belaka, karena pada pemilihan umum
1955, Masjumi hanya berhasil meraih posisi kedua di bawah PNI. Partai
ini tidak terorganisasikan secara teratur, dan mengalami perpecahan
utama di dalamnya antara para pemimpin Islam tradisionalis dan
modernis. Perpecahan yang terjadi antara NU dan Muhammadiyah
tidak terlepas dari persaingan ―perebutan‖ posisi dalam partai dan
pemerintahan. Dalam hal persaingan itu, NU lebih banyak mengalami
―kekalahan‖ dalam persaingannya dengan kalangan modernis sehingga
akhirnya mereka memutuskan untuk keluar dari Masjumi pada tahun
1952. Sebelumnya pada tahun 1947, PSII telah lebih dahulu keluar dari
Masjumi. (Jamil, 2010: 68-69)

Pada masa revolusi umat Islam menunjukkan konsistensinya


dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, pada
masa yang dipenuhi dengan konflik bersenjata dan perundingan ini,
para pemimpin Islam tidak pernah memunculkan keinginan mereka
untuk merealisasikan cita-cita terbentuknya negara Islam. Umat Islam
tidak mau memanfaatkan situasi bangsa Indonesia yang tengah berjuang
menghadapi Belanda untuk memaksakan kehendaknya sebagaimana
yang dilakukan oleh kaum komunis di Madiun. Sebagaimana telah
dicatat dalam sejarah, pada bulan September 1948, kaum komunis di
Madiun mengadakan pemberontakan untuk menentang pemerintahan
RI di Yogyakarta, akan tetapi dengan tekad dan semangat yang kuat
pemerintah berhasil menumpas pemberontakan ini. (Jamil, 2010: 71-72)

Pada masa ini pulalah sejarah mencatat peranan Masjumi,


sekurang-kurangnya tokoh-tokohnya, dalam penyelesaian revolusi,
terutama dari masa aksi militer Belanda kedua sampai pada penyerahan
kedaulatan. Misalnya peranan Mohamad Roem, anggota Masjumi, yang
berhasil memimpin delegasi Republik Indonesia dalam perundingan RI-
Belanda pada tanggal 14 April 1949, yaitu Perundingan Roem-Roijen.
Perundingan ini merupakan perundingan pendahulu untuk
―memuluskan‖ langkah penyerahan kedaulatan yang akan dilaksanakan
di Belanda. Berkat perundingan ini, Konferensi Meja Bundar di Belanda
pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949 dapat terlaksana.
Penyerahan kedaulatan akhirnya ditandatangani pada 29 Desember
1949. Dengan ditandatanganinya Piagam Pengakuan dan Penyerahan
86
Kedaulatan tersebut maka berakhirlah masa revolusi di Indonesia.
(Jamil, 2010: 72)

E. ISLAM PADA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER


(1950-1959)

Pada masa Demokrasi Parlementer, golongan Islam mencoba


memunculkan kembali gagasan negara Islam yang sempat tertunda
dikarenakan revolusi yang terjadi di Indonesia. Seperti pada masa
sebelum kemerdekaan (masa sidang BPUPKI), perjuangan golongan
Islam ini mendapat penentangan keras dari kalangan nasionalis sekuler
yang mendukung Pancasila sebagai negara. Pada masa ini, penentangan
kalangan nasionalis sekuler tidak mengalami perubahan. Bahkan
penentangan itu menjadi bertambah keras yang nampak jelas dalam
perdebatan di Konstituante. Di Dewan Konstituante partai-partai Islam
berusaha keras mewujudkan cita-cita terbentuknya negara Indonesia
yang berlandaskan Islam. Partai-partai Islam dalam Konstituante beradu
argumen dengan partai-partai pendukung Pancasila. Pada akhirnya
dikarenakan masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah,
Konstituante yang ditugaskan merumuskan dasar negara tidak berhasil
menyelesaikan tugasnya. (Jamil, 2010: 73)

Karena kebuntuan yang dialami oleh sidang Konstituante,


maka pada tanggal 2 Maret 1959, Perdana Menteri Djuanda
mengemukakan kepada parlemen pemikiran untuk kembali ke UUD
1945. Ide yang sama juga dikemukakan oleh Presiden Soekarno kepada
Konstituante di Bandung pada 22 April 1959. (Kusuma & Khairul,
2008: xiv)

Dalam menanggapi usulan pemerintah itu, para wakil Islam di


Konstituante, tidak mau menerima UUD 1945 tanpa modifikasi.
Mereka mengambil kesempatan untuk memasukkan kembali ke dalam
UUD 1945 tujuh kata yang telah hilang, yaitu kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Menanggapi hal itu, Djuanda pada
22 April 1959 dalam keterangannya, sebagai jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan dari para wakil Islam di Konstituante,
menyatakan bahwa Piagam Jakarta ―menjiwai‖ UUD 1945, dan oleh
karena itu, memberi dasar bagi pelaksanaan hukum agama. (Kusuma &
Khairul, 2008: xv)
87
Jawaban dari pemerintah itu tentu saja tidak memuaskan
kalangan Islam. Maka ketua Fraksi Islam di Konstituante, yang saat itu
dijabat oleh KH Masjkur dari NU, mengemukakan mosi agar ketujuh
kata tersebut di atas dapat masuk lagi dalam mukaddimah UUD 1945.
Pada malam hari tanggal 1 Juni 1959 diadakan pemungutan suara
dengan hasil 201 suara mendukung mosi Masjkur dan 265 suara
menolak, dengan anggota yang hadir sebanyak 470 orang. (Nasution,
1995: 400-401)

Dikarenakan kebuntuan di Konstituante tidak kunjung


terpecahkan, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit yang membubarkan Konstituante dan menetapkan
kembali secara resmi UUD 1945 sebagai undang-undang dasar negara.
Sejak saat itu, Konstituante bubar. Dengan dibubarkannya Dewan
Konstituante, Islam politik kembali gagal merealisasikan cita-cita
terbentuknya negara Islam. Bahkan pada masa selanjutnya, yaitu
Demokrasi Terpimpin, peran dari partai-partai Islam mengalami
penurunan. Lebih tragisnya, Partai Masjumi yang dianggap sebagai
partai Islam terbesar harus membubarkan dirinya setelah dipaksa oleh
Presiden Soekarno membubarkan diri.

F. ISLAM PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1960-


1965)

Pada tahun 1957, partai Islam Masjumi bukan saja tambah renggang
dan asing dari Soekarno tetapi juga tambah bertentangan secara
konfrontatif dengan Presiden. (Noer, 1987: 369) Penentangan keras
Masjumi terhadap Soekarno tidak terlepas dari keteguhan Masjumi
dalam memperjuangkan demokrasi. M. Natsir, Ketua Umum Masjumi,
menulis banyak artikel yang digunakan untuk membantah dan
menunjukkan berbagai kelemahan sistem Demokrasi Terpimpin.
Perjuangan Masjumi dalam mempertahankan prinsipnya akhirnya
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1960 pukul 5.20 pagi. Saat itu
pimpinan pusat Masjumi menerima surat dari Direktur Kabinet
Presiden yang mengemukakan bahwa Masjumi harus dibubarkan. Surat
itu mengatakan bahwa, ―Paduka Yang Mulia Presiden telah berkenan
memerintahkan kepada kami‖ untuk menyampaikan keputusan
Presiden (No. 200/1960) bahwa partai Masjumi harus dibubarkan.
Dalam waktu 30 hari sesudah tanggal keputusan ini, yaitu 17 Agustus
88
1960, pimpinan partai Masjumi harus menyatakan partainya bubar.
Pembubaran ini harus diberitahukan kepada Presiden secepatnya. Kalau
tidak, partai Masjumi akan diumumkan sebagai ―partai terlarang‖.
Kurang dari sebulan kemudian, yaitu tanggal 13 September, pimpinan
pusat Masjumi menyatakan partainya bubar. (Noer, 1987: 387)

Dengan bubarnya Masjumi, NU menjadi parpol Islam terbesar.


Akan tetapi, sebenarnya, pengaruhnya dalam proses pengambilan
kebijaksanaan nasional sangat kecil, kalau tidak dapat dikatakan tidak
ada sama sekali. Selain NU, terdapat partai Islam lain, yaitu PSII dan
Perti. Ketiga partai ini berhasil bertahan selama periode Demokrasi
Terpimpin karena mereka mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
Demokrasi Terpimpin seperti yang dikehendaki Presiden Soekarno.
Yang terpenting bagi ketiga partai politik ini adalah bagaimana caranya
menyenangkan Soekarno dan menjaga agar Soekarno tidak menjadi
marah sehingga bersedia melindungi kepentingan mereka. (Maarif,
1985: 184)

Kelihatannya ketiga partai Islam tadi tidak lagi memperlihatkan


identitasnya. Mereka sekedar mengikuti kehendak Soekarno. Misalnya
sikap NU mengenai kemerosotan ekonomi selama periode Demokrasi
Terpimpin. Para pemimpin NU meminta rakyat untuk tabah dan
melarang rakyat menyalahkan pemerintah. Mengenai ―ganyang
Malaysia‖ NU juga menunjukkan sikap yang taat kepada Soekarno.
Padahal, dalam hal pemikiran agama NU lebih dekat kepada Muslim
Malaysia daripada kalangan modernis Islam Indonesia. Hal itu dapat
dibuktikan dengan seringnya orang-orang Islam Malaysia menghadiri
kongres NU. Seharusnya mereka tidak mendukung ―ganyang Malaysia‖.
Tapi nampaknya, politik dalam pandangan NU berbeda dengan ideologi
sehingga dalam pelaksanaannya juga berbeda. (Jamil, 2010: 90)

Adapun PSII menunjukkan sikap yang tidak jauh berbeda


dengan NU. Sebagai partai yang pengikutnya lebih kecil dari NU maka
tidak dapat diharapkan banyak terobosan dalam partai ini. Mengenai
Manipol (GBHN) misalnya, PSII melihatnya ―sesuai‖ dengan tujuan
PSII dan bersamaan dengan itu sesuai dengan ajaran Islam. Partai ini
memutuskan dalam kongresnya di Bandung pada tahun 1962 untuk
mendesak Menteri Penghubung Alim Ulama agar menyelenggarakan

89
kursus-kursus tentang Manipol untuk segenap ulama di Indonesia.
(Noer, 1987: 396)

Perti mengambil sikap yang sama dengan kedua partai Islam di


atas. Partai ini turut duduk dalam parlemen yang diangkat oleh Presiden
dan dalam Front Nasional. Mengenai ―ganyang Malaysia‖ Perti justru
mengambil sikap yang lebih mendukung gerakan itu, yaitu dengan
menolak undangan Tungku Abdul Rahman, Perdana Menteri Malaysia,
untuk menghadiri suatu konferensi Islam Asia Tenggara dan Timur
Jauh yang didukung oleh Muktamar Alam Islam dari Pakistan. (Noer,
1987: 397)

Persatuan dan kekompakan yang diperlihatkan pada saat


persidangan Majelis Konstituante tidak terlihat lagi. ―Islam‖ sebagai
pemersatu di antara partai-partai Islam itu telah hilang atau sama sekali
tidak menjadi perhatian. Yang menjadi perhatian adalah kepentingan
golongan masing-masing. Masjumi, dengan demikian, ditinggalkan
sendirian oleh teman seperjuangannya hingga akhirnya dipaksa
membubarkan diri oleh pemerintah. Di sini dapat dilihat bahwa
sebenarnya ―Islam‖ tidak dapat menjamin adanya kekompakan atau
persatuan di antara pendukungnya. Penggunaan jargon Islam dalam
arena politik justru menimbulkan sisi negatif bagi Islam karena Islam
tidak mampu menyatukan umatnya.

Sebagai dukungan partai-partai Islam itu kepada Soekarno


maka mereka mendapatkan jatah kursi dalam pemerintahan. Dalam
kabinet Djuanda (1957-1959) NU mendapat 4 kursi dan PSII 1 kursi
dan dalam kabinet tahun 1959 jumlah menteri NU dan PSII menjadi 3.
Selanjutnya kabinet Soekarno itu mengalami beberapa kali reshuffle dan
masing-masing partai Islam tersebut juga mengalami pasang surut
dalam posisinya di kabinet.

G. ISLAM PADA MASA ORDE BARU

Pada masa awal pemerintahan Orde Baru muncul harapan baru di


kalangan umat Islam bahwa mereka dapat berperan aktif dalam politik.
Munculnya harapan itu dikarenakan beberapa tindakan pemerintah
Orde Baru yang menunjukkan ―pemihakan‖ kepada umat Islam, seperti
pembebasan tokoh-tokoh Islam dan diizinkannya koran dan majalah
90
Islam diterbitkan kembali setelah sebelumnya pada masa Soekarno
dilarang. Selain itu, umat Islam berkeyakinan bahwa mereka memiliki
peran yang besar dalam memberangus gerakan komunis di Indonesia
(PKI). Oleh karena itu, suatu hal yang wajar, menurut mereka, bahwa
mereka dapat kembali berperan secara aktif dalam politik—setelah
sebelumnya pada Demokrasi Terpimpin hal itu mengalami kendala dan
halangan. Dengan aktifnya umat Islam dalam politik, maka harapan
untuk kembali mengajukan Piagam Jakarta sebagai dasar negara dan
pelaksanaan agenda-agenda yang menguntungkan umat Islam dapat
direalisasikan. (Jamil, 2010: 93)

Tahap pertama yang dilakukan oleh umat Islam untuk


mewujudkan harapannya adalah merehabilitasi Masjumi. Pada
permulaan Juni 1966, organisasi-organisasi Islam, seperti
Muhammadiyah dan NU, secara terbuka mulai menganjurkan
perehabilitasian Masjumi. (Boland, 1971: 151) Akan tetapi, keinginan
besar umat Islam tersebut mendapatkan jawaban yang tidak
mengenakkan dari Soeharto. Dalam surat yang dikirimkan Soeharto
kepada Prawoto Mangkusasmito pada 6 Januari 1967, sebagai balasan
surat Prawoto Mangkusasmito pada 22 Desember 1966 mengenai
keberatan terhadap status pembubaran Masjumi, dinyatakan bahwa
Soeharto berdasarkan alasan yuridis, ketatanegaraan, dan psikologis
menolak rehabilitasi Masjumi. Alasan lain yang sebenarnya paling
memengaruhi keputusan pemerintah itu adalah dikhawatirkan akan
menyebabkan bangkitnya ―ekstremis‖ Islam apabila Masjumi
direhabilitasi. (Nadroh, 1999: 167)

Soeharto menyadari bahwa kekuatan politik Islam memiliki


basis massa yang besar sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Bukti
besarnya kekuatan massa Islam disaksikan Soeharto sendiri ketika umat
Islam bersama dengan Angkatan Darat berhasil memberangus komunis
(PKI). Berangkat dari kenyataan itu, Soeharto tetap berusaha
mengakomodasi tuntutan rehabilitasi Masjumi. Maka pada bulan Mei
1967, Soeharto menyatakan bahwa pemerintah tidak berkeberatan
terhadap pembentukan partai berbasis massa eks-Masjumi. Pernyataan
pemerintah itu direspons dengan cepat oleh tokoh politik Islam yang
dengan segera membentuk ―Komite Tujuh‖ yang diketuai oleh Prawoto
Mangkusasmito. Komite ini akhirnya berhasil membentuk Parmusi
(Partai Muslimin Indonesia). Pemerintah, melalui Surat Keputusan
91
Presiden No. 70 tahun 1968, kemudian mensahkan Parmusi pada
tanggal 20 Februari 1968. Dengan terbentuknya partai ini, maka sarana
perjuangan cita-cita politik umat Islam diharapkan dapat segera
terealisasikan. (Jamil, 2010: 95)

Dengan terbentuknya Parmusi, pemimpin Islam eks-Masjumi


berharap dapat kembali aktif dalam politik. Ternyata, harapan itu tidak
dapat terlaksana dikarenakan mendapat penentangan dari pemerintah
Orde Baru. Tindakan pemerintah Orde Baru ini menunjukkan sikap
tidak memihak mereka terhadap Islam politik yang diwakili oleh
pemimpin-pemimpin eks-Masjumi. Pemerintah Orde Baru nampaknya
masih menganggap pemimpin eks-Masjumi sebagai lawan potensial bagi
kekuasaan mereka, sehingga usaha apapun yang mengarah kepada
penguatan keberadaan mereka akan dicegah oleh pemerintah.

Pemerintah juga memberikan berbagai stigma yang cenderung


berkonotasi negatif seperti ―kelompok ekstrem‖, ―garis keras‖, atau
―kelompok kanan‖ (sebuah padanan kutukan politik atas PKI sebagai
―ekstrem kiri‖). Alasan pemerintah menerapkan kebijakan ini adalah
karena khawatir terhadap potensi mereka di dalam memobilisasi umat
untuk mengembalikan percaturan politik liberal pra-Demokrasi
Terpimpin. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pemerintah Orde Baru
masih menganggap Islam sebagai kekuatan yang dapat ―mengganggu‖
jalannya pemerintahan. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mencegah
kembalinya para pemimpin politik Islam dalam aktivitas politik.
Tindakan pemerintah Orde Baru ini pada akhirnya kembali
menimbulkan kekecewaan kepada para pemimpin politik Islam. (Jamil,
2010: 97)

Peristiwa politik lainnya yang menunjukkan upaya serius


kalangan Islam untuk merealisasikan cita-cita politiknya adalah usaha
pengakuan Piagam Jakarta sebagai dasar negara. Untuk merealisasikan
cita-cita ini, pada tahun-tahun 1968 dan 1969, partai-partai Islam
menyelenggarakan ―Hari Peringatan Piagam Jakarta‖ yang
diselenggarakan setiap tanggal 22 Juni. Penyelenggaraan kegiatan ini
mendapat respons yang besar dari umat Islam. Isu mengenai Piagam
Jakarta ini mendorong kekuatan-kekuatan Islam kembali merapatkan
barisan setelah sebelumnya mengalami keretakan. Bersatunya umat
Islam menjadi penting agar pengajuan Piagam Jakarta sebagai dasar
92
negara dapat terlaksana dengan mudah. Selain itu, dengan bersatunya
umat Islam, sebagaimana mereka bersatu ketika memberangus PKI,
maka umat Islam dapat memberikan ―tekanan‖ kepada pemerintah
untuk mengabulkan keinginannya.

Pada Sidang MPRS, 25-28 Maret 1968, pemimpin politik Islam


berusaha keras memasukkan Piagam Jakarta ke dalam agenda keputusan
Sidang Umum MPRS 1968 Komisi II. Akan tetapi usaha ini mendapat
penentangan keras dari kelompok PNI, Kristen, dan wakil ABRI.
Ketiga kelompok ini, yang pada masa-masa sebelumnya juga menentang
Piagam Jakarta, ternyata tidak mengalami perubahan sikap walaupun
mereka telah menyaksikan peran umat Islam dalam memberangus PKI.
Perbenturan antara yang menuntut dan menolak Piagam Jakarta dalam
Komisi itu mengakibatkan persidangan menemui jalan buntu. Melihat
kenyataan itu, para wakil pemimpin politik Islam mengusulkan diadakan
pemungutan suara untuk menentukan keputusan akhir. Namun, usulan
dari kelompok Islam itu ditolak PNI. Akibat tidak adanya kesepakatan
yang dicapai mengenai hal ini, masa persidangan diperpanjang, tetapi
kemajuan yang berarti masih tidak bisa dicapai. Sampai persidangan
ditutup oleh Nasution pada 31 Maret 1968, permasalahan ini tetap tidak
menemukan penyelesaian.

Setelah perjuangan pengakuan Piagam Jakarta dalam


persidangan Komisi II dan Komisi III MPRS tidak berhasil sampai SU
MPRS ditutup, maka wakil-wakil partai Islam dari NU, PSII, dan
Parmusi menemui Soeharto. Dalam pertemuan itu wakil-wakil partai
Islam mengemukakan keinginannya agar pemerintah menjadikan
aspirasi politik umat Islam direalisasikan sebagai politik resmi negara.
Akan tetapi keinginan itu ditolak oleh Soeharto. Soeharto kemudian
menegaskan dalam Kongres Veteran pada April 1968 bahwa dia tidak
bersedia melaksanakan usul-usul dasar yang tidak ditetapkan resmi oleh
MPRS. (Cahyono, 1992: 73-74)

Peminggiran Islam politik pada masa Orde Baru mencapai


puncaknya pada tahun 1985. Pada tahun itu pemerintah
memberlakukan undang-undang organisasi kemasyarakatan dan partai
politik yang berakibat kepada hilangnya partai Islam. Undang-undang
itu mewajibkan semua organisasi masyarakat dan partai politik untuk
menggunakan asas Pancasila sebagai asas organisasinya. Dengan
93
diterimanya Pancasila sebagai asas tunggal, maka Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) yang dianggap sebagai perwakilan partai Islam
tidak bisa lagi mengklaim dirinya sebagai partai Islam. PPP yang
sebelumnya eksklusif untuk umat Islam dipaksa pemerintah menjadi
partai terbuka untuk semua golongan.

H. ISLAM PADA MASA REFORMASI

Setelah rezim Orde Baru runtuh pada tahun 1998 kembali muncul
harapan baru bagi Islam di kancah perpolitikan Indonesia. Reformasi
yang digulirkan memunculkan peluang kepada kalangan Islam untuk
meraih kekuasaan dan membangun umat Islam Indonesia. Umat Islam
seakan berlomba-lomba mendirikan partai Islam. Total ada 48 partai
baru yang mengikuti pemilu tahun 1999, termasuk di dalamnya partai-
partai Islam. Nampaknya, politikus Islam memanfaatkan momentum
reformasi dengan cara semaksimal mungkin sehingga mereka tidak mau
kalah dengan kelompok sekuler dan agama lainnya dalam membangun
partai politik.

Era reformasi juga mendorong kembali para ulama atau kiai


untuk kembali aktif di dunia politik dengan terjun langsung untuk
memenangkan partai tertentu sesuai dengan posisinya. Kampanye
PEMILU 1999 misalnya, diwarnai dengan maraknya para kiai membela
partai politiknya masing-masing sesuai dengan basis keulamaan mereka.
Ulama-ulama NU terdapat pada partai PKB, yang merupakan satu-
satunya partai yang direstui PBNU. Secara individu, para kiai NU
mendirikan partai-partai seperti PKU yang didirikan K.H.Yusuf
Hasyim, PNU oleh K.H. Syukron Makmun, dan PPP yang banyak
didukung ulama NU seperti K.H. Alawi Muhammad, K.H. Maimun
Zubair, dan lain sebagainya.

Kondisi umat Islam yang dikotak-kotakkan oleh kepentingan


politik tersebut menyebabkan umat Islam tidak bisa memenangkan
pemilu. Parta-partai yang berideologikan Islam ―keok‖ dalam pemilu
tahun 1999. Mereka dikalahkan oleh PDIP dan Golkar. Belajar dari
kekalahan dalam pemilu tersebut, kalangan Islam mencoba bersatu

94
dalam pemilihan presiden. Mereka akhirnya berhasil menggolkan
Abdurrahman Wahid23 sebagai Presiden RI.

Pada saat Abdurrahman Wahid menjadi presiden peran ulama


cukup menonjol karena dia selalu mengikutsertakan ulama dalam
mengambil keputusannya. Akan tetapi, keadaan itu tidak berlangsung
sama. Seorang tokoh Muhammadiyah, yang notabene adalah ormas
Islam, bernama Amien Rais menggalang kekuataan untuk melengserkan
Abdurrahman Wahid. Posisi Amien Rais sebagai Ketua MPR cukup
memudahkan usahanya itu sehingga Abdurrahman Wahid berhasil
dilengserkan dan posisi presiden diambil alih oleh seorang tokoh
sekuler ketua PDIP, Megawati. Untuk kesekian kalinya umat Islam
Indonesia harus mengalami kekalahan dalam politik akibat perpecahan
di internal mereka.

Keadaan politik umat Islam berbanding terbalik dengan


keadaan pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan lainnya. Pada era
reformasi pendidikan umat Islam mengalami kemajuan yang pesat.
Demikian pula dalam bidang lainnya. Hal itu terlihat dari banyaknya
tokoh-tokoh Islam yang menjadi pemimpin di negeri ini, seperti
menjadi menteri, gubernur, bupati, walikota, dan lain sebagainya. Tidak
hanya itu, banyak kalangan umat Islam yang memegang posisi penting
dalam berbagai jabatan di Indonesia pada era reformasi. Mereka
berhasil menjadi rektor, pemimpin BUMN, hakim, jaksa, dan lain
sebagainya.

Selain keberhasilan itu, pada era reformasi muncul banyak


ormas-ormas yang mengatasnamakan Islam, seperti FPI, MMI, JI, HTI,
dan lain sebagainya. Mereka ini membawa simbol-simbol Islam dalam
pergerakan organisasinya. Namun dikarenakan umat Islam Indonesia
sudah memahai sejarah maka ormas-ormas ini tetap menjadi ormas
minoritas di tengah mayoritas umat Islam. Umat Islam Indonesia
meyakini bahwa kemajuan Islam Indonesia bisa dilakukan tanpa harus
membawa simbol-simbol agama Islam. Dengan membawa simbol-

23Abdurrahman Wahid adalah kiai NU. Dengan terpilihnya dia menjadi


presiden maka sejarah telah mencatat bahwa kalangan ulama dan umat Islam di
Indonesia telah berhasil menempatkan seorang kiai di tampuk tertinggi pemerintahan
Indonesia.
95
simbol agama Islam justru akan mengotak-ngotakkan dan melemahkan
Islam seperti yang terjadi pada masa sebelum-sebelumnya. Islam di
Indonesia akan berjaya dengan dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia.
Inilah Islam Nusantara.

BAB 13
DINASTI SYAFAWI DAN DINASTI MUGHAL

96
A. DINASTI SYAFAWI

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di


daerah Ardabil kota Azerbaijan. (Holt dkk, 1970: 394) Tarekat ini
bernama Safawiyah sesuai dengan nama pendirinya Safi al-Din, salah
satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam, Musa al-Kazim. Pada
awalnya tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan
pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah. (Hamka, 1981: 79)
Tarekat ini menjadi semakin penting setelah ia mengubah bentuk
tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi
gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan
Anatolia. Dalam perkembangannya, tarekat Safawiyah sangat fanatik
terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan
mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat
menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini, ajaran Syi'ah.
Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi
tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap
orang yang bermazhab selain Syiah.

Bermula dari prajurit akhirnya mereka memasuki Dunia


perpolitikan pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti
Safawi memperluas geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di
dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini
menimbulkan konflik dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam),
salah satu suku bangsa Turki, yang akhirnya menyebabkan kelompok
Juneid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia
mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AKKoyunlu, juga
suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu
menguasai sebagian besar Persia. (Holt, 1970: 396)

Tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tapi gagal.


Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang
dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam
pertempuran tersebut. (Brockelman, 1974: 494) Penggantinya
diserahkan kepada anaknya Haidar secara resmi pada tahun 1470 M,
lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun Hasan dan lahirlah Isma'il
yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia dan
mengatakan bahwa Syi'ahlah yang resmi dijadikan mazdhab kerajaan ini.

97
Kerajaan inilah yang dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran.
(Yatim, 2003: 139-140)

Gerakan Militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar di pandang


sebagai rival politik oleh AK Koyunlu setelah ia menang dari Kara
Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah
Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan
militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh.
(Holt, 1970: 396) Ali, putera dan pengganti Haidar, didesak bala
tentaranya untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama
terhadap AK Koyunlu. Akan tetapi Ya'kub pemimpin AK Koyunlu
menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail
dan ibunya di Fars (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam,
putera mahkota AK Koyunlu dengan syarat mau membantunya
memerangi saudara sepupunya. Setelah dapat dikalahkan, Ali bersaudara
kembali ke Ardabil. Namun, tidak lama kemudian Rustam berbalik
memusuhi dan menyerang Ali bersaudara dan Ali terbunuh (1494 M).
(Holt, 1970: 397)

Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan Safawi di serahkan


pada Ismail. Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di
Gilan untuk menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang di
persiapkan itu diberi nama Qizilbash (baret merah). Pada tahun 1501
M, pasukan Qizilbash dibawah pimpinan Ismail menyerang dan
mengalahkan AK Koyunlu (domba putih) di sharur dekat Nakh Chivan.
Qizilbash terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, yakni ibu
kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan mendudukinya. Di kota
Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti
Safawi. Ia disebut juga Ismail I (Brockelmann, 1974: 398). Ismail I
berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh
tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya
ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan
(1503 M), menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd
(1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M) Baghdad dan daerah Barat daya
Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu
sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia
dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent).

98
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya
untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah
lainnya seperti Turki Usmani. Ismail berusaha merebut dan
mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M), tetapi
dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah Turki
Usmani yang di pimpin oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz.
Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke
Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya.
(Hassan, 1989: 337)

Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan


diri Ismail. Akibatnya dia berubah, dia lebih senang menyendiri,
menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan itu berdampak
negatif bagi kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingan dalam
merebut pengaruh untuk dapat memimpin kerajaan Safawi antara
pimpinan sukusuku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizibash
(Yatim, 2003: 142). Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani terus
berlangsung sepeninggal Ismail I. Peperangan antara dua kerajaan besar
Islam ini terjadi beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp I
(1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda
(1577-1567M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami
kelemahan. Hal ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan
kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara
kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.

a. Kondisi Politik dan Sosial Dinasti Syafawi

Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa


diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-
1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam
rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:

a. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash


dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari
budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia,
Armenia dan Sircassia.
b. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani
dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan dan
Georgia. Di samping itu, Abbas berjanji tidak akan
99
menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar,
Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at. Sebagai
jaminan atas syarat itu, Abbas menyerahkan saudara
sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul.
(Borckelmann, 1974: 503)

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan


kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam
negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil
merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah
direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya
yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan Usmani.

b. Kondisi Seni Arsitektur

Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya


sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai
ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit,
jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil
Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang
tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah
162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian
umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan,
keramik, permadani dan benda seni lainnya.

c. Kondisi Ekonomi

Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula dengan penguasaan


atas kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah
menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian, Safawiyah
menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di
samping sektor perdagangan, Safawiyah juga mengalami
kemajuan dalam bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari
daerah Bulan Sabit yang sangat subur (Fertille Crescent).

d. Kondisi Ilmu Pengetahuan

Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang


telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu
100
pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu
hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis
ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan
Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli
sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan
observasi tentang kehidupan lebah. (Brockelmann, 1974: 503-
504)

e. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi

Sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi


adalah:

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan


Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab
Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga
tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian
pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat
proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang
pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam
selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun menyempatkan
diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan
Husein.
3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I
ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi
seperti semangat Qizilbash. Hal ini dikarenakan mereka
tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan
secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani.
Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar
pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan
pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan
kekuasaan dikalangan keluarga istana.

B. DINASTI MUGHAL

Kerajaan Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di


India. Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi,
101
sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk
sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa
antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.

Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh


beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat memerintah adalah
Zahiruddin Babur (1526-1530), Humayun (1530-1556), Akbar (1556-
1605), Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-
1707), Bahadur Syah (1707-1712), Jehandar (1712-1713), Fahrukhsiyar
(1713-1719), Muhammad Syah (1719-1748), Ahmad Syah (1748-1754),
Alamghir II (1754-1760), Syah Alam (1760¬-1806), Akbar II (1806-
1837 M), dan Bahadur Syah (1837-1858).

a. Kelahiran Dinasti Mughal

Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur


Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang
ibunya keturunan Jenghis Khan. Ayahnya bernama Umar Mirza,
penguasa Ferghana. Menurut Abu Su'ud, Timur Lenk pernah ke India
pada tahun 1399, namun karena iklim yang tidak cocok ia akhirnya
meninggalkan India.

Zahiruddin Babur mengambil alih kekuasaan dari Dinasti Lodi


pimpinan Ibrahim Lodi yang tengah berkuasa di India. India pada saat
itu tengah dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau.
Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan,
Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur
untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Babur berhasil
menaklukkan Punjab pada tahun 1525. Kemudian pada tahun 1526,
dalam pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan dari
tangan Ibrahim Lodi. Ibrahim sendiri terbunuh pada pertempuran itu.
Babur bersama pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan
pemerintahan di kota ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur
di kota Delhi, maka berdirilah Kerajaan Mughal di India pada tahun
1526 M.

b. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Mughal

1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan


102
a. Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung
hingga masa pemerintahan Aurangzeb.

b. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala


komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar (komandan).
Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bereorak
kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti
latihan kemiliteran.

c. Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan


politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak
dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai
sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa
Islam.

d. Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis


bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan
politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar
Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di
samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin
jihad.

e. Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan


distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat
pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan
untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.

2. Bidang Ekonomi

a. Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.

b. Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk


mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap
perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang
dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang
dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya
untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak

103
kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan
hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.

c. Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa


propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai
dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan
pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban
tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam
sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan
kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili
pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan
pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada
seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang
melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang
chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.

d. Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang.


Pada asa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British
East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur- untuk
menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka
mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera,
sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam
lainnya dalam jumlah yang besar.

3. Bidang Agama

a. Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal


mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep
Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai
lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru.
Pada praktiknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama
Islam. Namun, konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan
umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut
mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-
symbol agama yang di kedepankan.

104
b. Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap
pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung
disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari
kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan
Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu
terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi
Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya
Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam
India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.

c. Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan


berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi,
persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual.
Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.

d. Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam


atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fattawa
alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk
meluruskan dan menjaga syari'at Islam yang nyaris kacau akibat
politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.

4. Bidang Seni dan Budaya

a. Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang


mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi,
seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh dan
Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.

b. Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj


mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya,
diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya
Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas
pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199),
Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235),
benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam
Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota

105
Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di
kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).

c. Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang


harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.

c. Keruntuhan Dinasti Mughal

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal


mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M
yaitu:

a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi


militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau
oleh kekuatan maritim Mughal.

b. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik,


yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.

c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau "kasar" dalam


melak¬sanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya,
sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan¬-
sultan sesudahnya.

d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-


orang lemah dalam bidang kepemimpinan.

106
BAB 14
DINASTI UTSMANI (OTTOMAN)

A. ASAL USUL DINASTI UTSMANI

Nama Usmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka


yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah
(Hamka, 1975: 205). Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis
dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300 M. Dinasti ini berasal
dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah
utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke
Turkistan, Persia, dan Irak. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10
ketika menetap di Asia Tengah (Bosworth, 1993: 163).

Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan


dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari
perlindungan kepada saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki
Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil (Hasan, 1989: 324-325). Dibawah
pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II
yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka
inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin
memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibukota (Yatim, 2003: 130).

Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan


dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang
dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara
tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali
menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan
Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman
memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah
yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering
disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai
Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak
demi setapak wilayah kerajaan diperluas.

107
Usman mengirim surat kepada raja-raja kecil guna
memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar
agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni ;
Islam, membayar Jizyah, dan perang. Setelah menerima surat itu,
separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar Jizyah.
Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu
sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi
Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan
tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat
ditaklukkan.

Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan


setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh
sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya
yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi
kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.

B. PUNCAK KEGEMILANGAN DINASTI UTSMANI

Dinasti Usmani atau Ottoman mencapai puncak kejayaan pada masa


Muhammad II (1451- 1484 M). Kejayaan ini dilanjutkan oleh raja-raja
berikutnya, seperti Sultan Sulaiman al-Qanuni. Untuk menjadikan
Ottoman sebagai kekaisaran terkuat di dunia dia tidak hanya
mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah Timur dan Barat, tetapi
seluruh wilayah yang berada di sekitar Ottoman. Sulaiman berhasil
menguasai wilayah Asia Kecil. Kemajuan dan perkembangan wilayah
kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh
kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting,
di antaranya :

1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan

Untuk pertama kalinya Dinasti Usmani mulai mengorganisasi taktik,


strategi tempur, dan kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak
kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa pembentukan
kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal
didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga
terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau
Inkisyariah. Selain itu. kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan
108
dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana
Menteri yang membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah
tingakat I. Di bawahnya terdapat beberapa bupati. Untuk mengatur
urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah UU
yang diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum
bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19.
Karena jasanya ini, di ujung namanya di tambah gelar al-Qanuni (Hitti,
1970: 713-714).

Pada masa kejayaannya kekaisaran Turki Ottoman memiliki


kekuatan militer terkuat di dunia. Penguasa-penguasa Eropa tidak
memiliki kekuatan untuk menyaingi kekuatan pasukan Ottoman
sehingga mereka rela membayar pajak atau upeti kepada kekaisaran
Ottoman. Dengan kekuatan militer yang kuat, canggih, dan besar
kekaisaran Ottoman menjelma menjadi negara adidaya pada masa itu.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam


kebudayaan di antaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan
Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran
tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Ajaran
tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan,
dan huruf diambil dari Arab.

Harus diakui bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan di Turki


Usmani tidak terlalu menonjol karena mereka lebih memfokuskan pada
kekuatan militernya, sehingga dalam khasanah intelektual Islam tidak
ada ilmuan yang terkemuka dari Turki Usmani. Jika membandingkan
rentang waktu kekuasaan Turki Ottoman dengan Dinasti Abbasiyah
maka dua kekaisaran ini hampir memiliki rentang waktu kekuasaan yang
sama. Namun, dari segi kemajuan ilmu pengetahuan, kekaisaran
Ottoman jauh tertinggal dari Dinasti Abbasiyah.

Dari dua kasus kekaisaran di atas dapat dilihat bahwa peran


penguasa sangat besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Penguasa
Dinasti Abbasiyah sangat peduli dengan ilmu pengetahuan sehingga
ilmu pengetahuan Islam di Timur bisa mencapai puncak
109
kegemilangannya. Sementara itu, penguasa Ottoman lebih
mementingkan pengembangan militer sehingga kemajuan militer sangat
pesat pada masa Ottoman dan sebaliknya ilmu pengetahuan tertinggal.

3. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam


lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa
ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ajaran-ajaran
thariqat berkembang dan juga mengalami kemajuan di Ottoman. Para
Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau
mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem
keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.

Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Ottoman tersebut


tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:

1. Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar, dan


giat.
2. Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.
3. Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu
Konstantinopel yang berada pada tititk temu antara Asia dan
Eropa.

Di samping itu keberanian, ketangguhan, dan kepandaian taktik


yang dilakukan olah para penguasa Turki Usmani sangatlah baik, serta
terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun
juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan
Turki Usmani.

C. KERUNTUHAN DINASTI UTSMANI

Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman al-


Qanuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi
setelah Sultan Sulaiman meninggal di antaranya perebutan kekuasaan
antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar
110
orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk.
Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang
mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan.
Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan
semestinya.

Selain faktor di atas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan


kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :

1. Wilayah Kekuasaan yang sangat luas

Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani,
menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan
administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan
Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak
beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi,
tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini
menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh
musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.

2. Heterogenitas Penduduk

Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai


kerajaan, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain,
maka di kerajaan Ottoman terjadi heterogenitas penduduk. Dari
banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang
dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki
administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan
pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai
perangai yang jelek.

3. Kelemahan para penguasa

Setelah Sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa.


Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan
yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
Pengganti Sulaiman tidak ada yang memiliki kepribadian tegas dan
visioner sehingga mereka sendiri yang melemahkan kekaisaran.
111
4. Budaya pungli

Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral


terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan
(jabatan).

5. Pemberontakan Tentara Jenissari

Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun


1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak
Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi,
keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang
mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.

6. Merosotnya ekonomi

Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun
semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar,
sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot. Pola hidup sultan
yang mewah menyebabkan kas negara banyak tersedot untuk
membiayai hidupnya sehingga peruntukan untuk kemajuan masyarakat
dan milter menjadi terabaikan.

7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi

Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat


dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam
pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan
pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi
dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani
tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih
maju.

8. Harem

Kekaisaran Ottoman dikenal sebagai kekaisaran yang meresmikan


lembaga Harem. Di dalam harem terdapat pelayan-pelayan perempuan
untuk sultan dan keluarganya. Sebagai sebuah lembaga resmi yang
dipimpin oleh permaisuri menyebabkan Harem banyak menyedot kas
112
negara karena di dalam Harem terdapat banyak perempuan. Selain itu,
sultan-sultan yang tidak cakap dalam memerintah lebih banyak
menghabiskan waktu di Harem dibandingkan dengan memperhatikan
pemerintahan. Akibatnya, rakyat terabaikan dan pemerintahan berjalan
lemah. Harem berperan besar dalam menciptakan pangeran-pangeran
yang ―manja‖ karena semua kebutuhan duniawi tersedia di Harem.
Keadaan inilah yang menyebabkan sultan-sultannya tidak kuat sehingga
kekaisaran menjadi lemah dan hancur.

Kekaisaran Ottoman harus mengalami nasib yang tragis, yaitu


dihapus oleh rakyatnya sendiri. Ini berbeda dengan dinasti-dinasti besar
Islam lainnya seperti Dinasti Abbasiyah yang runtuh dan hancur oleh
serangan Mongol. Kekuasaan Islam di Andalusia hilang dikarengan
serangan Kristen yang dipimpin oleh Ferdinand dan Isabella. Jadi,
kedua kerajaan besar itu hilang dan hancur diakibatkan oleh faktor
eksternal, yaitu diserang oleh pihak luar. Ini berbeda dengan Ottoman.

Dihapusnya kekaisaran Ottoman oleh rakyatnya dikarenakan


munculnya ketidakpuasan dari rakyat Turki. Mereka melihat kekaisaran
hanyalah lembaga yang tidak membawa kemakmuran bagi mereka,
tetapi malah membawa kesusahan. Di saat ekonomi rakyat Turki sedang
susah mereka melihat sultan-sultan Ottoman hidup dalam kemewahan.
Mereka melihat sultan-sultan Ottoman hanya mementingkan kehidupan
di Haremnya, bukan kehidupan rakyatnya. Pada akhirnya, dipimpin oleh
Mustafa Kemal Attaturk rakyat Turki berhasil menghapus kekaisaran
Ottoman selama-selamanya pada 1 November 1922.24 Sejak saat itu,
kekaisaran Ottoman hilang dan digantikan oleh Turki yang sekuler.
Sultan terakhir Ottoman, yaitu Mehmed VI, harus rela meninggalkan
Turki dan meninggal dalam pengasingan di Sanremo, Italia pada 16 Mei
1926.

24Kalangan yang mendukung kekaisaran Ottoman sampai saat ini tidak

mempercayai bahwa penghapusan kekaisaran Ottoman dikarenakan ketidakpuasan


rakyat terhadap kekaisaran itu. Menurut mereka kekaisaran Ottoman dihapuskan karena
ada peran dari Yahudi yang diwakili oleh Mustafa Kemal Attaturk. Perbedaan
pandangan ini wajar dalam sejarah karena pihak yang berbeda memiliki interpretasi yang
berbeda terhadap bukti dan fakta sejarah.
113
BAB 15
PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA-NEGARA MODERN

A. TURKI

Secara geografis Turki terletak di dua benua, yaitu Benua Asia dan
Eropa. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer persegi, 97%
(790.200 km persegi) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya
sekitar 3% (24.378 km persegi) terletak di benua Eropa. 25 Posisi
geografi yang strategis itu menjadikan Turki jembatan antara Timur dan
Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari Asia Tengah. Secara
historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia,
peradaban Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium
Usmani dan pengaruh negara-negara Barat Modern. Hingga saat ini,
bangunan-bangunan bersejarah masa Bizantium masih banyak
ditemukan di Istanbul dan kota-kota lainnya di Turki. Yang paling
terkenal adalah Aya Sofya, suatu gereja di masa Bizantium yang berubah
fungsinya menjadi mesjid pada masa Khalifah Usmani dan sejak
pemerintahan Mustafa Kemal hingga kini dijadikan musium.

Islam adalah agama terbesar di Turki. Sejak zaman kekaisaran


Ottoman menguasai Turki pada tahun 1400-an pemeluk Islam di Turki
semakin banyak. Kini sekitar 99.8% penduduk Turki adalah Muslim.
Kebanyakan Muslim di Turki adalah Sunni dengan 70-80%, sisanya
adalah Alevis dan Syiah dengan 20-30%. Ada juga pengikut Imam Dua
Belas (Itsna Asy‘ariyah) sebanyak 3%. Sebagai salah satu negara yang
penduduk terbesarnya beragama Islam Turki mempunyai peranan yang
cukup besar dalam pengembangan dan kemajuan arsitektur Islam.
Selain terkenal sebagai pusat kebudayaan arsitektur Islam yang maju dan
modern dan juga pintu gerbang menuju Eropa, Turki dari abad ke-6 SM
terkenal sebagai negara yang maju yang di mulai dari era Hellenic,

25Hingga saat ini Turki menginginkan masuk ke Uni Eropa tetapi bangsa

Eropa nampaknya masih belum menerima sepenuhnya Turki bergabung dengan


mereka. Akibatnya, nasib keanggotaan Turki di Uni Eropa menjadi tidak jelas dan
terkatung-katung. Nampaknya, bangsa Eropa belum mau menerima Turki dikarenakan
faktor sejarah pada masa Dinasti Usmani masih menguasai dunia.
114
Hellenistic, Roman, Byzantine, Seljuk, dan Ottoman Empire. Dimulai
pada era Seljuk, kemudian era kekaisaran Ottoman Turki semakin
terkenal di dunia karena berada dibawah kekuasaan Islam. Hampir
semua peradabannya baik seni, budaya atau teknologi telah maju dan
berkembang pesat.

Pada tahun 1919-1923 terjadi Revolusi Turki di bawah


pimpinan Mustafa Kemal.26 Kecemerlangan karier politik Mustafa
Kemal dalam peperangan, yang dikenal sebagai perang kemerdekaan
Turki, mengantarkannya menjadi pemimpin dan juru bicara gerakan
nasionalisme Turki. Gerakan nasionalisme ini, yang pada waktu itu
merupakan leburan dari berbagai kelompok gerakan kemerdekaan di
Turki, semula bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Turki
dari rebutan negara-negara sekutu. Namun pada perkembangan
selanjutnya gerakan ini diarahkan untuk menentang Sultan.

Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki di atas


puing-puing reruntuhan kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip
sekularisme, modernisme, dan nasionalisme. Hampir semua hal yang
berkaitan dengan budaya pada masa kekhalifahan dilarang dilakukan
oleh rakyat Turki. Misalnya topi yang biasa dipakai oleh kekhalifahan,
bahasa Arab, jilbab di lembaga pemerintahan, dan sebagainya. Bahkan,
untuk menjauhkan dan membuang ingatan rakyat Turki terhadap
Ottoman, penguasa sekuler Turki berupaya merubah azan ke dalam
bahasa Turki. Meskipun demikian, Mustafa Kemal bukanlah yang
pertama kali memperkenalkan ide-ide tersebut di Turki. Gagasan
sekularisme Mustafa Kemal banyak mendapat inspirasi dari pemikiran
Ziya Gokalp, seorang sosiolog Turki yang diakui sebagai Bapak
Nasionalisme Turki. Pemikiran Ziya Gokalp adalah sintesa antara tiga
unsur yang membentuk karakter bangsa Turki, yaitu ke-Turki-an, Islam,
dan Modernisasi.

26Bagi pendukung Dinasti Usmani, Mustafa Kemal adalah seorang agent

Yahudi yang disusupkan untuk menghapus Dinasti. Namun, bagi rakyat Turki dia
adalah seorang pahlawan karena dapat membebaskan rakyat Turki dari Dinasti Usmani.
Dikarenakan jasa besarnya itu rakyat Turki menyematkan gelar Attaturk atau Bapak
Turki kepada Mustafa Kemal. Jadilah dia dikenal dengan nama Mustafa Kemal
Attaturk.
115
Pada saat ini, Turki berusaha memainkan kembali peran
pentingnya dalam dunia Islam. Di antara usahanya itu adalah
mendukung Palestina. Usaha ini, walaupun secara diplomatik Turki
memiliki hubungan dengan Israel, dilakukan dalam bentuk
kemanusiaan, yaitu memberi bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza,
seperti terlihat dalam insiden Kapal Marmara. Kondisi perpolitikan
Turki pada saat ini memperlihatkan semakin menguatnya kelompok
Islam. Ini dibuktikan dengan kemenangan Partai Keadilan
Pembangunan (AKP) yang dipimpin oleh Reccep Tayeb Erdogan.
Kemenangan partai Islam ini menunjukkan bahwa telah ada kesadaran
dalam masyarakat Turki apa identitas mereka dan siapa mereka.

Selain itu, Turki mulai menyadari bahwa masyarakat Eropa


tidak bisa sepenuhnya menerima mereka karena identitas keislaman
mereka. Rakyat Turki bukanlah orang Eropa. Oleh karena itu, mereka
mulai berani mengambil sikap tegas terhadap Uni Eropa dengan
membela kepentingan-kepentingan Islam. Turki merupakan salah satu
negara yang paling vokal mendukung kemerdekaan Palestina.

B. MESIR

Islam masuk ke wilayah Mesir pada tahun 628 M. Pada saat itu,
Rasulullah mengirim surat pada Gubernur Mukaukis—yang berada di
bawah kekuasaan Romawi—mengajak masuk Islam. Pada tahun 639 M,
ketika Islam di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab, 3000 pasukan
Amr bin Ash memasuki Mesir dan kemudian diperkuat pasukan Zubair
bin Awwam berkekuatan 4000 orang. Mukaukis didukung gereja Kopti
menandatangani perjanjian damai. Sejak itu, Mesir menjadi wilayah
kekuasaan pihak Islam. Di masa kekuasaan Dinasti Umayyah dan
Dinasti Abbasiyah, Mesir menjadi salah satu provinsi.

Mesir baru menjadi pusat kekuasaan pada akhir abad ke-10 M.


Muiz Lidinillah membelot dari kekuasaan Abbasiyah di Baghdad, untuk
membangun kekhalifahan sendiri yang berpaham Syi‘ah. Dia menamai
kekhalifahan itu Fathimiah—nama putri Rasul yang menurunkan para
pemimpin Syi‘ah, Fatimah. Pada masa kekuasaannya (953-975), Muiz
menugasi panglima perangnya, Jawhar al-Siqili, untuk membangun ibu
kota Kairo. Kota ini dibangun di dataran tepi Sungai Nil. Khalifah Muiz
membangun Masjid Besar Al-Azhar (dari ―al-Zahra‖, nama panggilan
116
Fatimah) yang dirampungkan pada 17 Ramadhan 359 H, 970 Masehi.
Inilah yang kemudian bekembang menjadi Universitas Al-Azhar
sekarang, yang juga merupakan universitas tertua di dunia saat ini.

Muiz dan para penggantinya, Aziz Billah (975-996) dan Hakim


Biamrillah (996-1021) sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Peradaban
berkembang pesat. Kecemerlangan kota Kairo—baik dalam fisik
maupun kehidupn sosialnya—mulai menyaingi Baghdad. Khalifah
Hakim juga mendirikan pusat ilmu Bait al-Hikam yang mengoleksi
ribuan buku sebagaimana di Baghdad.

Di masa tersebut, Ibnu Yunus (wafat 1009) menemukan sistem


pendulum pengukur waktu yang menjadi dasar arloji mekanik saat ini.
Lalu Hasan ibn Haitham menemukan penjelasan fenomena ―melihat‖.
Sebelum itu, orang-orang meyakini bahwa orang dapat melihat sesuatu
karena adanya pancaran sinar dari mata menuju obyek yang dilihat.
Ibnu Haytham menemukan bahwa pancaran sinar itu bukanlah dari
mata ke benda tersebut, melainkan sebaliknya, yaitu dari benda ke mata.
Pendapat Ibn Haitham ini terbukti benar saat ini.

Gangguan politik terus-menerus dari wilayah sekitarnya


menjadikan wibawa Fathimiyah merosot. Pada 564 H atau 1167 M,
Salahuddin Al-Ayyubi mengambil alih kekuasaan Fathimiyah. Tokoh
Kurdi yang juga pahlawan Perang Salib tersebut membangun Dinasti
Ayyubiyah, yang berdiri di samping Abbasiyah di Baghdad yang
semakin lemah. Salahuddin tidak menghancurkan Kairo yang dibangun
Fathimiyah. Dia hanya mengubah paham keagamaan negara dari Syiah
menjadi Sunni. Sekolah, masjid, rumah sakit, sarana rehabilitasi
penderita sakit jiwa, dan banyak fasilitas sosial lainnya dibangun. Pada
1250—delapan tahun sebelum Baghdad diratakan dengan tanah oleh
Hulagu Khan—kekuasaan diambil alih oleh kalangan keturunan Turki,
pegawai Istana keturunan para budak (Mamluk). Di Istana, saat itu
terjadi persaingan antara militer asal Turki dan Kurdi. Sultan yang baru
naik, Turansyah, dianggap terlalu dekat Kurdi. Tokoh militer Turki,
Aybak bersekongkol dengan ibu tiri Turansyah, Syajarah. Turansyah
dibunuh. Aybak dan Syajarah menikah. Namun Aybak juga membunuh
Syajarah, dan kemudian Musa, keturunan Ayyubiyah, yang sempat
diangkatnya.

117
Di saat Aybak menyebar teror itu, tokoh berpengaruh Mamluk
bernama Baybars mengasingkan diri ke Syria. Dia baru balik ke Mesir,
setelah Aybak wafat dan Ali—anak Aybak—mengundurkan diri untuk
digantikan Qutuz. Qutuz dan Baibars bertempur bersama untuk
menahan laju penghancuran total oleh pasukan Hulagu. Di Ain Jalut,
Palestina, pada 13 September 1260 mereka berhasil mengalahkan
pasukan Mongol itu. Baybars (1260-1277) dianggap menjadi peletak
pondasi Dinasti Mamluk yang sesungguhnya. Dia mengangkat
keturunan Abbasiyah—yang telah dihancurkan Hulagu di Baghdad—
untuk menjadi khalifah. Dia merenovasi masjid dan universitas Al-
Azhar. Kairo dijadikannya sebagai pusat peradaban dunia.

Mesir pada era modern pernah dijajah oleh Inggris. Pada tahun
1922 Mesir merdeka dari Inggris. Sejak kemerdekaannya itu, Mesir
belum bisa menyaingi kemajuan nenek moyangnya dahulu. Sampai
sekrang, kondisi kehidupan masyarakat Mesir masih dipenuhi gejolak.
Apalagi setelah kejatuhan Husni Mubarak. Setelah kejatuhan pemimpin
otoriter ini, Mesir belum memiliki pemimpin kuat yang dapat membawa
Mesir maju sebagaimana dahulunya.

Berbagai faksi saling berusaha merebut kekuasaan. Ikhwanul


Muslim, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Mesir, berhasil
memenangkan pemilu pasca jatuhnya Husni Mubarak. Namun,
kekuasaan IM tidak bertahan lama karena kekuasaan mereka dikudeta
oleh militer. Pemimpin-pemimpin IM ditangkap dan dipenjarakan
bahkan dijatuhi hukuman mati seperti mantan presiden Mohammed
Morsi. Hingga tahun 2015, kestabilan politik masih merupakan hal sulit
diaplikasikan di Mesir.

C. SAUDI ARABIA

Nama Saudi berasal dari kata nama keluarga Raja Abdul Aziz, yaitu as-
Sa'ud. Pada tanggal 23 September 1932, Abdul Aziz bin Abdurrahman
as-Sa'ud—dikenal juga dengan sebutan Ibnu Sa‗ud—
memproklamasikan berdirinya Kerajaan Arab Saudi atau Saudi Arabia
(al-Mamlakah al-‘Arabiyah as-Su‘udiyah) dengan menyatukan wilayah
Riyadh, Najd (Nejed), Ha-a, Asir, dan Hijaz. Abdul Aziz kemudian
menjadi raja pertama pada kerajaan tersebut. Arab Saudi adalah negara

118
tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW serta tumbuh dan
berkembangnya agama Islam.

Arab Saudi menggunakan sistem Kerajaan atau Monarki. Raja


dipilih berdasarkan keturunan. Arab Saudi merupakan sedikit negara di
era modern yang masih menganut sistem pemerintahan monarki
absolut. Hukum yang digunakan adalah hukum Syariat Islam
berdasarkan penafsiran Wahabi.27 Sebagian besar penduduk Arab Saudi
adalah beragama Islam Sunni Wahabi. Sekitar 15% dari warga Saudi
Arabia adalah Muslim Syiah, yang sebagian besar tinggal di Provinsi
Timur, dengan konsentrasi terbesar di Qatif, Al-Ahsa, dan Dammam,
konsentrasi besar ditemukan di Najran, di samping sebuah minoritas
kecil di Madinah.

Saat ini, Arab Saudi termasuk salah satu negara terkaya.


Dengan pemasukan terbesar dari minyak bumi dan haji, Arab Saudi
dapat menikmati semua kelebihan yang diterimanya. Dikarenakan
besarnya kekayaan negara ini, paham Wahabi sebagai paham resmi
negara dicoba disebarkan ke seluruh dunia dengan pendanaan dari
pihak kerajaan. Mereka melakukan ekspor keyakinan Wahabi ke
berbagai negara di dunia melalui lembaga-lembaga pendidikan, amal,
dan lain sebagainya. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi
ini dikarenakan mereka sudah menikmati keuntungan dari ―pernikahan‖
antara Su‘ud dengan Wahabi. Untuk itulah mereka harus mendukung
Wahabi karena Wahabi lah mereka bisa bertahan hingga hari ini.
Kekayaan besar yang dimiliki oleh Kerajaan Arab Saudi sebagian juga
digunakan untuk membangun proyek-proyek prestisius dan ambisius.
Penguasa berusaha membangun hotel terbesar, bangunan tertinggi,
kiblat jam dunia, dan lain sebagainya.28

27Muhammad ibn Abdul Wahab adalah pendiri dari mazhab Wahabi. Di Arab

Saudi, Wahabi merupakan ―agama‖ resmi negara. Segala hal yang berkaitan dengan
agama diatur berdasarkan fatwa ulama Wahabi.
28Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi ini bisa dimaklumi

karena mereka merupakan negara terbesar sebagai tujuan religius. Sebagai negera yang
memiliki Ka‘bah dan sejarah Nabi Muhammad, Arab Saudi dapat mengambil
keuntungan besar dari kegiatan peribadatan umat Islam. Untuk itulah mereka
membangun hotel-hotel megah dan mengkampanyekan wisata religi yang akhir-akhir ini
marak dilakukan oleh umat Islam. Apa yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi saat
119
D. IRAN

Iran memiliki sejarah besar dan panjang. Sebelum berada dalam


kekuasaan Islam, Iran merupakan salah satu pusat peradaban dunia.
Iran atau Persia adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak di
Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai
Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia
di dunia Barat. Pada tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi
mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh digunakan. Nama
Iran adalah sebuah kognat perkataan "Arya" yang berarti "Tanah
Bangsa Arya".

Iran merupakan negara yang memiliki suku dan agama yang


beragam. Etnik mayoritas ialah etnik Persia (51% dari rakyatnya,) dan
70% rakyatnya adalah bangsa Iran, keturunan orang Arya. Kebanyakan
penduduk Iran bertutur dalam bahasa yang tergolong dalam keluarga
Bahasa Iran, termasuk bahasa Persia. Kumpulan minoritas Iran ialah
Azeri (24%), Gilaki dan Mazandarani (8%), Kurdi (7%), Arab (3%),
Baluchi (2%), Lur (2%), Turkmen (2%), dan juga suku-suku lain (1%).
Penutur ibu Bahasa Iran diperkirakan sebanyak 40 juta di Iran, dan
jumlah keseluruhannya (merangkumi negara-negara lain) adalah 150-
200 juta.

Kebanyakan penduduk Iran adalah muslim, di mana 90%


Syiah, 8% Sunni, 2% lagi adalah penganut agama Baha'i, Mandea,
Hindu, Zoroastrianisme, Yahudi dan Kristen. Zoroastrianisme, Yahudi,
dan Kristen diakui oleh pemerintah Iran dan turut mempunyai
perwakilan di parlemen.

Iran mulai berganti menjadi Islam Syiah pada zaman Safawi,


yaitu pada tahun 1501. Dinasti Safawi kemudian menjadi salah satu
penguasa dunia pada masa itu, di samping Kekaisaran Ottoman.
Modernisasi Iran yang bermula pada abad ke-19, membangkitkan

ini dengan melakukan pembangunan besar-besaran berbagai fasilitas pendukung


aktifitas religius nampaknya tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
pemerintahan Quraisy pada masa sebelum kelahiran Islam. Pemerintahan Quraisy dan
pemerintah Arab Saudi nampaknya benar-benar memanfaatkan Ka‘bah dan sejarah
Islam. Umat seharunya lebih cerdas dalam menyikapi ini.
120
keinginan untuk berubah dari orang-orang Persia. Ini menyebabkan
terjadinya Revolusi Konstitusi Persia pada tahun 1905 hingga 1911.
Pada tahun 1921, Reza Khan (juga dikenal sebagai Reza Shah)
mengambil alih tahta melalui perebutan kekuasaan dari Qajar yang
semakin lemah. Sebagai pendukung modernisasi, Shah Reza memulai
pembangunan industri modern, jalan kereta api, dan pendirian sistem
pendidikan tinggi di Iran. Malangnya, sikap aristokratik dan
ketidakseimbangan pemulihan kemasyarakatan menyebabkan banyak
rakyat Iran tidak puas.

Pada Perang Dunia II, tentara Inggris dan Uni Soviet


menyerang Iran dari 25 Agustus hingga 17 September 1941, untuk
menggagas infrastruktur penggalian minyak Iran. Blok Sekutu memaksa
Shah untuk melantik anaknya, Mohammad Reza Pahlavi
menggantikannya, dengan harapan Mohammad Reza menyokong
mereka.

Pemerintahan Shah Mohammad Reza bersifat otokratis.


Dengan bantuan dari Amerika dan Inggris, Shah meneruskan
modernisasi Industri Iran, tetapi pada masa yang sama menghancurkan
partai-partai oposisi melalui badan intelijennya, SAVAK. Ayatollah
Ruhollah Khomeini menjadi oposisi dan pengkritik aktif terhadap
pemerintahan Shah Mohammad Reza. Akibatnya Khomeini
dipenjarakan selama 18 bulan. Melalui nasihat jenderal Hassan
Pakravan, Khomeini dibuang ke luar negeri dan diantar ke Turki dan
selepas itu ke Irak.

Protes menentang Shah semakin meningkat dan akhirnya


terjadilah Revolusi Iran. Shah Iran terpaksa melarikan diri ke negara lain
setelah kembalinya Khomeini dari pembuangan pada 1 Februari 1979.
Pada 11 Februari Khomeini mengambil alih kekuasaan dan membentuk
pemerintahan sementara yang dikepalai Mehdi Bazargan sebagai
perdana menteri. Setelah itu, Khomeini mengadakan pemungutan suara
untuk membentuk sebuah Republik Islam Iran. Keputusannya
menunjukkan lebih dari 98% rakyat Iran setuju dengan pembentukan
itu.

Setelah revolusi ini hubungan Iran dengan Amerika menjadi


tidak jelas dan cenderung saling bermusuhan. Puncak ketidakjelasan
121
hubungan itu terjadi ketika mahasiswa-mahasiswa Iran menyerang
kedutaan Amerika pada 4 November 1979, atas alasan kedutaan itu
menjadi pusat intelijen Amerika. Khomeini tidak mengambil tindakan
apapun mengenai tidakan ini sebaliknya memuji mahasiswa-mahasiswa
itu. Sebagai balasan, Iran menginginkan Shah Mohammad Reza Pahlavi
dikembalikan ke Iran, tetapi ini tidak mereka setujui. Setelah 444 hari di
dalam tawanan, akhirnya para tawanan itu dibebaskan sebagai tindak
lanjut Deklarasi Aljir.29 Akibat penyerbuan terhadap kedutaannya
sampai saat ini Amerika Serikat tidak membuka kedutaannya di Iran.

E. EROPA

Pertumbuhan agama Islam di Eropa sekarang cukup mengembirakan,


walaupun sedikit mengalami ―ganggauan‖ pasca peristiwa 11
September. Namun, karena kegigihan para mubaligh dalam berdakwah
sehingga dalam perkembangannya agama Islam semakin baik dalam
kualitas maupun kuantitasnya. Apalagi setelah Paus Paulus II membuka
dialog antar umat beragama, Islam menjadi lebih dikenal di Eropa.

Di Spanyol pada tahun 1975 sekelompok pemuda masuk


Islam, mereka mendirikan masyarakat muslim di Cordova. Kemudian
pada tahun 1978 mereka dapat melaksanakan Shalat Idul Adha di
Kathedtral (bekas masjid) setelah memohon izin Uskup Cordoba
Monseigneur Infantes Floredo. Bahkan, walikota Tulio Anguila
melaksanakan teori kerukunan beragama yang menawarkan umat Islam
menggunakan taman kota dengan diberi kemah besar untuk
melaksanakan shalat Idul Adha dan shalat berjamaah. Di sana terdapat
madrasah yang dikelola Dr. Umar Faruq Abdullah yng mengajar bahasa
Arab, ilmu Al Qur‘an, tafsir, fiqih, hadis dan lain sebagainya.

Di Belgia, berdiri pula gedung Islamic Center sebagai pusat


kegiatan dakwah Islam. Jumlah umat Islam disana sekitar 150.000
orang. Pada tahun 1980 di Brussel diselanggarakan Mukhtamar Islam

29Penawanan terhadap warga Amerika Serikat di kedutaan itu merupakan aksi

untuk menekan AS yang mendukung Irak dalam Perang Irak-Iran. Akibat penawanan
itu, AS secara diam-diam harus mengirimkan rudal kepada pemerintah Iran yang sedang
berjuang melawan Irak. Peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan nama Iran
Contra.
122
Eropa. Adapun di Austria, pada tahun 1979 dibuka Islamic Center di kota
Wina yang dapat menampung 30.000 jamaah, dilengkapi masjid jami‘,
perpustakaan Muslim‘s Social Service, madrasah, dan perumahan imam.
Agama Islam diakui agama resmi setelah Kristen.

Sementara itu di Belanda, tepatnya di kota Almelo telah


dibangun sebuah masjid yang megah. Di kota ini pula telah dibentuk
federasi organisasi Islam dipimpin Abdul Wahid Van Bomel (bangsa
Belanda asli). Bomel memperjuangkan agar buruh-buruh muslim yang
umumnya dari Asia Selatan dan Afrika supaya diberi kesempatan
melakukan shalat lima waktu. Tanggal 14 oktober 1983 di kota
Redderkerk dibangun sebuah masjid yang dapat menampung 500
jamaah dilengkapi ruang diskusi, ruang tamu, tempat wudhu, dan lain
sebagainya.

Inggris, termasuk salah satu negara yang cukup bagus


pengembangan Islamnya. Hal ini didukung dengan kepeloporannya
dalam pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris.
Sejak itu Inggris mempunyai Universitas Cambridge dan Oxford.
Mozarabes salah satu tokoh yang amat berjasa dan aktif dalam
penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam. Dia mengganti namanya
menjadi Petrus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I.
Pengembangan Islam dilakukan tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan
Ahad baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Beberapa organisasi
Islam yang ada di Inggris.

1. The Islamic Council of Europe (Majlis Islam Eropa) berfungsi


sebagai pengawas kebudayaan Eropa.
2. The Union of Moslem Organization( Persatuan Organisasi
Islam Inggris)
3. The Asociation of British Moslems (Perhimpunan Muslim
Inggris)
4. Islamic Fondation dan Moslem Institute. Keduanya bergerak di
bidang penelitian, beranggotakan orang-orang Inggris dan
imigran

Di pusat kota London dibangun Central Mosque (Masjid


Agung) yang selesai pembangunannya pada tahun 1977 terletak di
Regents park, dan mampu menampung 4000 jamaah, dilengkapi
123
perpustakaan dan ruang administrasi serta kegiatan sosial. Disamping
itu, orang-orang Islam Inggris juga membeli sebuah gereja seharga
85.000 poundsterling di pusat kota London yang akan dijadikan pusat
pendidikan ilmu agama Islam. Pemeluk agama Islam disini selain bangsa
Inggris sendiri juga imigran Arab, Turki, Mesir, Cyprus, Yaman,
Malaysia dan lain-lain yang jumlahnya ± 1 ½ juta orang (menurut
catatan The Union of Moslem Organization), dan disini agama Islam
merupakan agama nomor dua setelah Kristen. Al Qur‘an pertama kali
diperkenalkan di Inggris oleh Robert Katton yang ditejemahkan ke
dalam bahasa latin. Kemudian kamus Arab-Inggris pertama disusun
sarjana Inggris E.W.Lanes. juga dinegeri Pangeran Charles ini muncul
pada tahun 1985 seorang walikota muslim yang Muhammad Ajeeb di
stradford Inggris. Dan sejak itu, masyarakat muslim dan mahasiswa
Universitas Oxford mendirikan ―Pusat Kajian Islam‖.

Sementara itu, di Roma yang merupakan negerinya agama


Katolik perkembangan Islam tidak seperti negara-negara Eropa lainnya.
Meskipun demikian, sejak tahun 1984 umat Islam berhasil meletakkan
batu pertama pembangunan masjid di taman Morst Antene di Pariali,
yakni suatu daerah yang tertib di roma. Selama ini umat Islam di Italia
baru memiliki mesjid di kota Catania Sicilia, dan pertengahan tahun
1995 mesjid bantuan Arab Saudi itu telah diresmikan pemakaiannya.
Jumlah umat Islam di Roma sekitar 30.000 orang, sedang di Italia
(selain Roma) berjumlah 29.000 jamaah.

Meskipun demikian, tantangan-tantangan yang dihadapi


muslim di Eropa cukup berat. Di Prancis misalnya ada aturan yang
melarang penggunaan cadar atau pun jilbab di tempat umum. Di
negara-negara lain, misalnya Belanda, Austria, Belgia muncul aksi-aksi
yang dilakukan segelintir orang untuk melecehkan Islam dan Nabi
Muhammad. Semua tantangan itu bisa dihadapi dengan baik oleh kaum
muslim apabila kaum muslim bisa menampilkan ajaran Islam rahmatan
lil alamin. Melalui pelaksaan ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi
secara benar maka masyarakat Eropa akan menerima sepenuhnya kaum
muslim di tanahnya. Dengan demikian, tantangan terbesar kaum
muslim saat ini di Eropa sebenarnya berasal dari kaum muslim sendiri.
Mereka harus benar-benar menjalankan ajaran Islam secara benar bukan
hanya mementingkan simbol-simbol yang itu tidak disukai oleh orang-
orang Eropa.
124
F. AMERIKA

Kapan Islam mulai masuk ke Amerika sampai saat ini masih menjadi
bahan perdebatan sejarawan. Menurut Profesor Sulayman Nyang, ketua
Departemen Studi Afrika di Universitas Howard di Washington, Islam
masuk ke Amerika jauh sebelum kedatangan Christopher Columbus.
Menurutnya Muslim datang ke negara ini selama zaman Mansa Musa,
Raja Mali di Afrika Barat yang mengungkapkan perjalanan Islam ke
Dunia Baru. Tahap berikutnya dalam sejarah Islam, menurut Nyang,
adalah periode perdagangan budak, gelombang imigran dari Timur
Tengah, Yugoslavia dan Asia Tenggara, dan dipeluknya Islam oleh
orang-orang Amerika, apakah itu orang kulit putih, kulit hitam, orang
Amerika asli, atau pun Latin.

Adapun menurut sebagian sejarawan, sejarah Islam di Amerika


Serikat bermula sekitar abad ke 16, di mana Estevánico dari Azamor
adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara.
Walau begitu, kebanyakan para peneliti di dalam mempelajari
kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan pada kedatangan para
imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke 19. Migrasi
Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering
disebut "gelombang", sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan
apa yang menyebabkan gelombang ini

Jumlah pemeluk agama Islam di Amerika Serikat telah


meningkat dalam seratus tahun terakhir, di mana sebagian besar
pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Namun demikia,
jumlah pasti pemeluk agama Islam di AS sulit diketahui karena undang-
undang AS melarang mencantumkan agama dalam identitas warganya.

Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga


Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah
bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari Muslim
AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro
Amerika. Pada tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak
lagi orang dari negara-negara Muslim yang menjadi penduduk AS
hampir 96.000 setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya.
Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR)[18],
jemaah masjid Sunni yang diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari
125
latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%), Afro Amerika
(30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%), Asia
Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika
(0,7%), dan Hispanik/Latin (0,6%).

Terdapat banyak organisasi Islam di AS, di antaranya adalah:

 American Society of Muslims (ASM atau Masyarakat Muslim


Amerika), pengganti Nation of Islam, yang lebih dikenal
sebagai Black Muslim. Kelompok ini dipimpin oleh Warith
Deen Mohammed. Tidak begitu jelas berapa Muslim Amerika
yang mengikuti kelompok ini. Kepercayaan kelompok ini juga
berbeda dengan kepercayaan Islam pada umumnya, mereka
tidak mengenali Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir.

 Islamic Society of North America (ISNA atau Masyarakat


Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi organisasi-
organisasi Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan
Islam. Kelompok ini dibuat oleh imigran, beberapa etnis
Kaukasia dan sekelompok kecil Afro Amerika yang masuk
Islam. Jumlah anggotanya baru-baru ini mungkin telah
melampaui ASM. Konvensi tahunan ISNA mungkin adalah
pertemuan Muslim paling besar di AS. Organisasi ini telah
dikritik karena menyebarkan ajaran Wahabi dan karena
memiliki hubungan dengan terorisme.

 Islamic Circle of North America (ICNA atau Lingkaran Islam


Amerika Utara). ICNA adalah kelompok Islam yang tidak
memandang kesukuan, terbuka bagi semua, dan mandiri.
Kelompok ini dibentuk oleh imigran, Amerika kult putih, dan
Afro Amerika yang masuk Islam. Kelompok ini sedang
tumbuh, dan juga bisa lebih besar dari ASM disaat sekarang.
Divisi mudanya adalah Young Muslims atau Muslim Muda.

 Islamic Supreme Council of America (ISCA atau Dewan


Tertinggi Muslim Amerika) mewakili banyak Muslim AS.
Tujuannya adalah menyediakan solusi-solusi bagi Muslim
Amerika, yang berlandaskan hukum Islam. ISCA bekerja keras

126
untuk mengintegrasikan ajaran Islam dalam memecahkan isu-
isu zaman demi memelihara keyakinan Islam ditengah
masyarakat yang sekuler.

 Islamic Assembly of North America (IANA Himpunan Islam


Amerika Utara), adalah suatu organisasi Muslim terkemuka di
AS. Menurut situs mereka, di antara sasaran IANA adalah
"mengkoordinir dan mempersatukan usaha-usaha dari dakwah
yang berbeda, mengorientasikan organisasi (Islam) di Amerika
Utara atau mengarahkan umat Muslim untuk bertahan pada
metodologi Islam". Untuk mencapai sasarannya, IANA
menggunakan sejumlah alat, metode, konvensi, rapat anggota,
lembaga, institusi, akademi berorientasi dakwah, dan lain-lain.

 Muslim Students' Association (MSA atau Asosiasi Pelajar-


pelajar Muslim), adalah suatu kelompok yang diperuntukkan
bagi pelajar Islam di perguruan tinggi Kanada dan Amerika
Serikat. MSA juga sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan, seperti pengumpulan dana untuk tunawisma
selama Ramadhan.

 Islamic Information Center (IIC atau Pusat Informasi Islam)


adalah organisasi yang dibentuk untuk memberi informasi
kepada publik, sebagian besar melalui media, seputar Islam dan
umat Muslim.

Serangan 11 Sepetember 2001 ke gedung WTC dan Pentagon


adalah bencana bagi AS dan umat Muslim sedunia. Pasca serangan,
berbagai tudingan dilontarkan kepada Islam dan ummatnya. Banyak
serangan-serangan yang terjadi tehadap Muslim Amerika setelah
kejadian itu, walaupun ini terbatas pada kelompok minoritas kecil.
Menurut survey yang dilakukan pada 2007, 53% Muslim Amerika
menganggap bahwa menjadi lebih sulit menjadi seorang Muslim (di AS)
setelah serangan itu. Wanita Muslim yang menggunakan hijab/jilbab
diganggu, menyebabkan beberapa wanita Muslim lebih memilih untuk
tinggal dirumah, sedangkan yang lainnya untuk sementara meninggalkan
praktik (pekerjaan).

127
Isu Islam juga menjadi isu-isu yang hangat dalam pemilu AS
saat ini. Sebuah foto salah satu kandidat dari partai Demokrat, Barack
Obama, yang menggambarkan dia sedang mengenakan pakaian Muslim,
menjadi begitu kontroversi. Hal ini memperlihatan bahwa embel-embel
Islam masih belum dapat diterima oleh warga Amerika kebanyakan.
Tahun lalu, para sukarelawan melakukan kampanye setelah muncul
berita e-mail yang menyebutkan bahwa Obama seorang Muslim.
Karena itulah, dalam berbagai kesempatan, Obama berkali-kali
membantah bahwa dirinya seorang Muslim. Pada akhirnya, Obama
menjadi presiden AS dengan menangguk banyak suara dari pemeluk
Islam.

Di samping itu, sekelompok orang di AS juga berupaya


mendiskreditkan Islam. Mereka melakukan kampanye di bus-bus yang
ada di Kota New York dengan menuliskan iklan yang menyudutkan
Islam. Walikota New York sendiri beralasan apa yang dilakukan oleh
kelompok itu adalah kebebasan berpendapat yang dijamin dan
dilindungi oleh hukum AS. Tidak hanya itu, ada upaya untuk terus
melakukan penistaan terhadap Islam yang dilakukan oleh seorang
pendeta yang ingin membakar Alquran. Pemerintah AS tidak dapat
berbuat banyak dan selalu beralasan itu adalah salah satu ekspresi
kebebasan di AS. Namun, dikarenakan tekanan dari berbagai pihak dan
saran dari pemerintah AS tindakan itu urung atau batal di laksanakan.

Pemerintah AS juga menjatuhkan hukuman terhadap


tentaranya di Afganistan yang ketahuan melakukan penghinaan
terhadap Alquran. Selain itu, kebiasaan merayakan Idul Fitri di Gedung
Putih sudah mulai dilakukan sejak era Presiden Bill Clinton. Pada
kesempatan perayaan itu, presiden ikut serta merayakan Idul Fitri
dengan mengundang tokoh-tokoh umat Islam di AS. Inilah salah satu
upaya AS mendekatkan diri kepada komunitas Islam.

128
DAFTAR PUSTAKA

Abazhah, Nizar. 2011. Bilik-Bilik Cinta Muhammad: Kisah Sehari-Hari


Rumah Tangga Nabi. Jakarta: Zaman.

Abdullah, Taufik, dkk. (editor). 2003. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.


Jilid ke-5. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Al-Hamidi, Muhammad Ali. 1957. Al-Wahyu wal Qur’an. Surabaya:


Syirkah wa Matba‘ah Salim bin Sa‘id bin Nabhan wa Akhihi
Ahmad.

Ali, Jamilludin. 2010. Islam Kultural: Kajian Pemikiran Politik Nurcholish


Madjid 1970-1998. Tesis (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Amin, Samsul Munir. 2013. Sejarah Peradaan Islam. Jakarta: Amzah.

Anwar, M. Syafi‘i. 1995. Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian
Politik tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru. Jakarta:
Paramadina.

Aziz, M. Imam, dkk. (penyunting). 1993. Agama, Demokrasi, dan Keadilan.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Azra, Azyumardi. 1994. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulaan


Nusantara abad 17 dan 18. Bandung: Mizan.

Boland, B.J. 1971. The Struggle of Islam in Modern Indonesia. The Hague:
Martinus Nijhoff.

Bosworth, C.E. 1993. Dinasti-Dinasti Islam. Bandung: Mizan.

Brockelman, Carl. 1974. Tarikh al-Syu’ub al-Islamiyah. Beirut: Dar al-


Ilmu.

129
Burke, Peter. 2003. Sejarah dan Teori Sosial. Penerjemah: Mestika Zed
dan Zulfami. edisi 2. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Cahyono, Heru. 1992. Peranan Ulama dalam Golkar 1971-1980: dari


Pemilu sampai Malari. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Effendy, Bahtiar. 1998. Islam dan Negara, Transformasi Pemikiran dan


Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina.

Eickelman, Dale F. dan Piscatori, James. 1998. Ekspresi Politik Muslim.


Penerjemah: Rofik Suhud. Bandung: Mizan.

Fatimah, Siti, (ed), dkk. 2004. Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik
hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi.

Fealy, Greg. dan Hooker, Virginia. (editor). 2006. Voices of Islam in


Southeast Asia: a Contemporary Sourcebook, Singapore: ISEAS
Publications.

Feith, Herbert. 1968. The Decline of Constitutional Democracy In Indonesia.


Ithaca, New York: Cornell University Press.

Fouda, Faraq. 2012. Kebenaran Yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan
Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslim. Jakarta: Yayasan Abad
Demokrasi.

Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah. Penerjemah: Nugroho


Notosusanto. Jakarta: UI Press.

Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Hamka. 1982. Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam. Jakarta: Pustaka


Panjimas.

Hamka. 1983. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Hart, Michael H. 1982. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam


Sejarah. Terjemahan H. Mahbub Djunaidi. Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya.
130
Hassan, Hassan Ibrahim. 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta:
Kota Kembang.

Hidayat, Komaruddin dan Gaus AF, Ahmad (editor). 2005. Islam,


Negara, dan Civil Society: Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer.
Jakarta: Paramadina.

Hitti, Philip K. 2010. History of The Arabs; Rujukan Induk dan Paling
Otoritaif tentang Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Serambi.

Hodgson, Marshal G.S. 1981. The Venture of Islam. Vol. III. Chicago:
The University of Chicago Press.

Holt, P. M. dkk. 1970. The Cambridge History of Islam. London:


Cambridge University Press.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara


Wacana.

Kuntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah (Historical Explanation).


Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kusdiana, Ading. 2013. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan.


Bandung: CV. Pustaka Setia.

Kusuma, Erwien dan Khairul (editor). 2008. Pancasila dan Islam:


Perdebatan antar Parpol dalam Penyusunan Dasar Negara di Dewan
Konstituante. Jakarta: BAUR Publishing.

Lapidus, Ira M. 1999. A History of Islamic Societies. Diterjemahkan oleh


Ghufron A. Mas‘adi. Jakarta: Rajawali.

Maarif, Ahmad Syafii. 1985. Islam dan Masalah Kenegaraan. Jakarta:


LP3ES.

Meuleman, Johan (editor). 2001. Islam in the Era Globalization: Muslim


Attitudes towards Modernity and Identity. Jakarta: INIS.

Mubasyoh. 2010. Sejarah Dakwah. Kudus: Nora Media Enterprise.


131
Nadroh, Siti. 1999. Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Nasution, Adnan Buyung. 1995. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di


Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Penerjemah:
Sylvia Tiwon. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Noer, Deliar. 1987. Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965. Jakarta:


Grafiti Pers.

Nordholt, Henk Schulte, et.al (editor). 2008. Perspektif Baru Penulisan


Sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia: KITLV-
Jakarta; Denpasar: Pustaka Larasan.

Madjid, Nurcholish. 1992. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah


Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan.
Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.

Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta:


Serambi.

Rukiati, Enung K. 2006. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung:


CV. Pustaka Setia.

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sunyoto, Agus. 2011. Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan.


Jakarta: Transpustaka.

Syukur, Fatah. 2012. Sejarah Pendidikan Islam. Semarang: Pustaka Rizki


Putra.

Thaba, Abdul Azis. 1996. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru.
Jakarta: Gema Insani Press.

Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam.


Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

132
Tibbi, Bassam. 1994. Krisis Peradaban Islam Modern, Sebuah Kultur
Praindustri dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Yogyakarta:
Tiara Wacana.

Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

133

Anda mungkin juga menyukai