Bagian 4-New2 PDF
Bagian 4-New2 PDF
BATANG TARIK
Gaya aksial tarik murni terjadi apabila gaya tarik yang bekerja tersebut
bersifat sentris (berimpit dengan sumbu berat penampang).
Batang tarik dalam sistem struktur baja dapat berupa profil tunggal
ataupun profil tersusun (gabungan dari dua atau lebih profil tunggal).
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 4.1. Bentuk profil elemen batang tarik
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
B. Kekuatan Tarik Nominal Metode LRFD (SNI 03-1729-
2002)
Dalam menentukan kekuatan nominal penampang suatu batang
tarik, harus ditinjau terhadap tiga macam kondisi keruntuhan
yang menentukan, yaitu :
1) Kondisi leleh dari luas penampang kotor/bruto, didaerah yang
jauh dari sambungan.
2) Kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif pada
daerah sambungan.
3) Kondisi geser blok pada sambungan.
dengan,
Nn = kekuatan nominal penampang
= faktor reduksi kekuatan (SNI 03-1729-2002, Tabel 6.4-2,
hal.18).
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Tabel 3.1. Faktor reduksi kekuatan
Anet = 85% Ag
dimana,
Ag = luas penampang
Struktur Baja I - bruto (mm2).
Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
1. Diameter baut dan diameter lubang
Menurut SNI 03-1729-2002, Pasal 17.3.6 bahwa diameter
nominal lobang (d) yang sudah jadi harus 2 mm lebih besar
dari diameter nominal baut (dn) untuk suatu baut yang
diameternya tidak melebihi 24 mm, dan maksimum 3 mm
lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar, kecuali
untuk lubang pada pelat landas.
Keterangan :
dn = diamater nominal
d = diameter lobang
d = dn + 2 mm untuk dn 24 mm
d = dn + 3 mm untuk dn > 24 mm
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
2. Luas penampang netto lubang sejajar
Pada lobang sejajar seperti gambar di atas, luas penampang netto (pot. a-a) diberikan oleh
persamaan berikut,
Anet = Ag – (n . d . t)
dimana,
n = jumlah lobang (3 lobang)
d = diameter lobang (mm)
d = dn + 2mm, atau
d = dn + 3mm.
Ag = luas penampang bruto (mm2)
Ag = h . t
t = tebal pelat terkecil antara t1 dan t2 (mm)
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
3. Luas penampang netto lubang berselang-seling
n = 3 lubang
c. Potongan a – c - d
Anet = Ag – (n . d . t) + (s12 . t)/4u1 + (s22 . t)/4u2
n = 3 lubang
Dari ketiga hasil peninjauan tersebut diambil Anet yang terkecil, dan
harus,
Anet 85% Ag
Jarak U2 = ga + gb – t
a. Potongan a – b
Anet = Ag – (n . d . t)
n = 2 lobang
c. Potongan a – c - d
Anet = Ag – (n . d . t) + (s12 . t)/4u1 + (s22 . t)/4u2
n = 3 lubang
Gambar 4.5. Lubang baut berselang-seling pada profil UNP dan IWF
Profil IWF :
u2 = ga/2 + gb – t
Apabila tebal sayap (flens) t1 dan tebal badan (web) t2
tidak sama maka,
u2 = (ga/2 + gb) – (1/2t1 +1/2t2)
Solusi :
a. Diameter paku dikecilkan.
b. Susunan paku pada satu potongan vertikal dirobah dari 3 (tiga) buah menjadi
2 (dua) buah.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Soal 4 :
Sistem sambungan pada profil baja siku 150.100.10, diameter nominal
alat penyambung dn = 25 mm. Hitunglah luas penampang netto.
Ae = Anet x U
dengan,
Anet = luas penampang netto
U = koefisien reduksi.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Koefisien reduksi U untuk sistem sambungan yang
menggunakan baut atau paku keling yaitu,
U = 1 – (x/L) ≤ 0,9
dengan,
x = eksentrisitas sambungan
= jarak antara titik berat penampang
komponen yang disambung dengan
bidang sambungan, mm.
L = panjang sambungan pada arah gaya.
Ae = U . Ag -----> U = 1,0
dengan,
U = 1,0 untuk l > 2w
U = 0,87 untuk 2w > l > 1,5w
U = 0,75 untuk 1,5w > l > w