Anda di halaman 1dari 25

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

Semester : IV (Empat)
Dosen : Titi Mildawati S. Pd.I., M.Pd.I

KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA


PEMERINTAHAN ABU BAKAR AS-SIDDIQ DAN UMAR BIN
KHATTAB

KELOMPOK 3
PWK C

FARADILA AZZAHRA 60800122065


CHINDY 60800122066
FAUZAN 60800122077
RAFI MUHAMMAD JUFRA 60800122081

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat serta izin- Nya,
penulis bisa menyusun makalah ini dengan baik serta berakhir berakhir dengan
tepat waktu. Makalah ini bertajuk “Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa
Pemerintahan Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Bin Khattab” Penataan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu serta bertujuan
juga untuk membagikan pengetahuan bonus terkait daerah terpaut untuk penulis
serta pembaca.
Pada kesempatan ini, perkenankan kami mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya atas dukungan dan kontribusi kepada Ibu Titi Mildawati S. Pd.I.,
M. Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Perdaban Islam. Serta
rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberikan berbagai kontribusi yang berguna dalam penulisan makalah ini.
Terakhir, kami menyadari kalau makalah ini masih belum seluruhnya
sempurna. Hingga dari itu kami terbuka terhadap kritik serta anjuran yang dapat
membangun keahlian kami, supaya pada tugas selanjutnya dapat menciptakan
karya dengan lebih baik lagi. Mudah-mudahan laporan ini bisa berguna untuk
penulis serta pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Samata, 23 Maret 2024

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................3

A. Latar Belakang...............................................................................................................3

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................5

C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................6

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin ......................................................................................6

B. Sejarah Perkembangan dan Pencapaian Islam pada masa Khulafaur-Rasyidin ...........7

C. Keterkaitan Peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Khulafaur Rasyidin ............. 20

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 22

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 22

B. Saran ............................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 24

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat, bangsa,
negara, maupun individu. Keberadaan sejarah merupakan bagian dari proses
kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu tanpa mengetahui sejarah, maka proses
kehidupan tidak akan dapat diketahui. Melalui sejarah pulalah manusia dapat
mengambil banyak pelajaran dari proses kehidupan suatu umat, bangsa, negara dan
sebagainya. Diantara pelajaran penting yang dapat diambil dari sejarah adalah
mengambil sesuatu yang baik dari umat, bangsa dan negara untuk senantiasa
dilestarikan dan dikembangkan. Sedangkan terhadap hal-hal yang tidak baik,
sedapat mungkin ditinggalkan dan dihindari. Sejarah juga melatih seseorang untuk
menganalisa, mempergunakan nalar dalam mengaitkan antara satu peristiwa
dengan peristiwa yang lain, mampu membaca peristiwa dan
menginterpretasikannya dan dapat meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan
terjadi dengan mendasarkan pada peristiwa sejarah masa lalu. Kesimpulannya,
sejarah adalah cerminan masa lalu untuk dijadikan contoh dan pedoman bagi masa
kini dan masa yang akan datang (Setyawati, 2022).
Ketika islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum Muslim telah
dijanjikan oleh Al–Quran akan menjadi komunitas terbaik dipanggung sejarah bagi
sesama umat manusia lainnya. Akibatnya diterimanya dorongan ajaran seperti ini,
secara tidak langsung telah memberikan produk pandangan bagi mereka sendiri
untuk melakukan permainan budaya sebaik mungkin. Terdapat banyak perspektif
dalam membaca banyak fakta sejarah, terutama terhadap sejarah peradaban umat
Islam. Perbedaan cara pandang tersebut sebagai akibat dari khazanah pengetahuan
tentang sejarah yang berbeda. Hal itu dipicu dari keberagaman teori sejarah. Lebih-
lebih sejarah islam yang sebagian besar adalah sejarah tentang polotik dan
kekuasaan yang berujung pada kepentingan kelompok maupun individual semata.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dicintai oleh yang dipimpinnya,
sehingga pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu di ikuti dan rakyat

3
membelanya tanpa diminta terlebih dahulu. Figur kepemimpinan yang mendekati
penjelasan tersebut adalah Rasulullah beserta para sahabatnya (khulafaur
Rasyidin). Wafatnya Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama maupun Negara
menyisakan persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun
sebagai penerusnya. Akibatnya terjadilah perselisihan, masing-masing kelompok
mengajukan wakilnya untuk dijadikan sebagai penerus serta pengganti Nabi
Muhammad untuk memimpin umat. Akhirnya muncullah kholifah rasyidiyah,
yang terdiri dari Abu bakar, Umar, Ustman, dan Ali yang memimpin secara
bergantian. Dalam prosesnya banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi dan
patut dipelajari sebagai landasan sejarah peradaban islam (Sari & Pratama, 2022).
Surat Ar-Rum (30:41) dari Al-Qur'an adalah ayat yang relevan dengan
perencanaan wilayah dan kota. Ayat ini menyebutkan tentang perubahan
peradaban dan peringatan bagi manusia untuk memperhatikan pembelajaran dari
peristiwa-peristiwa sejarah:
‫ض الَّذِي ع َِملُوا لَعَلَّ ُه ْم‬ ِ َّ‫سبَتْ أَ ْيدِي الن‬
َ ‫اس ِليُذِيقَ ُه ْم بَ ْع‬ َ ‫سا ُد فِي ا ْلبَ ِر َوا ْلبَح ِْر بِ َما َك‬ َ
َ َ‫ظ َه َر ا ْلف‬
‫يَ ْر ِجعُو َن‬
Terjemahnya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ayat ini menggaris bawahi pentingnya pembelajaran dari sejarah


peradaban manusia dan peringatan tentang konsekuensi dari tindakan manusia
terhadap lingkungan, termasuk wilayah dan kota. Ini dapat diinterpretasikan dalam
konteks perencanaan wilayah dan kota untuk memastikan keberlanjutan
lingkungan dan mencegah kerusakan yang disebabkan oleh tindakan manusia.
Dengan adanya makalah sejarah peradaban islam ini, diharapkan bisa
mengidentifikasi Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan Abu Bakar
As-Siddiq dan Umar Bin Khattab.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan dan pencapaian Islam pada masa
Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Bin Khattab) menjadi
khalifah?
3. Bagaimanakah keterkaitan peradaban Islam pada masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Bin Khattab) menjadi
khalifah dengan perencanaan wilayah dan kota?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui defenisi dari Khulafaur Rasyidin.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan dan pencapaian Islam pada masa
Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Bin Khattab) menjadi
khalifah.
3. Untuk mengetahui keterkaitan peradaban Islam pada masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Bin Khattab) menjadi
khalifah dengan perencanaan wilayah dan kota.
2. Manfaat
Dari tujuan di atas adapula manfaat yang saya harapkan dari makalah ini:
1. Untuk memberikan informasi terkait defenisi dari Khulafaur Rasyidin.
2. Untuk memberikan informasi terkait sejarah perkembangan dan pencapaian
Islam pada masa Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Bin
Khattab) menjadi khalifah.
3. Untuk memberikan informasi tentang keterkaitan peradaban Islam pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Bin
Khattab) menjadi khalifah dengan perencanaan wilayah dan kota.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin


Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang
cendekiawan. Adapun pencetus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang-
orang muslim yang paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Dalam
Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di muka bumi untuk
merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya. Sedangkan khalifah secara
khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai Imam
umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah
edentitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad
saw selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang,
dan lain sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin
pengganti Rosulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang adil,
bijaksana, cerdik, selalu melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat
petunjuk dari Allah. Tugas Khulafaur Rasyidin adalah menggantikan
kepemimpinan Rosulullah dalam mengatur kehidupan kaum muslimin. Jika tugas
Rosulullah terdiri dari dua hal yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Maka
Khulafaur Rasyidin bertugas menggantikan kepemimpinan Rasulullah dalam
masalah kenegaraan yaitu sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan dan
pemimpin agama. Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai kepala Negara adalah
mengatur kehidupan rakyatnya agar tercipta kehidupan yang damai, adil, makmur,
aman, dan sentosa. Sedangkan sebagai pemimpin agama Khulafaur Rasyidin
bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Bila
terjadi perselisihan pendapat maka kholifah yang berhak mengambil keputusan.
Meskipun demikian Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan tugasnya selalu
mengutamakan musyawarah bersama, sehingga setiap kebijakan yang diambil
tidak bertentangan dengan kaum muslimin. Khulafaur Rasyidin merupakan
pemimpin umat Islam dari kalangan sahabat pasca Nabi wafat. Mereka merupakan

6
pemimpin yang dipilih langsung oleh para sahabat melalui mekanisme yang
demokratis.
B. Sejarah Perkembangan dan Pencapaian Islam pada masa Khulafaur-
Rasyidin
1. Abu Bakar As-Siddiq
Abu Bakar As-Siddiq merupakan tokoh sentral dalam sejarah Islam yang
memegang peran penting dalam penyebaran agama dan pembelaan kebenaran.
Meskipun bukan yang pertama memeluk Islam, Abu Bakar muncul sebagai
pelopor yang tak tergantikan dalam membawa manfaat besar bagi umat Islam.
Kesungguhan dan semangatnya dalam berdakwah serta kedudukannya yang tinggi
membawa dampak positif yang besar, memimpin tokoh-tokoh besar seperti
Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin
Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah untuk mengikuti jalan Islam. Selain itu,
kepribadian Abu Bakar yang dikenal memiliki kebaikan, keberanian, dan
kekokohan pendirian memberikan inspirasi bagi umat Islam. Perannya tidak hanya
terbatas pada dakwah, tetapi juga dalam pembelaan agama dan pengambilan
keputusan penting dalam Islam. Dalam lingkup keluarga, Abu Bakar juga
memperlihatkan keteladanan sebagai suami dan ayah yang bijaksana, di mana
keluarganya menerima Islam bersamanya. Dengan dedikasinya yang tak
tergoyahkan, Abu Bakar Ash-Shiddiq menegaskan dirinya sebagai salah satu pilar
utama dalam penyebaran dan pembelaan agama Islam.
Wafatnya Rasulullah SAW merupakan sebuah kejadian yang
menggemparkan seluruh umat Islam, bahkan banyak di antara para sahabat yang
awalnya tidak percaya dengan kabar tersebut. Kebingungan melanda banyak
kalangan, dengan sebagian besar sahabat yang terdiam tak mampu menegakkan
diri, beberapa lainnya bahkan mengingkari kenyataan tersebut. Bahkan Umar bin
Khattab, salah satu sahabat terkemuka, mengangkat pedangnya dan bersumpah
akan menghukum siapa pun yang mengatakan Rasulullah meninggal. Musibah
besar ini menjadi ujian bagi umat Islam, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam
Qurthuby bahwa musibah terbesar adalah yang menimpa agama, dan wafatnya
Rasulullah adalah salah satunya.

7
Dampaknya tidak hanya dirasakan dalam kebimbangan dan kekhawatiran,
tetapi juga dalam kekosongan kepemimpinan yang mendadak terjadi. Setelah
wafatnya Rasulullah, terputuslah sumber wahyu, kenabian berakhir, dan
muncullah para nabi palsu. Banyak yang murtad, dan umat Islam mengalami
kemunduran yang signifikan setelah sebelumnya mencapai puncak kejayaan.
Namun, di tengah kekacauan tersebut, Abu Bakar Ash-Shiddiq menunjukkan
kepiawaiannya dalam menghadapi musibah tersebut. Dengan tenang, beliau
mampu memimpin umat Islam dan menyampaikan pesan-pesan yang
menenangkan.
Pertemuan di Saqifah Bani Sa’idah menjadi awal dari proses pemilihan
pemimpin baru bagi umat Islam. Di tengah perdebatan, Abu Bakar muncul sebagai
pemimpin yang diakui secara luas oleh para sahabat. Bahkan Umar bin Khattab
yang awalnya menolak gagasan tersebut, akhirnya ikut memberikan baiat kepada
Abu Bakar, mengakui kepemimpinannya.
Baiat 'Ammah terhadap Abu Bakar merupakan langkah konkret dalam
mengukuhkan kepemimpinan beliau. Dengan kesatuan dan kesepakatan dari
seluruh umat Islam, Abu Bakar pun resmi menjadi pemimpin mereka. Melalui
kepemimpinan Abu Bakar, umat Islam kembali bersatu dan memulai fase baru
dalam sejarah peradaban Islam.
Permasalahan dan Langkah-Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq:
a. Kebijakan dalam Urusan Keagamaan
Ada beberapa kebijakan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap
Agama antara lain :
1) Memerangi Nabi palsu, orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak
mengeluarkan zakat.
Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak
mengeluarkan zakat. Untuk mengatasi tantangan ini, Abu Bakar membentuk
sebelas pasukan dengan tugas masing-masing untuk mengembalikan keamanan
dan stabilitas di daerah yang ditentukan. Setiap pemimpin pasukan diberikan
wasiat agar bertindak dengan adil dan menghormati kebebasan beragama, seperti
yang terlihat dalam instruksi untuk tidak mengganggu kaum yang beribadah di

8
biara-biara. Selain itu, ia mengutus panglima-panglima terpercaya untuk
memimpin pasukan dan menangani berbagai pemberontakan serta gerakan murtad.
Meskipun Abu Bakar ingin turut serta dalam pertempuran, namun Ali bin Abi
Thalib mencegahnya dengan mengingatkan akan kebutuhan akan keberadaannya
sebagai pemimpin umat. Dengan dukungan Allah, pasukan Islam berhasil
menumpas kemurtadan, mengukuhkan Islam di wilayah Jazirah, dan memaksa
kabilah-kabilah untuk membayar zakat, menegaskan kekuatan dan otoritas Islam
pada masa itu.
2) Pengumpulan Al-Quran
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas.
Karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar
cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi
dari Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat
suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan
menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli
sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa
besar dari khalifah Abu Bakar.
3) Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik
dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan
Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan
lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis
ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab
didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran
pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik
adalah para sahabat Rasul terdekat. Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid
dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga
pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain
sebagainya.

9
b. Kebijakan dalam Urusan Kenegaraan
Ada beberapa kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan,
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Bidang eksekutif
Pendelegasian tugas-tugas pemerintahan di Madinah dan daerah
merupakan langkah penting dalam struktur administratif Islam awal. Di tingkat
pusat, penunjukan Ali bin Abi Thalib, Uthman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit
sebagai sekretaris, serta Abu Ubaidah sebagai bendaharawan, serta Umar bin
Khattab sebagai hakim Agung, menandakan penyebaran tanggung jawab yang
efisien. Sementara itu, di daerah kekuasaan Islam, provinsi-provinsi dibentuk,
dengan setiap provinsi memiliki seorang amir yang bertanggung jawab atas
pemerintahan setempat. Para amir ini, seperti Itab bin Asid di Mekkah, Uthman
bin Abi Al-Ash di Thaif, Al-Muhajir bin Abi Umayyah di San'a, dan lainnya, tidak
hanya memimpin secara agama, tetapi juga menjalankan fungsi hukum dan
keamanan. Mereka memiliki wewenang untuk mengangkat pembantu-pembantu
seperti katib dan amil. Langkah ini menggambarkan sistem administratif Islam
yang terorganisir dan berfungsi dengan baik dalam mengatur kehidupan
masyarakat pada masa itu.
2) Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan
untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima
yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid
bin Sufyan, dan lain-lain.
3) Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa
pemerintahan Abu bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk
dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat
dikala itu dikenal ‘alim.

10
4) Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang
didapat dari zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta
tersebut digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat
sesuai dengan aturan yang ada.
Kemajuan Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar:
a. Penyebaran dan Kekuasaan Islam
Islam pada dasarnya adalah agama dakwah, yang berarti agama yang harus
terus dikembangkan dan disebarkan. Dalam pengembangan wilayah Islam,
terdapat dua pola utama yaitu dakwah dan perang. Setelah berhasil mengembalikan
stabilitas keamanan di Jazirah Arab, Abu Bakar memusatkan perhatiannya pada
permasalahan luar negeri. Di luar kekuasaan Islam, ada dua kekuatan adidaya yang
dianggap mengancam Islam baik secara politis maupun agama, yaitu Persia dan
Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam untuk melawan orang-
orang Ghassan dan Romawi karena sikap mereka yang membahayakan Islam.
Dengan demikian, perang menjadi satu-satunya opsi untuk mempertahankan Islam
dari ancaman tersebut. Pada tahap pertama, Abu Bakar menaklukkan Persia,
sedangkan pada tahap kedua, dia berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan
membentuk empat barisan pasukan yang dipimpin oleh panglima-panglima
terpercaya. Perjuangan ini berlanjut hingga masa kekhalifahan Umar bin Khattab,
di mana akhirnya tentara Muslim berhasil menaklukkan Persia dan Romawi,
menandai sebuah pencapaian besar dalam sejarah Islam.
b. Peradaban Islam
Pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, bentuk peradaban Islam
mencapai puncaknya dengan penghimpunan Al-Qur'an yang luar biasa. Dengan
perintah Abu Bakar, Zaid bin Tsabit mengumpulkan Al-Qur'an dari berbagai
sumber untuk menjaga kelestariannya setelah kehilangan beberapa penghafal Al-
Qur'an dalam perang Yamamah. Inisiatif Umar untuk mengusulkan penghimpunan
ini menjadi tonggak bersejarah, di mana Al-Qur'an akhirnya disusun dalam satu
mushaf. Selain itu, dalam praktik pemerintahannya, Abu Bakar menunjukkan
keteladanan dalam penataan sosial ekonomi dengan mewujudkan keadilan dan

11
kesejahteraan sosial masyarakat. Pengelolaan zakat, infak, sedekah, serta harta
rampasan perang dan jizyah digunakan untuk kemaslahatan rakyat, dengan
pendapatan negara dibagikan secara adil sesuai ajaran Al-Qur'an. Suksesi
kepemimpinan Abu Bakar kepada Umar juga mencerminkan keteladanan dan
ketegasan. Abu Bakar tidak meninggalkan musyawarah dalam menentukan
penerusnya, mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat, dan
memilih Umar atas dasar sifat-sifat terpuji yang dimiliki, bukan karena hubungan
keluarga. Pengukuhan Umar sebagai khalifah berlangsung dengan lancar, tanpa
adanya pertentangan di kalangan kaum Muslimin, menandai keberhasilan transisi
kepemimpinan yang stabil dan harmonis dalam peradaban Islam awal.
2. Umar Bin Khattab
Umar ibnu Khatab, putera dari Nufail al Quraisy dari suku Bani Adi,
merupakan salah satu kabilah suku Quraisy yang tak ternilai. Meskipun tidak ada
yang mengetahui secara pasti kapan dia dilahirkan, namun kehidupannya tidak
jauh berbeda dengan anak-anak lainnya. Sejak remaja, Umar sudah terbiasa
menggembalakan unta ayahnya di pinggiran kota Mekkah, sambil mengasah
keahlian bertarung dan berkuda. Tubuhnya yang kekar, kulit putih kemerah-
merahan, dan kumisnya yang lebat menunjukkan ketangguhannya secara fisik.
Pada masa Jahiliyah, Umar seperti pemuda lainnya yang terpengaruh
minuman keras dan kehidupan duniawi. Namun, ketika Rasulullah mulai
mendakwahkan Islam, Umar menjadi sangat gigih dalam membela agama nenek
moyangnya, bahkan menjadi salah satu tokoh Quraisy yang paling ditakuti oleh
kaum Muslim karena kekejamannya. Namun, doa Rasulullah kepada Allah agar
salah satu dari Umar atau Abu Jahal masuk Islam, menjadi penanda perubahan bagi
Umar. Doa tersebut terkabul, dan keislaman Umar membawa kemajuan pesat bagi
Islam.
Julukan "Al-Faruq" yang artinya pembeda antara yang baik dan buruk
melekat pada Umar karena ketegasannya dalam membedakan kebenaran dan
kebatilan. Meskipun keras dan tegas, Umar juga memiliki sifat lembut dan perasa.
Hatinya mudah tersentuh hingga ia sering menangis terharu setelah shalat,
mengingat dosa-dosanya di masa Jahiliyah.

12
Umar terkenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya karena
perhatian dan tanggung jawabnya yang luar biasa. Sebelum memeluk Islam, Umar
terlibat dalam tradisi kejam kaum Jahiliyah, namun setelah masuk Islam, ia
mengubah hidupnya sepenuhnya, meninggalkan praktik-praktik buruk masa
lalunya. Kehadiran Islam dalam keluarganya mempengaruhi Umar secara
mendalam, membuatnya merenungkan hakikat kebenaran. Islamnya membawa
pengaruh besar bagi perjuangan Nabi Muhammad. Dengan kecerdasan dan
ketegasannya, Umar dikenal sebagai tokoh yang bijaksana dan kreatif, serta
mendapat gelar "Singa Padang Pasir" dan "Abu Faiz".
Di Madinah, Umar bersama kaum Muhajirin lainnya ikut mendahului
Rasulullah dalam hijrah. Di sana, dia dipersaudarakan dengan Utban bin Malik dan
ikut menggarap tanah subur Madinah. Meskipun terkadang mendebat Rasulullah
seperti dalam Perjanjian Hudaibiyah, hal itu tidak mengurangi kesetiaannya pada
agama dan prinsip yang ia anut. Umar ibnu Khatab adalah sosok yang tegar namun
memiliki hati yang lembut, yang tak hanya memimpin dengan tegas, tetapi juga
mampu menunjukkan kepedulian dan perhatiannya terhadap umat Islam.
Perjalanan keislaman Umar bin Khattab adalah bukti konkret akan
keajaiban hidayah Allah yang tak terduga. Sebelumnya, Umar dikenal sebagai
sosok yang keras dan gigih dalam menentang Islam, bahkan dengan niat
membunuh Nabi Muhammad SAW. Namun, melalui berbagai peristiwa yang tak
terduga, Allah SWT merubah hatinya secara mendalam. Dari awal
ketidakpercayaan yang mendalam, Umar akhirnya datang kepada Nabi
Muhammad dengan niat tulus untuk mengikuti ajaran Islam. Perjalanan ini
menggambarkan bahwa hidayah Allah tidak mengenal batas, mampu mengubah
hati yang keras menjadi lembut. Keislaman Umar tidak hanya membawa
transformasi pada dirinya sendiri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang
di sekitarnya untuk memeluk agama Islam. Bahkan setelah wafatnya Nabi
Muhammad, Umar tetap kokoh dalam kebenaran, meskipun awalnya mengalami
keraguan. Dengan sikap yang tegas, ia memastikan agar umat Muslim tetap
berpegang pada ajaran yang benar. Lewat perjalanan hidupnya, Umar bin Khattab
memberi pelajaran bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk

13
memberikan hidayah kepada siapa pun yang Dia kehendaki, bahkan kepada yang
paling keras hatinya sekalipun.
Penunjukan Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua oleh Abu Bakar
menunjukkan perbedaan prosedur dalam pemilihan pemimpin umat Islam
dibandingkan dengan khalifah sebelumnya. Abu Bakar, merasa akan mendekati
ajalnya, merasa penting untuk menentukan penggantinya demi menghindari
potensi pertentangan politik yang berpotensi mengganggu stabilitas umat Islam.
Dengan meminta pendapat kepada para tokoh sahabat dan menetapkan Umar
sebagai penggantinya, Abu Bakar memilih jalur penunjukan atau wasiat, bukan
melalui proses musyawarah terbuka. Tindakan ini diambil untuk mencegah
ketidakstabilan yang mungkin muncul dari proses pemilihan, yang bisa dipenuhi
oleh kepentingan-kepentingan pribadi. Dengan demikian, Umar diangkat secara
resmi sebagai khalifah tanpa perselisihan, dan dengan dukungan langsung dari
kaum Muslimin, siap untuk memimpin umat Islam ke arah kemajuan dan
perkembangan yang lebih baik di bawah panji Islam.
Pemerintahan dan Peradaban Islam pada Masa Khalifah Umar bin
Khatthab:
Umar bin Khattab, sebagai penerus Abu Bakar Shiddiq ra., meneruskan
perjuangan yang telah dirintis sebelumnya. Zaman pemerintahannya menjadi saksi
dari gelombang ekspansi pertama Islam, yang dimulai dengan jatuhnya Damaskus
pada tahun 635 M, diikuti oleh kekalahan tentara Bizantium di Pertempuran
Yarmuk pada tahun 636 M, yang menyebabkan daerah Syiria jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Dengan Syiria sebagai basis, ekspansi dilanjutkan ke Mesir di
bawah Amr bin Ahs dan ke Irak di bawah Sa’ad bin Abi Waqqash. Pada tahun 640
M, Babilonia di Mesir dikepung, sementara tentara Bizantium di Heliopolis
dikalahkan dan Alexandria menyerah pada tahun 641 M, menyebabkan Mesir juga
jatuh ke tangan Islam dengan Al-Fustat sebagai ibu kotanya.
Periode pemerintahan Umar bin Khattab, yang merupakan bagian dari masa
Khulafaur-Rasyidin (632 M-661 M), ditandai dengan penaklukkan Islam di Persia,
Syam, Mesir, dan wilayah lainnya. Selama masa ini, kekuasaan Islam berkembang
pesat, mengambil alih wilayah-wilayah seperti Mesopotamia dan sebagian Persia

14
dari dinasti Sassanid, serta wilayah-wilayah seperti Mesir, Palestina, Syria, Afrika
Utara, dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Keberhasilan ini
menandai akhir dari dua kekuatan besar pada masa itu, Persia dan Romawi, yang
telah ditaklukkan oleh Islam di bawah pemerintahan Umar. Dengan demikian,
Umar bin Khattab memainkan peran kunci dalam mengukuhkan kekuasaan dan
pengaruh Islam pada masa itu, menjadikannya salah satu periode penting dalam
sejarah peradaban Islam.
Adapun rangkaian penaklukan yang terjadi pada masa Umar bin Khattab
adalah:
a. Penaklukkan Syam (13 H), meskipun memang awal serangan dimulai pada
masa Abu Bakar, akan tetapi kota ini baru bisa ditaklukkan pada masa awal
pemerintahan Umar bin Khattab. Penaklukan ini dipimpin oleh Khalid bin
Walid, yang kemudian dipecat oleh Umar bin Khattab r.apada hari
kemenangannya.
b. Penaklukkan Damasqus oleh Abu Ubaidah yang diteruskan ke Baalbek, Homs
dan Hama (13 H).
c. Yerussalem (638).
d. Caesaria (640) yang berlanjut ke Selatan Syiria, Harran, Edessa dan Nabisin.
e. Mesir oleh Amr bin Ash (641 H/20 H) termasuk Heliopolis dan Babylonia,
sedangkan Alexandria baru ditaklukkan pada tahun (643).
f. Syiria ditaklukkan pada perang Qadisiyah (637 M/14 H).
g. serangkaian penaklukan lainnya adalah Mosul (641 M/16 H), Nihawan,
Hamadazan (21 H), Rayy (22 H), Isfahan dan kota-kota Utama Iran Barat (644
M), Khurasan (22 H).
h. Pasukan lainnya menguasai Ahwaz (Khuzistan) (640 M/17 H).
i. Sijistan dan Kerman (23 H)
Masa kekhalifahan Umar bin Khattab ditandai dengan ekspansi yang luas,
yang membawa wilayah kekuasaan Islam dari Afrika Utara hingga Armenia dan
sebagian besar Timur Tengah. Melalui serangkaian pertempuran besar seperti
Pertempuran Yarmuk dan Qadisiyyah, pasukan Islam berhasil mengalahkan
kekuasaan Romawi dan Sassanid, mengakhiri masa kekaisaran mereka di wilayah

15
tersebut. Penaklukan kota-kota penting seperti Yerusalem dan Damaskus menjadi
tonggak penting dalam ekspansi ini. Selama masa pemerintahannya, Umar juga
melakukan reformasi administratif yang signifikan, termasuk pembangunan sistem
administratif untuk wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan dan penyelenggaraan
sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Umar juga dikenal dengan gaya
hidupnya yang sederhana dan kebijakan-kebijakan yang diambilnya untuk
memperkuat fondasi kekuasaan Islam. Dengan demikian, kekhalifahan Umar bin
Khattab tidak hanya memperluas wilayah kekuasaan Islam secara geografis, tetapi
juga membawa perubahan signifikan dalam struktur administratif dan kebijakan
publik dalam masyarakat Muslim.
Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar
bin Khtthab, yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan,
sosial, seni, dan agama.
1) Perkembangan Politik
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, terjadi stabilitas politik yang
memungkinkan usaha perluasan wilayah Islam mencapai keberhasilan gemilang.
Dengan cepatnya perluasan daerah, Umar segera menata administrasi negara,
mengadopsi model administrasi yang sudah berkembang terutama dari Persia.
Penaklukan wilayah-wilayah penting seperti Mesopotamia, sebagian Persia dari
dinasti Sassanid, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia dari
kekaisaran Romawi, menandai ekspansi kekuasaan Islam di bawah kepemimpinan
Umar. Kelemahan kekuatan Bizantium di bagian barat juga memberi peluang bagi
bangsa Ghatia Barat dan bangsa Arab untuk menguasai wilayah-wilayah di
Semenanjung Iberia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah
propinsi dengan struktur yang semakin terdesentralisasi, memungkinkan
pengelolaan pemerintahan secara efektif di berbagai daerah yang baru dikuasai.
Umar juga mendirikan lembaga pengadilan yang independen dan memilih hakim-
hakim yang memiliki integritas dan reputasi yang baik. Selain itu, mulai
berkembang lembaga formal untuk penerangan dan pembinaan hukum Islam, serta
sistem kemiliteran yang terorganisir dengan baik. Dengan demikian, masa
kekhalifahan Umar bin Khattab tidak hanya ditandai dengan ekspansi wilayah,

16
tetapi juga dengan pembangunan struktur administratif yang kokoh dan lembaga-
lembaga yang mendukung keberlangsungan kekuasaan Islam.
Masa kekhalifahan Umar bin Khattab merupakan periode penting dalam
sejarah Islam yang ditandai oleh ekspansi wilayah yang gemilang serta penataan
administrasi pemerintahan yang efektif. Di bawah kepemimpinannya, Islam
berhasil menguasai wilayah-wilayah yang luas, termasuk Mesopotamia, sebagian
Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia, menjadikan kekuasaan
Islam semakin berkembang pesat. Umar berhasil menata administrasi negara
dengan pembagian wilayah propinsi yang terdesentralisasi, serta mendirikan
lembaga pengadilan yang independen untuk menegakkan hukum Islam. Selain itu,
upaya pembinaan hukum Islam dan pembentukan sistem kemiliteran yang
terorganisir dengan baik juga dilakukan pada masa ini. Dengan demikian, masa
kekhalifahan Umar bin Khattab menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam yang
menandai ekspansi wilayah dan pembangunan struktur administratif yang kokoh,
memberikan landasan kuat bagi keberlangsungan kekuasaan Islam pada masa-
masa berikutnya.
2) Perkembangan Ekonomi
Dengan cepatnya ekspansi wilayah pada masa kekhalifahan Umar bin
Khattab, diperlukan penataan administrasi negara yang efektif. Umar mengadopsi
model administrasi yang sudah berkembang terutama dari Persia, termasuk
pengaturan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan untuk
memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif, sementara jawatan
kepolisian dan pekerjaan umum juga dibentuk untuk menjaga keamanan dan
ketertiban. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, serta
membuat tahun hijriah, sementara zakat bagi para Mu’allaf dihapuskan. Dalam
bidang ekonomi, Umar memperkenalkan konsep al kharaj untuk mengatur tanah,
mengalokasikan harta rampasan perang (Ghanimah) ke Baitul Maal, dan
melakukan pemerataan zakat. Institusi perpajakan pun diperkenalkan sebagai
kebutuhan untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran negara, dengan Umar
mengambil masukan dari bekas kerajaan Persia untuk menyusun kategori
pembayaran pajak. Dengan langkah-langkah tersebut, Umar bin Khattab berhasil

17
membangun fondasi ekonomi dan administratif yang kuat untuk mendukung
keberlangsungan kekuasaan Islam pada masa itu.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, terlihat komitmen yang kuat
dalam pengelolaan ekonomi yang berpihak kepada kesejahteraan rakyat. Umar
tidak hanya memberikan lahan kosong kepada rakyat untuk dimanfaatkan secara
produktif, tetapi juga memperhatikan keterampilan tawanan dan memotivasi
perdagangan serta kegiatan produktif lainnya. Beliau mengangkat aktifis pengajar
dengan memberikan gaji, memberikan pinjaman modal kepada yang
membutuhkan, bahkan turun tangan sendiri untuk membantu mereka yang tidak
mampu bekerja. Selain itu, Umar juga menghimbau berbagai kelompok
masyarakat, seperti hamba sahaya dan sanak keluarga, untuk terlibat dalam
kegiatan ekonomi yang produktif. Tindakan-tindakan ini mencerminkan
kepedulian Umar terhadap kesejahteraan rakyat dan upayanya dalam membangun
ekonomi yang berkeadilan dan inklusif.
3) Perkembangan Pengetahuan
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, terlihat kebijakan yang ketat
terkait pergerakan sahabat-sahabat yang berpengaruh, yang tidak diperbolehkan
keluar daerah tanpa izin khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Hal ini
mengakibatkan pusat pengetahuan dan pendidikan Islam terpusat di Madinah, yang
menjadi tempat belajar hadis bagi umat Islam. Dengan ekspansi wilayah Islam
yang melampaui Jazirah Arab, Umar memperhatikan pendidikan di daerah-daerah
yang baru ditaklukkan. Oleh karena itu, beliau memerintahkan para panglima
perang untuk mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan setiap kali
mereka berhasil menguasai suatu kota. Tindakan ini mencerminkan pemahaman
Umar akan pentingnya hubungan antara ibadah dan pendidikan sebagai modal
dasar untuk kemajuan dan peradaban umat Islam.
4) Perkembangan Pendidikan
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, pendidikan Islam mengalami
perkembangan yang signifikan. Beliau secara aktif menyebarkan penyuluhan
pendidikan di kota Madinah dan menerapkan sistem pendidikan di mesjid-mesjid
dan pasar-pasar. Umar juga menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang

18
ditaklukkan, sehingga penduduk yang baru masuk Islam dapat belajar isi al-Qur'an
dan ajaran Islam lainnya seperti fiqh. Metode pengajaran yang diterapkan adalah
dengan guru duduk di halaman mesjid sementara murid melingkari mereka.
Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah
jauh meningkat, mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan.
Mata pelajaran yang diajarkan termasuk membaca, menulis al-Qur'an,
menghafalnya, serta mempelajari pokok-pokok agama Islam. Pendidikan pada
masa Umar bin Khattab lebih maju dengan tuntutan untuk belajar bahasa Arab,
yang menjadi syarat untuk memahami pengetahuan Islam. Dengan stabilitas dan
keamanan yang terjaga selama masa kekhalifahan Umar, serta terbentuknya pusat-
pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan,
pendidikan pada masa itu mengalami kemajuan yang signifikan.
5) Perkembangan Sosial
Masa kekhalifahan Umar ibn Khattab menunjukkan sikap inklusif dan
bertanggung jawab terhadap semua lapisan masyarakat, termasuk penduduk non-
Muslim yang disebut al-dzimmah. Dengan membuat perjanjian dan memberikan
perlindungan kepada mereka, Umar berupaya membangun kerukunan antar umat
beragama dalam lingkup kekuasaan Islam. Sikap simpati dan kepedulian Umar
juga terlihat dalam perhatiannya terhadap kaum fakir, miskin, dan anak yatim
piatu. Melalui blusukan malam-malam ke kampung-kampung, Umar secara
langsung melihat dan membantu mereka yang membutuhkan, tanpa membedakan
antara yang kaya dan miskin. Tindakan-tindakan tersebut mencerminkan
kepemimpinan yang adil dan penuh kasih sayang, bahkan terlihat dalam pilihan
pernikahan salah satu anaknya dengan seorang gadis miskin penjual susu yang
jujur, dengan harapan kelak akan lahir pemimpin yang sholeh. Keseluruhan,
prinsip-prinsip yang diterapkan Umar ibn Khattab dalam kebijakan sosialnya
memperkuat fondasi moral dan inklusifitas dalam kekuasaan Islam pada masa itu.
6) Perkembangan Agama
Masa kepemimpinan Umar bin Khattab ditandai dengan gelombang
ekspansi Islam yang mengakibatkan penaklukan beberapa wilayah penting seperti
Syria, Mesir, Irak, dan sebagian besar wilayah Persia. Dengan keberhasilan dalam

19
perluasan wilayah kekuasaan, Islam semakin merambah ke dunia luar dan
menguatkan posisinya sebagai kekuatan besar di dunia pada masa itu. Keadaan
agama Islam menjadi lebih kondusif berkat kepemimpinan Umar yang loyal, adil,
dan bijaksana. Kesetiaan dan kebijaksanaannya dalam memimpin membawa
kemajuan yang signifikan bagi umat Islam, memungkinkan Islam untuk tersebar
ke penjuru dunia dan meraih pengakuan sebagai kekuatan yang kuat dan
berpengaruh.
Setelah memimpin pemerintahan selama sepuluh tahun, khalifah Umar bin
Khattab wafat akibat dibunuh oleh seorang Majusi bernama Abdul Mughirah, juga
dikenal sebagai Abu Lu’lu’ah. Motif pembunuhan ini diyakini lebih kompleks
daripada sekadar ketidakpuasan pribadi terhadap kebijakan pajak Umar. Beberapa
pihak menduga adanya konspirasi yang melibatkan kelompok Yahudi, Majusi, dan
Zindiq. Umar sendiri dalam wasiatnya memerintahkan anaknya untuk melunasi
utangnya setelah kematiannya. Selain itu, Umar mengharapkan izin untuk
dimakamkan berdampingan dengan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar.
Aisyah, istri Nabi, meskipun awalnya menginginkan tempat itu untuk dirinya
sendiri, akhirnya mengizinkan Umar untuk dimakamkan di sana. Permintaan ini
diterima dengan syukur oleh Umar.
C. Keterkaitan Peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Khulafaur
Rasyidin dengan Perencanaan Wilayah dan Kota
Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, khususnya di bawah
kepemimpinan Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Bin Khattab, peradaban Islam
mengalami perkembangan yang signifikan di berbagai bidang, termasuk dalam hal
perencanaan wilayah dan kota. Ekspansi wilayah Islam melalui penaklukan
menjadi salah satu fokus utama mereka, yang melibatkan strategi militer, politik,
dan administrasi yang cermat. Abu Bakar dan Umar memperluas wilayah
kekhalifahan dengan cermat, mengatur pembaruan wilayah baru dengan
penekanan pada pembangunan infrastruktur yang memadai.
Salah satu aspek utama dari perencanaan wilayah adalah pembangunan
infrastruktur yang mencakup pembangunan jalan, jembatan, dan sistem irigasi.
Umar Bin Khattab terkenal dengan kebijakannya dalam membangun infrastruktur

20
yang bertujuan untuk mempermudah perdagangan dan transportasi serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah kekhalifahan. Kebijakan ini
menandai perhatian pemerintahan Khulafaur Rasyidin terhadap kesejahteraan
umat dan pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Selain itu, Umar Bin Khattab juga melakukan pemindahan ibukota dari
Madinah ke Kufah di Irak. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan strategis
untuk mengatur wilayah yang semakin meluas dengan lebih efisien. Pemindahan
ibukota ini merupakan langkah besar dalam merencanakan administrasi wilayah
yang lebih efektif dan menjangkau seluruh wilayah kekhalifahan.
Pengelolaan kota juga menjadi perhatian utama dalam pemerintahan
Khulafaur Rasyidin. Mereka mengembangkan konsep administrasi yang inklusif
dengan pengangkatan qadhi (hakim) untuk menegakkan hukum dan menjaga
ketertiban di kota-kota yang mereka kuasai. Pembangunan masjid dan institusi
agama juga menjadi bagian penting dari perencanaan kota. Masjid-masjid yang
dibangun atau diperluas di bawah pemerintahan mereka tidak hanya berfungsi
sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan dan
intelektual di kota-kota tersebut.
Dengan demikian, keterkaitan peradaban Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin dengan perencanaan wilayah dan kota tidak dapat dipungkiri.
Pemerintahan mereka tidak hanya mengutamakan aspek keagamaan, tetapi juga
memperhatikan pembangunan infrastruktur, pengaturan wilayah, dan pengelolaan
kota untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam dan masyarakat secara
keseluruhan. Ini merupakan salah satu landasan penting dalam pembentukan dan
pengembangan peradaban Islam pada masa tersebut.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Al-Khulafa ar-Rasyidin merujuk kepada para pemimpin yang menggantikan


Rasulullah dalam mengatur kehidupan umat Islam dengan keadilan,
kebijaksanaan, dan berdasarkan petunjuk Allah. Mereka bertugas sebagai
pengganti Rasulullah dalam masalah kenegaraan dan agama, memastikan
terciptanya kehidupan yang damai, adil, makmur, aman, dan sentosa bagi umat
Islam.
2. Pada masa Abu Bakar As-Siddiq dan Umar bin Khattab, Islam mengalami
kemajuan signifikan baik dalam hal ekspansi wilayah maupun pembentukan
struktur administratif. Abu Bakar menghadapi tantangan besar setelah
wafatnya Rasulullah, tetapi dengan keberanian dan ketegasan, ia berhasil
memimpin umat Islam dan menghadapi permasalahan kenegaraan serta
keagamaan dengan bijaksana. Sementara itu, Umar bin Khattab melanjutkan
ekspansi wilayah Islam hingga mencapai puncaknya, mengukuhkan kekuasaan
Islam di wilayah-wilayah baru dan membangun struktur administratif yang
kokoh.

B. Saran

1. Masyarakat Muslim perlu memahami prinsip-prinsip kepemimpinan Khulafaur


Rasyidin seperti keadilan, kebijaksanaan, dan ketaatan pada petunjuk Allah
dalam menjalankan urusan kenegaraan dan agama.
2. Pemimpin Muslim hendaknya mengambil contoh dari Abu Bakar As-Siddiq
dan Umar bin Khattab dalam menjalankan tugas kepemimpinan dengan adil,
bijaksana, dan berdasarkan pada nilai-nilai agama Islam.
3. Penting bagi umat Islam untuk mempelajari dan mengapresiasi sejarah Islam,
termasuk masa Khulafaur Rasyidin, sebagai sumber inspirasi dan pembelajaran
dalam membangun masyarakat yang kokoh dan sejahtera.

22
4. Menegakkan Keberagaman dan Musyawarah Seperti yang dilakukan oleh
Khulafaur Rasyidin, penting untuk menegakkan prinsip musyawarah dalam
pengambilan keputusan, serta menghormati keberagaman pendapat dalam
masyarakat Muslim.

23
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, C. S. de, Miccoli, L. S., Andhini, N. F., Aranha, S., Oliveira, L. C. de,
Artigo, C. E., Em, A. A. R., Em, A. A. R., Bachman, L., Chick, K., Curtis, D.,
Peirce, B. N., Askey, D., Rubin, J., Egnatoff, D. W. J., Uhl Chamot, A., El‐
Dinary, P. B., Scott, J.; Marshall, G., Prensky, M., … Santa, U. F. De. (2016).
Sejarah Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin. In Revista Brasileira
de Linguística Aplicada (Vol. 5, Issue 1).
https://revistas.ufrj.br/index.php/rce/article/download/1659/1508%0Ahttp://h
ipatiapress.com/hpjournals/index.php/qre/article/view/1348%5Cnhttp://www
.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500799708666915%5Cnhttps://mckinse
yonsociety.com/downloads/reports/Educa

Fajri, A., Kartika, M., gifary, M. A. Al, S, S., & H, H. (2023). Peradaban Islam Pada
Masa Abu Bakar As-Siddiq. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(10), 1–8.
https://jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id/index.php/MAJIM/article/view/1005

Ilahi, A. (2014). Sejarah Perkembangan Periode Islam Periode Umar Bin Khattab
r.a. Afdhalilahi.Com. https://www.afdhalilahi.com/2014/11/sejarah-
perkembangan-peradaban-islam.html

Roselani, N., Lubis, M., Azhari, S., & Ruwina, Y. (2023). Peradaban Islam Masa
Khalifah Rasyidin. Journal on Education, 5, 2931–2938.
https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.943

Rossatria, E. (2013). TUGAS MAKALAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ.


https://www.makalah.my.id/2019/01/makalah-abu-bakar-ash-shiddiq.html

Sari, T. N., & Pratama, Y. (2022). Kemajuan Islam Masa Khalifah Abu Bakar Ash
Shiddiq Sebagai Khalifah Pertama. Danadyaksa Historica, 2(2), 151–157.
https://jurnal.um-
palembang.ac.id/JDH/article/view/5671%0Ahttps://jurnal.um-
palembang.ac.id/JDH/article/download/5671/3344

Setyawati, D. P. (2022). Makalah Sejarah Peradaban Islam (Pengertian Dan


Ruang Lingkup Sejarah Peradaban Islam). 210108110001, 1–11.

Zainudin, E. (2015). Peradaban Islam pada Masa Khulafah Rasyidin. Jurnal


Intelegensia, 03(01), 50–58.
https://ejournal.unisnu.ac.id/JI/article/download/1337/1345

24

Anda mungkin juga menyukai