NIM : P1337434319016
5. Hidrokarbon ( butana, benzene, benzin, Flour, klor, asam kromat, dan peroksida
terpentin)
6. Kalium permanganate Gliserin, etilen glikol, dan asam sulfat
Sumber :
http://jayaanakjuni.blogspot.com/2012/06/identifikasi-bahan-bahan-kimia.html?m=1
2. Apa efek akut maupun kronis air raksa, amoniak, fenol ,Formalin, kloroform, dan
methanol jika masuk ke tubuh manusia?
Jawab :
1). Air raksa : membahayakan kinerja otak, jantung, ginjal , paru-paru dan sistem
kekebalan tubuh
2). Amoniak: kerusakan saluran nafas berupa edema bronkiolar dan alveolar, kulit
melepuh, kanker, kematian.
3) Fenol
Efek jangka panjang dapat berupa gangguan pernapasan, kelemahan otot, tremor, koma,
dan kematian pada manusia. Efek langsung paparan fenol adalah iritasi kulit, mata, dan
selaput lendir. Efek kronis akibat paparan fenol dapat berupa anoreksia, penurunan berat
badan, diare, vertigo, gangguan air liur, dan gangguan urin.
4) Formalin
Akut (efek pada kesehatan manusia terlihat langsung).
1) Bila terhirup akan terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan
pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru dan
pembengkakan paru. Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak,
radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit
kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat
menyebabkan kematian.
2) Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi
merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.
3) Bila terkena mata akan menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah,
rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila
merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan
pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
4) Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak
sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,
limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
Kronik (setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang).
1) Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit
kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang
selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada
paru. Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.
Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung,
rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.
2) Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah,
kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan
terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.
3) Jika terkena mata, yang paling berbahaya adalah terjadinya radang selaput
mata.
4) Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-
muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu
badan dan rasa gatal di dada.
5) Kloroform
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3).[3] Kloroform dikenal
karena sering digunakan sebagai bahan pembius, akan tetapi penggunaanya sudah
dilarang karena telah terbukti dapat merusak liver dan ginjal.[4] Kloroform kebanyakan
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium.[3] Wujudnya pada suhu ruang
berupa cairan bening, mudah menguap, dan berbau khas.[3]
6) Metanol
1. Merusak hati: Senyawa Methanol yang masuk ke dalam tubuh akan berubah menjadi
seperti formalin yang dapat merusak hati dalam waktu beberapa jam. Methanol terlebih
dahulu menjadi zat asamyang berbahaya ketika tertelan.
2. Keracunan: Seseorang yang mengkonsumsi Methanol akan merasa mual dan sakit
kepala layaknya seseorang yang sedang keracunan. Tentu saja, karena Methanol memang
merupakan senyawa yang beracun, konsumen yang mengkonsumsinya akan langsung
keracunan.
3. Kejang – kejang: Setelah keracunan, konsumen tersebut juga bisa langsung kejang –
kejang akibat tubuhnya yang menolak racun dari Methanol masuk. Kejang – kejang bisa
terjadi lama hingga lebih dari empat jam.
4. Kerusakan syaraf: Bahaya lainnya adalah terjadjnya kerusakan syaraf pada tubuh
danbahkan syaraf – syaraf bisa tidak berfungsi. Anda tahu kan kalau sekujur tubuh kita
terdiri dari syaraf – syaraf yang saling menyambung.
5. Otot tidak bisa digerakan: Badan konsumenMethanol akan terasa sulit digerakan
karena otot – ototnya yang menegang. Konsumen akan kaku dan sulit melakukan apapun.
6. Sesak nafas: Senyawa Methanol yang terhirup juga akan menyebabkan sesak nafas.
Tidak sedikit remaja yang menggunakan senyawa Methanol untuk dihirup.
7. Kerusakan pada kulit: Kulit yang tertetes atau tersentuh senyawa Methanol juga dapat
rusak dengan gejala gatal – gatal, kering, hingga iritasi. Itu makanya Methanoltidak boleh
disentuh secara langsung oleh kulit kita.
8. Kematian: Terakhir, bahaya yang paling mengancam adalah kematian. Seperti yang
sudah diberi tahu bahwa tidak sedikit yang harus meninggal dunia akibat mengkonsumsi
Methanol. Sudah jelas Ethanol yang dapat dikonsumsi saja berbahaya, bagaimana
Methanol yang memang tidak boleh dikonsumsi.
Sumber: (https://www.dosenpendidikan.co.id/bahaya-amonia/),
(https://www.alodokter.com/air-raksa-berbahaya-bagi-tubuh-kita-melalui-cara-ini),
Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/9260528#readmore
Penyimpanan bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa barang yang
lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out).
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur.
d. Larutan yang tidak mengalami reaksi fotokimia di simpan dalam botol plastik putih.
e. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna coklat.
f. Disimpan pada suhu ruangan atau suhu dingin (2-8°C) atau harus beku disesuaikan
dengan ketentuannya.
h. Diberi label nama reagen, tanggal pembuatan, nomor register, expired date.
- Dehydrated media
a. Media yang didehidratasi tidak dapat disimpan untuk waktu yang tak terbatas
terutama bila penutup wadah telah dibuka.
b. Jumlah keseluruhan harus dikemas dalam wadah yang akan habis digunakan dalam 1-
2 bulan.
c. Saat diterima, semua wadah tertutup rapat.
d. Tanggal penerimaan harus dicatat pada setiap wadah.
e. Semua media dehidratasi harus disimpan di tempat gelap, sejuk (suhu < 25°C) dan
berventilasi baik. Rak-rak penyimpanan tidak boleh ditempatkan di dekat autoklaf
atau tempat pencucian karena kelembaban dan suhu yang tinggi.
f. Tanggal membuka wadah harus dicatat pada wadah tersebut.
b. Media yang diperkaya dengan darah, bahan organik atau antibiotik harus disimpan di
dalam lemari es.
c. Harus dijaga agar media tidak mengalami kekeringan. Untuk media dalam cawan
petri sebaiknya disimpan dalam kantong plastik tertutup dan disimpan di dalam
lemari es.
Jawab :
a. Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.
Sumber: https://lordbroken.wordpress.com/2017/01/31/strategi-penyimpanan-zat-dan-bahan-
kimia-yang-benar-di-laboratorium-untuk-mengurangi-resiko-kecelakaan/
5. Bagaimana syarat tempat penyimpanan bahan kimia beracun, korosif, mudah terbakar,
mudah meledak, oksidator, reaktif terhadap air, reaktif terhadap asam, dan gas bertekanan
?
Jawab :
1. Bahan beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai di
laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, gas
karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
a. ruangan dingin dan berventilasi
b. jauh dari bahaya kebakaran
c. dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
d.kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
e. disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
2. Bahan korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini
dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan:
a. ruangan dingin dan berventilasi
b. wadah tertutup dan beretiket
c. dipisahkan dari zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan:
a. temperatur dingin dan berventilasi
b. jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
c. tersedia alat pemadam kebakaran
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat
meledak dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada
komposisi dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di
laboratorium pada waktu melakukan percobaan misalnya:
1. natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
2. ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
3. kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
4. nitrat dengan eter
5. peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
6. klorat dengan asam sulfat
7. asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
8. halogen dengan amoniak
9. merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)
10. Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
5. Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic
Syarat penyimpanan:
a. temperatur ruangan dingin dan berventilasi
b. jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
c. jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor
Syarat penyimpanan:
a. ruangan dingin dan berventilasi
b. jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
c. ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong-kantong hydrogen
d. disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
8. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
a. disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
b. ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
c. jauh dari api dan panas
d. jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
Sumber : https://lordbroken.wordpress.com/2017/01/31/strategi-penyimpanan-zat-dan-
bahan-kimia-yang-benar-di-laboratorium-untuk-mengurangi-resiko-kecelakaan/
b) Limbah cair
Contohnya : berupa pelarut organik, halogen dan non halogen, residu bahan
anorganik beracun, bahkan garam logam berat dalam larutannya, Arsenik (As)
dengan metoda SSA, monia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofeno
Limbah ini berasal dari kegiatan di laboratorium yang menggunakan bahan bahan
kimia cair. Contohnya pewarnaan gram, penghitungan bakteri dengan metode
MPN
c) Limbah gas
Ya, wadah limbah laboratorium memerlukan pelabelan agar lebih mudah dalam
memisahkan. Contohnya,limbah B3,limbah radioaktif,limbah infeksius,semua berbeda-beda.
Oleh karena itu,wadah limbah harus diberi label agar pengelolaan selanjutnya lebih mudah.
b. Mudah terbakar/flemable
c. Meledak/ekplosif
d. Korosif
e. Toksik/Beracun
Sumber: https://toolsfortransformation.net/wp-content/uploads/2017/05/permen-lh-ri-no-14-
tahun-2013-tentang-simbol-b3_E.pdf
10. Bagaiman prinsip pengelolaan limbah dan sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan
dalam memilah dan mengurangi volume limbah?
Jawab :
b. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam memilah dan mengurangi volume limbah
Memilah dan mengurangi volume limbah klinis sebagai syarat keamanan yang
penting untuk petugas pembuangan sampah, petugas emergensi, dan masyarakat. Dalam
memilah dan mengurangi volume limbah harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a) Kelancaran penanganan dan penampungan limbah
b) Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan
pemisahan limbah B3 dan non-B3.
c) Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non-B3.
d) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk
mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.
Kunci pembuangan yang baik adalah dengan memisahkan langsung limbah
berbahaya dari semua limbah di tempat penghasil limbah. Tempatkan masing-masing
jenis limbah dalam kantong atau kontainer yang sama untuk penyimpanan, pengangkutan
dan pembuangan untuk mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan penanganannya.
Sumber: pmk no 43 ttng laboratorium klinik yang baik
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Di lahan
penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang
biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke
udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang
tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan
lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada
landfill yang lebih modern, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung –
plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan
yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.
3. Insinerasi
Sumber: https://www.scribd.com/doc/234044307/Cara-Pengelolaan-Limbah-Padat-Di-
Laboratorium
14. Bagaimana pengananan jika ada tumpahan asam dan bahan korosif?
Jawab :
Jangan panik
Memakai Alat Pelindung Diri yang sesuai MSDS
Mengisolasi daerah tumpahan
Memberi peringatan “Awas, ada tumpahan bahan kimia”
Memberi “tali pembatas” agar tidak ada yang melintas
Menyerap tumpahan dengan bahan penyerap yang inert
Jika perlu,dilakukan netralisasi dan dicek derajat keasamannya pH dengan pH indikator
Memperlakukan buangan tumpahan seperti tumpahan B3 (Bahan Berbahaya Beracun)
Sumber : https://banyakngomong.wordpress.com/2016/12/27/bahan-kimia-yang-
berbahaya-ketika-tumpah-ataupun-mengalami-kebocoran-
15. Bagimanan penanganan jika ada tumpahan zat alkalis?
Jawab: taburkan pasir diatasnya
Sumber: PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan Laboratprium
16. Apa yang harus dilakukan saat terjadi tumpahan bahan kimia?
Jawab :
a. beritahu petugas keselamatan kerja laboratorium yang sesuai.
b. Evakuasi personel yang tidak diperlukan di daerah tersebut.
c. datangi orang yang mungkin terkena kontaminasi dan upayakan pertolongan.
d. apabila bahan tumpahan mudah terbakar, padamkan semua api yang menyala, matikan
gas di dalam laboratorium dan lingkungan sekitarnya, buka jendela (bila mungkin),
dan cabut kabel alat listrik yang dapat menimbulkan bunga api.
e. amankan/kosongkan daerah sekitar tumpahan agar tumpahan dapat dibersihkan.
f. jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
g. nyalakan kipas angin penghisap (exhaust fan) jika aman untuk dilakukan.
Sumber : KMK No. 835 ttg Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium
Mikrobiologik dan Biomedik
17. Apa yang dimaksud dengan limbah infeksius?
Jawab : Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium. Limbah ini dapat
menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien, pengunjung, maupun
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini memerlukan wadah atau kontainer khusus
dalam pengolahannya.
Sumber : Paramita N. 2007. Evaluasi pengelolaan sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Subroto. Presipitasi 2 (1): 51-55.
Jawab : Cara pencegahan penyebaran limbah infeksius dapat dilakukan seperti berikut
1) Selalu menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri) dengan baik dan benar.
2) Limbbah infeksius yang ada dipisahkan sesuai dengan jenisnya, agar memudahkan
dalam pengolahan limbahnya.
3) Membakar semua limbah innfeksius sekali pakai sampai menjadi abu. Abu yang
dihasilkan ini tidak berbahaya dan dapat dibuang di atas timbunan sampah.
4) Menguburnya di dalam lubang dengan penutup sedalam 4-5 meter di lokasi yang
tidak dapat dimasuki air tanah ataupun air permukaan dan tidak memungkinkan
rembesan limbah cair ke dalam tanah. Sekali seminggu, tutup limbah dengan
dedaunan kering atau taburkan kasium oksida di atasnya.
20. Bagaimaan cara mencegah bahan infesius
Jawab :
a. Agar tidak tertelan,
1. Menyiapkan dan gunakan APD dengan baik dan benar
2. Menyiapkan tisu dan desinfektan
3. Mengelap limbah infeksius dengan tisu terebih dahulu
4. Pemipetan cairan tidak boleh melalui mulut
5. Melepas APD yang digunakanan,membuang sarung tangan dan masker ke dalam
tempat sampah infeksius yang berwarna kuning
6. Mencuci tangan sampai bersih
b. Agar tidak tertusuk bahan infeksius
1. Selalu memasukkan alat suntik bekas ( yang telah digunakanuntuk menginjeksi ) ke
dalam wadah tertentu (disposafe box)segera setelah pemakaian.
2. Selalu menggunakan alat suntik sekali pakai yang baru untuksetiap satu penyuntikan
3. Selalu memusnahkan disposafe box pada tempat pembakarantersendiri, tidak
dicampur dengan limbah-limbah lainnya.
4. Tidak boleh menggunakan kembali alat suntik yang telahdipakai untuk menyuntik
pasien ataupun hanya denganmengganti jarumnya saja
5. Tidak melepas / mengganti dan menutup kembali jarum suntik bekas sebelum
dimasukkan ke dalam disposafe box
6. Tidak memegang jarum suntik yang telah digunakan tanpa proteksi yang aman,
semisal sarung tangan dari karetItulah beberapa hal yang perlu dan harus diperhatikan
dalam penangan limbah medis infeksius berbahaya. Semoga bermanfaat,meskipun
kita bukan termasuk orang yang terlibat
c. Saat bekerja menggunakan pipet dan alat bantu pipet
- Pipet
1. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya yaitu pipet transfer yang
dipakai untuk memindahkan sejumlah volume cairan yang tetap dengan teliti, serta
pipet ukur yang dipakai untuk memindahkan berbagai volume tertentu yang
diinginkan.
2. Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh dan tidak retak.
3. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet.
4. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut.
5. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan cara
menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkandahulu bagian luarnya dengan kertas
tissue pada dinding wadah/bejana dalam posisi tegak lurus dan cairan dibiarkan
mengalir sendiri.
6. Pipet volumetrik tidak boleh ditiup.
7. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua cairan
dialirkan maka sisa cairan di ujung pipet dikeluarkan dengan ditiup memakai alat
bantu pipet
8. Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh ditiup.
9. Pipet dengan volume kecil (1-500 ul) harus dibilas untuk mengeluarkan sisa cairan
yang menempel pada dinding bagian dalam.
10. Pipet untuk pemeriksaan biakan harus steril.
11. Pipet yang telah dipakai untuk memipet larutan basa harus dibilas dahulu dengan
larutan yang bersifat asam dengan konsentrasi rendah, sedangkan yang telah dipakai
untuk memipet larutan asam harus dibilas dengan larutan yang bersifat basa lemah,
kemudian direndam dalam aquades selama satu malam, kemudian bilas lagi dengan
aqudemineral.
12. Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan antiseptik, kemudian baru
dicuci.
- Pipet Semiotomatik
1. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang karena pencucian tip
pipet akan mempengaruhi kelembaban plastik tip pipet, juga pengeringan seringkali
menyebabkan tip meramping dan berubah bentuk saat pemanasan.
2. Penggunaan tidak boleh melewati batas antara tip dan pipetnya.
3. Tip yang digunakan harus terpasang erat.
4. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam rak pipet
Sumber : https://www.academia.edu/8832856/K3_Limbah_Infeksius
d. cara mencegah bahan infesius saat menggunakan sentrifius :
2. Tidak membuka centrifuge dalam keadaan alat beroperasi. (Walaupun tersisa hanya
beberapa detik, biarkan sampai alat berbunyi tanda selesai).
3. Memperhatikan tumpahan cairan yang ada di dalam alat centrifuge, jika ditemukan
tumpahan segera dibersihkan dengan larutan desinfektan seperti Alkohol 70% sebelum
dilakukan proses pengerjaan.
4. Memperhatikan bunyi yang terdengar saat pemutaran, apabila suara halus artinya
pemasangan sesuai dengan prosedur, apabila suara terdengar kasar dan bunyi yang
dihasilkan tidak sesuai seperti biasanya, segeralah alat dihentikan dan ketika stand bye
dibuka dan dicari tahu troubleshooting yang terjadi. Apabila alat sedang tidak digunakan ,
sebaiknya diposisikan pintu centrifuge dalam keadaan terbuka. Pencatatan maintenance
dan kebersihan alat harus selalu segera dijaga.
e. cara mencegah bahan infesius saat menggunakan lemari pendingin dan lemari
pembuku :
- Dinginkan dahulu bahan panas sebelum disimpan. Menempatkan bahan panas dalam
ruang
pendingin dapat merusak bahan lain dan mengakibatkan tingginya rekening listrik.
- Saat menyimpan, tutup bahan dengan bungkus vinil atau simpan dalam wadah
bertutup. Hal ini akan mencegah penguapan kelembaban dan membantu menjaga rasa
dan kandungan gizi suatu bahan.
- Jangan menghalangi lubang keluar hawa dingin dengan makanan. Sirkulasi udara
yang lancar akan menjaga agar suhu ruang pendingin tetap stabil.
- Jangan sering-sering membuka pintu lemari es. Membuka pintu akan mengakibatkan
udara hangat
memasuki lemari es, sehingga meningkatkan suhu dalam ruang lemari es.
Sumber : https://galihendradita.wordpress.com/2017/09/08/pengelolaan-limbah-rumah-
sakit/
https://wastecinternational.com/tidak-bisa-sembarangan-ternyata-ini-cara-memilah-
limbah-rumah-sakit-sebelum-dibuang.html
Jawab :
2. Perhatikan bahwa pada limbah padat infeksius penyimpanan tidak boleh dari 24 jam
setelah diangkut dari masing-masing unit penghasil limbah.
Lakukan pembakaran menggunakan Incinerator. Ada beberapa model ruang bakar yang
baik, tetapi yang ideal ialah yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling
sedikit 800°C dan pada ruang bakar kedua 1000°C.
4. Waktu retensi gas pada ruang bakar kedua sebaiknya paling sedikit 0,5 detik.
5. Abu sisa pembakaran limbah ini dibuang ke lahan yang ada di belakang incinerator, abu
sisa pembakaran dibiarkan menumpuk.
6. Ketika limbah medis padat telah selesai dibakar, abu ditunggu dingin terlebih dahulu
dan nantinya akan dibuang.
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/14588-ID-sistem-pengelolaan-
limbah-medis-padat-dan-cair-serta-faktor-faktor-yang-berkaita.pdf
KMK No. 835 ttg Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Mikrobiologik dan
Biomedik
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik
1. Pengolahan air limbah ini dilakukan dengan system Up Flow Filter, dimana prinsip
kerjanya berdasarkan lumpur aktif
2. Pada limbah cair infeksius penanganannya melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah). dengan rincian Tahap-tahap IPAL ini adalah
a. Pengolahan Pendahuluan
b. Septic Tank
c. Screen
e. Bak penyaring
f. Bak pengendap
k. Effluent
3. Air limbah dari masing-masing bak penampung yang ada di beberapa titik di rumah
sakit atau laboratorium dialirkan ke septic tank
4. Kemudian air limbah dialirakan ke screen untuk menyaring dan mengacau air limbah,
pada tahap ini benda-benda padat berukuran besar yang terikut ke air limbah akan
tersisisih dan kemudian masuk ke dalam buffer basin
5. ditambahkan bahan kimia berupa Feriklorida dimana zat ini berfungsi sebagai
koagulan dalam proses koagulasi. Untuk dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi
6. dialirkan ke dalam bak penyaring, di tahap ini bendabenda padat yang tidak tersaring
pada screen akan tersisih.
8. Air limbah dari bak pengendap akan dialirkan ke bak air terolah.
9. Pengolahan dengan desinfeksi dilakukan pada tahap akhir pengolahan limbah untuk
membunuh bakteri pathogen
10. Sebelum dibuang ke lingkungan air limbah akan disaring menggunakan pasir.
Effluent tidak dilakukan pemeriksaan sebelum dibuang ke lingkungan.
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/14588-ID-sistem-pengelolaan-
limbah-medis-padat-dan-cair-serta-faktor-faktor-yang-berkaita.pdf
http://web.rshs.or.id/limbah-rumah-sakit/)
23. Pengolahan limbah infeksius meliputi Disinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi dan insinerasi
jekaskan?
Jawab :
a. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikro-organisme
patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
b. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan
sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi
c. sterilisasi merupaka metode dengan uap air desinfektan lewat metode pemanasan.
Standarnya sudah diatur dalam keputusan menteri kesehatan tahun 2004.
Ketentuannya: suhu minimum antara 1.000 dan 1.200 derajat celsius agar virus bisa
terbakar dan limbah patologi tak menguarkan bau saat dibakar.
d. Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran pada
temperatur lebih dari 800°C untuk mereduksi sampah mudah terbakar yang sudah
tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus dan kimia toksik. Pada
prinsipnya dalam proses pemusnahan sampah di insinerator adalah pembakaran yang
mencapai 600-1000°C agar kuman penyakit yang ada disampah medis tersebut mati.
Hal ini dikarenakan sampah yang ada bisa menjadi sumber penularan reservoir
maupun breeding site bagi kuman penyakit.
Sumber : http://eprints.polsri.ac.id/901/3/BAB%20II.pdf
Formula 2 :
- Tabung pengukur
- Gelas takar, corong plastik atau logam
- Botol plastik dengan tutup anti bocor berukuran 100 ml
- Botol kaca atau plastik berukuran 500 ml dengan tutup sekrup
- Alkohol meter, skala suhu di bagian bawah dAn konsentrasi etanol (presentase v/v) di
bagian atas
Cara membuat hand sanitizer sesuai standar dari WHO:
1. Siapkan 10 botol kaca atau plastik berukuran 10 liter dengan tutup sekrup.
2. Pilih formula yang ingin dibuat sesuai takaran ke dalam jerigen.
3. Tambahkan hidrogen peroksida ke dalam jerigen.
4. Tambahkan gliserol ke dalam jerigen. Gliserol memiliki sifat yang kental dan lengket
pada gelas ukur. Bersihkan gelas ukur dengan air distilasi atau air matang.
5. Tuangkan ke dalam jerigen sekitar 10 liter, dan tambahkan 1 liter air distilasi.
6. Aduk hingga tercampur rata.
7. Terakhir, segera bagi ke botol plastik berukuran 500 atau 100 ml. Simpan hingga 72
jam sebelum digunakan.
25. Bagaimana cara membuat larutan Disinfektan menggunakan larutan natrium
hipoklorit/ byclean yang konsentarasinya 0,1 % dalam 1 liter air, catatan
konsentrasi byclean di pasaran adalah 5,25%?
Jawab :
2 sendok makan (30 ml) cairan pemutih untuk 1 liter air atau 2 sendok makan
(30 ml) cairan karbol untuk 1 liter air (bisa pilih salah satu)
Air bersih
Tuang cairan pemutih atau cairan karbol secara hati-hati ke dalam botol kaca
terlebih dahulu. Lalu, tambahkan air bersih dan aduk hingga tercampur dengan
merata.
Jika sudah, tutup botol kaca dengan rapat, lalu kocok secara perlahan agar
cairan pemutih atau cairan karbol dapat tercampur sempurna dengan air.
Apabila larutan cairan pemutih atau cairan karbol sudah tercampur sempurna,
Anda bisa membagikan larutan cairan tersebut ke dalam botol semprot yang
lebih kecil agar mudah digunakan.
Cairan disinfektan sudah siap digunakan. Anda dapat membersihkan permukaan
benda mati yang sering disentuh dengan sabun dan air panas bersih terlebih
dahulu sebelum menggunakan cairan disinfektan.
Sumber : https://www.sehatq.com/artikel
26. Bagaimana cara mendekontaminasi jika ada tumpahan specimen infeksius di meja kerja ?
Jawab:
a. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan untuk menangani tumpahan/percikan
spesimen
b. Petugas mencuci tangan dan menggunakan handscoond
c. Petugas laboratorium menuangkan desinfektan / larutan hipiklorit 1% dengan
perbandingan 1 : 1 dengan jumlah tumpahan 1% dengan perbandingan 1 : 1 dengan
jumlah tumpahan/percikan /percikan bahan pemeriksaan diatas meja kerja, dan
mendiamkan bahan pemeriksaan diatas meja kerja, dan mendiamkan selama 30 selama
30 menit
d. Petugas laboratorium menghapus / membersihkan tumpahan yang sudah diberi
desinfektan menggunakan tissue bersih, sudah diberi desinfektan menggunakan tissue
bersih, lalu dibuang lalu dibuang ke tempat penampunglimbah infeksius / biohazard
e. Petugas laboratorium membersihkan kembali lokasi tumpahan
f. menggunakan lap yang telah diberi larutan hipoklori menggunakan lap yang telah diberi
larutan hipoklorit 0,5 % atau t 0,5 % atau alkohol 70% hingga bersih
g. Petugas laboratorium mengeringkan lokasi tumpahan dengan tissue bersih
h. Petugas laboratorium melepaskan handscoond dan mencuci tangan
Sumber : Permenkes No. 37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat.
Permenkes No. 43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan Laboraotorium klinik yang
baik.
27. Larutan apa yang dipakai untuk mendekontaminasi tumpahan spesimen darah maupun
cairan tubuh?
Jawab :
Devall Single Pack Blood Body Spill Kit membersihkan tumpahan/ceceran cairan tubuh
sekaligus memberi perlindungan dan dekontaminasi yang optimal di area bekas tumpahan,
sehingga resiko terjadinya kontaminasi silang yang menyebabkan wabah penyakit dapat
diminimalisir.
a. DEVALL Absorbent Granule terbuat dari mineral alam dan tidak mengandung
silika. Sehingga tidak berbahaya, tidak beracun dan aman digunakan. Dengan
kandungan Klorin 0,5%, DEVALL Absorbent Granule menyerap tumpahan
sekaligus sebagai desinfeksi tingkat tinggi yang dapat mendekontaminasi dengan
membunuh bakteri, virus dan kuman. Untuk mengurangi resiko kontaminasi silang.
b. DEVALL Absorbent Powder, serbuk Polymer yang dapat digunakan untuk
menyerap tumpahan cairan bersifat asam dan basa ringan. Aman, ramah lingkungan
dan memiliki daya serap yang tinggi. Terhadap rasio massa 10g menyerap dan
mengikat cairan hingga 800 ml.
c. Larutan desinfeksi DEVALL digunakan bersama dengan lap/tisu pembersih. Untuk
mengelap dan membersihkan residu yang tersisa sekaligus desinfeksi akhir di area
bekas tumpahan. Efektif untuk patogen yang terbawa oleh darah seperti Hepatitis
C, Tuberkulosis (TBC) dan lain-lain.
28. sebutkan macam macam disinfektan dan kegunaannya?
Jawab :
1) Alkohol, digunakan untuk mendesinfeksi kulit dan dalam bidang kedokteran gigi untuk
mendesinfeksi permukaan gigi
4) Fenol, digunakan untuk membersihkan alat yang banyak digunakan di rumah sakit dan
laboratorium.
Sumber: https://www.academia.edu/9232161/Antiseptik_dan_Desinfektan
1) Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol
yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk
mendesinfeksi permukaan, namun ada tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk
mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
2) Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan,
diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan
akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa,
operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty.
Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi,
dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
3) Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen
digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air
digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2%
digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+)
maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya
pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
4) Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun
murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh
bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5) Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat
yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat
virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh
oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6) Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas
sebagai desinfektan (misalnya Dettol).
Sumber: :
https://www.academia.edu/37910120/METODE_STERILISASI_DAN_DESINFEKSI
30. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi basah?
Jawab:
Sterilisasi secara basah adalah sterilisasi dengan menggunakan uap air bertekanan
tinggi untuk mematikan mikroorganisme. Suhu yang digunakan biasanya berkisar antara
121°C selama kurang lebih 15 menit
31. Sterilisasi basah dipakai untuk mensterilisasi apa saja dan biasanya menggunakan
peralatan apa?
Jawab:
Uap bertekanan (autoklaf)
Sumber: https://www.google.co.id/amp/s/rgmaisyah.wordpress.com/2009/03/15/metode-
sterilisasi/amp/
32. Bagiamana cara sterilisasi media untuk praktek mikrobiologi jika menggunakan
autoklaf?
Jawab:
Cara sterilisasi media menggunakan autoclave
a. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas
tersebut.Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan
karat.
b. Masukkan Media yang akan distrerilisasi, tempat media (erlemeyer) harus ditutup
menggunakan kapas agar media tidak menguap saat proses sterilisasi. Erlemeyer di
masukkan ke dalam kranjang baru kemudian dimasukkan ke dalam autoclave.
c. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
d. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu
1210C.
e. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf
dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
f. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen
turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure
gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan
keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.
33. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi kering?
Jawab:
Sterilisasi kering merupakan sterilisasi dengan udara panas. Cara ini umum
dilakukan untuk mensterilkan peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, sectio set
dan sebagainya. Biasanya sterilisasi ini dilakukan menggunakan oven.
Sumber: http://natureislam.blogspot.com/2013/02/sterilisasi.html?m=1
34. Sterilisasi kering dipakai untuk mensterilisasi apa saja dan biasanya menggunakan
peralatan apa ?
Jawab :
Sterilisasi panas kering adalah metode yang umum dan paling efektif digunakan
untuk sterilisasi peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmeyer serta
banyak alat-alat bedah. Dengan menggunakan oven sebagai alat sterilisasi kering, maka
alat gelas yang disterilisasi tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air
(embun) di dalam alat gelas. Namun sterilisasi panas kering juga biasa digunakan untuk
mensterilkan cairan dengan kadar air sangat rendah dan perawatan serbuk obat. Metode
sterilisasi panas kering biasanya menggunakan Oven pensteril. Biasanya alat ini terbuat
dari stainless steel, bentuk dan posisi elemen pemanas di ruang menjamin distribusi
temperatur biasa. Keseluruhan proses terdiri dari pengeringan, pemanasan, sterilisasi dan
pendinginan bertahap.
Sumber: https://news.labsatu.com/metode-sterilisasi-panas-kering-dengan-oven/
Jawab:
- Menyumbat mulut alat-alat yang akan disterilkan dengan kapas atau tutup sekrup.
- Meletakkan peralatan di atas rak dengan rapi.
- Menutup rapat dengan mengencangkan sekrup, menekan tombol “on”, menunggu
sampai suhu naik secara perlahan.
- Apabila suhu telah mencapai 1700C, lalu mengatur tombol “timer” pada angka 2 (yang
berarti 2 jam).
- Setelah selesai pemanasan, mendinginkan semua peralatan dan pada hari berikutnya
siap dipakai
Sumber: https://chamaiiaariani.wordpress.com/mikrobiologi/sterilisasi/
36. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi gas? dan biasanya gas yang dipakai apa ?
Jawab:
Sterilisasi gas merupakan metode steriliassi yang menggunakan gas(biasanya
etilen oksida) sebagai zat pensterilnya. Sterilisasi gas digunakan untuk sterilisasi bahan
termolabil seperti makanan, bahan biologi, plastik, dan antibiotik.
Sumber: https://www.scribd.com/doc/113667395/Sterilisasi-Gas-Makalah
Sumber: https://rgmaisyah.wordpress.com/2009/03/15/metode-sterilisasi/
https://id.scribd.com/doc/113667395/Sterilisasi-Gas-Makalah
Jawab:
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) adalah suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut dan
ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas serta tidak dapat disterilkan dengan
cara sterilisasi lain, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
Caranya:
o Sapu bersih lantai dan dinding ruang transfer dengan sapu yang telah disiapkan
o Pel lantai dengan larutan disenfektan lisol atau larutan disenfektan lainnya
yang tersedia
o Semprot ruangan dengsn larutan formalin 20% Atau alkohol 95%, kemudian
tutup rapat ruanagn selama 12 jam. Selama 12 jam tersebut, dilarang memasuki
ruangan karena akan berbahaya bagi pernafasan.